Pertumbuhan Propagul Rhizophora mucronata Lamk dengan Berbagai Jenis Ukuran

(1)

PERTUMBUHAN PROPAGUL Rhizophora mucronata

Lamk DENGAN BERBGAI JENIS UKURAN

SKRIPSI

OLEH JONRI GORAT

061202017 BUDIDAYA HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(2)

PERTUMBUHAN PROPAGUL Rhizophora mucronata

Lamk DENGAN BERBGAI JENIS UKURAN

SKRIPSI

OLEH JONRI GORAT

061202017 BUDIDAYA HUTAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(3)

Judul Penelitian : Pertumbuhan Propagul Rhizophora mucronata Lamk dengan Berbagai Jenis Ukuran

Nama : Jonri Gorat

Nim : 061202017

Departemen : Kehutanan Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Dr. Budi Utomo, SP, MP Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS Ketua Departemen Kehutanan


(4)

ABSTRACT

JONRI GORAT. The Growth of propagul Rhizophora mucronata Lamk with

various size, supervised by YUNASFI and BUDI UTOMO.

Rhizophora mucronata is one of three with the strong roots that able to hold back the sea wave that penetate the settlement area around the forestry area. By the utilization of mangrove forest by the local people around the forest to be the agricultural area, fish pond, settlement, the existence ot Rhizophora mucronata is lost. One of effort in rehabilitation of degredated mangrove forest is the seedling of propagul Rhizophora mucronata with various size to get the best seed for the growth. This research aims to study the growth of propagul Rhizophora mucronata Lamk with various size. This research was conducted in the seedling location of sicanang and laboratory of forest product tecnology, forest department, agriculture faculty, university of nort sumatera during 4 month, i.e. February –May 2010. This research use the complete random design (RAL) with

treatment, i.e. A(40-44 cm), B(45-49), C(50-54 cm), D(55-59 cm) and E(≥60 cm)

for 20 repetition. The result of research indicates the growth of propagul Rhizophora mucronata Lamk with various size provide the significant influence to the height of seed, diameter of seed, wet weight of seed and dry weight of the seed root. The heighest of seed found at E(≥60 cm) for 3.41 cm and diameter of the heighest seed on E(≥60 cm) for 5.12354 cm that different signifantly to A(40-44 cm), B(45-49), C(50-54 cm), D(55-59 cm). The wet weight of the root of the heighest seed found at D(55-59 cm) for 8.475 g that different significantly to E(≥60 cm), but it did not different significantly to A(40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm). The dry weight of the root of the heighest seed foynd at E(≥60 cm) for 5.11 g that different significantly to A(40-44 cm), B(45-49), C(50-54 cm), D(55-59 cm).


(5)

ABSTRAK

JONRI GORAT. Pertumbuhan propagul Rhizophora mucronata Lamk Dengan Berbagai jenis Ukuran, dibimbing oleh YUNASFI dan BUDI UTOMO.

Rhizophora mucronata merupakan salah satu pohon yang memiliki perakaran

kuat yang mampu menahan gelombang arus laut agar tidak masuk keperkampungan masyarakat sekitar hutan. Akan tetapi dengan adanya pemanfaatan hutan mangrove oleh masyarakat sekitar hutan menjadi pertanian, tambak, pemukiman, sehingga keberadaan Rhizophora mucronata semakin habis. Salah satu usaha yang dilakukan untuk merehabilitasi hutan mangrove yang terdegradasi adalah dengan melakukan pembibitan propagul Rhizophora

mucronata dengan berbagai jenis ukuran yang nantinya diperoleh bibit yang

paling baik pertumbuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan propagul Rhizophora mucronata Lamk dengan berbagai jenis ukuran. Penelitian ini dilakukan di lokasi pembibitan sicanang dan laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara selama 4 bulan yaitu Februari- Mei 2010. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan yaitu A(40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm), D(55-59 cm) dan E(≥60 cm) masing-masing 20 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan propagul Rhizophora

mucronata Lamk dengan berbagai jenis ukuran memberikan pengaruh nyata

terhadap tinggi bibit, diameter bibit, bobot basah akar bibit dan berat kering akar bibit. Tinggi bibit tertinggi terdapat pada E(≥60 cm) sebesar 3.41 cm dandiameter bibit tertinggi terdapat pada E(≥60 cm) sebes ar 5.1235 cm berbeda nyata dengan A(40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm), dan D(55-59 cm). Berat basah akar bibit tertinggi terdapat pada D(55-59 cm) sebesar 8.475 g berbeda nyata dengan E(≥60 cm) tetapi tidak berbeda nyata dengan A (40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm). Berat kering akar bibit tertinggi terdapat pada E(≥60 cm) sebesar 5.11 g berbeda nyata dengan A(40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm), dan D(55-59 cm).


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pakkat pada tanggal 27 Mei 1988 dari pasangan Bapak L. Gorat dan Ibu E. Sihotang. Penulis merupakan putra pertama dari 3 bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di SD N 1 Pakkat, lulus tahun 2000 kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Swasta Santa Maria Pakkat dan lulus tahun 2003. Tahun 2006 penulis lulus dari SMA N 1 Pakkat dan pada tahun yang sama penulis juga diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan penulis mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen (UKMK) pada tahun 2008 dan mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) pada tahun ajaran 2009/2010.

Penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan dan Pembinaan Hutan (P3H), Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul tentang “Pertumbuhan Propagul Rhizophora mucronata Lamk dengan Berbagai Jenis Ukuran” dengan tujuan untuk mengetahui jenis ukuran propagul yang mempunyai pertumbuhan yang baik.

Dengan selesainya penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang Tua tercinta, Ayahanda L. Gorat dan Ibunda E. Sihotang dan saudaraku Toni dan Nova atas doa dan dukungannya kepada penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.si dan Bapak Dr. Budi Utomo, SP, MP selaku komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mengoreksi, memberikan saran dan kritik pada penulisan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku Ketua Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara dan seluruh Staff pengajar.

4. Sahabat-sahabatku (Binter Wanto L.Toruan, Condrat Benny HTB, ABC Lubis, Widya Kurniawan P, Parluhutan S, Parluasan Manalu, Mukti Batubara, Marlin Andika, Love Freddy AK).

5. Teman-teman angkatan 2006 di Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara, khususnya teman-teman di Program Studi Budidaya Hutan.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang kehutanan.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

Kerangka Pemikiran ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Manfaat Hutan Mangrove ... 11

Karakteristik Hutan Mangrove ... 11

Tanah... 11

Salinitas... 12

Kelebihan Hutan Mangrove ... 12

Faktor-faktor lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove Salinitas ... 13

Tanah ... 13

Cahaya ... 14

Suhu ... 14

Pasang surut ... 14

METODE PENELITIAN ... 16

Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat Penelitian ... 16

Bahan ... 16

Alat ... 16

Metode Penelitian ... 17

Pelaksanaan Penelitian ... 18

Persiapan Lahan ... 18

Penyediaan Tanah Aluvial ... 18

Penyediaan Bibit ... 18

Penanaman Bibit ... 18


(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

Hasil ... 20

Pertambahan tinggi bibit ... 20

Pertambahan diameter bibit ... 21

Luas daun bibit ... 23

Berat basah akar bibit ... 24

Berat kering total akar bibit ... 26

Pembahasan ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

Kesimpulan ... 31

Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32


(10)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Kerangka Pemikiran... 5

2.Tinggi rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk... 20

3.Diameter rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk... 22

4.Luas daun rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk... 23

5.Rata-rata berat basah akar bibit Rhizophora mucronata Lamk... 25


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Histogram tinggi tinggi bibit Rhizophora mucronata Lamk... 21

2. Histogram rataan diameter bibit Rhizophora mucronata Lamk... 22

3. Histogram rataan luas daun bibit Rhizophora mucronata Lamk... 24

4. Histogram rataan berat basah bibit Rhizophora mucronata Lamk... 25


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Tabel tinggi rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk... 35

2. Tabel diameter rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk... 36

3. Tabel luas daun rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk... 37

4. Tabel rata-rata berat basah akar bibit Rhizophora mucronata Lamk... 38


(13)

ABSTRACT

JONRI GORAT. The Growth of propagul Rhizophora mucronata Lamk with

various size, supervised by YUNASFI and BUDI UTOMO.

Rhizophora mucronata is one of three with the strong roots that able to hold back the sea wave that penetate the settlement area around the forestry area. By the utilization of mangrove forest by the local people around the forest to be the agricultural area, fish pond, settlement, the existence ot Rhizophora mucronata is lost. One of effort in rehabilitation of degredated mangrove forest is the seedling of propagul Rhizophora mucronata with various size to get the best seed for the growth. This research aims to study the growth of propagul Rhizophora mucronata Lamk with various size. This research was conducted in the seedling location of sicanang and laboratory of forest product tecnology, forest department, agriculture faculty, university of nort sumatera during 4 month, i.e. February –May 2010. This research use the complete random design (RAL) with

treatment, i.e. A(40-44 cm), B(45-49), C(50-54 cm), D(55-59 cm) and E(≥60 cm)

for 20 repetition. The result of research indicates the growth of propagul Rhizophora mucronata Lamk with various size provide the significant influence to the height of seed, diameter of seed, wet weight of seed and dry weight of the seed root. The heighest of seed found at E(≥60 cm) for 3.41 cm and diameter of the heighest seed on E(≥60 cm) for 5.12354 cm that different signifantly to A(40-44 cm), B(45-49), C(50-54 cm), D(55-59 cm). The wet weight of the root of the heighest seed found at D(55-59 cm) for 8.475 g that different significantly to E(≥60 cm), but it did not different significantly to A(40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm). The dry weight of the root of the heighest seed foynd at E(≥60 cm) for 5.11 g that different significantly to A(40-44 cm), B(45-49), C(50-54 cm), D(55-59 cm).


