Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Bayam (Studi Kasus: Desa Kolam, Kec. Percut. Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, Prov. Sumatera Utara)

(1)

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI

PADA USAHATANI BAYAM

(Studi Kasus: Desa Kolam, Kec. Percut. Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, Prov. Sumatera Utara)

SKRIPSI

OLEH:

ABDI SURYAWARDANA 070304050

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI

PADA USAHATANI BAYAM

(Studi Kasus: Desa Kolam, Kec. Percut. Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, Prov. Sumatera Utara)

SKRIPSI

OLEH:

ABDI SURYAWARDANA 070304050

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Dapat Meraih Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh:

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.Ir.Kelin Tarigan, MS) (Dr.Ir.Tavi Supriana, MS)

NIP : 130 365 300 NIP : 196411021989 032001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

ABSTRAK

Abdi Suryawardana (070304050/Agribisnis) dengan judul skripsi Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Bayam (Studi Kasus: Desa Kolam, Kec. Percut. Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, Prov. Sumatera Utara). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 yang dibimbing oleh Bapak Prof.Dr.Ir.Kelin Tarigan,MS dan Ibu Dr.Tavi Supriana,MS.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh input produksi terhadap produksi usahatani bayam, tingkat optimasi penggunaan input produksi pada usahatani bayam, dan pengaruh biaya pemasaran terhadap keuntungan yang diperoleh petani bayam.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, simple random sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah: metode kuadrat terkecil, elastisitas produksi, dan secara deskriptif.

Hasil penelitian meyimpulkan: Penggunaan input produksi secara serempak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi bayam, sedangkan secara parsial, input produksi yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi adalah lahan dan pupuk, sementara input produksi yang lainnya yaitu tenaga kerja, bibit, herbisida, dan fungisida tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bayam; Penggunaan input produksi di daerah penelitian belum optimal. Hal ini dikarenakan input lahan, tenaga kerja, dan fungisida penggunaannya belum optimal, sedangkan untuk input bibit, pupuk, insektisida, dan herbisida penggunaannya sudah melebihi optimal; dan biaya pemasaran berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh petani bayam.


(4)

RIWAYAT HIDUP

ABDI SURYAWARDANA (070304050) dilahirkan di Medan pada tanggal 11 Februari 1989 sebagai anak kedua dari 3 bersaudara, dari keluarga Bapak Ir.H.Lukman Hakim Gultom dan ibu dr.Hj.Rita Harlinawati.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Sekolah Dasar (SD) tahun 1994 – 2000 di SD Negeri No. 112320 Aek Kota Batu.

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Tahun 2000 – 2003 di SLTP Negeri 2 Medan.

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 2003 – 2006 di SMA Negeri 1 Medan.

4. Melalui jalur SPMB Tahun 2007 diterima di Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Bulan Juni – Juli 2011, melaksanakan PKL di Desa Tanjung Prapat, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara.

6. Bulan Oktober 2011, melaksanakan penelitian skripsi di Desa Kolam, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Bayam (Studi Kasus: Desa Kolam, Kec. Percut. Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, Prov. Sumatera Utara)” yang merupakan syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof.Dr.Ir.Kelin Tarigan, MS sebagai Ketua Pembimbing dan kepada Ibu Dr.Ir.Tavi Supriana, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini.

Dan tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Pegawai-pegawai yang bekerja di dinas pemerintahan baik Dinas Pertanian Sumatera Utara, Badan Penelitian dan Pengembangan Sumatera Utara, dan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan.


(6)

2. Seluruh responden yaitu petani bayam di Desa Kolam yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi bagi penulis guna melengkapi penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari di dalam pembuatan skripsi masih banyak terdapat kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2011


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ...vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Landasan Teori ... 8

2.3 Kerangka Pemikiran ... 12

2.4 Hipotesis Penelitian ... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian... 15

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 16

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 16

3.4 Metode Analisis Data ... 16

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 30

3.5.1 Defenisi ... 20

3.5.2 Batasan Operasional ... 21

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 22

4.1.1 Keadaan fisik dan Geografis ... 22

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 22

4.2 Karakteristik Petani Sampel... 23

4.2.1 Umur Petani ... 23


(8)

4.2.3 Pengalaman Bertani ... 25

4.2.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 26

4.3 Penggunaan Input Produksi di Daerah Penelitian ... 27

4.4 Rata-rata Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Bayam ... 29

4.4.1 Penggunaan Lahan ... 30

4.4.2 Penggunaan Tenaga Kerja ... 30

4.4.3 Penggunaan Bibit ... 31

4.4.4 Penggunaan Pupuk ... 31

4.4.5 Penggunaan Insektisida ... 32

4.4.6 Penggunaan Herbisida ... 33

4.4.7 Penggunaan Fungisida ... 33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengaruh Penggunaan Input Produksi terhadap Hasil Produksi Bayam ... 36

5.2 Optimasi Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Bayam ... 38

5.3 Pengaruh Biaya Pemasaran terhadap Keuntungan yang Diperoleh Petani .. 42

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 44

6.2 Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 1 Komposisi Zat Gizi Bayam per 100 gram Bahan 2

Tabel 2

Luas Pertanaman, Produksi, dan Rata-rata Produksi Bayam di

Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2009 15

Tabel 3 Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Kolam 23

Tabel 4 Keadaan Umur Petani responden di Desa Kolam 24

Tabel 5 Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa Kolam 25

Tabel 6 Pengalaman Bertani Petani Responden di Desa Kolam 26

Tabel 7 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden di Desa

Kolam 26

Tabel 8 Rata-rata Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Bayam di

Daerah Penelitian per Musim Tanam Tahun 2011 29

Tabel 9

Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Bayam di

Daerah Penelitian per Musim Tanam Tahun 2011 31

Tabel 10 Hasil Analisis Fungsi Produksi Bayam 34

Tabel 11 Tingkat Optimasi Penggunaan Input Produksi pada Usahatani

Bayam 40

Tabel 12 Biaya Pemasaran dan Keuntungan Rata-rata Petani di Desa


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman


(11)

ABSTRAK

Abdi Suryawardana (070304050/Agribisnis) dengan judul skripsi Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Bayam (Studi Kasus: Desa Kolam, Kec. Percut. Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, Prov. Sumatera Utara). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 yang dibimbing oleh Bapak Prof.Dr.Ir.Kelin Tarigan,MS dan Ibu Dr.Tavi Supriana,MS.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh input produksi terhadap produksi usahatani bayam, tingkat optimasi penggunaan input produksi pada usahatani bayam, dan pengaruh biaya pemasaran terhadap keuntungan yang diperoleh petani bayam.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, simple random sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah: metode kuadrat terkecil, elastisitas produksi, dan secara deskriptif.

Hasil penelitian meyimpulkan: Penggunaan input produksi secara serempak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi bayam, sedangkan secara parsial, input produksi yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi adalah lahan dan pupuk, sementara input produksi yang lainnya yaitu tenaga kerja, bibit, herbisida, dan fungisida tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bayam; Penggunaan input produksi di daerah penelitian belum optimal. Hal ini dikarenakan input lahan, tenaga kerja, dan fungisida penggunaannya belum optimal, sedangkan untuk input bibit, pupuk, insektisida, dan herbisida penggunaannya sudah melebihi optimal; dan biaya pemasaran berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh petani bayam.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah Amerika Tropik. Bayam semula dikenal sebagai tanaman hias, namun dalam perkembangan selanjutnya bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein, vitamin A dan C serta sedikit vitamin B dan mengandung garam-garam mineral seperti kalsium, pospor, dan besi (Sunarjono, 2006). Bayam memiliki masa budidaya yang pendek (23 hari) dan umur simpan bayam yang relatif singkat (Miftakhurrohmat, 2009)

Bayam telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Bayam merupakan bahan sayuran daun yang bergizi tinggi dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Daun Bayam dapat dibuat berbagai sayur mayur, bahkan disajikan sebagai hidangan mewah (elit). Bayam juga memiliki beberapa manfaat diantaranya dapat memperbaiki daya kerja ginjal dan melancarkan pencernaan (Sunarjono, 2006).

Tanaman bayam semula dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan bayam selanjutnya, tanaman bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein, terutama untuk negara-negara berkembang (Arief, 1990).

Di Indonesia hanya dikenal dua jenis bayam budidaya, yaitu Amaranthus tricolor dan Amaranthus hybridus. Jenis Amaranthus tricolor bisa ditanam


(13)

merah. Amaranthus hybridus sering disebut sebagai bayam kakap, bayam tahun, bayam turus atau bayam bathok dan ditanam sebagai bayam petik. Di luar dari jenis bayam tersebut merupakan bayam liar (Bandini, 1995).

Bayam cocok ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi. Pertumbuhan dan produksi tanaman dapat mencapai hasil yang maksimal jika dibudidayakan di tempat yang terbuka dengan kondisi tanah yang subur dan gembur, kaya akan bahan organik, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta mempunyai pH antara 6-7(Rukmana,2005;52).

