5.1.10. Hasil uji stabilitas terhadap pH
Hasil pengujian yang dibandingkan antara pH terhadap berbagai suhu penyimpanan menunjukkan hasil yang tidak terlalu jauh berbeda
ketika dua pekan pertama, tetapi kemudian terjadi perubahan yang cukup signifikan ketika memasuki pekan ketiga. Untuk detail hasil uji pH dapat
dilihat pada tabel 15.
5.1.11. Hasil uji stabilitas terhadap konsistensi
Pada pengukuran konsistensi menggunakan penetrometer, telah terjadi perubahan dengan bertambahnya waktu yang ditandai dengan
bertambahnya nilai penetrasi. Untuk detail hasil uji konsistensi dapat dilihat pada tabel 16.
5.1.12. Hasil Uji Viskositas
Uji Viskositas dilakukan terhadap peningkatan kecepatan geser rpm. Pengujian dilakukan selama 1 bulan dengan cara membandingkan
sediaan uji terhadap sediaan yang beredar dipasaran yang berbentuk gel dan pasta gigi yang mengandung CaCO
3
. Untuk detail hasil uji viskositas, dapat dilihat tabel 17.
5.2. Pembahasan
Daun jambu biji yang diyakini dan memang berkhasiat sebagai antidiare, telah lama diketahui dan digunakan oleh masyarakat sejak lama.
Disamping itu, daun jambu biji juga berkhasiat sebagai antiseptik, antijamur, bahkan antibakteri. Hal ini dapat menjadi daya tarik tersendiri mengingat
daun jambu biji mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini ditujukan untuk mengoptimasi formula gel gigi dengan menggunakan ekstrak etanol 70 daun jambu biji yang dilatar belakangi oleh
khasiatnya sebagai antiseptik dan inovasi baru dalam dunia kosmetik khususnya sediaan gigi.
Optimasi bahan yang pertama kali digunakan ialah Na CMC yang merupakan basis gel gelling agent karena ini merupakan faktor penting
dalam pembuatan sediaan bentuk gel. konsentrasi yang diuji coba ialah 4, 6, 8, dan 10. Dari hasil uji yang dilakukan didapatlah konsentrasi yang
tepat untuk digunakan yaitu 6 karena selain membuat konsistensi sediaan terlihat kokoh, namun mudah terdistribusi ketika sediaan digosokkan ke
permukaan benda. Pada konsentrasi 4, konsistensi sediaan memang terlihat bagus,
tetapi ketika diletakkan pada sikat gigi, sediaan tidak dapat konsisten lagi atau melebur kebawah permukaan sikat gigi. sedangkan pada konsentrasi 8,
sediaan terlihat sangat konsisten, tetapi rupanya hal itu membuatnya semakin susah untuk terdistribusi ketika sudah menempel pada sikat gigi. begitu pula
yang terjadi dengan konsentrasi 10 Optimasi bahan selanjutnya ialah optimasi CaCO
3
yang berfungsi sebagai abrasif yaitu bahan penggosok yang berfungsi untuk mengangkat
sisa-sisa makanan yang menempel di gigi. optimasi dilakukan untuk mencegah semakin sulitnya sediaan mengalir sehingga menyerupai pasta dan
agar tidak terlalu encer seperti emulsi. Dari hasil optimasi empat konsentrasi yang ada 20, 30, 40 dan 50, didapatkanlah konsentrasi yang cocok
yaitu 40 karena selain sifat alirannya menyerupai sediaan gel pada
umumnya, konsentrasi ini juga tidak mempercepat adanya oksidasi dari sediaan. Terbukti dari hasil perbandingan dengan konsentrasi 50 yang
mulai menimbulkan efek oksidasi yang lebih parah dibandingkan konsentrasi 40. Sedangkan pada konsentrasi 20 dan 30 sediaan menjadi terlihat
encer seperti emulsi yang membuatnya menjadi sangat rapuh ketika ditaruh pada sikat gigi.