(14)

ABSTRAK

JONRI GORAT. Pertumbuhan propagul Rhizophora mucronata Lamk Dengan Berbagai jenis Ukuran, dibimbing oleh YUNASFI dan BUDI UTOMO.

Rhizophora mucronata merupakan salah satu pohon yang memiliki perakaran

kuat yang mampu menahan gelombang arus laut agar tidak masuk keperkampungan masyarakat sekitar hutan. Akan tetapi dengan adanya pemanfaatan hutan mangrove oleh masyarakat sekitar hutan menjadi pertanian, tambak, pemukiman, sehingga keberadaan Rhizophora mucronata semakin habis. Salah satu usaha yang dilakukan untuk merehabilitasi hutan mangrove yang terdegradasi adalah dengan melakukan pembibitan propagul Rhizophora

mucronata dengan berbagai jenis ukuran yang nantinya diperoleh bibit yang

paling baik pertumbuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan propagul Rhizophora mucronata Lamk dengan berbagai jenis ukuran. Penelitian ini dilakukan di lokasi pembibitan sicanang dan laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara selama 4 bulan yaitu Februari- Mei 2010. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan yaitu A(40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm), D(55-59 cm) dan E(≥60 cm) masing-masing 20 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan propagul Rhizophora

mucronata Lamk dengan berbagai jenis ukuran memberikan pengaruh nyata

terhadap tinggi bibit, diameter bibit, bobot basah akar bibit dan berat kering akar bibit. Tinggi bibit tertinggi terdapat pada E(≥60 cm) sebesar 3.41 cm dandiameter bibit tertinggi terdapat pada E(≥60 cm) sebes ar 5.1235 cm berbeda nyata dengan A(40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm), dan D(55-59 cm). Berat basah akar bibit tertinggi terdapat pada D(55-59 cm) sebesar 8.475 g berbeda nyata dengan E(≥60 cm) tetapi tidak berbeda nyata dengan A (40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm). Berat kering akar bibit tertinggi terdapat pada E(≥60 cm) sebesar 5.11 g berbeda nyata dengan A(40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm), dan D(55-59 cm).


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejalan dengan semakin pesatnya pembangunan di berbagai sektor, intensitas pemanfaatan hutan mangrove oleh sektor kehutanan dan sektor non kehutanan semakin meningkat. Berbagai praktek pemanfaatan mangrove saat ini seringkali mengabaikan asas kelestarian fungsi ekologisnya. Hal ini mengakibatkan banyak lahan hutan mangrove yang terdegradasi, bahkan hilang sama sekali digantikan dengan penggunaan lain seperti tambak, perumahan, lahan pertanian dan lain-lain.

Pemanfaatan hutan mangrove secara berlebihan untuk berbagai kegiatan dapat menyebabkan hutan mangrove akan rusak dan lahan akan menjadi terbuka. Akibat dari itu tanah sebagai tempat tumbuh menjadi rusak sehingga hutan mangrove tidak lagi melanjutkan fungsinya sebagai penahan dari abrasi pantai, menggangu tata air, salinitas akan meningkat dan akan menurunkan kadar keasaman tanah (Soeroyo, 1993).

Untuk merehabilitasi areal hutan mangrove yang telah mengalami kerusakan diperlukan bibit dengan kuantitas yang memadai. Salah satu jenis yang digunakan untuk merehabilitasi hutan mangrove adalah Rhizophora mucronata. Regenerasi jenis ini dapat dilakukan secara alami, namun kondisi pada saat ini ketersedian tegakan sumber benih Rhizophora mucronata luasannya semakin menurun. Hal ini berarti kapasitas bibit di masa yang akan datang kemungkinan tidak mencukupi untuk program penanaman dalam skala besar atau untuk tanaman pengayaan pada lahan tidak produktif.


(16)

Penanaman kembali hutan mangrove yang telah mengalami kerusakan merupakan upaya kita untuk menjaga keseimbangan alam. Mangrove kita kenal sebagai habitat dari berbagai ekosistem perairan seperti ikan, kepiting, dan udang untuk mencari makanan (feeding ground), daerah pemijahan (spawning ground), dan daerah pembesaran (nursery ground) yang kesemuanya itu akan bermanfaat pula bagi kesejahteraan manusia. Selain itu juga hutan mangrove yang didominasi

Rhizopora sp. Ini memiliki peranan yang penting bagi desa kurau antara lain

sebagai daerah pencaharian nelayan kepiting bakau serta sebagai pertahanan desa kurau dari terjangan gelombang pantai dan abrasi (Bengen dan Adrianto 2001)..

Ekosistem hutan mangrove merupakan komunitas tumbuhan pesisir yang memiliki manfaat sangat besar, antara lain sebagai daerah pemijahan jenis ikan tertentu, daerah asuhan ikan-ikan ekonomis, penyedia nutrien dan zat hara serta fungsi fisik seperti menjaga daerah pesisir dari abrasi. Namun demikian, karena sebagian besar ekosistem mangrove telah ditebang untuk area pertambakan dan keperluan lainnya, maka secara umum, kondisi mangrove di Indonesia khususnya di Pantai Utara Jawa sudah dalam tingkatan yang sangat mengkhawatirkan. Kerusakan–kerusakan yang terjadi di mangrove pada dasarnya disebabkan ketidakpedulian sebagian masyarakat akan pentingnya ekosistem mangrove yang merupakan sumberdaya daerah pesisir.

Pada umumnya, sebagian masyarakat yang tidak bertanggungjawab, lebih mementingkan keuntungan sesaat tanpa memikirkan kelangsungan kelestarian alam. Selain itu, kerusakan pesisir adalah juga dampak dari pembangunan industri di pantai. Reklamasi pantai yang belum terpadu secara menyeluruh,


(17)

mengakibatkan hilangnya areal tambak dan hutan mangrove. Hal ini mengakibatkan produksi ikan menipis karena berkurangnya benih ikan.

Buah yang digunakan untuk pembibitan, sebaiknya dipilih dari pohon mangrove yang berusia diatas 10 tahun. Buah yang baik, dicirikan oleh hampir lepasnya hipokotil dari buahnya. Buah yang sudah matang dari Rhizophora spp, dicirikan dengan warna buah hijau tua atau kecoklatan, dengan kotiledon (cincin) berwarna kuning atau merah. Media yang digunakan untuk pembibitan adalah sedimen dari tanggul bekas tambak atau sedimen yang sesuai dengan karakteristik pohon induknya. Media dibiarkan selama kurang lebih 24 jam agar tidak terlalu lembek. Media tanam yang sudah disediakan, dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam (polibag) berukuran lebar 12 cm dan tinggi 20 cm, yang telah diberi lubang keci-kecil kurang lebih 10 buah. Buah disemaikan masing-masing 1 buah dalam setiap polibag. Buah ditancapkan kurang lebih sepertiga dari total panjangnya (± 7 cm). Setiap 6-10 benih, diikat menjadi satu agar tidak mudah rebah. Ikatan dibuka setelah daun pertama keluar. Daun pertama akan keluar setelah 1 bulan, daun ketiga akan keluar setelah 3 bulan (Rusila dkk,1999).

Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan berbagai jenis ukuran propagul Rhizophora mucronata.


(18)

Hipotesis Penelitian

Propagul dengan ukuran ≥60 cm pertumbuhannya lebih baik dibandingkan dengan propagul jenis ukuran yang lain.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bibit yang pertumbuhannya baik dari berbagai jenis ukuran propagul Rhizophora mucronata.

Kerangka Pemikiran

Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk merehabilitasi hutan mangrove yang telah terdegradasi adalah dengan cara melakukan pembibitan propagul Rhizophora mucronata yang nantinya diperoleh bibit yang pertumbuhannya baik. Dengan adanya bibit yang pertumbuhannya baik, maka diperoleh hasil yang maksimal dari kegiatan rehabilitasi hutan mangrove yang telah terdegradasi. Dengan ini diharapkan hutan mangrove dapat berfungsi kembali dengan baik sebagai penahan gelombang arus laut dan juga sebagai habitat satwa agar tidak punah. Dapat dilihat pada kerangka pemikiran yang disajikan pada Gambar 1.