Bayam merupakan sumber protein nabati yang mempunyai fungsi ganda. Selain sebagai sayuran, untuk bahan obat tradisional juga untuk kecantikan. Menguak aspek sosial dan ekonomi, bayam sungguh baik untuk dijadikan bahan pertimbangan usahatani komoditas ini ke arah agribisnis. Apalagi kebutuhan sayuran daun seperti bayam ini cenderung terus meningkatnya kesadaran masyarakat dan merupakan mata dagangan sehari-hari di berbagai pasar(Anonimous,2010).

Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Bayam per 100 gram Bahan

Zat Gizi Bayam Hijau Bayam Merah

Kalori (kal) 36 51

Karbihidrat (g) 6.5 10

Lemak (g) 0.5 0.5

Protein (g) 3.5 4.6

Kalsium (mg) 267 368

Posfor (mg) 67 111

Besi (mg) 3.9 2.2

Vitamin A (SI) 6090 5800

Vitamin B1 (mg) 0.08 0.08

Vitamin C (mg) 80 80


(14)

Bayam merupakan salah satu jenis sayuran yang cocok untuk dibudidayakan dan memiliki prospek yang baik. Pertimbangannya karena modal yang diperlukan tidak terlalu besar, tidak banyak menuntut persyaratan tumbuh yang sulit seperti hanya dengan memanfaatkan lahan yang kecil, sempit & terbatas, mudah di tanam, relatif murah dalam penyediaan biaya usahataninya, dan cepat tumbuh walau tanpa pemeliharaan yang serius. Selain itu, dalam waktu singkat, tanaman sudah dapat dipanen. Bayam ini sangat digemari oleh masyarakat sehingga tidak sulit dalam memasarkannya. Oleh karena itu, bila diusahakan secara besar-besaran akan mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit.

Di Propinsi Sumatera Utara, kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu sentra produksi bayam dengan produksinya sebesar 2150 ton (Dinas Pertanian,2009). Di kecamatan Percut Sei Tuan, khususnya di Desa Kolam merupakan daerah yang masyarakatnya kebanyakan mengusahatanikan tanaman bayam tersebut. Ini dikarenakan bayam merupakan tanaman yang tidak sulit dalam pengelolaannya.

Namun, dalam kenyataannya para petani bayam di Desa Kolam juga mendapatkan berbagai kendala dalam usahatani bayam ini yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas, antara lain: pertama, karena musim yang tidak menentu dengan curah hujan yang sangat tinggi, yang mengakibatkan munculnya serangan hama secara besar-besaran yang menyerang pertanaman bayam secara keseluruhan. Kedua, penggunaan input yang berpengaruh terhadap produksi.


(15)

Pada usahatani bayam ini, input produksi yang digunakan antara lain adalah lahan, bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja. Lahan untuk pertumbuhan yang baik pada bayam ini memerlukan tanah yang subur dan bertekstur gembur serta banyak mengandung bahan organik. Pemilihan bibit yang baik juga akan mempengaruhi produksi karena bibit yang baik akan lebih tahan terhadap penyakit dan hasilnya juga akan lebih baik. Bibit dapat diperoleh di toko-toko pertanian. Namun, pada saat ini petani bayam di desa Kolam lebih banyak membuat bibit bayam sendiri hal ini dilakukan untuk menghemat biaya pengeluaran dan bibit yang dibuat oleh petani ini hasilnya juga sama baiknya dengan yang dijual di toko-toko pertanian.

Selain bibit, para petani juga membutuhkan pupuk dan obat-obatan. Pupuk yang biasa digunakan antara lain Ponska,Urea, Za, dan NPK. Tanaman bayam di desa kolam juga sering terserang penyakit bintik pada daun sehingga untuk mengatasinya para petani menggunakan obat-obatan untuk menghindari terjadinya gagal panen.

Selain itu, masalah juga ditemui petani dalam pemasaran seperti bagaimana agar hasil pertaniannya tersebut dapat memberikan keuntungan di saat para petani mengadakan panen. Petani bayam biasanya menjual hasil panennya langsung ke pasar atau pedagang (agen) langsung membelinya dengan mendatangi petani bayam tersebut. Ketika panen raya harga biasanya jatuh. Hal ini disebabkan karena petani tidak memiliki bargaining power, yaitu kemampuan dalam menentukan harga.

Produksi yang tinggi akan tercapai apabila input-input produksi tersebut optimal penggunaannya. Namun, bagaimana tingkat optimasi penggunaannya


(16)

terhadap usahatani bayam tersebut belum diketahui, karena itulah diperlukan penelitian.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apakah penggunaan input produksi berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi pada usahatani bayam di daerah penelitian?

2. Bagaimana tingkat optimasi penggunaan input produksi usahatani bayam di daerah penelitian ?

3. Bagaimana pengaruh biaya pemasaran terhadap keuntungan petani bayam di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah penggunaan input produksi berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi uasahatani bayam di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui tingkat optimasi pemakaian faktor produksi usahatani bayam di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui pengaruh biaya pemasaran terhadap keuntungan petani bayam di daerah penelitian.


(17)

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan dalam upaya peningkatan nilai optimasi penggunaan input produksi usahatani bayam.

2. Sebagai bahan informasi bagi para petani responden untuk dapat meningkatkan nilai optimasi penggunaan input produksi pada usahatani bayam.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang optimasi penggunaan input produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada komoditas lain, seperti pada tanaman bawang merah dan kubis. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mariam (2005) menunjukkan penggunaan input produksi adalah melebihi dari yang seharusnya karena itu dikatakan tidak optimal karena penggunaan input produksi sudah melewati batas optimal.

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermawan (2007) menunjukkan penggunaan input produksi berpengaruh nyata terhadap produksi kubis dan penggunaan beberapa input produksi belum optimal. Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut, input produksi yang digunakan dalam usahataninya antara lain, yakni lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk, dan obat-obatan.

Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi memang menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh (Soekartawi, 1999).

Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan (mengelola) asset dan cara dalam pertanian. Atau lebih tepatnya adalah suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian (Daniel, 2002).


(19)

Menurut Mosher (1987), kegiatan produksi dalam setiap usahatani merupakan suatu bagian usaha yang mana biaya dan penerimaan sangat penting sekali. Hal terpenting mengenai usahatani adalah bahwa usahatani senantiasa berubah baik dalam ukurannya maupun susunannya hal ini dikaenakan petani selalu mencari metode usahatani yang baru dan lebih efisien serta dapat meningkatkan produksi yang sangat tinggi.

Menurut Soekartawi (2002), dalam melakukan usaha pertanian, seseorang petani akan selalu berpikir dalam menghasilkan input seefisien mungkin untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal. Cara berpikir demikian wajar mengingat petani melakukan konsep memaksimumkan keuntungan (profit maximization). Dilain pihak, manakala petani dihadapkan pada keterbatasan keuntungan tersebut dengan kendala biaya usahataninya yang terbatas. Suatu tindakan yang dilakukan adalah memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menekan produksi yang sekecil-kecilnya.

2.2 Landasan Teori

Istilah faktor produksi sering juga disebut dengan korbanan produksi, karena faktor produksi atau input tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produk. Macam faktor produksi atau input ini, berikut jumlah dan kuantitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena itu untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan produk (output). Hubungan antara input dan output ini disebut dengan faktor relationship. Dalam rumus matematis, faktor relationship ini ditulis dengan :


(20)

Dimana :

Y = Produk atau variable yang dipengaruhi oleh faktor produksi, X, dan X = Faktor produksi atau variable yang mempengaruhi Y

Dalam proses produksi pertanian, maka Y dapat berupa produksi pertanian dan X dapat berupa lahan pertanian, tenaga kerja, modal, dan manajemen. Namun demikian dalam praktek, keempat faktor produksi tersebut belum cukup untuk dapat menjelaskan Y. Faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, seperti tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat keterampilan, dan lain-lain juga berperan dalam mempengaruhi tingkat produksi (Soekartawi, 1994).

Menurut Daniel (2002; 52), faktor produksi adalah faktor yang mutlak diperlukan dalam proses produksi terdiri dari 4 komponen yaitu tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen. Sedangkan sarana produksi adalah sarana yang dibutuhkan dalam proses produksi terdiri dari lahan, bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja.

Luas pemilikan atau pengusahaan lahan sangat berhubungan dengan efisiensi usahatani dan juga usaha pertanian, penggunaan masukan seperti pupuk, obat-obatan, bibit akan semakin efisien bila luas lahan yang dikuasai semakin sempit, disamping itu penggunaan tenaga kerja lebih efisien karena sudah ada takaran dan perhitungan menurut teknologi yang dipakai namun sering juga ketidakefisienan dalam penggunaan teknologi karena kurangnya manajemen yang terarah (Soekartawi, 1994; 37).

Selain bibit para petani juga membutuhkan pupuk, obat-obatan. Perlindungan tanaman kimiawi sejak proses modernisasi pertanian, di negara yang


(21)

sedang berkembang melalui revolusi hijau dimulai telah sangat tergantung pada kedua jenis saprodi pertanian tersebut (Soetrisno, 1999: 38).

