Formulasi dan uji aktivitas sediaan gel penyembuh luka terbuka insisi dari ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) dengan CMC-Na sebagai gelling agent.

(1)

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL PENYEMBUH LUKA TERBUKA INSISI DARI EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda

citrifolia L.) DENGAN CMC-NA SEBAGAI GELLING AGENT

Giacinta Puspananda Christara 118114091

INTISARI

Ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) diketahui memiliki kandungan senyawa kimia seperti flavonoid, alkaloid, dan triterpenoid yang merangsang proses penyembuhan luka. Aktivitas penyembuhan luka akan lebih efektif apabila diaplikasikan langsung pada tempat terjadinya luka, sehingga ekstrak daun mengkudu diformulasikan menjadi sediaan gel. Sifat fisik dan stabilitas fisik gel dipengaruhi oleh komposisi gelling agent. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh sodium carboxymethyl cellulose (CMC-Na) sebagai gelling agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan gel ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.).

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental murni. Pada formula dilakukan penambahan CMC-Na dengan variasi konsentrasi 2,5; 3; 3,5; 4% (b/b). Sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan dilihat berdasarkan organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar selama penyimpanan 28 hari. Aktivitas penyembuh luka gel diukur berdasarkan pengurangan panjang luka yang dihasilkan. Data viskositas dan daya sebar dianalisis secara statistik menggunakan R 3.1.2 dengan taraf kepercayaan 95% untuk mencari pengaruh terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan. Sediaan gel dengan konsentrasi CMC-Na 3% yang digunakan pada uji aktivitas penyembuh luka terbuka insisi.

Hasil penelitian menunjukkan CMC-Na memiliki efek signifikan terhadap viskositas dan daya sebar. Gel ekstrak daun mengkudu stabil secara organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar dalam penyimpanan 28 hari. Sediaan gel memiliki kemampuan menyembuhkan luka.


(2)

FORMULATION AND ACTIVITY TEST OF OPEN INCISION WOUND HEALING GEL PREPARATION FROM NONI LEAF EXTRACT (MORINDA CITRIFOLIA L.) WITH CMC-NA AS GELLING AGENT

Giacinta Puspananda Christara 118114091

ABSTRACT

Noni leaf extract (Morinda citrifolia L.) known to contain chemical compounds such as flavonoids, alkaloids and triterpenoids that stimulate the wound healing process. Wound healing activity would be more effective when applied directly to the site of the wound, so that noni leaf extract was formulated into a gel formulation. The physical properties and physical stability of the gel is affected by the composition of the gelling agent. This study aims to observe the effect of sodium carboxymethyl cellulose (CMC-Na) as a gelling agent on the physical properties and physical stability of the noni leaf extract gel (Morinda citrifolia L.).

This research was used pure experimental design. CMC-Na was added in the gel formula with concentration variation 2,5; 3; 3,5; 4% (b/b). The physical properties and physical stability were tested by observe organoleptic, pH, viscosity, and spreadability during the 28 days storage. Wound-healing gel activity was measured based on the decreasing of how long the wound was made. The data viscosity and spreadability were analyzed statistically using R 3.1.2 with confidence level 95% to find out the influence towards the physical properties and physical stability. Noni leaves extract gel with 3 % concentration of CMC-Na was used to measured the open incision wound healing activity.

The result of this research showed that CMC-Na had the significant effect towards viscosity and spreadability. The gel extract of noni leaves were stable in organoleptic, pH, viscosity, and spreadability in the 28 days storage. The gel has ability to recover the incision wound.


(3)

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL PENYEMBUH LUKA TERBUKA INSISI DARI EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda

citrifolia L.) DENGAN CMC-NA SEBAGAI GELLING AGENT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Giacinta Puspananda Christara NIM : 118114091

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL PENYEMBUH LUKA TERBUKA INSISI DARI EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda

citrifolia L.) DENGAN CMC-NA SEBAGAI GELLING AGENT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Giacinta Puspananda Christara NIM : 118114091

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dalam kegelapan Kau terangi jalanku

Lewat jurang curam Tuhanlah penujuk jalan Di saat kujatuh Tuhan menutunku

Pulang ke rumahMu yang penuh kasih

Bimbinglah kami menurut teladanMu Teguh setia dalam tiap cobaaan Walau badai hidup kuat menerjang Bidukku takkan tenggelam

Segala mata dan hati kan terbuka Segala cemas dan gelisah kan sirna Bila kau percaya akan janjiNya Tuhan mengubah hidupmu

-Andreas Yongky D.-

Karya ini kupersembahkan untuk : Papa, Mama, Dik Kintan Para kerabat dan sahabat Almamater tercinta Universitas Sanata Dharma


(8)

(9)

(10)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih, berkat, dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Formulasi Dan Uji Aktivitas Sediaan Gel Penyembuh Luka Terbuka Insisi dari Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dengan CMC-Na Sebagai Gelling Agent”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama menyelesaikan perkuliahan, penelitian, dan penulisan skripsi ini peneliti mendapatkan dukungan, semangat, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ignatius Suhardjuno dan Dian Pratiwi selaku orang tua penulis, dan adik, Agatha Kintan Oktara, yang selalu memberi doa dan dukungan penuh kepada penulis selama menyelesaikan program studi S1 Farmasi

2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

3. Bapak Dr. T. N. Saifullah S., M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, bimbingan, kritik dan saran selama pembuatan proposal, penelitian, dan penyusunan naskah skripsi

4. Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt. dan Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku penguji skripsi yang telah banyak memberikan waktu, bimbingan, kritik dan saran

5. Ibu Prof. Sri Noegrohati, selaku Dosen Pembimbing Akademik atas pendampingan selama perkuliahan

6. Bapak-bapak laboran (Pak Heru, Pak Kayat, Pak Parjiman, Pak Musrifin, Pak Wagiran, Pak Parlan, dan laboran-laboran lain) yang telah membantu penulis selama penelitian


(11)

7. Teman-teman PSM Cantus Firmus tersayang (Novi, Ayuk, Mela, Mas Paul, April, Albeta, Widha, Regin, Kris, Anton, Vania, Susi, Deka, Andi, Danang, Sita, Arini, Nourmalita, dan masih banyak yang tidak bisa disebutkan satu per satu) yang sudah mengajarkan banyak hal tentang kekeluargaan, perjuangan, dan kegilaan menghadapi suatu pilihan hidup serta konsekuensinya, atas semangat dan doa serta dukungan semangat, doa, penguatan kepada penulis untuk segera menyelesaikan perkuliahan

8. Anak-anak tercinta 2014 di PSM Cantus Firmus (Lia, Arin, Mirna, Gita, Bagas, dan Herman) untuk perhatian dan kasih sayang yang selalu menghadirkan kebahagiaan, kebanggaan, serta keistimewaan bagi penulis

9. Ella, Vania, Sari, Aloy, Meta, Rio, Aik, Yolanda Agnes, Gita Mentari, Ardha, Sheilla, Henzu, untuk nasehat yang diberikan, pengalaman berbagi suka duka selama menyelesaikan S1 Farmasi

10.Sahabat-sahabat spesial yang jauh di sana (Via, Christy, Lintang) untuk motivasi, perhatian, dan doanya

11.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan, doa, dan bantuannya

Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan yang dilakukan selama penelitian hingga penyusunan naskah ini. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk membenahi segala hal agar lebih baik untuk ke depannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk seluruh pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 14 Desember 2015


(12)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING….. ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………. ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………. ... v

PRAKATA... ... vii

DAFTAR ISI….. ... ix

DAFTAR TABEL………….. ... xii

DAFTAR GAMBAR…….. ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN…. ... xiv

INTISARI…….. ... xv

ABSTRACT………. ... xvi

BAB I. PENGANTAR……. ... 1

A. Latar Belakang………… ... 1

B. Perumusan Masalah……. ... 4

C. Keaslian Penelitian…….. ... 5

D. Manfaat Penelitian…….. ... 5

E. Tujuan Penelitian………… ... 6

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA………... 7

A. Luka…... 7


(13)

C. Gel….. ... 10

D. Monografi Bahan-Bahan… ... 13

E. Ekstraksi…….. ... 15

F. Landasan Teori……. ... 16

G. Hipotesis…….. ... 17

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……. ... 18

A. Jenis dan Rancangan Penelitian….. ... 18

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 18

1. Variabel Penelitian ... 18

2. Definisi Operasional... 19

C. Alat Penelitian ... 21

D. Bahan Penelitian... 22

E. Hewan Percobaan ... 22

F. Tata Cara Penelitian ... 23

G. Analisis Data ... 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Determinasi dan Ekstraksi Daun Mengkudu ... 31

B. Uji Karakterisasi, Uji Kualitatif, dan Uji Kuantitatif Ekstrak Daun Mengkudu ... 32

C. Pengujian Sifat Fisik Gel Ekstrak Daun Mengkudu ... 35

D. Pengujian Stabilitas Gel Ekstrak Daun Mengkudu ... 40

E. Uji Aktivitas Gel Ekstrak Daun Mengkudu ... 45


(14)

xi

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN ... 60


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Formula gel hasil orientasi ... 24

Tabel II. Hasil uji karakterisasi ekstrak daun mengkudu ... 32

Tabel III. Hasil uji kualitatif dan uji kuantitatif ekstrak daun mengkudu ... 34

Tabel IV. Hasil pengamatan organoleptis dan pH gel ekstrak daun mengkudu 35

Tabel V. Nilai pH gel ekstrak daun mengkudu selama masa penyimpanan

28 hari ... 41

Tabel VI. Perubahan viskositas gel ekstrak daun mengkudu selama masa

penyimpanan 28 hari ... 42

Tabel VII. Perubahan daya sebar gel ekstrak daun mengkudu selama masa

penyimpanan 28 hari ... 44

Tabel VIII. Pengurangan panjang luka uji aktivitas ekstrak dan gel ekstrak

daun mengkudu... 50


(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur CMC-Na ... 13

Gambar 2. Ekstrak daun mengkudu hasil ekstraksi ... 31

Gambar 3. Hasil uji kualitatif terpenoid dan alkaloid pada ekstrak daun

mengkudu ... 33

Gambar 4. Pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap viskositas sediaan gel

ekstrak daun mengkudu pada hari ke-2 ... 37

Gambar 5. Pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap daya sebar sediaan

gel ekstrak daun mengkudu pada hari ke-2 ... 38

Gambar 6. Gel ekstrak daun mengkudu pada hari ke-2 dan hari ke-28 ... 40

Gambar 7. Grafik stabilitas viskositas gel ekstrak daun mengkudu selama

penyimpanan 28 hari ... 42

Gambar 8. Grafik stabilitas daya sebar gel ekstrak daun mengkudu selama

penyimpanan 28 hari ... 44

Gambar 9. Panjang luka terbuka insisi dari hari ke-1 sampai hari ke-7 pada

uji aktivitas gel ... 49

Gambar 10. Luka tikus pada hari ke-7 dengan pegaplikasian kontrol negatif

dan kontrol positif ... 53

Gambar 11. Luka tikus pada hari ke-7 dengan pegaplikasian gel ekstrak


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil uji determinasi daun mengkudu ... 61