(19)

Gambar 1. Kerangka pemikiran Pembibitan

Degradasi Konversi lahan

Pertanian Pemukiman Tambak

Hutan mangrove (Rhizophora

mucronata Lamk)


(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Mangrove/bakau adalah tanaman alternatif terbaik sebagai penahan ombak dan penyelamatan hayati pantai. Ada beberapa jenis Mangrove/ bakau yang dibudidayakan di Indonesia. Dua jenis yang paling populer adalah Mangrove Mucronata/avicullata atau yang kita kenal dengan bakau.Ada juga jenis avicennia dengan ciri rumpun daun kecil, atau yang biasa disebut orang indonesia dengan "api-api". Jarak tanam ideal untuk mangrove jenis mucronata/avicullata (batang besar) adalah 5-7 meter. sedangkan untuk Avicennia sekitar 5 meter. Untuk pantai dengan ombak besar yang paling ideal adalah jenis api-api/avicennia; karena akarnya cenderung kuat menahan ombak meski belum lama ditanam (Wightman, 1989).

Rhizophora spp dapat tumbuh dengan baik pada substrat (tanah) yang

berlumpur dan dapat mentoleransi tanah lumpur berpasir, di pantai yang agak berombak dengan frekuensi genangan 20-40 kali/bulan. Rhizophora stylosa dapat ditanam pada lokasi bersubstrat (tanah) pasir berkoral. Avicennia spp lebih cocok ditanam pada substrat (tanah) pasir berlumpur terutama di bagian terdepan pantai dengan frekuensi genangan 30-40 kali/bulan. Bruguiera spp dapat tumbuh dengan baik pada substrat (tanah) yang lebih keras yang terletak ke arah darat dari garis pantai dengan frekuensi genangan 30-40 kali/bulan. Ceriops spp dapat tumbuh baik pada substrat pasir berkoral dengan frekuensi genangan 30-40 kali/bulan (Pratiwi, 2005).


(21)

Secara umum, penanaman mangrove dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara menanam langsung buah mangrove (propagul) ke areal penanaman dan melalui persemaian bibit. Penanaman secara langsung tingkat kelulushidupannya rendah (sekitar 20-30 %). Hal ini karena pengaruh arus laut pada saat pasang dan pengaruh predator. Sedangkan dengan cara persemaian dan

pembibitan, tingkat kelulushidupannya relatif tinggi (sekitar 60-80%) ( Samingan, 1980).

Buah yang digunakan untuk pembibitan, sebaiknya dipilih dari pohon mangrove yang berusia diatas 10 tahun. Buah yang baik, dicirikan oleh hampir lepasnya hipokotil dari buahnya. Buah yang sudah matang dari Rhizophora spp, dicirikan dengan warna buah hijau tua atau kecoklatan, dengan kotiledon (cincin) berwarna kuning atau merah. Media yang digunakan untuk pembibitan adalah sedimen dari tanggul bekas tambak atau sedimen yang sesuai dengan karakteristik pohon induknya. Media dibiarkan selama kurang lebih 24 jam agar tidak terlalu lembek. Media tanam yang sudah disediakan, dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam (polibag) berukuran lebar 12 cm dan tinggi 20 cm, yang telah diberi lubang keci-kecil kurang lebih 10 buah (Tomlinson, 1986).

Propagul mangrove diusahakan berasal dari lokasi setempat atau lokasi terdekat. Buah dapat diperoleh dengan cara mengambil buah-buah yang telah jatuh atau memetik langsung dari pohonnya. Sebaiknya, pengumpulan buah dilakukan secara berulang dengan interval waktu tertentu. Pada saat memetik buah secara langsung dari pohon induknya harus dilakukan secara berhati-hati, jangan sampai bunga dan buah yang belum matang berjatuhan. Untuk memperoleh buah yang baik, dapat dilakukan antara bulan September sampai dengan Maret. Seleksi


(22)

buah tergantung pada karakteristik jenisnya. Namun biasanya, buah dipilih berasal dari buah yang matang, sehat, segar dan bebas dari hama. Ciri kematangan dapat dilihat dari warna kotiledon, warna hipokotil, berat buah atau ciri lainnya. Sebelum digunakan untuk pembibitan, buah dapat disimpan sementara waktu. Buah dimasukkan dalam ember atau bak yang berisi air penuh, dengan posisi tegak, dan diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari. Lama penyimpanan maksimal adalah 10 hari (Monk,dkk, 2000).

Buah disemaikan masing-masing 1 buah dalam setiap polibag. Buah ditancapkan kurang lebih sepertiga dari total panjangnya (± 7 cm). Setiap 6-10 benih, diikat menjadi satu agar tidak mudah rebah, ikatan dibuka setelah daun pertama keluar. Daun pertama akan keluar setelah 1 bulan, daun ketiga akan keluar setelah 3 bulan. Tempat yang akan digunakan untuk persemaian bibit dipilih lahan yang lapang dan datar. Jaraknya dengan lokasi tanam diusahakan sedekat mungkin supaya lebih efektif dalam pengangkutan bibitnya. Lahan yang digunakan untuk pembibitan harus terendam saat air pasang dengan frekuensi lebih kurang 20-40 kali/bulan, sehingga tidak memerlukan penyiraman (Kitamura, 1997).

Pembibitan dibuat dengan menggunakan bedeng. Bedeng dibuat dari bambu yang kuat. Ukuran bedeng disesuaikan dengan kebutuhan. Umumnya berukuran 1×5 m atau 1×10 m dengan tinggi 1,5–2 m. Bedeng diberi naungan ringan dari daun nipah, kelapa, ijuk, rumbia, alang-alang atau sejenisnya. Media (dasar) bedeng adalah tanah lumpur di daerah sekitarnya. Di atas media (dasar) dilapisi plastik yang tebal untuk mencegah agar akar tidak menembus ke dalam


(23)

jarak setengah meter, yang digunakan sebagai jalan kerja. Untuk mempermudah jalan, di sekitar bedeng dibuat jembatan. Bedeng berukuran 1×5 m dapat menampung bibit dalam polibag ukuran 10×50 cm atau dalam botol air minuman bekas (500 ml) sebanyak 1200 bibit, atau sebanyak 2250 unit untuk bedeng berukuran 1×10 m (Soenardjo, dkk. 2003).

Pada beberapa daerah yang sangat ekstrim dengan pola pasang surut yang sangat lebar, sebaiknya jangan dilakukan pola penanaman yang konvensional. Pola penanaman konvensional biasanya hanya penancapan bibit yang dibarengai dengan pengikatan pada ajir. Namun sebaiknya menggunakan modifikasi pada sistem persemaian. Modifikasi persemaian dapat dilakukan pada polibag bambu dan atau pot yang didisain khusus. Bentuk polibag dapat dilakukan dengan panajaman pada bagian bawah yang juga berfungsi sebagai pasak untuk tiap bibit. Modifikasi juga dapat dipadu dengan pengikatan pada ajir berlapis untuk memperkokoh dudukan bibit (Nontji,1987).

Penanaman mangrove dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara menanam langsung buah mangrove (propagul) ke areal penanaman dan melalui persemaian bibit. Penanaman secara langsung tingkat kelulushidupannya rendah (sekitar 20-30 %). Hal ini karena pengaruh arus laut pada saat pasang dan pengaruh predator. Sedangkan dengan cara persemaian dan pembibitan, tingkat kelulushidupannya relatif tinggi (sekitar 60-80%). Namun demikian, pengalaman di lapangan membuktikan bahwa tingkat kelulushidupan dengan menggunakan propagul dan bibit mangrove, bervariasi tergantung dengan kondisi daerah setempat (Poedjiraharjoe, 1996).


(24)

Mangrove dalam pertumbuhannya mempunyai masa-masa kritis. Oleh karena itu perlindungan tanaman mangrove dan hama yang merusak, mulai dari pembibitan hingga mencapai anakan, perlu dilakukan agar pertumbuhannya dapat berlangsung dengan baik. Sampai dengan usia pembibitan satu tahun, batang mangrove sangat disukai oleh serangga atau ketam/kepiting. Menurut pengalaman, 60-70% mangrove akan mati sebelum berusia 1 tahun karena digerogoti serangga atau ketam/kepiting. Untuk mengatasi hama, bisa dilakukan dengan beberapa cara. Buah Rhizophora spp, yang akan digunakan sebagai bibit, dipilih yang telah cukup matang. Tanda-tanda kematangan buah ditunjukkan oleh keluarnya buah dari tangkai. Buah kemudian disimpan di tempat yang teduh, ditutup dengan karung goni setengah basah selama 5-7 hari. Penyimpanan selama itu dimaksudkan untuk menghilangkan bau/aroma buah segar yang dimiliki buah yang sangat disenangi oleh serangga, gastropoda dan kepiting. Setelah itu, mangrove siap untuk disemai pada polibek (Kitamura, 1997).