Produktivitas tenaga kerja yang tinggi akan menunjukkan penekanan input produksi yang efisien bagi usahatani karena tingkat produksi yang tinggi akan dicapai tenaga kerja. Efisiensi kerja akan dipengaruhi oleh luas areal, cara budidaya, pendidikan, keterampilan, dan pola konsumsi. Makin luas usahatani maka pengolahan kerja dapat diusaha seoptimal mungkin (Daniel, 2002; 45).

Produktivitas tenaga kerja =

Menurut Tarigan, K. dan L. Sihombing (2007) dalam ekonomi produksi terdapat dua efisiensi, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis

a. Efisiensi teknis yaitu suatu kondisi yang jumlah pemakaian input tertentu mempunyai average product dalam keadaan maksimum.

b. Efisiensi ekonomis yaitu jika nilai produk marginal sama dengan harga faktor produksi.

Menurut Soekartawi (1993) pengertian efisiensi sangat relatif. Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian dapat terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input (P) tersebut, atau dapat dituliskan dengan : NPM = Px

Dalam praktiknya, di sektor pertanian yang paling sering digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas (Tarigan, K. dan L. Sihombing,2007).

Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan


(22)

dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut independen yang menjelaskan (X). Penyelesaian antara hubungan Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Dengan demikian kaidah-kaidah dari regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas .

Ada tiga alasan pokok mengapa fungsi produksi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti :

a. Penyelesaian fungsi ini relatif mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain. Fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah ditransfer ke dalam bentuk linear. b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan

koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan besaran elastisitas.

c. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return to scale. (Soekartawi, 1994).

2.3 Kerangka Pemikiran

Usahatani adalah kombinasi dari faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal, dan keahlian) yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output.

Usahatani bayam merupakan salah satu usaha hortikultura sayur-sayuran yang memiliki prospek cerah karena kandungan gizi, vitamin, dan mineral dalam bayam dibutuhkan oleh masyarakat setiap harinya sebagai sayur.

Agar usahatani bayam dapat berjalan sebagaimana mestinya maka dibutuhkan beberapa input produksi yang dapat menunjang kegiatan usahatani tersebut yang terdiri dari lahan, bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja.


(23)

Seorang petani di dalam menjalankan usahataninya harus memikirkan caranya agar dia dapat mengalokasikan input-input yang tersedia dengan sebaik dan seefisien mungkin. Dengan tujuan untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Maka dengan mempergunakan konsep optimalisasi dalam penggunaan input produksi, petani dapat memberikan hasil produksi yang maksimal. Optimalisasi input produksi disini artinya adalah petani dapat menemukan kombinasi input produksi yang baik sehingga diperoleh produksi yang maksimal sesuai dengan ketersediaan inputnya tersebut.

Penerimaan usahatani bayam akan meningkat apabila penggunaan input produksi sudah optimal. Penggunaan input produksi yang optimal akan menghasilkan produksi yang maksimal dan mengurangi biaya produksi sehingga pendapatan bersih petani akan meningkat yang dihitung dari penerimaan dikurangi dengan total biaya produksi. Dari pendapatan bersih petani dapat dilihat apakah penggunaan input produksi sudah optimal.

Dalam usahatani bayam penggunaan input produksi dalam jumlah tertentu dihasilkan produksi bayam. Setelah produksi dikalikan dengan harga output maka diperoleh penerimaan. Penerimaan setelah dikurangi biaya produksi diperoleh pendapatan bersih.

Tingkat optimasi penggunaan input produksi tercapai pada saat produk marginal sama dengan produk rata-rata, sehingga elastisitas produksi (EP) = 1. Tingkat optimasi penggunaan input produksi maksimal apabila nilai produk marginal sama dengan nilai input produksi. Apabila NPM lebih besar dari Px maka penambahan input masih menguntungkan, sebaliknya apabila NPM lebih kecil daripada Px maka penggunaan input perlu dikurangi.


(24)

Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Penggunaan input produksi berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi bayam di daerah penelitian.

2. Penggunaan input produksi pada daerah penelitian belum optimal.

3. Besarnya biaya pemasaran berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh petani bayam.

Usahatani Bayam

Produksi

Penerimaan

Pendapatan Bersih Penjualan

Input Produksi (Lahan, Tenaga Kerja,

bibit, obat-obatan,Pupuk)

Total Biaya Produksi

Harga Input Produksi

Tingkat Optimasi Biaya pemasaran

Harga Output/Penjualan


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara Purposive yang berarti secara sengaja. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu sentra produksi tanaman bayam di Sumatera Utara, yaitu di Desa Kolam, Kecamatan Percut Sei Tuan, dengan alasan bahwa Desa Kolam merupakan desa sentra produksi di Kecamatan Percut Sei Tuan.

Tabel 2. Luas Pertanaman, Produksi, dan Rata-rata Produksi Bayam di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2009

No Desa Luas Produksi Rata-rata

Pertanaman (Ton) Produksi

(Ha) (Kw/Ha)

1 Amplas - - -

2 Kenangan - - -

3 Tembung - - -

4 Sumber rejo Timur 15 165 110

5 Sei Rotan 40 440 110

6 Bandar Klippa - - -

7 Bandar Khalipah - - -

8 Medan Estate - - -

9 Laut Dendang - - -

10 Sampali - - -

11 Bandar Setia 160 1760 110

12 Kolam 360 3960 110

13 Saentis 80 880 110

14 Cinta Rakyat - - -

15 Cinta Damai - - -

16 Pematang Lalang - - -

17 Percut - - -

18 Tanjung Rejo - - -

19 Tanjung Selamat - - -

20 Kenangan Baru - - -

Total 655 7205


(26)

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa desa kolam merupakan sentra produksi bayam di kecamatan Percut Sei Tuan. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah produksi yang paling tinggi di antara desa-desa yang lainnya yakni sebesar 3960 ton.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan usahatani bayam yang berada di Desa Kolam serta pihak yang terlibat dalam pemasaran bayam. Metode penentuan sampel di Desa Kolam dilakukan secara metode acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu diambil sampel sebesar 30 KK dari jumlah 200 KK. 30 sampel tersebut dianggap mewakili populasi. Penentuan sampel yang hanya 30 dilakukan untuk mempermudah dan mempercepat proses penelitian (Nasir,2005).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Kantor Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Percut Sei Tuan, dan Kantor Kepala Desa Kolam.


(27)

3.4 Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1, untuk melihat pengaruh input produksi terhadap produksi terlebih dahulu diketahui model fungsi produksi yang digunakan. Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas, dengan rumus sebagai berikut : (Tarigan, K. dan L. Sihombing,2007)

Y = b0 X1b1X2b2 X3b3 X4 b4 X5b5 X6b6 X7b7eu

Fungsi produksi tersebut diubah menjadi bentuk fungsi linear berganda dengan cara mentransformasikan persamaan tersebut ke dalam log-natural (lon). Bentuk persamaan fungsi produksi menjadi :

LnY = lnb0 + b1 lnX1 +b2 lnX2 + b3 lnX3 + b4 lnX4 + b5 lnX5 + b6 lnX6 +

b7 lnX7 + u lne Keterangan :

Y = Produksi Bayam (bal)

X1 = Luas lahan usahatani bayam (Ha)

X2 = Penggunaan bibit (Kg)

X3 = Penggunaan tenaga kerja (HKP)

X4 = penggunaan pupuk (kg)

X5 = Penggunaan insektisida (ml)

X6 = Penggunaan herbisida (ml)

X7 = Penggunaan fungisida (g)

bo = Intercept

b1…bn = Koefisien Regresi

u =Faktor Pengganggu

Nilai-nilai parameter dari persamaan tersebut diselesaikan dengan menggunakan Metode Kuadrat Terkecil atau Ordinary Least Square (OLS).

Menurut Agustira (2004), untuk menguji apakah variabel bebas yakni input produksi Xi bersama-sama (serempak) berpengaruh terhadap variabel tidak bebas (Y) digunakan uji –F. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah :


(28)

H0 : bi = 0

H1 : Paling sedikit ada nilai bi ≠ 0

F

hitung

=

=

R

2

=

=

Keterangan :

MSR = Mean Square Regression (Rata-rata Kuadrat Regresi) MSE = Mean Square Error (Rata-rata Kuadrat Sisa)

SSR = Sum Square Regression (Jumlah Kuadrat Regresi) SST = Sum Square Total (Jumlah Kuadrat Total)

R2 = Koefisian Determinasi Kesimpulan statistik :

Bila nilai Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas yakni input

produksi (Xi) secara serempak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi (Y).

Sedangkan bila nilai Fhitung≤ Ftabel maka H0 diterima, artinya variabel bebas yakni

input produksi (Xi) secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat

produksi (Y).