Telah didapatkannya formula optimal dari Na CMC dan CaCO
3
tidak berarti formula sediaan sudah mencapai optimal, optimasi masih dilakukan tidak hanya terhadap bahan aktif, tetapi juga bahan tambahan yang
dalam hal ini gliserin-sorbitol sebagai pemanis dan humektan sebagai pelembab sediaan agar tidak cepat kering.
Optimasi dilakukan pada konsentrasi kombinasi gliserin-sorbitol dengan masing-masing konsentrasi 1515, 20-10, 25-5, dan
gliserin saja 30. Hasil yang didapatkan memang tidak terlalu berpengaruh terhadap sediaan, tetapi lebih kepada daya manis yang paling bagus yang
dihasilkan oleh kombinasi kedua bahan tersebut. Dan daya manis yang cukup bagus dan bertahan lama ialah kombinasi gliserin-sorbitol dengan konsentrasi
25-5. Selain daya manisnya yang bertahan cukup bagus, kombinasi ini pun memberi kesan mengkilap terhadap sediaan sehingga memberi nilai
estetika yang cukup bagus. lihat gambar 10. Untuk konsentrasi 15-15, sediaan hanya berasa agak manis yang bertahan tidak terlalu lama atau
kemudian terasa agak tawar karena dayanya sudah mulai berkurang, sedangkan pada konsentrasi 20-10, sediaan mulai terasa cukup bertahan
lama tetapi penampilan sediaan tidak sebagus konsentrasi 25-5. Dan
untuk konsentrasi gliserin 30, sediaan akhir malah terasa agak pedas karena pada sediaan ini, gliserin hanya sendiri, tanpa ada kombinasi dengan sorbitol.
Daya busa atau yang dihasilkan oleh Na Lauril Sulfat, berpengaruh juga terhadap warna akhir sediaan dan homogenitasnya sehingga Na Lauril
Sulfat juga dilakukan optimasi untuk mendapatkan daya busa yang bagus tanpa merusak sediaan. Variasi konsentrasi yang dilakukan ialah 10, 5,
3, dan 2.dari keempat konsentrasi tersebut didapatlah konsentrasi optimal yaitu pada konsentrasi 3 dengan daya busa yang cukup bagus ketika
digosok dan tidak terlalu menimbulkan banyak rongga pada sediaan akhir. Sedangkan pada konsentrasi 10 dan 5, busa yang dihasilkan memang
cukup banyak, tetapi hal itu membuat penampilan akhir menjadi berongga. Hasil dari formula yang sudah dilakukan optimasi kemudian dibuat
menjadi suatu sediaan baru yang kemudian dilakukan pengujian untuk menguji kualitas dari sediaan tersebut, apakah memenuhi syarat sediaan yang
layak atau tidak. Pengujian yang dilakukan meliputi pengamatan organoleptik, uji
homogenitas dan volume pemisahan, uji stabilitas, uji pH, uji viskositas serta uji konsistensi.
Dari hasil pengamatan organoleptik pada sediaan uji formula akhir, sediaan berwarna hijau muda, berbau menthol dan terasa manis yang cukup
bertahan. Tetapi keadaan ini hanya berlangsung selama 2 pekan saja, setelah masuk pekan ketiga, sediaan mulai berubah warna menjadi berwarna orange
kecoklatan. Hal ini dikarenakan adanya kandungan vitamin C yang mudah teroksidasi oleh cahaya dan pengaruh udara.
Hampir dari semua optimasi yang dilakukan dari awal penelitian hingga formula akhir, menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, semua
menunjukkan bahwasanya ketika mulai memasuki pekan ketiga, sediaan menjadi berubah warna.
Uji homogenitas sediaan menunjukkan hasil yang cukup memuaskan dimana sediaan uji terlihat homogen, pada semua bagian permukaan, hal ini
terlihat dari tersebarnya persamaan warna, bentuk dan ukuran partikel sediaan pada object glass. Sedangkan uji volume pemisahan menunjukkan hasil yang
bagus pula dimana volume sediaan akhir tidak terlalu berubah jauh dibandingkan dengan volume awal.