Pengukuran pertumbuhan bibit dilakukan dengan mengukur pertambahan tinggi atau panjang plumula, jumlah daun yang mekar, jumlah pasangan daun dan jumlah cabang. Pengukuran ini diadakan untuk mengetahui dan meneliti seberapa besar kelulushidupan bibit-bibit mangrove yang telah ditanam. Pada bulan pertama belum dilakukan pengukuran pertumbuhan terhadap bibit-bibit mangrove yang hidup. Pengukuran pertumbuhan baru akan dimulai setelah bibit berumur tiga bulan (untuk mengetahui tingkat pertumbuhan bibit mangrove). Bagian tanaman mangrove yang tumbuh dan berkembang bernama plumula atau pucuk daun muda. Bagian tanaman mangrove inilah yang menjadi indikator


(25)

pertumbuhan walaupun ada daun bibit mangrovenya telah layu dan kering (Bengen dan Adrianto, 2001).

Manfaat Hutan Mangrove

Mangrove memiliki berbagai macam manfaat bagi kehidupan manusia dan lingkunga sekitarnya. Bagi masyarakat pesisir, pemanfaatan mangrove untuk berbagai tujuan telah dilakukan sejak lama. Akhir-akhir ini, peranan mangrove bagi lingkungan sekitarnya dirasakan sangat besar setelah berbagai dampak

merugikan dirasakan diberbagai tempat akibat hilangnya mangrove (Noor dkk., 1999).

Karakteristik Hutan Mangrove Tanah

Jenis tanah pada hutan mangrove umumnya alluvial biru smpai coklat keabua-abuan. Tanah ini berupa tanah lumpur kaku dengan persentase liat tinggi yang tinggi, bervariasi dari tanah liat biru, dengan sedikit atau tanpa bahan organik, sampai tanah lumpur coklat hitam yang mudah lepas karena banyak mengandung pasir dan bahan organic (Widhiastuti, 1996).

Kandungan kimia tanah hutan mangrove umumnya kaya akan bahan organik, dan mempunyai nilai nitrogen yang tinggi. Secara umum tanah hutan mangrove termasuk tanah alluvial hydomorf. Tanah ini tarafnya muda dan

tergolong dalam tanah-tanah regosol atau entisol (Soerianegara, 1971 dalam Widhiastuti, 1996)


(26)

Salinitas

Bagi kebanyakan pohon-pohon mangrove dan fauna penggali liang dalam tanah, salinitas air pasang mungkin kurang penting dibandingkan dengan salinitas air tanah. Salinitas air tanah umumnya lebih rendah dibandingka dengan air pasang diatasnya, hal ini disebabkan karena terjadinya pengenceran oleh air tawar (hujan) yang merembes ke dalam tanah. Bagi akar-akar pohon dan fauna penggali lubang, faktor terpenting bukan hanya kadar NaCl tetapi tekanan osmotic (Widhiastuti, 1996).

Menurut De Haan dalam Samingan (1995) salinitas bervariasi dari hari ke hari dan dari musim ke musim. Selama siang hari salinitas lebih tinggi dibandingkan pada musim hujan. Demikian pula pada musim pasang, salinitas akan turun dan cenderung untuk naik bila surut kembali.

Kelebihan Hutan Mangrove

Hutan mangrove memiliki kelebihan, antara lain:

• Hidup disepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

• Memilik perakaran yang mampu meredam gerak pasang surut air laut dan mampu terendam dalam air yang kadar garamnya tinggi.


(27)

Faktor-faktor lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove Salinitas

Kondisi salinitas sngat mempengaruhi komposisi mangrove. Berbagai jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya secara selektif mampu menghindari penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lainnya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya (Noor, 1999).

Tanah

Sebagian besar jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik pada tanah berlumpur, terutama di daerah endapan lumpur terakumulasi. Di Indonesia substrat berlumpur ini sangat baik untuk tegakan Rhizophora mucronata dan

Avicennia marina (Kint, 1934).

Jenis tanah yang mendominasi kawasan mangrove biasanya adalah fraksi lempeng berdebu, akibat rapatnya bentuk perakaran-perakaran yang ada. Fraksi lempung berpasir hanya terdapat dibagian depan (arah pantai). Nilai pH tanah dikawasan mangrove berbeda-beda, tergantung pada tingkat kerapatan vegetasi yang tumbuh dikawasan tersebut. Jika kerapatan rendah, tanah akan mempunyai nilai pH yang tinggi. Nilai pH tidak banyak berbeda, yaitu antara 4,6-6,5 dibawah tegakan jenis Rhizophora spp ( Arief, 2003).

Hutan mangrove tanahnya selalu basah, mengandung garam, mempunyai sedikit oksigen dan kaya akan bahan organik. Bahan organik yang terdapat di dalam tanah, terutama berasal dari sisa tumbuhan yang diproduksi oleh mangrove sendiri. Serasah secara lambat akan diuraikan oleh mikroorgansme, seperti


(28)

bakteri, jamur dan lainnya. Selain itu juga terjadi sedimen halus dan partikel kasar, seperti potongan batu dank oral, pecahan kulit kerang dan siput. Biasanya tanah mangrove kurang membentuk lumpur berlempung dan warnanya bervariasi dari abu-abu muda sampai hitam (Soeroyo, 1993).

Cahaya

Cahaya adalah salah satu faktor yang penting dalam proses fotosintesis dalam melakukan pertumbuhan tumbuhan hijau. Cahaya mempengaruhi respirasi, transpirasi, fisiologi dan juga sruktur fisik tumbuhan. Intensitas cahaya, di dalam kualitas dan juga lama penyinaran juga merupakan satu faktor penting untuk tumbuhan. Umumnya tumbuhan di ekosistem mangrove juga membutuhkan intensitas tinggi (Mac Nae, 1968).

Suhu

Pada Rhizophora spp., Ceriops spp., Exocoecaria spp. dan Lumnitzera

spp., laju tertinggi produksi daun baru adalah pada suhu 26-28 ºC, untuk

Bruguiera spp adalah 27ºC dan Avicennia marina memproduksi daun baru pada

suhu 18-20 ºC (Hutchings dan Saenger, 1987).

Pasang Surut

Pasang surut menetukan zonasi komunitas flora dan fauna mangrove. Durasi pasang surut berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas pada areal mangrove. Salinitas air menjadi sangat tinggi pada saat pasang naik dan menurun


(29)

salah satu faktor yang membatasi distribusi jenis mangrove. Pada areal yang selalu tergenang hanya Rhizophora mucronata yang tumbuh baik, sedangkan

Bruguiera spp dan Xylocarpus spp jarang mendominasi daerah yang sering

tergenang. Pasang surut juga berpengaruh terhadap perpindahan massa antara air tawar dengan air laut, dan oleh karenanya mempengaruhi organisme mangrove (Ansori, 1998).


(30)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lokasi pembibitan Mangrove yang bertempat di Desa Sicanang Belawan dan Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2010.

Bahan dan Alat Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah propagul bakau

(Rhizophora mucronata) dengan 5 jenis ukuran yaitu (40-45 cm), (45-50 cm),

(50-55 cm), (55-60 cm) dan ≥60 cm yang berasal dari Desa S icanang Belawan, tanah aluvial (tanah lumpur) yang juga berasal dari Desa Sicanang Belawan, serta polibag yang berfungsi sebagai tempat media tumbuh tanaman.

Alat

Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengambil tanah aluvial, penggaris untuk mengukur tinggi tanaman, alat tulis untuk mencatat hasil yang didapat, kamera digital untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian, timbangan untuk menimbang bobot kering dan bobot basah, oven untuk mengeringkan bagian tanaman, jangka sorong untuk mengukur diameter semai.


(31)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dengan masing-masing 20 ulangan, yaitu :

a. A propagul dengan ukuran 40 cm-45 cm b. B propagul dengan ukuran 45 cm-50 cm c. C propagul dengan ukuran 50 cm-55 cm d. D propagul dengan ukuran 55 cm-60 cm e. E propagul dengan ukuran ≥60 cm

Dilakukan sebanyak 20 kali ulangan sehingga diperoleh 100 propagul Rhizophora mucronata.

Model linier rancangan acak lengkap yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Yij = µ + τi + Єij Keterangan:

Yij = Nilai pengamatan pada ulangan ke-j yang mendapat perlakuan ke-i µ = Nilai tengah

τi = Pengaruh perlakuan ke-i


(32)

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Lahan

Lahan di lokasi Pembibitan Mangrove Desa Sicanang, Belawan yang akan digunakan untuk tempat penelitian dibersihkan dari gulma dan sisa sisa tanaman atau kotoran yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Penyediaan Tanah Aluvial

Tanah aluvial yang akan digunakan pada penelitian merupakan tanah asli dari habitat tempat tumbuh tumbuhan mangrove itu sendiri yaitu tanah lumpur desa Sicanang, Belawan sehingga tumbuhan mangrove dapat tumbuh.

Penyediaan Bibit

Propagul Rhizophora mucronata yang digunakan pada penelitian berasal dari lokasi Pembibitan mangrove Desa Sicanang, Belawan dengan kriteria bibit adalah propagul R. mucronata yang telah matang secara fisiologi dengan panjang propagul ± 60 cm dengan warna propagul hijau kekuning- kuningan.

Penanaman Bibit

Propagul R. mucronata yang telah disediakan ditanam ke dalam polibag yang telah berisi media tumbuh yang telah disesuaikan dengan perlakuan masing – masing dengan kedalaman tanam 10 cm. Kemudian bibit dipindahkan ke plot yang telah disediakan.