Menurut Agustira (2004), untuk menguji apakah pengaruh bebas yakni input (Xi) yang digunakan dari usahatani bayam secara parsial berpengaruh nyata

terhadap hasil produksi (Y) digunakan uji-t. Semua variabel bebas (Xi) diuji satu


(29)

H1 : bi ≠ 0

Thitung =

Keterangan :

bi = Koefisien Regresi Se = Simpangan Baku Kesimpulan statistik :

Jka thitung > ttabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas (Xi) secara nyata

berpengaruh terhadap produksi. Sedangkan jika thitung < ttabel maka H0 diterima,

artinya variabel bebas (Xi) secara nyata tidak berpengaruh terhadap produksi. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas (Xi) dapat menjelaskan variabel tak bebas (Y) digunakan nilai koefisien determinasi (R2). Selain itu untuk mengetahui keeratan hubungan antara regresor (Xi) dan regresi (Y) digunakan koefisien korelasi (R).

Untuk hipotesis 2, perhitungan penentuan tingkat optimasi input produksi yang digunakan pada usahatani bayam dari perhitungan elastisitas produksi (bi) berdasarkan Agustira (2004), yaitu :

bi =

Produk marginal (dy/dxi). Adapun y dan x diambil berdasarkan jumlah rata-ratanya. Selanjutnya dengan menggunakan perhitungan diatas, diperoleh jumlah produk marginal untuk masing-masing input produksi. Tingkat optimasi faktor produksi usahatani bayam dihasilkan dari rasio nilai produk marginal (NPM) dengan harga masing-masing input produksi.


(30)

Produk Marginal (PM) = dy/dx, sedangkan Produk Rata-rata (PR) = y/x. dari rumus tersebut dapat dicari nilai Produk Marginal yaitu :

PM= bi . PR = bi . y/x

Menurut Soekartawi (2002) NPM adalah perkalian antara produk marginal dengan harga produk persatuan. Dengan melihat harga input produksi maka diperoleh tingkat optimasi masing-masing input produksi.

NPM = PM . Px

Tingkat Optimasi =

• Jika

=

1 maka input produksi tersebut sudah optimal,

• Jika

< 1

maka penggunaan input produksi sudah melebihi optimal

dan harus dikurangi

• Jika

> 1

maka penggunaan input produksi belum optimal dan

harus ditambahkan.

Untuk hipotesis 3, pengaruh biaya pemasaran terhadap keuntungan yang diperoleh petani bayam digunakan analisis secara deskriptif berdasarkan survei yang dilakukan di daerah penelitian.


(31)

3.4 Defenisi dan Batasan Opersaional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

A. Defenisi

1. Usahatani bayam adalah usahatani yang mengusahakan tanaman bayam di lahan kebun.

2. Petani adalah orang yang melaksanakan dan mengolah usahatani bayam pada sebidang tanah atau lahan.

3. Input produksi adalah komponen utama yang mutlak harus diperlukan dalam melaksanakan proses produksi pada usahatani bayam yang terdiri dari lahan penanaman, tenaga kerja, bibit, pupuk, dan obat-obatan.

4. Optimasi adalah penggunaan input produksi dengan kombinasi tertentu sehingga diperoleh produksi dengan hasil yang maksimal.

5. Produktivitas dalam usahatani bayam adalah produksi total usahatani bayam dengan luas lahan usahatani bayam dengan satuan ton/Ha.

6. Nilai produk marginal adalah perkalian antara produk marginal (PM) dengan harga produk persatuan.

7. Produk marginal adalah pertambahan satu satuan input untuk menghasilkan pertambahan satu satuan output.

8. Penerimaan adalah hasil kali antara produksi dengan harga jual dari produksi tersebut.

9. Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan


(32)

barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial.

B. Batasan Operasional

1. Tempat penelitian adalah Desa Kolam, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2011 3. Sampel penelitian adalah petani bayam


(33)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Keadaan Fisik dan Geografis

Desa kolam terletak di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Desa dengan luas 598,65 Ha ini berada pada ketinggian ± 15 meter di atas permukaan laut, sehingga termasuk ke dalam dataran rendah dengan suhu udara rata-rata 32oC. Jarak tempuh dengan kecamatan adalah 5 km.

Secara administratif, Desa Kolam mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebalah Utara berbatasan dengan PTPN II

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bandar Klippa  Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bandar Setia  Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Batang Kuis

4.1.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Kolam tercatat sebanyak 3.093 KK dengan jumlah seluruhnya adalah sebesar 16.865 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 8.069 jiwa dan perempuan 8.796 jiwa. Keadaan penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut :


(34)

Tabel 3. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Kolam

No Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-1 122 0,72

2 2-4 225 1,33

3 5-6 341 2,02

4 7-15 4052 24,03

5 16-21 4025 23,87

6 22-60 7451 44,18

7 ≥61 649 3,85

Jumlah 16865 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2010

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Desa Kolam yang terbesar adalah pada kelompok umur 22-60 tahun yaitu 7.451 jiwa atau sebesar 44,18% dan jumlah penduduk yang terkecil adalah pada kelompok umur 0-1 tahun yaitu sebesar 122 jiwa atau 0,72%. Jumlah penduduk yang termasuk usia produktif berada pada kelompok umur 16-60 tahun yaitu sebesar 68,05%, sedangkan jumlah penduduk usia non-produktif berada pada kelompok umur 0-15 tahun dan kelompok umur >61 tahun yaitu sebesar 31,95%.

4.2 Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini terdiri dari umur petani, pendidikan petani, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan keluarga.

4.2.1 Umur Petani

Dalam hal ini umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan kemampuan petani dalam mengolah usahataninya. Semakin tua umur petani kemampuan kerja cenderung semakin menurun, yang akhirnya dapat mempengaruhi produksi dan pendapatan petani itu sendiri. Keadaan umur petani


(35)

Adapun keadaan umur petani sampel di daerah penelitian dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 4. Keadaan Umur Petani Responden di Desa Kolam

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 21-30 2 6.67

2 31-40 11 36.66

3 41-50 12 40

4 ≥51 5 16.66

Total 30 100

Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari tabel 4 dapat dilihat jumlah petani sampel yang terbesar berada pada kelompok umur 41-50 tahun dengan jumlah 12 orang atau 40% dan yang terkecil pada kelompok umur 21-30 tahun dengan jumlah 2 orang atau 6,67%.

4.2.2 Pendidikan Petani

Pendidikan petani sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam mengadopsi teknologi baru yang dapat menunjang peningkatan optimasi penggunaan input dalam usahataninya. Pendidikan petani yang semakin tinggi membuat petani lebih mudah dalam mengadopsi teknologi baru yang diperoleh dari penyuluh-penyuluh pertanian yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan produksi pada usahataninya tersebut. Adapun tingkat pendidikan petani sampel yang ada di Desa Kolam bervariasi dari Tingkat SD, SMP, STM, dan SMA. Dari petani sampel yang ada di Desa Kolam ini kebanyakan berasal dari SMP.


(36)

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa Kolam

No Tingkat Pendidikan Jumlah(Jiwa) Persentase (%)

1 SD 2 6.67

2 SMP 20 66.66

3 STM 2 6.67

4 SMA 6 20

Total 30 100

Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani responden rata- rata berkisar pada tingkat SMP. Untuk jumlah petani responden yang terbesar ialah pada tingkat SMP sebesar 20 orang atau 66,66% dari jumlah keseluruhan, sedangkan yang terkecil berada pada tingkat SD dan STM yaitu masing-masing sebesar 2 orang atau 6,67% dari jumlah keseluruhan petani responden.

4.2.3 Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi suatu usahatani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka semakin baik pula pengelolaan usahataninya. Rata-rata pengalaman bertani petani responden adalah sebesar 16,46 tahun dengan interval 3-35 tahun. Kebanyakan pengalaman bertani dari petani responden di Desa Kolam adalah berkisar pada 0-10 tahun dan 11-20 tahun. Untuk petani yang berpengalaman bertaninya lebih dari 30 tahun yaitu hanya 1 orang. Petani-petani bayam di Desa Kolam ini kebanyakan tidak hanya bayam saja yang diusahatanikan tetapi bervariasi seperti kacang tanah, kangkung, sawi, dan lain sebagainya.

Keadaan pengalaman bertani petani responden dapat dilihat pada tabel berikut :


(37)

Tabel 6. Pengalaman Bertani Petani Responden di Desa Kolam

No Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-10 11 36,67

2 11-20 12 40

3 21-30 6 20

4 ≥31 1 3,33

Total 30 100

Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah petani yang mempunyai pengalaman bertani terbesar ialah pada kelompok 11-20 tahun sebesar 12 orang atau 40% dari jumlah keseluruhan petani responden yang berada di daerah penelitian, sedangkan untuk pengalaman bertani yang terkecil berada pada kelompok ≥31 tahun yakni sebesar 1 orang atau 3,33%.

4.2.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga pada petani sampel rata-rata 3,233 orang, interval 0-5 orang. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga pada petani responden di daerah penelitian berkisar pada kelompok tanggungan 3-4 orang yaitu sebanyak 18 orang atau sebesar 60% dari jumlah keseluruhan petani responden di daerah penelitian.