Lampiran 2. Pengujian karakterisasi ekstrak daun mengkudu ... 62

Lampiran 3. Sertifikat pembelian hewan uji... 63

Lampiran 4. Pengujian kualititatif ekstrak daun mengkudu ... 64

Lampiran 5. Pengujian kuantitatif ekstrak daun mengkudu ... 66

Lampiran 6. Ethics committee approval penggunaan hewan uji ... 72

Lampiran 7. Pengujian sifat fisik gel ekstrak daun mengkudu ... 73

Lampiran 8. Dokumentasi sifat fisik gel ekstrak daun mengkudu ... 77

Lampiran 9. Pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap viskositas gel ekstrak daun mengkudu ... 78

Lampiran 10. Pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap daya sebar gel ekstrak daun mengkudu ... 80

Lampiran 11. Pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap perubahan viskositas gel ekstrak daun mengkudu ... 82

Lampiran 12. Pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap perubahan daya sebar gel ekstrak daun mengkudu ... 86

Lampiran 13. Perbandingan viskositas dan daya sebar antar formula berdasarkan nilai p-value ... 91

Lampiran 14. Pengujian aktivitas ekstrak daun mengkudu dan sediaan gel terhadap penyembuhan luka insisi ... 93


(18)

xv

INTISARI

Ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) diketahui memiliki kandungan senyawa kimia seperti flavonoid, alkaloid, dan triterpenoid yang merangsang proses penyembuhan luka. Aktivitas penyembuhan luka akan lebih efektif apabila diaplikasikan langsung pada tempat terjadinya luka, sehingga ekstrak daun mengkudu diformulasikan menjadi sediaan gel. Sifat fisik dan stabilitas fisik gel dipengaruhi oleh komposisi gelling agent. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh sodium carboxymethyl cellulose (CMC-Na) sebagai gelling agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan gel ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.).

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental murni. Pada formula dilakukan penambahan CMC-Na dengan variasi konsentrasi 2,5; 3; 3,5; 4% (b/b). Sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan dilihat berdasarkan organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar selama penyimpanan 28 hari. Aktivitas penyembuh luka gel diukur berdasarkan pengurangan panjang luka yang dihasilkan. Data viskositas dan daya sebar dianalisis secara statistik menggunakan R 3.1.2 dengan taraf kepercayaan 95% untuk mencari pengaruh terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan. Sediaan gel dengan konsentrasi CMC-Na 3% yang digunakan pada uji aktivitas penyembuh luka terbuka insisi.

Hasil penelitian menunjukkan CMC-Na memiliki efek signifikan terhadap viskositas dan daya sebar. Gel ekstrak daun mengkudu stabil secara organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar dalam penyimpanan 28 hari. Sediaan gel memiliki kemampuan menyembuhkan luka.


(19)

ABSTRACT

Noni leaf extract (Morinda citrifolia L.) known to contain chemical compounds such as flavonoids, alkaloids and triterpenoids that stimulate the wound healing process. Wound healing activity would be more effective when applied directly to the site of the wound, so that noni leaf extract was formulated into a gel formulation. The physical properties and physical stability of the gel is affected by the composition of the gelling agent. This study aims to observe the effect of sodium carboxymethyl cellulose (CMC-Na) as a gelling agent on the physical properties and physical stability of the noni leaf extract gel (Morinda citrifolia L.).

This research was used pure experimental design. CMC-Na was added in the gel formula with concentration variation 2,5; 3; 3,5; 4% (b/b). The physical properties and physical stability were tested by observe organoleptic, pH, viscosity, and spreadability during the 28 days storage. Wound-healing gel activity was measured based on the decreasing of how long the wound was made. The data viscosity and spreadability were analyzed statistically using R 3.1.2 with confidence level 95% to find out the influence towards the physical properties and physical stability. Noni leaves extract gel with 3 % concentration of CMC-Na was used to measured the open incision wound healing activity.

The result of this research showed that CMC-Na had the significant effect towards viscosity and spreadability. The gel extract of noni leaves were stable in organoleptic, pH, viscosity, and spreadability in the 28 days storage. The gel has ability to recover the incision wound.


(20)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Luka memberikan angka morbiditas yang cukup besar di seluruh dunia

karena dapat mengganggu fungsi jaringan (Webster, Scuffham, Sherriff,

Stankiewicz, and Chaboyer, 2012). Munculnya luka pada kulit sering membuat

penderita merasa tidak nyaman akibat rasa sakit yang ditimbulkan. Luka akan

semakin parah dan menjadi luka kronis apabila luka tersebut tidak segera

ditangani. Selain itu juga dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti infeksi

dan perdarahan (Stevens, Bordui, and Weyde, 1999). Jika luka itu sudah menjadi

luka kronis, maka akan sangat sulit untuk disembuhkan. Infeksi karena luka

menjadi perhatian khusus bagi para pelayan kesehatan. Infeksi disebabkan oleh

adanya kontaminan dari luka terbuka. Kontaminan-kontaminan tersebut bisa

berasal dari bakteri, jamur, atau mikroba lainnya. Infeksi karena adanya

kontaminan patogen, dapat memperlambat terjadinya penyembuhan luka.

Melihat permasalahan tersebut, diperlukan penanganan untuk

mengurangi angka morbiditas karena luka. Salah satunya ialah diperlukan suatu

sediaan yang dapat menangani atau menyembuhkan luka, biasa dikenal sebagai

penyembuh luka. Penyembuhan luka merupakan proses biologis penting yang

melibatkan perbaikan serta regenerasi jaringan dan melibatkan suatu rangkaian

proses biokimiawi dan seluler yang menyebabkan pertumbuhan dan regenerasi


(21)

penyembuh luka, jaringan kulit yang rusak dapat lebih cepat disembuhkan atau

mempersingkat proses penyembuhan luka. Penyembuhan luka dapat dilakukan

dengan obat modern maupun obat tradisional. Menurut Babu, Gnanamani,

Radhakrishan, and Priya (2002) obat tradisional atau obat herbal lebih banyak

digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit kulit oleh hampir 80% populasi di

dunia. Obat herbal dalam manajemen luka melibatkan desinfeksi dan

menyediakan lingkungan yang lembab untuk mendorong pembentukan

lingkungan yang sesuai untuk proses penyembuhan alami (Purna and Babu,

2000). Beberapa keunggulan obat herbal yaitu ketersediaan bahan baku yang

mudah, serta sedikitnya biaya dan efek samping merugikan yang ditimbulkan,

mendorong peneliti untuk membuat suatu sediaan topikal dari bahan alam.

Mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan salah satu tanaman obat

tradisional Indonesia yang kaya akan manfaat, terutama pada bagian buah dan

daunnya. Daun mengkudu berguna sebagai obat luka karena senyawa-senyawa

yang terkandung di dalamnya. Menurut Nayak, Sandiford, and Maxwell (2009)

ekstrak daun mengkudu mengandung beberapa senyawa seperti triterpenoid,

alkaloid, dan flavonoid yang diduga merupakan senyawa yang merangsang

penyembuhan luka. Ketiga senyawa tersebut saling bersinergi dalam

menyembuhkan luka. Ekstrak daun mengkudu berperan dalam meningkatkan

kontraksi luka, laju epitelisasi, dan berat jaringan granulasi. Adapun studi lain

yang menyatakan bahwa ekstrak etanol daun mengkudu yang diberikan secara

topikal mampu menyembuhkan luka eksisi pada tikus Wistar (Yuslianti, Sabirin,


(22)

membuat penelitian formulasi suatu sediaan yang mampu menyembuhkan luka

dari ekstrak daun mengkudu tersebut. Pengaplikasian ekstrak pada kulit yang

terluka secara langsung dirasa kurang acceptable, maka perlu dibuat sediaan yang

dapat menempel pada permukaan kulit dalam waktu cukup lama sehingga efektif

menyembuhkan luka, yaitu sediaan semisolid dalam bentuk gel.

Ekstrak daun mengkudu yang diformulasi dalam bentuk sediaan gel

diharapkan mampu mempercepat penyembuhan sediaan gel ini cukup nyaman dan

bisa diterima pada kulit. Gel dipilih karena sediaan ini transparan sehingga tidak

terlihat berminyak saat diaplikasikan di kulit yang terluka, selain itu gel juga

memberikan sensasi dingin setelah diaplikasikan sehingga mudah diterima.

Alasan lain yaitu masih sedikitnya penyembuh luka yang berbentuk semi solid

khususnya yang berupa sediaan gel yang beredar di pasaran karena kebanyakan

masih berbentuk liquid. Sediaan yang berbentuk liquid ini memiliki beberapa

kelemahan, salah satunya ialah sediaan kurang acceptable saat diaplikasikan pada

kulit yang terluka sehingga mudah hilang. Oleh karena itu sediaan gel lebih dipilih

dibandingkan sediaan-sediaan lainnya.

Pada formulasi gel, gelling agent merupakan salah satu komponen

penting karena merupakan komponen utama. Ada banyak jenis gelling agent salah

satunya yaitu CMC-Na. CMC-Na mudah terdispersi dalam air membentuk larutan

koloida, larutannya stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada pH di bawah 2

sedangkan viskositas larutan berkurang dengan cepat jika pH di atas 10, viskositas

dan stabilitas maksimum pada pH 7- 9 (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009).


(23)

mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas sediaan selama penyimpanan yang

meliputi viskositas dan pergeseran viskositas, serta daya sebar dan pergeseran

daya sebar. Konsentrasi CMC-Na yang ditambahkan terlalu besar tentunya akan

mempengaruhi sifat fisik sediaan gel yang dihasilkan. Penelitian Kaur, Garg, and

Gupta (2010) pada sediaan gel minoxidil yang diformulasikan dengan variasi

konsentrasi gelling agent menunjukkan perbedaan sifat fisik dan pelepasan obat

pada masing-masing konsentrasi. Hal ini menunjukkan bahwa variasi konsentrasi

gelling agent dalam sediaan gel sangat berpengaruh terhadap sifat fisik sediaan.

Sediaan gel yang memiliki sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik akan

diujikan untuk melihat aktivitas farmakologi sediaan sebagai penyembuh luka.

Efektivitas sediaan gel ekstrak daun mengkudu akan dibandingkan dengan sediaan

topikal penyembuh luka yang ada di pasaran yang berbentuk semi solid (salep

Betadine®).