(33)

Pengamatan Parameter

Pengamatan dilakukan 3 minggu setelah tanam (3 MST) dan parameter yang diamati antara lain :

Pertambahan tinggi bibit Rhizophora mucronata (cm)

Pengukuran tinggi semai dimulai dari titik tumbuh sampai ujung propagul

Rhizophorz mucronata dengan menggunakan meteran.

Pertambahan Diameter Rhizophora mucronata (cm)

Pengukuran diameter batang dilakukan pada titik tumbuh semai

Rhizophora mucronata dengan menggunakan jangka sorong.

Luas Daun Rhizophora mucronata (cm2)

Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir pengamatan data. Perhitungan luas daun dengan menggunakan program software computer. Perhitungan daun dengan menggunakan program autocad 2006.

Bobot Basah Rhizophora mucronata (g)

Perhitungan bobot basah dilakukan setelah selesai pengamatan yaitu berkisar 12 MST dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman dan membersihkannya dari tanah yang melekat pada akar tanaman. Kemudian tanaman langsung ditimbang menggunakan timbangan.

Bobot Kering Rhizophora mucronata (g)

Perhitungan bobot kering dilakukan pada akhir pengamatan yaitu 12 MST dengan cara menghitung berat tanaman secara keseluruhan. Setelah ditimbang dimasukkan ke dalam oven selam kurang lebih 48 jam dengan suhu 70° C. Kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :


(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi bibit Rhizophora mucronata (cm)

Hasil analisis siddik ragam terlihat bahwa perlakuan dengan ukuran yang berbeda (Lampiran 2), memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit Rhizophora mucronata. Berikut rata-rata tinggi bibit Rhizophora mucronata

disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata tinggi bibit Rhizophora mucronata (cm).

Perlakuan Rata-rata Tinggi bibit Rhizophora mucronata (cm)

A 2.186a

B 3.33b

C 2.94c

D 3.1d

E 3.41e

Total 14.966

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama a kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan E (≥60 cm) menghasilkan rataan tinggi yang tertinggi (3.41 cm), sedangkan rataan tinggi yang terendah pada perlakuan A (40-44 cm) yaitu (2.186 cm). Hasil uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5 % yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perlakuan E(≥60 cm) berbeda nyata dengan perlakuan A(40-44 cm), perlakuan B(45-49 cm), perlakuan C(50-54 cm) dan perlakuan D(55-59 cm).


(35)

Histogram tinggi rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk dapat dilihat pada Gambar 2.

Rata-rata 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

A B C D E

PERLAKUAN

RAT

A-RAT

Rata-rata

Gambar 2. Tinggi bibit Rhizophora mucronata Lamk dengan berbagai jenis ukuran

Gambar 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran propagul Rhizophora mucronata Lamk yang paling baik terhadap tinggi terdapat pada perlakuan E (≥60 cm) yang memiliki rerata paling tinggi yaitu 3.41 cm, sedangkan rataan tinggi yang terendah terdapat pada perlakuan A (40-44 cm) yaitu 2.186 cm. Dari gambar ini dapat dilihat bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran propagul Rhizophora mucronata Lamk terhadap tinggi adalah pada perlakuan E (≥60 cm), karena memiliki rataan yang paling tinggi dibandingkan dengan yang lain.

Diameter bibit Rhizophora mucronata (cm)

Hasil analisis siddik ragam terlihat bahwa perlakuan dengan ukuran yang berbeda (Lampiran 3), memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan diameter bibit Rhizophora mucronata. Berikut rata-rata diameter bibit Rhizophora mucronata disajikan pada tabel 2.


(36)

Tabel 2. Rata-rata diameter bibit Rhizophora mucronata (cm).

Perlakuan Rata-rata diameter bibit Rhizophora mucronata (cm)

A 3.6685e

B 3.763d

C 3.789c

D 4.8025b

E 5.1235a

Total 21.1465

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan E (≥60 cm) menghasilkan rataan diameter yang tertinggi (5.1235 cm), sedangkan rataan diameter terendah pada perlakuan A (40-44 cm) yaitu (3.6685 cm). Hasil uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5 %, menunjukkan bahwa semua perlakuan berbeda nyata yaitu A berbeda nyata dengan perlakuan B (45-49 cm), perlakuan C C(50-54 cm), perlakuan D(55-59 cm). dan perlakuan E (≥60 cm).

Histogram diameter rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk dapat dilihat pada Gambar 3.

Rata-rata 0 1 2 3 4 5 6

A B C D E

PERLAKUAN

RAT

A-RAT


(37)

Gambar 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran propagul Rhizophora mucronata Lamk yang paling baik terhadap diameter

terdapat pada perlakuan E (≥60 cm) yang memiliki rerata paling tinggi yaitu 5.1235 cm, sedangkan rataan diameter yang terendah terdapat pada perlakuan A (40-44 cm) yaitu 3.6685cm. Dari gambar ini dapat dilihat bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran propagul Rhizophora mucronata Lamk terhadap diameter adalah pada perlakuan E (≥60 cm), karena memiliki rerata yang paling tinggi dibandingkan dengan yang lain.

Luas daun total bibit Rhizophora mucronata (cm2)

Hasil analisis siddik ragam terlihat bahwa perlakuan dengan ukuran yang berbeda, tidak memberikan pengaruh nyata terhadap luas daun total bibit

Rhizophora mucronata. Berikut rata-rata luas daun bibit Rhizophora mucronata

disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata luas daun bibit Rhizophora mucronata (cm2).

Perlakuan Rata-rata luas daun bibit Rhizophora mucronata (cm2)

A 8.88934

B 10.11977

C 10.80177

D 11.59541

E 12.05596

Total 53.46224

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran propagul Rhizophora mucronata tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rataan luas daun bibit dimana perlakuan E (≥60 cm)menunjukkan angka tertinggi


(38)

yaitu 12.05596 cm2 dan rataan terendah terdapat pada perlakuan A (40-44 cm) yaitu 8.88934 cm2.

Histogram luas daun rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk dapat dilihat pada Gambar 4.

Rata-rata

0 2 4 6 8 10 12 14

A B C D E

PERLAKUAN

RAT

A-RAT

Rata-rata

Gambar 4. Luas daun total bibit Rhizophora mucronata Lamk dengan berbagai jenis ukuran

Gambar 4 menunjukkan bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran propagul Rhizophora mucronata Lamk yang paling baik terhadap luas daun terdapat pada perlakuan E (≥60 cm) yang memiliki rataan paling tinggi yaitu 12.05596 cm2, sedangkan rataan tinggi yang terendah terdapat pada perlakuan A (40-44 cm) yaitu 8.88934 cm2.

Berat basah akar bibit Rhizophora mucronata (g)

Hasil analisis siddik ragam terlihat bahwa perlakuan dengan ukuran yang berbeda (Lampiran 3), memberikan pengaruh nyata terhadap luas daun total bibit


(39)

Tabel 3. Rata-rata berat basah bibit Rhizophora mucronata (g).

Perlakuan Rata-rata berat basah bibit

Rhizophora mucronata (g)

A 3.01be

B 4.255bd

C 6.475bc

D 8.475b

E 8.295a

Total 30.51

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan E (≥60 cm) menghasilkan berat basah akar yang tertinggi (8.295 g), sedangkan rataan bobot basah terendah pada perlakuan A (40-44 cm) (3.01 g). Hasil uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5 %, menunjukkan perlakuan D(55-59 cm) berbeda nyata dengan perlakuan E (≥60 cm), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan C(50-54 cm), perlakuan B (45-49 cm), dan perlakuan A (40-44 cm)

Histogram bobot basah rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk dapat dilihat pada Gambar 5.

Rata-rata 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

A B C D E

PERLAKUAN

RAT

A-RAT

Rata-rata


(40)

Gambar 5 menunjukkan bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran propagul Rhizophora mucronata Lamk yang paling baik terhadap bobot basah terdapat pada perlakuan E (≥60 cm) yang memiliki rerata paling tinggi yaitu

8.295 g, sedangkan rataan tinggi yang terendah terdapat pada perlakuan A (40-44 cm) yaitu 3.01 g.

Berat kering akar bibit Rhizophora mucronata (g)

Hasil analisis siddik ragam terlihat bahwa perlakuan dengan ukuran yang berbeda (Lampiran 3), memberikan pengaruh nyata terhadap luas daun total bibit

Rhizophora mucronata. Berikut rata-rata berat kering bibit Rhizophora mucronata

disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata berat kering bibit Rhizophora mucronata (g).

Perlakuan Rata-rata berat kering bibit

Rhizophora mucronata (g)

A 1.98be

B 2.69bd

C 3.73bc

D 5.07b

E 5.11a

Total 18.58

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan E (≥60 cm)

menghasilkan rataan luas daun yang tertinggi (5.11 g), sedangkan rataan berat kering terendah pada perlakuan A (40-44 cm) (1.98 g). Hasil uji jarak berganda


(41)

perlakuan E (≥60 cm), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan C (50-54 cm), perlaukan B (45-49 cm) dan perlakuan A (40-44 cm).