Hasil uji stabiilitas sediaan pada suhu kamar 27 C menunjukkan
kestabilan yang cukup bagus pada 0 hari hingga pekan kedua, tetapi menunjukkan perubahan warna dan viskositas ketika mulai memasuki pekan
ketiga sebagaimana seperti yang telah dibahas sebelumnya. Sedangkan pada suhu 45
C mulai terjadi pemisahan dari hari keempat belas setelah penyimpanan yang ditandai dengam berubahnya warna permukaan menjadi
orange dan begitu seterusnya hingga sediaan menjadi berwarna orange kecoklatan dan mengering. Dan pada suhu 55
C, sediaan mulai menunjukkan perubahan pada hari kesepuluh dari penyimpanan yang ditandai dengan
berubahnya warna permukaan sediaan menjadi orange kecoklatan dan berongga-rongganya sediaan pada suhu tersebut.
Pada uji viskositas, dilakukan perbandingan nilai viskositas yang Nampak dari berbagai variabel diantaranya sediaan uji, pasta gigi biasa dan
gel gigi yang bereda di pasaran. Hasil dari perbandingan nilai ini
memperlihatkan nilai viskositas sediaan uji hampir setara dengan nilai gel gigi yang beredar di pasaran, hal ini dikarenakan adanya faktor gelling agent
yang terkandung dalam sediaan uji kami sehingga secara viskositas, nilainya menyerupai gel gigi dibandingkan dengan pasta gigi biasa.
Nilai viskositas mengalami penurunan yang cukup signifikan dikarenakan sediaan uji mengandung gliserin dengan konsentrasi 25 yang
memiliki sifat higroskopis sehingga ketika proses penyimpanan dan pengujian viskositas, sediaan menyerap uap air yang mungkin didapat dari
pengaruh ruangan yang ber-AC sehingga menyebabkan sediaan menjadi sedikit lebih encer dan menyebabkan nilai viskositasnya menurun.
Pada uji konsistensi menggunakan penetrometer, didapatkan nilai yang cukup bervariasi dari masing-masing suhu, tetapi karena semakin lama
penyimpanan, daya viskositas sediaan menurun, yang mengakibatkan naiknya nilai konsistensinya pada 2 pekan pertama, tetapi mulai terlihat penurunan
ketika memasuki pekan ketiga dan seterusnya. lihat tabel 16. Pada pemeriksaan pH menggunakan pH meter, didapatkanlah nilai
yang stabil pada sediaan yang disimpan pada suhu kamar yang terjadi selama dua pekan pertama, tetapi nilai itu berubah ketika memasuki pekan ketiga,
lebih dari itu, nilai pH sediaan dari masing-masing suhu juga, ikut meningkat. Hal ini mungkin karena menurunnya nilai viskositas sediaan yang
menandakan bahwa sediaan menjadi semakin basa, disamping itu faktor Na lauril sulfat dan CaCO
3
dapat memungkinkan berpengaruh terhadap meningkatny nilai pH dari sediaan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Ekstrak etanol 70 daun jambu biji dapat dibuat sediaan gel gigi, namun
hasilnya kurang stabil 2. Konsentrasi Na CMC yang optimal digunakan ialah 6
3. Formula akhir hasil optimasi bahan pembuat gel gigi yang optimal ialah: Na CMC 6, CaCO3 40, Na Lauril Sulfat 3, dan Gliserin-sorbitol
25-5.
6.2 Saran
1. Perlu adanya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan sediaan gel gigi dengan menggunakan minyak atsiri dari dari daun jambu
biji. 2. Penelitian mengenai uji efektivitas antibakteri dari sediaan gel gigi juga
perlu mendapat perhatian khusus jika ada modifikasi penelitian lebih lanjut dari penelitian kami.