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh perbedaan konsentrasi gelling agent CMC-Na yang

digunakan terhadap sifat fisik sediaan gel ekstrak daun mengkudu?

2. Bagaimana stabilitas sediaan gel ekstrak daun mengkudu yang mempunyai

variasi konsentrasi gelling agent CMC-Na selama masa penyimpanan 28 hari

pada suhu kamar?

3. Bagaimana aktivitas penyembuh luka dari sediaan gel ekstrak daun mengkudu


(24)

C. Keaslian Penelitian

Penelitian yang terkait mengenai aktivitas penyembuh luka dari bahan

alam yang pernah dilakukan ialah :

1. “Evaluation of the Wound-healing Activity of Ethanolic Extract of Morinda citrifolia L. Leaf”’ yang dilakukan oleh Nayak et al. pada tahun 2009. Penelitian tersebut mengevaluasi aktivitas penyembuhan luka dengan model

luka eksisi dan dead space dari ekstrak etanol daun mengkudu dengan dosis

tertentu yang dilakukan secara oral pada tikus putih jantan galur Sprague

Dawley.

2. “Effect of Topical Ethanol Extract of Morinda citrifolia L. Leaves on Excisional Wound Healing” yang dilakukan oleh Yuslianti et al. pada tahun 2013. Penelitian tersebut mengetahui pengaruh penyembuhan luka eksisi dari

ekstrak etanol daun mengkudu yang dilakukan secara topikal.

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang

formulasi dan uji aktivitas sediaan gel penyembuh luka terbuka insisi dari ekstrak

daun mengkudu dengan CMC-Na sebagai geliing agent belum pernah dilakukan

sebelumnya.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan informasi

khususnya mengenai pembuatan sediaan topikal berupa hydrogel dengan


(25)

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan sediaan gel ekstrak

daun mengkudu dengan gelling agent CMC-Na yang memiliki sifat fisik yang

baik dan stabil selama penyimpanan, serta memiliki efektivitas dan efisiensi

dalam menyembuhkan luka terbuka insisi.

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui formula sediaan gel ekstrak daun mengkudu memiliki sifat

fisik yang baik dan stabil dalam penyimpanan, serta memiliki aktivitas sebagai

penyembuh luka.

2. Tujuan khusus

1) Mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi gelling agent CMC-Na

terhadap sifat fisik sediaan gel ekstrak daun mengkudu

2) Mengetahui stabilitas gel ekstrak daun mengkudu yang mempunyai variasi

konsentrasi gelling agent CMC-Na selama masa penyimpanan 28 hari pada

suhu kamar

3) Mengetahui aktivitas penyembuh luka dari sediaan gel ekstrak daun


(26)

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A.Luka

Kulit memiliki berbagai fungsi, termasuk melindungi individu dari

cedera. Ketika kulit tertembus, proses inflamasi respon imun individu bekerja

untuk menyingkirkan materi asing jika mungkin, dan menyiapkan area tubuh yang

cedera untuk penyembuhan. Area tubuh yang cedera ini disebut luka. Ada enam

macam jenis luka yaitu luka insisi, luka kontusio, abrasi, tusukan, laserasi, dan

luka tembus. Luka insisi ialah luka yang disebabkan karena benda tajam, seperti

pisau atau skalpel. Karakteristik dari luka insisi ini ialah luka yang terbentuk

merupakan luka terbuka, terasa nyeri, bentuk luka bisa dalam atau dangkal. Luka

terbuka terjadi ketika kulit atau permukaan membran mukosa mengalami

kerusakan (Berman, Snyder, Kozier, and Erb, 2009).

Proses penyembuhan luka dimulai dari pembuluh-pembuluh darah yang

ada di daerah luka akan melebar dan mengangkut sel-sel yang mati dan rusak.

Pada daerah luka akan terbentuk jaringan dari serat-serat protein (fibrin). Jaringan

tersebut nantinya akan membentuk suatu lapisan yang keras yang melindungi luka

tersebut. Pada saat yang bersamaan, akan tumbuh pada tepi-tepi luka suatu

jaringan granulasi. Jika luka itu bersih dan karena adanya jaringan yang

mengalami nekrosis yang lebih sedikit pada luka tersebut, maka pertumbuhan dari

jaringan granulasi berjalan lebih baik. Jika pada seluruh permukaan luka sudah


(27)

akan terbentuk bekas luka tertutup oleh lapisan kulit yang tipis. Tanda-tanda

bekas ini akan memudar dan berkerut (Stevens et al., 1999). Proses fisiologis

penyembuhan luka dibagi menjadi 4 fase utama yaitu : respon inflamasi akut

terhadap luka, fase destruktif, fase proliferatif, dan fase maturasi (Morison, 2004).

Pada proses penyembuhan luka, terdapat beberapa masalah di dalamnya yaitu

timbulnya perdarahan dan infeksi pada luka. Perdarahan ini sebagai akibat dari

kerusakan pada tempat berlemak yang mengakibatkan tegangan pada luka atau

oleh gerakan yang dipaksakan. Infeksi terjadi karena luka menjadi lahan yang

subur bagi mikroorganisme (Stevens et al., 1999).

B.Tanaman Mengkudu

Menurut Bangun and Sarwono (2002), tanaman mengkudu yang biasa

disebut noni ini memiliki klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Morinda


(28)

Senyawa aktif yang terdapat pada daun mengkudu yaitu triterpenoid, tanin,

alkaloid, flavonoid, glikosida iridoid, dan saponin (Nayak et al., 2009). Efek

utama senyawa kimia dalam daun mengkudu yang berhubungan dengan proses

penyembuhan luka antara lain saponin sebagai antibakteri, tanin sebagai

hemostatik serta astringensia, alkaloid berguna sebagai analgetik, senyawa

glikosida iridoid sebagai antiinflamasi, triterpenoid akan membantu dalam proses

sintesis organik dan pemulihan sel-sel tubuh, sedangkan flavonoid sebagai

antioksidan dan antiinflamasi (Sabirin, Maskoen, and Hernowo, 2013). Flavonoid

berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks

terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri

(Wijaya, Citraningtyas, and Wehantouw, 2014). Flavonoid juga berperan pada

fase proliferasi dan remodelling jaringan selama proses penyembuhan luka yaitu

meningkatkan vaskuler, meningkatkan sintesis kolagen (Patil, Kandhare, and

Bhise, 2012), dan meningkatkan kekuatan serat kolagen (Nayak et al., 2009).

Triterpenoid berperan dalam meningkatkan penyembuhan luka dengan efek

astringent dan antimikroba (Soni and Singhai, 2012). Alkaloid ternyata juga

memiliki kemampuan sebagai antibakteri, mekanismenya diduga dengan cara

mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga

lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel

tersebut (Wijaya et al., 2014). Semua proses ini akan meningkatkan kecepatan


(29)

C.Gel

Gel adalah sistem semipadat yang terdiri dari disperse dari partikel

anorganik ukuran kecil atau molekul organik yang berukuran besar serta

terinterpenetrasi oleh suatu cairan (Allen, Popovich, and Ansel, 2002). Gel

dibedakan menjadi dua yaitu organogel dan hidrogel.

Hidrogel memiliki kandungan lembab yang tinggi yang mampu

mempertahankan kelembaban pada permukaan luka. Kelembaban lingkungan

yang terjaga dapat mencegah dehidrasi jaringan dan kematian sel, mempercepat

angiogenesis, dan meningkatkan pecahnya fibrin dan jaringan mati (Mallefet and

Dweck, 2008). Hidrogel adalah sistem yang menjebak air karena adanya

polimer-polimer yang tidak larut yang membentuk jaringan. Hidrogel digunakan sebagai

komponen dari sistem penghantaran dan pelepasan obat karena kompatibilitasnya

dengan jaringan biologis relatif baik. Karakteristik gel yang digunakan

disesuaikan dengan tujuan penggunaan gel. Hidrogel untuk penggunaan

dermatologi secara umum mempunyai sifat tidak berminyak, tiksotropi, mudah

menyebar, mudah dibersihkan, dan mempunyai sifat emolien (Mohamed, 2004).

Konsentrasi bahan pembentuk gel yang terlalu tinggi atau penggunaan

bahan pembentuk gel dengan berat molekul yang terlalu besar dapat

mengakibatkan sediaan sulit dioleskan dan didispersikan (Zats and Kushla, 1996).

Sediaan gel yang hidrofilik memiliki sifat daya sebar yang baik pada kulit,

pelepasan obat yang baik, tidak menghambat fungsi fisiologis kulit, efek dingin


(30)

sediaan gel dipengaruhi oleh komposisi bahan gel ekstrak daun mengkudu antara

lain organoleptis, pH, daya sebar, viskositas, daya lekat, dan homogenitas

1. Organoleptis

Pada pengujian ini yang diamati ialah warna, bau, tekstur, dan homogenitas.

Uji ini dilakukan untuk melihat fisik suatu sediaan secara visual (Muzzafar,

Singh, and Chauhan, 2013). Pada pengamatan homogenitas dilakukan dengan

mengamati sediaan pada kaca objek di bawah cahaya, diamati apakah terdapat

bagian-bagian yang tidak tercampurkan dengan baik (Paye et al, 2001).

2. pH

Nilai pH pada kulit manusia terdapat dalam rentang asam antara 4,5-6,5.

Apabila suatu sediaan topikal memiliki pH di atas pH kulit maka kulit akan

menjadi kering sedangkan di bawah pH kulit maka akan teriritasi (Muzzafar et

al., 2013).

3. Viskositas

Viskositas merupakan suatu tahanan untuk mencegah zat cair untuk mengalir.

Viskositas dapat dikatakan baik tergantung dari basis yang digunakan.

Viskositas sediaan semi solid tidak boleh terlalu tinggi agar mudah saat

diaplikasikan. Sediaan semi solid yang baik memiliki viskositas antara

150-250 dPa.s (Garg, Aggarwal, Garg, and Singla, 2002).

4. Daya sebar

Daya sebar sediaan terkait dengan kontak antara sediaan topikal dengan


(31)

Daya sebar berpengaruh terhadap keseragaman dosis. Sediaan semi solid yang

baik memiliki daya sebar antara 5-7 cm (Garg et al., 2002).

5. Daya lekat

Daya lekat berkaitan dengan kemampuan sediaan untuk menempel pada

lapisan epidermis. Semakin besar daya lekat gel, maka semakin baik

penghantaran obatnya. Daya lekat sediaan semisolid sebaiknya ialah lebih dari

1 detik (Zats & Gregory, 1996).