Histogram rata-rata bobot kering bibit Rhizophora mucronata Lamk dapat dilihat pada Gambar 6.

Rata-rata

0 1 2 3 4 5 6

A B C D E

PERLAKUAN

RAT

A-RAT

Rata-rata

Gambar 6. Bobot kering bibit Rhizophora mucronata Lamk dengan berbagai jenis ukuran

Gambar 6 menunjukkan bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran propagul Rhizophora mucronata Lamk yang paling baik terhadap bobot kering terdapat pada perlakuan E yang memiliki rataan paling tinggi yaitu 5.11 g, sedangkan rataan tinggi yang terendah terdapat pada perlakuan A yaitu 1.98 g.

Pembahasan

Berdasarkan analisis siddik ragam (Lampiran 2), dapat dilihat bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran propagul Rhizophora mucronata memberikan pengaruh yang nyata pada pertambahan tinggi bibit Rhizophora mucronata. Dari data yang diperoleh didapat rataan tertinggi terdapat pada ukuran ≥60 cm yaitu 5.1319 cm dan rataan terendah terdapat pada ukuran 40-45 cm yaitu 1.5059 cm.


(42)

Berdasarkan uji lanjut Duncan perlakuan E (≥60 cm ) berbeda nyata dengan perlakuan B ( 45-50 cm ), perlakuan C ( 50-55 cm )dan perlakuan D ( 55-60 cm ), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan A ( 40-45 cm ) pada taraf 5 %.

Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari kegiatan pembibitan ini adalah buah yang sudah matang secara fisiologis yang dicirikan dengan warna hijau tua atau kecoklatan serta media yang digunakan dalam pembibitan ini adalah sebaiknya berasal dari sediment dari tanggul bekas tambak atau sediment yang sesuai dengan karakteristik pohon induknya. Sesuai dengan pernyataan dari Tomlinson (1986), yang menyatakan bahwa keberhasilan pembibitan propagul

Rhizophora mucronata ini sangat dipengaruhi oleh faktor dari buah itu sendiri.

Buah yang digunakan dalam pembibitan ini adalah buah yang matang secara fisiologis ditandai dengan warna buah hijau tua atau kecoklatan dengan kotileduon berwarna kuning atau merah. Dan juga media tanam yang digunakan untuk pembibitan adalah sedimen dari tanggul bekas tambak atau sedimen yang sesuai dengan karakteristik pohon induknya. Media dibiarkan selama kurang lebih 24 jam agar tidak terlalu lembek. Media tanam yang sudah disediakan, dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam (polibag) berukuran lebar 12 cm dan tinggi 20 cm, yang telah diberi lubang keci-kecil kurang lebih 10 buah.

Berdasarkan analisis siddik ragam dapat dilihat bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran propgul memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan diameter. Diperoleh rataan tertinggi pada ukuran ≥60 cm yaitu 5.1235 cm dan rataan terendah pada ukuran 40-45 cm yaitu 3.6685 cm. Berdasarkan uji Duncan perlakuan E (≥60 cm ) berebeda nyata dengan perlakuan


(43)

A ( 40-45 cm ), perlakuan B ( 45-50 cm ), perlakuan C ( 50-55 cm ) dan perlakuan D ( 55-60 cm ).

Pembibitan yang baik dilakukan dengan cara buah disemaikan masing-masing 1 buah dalam setiap polibag. Buah ditancapkan kurang lebih sepertiga dari total panjangnya (± 7 cm). Tempat yang akan digunakan untuk persemaian bibit dipilih lahan yang lapang dan datar. Lahan yang digunakan untuk pembibitan harus terendam saat air pasang dengan frekuensi lebih kurang 20-40 kali/bulan, sehingga tidak memerlukan penyiraman.

Berdasarkan analisis siddik ragam dapat dilihat bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran propgul tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap luas daun semai Rhizophora mucronata. Diperoleh rata-rataluas daun tertinggi pada perlakuan E ≥60 cm yaitu 12.05596 cm2 dan rata-rataluas daun terendah pada perlakuan A(40-45 cm) yaitu 8.88934cm2.

Tingginya intensitas cahaya dapat menyebabkan proses transpirasi akan meningkat. Hal ini mengakibatkan kadar air dalam tanaman menjadi berkurang dan mempengaruhi kegiatan fotosintesis, karena proses tersebut memerlukan air sebagai bahan utamanya. Sesuai dengan pernyataan dari Macnae (1968), yang menyatakan bahwa cahaya adalah salah satu faktor yang penting dalam proses fotosintesis dalam melakukan pertumbuhan tumbuhan hijau. Cahaya mempengaruhi respirasi, transpirasi, fisiologi dan juga sruktur fisik tumbuhan. Intensitas cahaya, di dalam kualitas dan juga lama penyinaran juga merupakan satu faktor penting untuk tumbuhan. Dan juga faktor yang penting selain cahaya adalah air yang merupakan faktor penting dalam proses fotosintesis.


(44)

Berdasarkan analisis siddik ragam dapat dilihat bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran propgul memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat basah akar bibit Rhizophora mucronata . Diperoleh rataan tertinggi pada ukuran 55-60 cm yaitu 8.475 g dan rataan terendah pada ukuran 40-45 cm yaitu 3.01g. Berdasarkan uji Duncan perlakuan D ( 55-60 cm )berebeda nyata dengan

perlakuan E (≥60 cm ), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan A ( 40-45 cm ), perlakuan B ( 45-50 cm ) dan perlakuan C ( 50-55 cm ).

Keuntungan dilakukannya pembibitan propagul Rhizophora mucronata ini adalah tingkat kelulushidupannya relatif tinggi bila dibandingkan dengan cara penanaman langsung dilapangan. Sesuai dengan pernyataan dari Poedjiraharjoe ( 1996), yang menyatakan bahwa penanaman secara langsung dilapangan tingkat kelulushidupannya rendah (sekitar 20-30 %). Hal ini karena pengaruh arus laut pada saat pasang dan pengaruh predator. Sedangkan dengan cara persemaian dan pembibitan, tingkat kelulushidupannya relatif tinggi (sekitar 60-80%).

Berdasarkan analisis siddik ragam dapat dilihat bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran propgul memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering akar bibit Rhizophora mucronata. Diperoleh rataan tertinggi pada ukuran ≥60 cm yaitu 5.11 g dan rataan terendah pada ukuran 40-45 cm yaitu 1.98 g. Berdasarkan uji Duncan perlakuan D ( 55-60 cm ) berebeda nyata dengan

perlakuan E (≥60 cm ), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan A ( 40-45 cm ), perlakuan B ( 45-50 cm ) dan perlakuan C ( 50-55 cm ).

Rhizophora spp dapat tumbuh dengan baik pada substrat (tanah) yang


(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pertumbuhan berbagai jenis ukuran propagul Rhizophora mucronata

Lamk yang paling baik adalah pada perlakuan E yang terlihat pada pertambahan tinggi, diameter, bobot kering akar dan luas daun tertinggi yakni secara berturut-turut 5.1319 cm, 5.1235 cm, 5.11 g dan 12.05596 cm2, sedagkan rataan yang paling rendah terdapat pada perlakuan A.

2. Dari hasil yang didapat bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran propagul Rhizophora mucronata Lamk yang paling baik terdapat pada perlakuan E (≥60 cm), karena memiliki pertumbuhan yang paling baik.

Saran

Diharapkan dalam kegiata rehabilitasi hutan magrove yang terdegradasi agar menanam propagul Rhizophora mucronata dengan ukuran ≥60 cm.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Ansori, S.1998. Studi sifat Fisik dan Pasang Surut Air Laut terhadap Penyebaran Jenis Rhizophora Hutan Mangrove Pantai Tampora Jatim. Fahutan. IPM. Malang.

Arief, A. 2003. Hutan Mangrove Fugsi dan Manfaatnya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Bengen, D. G. dan Adrianto. 2001. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Departemen Kehutanan. 2002. Udang Dibalik Mangrove. Edisi VI. Pusat Standarisasi dan Lingkungan. Depatemen Kehutanan. Jakrta.

Hutching, P. And P. Saenger. 1987. Ecology of Mangrove. University of Queensland Press. Australia.

Kitamura, S. 1997. Handbook of Mangroves in Indonesia. Bali and Lombok. ISME and JICA. Bali.

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara (Marine Nusantara). Djambatan. Jakarta, Indonesia.

Mac Nae, W. 1968. “A General Account of Fauna and Flora of Mangrove Swamps and Forest in The Indowest-Pasific Region.” Dalam: Adv. Mar. Biol.

Muin, A. 2001. Hutan Mangrove Sebagai Sains

IPB.com/users/grp.paper 00/makalah 4. htm) Tanggal 28 Januari 2010. Monk, K. A. Y. Fretes dan G. R. Lilley. 2000. Ekologi Nusa Tenggara dan

Maluku. Seri Ekologi Indonesia. Buku 5. Penerbit Prenhallindo. Jakarta. Nyakben, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis (Eidman, M. Dkk,

Penerjemah). PT Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.

