Tabel 5.6. Tabulasi silang antara status pekerjaan ibu dengan tingkat pengetahuan ibu
Status pekerjaan Tingkat Pengetahuan
Total
Kurang Cukup
Baik Tidak bekerja
Bekerja didalam rumah
Bekerja diluar rumah
2569,4 616,7
513,9 1473,7
210,5 315,8
1386,7
213,3 5274,3
811,4 1014,3
Total 36100
19100 15100
70100 Berdasarkan tabel tabulasi silang antara status pekerjaan ibu dengan
tingkat pengetahuan ibu yang memberikan MP-ASI terlalu dini, didapatkan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan kurang mayoritas tidak bekerja yaitu 25 orang
69,4, begitu juga pada ibu dengan tingkat pengetahuan cukup mayoritas
5.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.1, ditemukan
mayoritas ibu-ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi mereka usia 0-6 bulan adalah berusia 31-35 tahun, yaitu sebanyak 33 orang 47,1. Sedangkan yang
berusia 26-30 tahun sebanyak 25 orang 25,7 dan yang berusia 20-25 tahun sebanyak 12 orang 17,1. Berdasarkan data sekunder yang didapat dari
puskesmas, memang mayoritas ibu-ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan berumur di antara 25-35 tahun. Namun, umur bukan lah faktor yang paling berpengaruh
terhadap ibu dalam pemberian MP-ASI yang terlalu dini, selain umur pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap ibu. Meskipun umur ibu
yang diatas 30 tahun cenderung memiliki pengalaman terhadap anak sebelumnya dalam pemberian MP-ASI, apabila dasar pengetahuan ibu dalam pemberian MP-
ASI pada bayi yang benar masih kurang, ibu akan tetap cenderung salah dalam pemberian MP-ASI pada bayi nya. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
Universitas Sumatera Utara
yang dilakukan oleh Soedibyo 2007 di Unit Pediatri Rawat Jalan RSCM Jakarta dimana umur 30 tahun mayoritas responden telah mempunyai lebih dari
satu orang anak sehingga sudah punya pengalaman tentang pemberian makanan pendamping ASI sesuai dengan umur bayi dan tidak lagi memberikan makanan
pendamping ASI kepada bayi 0-6 bulan tetapi hanya memberikan ASI saja sebagai makanan terbaik bagi bayi.
Pada tabel 5.2 diketahui bahwa ibu-ibu yang memberikan MP-ASI kepada bayi mereka yang berusia 0-6 bulan mayoritas tidak bekerja, yaitu sebanyak 52
orang 74,3 dan hanya terdapat 10 orang 14,3 ibu yang bekerja diluar rumah, sedangkan ibu-ibu yang bekerja di dalam rumah hanya 8 orang 11,4.
Tapi meskipun ibu tidak bekerja dan di rumah saja, ibu tidak memberikan ASI saja kepada bayi nya usia 0-6 bulan, tapi menambahkan makanan-makanan padat
seperti pisang, beras tumbuk, biskuit. Dari data sekunder yang diperoleh dari pemerintah setempat, bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Jorlang Hataran
memiliki pekerjaan sebagai petani, begitu juga dengan ibu-ibu rumah tangga di daerah tersebut. Namun apabila ibu sedang mengandung atau sedang menyusui,
ibu akan berhenti untuk sementara dari pekerjaan nya sebagai petani, sehingga memiliki waktu yang cukup untuk mengasuh dan memberi makan bayinya.