Kualitas fisik sediaan gel dipengaruhi oleh komposisi bahan-bahan yang

digunakan. Gelling agent dan humektan merupakan bagian yang sangat

berpengaruh terhadap kualitas fisik dari sediaan gel. Gelling agent akan

membentuk jaringan struktural yang merupakan faktor yang sangat penting dalam

sistem gel. Peningkatan jumlah gelling agent dapat memperkuat struktur gel

(matriks gel) sehingga viskositas gel meningkat. Gelling agent untuk kebutuhan

farmasi dan sediaan kosmetik harus bersifat inert, aman dan tidak reaktif dengan

komponen yang lain (Zath and Kushla, 1996). Chandira et al. (2010) meneliti sifat

fisik dan stabilitas gel dari beberapa gelling agent, salah satunya yaitu CMC-Na,

pada penelitian tersebut terbukti bahwa perbedaan konsentrasi gelling agent yang

ditambahkan pada formula dapat mempengaruhi sifat fisik gel yang dihasilkan


(32)

D. Monografi Bahan-Bahan 1. CMC-Na

Gambar 1. Struktur CMC-Na (Rowe et al., 2009)

CMC-Na (gambar 1) merupakan garam natrium dari polikarboksimetil

eter selulosa, mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 9,5%

natrium dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian CMC-Na berupa

serbuk atau granul berwarna putih sampai krem, bersifat higroskopik. CMC-Na

ini mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal, tidak larut dalam

etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain (Departemen Kesehatan RI,

1995).

CMC-Na (karboksimetilselulosa natrium) dapat digunakan sebagai

gelling agent dalam sediaan gel penyembuh luka dari ekstrak daun mengkudu

karena CMC-Na CMC-Na mudah terdispersi dalam air membentuk larutan

koloida (pH 2-10). Jika pH kurang dari 2 maka dapat terjadi presipitasi sedangkan

bila pH lebih dari 10 dapat menyebabkan penurunan viskositas, viskositas dan


(33)

CMC-Na ini digunakan sebagai agen pembentuk gel (basis gel) pada

kisaran konsentrasi 3,0 – 6,0 %. CMC-Na dapat digunakan dalam terapi pengobatan luka, dermatological patces sebagai pelindung mukosa, menyerap

cairan yang keluar dari luka (Rowe et al., 2009). Salah satu keunggulan CMC-Na

ialah mampu melindungi mukosa, oleh karena itu gelling agent ini dipilih dalam

formulasi hydrogel ekstrak daun mengkudu sehingga dapat melindungi

permukaan kulit yang terluka.

2. Propilen glikol

Pemerian propilen glikol ialah jernih, tidak berwarna, kental, biasanya

tidak berbau, sedikit tajam seperti gliserol. Berat jenis dari propilen glikol 1,02

g/cm3 dan berat molekulnya 76,09 (Weller, 2009). Propilen glikol sebagai

humektan digunakan pada konsentrasi sekitar 15%. Propilen glikol secara kimia

stabil ketika dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air, dan larutannya

dapat disterilisasi dengan autoklaf (Rowe et al., 2009).

3. Metil paraben

Metil paraben umumnya digunakan sebagai pengawet antimikroba

dalam produk makanan, kosmetik, dan sediaan farmasi. Metil paraben efektif pada

rentang pH yang luas dan memiliki spektrum aktivitas antimikroba yang luas.

Efikasi dari metil paraben dapat ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol

(2-5%). Metil paraben dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan

paraben lain serta antimikroba lainnya (Rowe et al., 2009). Metil paraben


(34)

Aktivitas antimikroba metil paraben berada dalam rentang pH 4-8. Semakin tinggi

pH sistem, maka aktivitas antimikroba semakin turun (Haley, 2009).

E.Ekstraksi

Proses ekstraksi perlu dilakukan untuk mendapatkan senyawa-senyawa

yang aktif pada daun mengkudu dalam menyembuhkan luka. Ekstraksi merupakan

kegiatan penarikan bahan yang terkandung dengan pelarut cair yang sesuai.

Ekstraksi umumnya dapat dilakukan secara maserasi, perkolasi, infusa, refluks,

soxhlet, dan destilasi uap (Depkes RI, 2000).

Ekstraksi dilakukan untuk mendapatkan ekstrak daun mengkudu dengan

melewati proses maserasi dan remaserasi. Maserasi adalah proses pengekstrakan

simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan

penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan

seterusnya (Depkes RI, 2000). Pada proses maserasi, cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat

aktif, zat aktif akan terlarut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara

larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan terpekat

didesak ke luar. Peristiwa tersebut terjadi berulang sehingga terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Cairan penyari yang

digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain (Depkes RI, 1986).

Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi daun mengkudu ialah etanol 70%.


(35)

alkaloid merupakan senyawa yang cukup polar dan larut dalam pelarut organik,

sehingga etanol dapat digunakan sebagai pelarut agar senyawa aktif yang didapat

maksimal.

F. Landasan Teori

Ekstrak etanol daun mengkudu memiliki kemampuan dalam

menyembuhkan luka. Ada beberapa komponen utama ekstrak etanol daun

mengkudu yang mampu menyembuhkan luka yaitu flavonoid, triterpenoid, dan

alkaloid (Nayak et al., 2009). Flavonoid berperan pada fase proliferasi dan

remodelling jaringan selama proses penyembuhan luka (Patil et al., 2012),

triterpenoid memiliki efek astringent dan antimikroba dalam meningkatkan

penyembuhan luka (Soni and Singhai, 2012), serta alkaloid sebagai antibakteri

(Wijaya et al., 2014). Ketiga komponen senyawa tersebut mampu meningkatkan

kecepatan epitelisasi jaringan luka.

Ekstrak etanol daun mengkudu ini larut dalam air sehingga dapat

diformulasikan dalam bentuk sediaan hidrogel. Hidrogel merupakan jaringan tiga

dimensi yang terdiri dari polimer-polimer hidrofilik (Winfield and Richards,

2004). Wujud dari hidrogel ini transparan sehingga tidak terlihat berminyak saat

sediaan diaplikasikan pada kulit, selain itu juga memberikan sensasi dingin

sehingga bisa diterima dan nyaman digunakan penderita luka.

Komponen utama pada hidrogel ialah gelling agent. Peneliti Chandira et

al. (2010) memaparkan tentang sifat fisik (daya sebar dan viskositas) dan


(36)

formula. Salah satu jenis gelling agent yang digunakan ialah CMC-Na. Hasil

penelitian tersebut terbukti bahwa konsentrasi gelling agent yang ditambahkan

dapat mempengaruhi sifat fisik sediaan gel pada semua formula yang diuji.

CMC-Na digunakan sebagai basis gel dalam formulasi gel ekstrak daun mengkudu

dengan menggunakan perbedaan konsentrasi CMC-Na dalam menguji sifat fisik

dan stabilitas fisik sediaan. Stabilitas fisik sediaan gel dilihat dengan penyimpanan

sediaan selama 28 hari pada suhu kamar. Peneliti Sanjaya (2013) menyatakan gel

dari daun petai cina yang berbentuk hidrogel dengan gelling agent CMC-Na dan

humektan propilen glikol memiliki stabilitas yang baik selama penyimpanan 1

bulan. Stabilitas fisik meliputi organoleptis, daya sebar, viskositas, dan pH.

Komponen-komponen gel berupa CMC-Na dan propilen glikol digunakan dalam

formulasi gel ekstrak daun mengkudu dan dilakukan masa penyimpanan selama

28 hari untuk menguji stabilitas fisiknya.

G.Hipotesis

1. Perbedaan konsentrasi gelling agent CMC-Na memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap sifat fisik sediaan gel ekstrak daun mengkudu meliputi

daya sebar dan viskositas

2. Sediaan gel ekstrak daun mengkudu yang memiliki variasi konsentrasi gelling

agent CMC-Na stabil hingga masa penyimpanan 28 hari pada suhu kamar

3. Sediaan gel ekstrak daun mengkudu memiliki aktivitas sebagai penyembuh


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan

menggunakan rancangan eksperimental murni sederhana, yaitu melihat pengaruh

sifat fisik dan stabilitas fisik yang dihasilkan dari pembuatan sediaan gel ekstrak

daun mengkudu dengan perbedaan konsentrasi CMC-Na.

B.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas dalam penelitan ini adalah variasi jumlah konsentrasi

CMC-Na sebagai gelling agent yang dinyatakan dalam satuan persen.

b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik gel (daya sebar

dan viskositas) dan stabilitas gel (perubahan viskositas dan daya sebar

setelah 28 hari penyimpanan).

c. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah daun mengkudu

yang digunakan, konsentrasi dari ekstrak daun mengkudu, lama

penyimpanan gel, lama pencampuran sediaan gel daun mengkudu, alat-alat

percobaan, umur tikus, jenis kelamin tikus, galur tikus, berat badan tikus,

kedalaman pembuatan luka terbuka insisi pada tikus, pakan dan kandang


(38)

d. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu ruangan,

kelembapan ruangan, kondisi penyimpanan gel selama uji stabilitas fisik,

jumlah kontaminan yang masuk dalam gel, kecepatan perputaran batang

viscometer, keadaan patofisiologi tikus, dan pergerakan tikus selama uji

aktivitas.

2. Definisi operasional

a. Gel penyembuh luka ekstrak daun mengkudu adalah sediaan semisolid

berbentuk gel yang mengandung ekstrak daun mengkudu dengan

konsentrasi 5%, menggunakan CMC-Na sebagai gelling agent dan propilen

glikol sebagai humektan, yang dibuat dengan formula yang telah ditentukan

dalam penelitian ini untuk pengobatan luka terbuka insisi.

b. Simplisia daun mengkudu adalah daun mengkudu yang telah dikeringkan

selama beberapa hari dan dihaluskan menjadi serbuk.

c. Ekstrak daun mengkudu adalah ekstrak kental berwarna coklat tua

kehitaman dan bau khas daun mengkudu yang diperoleh dengan

mengekstraksi simplisia daun mengkudu yang melewati proses maserasi

selama 3 hari dan remaserasi selama 3 hari menggunakan pelarut etanol

70%, yang kemudian pelarutnya diuapkan dengan rotary evaporator selama

3 jam pada suhu 60oC dan diuapkan lagi pada penangas air dengan suhu

65oC selama 7 jam.

d. Gelling agent adalah basis pembentuk sediaan gel yang dapat

mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan, pada penelitian ini


(39)

e. Sifat fisik adalah parameter untuk mengetahui kualitas sediaan gel

penyembuh luka terbuka insisi dari ekstrak daun mengkudu, dengan

mengukur besarnya viskositas dan daya sebar sediaan pada hari ke-2 dalam

suhu kamar.

f. Stabilitas fisik adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui tingkat

kestabilan sediaan gel secara fisik, dengan mengukur besarnya perubahan

viskositas dan daya sebar sediaan yang diamati pada penyimpanan gel hari

ke-7, 14, 21, dan 28 pada suhu kamar.

g. Kondisi uji stabilitas fisik adalah kondisi sediaan gel ektrak mengkudu

dalam wadah di dalam ruangan tertutup dengan suhu kamar (27o-30oC) dan

kelembapan ruang yang tidak terkendali serta tidak terkena sinar matahari

langsung.

h. Viskositas merupakan ukuran kekentalan suatu sediaan gel ekstrak daun

mengkudu untuk melihat kemudahan sediaan dikeluarkan dari wadahnya

dan kemudahan pengaplikasiannya dengan satuan dPa.s. Kriteria

penerimaan nilai viskositas untuk sediaan semi solid sebesar 150-250 dPa.s

(Garg, et al., 2002).

i. Daya sebar adalah ukuran penyebaran suatu sediaan gel ekstrak daun

mengkudu yang diukur dengan alat uji horizontal double plate yang diberi

beban 125 g selama 1 menit untuk melihat kemampuan penyebaran sediaan

gel ekstrak daun mengkudu pada permukaan kulit, ditulis dalam satuan cm2.