Poedjiraharjoe . 1996. Peran Perakaran Rhizophora Mucronata dalam Perbaikan Habitat Mangrove di Kawasan Rehabilitasi Mangrove Pantai Pemalang. dalam : Buletin Kehutanan No.30 Fak.Kehutanan . Universitas Gadjah Mada. Yogjakarta.


(47)

Rusila Noor, Y., M. Khazali, I. N. N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PKA/WI-IP. Bogor.

Saenger, P., E.J. Hegerl and J.D.S. Davie. 1983. Global Status of Mangrove

Ecosystem. IUCN Commission on Ecology Paper.

Samingan, T. 1995. Type-type Vegetasi (Pengantar Dendrologi). Proyek Peningkatan/pPengenbangan Perguruan Tinggi. IPB Bogor.

Soenardjo, N., Pramesti, R, dan Rudiana, E. 2003. Teknik Pembibitan Sistem Apung pada Bibit Bakau Besar (Rhizophora mucronata Lamk). Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro. Semarang.

Soerianegara, I. 1987. Masalah Penentuan Batas Lebar Jalur Hijau Hutan mangrove. Prosiding Seminar III Ekosistem Mangrove. Jakarta.

Soeroyo, 1993. Pertumbuhan Mangrove dan Permasalahannya. Buletin Ilmiah INSTIPER. Yogyakarta.

Taniguchi, K., S. Takashima, O. Suko. 1999. Manual Silvikultur Mangrove Untuk Bali dan Lombok. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia and Japan International Cooperation Agency. Bali.

Tomlinson, P. B. 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge University Press, Cambridge. U. K.

Widhiastuti, R. 1996. Tinjaun Ekologi Hutan Mangrove. Program Studi Biologi Bahan Bacaan Kuliah Ekologi Hutan dan Ekologi Tumbuhan. Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Wightman, G. M. 1989. Mangroves of The Northern Territory. Northern Territory Botanical Bulletin No. 7. conservation Commission of The Northern Territtory, Palmerston, N. T., Australia.


(48)

1. Tabel Pengamatan Pertambahan Tinggi bibit Rhizophora mucronata Lamk (cm)

Perlakuan I II II IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX Tota

A 3.44 1.74 1.96 6.6 5.16 11.5 8.8 7.88 3.08 3.52 7.1 7..52 2.14 1.86 1.8 1.78 11.32 4.2 4.26 5..9 90. B 3..37 2.77 6.44 2.675 2..97 3..23 3.075 3.69 2.74 2.85 2.79 3.79 2.44 4.25 3.28 3.23 1.3 2.875 3.625 5.6125 63.772 C 3..2 1..9 1..39 1..375 1..34 1.45 1.4125 1..275 1.175 2..325 1.3625 1.4 1.225 2.02 1.3 1.3 1.2125 1.15 1.45 4.25 32.062 D 3..93 1.7125 1.7125 1.49 1..375 1..5125 1..39 1.4 1..39 1..38 1.45 1.4 1.6125 1..375 1.1625 1..25 1..3625 1..35 0..3 1.5625 28.605 E 7.05 3.64 4.425 5.175 5.825 4.1375 4..2571 4.025 4.45 7..55 5..275 8.143 5..5625 6..225 4..575 4.7125 4..975 3.4125 5..3625 3.86 98.500

Sumber Keragaman Derajat Bebas (DB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) Fhit Ftab

Perlakuan 4 247.3079 61.82698 22.4886 2.46

Galad 95 261.1796 2.749259

Total 99 508.4875


(49)

2. Table pengamatan diameter bibit Rhizophora mucronata Lamk (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX

A 3.02 2.91 2.92 3.54 3.8 4.3 4.08 4.36 5.88 2.05 4.68 4.34 4.16 2.65 2.55 2.24 4.35 4.6 4.3 2.64 73.37 3.6685

B 2.71 2.73 4.71 3.29 3.26 2.01 4.67 4.4 4.35 3.31 2.86 4.09 4.83 4.71 3.06 4.64 3.87 3.12 4.46 4.18 75.26 3.763

C 3.79 4.09 2.96 4.44 4.15 4.01 4.63 3.51 3.9 3.79 3.64 4.41 5.46 4.23 2.9 2.28 3.96 3.7 3.25 2.68 75.78 3.789

D 4.28 5.45 5.08 4.28 4.63 5.98 4.94 5.03 5.11 4.83 5.45 4.97 6.22 4.67 4.2 4.48 4.73 4.28 3.16 4.28 96.05 4.8025

E 5.36 4.52 5.44 5 5.02 4.57 5.22 5.68 5.61 4.77 5.37 5.24 5.48 5.72 5.17 5.98 5.12 3.34 4.78 5.08 102.47 5.1235

Sumber Keragaman Derajat Bebas (DB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) Fhit Ftab

Perlakuan 4 578.07308 144.51827 237.42452 2.46

Galad 95 57.825685 0.6086914

Total 99 635.89877


(50)

3. Luas Daun Total bibit Rhizophora mucronata Lamk (cm2)

PERLAKUAN

ULANGAN

TOTAL I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX

A 4.895 8.69 5.0913 8.473 7.51 7.9043 12.2 13.59 5.091 6.327 10.83 10.45 3.788 14.65 9.539 11.59 14.99 7.677 3.025 11.48 177.8

B 3.0249 4.895 6.3273 8.686 7.317 10.305 9.382 8.686 9.529 15.69 16.12 9.68 14.24 4.895 11.87 14.31 11.86 3.88 13.17 18.52 202.4

C 4.879 8.686 14.62 7.257 18.77 13.541 18.26 21.08 11.51 9.67 9.668 10.8 5.189 8.057 11.15 9.671 7.217 13.37 9.159 3.479 216

D 7.6416 17.66 3.876 12.5 8.764 13.02 18.33 9.212 10.59 11.14 11.57 9.559 6.098 16.12 16.12 14.32 9.046 13.37 10.45 12.51 231.9

E 13.842 17.25 9.1593 10.3 7.51 15.128 10.81 13.03 9.982 11.66 8.69 17.18 10.58 12.91 11.24 14.4 14.31 16.23 7.217 9.678 241.1

Sumber Keragaman Derajat Bebas (DB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) Fhit Ftab

Perlakuan 4 125.312 31.328 2.0326 2.46

Galad 95 1464.25 15.413

Total 99 1589.56


(51)

4. Berat basah bibit Rhizophora mucronata Lamk (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX

A 1.6 1.1 3.2 2 6.8 2.4 5.3 3.8 1.3 3.5 3.5 6.1 2.3 1.9 6.4 2.1 1.3 1.6 1.1 2.9 60.2 3.01

B 2.3 1 12 4.1 1.5 1.2 3.6 3.5 4.1 4.2 1.7 5.2 5.7 8.2 1 4.2 3.7 5.5 3.1 9.3 85.1 4.255

C 6.3 4.4 9 9.2 12.3 10.7 10.4 11.7 7.8 6.8 2.5 4.6 5.5 5.2 2.6 8.4 2.2 7 1.7 1.2 129.5 6.475

D 8 10.8 8.5 4.4 8 12.1 11.3 22.2 5.4 11.8 8.2 6.7 10.9 10.6 7.1 9.8 6.2 3.7 1.8 2 169.5 8.475

E 14.3 1.7 9.1 6.9 15.2 5.4 4.5 6.2 6.9 10.4 19.4 14.1 9.5 6.4 5.5 9.2 6.9 6.3 3.8 4.2 165.9 8.295

Sumber Keragaman Derajat Bebas (DB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) Fhit Ftab

Perlakuan 4 471.0276 117.7569 9.283647 2.46

Galad 95 1205.012 12.68434

Total 99 1676.04


(52)

5. Tabel Berat Bersih bibit Rhizophora mucronata Lamk (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX

A 1.2 0.6 2.2 1.5 5 1 3.8 2.5 0.8 2.3 2 4 1.4 0.9 5.3 1 0.6 1 0.7 1.8 39.6 1.98

B 1.1 0.6 6 2.6 1 0.8 2.4 2 2.1 2.1 1.1 3.6 3.9 5.6 0.6 2.9 2.7 4.4 2.1 6.2 53.8 2.69

C 3.1 2 6.4 5 6.1 6.1 6.7 7.1 4.5 4.2 1.3 3 2.9 3.5 1.6 4.4 1.1 4.2 0.8 0.6 74.6 3.73

D 4.9 7.5 5.4 2.5 4.2 7.2 6.9 10.9 2.9 7.4 5.4 4.2 7.9 7.4 3.6 4.4 3.9 2.5 1.1 1.2 101.4 5.07

E 8.7 1.1 5.6 4 9.5 3.5 2.3 4.1 4 6.9 10.3 9.6 5.3 4.6 3.8 5.6 4.5 3.7 2.5 2.6 102.2 5.11

Sumber Keragaman Derajat Bebas (DB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) Fhit Ftab

Perlakuan 4 161.318 40.3295 8.859486 2.46

Galad 95 432.452 4.552126


(1)

Rusila Noor, Y., M. Khazali, I. N. N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan

Mangrove di Indonesia. PKA/WI-IP. Bogor.