Namun, bukan berarti ibu memberikan ASI saja setiap kali ingin memberi makan bayi nya, tapi justru menambahkan makanan lain pada bayi nya setelah pemberian
ASI. Status pekerjaan ibu yang tidak bekerja atau berada di rumah tidak dapat dijadikan sebagai acuan untuk memastikan bahwa ibu akan memberikan ASI saja
pada bayi nya yang berusia 0-6 bulan, tapi adanya anggapan ibu yang salah atau pengaruh budaya setempat juga berpengaruh pada pemberian MP-ASI yang
terlalu dini. Misalnya adanya anggapan ibu bahwa dengan memberikan makanan lain sebagai tambahan akan menigkatkan BB bayi, membuat bayi menjadi tidak
cengeng, dan dapat menghindari bayi dari penyakit. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika 2000, tentang pemberian
ASI eksklusif pada bayi dan hubungannya dengan tumbuh kembang anak pada keluarga miskin. Dimana lebih dari 50 responden tidak bekerja, di rumah saja
Universitas Sumatera Utara
namun tidak memberikan ASI saja pada bayi tetapi menambahnya dengan makanan padat seperti pisang, beras tumbuk, biskuit. Namun hal ini tidak sejalan
dengan teori yang menyatakan bahwa mayoritas ibu-ibu yang sedang menyusui yang bekerja di luar rumah, apalagi yang memiliki tempat bekerja jauh dari rumah
akan membuat ibu tidak dapat menyusui bayinya dan cenderung mengganti ASI dengan makanan padat Soedibyo, 2007.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3, bahwa mayoritas ibu-ibu yang memberikan makanan pendamping ASI kepada bayi mereka yang berusia 0-6
bulan, memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan, yaitu sebanyak 36 orang 51,4 dan hanya terdapat
sebagian kecil ibu-ibu tersebut yang memiliki pengetahuan baik atau cukup tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan, yaitu terdapat 19 orang
27,1 yang memiliki pengetahuan cukup dan 15 orang 21,4 yang memiliki pengetahuan baik. Jika dilihat dari data sekunder yang diperoleh dari pemerintah
Kecamatan Jorlang Hataran, mayoritas penduduk Kecamtan Jorlang Hataran memiliki tingkat pendidikian tertinggi sampai tingkat SD. Menurut Soedibyo,
2007, bahwa pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia dengan kata lain bahwa pendidikan ibu yang lebih tinggi akan membuat
pemahaman yang lebih baik tentang pemberian makanan pada bayinya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh 2006, bahwa
ditemukan sebanyak 58,8 responden memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang pemberian makanan pendamping ASI yang sesuai umur, dimana pada
bayinya terdapat pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini. Namun berdasarkan hasil penelitian, selain faktor-faktor diatas yang
mempengaruhi ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI sesuai umur yaitu faktor pekerjaan, pengetahuan dan umur ibu, terdapat faktor-faktor lain yang
mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI pada bayi 0-6 bulan, yaitu ASI yang keluar hanya sedikit atau ASI tidak keluar sama sekali, adanya anggapan ibu yang
salah tentang pemberian makanan tambahan kepada bayi yaitu anggapan supaya BB bayi lebih cepat bertambah, tidak mudah terkena penyakit, dan tidak cengeng.
Padahal ASI telah mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi 0-6 bulan
Universitas Sumatera Utara
untuk membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan. ASI tidak memberatkan fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum berfungsi
dengan baik pada bayi yang baru lahir, serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum. Lagipula ASI memiliki berbagai zat anti infeksi, yang dapat
menigkatkan sistem imun bayi Pudjiadi, 2003.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan :
1. Secara keseluruhan mayoritas ibu-ibu yang memberikan MP-ASI kepada
bayinya yang masih berusia 0-6 bulan memilki tingkat pengetahuan kurang tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi yaitu sebanyak 36 orang 51,4,
sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 19 orang dan yang memiliki tingkat pengetahuan baik hanya 15 orang.
2. Mayoritas golongan umur ibu-ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi
mereka yang masih usia 0-6 bulan adalah 31-35 tahun sebanyak 33 orang 47,1, sedangkan ibu yang berusia 26-30 tahun sebanyak 25 orang 35,7
dan yang berusia 20-25 tahun hanya 12 orang 17,1. 3.
Berdasarkan status pekerjaan, seluruh ibu-ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi mereka yang masih usia 0-6 bulan mayoritas tidak bekerja yaitu
sejumlah 52 orang 74,3, sedangkan yang bekerja di luar rumah hanya 10 orang 11,4 dan yang bekerja di dalam rumah 8 orang 14,3.
4. Selain faktor umur, status pekerjaan, dan tingkat pengetahuan ibu, terdapat
faktor lain yang juga dapat mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI pada bayi yang terlalu dini yaitu ASI yang keluar hanya sedikit atau ASI
tidak keluar sama sekali, adanya anggapan ibu yang salah tentang pemberian makanan tambahan kepada bayi yaitu anggapan supaya BB bayi lebih cepat
bertambah, tidak mudah terkena penyakit, dan tidak cengeng.
6.2. Saran
Saran pada penelitian ini antara lain : 1.
Perlunya dilakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan karena masih banyak ditemukannya persepsi ibu yang
salah mengenai pola pemberian makan pada bayi yang berusia 0-6 bulan.
Universitas Sumatera Utara