Kriteria penerimaan nilai daya sebar yang baik untuk sediaan semi solid


(40)

j. Perubahan viskositas adalah selisih nilai viskositas sediaan gel setelah

penyimpanan 28 hari dengan nilai viskositas sediaan pada hari ke-2 dibagi

viskositas pada hari ke-2 dan kemudian dikali 100%, ditulis dalam satuan

%, kriteria penerimaannya < 10%.

k. Perubahan daya sebar adalah selisih nilai daya sebar sediaan gel setelah

penyimpanan 28 hari dengan nilai daya sebar sediaan pada hari ke-2 dibagi

daya sebar pada hari ke-2 dan kemudian dikali 100%, ditulis dalam satuan

%, kriteria penerimaannya < 10%.

l. Uji aktivitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui efek

penyembuhan luka terbuka insisi yang ditimbulkan setelah pengaplikasian

sediaan gel ekstrak mengkudu.

m.Luka terbuka insisi adalah luka sayat yang dibuat sepanjang 5 cm secara

horizontal menggunakan silet pada punggung tikus yang bulunya telah

dicukur dengan kedalaman luka 2 mm.

n. Pengurangan panjang luka adalah selisih ukuran panjang luka pada hari

ketujuh dengan panjang luka awal dibagi panjang luka awal dikali 100%,

ditulis dalam satuan %.

C.Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital

analitik (Ohaus), glasswares (Pyrex-Germany), pengaduk kaca, sendok,

termometer, orbital shaker (Innova 2100 Platform Shaker), rotary evaporator


(41)

(MODEL KT-40, ALP Co. Ltd Midorigouka, Japan), cawan porselen, viscotester

seri VT 04F (Rion Japan), mixer (Maspion), indikator pH universal (Merck

Germany), horizontal double plate, gunting, scalpel, silet, jarum suntik, pipet

tetes, stopwatch, dan penggaris.

D.Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun

mengkudu, etanol 70% (kualitas farmasetis), aquadest, CMC F-SH (kualitas

farmasetis), metil paraben (kualitas farmasetis), propilen glikol (kualitas

farmasetis), dan ketamin hidroklorida 10 %. Semua bahan diperoleh dari

Laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan Padat Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

E.Hewan Percobaan

Pada penelitian ini digunakan hewan uji berupa tikus jantan galur Wistar

dengan bobot sekitar 120-180 gram dan umur 2-3 bulan, yang diperoleh dari PT.

Abadi Jaya. Sebelum digunakan untuk pengujian aktivitas sediaan gel ekstrak

daun mengkudu, hewan uji perlu dikarantina dan dikelompokkan dalam lima

kelompok dengan tiga hewan uji pada masing-masing kelompok di dalamnya.

Masing-masing kelompok hewan uji memiliki ukuran kandang yang sama yang di


(42)

F. Tata Cara Penelitian 1. Pembuatan ekstrak daun mengkudu

Simplisia daun mengkudu yang berbentuk serbuk didapat dari

laboratorium Biologi Farmasi UGM. Serbuk daun mengkudu ditimbang dan

dilarutkan dalam pelarut etanol 70% dengan perbandingan 1 : 3. Prosedur

tersebut mengacu pada penelitian Nayak et al. (2009). Setelah itu, dilakukan

maserasi pada campuran tersebut selama 3 hari dan remaserasi selama 3 hari

menggunakan orbital shaker dengan penambahan pelarut sama dengan saat

maserasi. Maserasi dilakukan pada suhu kamar. Hasil ekstraksi disaring dengan

kertas saring Whatman dengan bantuan corong Buchner yang dihubungkan

dengan pompa vakum. Filtrat yang didapat dari hasil penyaringan diambil dan

diuapkan menggunakan rotary evaporator yang diatur pada suhu 60oC dengan

kecepatan pemutaran pada skala 4 sehingga etanol dapat teruapkan.

Selanjutnya ekstrak hasil penguapan diuapkan lagi pada penangas air selama

sekitar 7 jam pada suhu 65oC. Ekstrak kental yang didapat dilanjutkan pada

tahap formulasi dan diuji aktivitasnya dengan mengaplikasikan ekstrak tersebut

pada tikus jantan galur Wistar.

2. Karakterisasi, uji kualitatif, dan uji kuantitatif senyawa aktif pada ekstrak daun mengkudu

Karakterisasi ekstrak yang dilakukan pada penelitian ini ialah penetapan

kadar air, kadar sari, dan kadar abu total pada ekstrak mengkudu. Ekstrak

kental daun mengkudu yang didapat dari proses sebelumnya, diambil secuplik


(43)

triterpenoid, dan senyawa alkaloid. Uji kandungan senyawa tersebut dilakukan

secara kualitatif (triterpenoid dan alkaloid) dan kuantitatif (flavonoid dan

alkaloid). Pengujian ekstrak dilakukan di LPPT UGM Unit I Yogyakarta.

3. Formulasi sediaan gel

a. Formula

Formula yang digunakan dalam percobaan ialah sebagai berikut

(Tabel I) :

Tabel I. Formula gel hasil orientasi

Bahan Formula

F I F II F III F IV

Ekstrak daun mengkudu (g) 5 5 5 5

CMC-Na (%) 2,5 3 3,5 4

Propilen glikol (g) Metil paraben (g)

12,5 0,1 12,5 0,1 12,5 0,1 12,5 0,1 Aquadest (mL) 78,4 78,4 78,4 78,4

Keterangan :

F I = Formula gel dengan konsentrasi CMC-Na 2,5 % b/b

F II = Formula gel dengan konsentrasi CMC-Na 3 % b/b

F III = Formula gel dengan konsentrasi CMC-Na 3,5 % b/b

F IV = Formula gel dengan konsentrasi CMC-Na 4 % b/b

Penentuan bahan-bahan pada tabel di atas (tabel I) merupakan bahan

umum yang biasa digunakan pada formulasi gel. Penentuan jumlah /

konsentrasi berdasarkan hasil orientasi didapatkan dari literatur Rowe et


(44)

sebagai humektan (≤ 15%), dan metil paraben sebagai pengawet (0,02 -0,3%). Konsentrasi ekstrak daun mengkudu didapat dari jurnal penelitian

Yuslianti et al. (2013) yang menyebutkan bahwa ekstrak daun mengkudu

pada konsentrasi 10 mg/mL efektif menyembuhkan luka. Dari penelitian

tersebut konsentrasi ekstrak sebesar 10 mg/mL = 1 g/100 mL atau 1 % b/b,

ditingkatkan 5 kalinya menjadi 5% b/b untuk formulasi sediaan gel.

b. Formulasi sediaan gel

Peralatan gelas / kaca yang digunakan pada formulasi gel disterilisasi

dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit, sedangkan peralatan

tidak terbuat dari kaca dicuci / disemprot dengan etanol. CMC-Na dan

metil paraben disterilisasi menggunakan oven dengan suhu 160oC selama

1 jam. Propilen glikol dan aquadest disterilisasi dengan autoklaf juga.

CMC-Na dikembangkan dengan cara ditaburkan di atas aquadest yang

sudah disterilkan dengan autoklaf (campuran A), setelah itu didiamkan

selama 24 jam. Metil paraben dicampur dalam propilen glikol yang telah

steril hingga terbentuk campuran yang homogen (campuran B). Campuran

B dimasukkan dalam campuran A lalu dicampurkan hingga homogen

menggunakan mixer selama 3 menit (campuran C). Ekstrak daun

mengkudu kemudian dimasukkan ke dalam campuran C, campuran

tersebut dihomogenkan hingga menit ke-5 (campuran D). Terakhir

aquadest dimasukkan dalam campuran D sedikit demi sedikit sambil

dilakukan pencampuran hingga homogen dengan mixer hingga menit


(45)

di dalam Laminar Air Flow. Sediaan gel dikemas dalam suatu wadah

tertutup rapat dan disimpan pada suhu kamar. Prosedur formulasi gel yang

dilakukan mengacu pada penelitian Sanjaya (2013) tentang pembuatan gel

antiinflamasi dengan ekstrak daun petai cina.

Pada sediaan gel ekstrak daun mengkudu tidak dilakukan uji

sterilitas karena berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu

penelitian Patel el al. (2011), Patil et al (2012), dan Sanjaya (2013), tidak

dilakukan uji sterilitas pada sediaan penyembuh luka yang dibuat.

4. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik gel

a. Uji organoleptis

Sediaan gel yang sudah jadi diamati warna, bau, dan

konsistensinya pada hari ke-2 dan 28. Hasil yang didapat dibandingkan

dengan hasil sediaan gel pada hari ke-2.

b. Uji pH

Sediaan gel diukur pHnya pada hari ke- 2 dan 28 dengan pH

stick indikator universal. Hasil yang didapat dibandingkan dengan hasil

sebelumnya untuk melihat apakah terjadi perubahan pH selama

penyimpanan 28 hari.

c. Uji viskositas dan perubahan viskositas

Uji viskositas dilakukan tiga kali yaitu pada hari ke- 2, 7, 14,

21, dan 28. Masing-masing formula gel ditentukan viskositasnya

menggunakan alat Viscotester Rion seri VT 04F dengan ukuran rotor


(46)

nilai viskositas pada hari ke-2 dengan nilai viskositas pada hari-hari

selanjutnya (hari ke- 7, 14, 21, dan 28), kemudian dibagi dengan nilai

viskositas gel pada hari ke-2 dan dikali 100.

d. Uji daya sebar dan perubahan daya sebar

Sebanyak 1 gram gel ditimbang, diletakkan pada suatu

lempeng kaca bulat berskala. Pada pengukuran daya sebar, di atas

lempeng tersebut ditangkupkan lempeng kaca lain berukuran sama

(horizontal double plate). Kemudian lempeng tersebut ditindihi dengan

beban 125 gram selama 1 menit dan diukur rata-rata diameter

sebarnya. Diameter yang diperoleh dihitung nilai daya sebarnya

dengan perhitungan sebagai berikut :

Keterangan : S = nilai daya sebar (cm2)

d = rata-rata diameter sebar (cm) π = 3,14

Uji ini dilakukan pada hari ke- 2, 7, 14, 21, dan 28. Perubahan daya

sebar diperoleh dengan mengetahui selisih nilai daya sebar gel pada

hari ke-2 dengan nilai daya sebar pada hari-hari selanjutnya (hari ke- 7,

14, 21, dan 28), kemudian dibagi dengan nilai daya sebar gel pada hari

ke-2 dan dikali 100.