Klasifikasi jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 7. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani responden di Desa Kolam

No Kelompok Jumlah Tanggungan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Keluarga (Jiwa)

1 0-2 6 20

2 3-4 18 60

3 ≥5 6 20

Total 30 100


(38)

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa persentase jumlah tanggungan keluarga yang terbesar ada pada kelompok 3-4 orang sebesar 18 orang atau 60% dan yang terkecil pada kelompok 0-2 orang dan ≥5 orang atau masing-masing sebesar 20%.

4.3 Penggunaan Input Produksi di Daerah Penelitian

Ketersediaan input produksi di daerah penelitian secara tidak langsung ikut mempengaruhi tingkat optimasi penggunaan input produksi. Adapun input yang dimaksud disini adalah lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk, dan obat-obatan. Secara keseluruhan, input produksi cukup tersedia di daerah penelitian, dengan demikian cukup memudahkan petani dalam menjalankan usahataninya. Kebanyakan petani memperoleh input produksi dari toko pertanian yang ada di Desa Kolam.

a. Lahan

Ketersediaan lahan di daerah penelitian kurang tersedia. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya petani yang tidak memiliki lahan sendiri sehingga mereka menggunakan lahan masyarakat setempat yang tidak digunakan dan lahan PTPN II dengan cara menyewanya. Adapun luas lahan rata-rata yang digunakan untuk usahatani bayam oleh petani sampel adalah sebesar 0,27 Ha.

b. Bibit

Bibit bayam di daerah penelitian cukup tersedia di toko pertanian yang ada di Desa Kolam. Bibit bayam yang ada di toko pertanian dijual dengan harga sekitar Rp 65.000 per Kilogram. Namun kebanyakan petani bayam membuat bibit bayam sendiri daripada membelinya.


(39)

c. Tenaga Kerja

Tenaga kerja cukup tersedia di daerah penelitian. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja dari luar keluarga diambil dari penduduk setempat. Untuk pengolahan lahan digunakan tenaga kerja pria dewasa, sedangkan untuk panen digunakan tenaga kerja wanita dewasa dengan upah Rp 30.000 per hari.

d. Pupuk

Pupuk dapat diperoleh petani dengan mudah di toko pertanian yang ada di Desa Kolam. Pupuk yang digunakan petani sampel antara lain: Ponska dengan harga Rp 3.000 per Kilogram, ZA dengan harga Rp 2.500 per Kilogram, SP-36 dengan harga Rp 3.000 per Kilogram, KCl dengan harga Rp 7.000 per Kilogram, NPK dengan harga Rp 8.000 per Kilogram, dan Urea dengan harga Rp 2.500 per Kilogram.

e.Insektisida

Insektisida dapat diperoleh petani dengan mudah di toko pertanian yang ada di daerah penelitian. Insektisida yang digunakan antara lain Dursban dengan harga Rp 27.500 per 250 ml, Prevakton dengan harga Rp 63.000 per 100 ml, dan Serpa dengan harga Rp 12.000 per 500 ml.

f. Fungisida

Fungisida dapat diperoleh petani dengan mudah di toko pertanian yang ada di daerah penelitian. Fungisida yang digunakan adalah Dithane M-45 dengan harga jual Rp 28.000 per sachet 250 g.


(40)

g. Herbisida

Herbisida dapat diperoleh petani dengan mudah di toko pertanian yang ada di daerah penelitian. Herbisida yang digunakan adalah Rumpas dengan harga Rp 30.000 per botol 100 ml.

4.4 Rata-rata Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Bayam

Input produksi yang digunakan dalam usahatani bayam di daerah penelitian ini terdiri dari lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk, insektisida, fungisida, dan herbisida. Besarnya penggunaan dari masing-masing input produksi ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Rata-rata Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Bayam di Daerah Penelitian per Musim Tanam tahun 2011

No Jenis Input Produksi

Jumlah Rata-rata Penggunaan Input Produksi

Harga Rata-rata Input Produksi

1 Lahan (Ha) 0.27 2500000*

2 Bibit (Kg) 3.51 65000

3 T.Kerja (HKP) 29.99 30000

4 Pupuk Ponska 57.6 3000

5 Pupuk ZA 61.1 2166.67

6 Pupuk SP-36 49.47 2733.33

7 Pupuk KCl 13.97 7000

8 Pupuk NPK 24.7 8000

9 Pupuk Urea 29.4 2500

10 Dursban (ml) 321.17 110

11 Prevakton (ml) 65.8 626.67

12 Dithane M-45 (g) 534.17 115

13 Serpa (ml) 655.83 24

14 Rumpas (ml) 68.7 300

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 4, 6, dan 7 Ket : *). Biaya Sewa jika diperhitungkan

Dari tabel 8 dapat dilihat besarnya rata-rata penggunaan input produksi dan harga rata-rata input produksi yang paling besar ialah pada lahan dengan harga sebesar Rp 2.500.000 per Ha.


(41)

4.4.1 Penggunaan Lahan

Lahan yang digunakan petani di daerah penelitian kebanyakan lahan sewa. Namun ada juga yang milik sendiri. Untuk yang lahan sewa, biaya sewa lahannya per tahun sebesar Rp 100.000 per rante atau sebesar Rp 2.500.000 per Ha. Adapun rata-rata penggunaan lahan di daerah penelitian sebesar 0,27 Ha dengan rentang antara 0,12 Ha sampai dengan 0,4 Ha.

Dalam suatu usahatani, luas lahan akan menentukan besar kecilnya produksi, disamping kesuburan tanah, penerapan teknologi baru yang lebih baik, pengelolaan usahatani, dan status kepemilikan lahan.

4.4.2 Penggunaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam usahatani bayam di daerah penelitian berasal dari dalam dan luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja yang dipakai dalam suatu usahatani didasarkan pada standar hari kerja setara pria dewasa atau disebut dengan hari kerja pria dewasa (HKP). Adapun besarnya rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usahatani bayam adalah sebesar 30,00 HK, dengan rentang antara 13,50 HKP sampai dengan 55,36 HKP dalam satu musim tanam. Untuk melihat besarnya penggunaan tenaga kerja dalam setiap proses produksi dalam satu musim tanam dapat dilihat pada tabel berikut :


(42)

Tabel 9. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Bayam di Daerah Penelitian per Musim Tanam tahun 2011

No Jenis Kegiatan Penggunaan Tenaga Kerja (HKP)

Total Dalam

Keluarga

Luar Keluarga

1 Pembibitan 1.98 0.00 1.98

2 Pengolahan Lahan 4.89 6.76 11.65

3 Penanaman 4.34 0.00 4.34

4 Pemupukan 3.59 0.00 3.59

5 Pemeliharaan 2.05 0.00 2.05

6 Panen 0.00 6.39 6.39

Total 16.85 13.15 30.00 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 2

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa besarnya rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usahatani bayam yang terdiri dari dalam keluarga sebesar 16,85 HKP atau 56,17% dan dari luar keluarga sebesar 13,15 HKP atau 43,83%. Dalam penggunaan tenaga kerja yang terbesar adalah pada kegiatan pengolahan lahan yaitu sebesar 11,65 HKP atau 38,83% dan yang terkecil adalah pada kegiatan pembibitan yaitu sebesar 1,98 HKP atau 6,6%.

4.4.3 Penggunaan Bibit

Rata-rata penggunaan bibit dalam satu musim tanam di daerah penelitian adalah sebesar 3,43 Kg (12,552 Kg/Ha) dengan rentang 1,5 Kg sampai dengan 5 Kg. Bibit yang digunakan kebanyakan adalah bibit buatan sendiri petani sampel. Untuk petani yang membeli bibit, harga bibitnya adalah sebesar Rp 65.000 per Kg.

4.4.4 Penggunaan Pupuk

Pupuk sangat berperan dalam usahatani bayam di daerah penelitian. Ada 2 kategori pemberian pupuk dalam usahatani bayam ini. Pertama, pupuk dasar yang diberikan setelah bibit ditaburkan ke lahan. Adapun pupuk-pupuk yang digunakan


(43)

sebagai pupuk dasarnya antara lain, Ponska, ZA, dan SP-36. Besarnya rata-rata penggunaan pupuk-pupuk dasar ini dalam satu musim tanam yaitu Ponska sebesar 57,6 Kg, ZA sebesar 61,1 Kg, dan SP-36 sebesar 49,466 Kg. Pemberian kedua pada saat tanaman berumur ± 15 hari. Adapun pupuk-pupuk yang digunakan untuk pemberian pupuk yang kedua antara lain, KCl, NPK, dan Urea. Besarnya rata-rata penggunaan pupuk untuk pemupukan yang kedua ini adalah KCL sebesar 13,966 Kg, NPK sebesar 24,7 Kg, dan Urea sebesar 29,4 Kg. Harga rata-rata pupuk-pupuk tersebut di daerah penelitian adalah sebagai berikut, Ponska sebesar Rp 3.000 per Kg, ZA sebesar Rp 2.500 per Kg, SP-36 sebesar Rp 3.000 per Kg, KCl sebesar Rp 7.000 per Kg, NPK sebesar Rp 8.000 per Kg, dan Urea sebesar Rp 2.500 per Kg.