Saenger, P., E.J. Hegerl and J.D.S. Davie. 1983.

Global Status of Mangrove

Ecosystem

. IUCN Commission on Ecology Paper.

Samingan, T. 1995. Type-type Vegetasi (Pengantar Dendrologi). Proyek

Peningkatan/pPengenbangan Perguruan Tinggi. IPB Bogor.

Soenardjo, N., Pramesti, R, dan Rudiana, E. 2003. Teknik Pembibitan Sistem

Apung pada Bibit Bakau Besar (

Rhizophora mucronata

Lamk). Jurnal

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Lembaga Penelitian

Universitas Diponegoro. Semarang.

Soerianegara, I. 1987. Masalah Penentuan Batas Lebar Jalur Hijau Hutan

mangrove. Prosiding Seminar III Ekosistem Mangrove. Jakarta.

Soeroyo, 1993. Pertumbuhan Mangrove dan Permasalahannya. Buletin Ilmiah

INSTIPER. Yogyakarta.

Taniguchi, K., S. Takashima, O. Suko. 1999. Manual Silvikultur Mangrove Untuk

Bali dan Lombok. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik

Indonesia and Japan International Cooperation Agency. Bali.

Tomlinson, P. B. 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge University Press,

Cambridge. U. K.

Widhiastuti, R. 1996. Tinjaun Ekologi Hutan Mangrove. Program Studi Biologi

Bahan Bacaan Kuliah Ekologi Hutan dan Ekologi Tumbuhan. Program

Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara.

Wightman, G. M. 1989. Mangroves of The Northern Territory. Northern Territory

Botanical Bulletin No. 7. conservation Commission of The Northern

Territtory, Palmerston, N. T., Australia.


(2)

1. Tabel Pengamatan Pertambahan Tinggi bibit

Rhizophora mucronata

Lamk (cm)

Perlakuan I II II IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX Tota

A 3.44 1.74 1.96 6.6 5.16 11.5 8.8 7.88 3.08 3.52 7.1 7..52 2.14 1.86 1.8 1.78 11.32 4.2 4.26 5..9 90. B 3..37 2.77 6.44 2.675 2..97 3..23 3.075 3.69 2.74 2.85 2.79 3.79 2.44 4.25 3.28 3.23 1.3 2.875 3.625 5.6125 63.772 C 3..2 1..9 1..39 1..375 1..34 1.45 1.4125 1..275 1.175 2..325 1.3625 1.4 1.225 2.02 1.3 1.3 1.2125 1.15 1.45 4.25 32.062 D 3..93 1.7125 1.7125 1.49 1..375 1..5125 1..39 1.4 1..39 1..38 1.45 1.4 1.6125 1..375 1.1625 1..25 1..3625 1..35 0..3 1.5625 28.605 E 7.05 3.64 4.425 5.175 5.825 4.1375 4..2571 4.025 4.45 7..55 5..275 8.143 5..5625 6..225 4..575 4.7125 4..975 3.4125 5..3625 3.86 98.500

Sumber Keragaman Derajat Bebas (DB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) Fhit Ftab

Perlakuan 4 247.3079 61.82698 22.4886 2.46

Galad 95 261.1796 2.749259

Total 99 508.4875


(3)

2. Table pengamatan diameter bibit

Rhizophora mucronata

Lamk (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX

A 3.02 2.91 2.92 3.54 3.8 4.3 4.08 4.36 5.88 2.05 4.68 4.34 4.16 2.65 2.55 2.24 4.35 4.6 4.3 2.64 73.37 3.6685

B 2.71 2.73 4.71 3.29 3.26 2.01 4.67 4.4 4.35 3.31 2.86 4.09 4.83 4.71 3.06 4.64 3.87 3.12 4.46 4.18 75.26 3.763

C 3.79 4.09 2.96 4.44 4.15 4.01 4.63 3.51 3.9 3.79 3.64 4.41 5.46 4.23 2.9 2.28 3.96 3.7 3.25 2.68 75.78 3.789

D 4.28 5.45 5.08 4.28 4.63 5.98 4.94 5.03 5.11 4.83 5.45 4.97 6.22 4.67 4.2 4.48 4.73 4.28 3.16 4.28 96.05 4.8025

E 5.36 4.52 5.44 5 5.02 4.57 5.22 5.68 5.61 4.77 5.37 5.24 5.48 5.72 5.17 5.98 5.12 3.34 4.78 5.08 102.47 5.1235

Sumber Keragaman Derajat Bebas (DB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) Fhit Ftab

Perlakuan 4 578.07308 144.51827 237.42452 2.46

Galad 95 57.825685 0.6086914

Total 99 635.89877

Keterangan : F Hit > F Tabel

→ Terdapat perbedaan nyata


(4)

3. Luas Daun Total bibit

Rhizophora mucronata

Lamk (cm

2

)

PERLAKUAN

ULANGAN

TOTAL I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX

A 4.895 8.69 5.0913 8.473 7.51 7.9043 12.2 13.59 5.091 6.327 10.83 10.45 3.788 14.65 9.539 11.59 14.99 7.677 3.025 11.48 177.8

B 3.0249 4.895 6.3273 8.686 7.317 10.305 9.382 8.686 9.529 15.69 16.12 9.68 14.24 4.895 11.87 14.31 11.86 3.88 13.17 18.52 202.4

C 4.879 8.686 14.62 7.257 18.77 13.541 18.26 21.08 11.51 9.67 9.668 10.8 5.189 8.057 11.15 9.671 7.217 13.37 9.159 3.479 216

D 7.6416 17.66 3.876 12.5 8.764 13.02 18.33 9.212 10.59 11.14 11.57 9.559 6.098 16.12 16.12 14.32 9.046 13.37 10.45 12.51 231.9

E 13.842 17.25 9.1593 10.3 7.51 15.128 10.81 13.03 9.982 11.66 8.69 17.18 10.58 12.91 11.24 14.4 14.31 16.23 7.217 9.678 241.1

Sumber Keragaman Derajat Bebas (DB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) Fhit Ftab

Perlakuan 4 125.312 31.328 2.0326 2.46

Galad 95 1464.25 15.413

Total 99 1589.56


(5)

4. Berat basah bibit

Rhizophora mucronata

Lamk (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX

A 1.6 1.1 3.2 2 6.8 2.4 5.3 3.8 1.3 3.5 3.5 6.1 2.3 1.9 6.4 2.1 1.3 1.6 1.1 2.9 60.2 3.01

B 2.3 1 12 4.1 1.5 1.2 3.6 3.5 4.1 4.2 1.7 5.2 5.7 8.2 1 4.2 3.7 5.5 3.1 9.3 85.1 4.255

C 6.3 4.4 9 9.2 12.3 10.7 10.4 11.7 7.8 6.8 2.5 4.6 5.5 5.2 2.6 8.4 2.2 7 1.7 1.2 129.5 6.475

D 8 10.8 8.5 4.4 8 12.1 11.3 22.2 5.4 11.8 8.2 6.7 10.9 10.6 7.1 9.8 6.2 3.7 1.8 2 169.5 8.475

E 14.3 1.7 9.1 6.9 15.2 5.4 4.5 6.2 6.9 10.4 19.4 14.1 9.5 6.4 5.5 9.2 6.9 6.3 3.8 4.2 165.9 8.295

Sumber Keragaman Derajat Bebas (DB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) Fhit Ftab

Perlakuan 4 471.0276 117.7569 9.283647 2.46

Galad 95 1205.012 12.68434

Total 99 1676.04

Keterangan : F Hit > F Tabel

→ Terdapat perbedaan nyata


(6)

5. Tabel Berat Bersih bibit

Rhizophora mucronata

Lamk (g)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

I

II

III IV V

VI VII VIII IX X

XI

XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX

A

1.2 0.6 2.2 1.5 5 1 3.8 2.5 0.8 2.3 2 4 1.4 0.9 5.3 1 0.6 1 0.7 1.8 39.6 1.98

B

1.1 0.6 6 2.6 1 0.8 2.4 2 2.1 2.1 1.1 3.6 3.9 5.6 0.6 2.9 2.7 4.4 2.1 6.2 53.8 2.69

C

3.1 2 6.4 5 6.1 6.1 6.7 7.1 4.5 4.2 1.3 3 2.9 3.5 1.6 4.4 1.1 4.2 0.8 0.6 74.6 3.73

D

4.9 7.5 5.4 2.5 4.2 7.2 6.9 10.9 2.9 7.4 5.4 4.2 7.9 7.4 3.6 4.4 3.9 2.5 1.1 1.2 101.4 5.07

E

8.7 1.1 5.6 4 9.5 3.5 2.3 4.1 4 6.9 10.3 9.6 5.3 4.6 3.8 5.6 4.5 3.7 2.5 2.6 102.2 5.11

Sumber Keragaman Derajat Bebas (DB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) Fhit Ftab

Perlakuan 4 161.318 40.3295 8.859486 2.46

Galad 95 432.452 4.552126