5. Uji aktivitas penyembuh luka

Hewan uji (tikus jantan galur Wistar) dibius dengan

menggunakan ketamin hidroklorida secara intravena. Selanjutnya, bulu


(47)

tikus dicukur dengan pisau cukur steril. Area bulu yang telah dicukur lalu

ditandai dengan spidol untuk mengetahui panjang luka yang diinginkan.

Luka dibuat secara horizontal dengan cara menyayat bagian yang telah

ditandai sepanjang 5 cm dengan kedalaman luka 2 mm.

Hewan uji dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok

kontrol tanpa perlakuan, kelompok ekstrak, kelompok kontrol positif

(salep Betadine®), kelompok kontrol negatif (sediaan gel tanpa ekstrak

daun mengkudu / basis gel), dan kelompok gel ekstrak daun mengkudu.

Masing-masing kelompok sebanyak tiga hewan uji. Uji aktivitas

kemampuan penyembuhan luka terlebih dahulu dilakukan pada kelompok

ekstrak dan kelompok kontrol tanpa perlakuan karena digunakan sebagai

uji orientasi untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun mengkudu dalam

menyembuhkan luka. Pengujian pada kelompok ekstrak dilakukan dengan

mengoleskan ekstrak di sepanjang area luka selama 7 hari berturut-turut.

Sedangkan pada kelompok tanpa ekstrak, tikus yang sudah dilukai tidak

diberikan perlakuan apapun, hanya dilihat pengurangan panjang lukanya

dari awal pembuatan luka hingga hari ke-7. Hewan uji pada kelompok

kontrol (negatif dan positif) yang sudah dilukai, diolesi dengan sediaan

yang sudah ditentukan sebanyak 1 gram, sediaan diaplikasikan secara

merata di sepanjang luka yang dibuat. Pada kelompok kontrol negatif

diaplikasikan gel tanpa ekstrak daun mengkudu sedangkan pada kelompok

kontrol positif diaplikasikan sediaan penyembuh luka semi solid yang ada


(48)

setiap hari dari awal tikus dilukai (hari ke-0) hingga hari ke-7. Hewan uji

pada kelompok perlakuan yang sudah dilukai, diolesi dengan sediaan gel

ekstrak daun mengkudu secara merata sebanyak 1 gram di sepanjang luka

yang dibuat selama 7 hari. Tingkat penutupan luka diukur dan dicatat

setiap hari hingga hari ke- 7. Hasil pengukuran tersebut kemudian dibuat

grafik. Data yang didapatkan dari hasil pengujian dianalisis menggunakan

uji Anova. Perhitungan terkait % pengurangan panjang luka diacu dari

penelitian Patel et al. (2011) terkait dengan perhitungan aktivitas luka

eksisi.

G.Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ialah data sifat fisik, stabilitas fisik

selama penyimpanan, dan aktivitas gel ekstrak daun mengkudu. Hasil data

penelitian yang didapat dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk untuk melihat

normalitas distribusi data. Kesamaan varian data atau homogenitas data dianalisis

dengan uji Levene’s Test. Kedua uji analisis tersebut apabila hasilnya memenuhi uji statistik parametik maka diteruskan dengan uji Anova dan uji T test untuk

mengetahui signifikansi perbedaan antara data yang diperoleh yang dilanjutkan

dengan uji post hoc Tukey HSD (untuk uji Anova). Penelitian ini menggunakan

analisis statistika dengan jenis analisis percobaan Anova satu arah. Pada

penelitian, faktor yang mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas sediaan gel hanya

ada satu faktor yaitu konsentrasi gelling agent. Tingkat signifikansi yang

digunakan yaitu 0,05. Namun apabila hasil kedua uji yang didapat tidak


(49)

maka perhitungan analisis data dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis. Semua

perhitungan statistik analisis data secara statistik dilakukan dengan perangkat


(50)

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi dan Ekstraksi Daun Mengkudu

Tanaman mengkudu sebagai sampel dalam penelitian diperoleh dari

Leses, Manisrenggo, Kabupaten Klaten. Proses determinasi dilakukan di Unit IV

Biologi Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (Lampiran 1). Determinasi

dilakukan untuk mengetahui kebenaran tanaman yang digunakan dalam

penelitian. Pada lampiran hasil determinasi tersebut dinyatakan bahwa sampel

merupakan jenis Morinda citrifolia L. dengan suku Rubiaceae. Morinda citrifolia

L. merupakan nama ilmiah dari tanaman mengkudu.

Gambar 2. Ekstrak kental daun mengkudu

Ekstrak daun mengkudu yang dihasilkan dari proses maserasi, memiliki


(51)

berbentuk cairan kental, dengan tujuan agar mudah untuk diformulasi menjadi

bentuk sediaan. Ekstrak kental daun mengkudu ditunjukkan pada gambar 2.

B. Uji Karakterisasi, Uji Kualitatif, dan Uji Kuantitatif Ekstrak Daun Mengkudu

Penelitian yang dilakukan pada karakterisasi ekstrak daun mengkudu

berupa penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut etanol, dan penetapan kadar

abu. Karakterisasi ekstrak dilakukan untuk mengetahui mutu dan kualitas ekstrak

daun mengkudu. Penelitian terkait karakterisasi ekstrak diujikan di Laboratorium

Penelitian dan Pengembangan Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta (Lampiran 2).

Tabel II. Hasil uji karakterisasi ekstrak daun mengkudu

Karakterisasi ekstrak Presentase (%) Presentase berdasar MMI Jilid V (%) Penetapan kadar air 10,844 -

Penetapan kadar sari larut etanol 81,43 ≥ 3,5 Penetapan kadar abu 8,39 ≤ 12

Ekstrak daun mengkudu memiliki kualitas yang baik secara keseluruhan,

melihat dari hasil karakterisasi ekstrak yang diperoleh pada tabel II. Hasil yang

diperoleh pada penetapan kadar air membuktikan bahwa ekstrak daun mengkudu

memiliki kadar air yang rendah yaitu 10,844 % sehingga tidak memicu

pertumbuhan mikroba yang cepat pada ekstrak. Pada penetapan kadar sari larut

etanol, nilai yang diperoleh tinggi yaitu > 80% sesuai dengan persyaratan yang

diharapkan pada literatur. Hal ini membuktikan bahwa pelarut yang digunakan


(52)

sangat baik. Begitu juga pada hasil penetapan kadar abu, didapatkan kadar sebesar

8,39 %, kadar tersebut masih masuk persyaratan yang diharapkan. Hal ini

membuktikan bahwa ekstrak memiliki kandungan mineral internal dan eksternal

yang masih masuk pada batasan seharusnya. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa ekstrak daun mengkudu memiliki mutu dan kualitas baik.

Gambar 3. Hasil uji kualitatif terpenoid dan alkaloid pada ekstrak daun mengkudu

Pengujian kualitatif dengan metode KLT dalam melihat hasil positif suatu

senyawa diperlukan adanya suatu standar pembanding. Namun apabila standar

pembanding dari senyawa golongan yang sama maka dapat dibandingkan dengan

hasil pada literatur. Hasil uji kualitatif pada gambar 3 ditunjukkan oleh warna spot

yang dihasilkan pada masing-masing pengujian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel III.

Pada uji triterpenoid tidak digunakan standar pembanding karena

ketidaktersediaan stok standar pembanding untuk senyawa golongan triterpenoid.

Menurut Wagner (1986), reagen Carr-price merupakan reagen yang spesifik untuk


(53)

akan menghasilkan spot berwarna kuning apabila disinari visibel. Pada pengujian

triterpenoid dihasilkan spot berwarna kuning saat disinari visibel. Hasil pengujian

sesuai dengan literatur, sehingga dapat dinyatakan ekstrak daun mengkudu positif

mengandung triterpenoid.

Pada uji alkaloid dihasilkan spot berwarna orange saat disinari visibel.

Kuinin digunakan sebagai standar pembanding pada pengujian ini karena kuinin

termasuk dalam golongan alkaloid. Menurut Wagner and Bladt (1996) hasil reaksi

reagen Dragendorff dengan senyawa alkaloid akan menghasilkan spot warna

orange apabila disinari visibel (hasil positif). Pada pengujian ini diperoleh hasil

positif pada spot yang dihasilkan, sehingga dapat dinyatakan ekstrak daun

mengkudu positif mengandung senyawa alkaloid. Hasil uji kualitatif dapat dilihat

di lampiran 4.

Tabel III. Hasil uji kualitatif dan uji kuantitatif ekstrak daun mengkudu

Uji Senyawa Reagen Standar

pembanding Hasil uji

Kualitatif

Triterpenoid Carr-price -

Spot berwarna kuning Hasil + nilai Rf 0,10 ;

0,14

Alkaloid Dragendorff Kuinin Spot berwarna orange Hasil + nilai Rf 0,61

Kuantitatif Flavonoid - Kuersetin 0,57 % b/b Alkaloid - Kuinin 1,66 % b/b

Keterangan : + = hasil senyawa positif

Hasil uji kuantitatif ekstrak daun mengkudu terdapat pada lampiran 5.

Kadar sebesar 1,66% b/b untuk alkaloid dan 0,57% b/b untuk flavonoid,

diharapkan mampu untuk menyembuhkan luka terbuka inisisi pada hewan uji


(54)

C. Pengujian Sifat Fisik Gel Ekstrak Daun Mengkudu

Pada gel ekstrak daun mengkudu, sifat fisik yang diuji ialah organoleptis,

pH, daya sebar, dan viskositas. Pengujian sifat fisik dilakukan pada hari ke-2

setelah formulasi gel karena sediaan sudah tidak terpengaruh oleh energi selama

pembuatan gel, gel sudah berada dalam keadaan stabil untuk diuji.