4.4.5 Penggunaan Insektisida

Penggunaan insektisida adalah untuk membasmi hama yang menyerang areal pertanaman bayam. Hama utama yang menyerang tanaman bayam adalah ulat yang dapat membuat tanaman layu dan mati. Insektisida yang digunakan adalah Dursban dan Prevakton. Sementara untuk pengendalian hama belalang insektisida yang digunakan adalah Serpa. Rata-rata penggunaan insektisida tersebut dalam satu musim tanam adalah Dursban sebesar 321,17 ml (1.197,74 ml/Ha) dengan rentang antara 120 ml sampai dengan 500 ml, Prevakton sebesar 65,80 ml (250,63 ml/Ha) dengan rentang antara 25 ml sampai dengan 100 ml, dan Serpa sebesar 655,83 ml (2.463,54 ml/Ha). Harga rata-rata insektisida adalah Dursban sebesar Rp 110/ml, Prevakton sebesar Rp 626,67/ml, dan Serpa sebesar Rp 24/ml.


(44)

4.4.6 Penggunaan Herbisida

Penggunaan herbisida ialah untuk membasmi gulma yang tumbuh disekitar areal pertanaman bayam. Gulma-gulma tersebut dapat menjadi saingan dalam hal penyerapan unsure-unsur hara tanaman dari dalam tanah. Herbisida yang digunakan adalah Rumpas. Rata-rata penggunaan herbisida ini dalam satu musim tanam yaitu sebesar 68,70 ml (258,72 ml/Ha) dengan rentang antara 30 ml sampai dengan 130 ml. Harga rata-rata herbisida ini yaitu sebesar Rp 300/ml. 4.4.7 Penggunaan Fungisida

Penggunaan fungisida adalah untuk membasmi penyakit pada tanaman yang menyerang areal pertanaman bayam. Penyakit yang menyerang seperti jamur. Fungisida yang digunakan adalah Dithane M-45. Rata-rata penggunaan fungisida ini yaitu sebesar 534,17 g (2.073,19 g/Ha) dengan rentang antara 240 g sampai dengan 1000 g. Harga rata-rata fungisida ini yaitu sebesar Rp 115/g.


(45)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan input produksi terhadap produksi bayam, perlu dibuat terlebih dahulu fungsi produksi pada usahatani bayam tersebut. Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb- Douglas.

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam model fungsi penduga adalah variabel yang tidak bebas yaitu produksi bayam (Y), dan variabel-variabel bebas yang diduga mempengaruhi produksi bayam (X) yang terdiri dari luas lahan (X1), bibit (X2), tenaga kerja (X3), Pupuk (X4), insektisida (X5), herbisida (X6),

dan fungisida (X7).

Hasil analisis fungsi produksi bayam disajikan dalam tabel 10 berikut ini. Tabel 10. Hasil Analisis Fungsi Produksi Bayam

Variabel Koefisien Regresi thitung Sig.

Lahan (Ha) 651.379 2.974 *

Bibit (Kg) -20.11 -1.356 **

T. Kerja (HKP) 1.834 2.428 *

Pupuk (Kg) 0.459 4.219 *

Insektisida (ml) 0.005 0.326 **

Herbisida (ml) -0.144 -0.507 **

Fungisida (g) 0.030 1.468 **

R2=0,987 Keterangan :Nyata pada

α

0,05 R=0,994 * = Nyata

ttabel=1,701 ** = Tidak Nyata

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 14

Berdasarkan tabel berikut ini, maka dibuatlah model fungsi produksi pada usahatani bayam, yaitu :


(46)

Untuk nilai koefisien regresi X1 (luas lahan) yang menunjukkan besaran

elastisitasnya yaitu sebesar 651,379 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan luas lahan sebesar 1 Ha, maka akan ada kenaikan produksi rata-rata bayam sebesar 651,379 Kg.

Untuk nilai koefisien regresi X2 (bibit) yang menunjukkan besaran

elastisitasnya yaitu sebesar -20,11 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan bibit sebesar 1 Kg, maka akan ada penurunan produksi rata-rata bayam sebesar 20,11 Kg.

Untuk nilai koefisien regresi X3 (tenaga kerja) yang menunjukkan besaran

elastisitasnya yaitu sebesar 1,834 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1 HKP, maka akan ada kenaikan produksi rata-rata bayam sebesar 1,834 Kg.

Untuk nilai koefisien regresi X4 (pupuk) yang menunjukkan besaran

elastisitasnya yaitu sebesar 0,459 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan pupuk sebesar 1 Kg, maka akan bertambah produksi rata-rata bayam sebesar 0,459 Kg.

Untuk nilai koefisien regresi X5 (insektisida) yang menunjukkan besaran

elastisitasnya yaitu sebesar 0,005 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan insektisida sebesar 1 ml, maka akan ada kenaikan produksi rata-rata bayam sebesar 0,005 Kg.

Untuk nilai koefisien regresi X6 (herbisida) yang menunjukkan besaran

elastisitasnya yaitu sebesar -0,144 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan herbisida sebesar 1 ml, maka akan ada penurunan produksi rata-rata bayam sebesar 0,144 Kg.


(47)

Untuk nilai koefisien regresi X7 (fungisida) yang menunjukkan besaran

elastisitasnya yaitu sebesar 0,03 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan fungisida sebesar 1 gram, maka akan bertambah produksi rata-rata bayam sebesar 0,03 Kg.

5.1 Pengaruh Penggunaan Input Produksi terhadap Hasil Produksi pada Usahatani Bayam

a) Secara Serempak

Untuk mengetahui pengaruh antara penggunaan input terhadap produksi bayam secara serempak terhadap produksi, maka digunakan uji F. Dari Tabel 10 telah didapat hasil bahwa Fhitung = 242,377 dan juga dilihat Ftabel(0.05,7,22) = 2,46.

Dari nilai tersebut dapat kita perhatikan bahwa nilai Fhitung (242,377) > Ftabel (2,46)

atau diperoleh nilai Fhitung yang signifikan (signifikansi sebesar 0,000 < 0,05) yang

artinya bahwa semua variabel bebas(input produksi) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat (produksi bayam). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis a, yang menyatakan bahwa penggunaan input produksi secara serempak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi bayam, diterima.

b) Secara Parsial

Kemudian untuk melihat pengaruh antara input produksi secara parsial (masing-masing) terhadap produksi bayam, maka digunakan uji t. Secara parsial variabel luas lahan (X1) berpengaruh nyata terhadap hasil produksi bayam (Y),

thitung = 2,974 lebih besar daripada ttabel(0,05:28) = 1,701 dengan nilai signifikansi

0,007 < 0,05.

Variabel bibit (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bayam (Y)


(48)

0,189 > 0,05. Hal ini dapat disebabkan karena mutu bibit yang digunakan kurang baik atau kurang tepatnya perlakuan terhadap bibit yang digunakan.

Variabel tenaga kerja (X3) berpengaruh nyata terhadap produksi bayam

(Y), thitung = 2,428 lebih besar daripada ttabel (α = 0,05:28) = 1,701 dengan nilai

signifikansi 0,024 < 0,05.

Variabel pupuk (X4) berpengaruh nyata terhadap produksi bayam (Y),

thitung = 4,219 lebih besar daripada ttabel (α = 0,05:28) = 1,701 dengan nilai signifikansi

0,000 < 0,05.

Variabel insektisida (X5) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi

bayam (Y), thitung = 0,326 lebih kecil daripada ttabel (α = 0,05:28) = 1,701 dengan nilai

signifikansi 0,747 > 0,05. Hal ini disebabkan adanya penggunaan insektisida yang tidak tepat guna.

Variabel herbisida (X6) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bayam

(Y), thitung = -0,507 lebih kecil daripada ttabel (α = 0,05:28) = 1,701 dengan nilai

signifikansi 0,618 > 0,05. Hal ini disebabkan pemberian herbisida yang tidak tepat guna.

Variabel fungisida (X7) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bayam

(Y), thitung = 1,468 lebih kecil daripada ttabel (α = 0,05:28) = 1,701 dengan nilai

signifikansi 0,156 > 0,05. Hal ini disebabkan adanya penggunaan fungisida yang tidak tepat guna di daerah penelitian.

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa ada tiga variabel yang memiliki nilai thitung > ttabel secara parsial. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa input produksi

yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi adalah lahan, tenaga kerja, dan pupuk, sedangkan input produksi yang lainnya yaitu bibit, insektisida,


(49)

herbisida, dan fungisida tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bayam. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis a, yang menyatakan bahwa penggunaan input produksi secara parsial di daerah penelitian berpengaruh nyata terhadap hasil produksi bayam, ditolak, karena ada beberapa input produksi yang tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap hasil produksi bayam.

Nilai koefisien determinasi (R2) = 0,987. Hal ini berarti bahwa 98,7% variasi produksi ditentukan oleh variabel faktor-faktor produksi, dan sisanya 1,3% dipengaruhi oleh variabel lain.

5.2 Optimasi Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Bayam

Untuk mengetahui tingkat optimasi penggunaan input produksi dilakukan melalui pendekatan Nilai Produk Marginal (NPM) yang dibandingkan terhadap harga satuan input produksi, dimana Nilai Produk Marginal (NPM) merupakan perkalian antara Produk Marginal (PM) dengan harga produk per satuannya (dalam hal ini digunakan harga rata-rata produk per satuan) dan harga satuan input produksi merupakan harga rata-rata input produksi per satuan.

Tingkat optimasi penggunaan input produksi dapat tercapai apabila rasio antara nilai produk marginal dengan harga satuan input produksi mempunyai nilai sama dengan satu. Semakin dekat dengan nilai satu maka dikatakan bahwa penggunaan sudah relatif lebih optimum dan apabila nilainya kurang dari satu berarti sudah tidak optimum lagi.

Perhitungan penentuan tingkat optimasi input-input produksi yang digunakan pada usahatani bayam diperoleh dari perhitungan elastisitas produksi (bi), yaitu :


(50)

Produk Marginal = dy/dx, sedangkan PR = y/x. dari rumus tersebut dapat dicari

nilai PM yaitu : PM = bi . PR = bi

.

Adapun nilai y dan x diambil berdasarkan rata-ratanya (dapat dilihat pada lampiran 4) dan nilai elastisitas produk (bi) diambil dari nilai koefisien regresi pada persamaan Cobb-Douglas merupakan nilai elastisitas produk sehingga nilai bi dapat dilihat langsung dari nilai koefisien regresi. Selanjutnya dengan menggunakan perhitungan di atas maka dapat diperoleh nilai produk marginal (NPM) untuk masing-masing input produksi (dapat dilihat pada lampiran 13).

Tingkat optimasi input produksi usahatani dihasilkan dari rasio nilai produk marginal (NPM) dengan harga masing-masing input produksi (Pxi). Dengan melihat harga rata-rata input produksi {luas lahan (Ha), bibit (Kg), tenaga kerja (HKP), pupuk Ponska, ZA, SP-36, KCl, NPK, dan Urea (Kg), insektisida Dursban, Prevakton, dan Serpa (ml), herbisida Rumpas (ml), dan fungisida Dithane M-45 (g)} yakni masing-masing sebesar Rp 2.500.000 ; Rp 65.000 ; Rp 30.000 ; Rp 3.000 ; Rp 2.166,67 ; Rp 2733,33 ; Rp 7000 ; Rp 8000 ; Rp 2500 ; Rp 110 ; Rp 626,67 ; Rp 24 ; Rp 300 ; Rp 115 dan harga rata-rata produksi sebesar Rp 37.166,67 maka dapat diperoleh nilai tingkat optimasi masing-masing input produksi tersebut, dengan kriteria yaitu :

• Jika

=

1 maka input produksi tersebut sudah optimal,

• Jika

< 1

maka penggunaan input produksi sudah melebihi optimal

dan harus dikurangi


(51)

Gambaran nilai tingkat optimasi penggunaan input produksi dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini.

Tabel 11. Tingkat Optimasi Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Bayam

Jenis Input Produksi

Penggunaan Input Produksi

Tingkat Optimasi

Hasil

Lahan (X1) 0.27 Ha 34511.03717 Belum Optimal

Bibit (X2) 13.07 Bal/Ha -846.547161 Melebihi Optimal Tenaga Kerja (X3) 112.64 HKP/Ha 22.92455975 Belum Optimal

Pupuk (X4) 875.604 Kg/Ha 0.624904582 Melebihi Optimal Insektisida (X5) 3911.9173 ml/Ha 0.060091367 Melebihi Optimal Herbisida (X6) 258.72 ml/Ha -66.34974621 Melebihi Optimal Fungisida (X7) 2073.19 Kg/Ha 4.499998202 Belum Optimal

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 5 dan 13

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa penggunaan input produksi belum optimal karena tingkat optimasinya lebih dari satu atau dengan kata lain kondisi optimal belum tercapai karena nilai tambahan input produksi lebih kecil dari nilai tambahan hasil.

Untuk nilai optimasi input produksi luas lahan (X1) diperoleh sebesar

34511,03717. Hal ini berarti secara ekonomis alokasi input produksi luas lahan kurang optimal, maka dari itu perlu dilakukan penambahan input produksi luas lahan.

Untuk nilai optimasi input produksi bibit (X2) diperoleh sebesar

-846,547161. Hal ini berarti secara ekonomis bahwa penggunaan bibit 13,07 Kg dengan luas lahan 0,27 Ha sudah berlebih. Oleh karena itu perlu dilakukan pengurangan penggunaan bibit agar hasilnya dapat optimal.


(52)

Untuk nilai optimasi input produksi tenaga kerja (X3) diperoleh sebesar

22,92455975. Hal ini menunjukkan secara ekonomis bahwa penggunaan tenaga kerja sebesar 112,64 HKP dengan luas lahan 0,27 Ha dirasakan masih kurang. Oleh karena itu perlu dilakukan penambahan agar hasilnya dapat optimal.

Untuk nilai optimasi input produksi pupuk (X4) diperoleh sebesar

0,624904582. Hal ini menunjukkan secara ekonomis bahwa penggunaan pupuk sebesar 875,6 Kg dengan luas lahan 0,27 Ha dirasakan sudah berlebih. Oleh karena itu perlu dilakukan pengurangan penggunaan pupuk agar hasilnya dapat optimal.

Untuk nilai optimasi input produksi insektisida (X5) diperoleh sebesar

0,060091367. Hal ini menunjukkan secara ekonomis bahwa penggunaan insektisida sebesar 3911,9173 ml dengan luas lahan 0,27 Ha dirasakan melebihi batas optimum. Oleh karena itu perlu dilakukan pengurangan penggunaan insektisida agar hasilnya dapat optimal.

Untuk nilai optimasi input produksi herbisida (X6) diperoleh sebesar

-66,34974621. Hal ini menunjukkan secara ekonomis bahwa penggunaan herbisida sebesar 258,72 ml dengan luas lahan 0,27 Ha dirasakan sudah berlebih. Oleh karena itu perlu dilakukan pengurangan penggunaan herbisida agar hasilnya dapat optimal.

Untuk nilai optimasi input produksi fungisida (X7) diperoleh sebesar

4,499998202. Hal ini menunjukkan secara ekonomis bahwa penggunaan fungisida sebesar 2073,19 Kg dengan luas lahan 0,27 Ha dirasakan masih kurang. Oleh karena itu perlu dilakukan penambahan penggunaan fungisida agar hasilnya dapat optimal.


(53)

Untuk menghasilkan penggunaan input produksi yang optimal maka perlu diadakan penambahan penggunaan input produksi luas lahan, tenaga kerja, dan fungisida, serta melakukan pengurangan penggunaan input produksi bibit, pupuk, insektisida, dan herbisida. Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 yang menyatakan bahwa penggunaan input produksi di daerah penelitian belum optimal, diterima.

5.3 Pengaruh Biaya Pemasaran terhadap Keuntungan yang Diperoleh Petani Bayam

Pemasaran adalah rangkaian kegitan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Sistem pemasaran hasil pertanian bayam di Desa Kolam masih dilakukan dengan cara sederhana. Di dalam memasarkan hasil pertaniannya, petani dibebankan biaya pemasaran seperti sortasi, pengepakan, dan transportasi.

Untuk setiap produksi bayam yang dihasilkan, beberapa petani langsung memasarkan hasil pertaniannya ke pedagang. Hasil pertaniannya mula-mula disortasi dan dicuci kemudian dilakukan pengepakan dan diantar ke pedagang di pasar. Dalam mengantar hasil usahataninya, petani biasanya menggunakan transportasi becak bermotor dengan biaya Rp 30.000/ 25 bal. Selain itu ada juga petani yang menjual langsung ke agen. Agen mengambil hasil bayam pada hari yang sudah ditentukan. Lebih jelasnya mengenai biaya pemasaran dan keuntungan petani dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini :


(54)

Tabel 12. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Rata-Rata Petani di Desa Kolam

Biaya Pemasaran (Rp) Pendapatan (Rp) Keuntungan (Rp)

626333,33 7582786,83 6956453,5

Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 14

Dari tabel 12, dapat diketahui bahwa biaya pemasaran rata-rata petani adalah sebesar Rp 626.333,33. Biaya pemasaran ini tentunya akan mempengaruhi besarnya keuntungan masing-masing petani. Awalnya petani dapat memperoleh pendapatan rata-rata sebesar Rp 7.582.786,83 akan tetapi karena adanya biaya dalam memasarkan hasil pertaniannya, maka petani harus mengeluarkan sejumlah biaya yang tentunya akan mengurangi pendapatan petani itu sendiri. Keuntungan rata-rata petani setelah dikurangi biaya pemasaran menjadi Rp 6.956.453,5.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa biaya pemasaran yang dikeluarkan petani berpengaruh terhadap besarnya pendapatan yang diterima oleh petani. Besarnya pengurangan pendapatan ini bergantung kepada seberapa besar biaya pemasaran petani dan bagaimana cara petani itu sendiri memasarkan hasil pertaniannya. Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 yang menyatakan besarnya biaya pemasaran berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh petani bayam, diterima.