Tabel IV. Hasil pengamatan organoleptis dan pH gel ekstrak daun mengkudu

Kriteria Formula

I II III IV

Warna Coklat tua Coklat tua Coklat tua Coklat tua Bau Khas ekstrak

daun mengkudu Khas ekstrak daun mengkudu Khas ekstrak daun mengkudu Khas ekstrak daun mengkudu Konsistensi Gel Gel Gel Gel

pH 6 6 6 6

1. Uji organoleptis dan pH

Uji organoleptis diperlukan untuk melihat penampilan fisik sediaan gel

ekstrak daun mengkudu (warna, bau, dan wujud). Dari penampilan fisik

tersebut dapat diketahui kestabilan sediaan, seperti perubahan warna atau

perubahan konsistensi sediaan. Berdasarkan tabel IV dapat diketahui bahwa

sediaan gel dari keempat formula memiliki warna, bau, dan konsistensi yang

sama. Gel memiliki warna coklat tua disebabkan karena ekstrak daun

mengkudu yang berwarna coklat tua kehitaman. Bau khas sediaan gel berasal

dari bau ekstrak daun mengkudu yang ditambahkan ke formula.

Berdasarkan tabel IV, gel ekstrak daun mengkudu dari keempat

formula memiliki nilai pH 6. CMC-Na memiliki rentang pH antara 6,5-8,5


(55)

pembuatan formula dapat mempengaruhi nilai pH yang dihasilkan, dengan

membuat sediaan gel menjadi semakin basa. Nilai pH 6 pada sediaan gel

disebabkan karena penambahan ekstrak daun mengkudu yang bersifat asam

sehingga pH sediaan yang seharusnya ≥ 6,5 dapat turun menjadi 6. Akan

tetapi pada tabel IV, nilai pH dari keempat formula sama meskipun memiliki

konsentrasi CMC-Na yang berbeda. Hal ini disebabkan karena variasi

konsentrasi CMC-Na yang digunakan antar formula selisihnya tidak terlalu

jauh dan CMC-Na yang ditambahkan pada formula masih terbilang rendah

yaitu 3-4%, sehingga kondisi ini tidak menyebabkan munculnya perbedaan

nilai pH yang dihasilkan dari keempat formula, nilai pH yang dihasilkan tetap

sama. Selain itu pengujian pH diperlukan untuk mengetahui kesesuaian pH

sediaan yang dibuat dengan kondisi fisiologis kulit. Sediaan topikal yang baik

memiliki rentang pH antara 4,5 sampai 6,5, apabila pH sediaan < 4,5 kulit

akan mengalami iritasi, sedangkan apabila pHnya > 6,5 kulit akan menjadi

kering. Gel ekstrak daun mengkudu dengan perbedaan konsentrasi CMC-Na

pada tiap formula terbukti menghasilkan pH yang sesuai dengan pH kulit.

2. Uji viskositas

Pengujian viskositas juga dilakukan pada hari ke-2. Hasil pengujian

viskositas gel ekstrak daun mengkudu ditunjukkan pada gambar 4. Dari

gambar tersebut terbukti bahwa perbedaan konsentrasi CMC-Na untuk tiap

formula dapat mempengaruhi viskositas sediaan yang dihasilkan. Hal ini

terlihat dengan adanya peningkatan konsentrasi CMC-Na dari formula I


(56)

dihasilkan. Hal ini disebabkan karena CMC-Na merupakan pembentuk basis

gel sehingga penambahan CMC-Na ke formula akan mempengaruhi bentuk

sediaan gel yang dihasilkan terutama viskositasnya.

Gambar 4. Pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap viskositas sediaan gel ekstrak daun mengkudu pada hari ke-2

Hasil analisis statistik menggunakan Anova dan dilanjutkan dengan

post hoc TukeyHSD, ditampilkan pada tabel a (Lampiran 13). Pada tabel

tersebut diperoleh nilai p value < 0,05 dari keseluruhan perbandingan antar

formula sediaan. Keseluruhan perbandingan antar formula sediaan yang

dimaksud ialah formula I terhadap formula II, III, dan IV ; formula II terhadap

formula III dan IV; formula III terhadap formula IV memiliki nilai p value

yang berbeda bermakna. Hal ini berarti ada pengaruh signifikan antara

konsentrasi CMC-Na dengan nilai viskositas sediaan gel ekstrak daun

mengkudu. Terbukti dari gambar 4 yaitu adanya peningkatan nilai viskositas


(57)

Sediaan gel yang baik menurut Garg et al (2002) ialah sediaan tersebut

memiliki karakteristik viskositas yang baik apabila memiliki viskositas

150-250 dPa.s. Pada gambar 4, viskositas gel ekstrak daun mengkudu yang

dihasilkan dari keempat formula berada pada batasan 100-500 dPa.s. Hal ini

berarti hanya beberapa formula yang viskositas sediaannya baik sesuai dengan

ketentuan literatur. Dari gambar tersebut terlihat hanya formula I dan formula

II yang memiliki viskositas sediaan 150-250 dPa.s. Namun pada uji ini hanya

untuk melihat pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap viskositas, pada

gambar 4 terbukti bahwa semua formula memiliki pengaruh terhadap nilai

viskositas yang dihasilkan.

3. Uji daya sebar

Nilai daya sebar dipengaruhi oleh viskositas, daya sebar berbanding

terbalik dengan viskositas. Semakin kecil nilai viskositas sediaan maka daya

sebarnya akan semakin besar sehingga sangat berpengaruh pada penyebaran

sediaan di kulit (Garg, et al., 2002). Uji ini dilakukan untuk melihat

kemampuan sediaan menyebar di tempat pengaplikasian yang mempengaruhi

penghantaran zat aktif di tempat aksi dan kemudahan penggunaannya.

Hasil pengujian daya sebar ditunjukkan pada gambar 5. Dari gambar

tersebut terlihat adanya penurunan nilai daya sebar (formula I hingga formula

IV) seiring dengan peningkatan konsentrasi gelling agent CMC-Na untuk tiap

formula. Hasil uji daya sebar yang diperoleh terbukti sesuai dengan literatur


(58)

yang semakin besar membuat sediaan gel semakin kental dan rigid sehingga

nilai daya sebarnya akan semakin menurun.

Gambar 5. Pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap daya sebar sediaan gel ekstrak daun mengkudu pada hari ke-2

Hasil analisis statistik ditunjukkan pada tabel b (Lampiran 13). Pada

tabel tersebut didapatkan nilai p value < 0,05 dari keseluruhan perbandingan

antar formula. Keseluruhan perbandingan antar formula sediaan yang

dimaksud ialah formula I terhadap formula II, III, dan IV ; formula II terhadap

formula III dan IV; formula III terhadap formula IV. Semua data yang

dihasilkan pada tabel b memiliki hasil yang berbeda bermakna. Hal ini

membuktikan bahwa perbedaan konsentrasi CMC-Na memberikan pengaruh

signifikan terhadap nilai daya sebar sediaan gel ekstrak daun mengkudu. Hasil

tersebut juga sekaligus membuktikan hasil yang didapat pada gambar 5.

Sediaan gel yang baik menurut Garg et al (2002) ialah sediaan tersebut

memiliki karakteristik daya sebar yang baik apabila memiliki daya sebar 5-7


(59)

mengkudu yang dihasilkan dari keempat formula berada pada batasan 12,510

-21,637 cm2. Hal ini berarti hanya formula I dan formula II yang daya sebar

sediaannya baik sesuai dengan ketentuan literatur. Namun pada uji ini hanya

untuk melihat pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap daya sebar, pada

gambar 5 terbukti bahwa semua formula memiliki pengaruh terhadap nilai

daya sebar yang dihasilkan.

D. Pengujian Stabilitas Gel Ekstrak Daun Mengkudu

Hasil uji stabilitas sediaan gel diukur dari berbagai uji yaitu :

organoleptis, pH, perubahan viskositas, dan perubahan daya sebar selama masa

penyimpanan 28 hari pada suhu kamar.

1. Uji stabilitas organoleptis dan pH

\

Gambar 6. Gel ekstrak daun mengkudu pada hari ke-2 dan hari ke-28 Formula I

Hari ke-2 Hari ke-28

Formula II

Hari ke-2 Hari ke-28

Formula III

Hari ke-2 Hari ke-28

Formula IV


(60)

Hasil uji organoleptis yang diperoleh ditunjukkan pada gambar 6. Pada

gambar tersebut gel ekstrak daun mengkudu tidak menunjukkan adanya

perubahan penampilan fisik gel (warna, bau, dan wujud) pada hari ke-2 dan

hari ke-28. Sediaan gel juga tidak berjamur dan tidak ditumbuhi mikroba

selama penyimpanan 28 hari. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa gel

ekstrak daun mengkudu stabil secara organoleptis.

Tabel V. Nilai pH gel ekstrak daun mengkudu selama penyimpanan 28 hari

Formula pH

Hari ke-2 Hari ke-28

Formula I 6 6 Formula II 6 6 Formula III 6 6 Formula IV 6 6

Hasil uji stabilitas pH ditunjukkan pada tabel V. Pada tabel tidak

ditunjukkan adanya peningkatan ataupun penurunan nilai pH pada hari ke-2

dan hari ke-28. Hal ini berarti gel ekstrak daun mengkudu memiliki pH yang

stabil selama masa penyimpanan pada suhu kamar.

2. Perubahan viskositas

Viskositas sediaan gel ekstrak daun mengkudu diuji tiap minggu

hingga 28 hari untuk melihat stabilitas sediaan. Hasil uji perubahan viskositas

ditunjukkan pada gambar 7. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa sedikit

terjadi perubahan viskositas dari keempat formula namun cenderung konstan.

Pada formula I dan formula II terlihat adanya penurunan nilai viskositas,


(61)

viskositas selama masa penyimpanan. Namun dari hasil tersebut, sediaan gel

belum bisa dikatakan tidak stabil selama masa penyimpanan.

Gambar 7. Grafik stabilitas viskositas gel ekstrak daun mengkudu selama penyimpanan 28 hari

Pembuktian terjadi perubahan viskositas atau tidak pada sediaan,

dilihat dari hasil perhitungan perubahan viskositas yang diperoleh. Sediaan

memiliki stabilitas yang baik apabila perubahan viskositasnya kurang dari

10% selama masa penyimpanan. Hasil tersebut ditunjukkan pada tabel VI.

Tabel VI. Perubahan viskositas gel ekstrak daun mengkudu selama masa penyimpanan 28 hari

Formula Perubahan viskositas (%)

Formula I 4,20  1,78 5,91  3,52 5,64  2,82 2,86  1,61 Formula II

Formula III

Formula IV


(62)

Pada tabel VI sediaan gel ekstrak daun mengkudu dari keempat

formula memiliki perubahan viskositas kurang dari 10 %. Hal ini berarti

sediaan gel dari keempat formula stabil selama penyimpanan 28 hari. Hal ini

juga membuktikan bahwa perbedaan konsentrasi CMC-Na pada sediaan gel

ekstrak daun mengkudu tidak mempengaruhi stabilitas sediaan secara

viskositas.

Hasil analisis statistik dengan uji T berpasangan ditunjukkan pada

tabel c (Lampiran 13). Pada tabel tersebut diperoleh nilai p value > 0,05 (data

berbeda tidak bermakna), hal ini membuktikan sediaan gel ekstrak daun

mengkudu dari keempat formula stabil selama masa penyimpanan 28 hari

pada suhu kamar. Sediaan gel tidak mengalami perubahan viskositas selama

masa penyimpanan.

3. Perubahan daya sebar

Adanya perubahan viskositas umumnya akan mempengaruhi

terjadinya perubahan daya sebar. Pada pembahasan sebelumnya sediaan gel

ekstrak daun mengkudu terbukti tidak terjadi perubahan viskositas, maka

seharusnya juga tidak terjadi perubahan daya sebar karena viskositas dan daya

sebar berhubungan langsung.

Perubahan daya sebar keempat formula gel ditunjukkan pada gambar

8. Dari gambar tersebut terlihat sedikit terjadi perubahan daya sebar pada

sediaan gel dari tiap formula namun bentuk grafiknya cenderung konstan.

Pada formula II dan formula IV terlihat hampir tidak ada perubahan daya


(63)

daya sebar. Namun dari hasil tersebut, sediaan gel belum bisa dikatakan tidak

stabil selama masa penyimpanan.

Gambar 8. Grafik stabilitas daya sebar gel ekstrak daun mengkudu selama penyimpanan 28 hari

Stabilitas sediaan dibuktikan dengan hasil perhitungan perubahan daya

sebar yang diperoleh yang ditunjukkan pada tabel VII. Gel ekstrak daun

mengkudu dikatakan stabil apabila perubahan daya sebarnya kurang dari 10%.

Pada tabel VII diperoleh hasil perubahan daya sebar sediaan gel kurang 10 %

dari keempat formula, sehingga dapat disimpulkan bahwa gel ekstrak daun

mengkudu stabil selama masa penyimpanan 28 hari pada suhu kamar.

Tabel VII. Perubahan daya sebar gel ekstrak daun mengkudu selama masa penyimpanan 28 hari

Formula Perubahan daya sebar (%)

Formula I 1,20  0,20

Formula II 2,01  0,28 Formula III 5,31  0,55 Formula IV 4,06  0,36


(64)

Hasil analisis statistik terhadap perubahan daya sebar menggunakan uji

T berpasangan ditunjukkan pada tabel d (Lampiran 13). Pada tabel tersebut

diperoleh nilai p value > 0,05 dari semua data (data berbeda tidak bermakna).

Hal ini membuktikan bahwa gel ekstrak daun mengkudu stabil selama

penyimpanan 28 hari pada suhu kamar karena data menunjukkan adanya

pengaruh tidak signifikan terhadap perubahan daya sebar. Sediaan gel tidak

mengalami perubahan daya sebar selama masa penyimpanan.

E. Uji Aktivitas Gel Ekstrak Daun Mengkudu

Sediaan gel ekstrak daun mengkudu memiliki aktivitas sebagai

penyembuh luka karena di dalamnya terkandung beberapa senyawa yang berperan

dalam penyembuhan luka. Senyawa-senyawa tersebut yaitu flavonoid, alkaloid,

dan triterpenoid. Berdasarkan literatur yang didapat sebelumnya, telah diketahui

masing-masing senyawa memiliki peran masing-masing dalam proses

penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka secara umum ada empat fase yaitu :

fase respon inflamasi akut terhadap luka, fase destruktif, fase proliferatif, fase

maturasi.

Mekanisme penyembuhan luka dimulai pada saat luka dibuat dan diolesi

dengan sediaan gel ekstrak daun mengkudu. Tubuh yang terluka akan membuat

penderita merasa kesakitan, senyawa alkaloid berperan sebagai analgetik sehingga

rasa sakit karena luka bisa berkurang. Sensasi dingin yang muncul dari sediaan gel

juga dapat mengurangi rasa sakit. Selain itu saat terjadi luka, bagian yang terluka


(65)

flavonoid yang berperan sebagai antiinflamasi. Dalam hal ini flavonoid dan

alkaloid ikut berperan dalam fase respon inflamasi akut terhadap luka, walaupun

ada pertahanan dalam tubuh yang juga ikut merespon penyembuhan, namun kedua

senyawa ini dapat membantu mempercepat penyembuhan. Alkaloid dan

triterpenoid juga akan mencegah masuknya bakteri pada luka, sehingga luka tidak

semakin parah dan luka tidak ditumbuhi oleh bakteri. Triterpenoid dapat

menghambat bakteri-bakteri penginfeksi seperti Streptococcus sp., V.

alginolyticus, C. freundii, V. cholerae, V. harveyi, V. parahaemolyticus, dan V.

vulnificus (Wei, Musa, Sengm, Wee, and Shazili, 2008), sedangkan alkaloid

mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti E.coli, P.putida,

B.cereus, Klebsiella sp., dan S.aureus (Singh, Swapnil, and Verma, 2011).

Adanya peranan alkaloid dan triterpenoid sebagai antibakteri pada penelitian

sebelumnya, membuat peneliti dapat mengasumsikan bahwa perlakuan metode

aseptis pada pembuatan gel ekstrak daun mengkudu kesterilannya dapat dijaga,

meskipun peneliti tidak mengetahui banyaknya kontaminan yang bisa dihambat

atau dicegah karena jumlah kontaminan yang tidak terkendali. Pada fase

proliferasi dan remodelling jaringan, flavonoid dan triterpenoid kembali berperan.

Flavonoid akan meningkatkan vaskuler, sintesis kolagen, dan kekuatan serat

kolagen pada tempat terjadinya luka, sedangkan triterpenoid akan membantu

dalam pemulihan sel-sel tubuh yang terluka. Hal ini yang membuat luka tersebut

cepat kering dan sembuh dalam waktu yang singkat, dalam penelitian ini dalam


(1)

Uji normalitas data

Uji variansi data


(2)

Uji aktivitas sediaan gel

a. Hasil pengujian kemampuan penyembuh luka sediaan gel, kontrol negatif, dan kontrol positif

Uji Replikasi Pengurangan panjang luka (%) Rerata  SD Sediaan

I 78

81,333  7,572

II 90

III 76

Kontrol negatif (basis)

I 20

30,000  10,000

II 30

III 40

Kontrol positif

I 26

32,000  5,292

II 34

III 36


(3)

Uji normalitas data

Uji homogenitas data


(4)

(5)

Kontrol Positif hari ke-7


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Giacinta Puspananda Christara lahir di Surabaya pada tanggal 14 Mei 1993. Putri dari pasangan Ignatius Suhardjuno dan Bibiana Dian Pratiwi merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis memulai pendidikan di TK Kanisius Tlogosari Kulon Semarang pada tahun 1997-1999, dilanjutkan di SD Kanisius Semarang pada tahun 1999-2002 dan tahun 2004-2005, SD Xaverius 9 Palembang pada tahun 2002-2004, SMP Susteran Purwokerto pada tahun 2005-2008, dan SMA Negeri 2 Purwokerto pada tahun 2008-2011. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2011-2015. Selama menempuh pendidikan S1, penulis pernah mengikuti kepanitiaan Pelepasan Wisuda Fakultas Farmasi “Jejakku Peristiwaku” (2012) sebagai koordinator sie. Konsumsi; Pemeriksaan Gratis Desa Mitra di Dusun Burikan, Sleman (2012) sebagai bendahara; Musyawarah Wilayah Joglosepur ISMAFARSI (2012) sebagai sie. DDU dan konsumsi; Makrab JMKI (2013) sebagai sie. Humas. Penulis juga terlibat aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa PSM Cantus Firmus sebagai pengurus dan anggota. Penulis juga berprestasi di kegiatan non akademik dalam Lomba Paduan Suara Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta se-Kopertis Wilayah V Yogyakarta di UKDW (2013) sebagai Juara II; Pesparawi Mahasiswa tingkat Nasional XIII (2014) sebagai peraih medali emas untuk kategori musica sacra dan folklore dan medali perak untuk kategori gospel; dan mewakili universitas sebagai penyanyi dalam tim budaya untuk Promosi Citra Indonesia melalui Pagelaran Seni Budaya Indonesia di kota Budapest dan Miskolc, Hungaria, pada tahun 2014. Penulis juga memiliki pengalaman asisten praktikum Mikrobiologi (2013 dan 2015) dan praktikum Farmakognosi Fitokimia pada tahun 2014.


Dokumen yang terkait

Sifat Antirayap Ekstrak Biji Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) Terhadap Rayap Tanah (Macrotermes gilvus Hagen)

5 71 66

Efek Penyembuhan Luka bakar dari Ekstrak Buah Mengkudu (morinda citrifolia l.) Dalam Sediaan Gel pada Kelinci

12 88 89

Pengaruh Ekstrak Buah Morinda Citrifolia Linn Terhadap Kualitas, Kuantitas Sperma Dan Kadar Malondialdehyde Testis Tikus Wistar Diabetes Mellitus

4 79 95

Optimasi formula sediaan gel gigi yang mengandung ekstrak daun jambu biji (psidium guajaya L) dengan Na CMC sebagai gelling agent

4 16 71

FORMULASI SEDIAAN GEL BASIS Na-CMC EKSTRAK ETANOL DAUN COCOR BEBEK (Kalanchoe pinnata (Lmk.) Pers.) SEBAGAI PENYEMBUH LUKA BAKAR PADA KELINCI Formulasi Sediaan Gel Basis Na-Cmc Ekstrak Etanol Daun Cocor Bebek (Kalanchoe Pinnata (Lmk.) Pers.) Sebagai Pe

0 10 16

FORMULASI SEDIAAN GEL BASIS Na-CMC EKSTRAK ETANOL DAUN COCOR BEBEK (Kalanchoe pinnata (Lmk.) Pers.) SEBAGAI Formulasi Sediaan Gel Basis Na-Cmc Ekstrak Etanol Daun Cocor Bebek (Kalanchoe Pinnata (Lmk.) Pers.) Sebagai Penyembuh Luka Bakar Pada Kelinci.

0 2 12

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL DAUN KIRINYUH (Eupatorium odoratum L.) SEBAGAI PENYEMBUH LUKA TERBUKA Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh (Eupatorium Odoratum L.) Sebagai Penyembuh Luka Terbuka Pada Kelinci.

1 3 13

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL DAUN KIRINYUH (Eupatorium odoratum L.) SEBAGAI PENYEMBUH Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh (Eupatorium Odoratum L.) Sebagai Penyembuh Luka Terbuka Pada Kelinci.

0 1 13

PENDAHULUAN Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh (Eupatorium Odoratum L.) Sebagai Penyembuh Luka Terbuka Pada Kelinci.

0 13 10

Formulasi dan uji aktivitas penyembuh luka insisi sediaan gel ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia l.) dengan gelling agent karbopol 940.

0 2 133