(55)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Penggunaan input produksi secara serempak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi bayam, sedangkan secara parsial, input produksi yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi adalah lahan, tenaga kerja, dan pupuk, sementara input produksi yang lainnya yaitu bibit, insektisida, herbisida, dan fungisida tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bayam. 2. Penggunaan input produksi di daerah penelitian belum optimal. Hal ini

dikarenakan input lahan, tenaga kerja, dan fungisida penggunaannya belum optimal, sedangkan untuk input bibit, pupuk, insektisida, dan herbisida penggunaannya sudah melebihi optimal.

3. Biaya pemasaran berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh petani bayam.

6.2 Saran

1. Bagi Petani

Untuk lebih meningkatkan nilai optimasi penggunaan input produksi perlu dilakukan penambahan dan pengurangan input produksi.

2. Bagi Pemerintah

Pemerintah diharapkan mampu memberi kebijakan penetapan harga jual pada tingkat petani sehingga harga tidak berfluktuasi.


(56)

3. Bagi Peneliti

Untuk melihat tingkat optimasi penggunaan input produksi di Kabupaten Deli Serdang perlu dilakukan penelitian lagi di beberapa desa yang ada di Kabupaten Deli Serdang.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Agustira, M.A.,2004. Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Anonimous, 2010. Budidaya Bayam ;http:file://budidaya-bayam.html Bandini, Y.,dkk, 1995. Bayam. Penebar Swadaya, Jakarta.

Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Hendro, S., 1984. Kunci Bercocok Tananam Sayuran Penting di Indonesia. Sinar Baru. Bandung.

Hermawan, F., 2007. Analisis Optimas Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Kubis. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Mariam, H., 2005. Analisis Optimas Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Bawang Merah. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Miftakhurrohmat, A.2009. Rekayasa pola tanam panen rutin pada agribisnis bayam cabut sistem organik. http://www.umsida.ac.id.

Mosher, A.T., 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasa Guna, Jakarta.

Rukmana, R., 2005. Bertanam Sayuran di Pekarangan. Kanisius, Yogyakarta.

Soekartawi (a), 1994. Teori Ekonomi Produksi; Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soekartawi (c), 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Raja Grafindo Persada, Jakarta.


(58)

Soetrisno, L., 1999. Pertanian pada Abad Ke-21. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Tarigan, K., dan L. Sihombing. 2007. Ekonomi Produksi Pertanian. USU-Press, Medan.


(59)

(60)

Lampiran 1. Karakteritik Petani Sampel di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

No Resp. Luas Lahan

(Ha)

Umur Petani (Tahun)

Pendidikan Formal Status Petani Pengalaman Bertani (Tahun)

Jumlah Tanggungan (Jiwa)

1 0.40 42 SMP Pemilik 15 5

2 0.32 38 SMA Sewa 5 3

3 0.40 45 SMP Sewa 20 4

4 0.20 38 SMP Sewa 10 4

5 0.20 21 STM Sewa 3 0

6 0.40 55 SMP Sewa 25 1

7 0.20 35 SMP Sewa 10 0

8 0.32 42 SMP Sewa 20 2

9 0.32 43 SMP Sewa 20 5

10 0.40 37 SMP Sewa 12 3

11 0.24 35 SMP Sewa 10 3

12 0.24 41 SMA Sewa 5 3

13 0.32 45 SMP Sewa 20 4

14 0.32 42 SMP Sewa 20 4

15 0.40 38 SMA Sewa 15 3

16 0.24 39 SMP Sewa 20 4

17 0.20 33 STM Pemilik 10 3

18 0.16 61 SMP Sewa 35 2

19 0.20 50 SD Sewa 25 4

20 0.20 50 SMP Pemilik 30 5


(61)

22 0.24 24 SMP Sewa 3 0

23 0.40 33 SMP Sewa 10 3

24 0.20 55 SMP Pemilik 30 5

25 0.12 38 SMA Sewa 15 3

26 0.12 55 SMA Sewa 30 4

27 0.20 38 SMP Sewa 20 5

28 0.32 50 SMP Sewa 20 3

29 0.40 45 SMA Sewa 10 3

30 0.20 41 SMP Sewa 3 4

Total 8.04 1260 496 97


(62)

Lampiran 2. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Proses Produksi Bayam di Desa Kolam

Sampel Pembibitan Pengolahan Lahan Penanaman Pemupukan Pemeliharaan Panen Sub-Total Total (HKP) TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK

1 3.50 0.00 7.43 7.88 7.75 0.00 6.90 0.00 2.59 0.00 0.00 9.00 28.17 16.88 45.05 2 1.50 0.00 5.76 9.00 5.50 0.00 4.00 0.00 2.28 0.00 0.00 7.20 19.04 16.20 35.24 3 3.10 0.00 11.70 7.88 8.47 0.00 6.75 0.00 3.68 0.00 0.00 7.20 33.70 15.08 48.78 4 2.60 0.00 5.50 4.38 2.95 0.00 2.50 0.00 2.40 0.00 0.00 7.50 15.95 11.88 27.83 5 2.60 0.00 5.98 4.38 3.63 0.00 2.30 0.00 2.10 0.00 0.00 5.00 16.61 9.38 25.98 6 3.60 0.00 6.50 10.50 5.47 0.00 5.75 0.00 2.68 0.00 0.00 6.00 24.00 16.50 40.50 7 2.40 0.00 4.95 4.38 3.45 0.00 2.05 0.00 2.50 0.00 0.00 5.40 15.35 9.78 25.13 8 2.50 0.00 7.00 10.50 5.00 0.00 4.60 0.00 2.60 0.00 0.00 6.00 21.70 16.50 38.20 9 2.50 0.00 5.75 7.88 4.60 0.00 4.20 0.00 2.50 0.00 0.00 8.40 19.55 16.28 35.83 10 3.10 0.00 6.17 10.50 7.25 0.00 5.00 0.00 2.28 0.00 0.00 10.50 23.80 21.00 44.80 11 1.90 0.00 7.50 10.50 4.13 0.00 3.25 0.00 1.73 0.00 0.00 6.00 18.51 16.50 35.01 12 2.40 0.00 6.10 8.75 3.75 0.00 3.63 0.00 1.73 0.00 0.00 6.00 17.61 14.75 32.36 13 2.50 0.00 5.55 7.75 5.50 0.00 3.70 0.00 2.50 0.00 0.00 7.00 19.75 14.75 34.50 14 2.00 0.00 8.25 9.00 5.00 0.00 4.00 0.00 2.50 0.00 0.00 6.00 21.75 15.00 36.75 15 2.40 0.00 10.24 10.50 5.63 0.00 6.38 0.00 2.90 0.00 0.00 11.00 27.55 21.50 49.05 16 2.50 0.00 4.50 7.50 3.70 0.00 3.83 0.00 2.00 0.00 0.00 10.50 16.53 18.00 34.53 17 1.88 0.00 3.13 3.75 4.13 0.00 2.55 0.00 1.50 0.00 0.00 4.80 13.19 8.55 21.74 18 0.70 0.00 1.50 1.50 2.95 0.00 2.00 0.00 1.00 0.00 0.00 4.80 8.15 6.30 14.45 19 1.00 0.00 4.65 4.38 3.45 0.00 2.10 0.00 1.50 0.00 0.00 4.00 12.70 8.38 21.08 20 1.40 0.00 3.75 3.75 2.75 0.00 2.50 0.00 1.90 0.00 0.00 5.00 12.30 8.75 21.05 21 1.00 0.00 1.50 2.50 2.50 0.00 2.30 0.00 1.50 0.00 0.00 3.00 8.80 5.50 14.30 22 1.13 0.00 2.25 5.25 3.45 0.00 3.45 0.00 1.50 0.00 0.00 2.40 11.78 7.65 19.43


(63)

23 2.00 0.00 5.92 7.88 6.78 0.00 6.97 0.00 3.60 0.00 0.00 9.00 25.27 16.88 42.15 24 1.50 0.00 3.75 4.38 4.13 0.00 2.05 0.00 1.80 0.00 0.00 5.00 13.23 9.38 22.61 25 1.00 0.00 1.25 3.75 2.30 0.00 1.50 0.00 1.00 0.00 0.00 2.70 7.05 6.45 13.50 26 0.75 0.00 3.75 2.50 2.55 0.00 0.78 0.00 0.63 0.00 0.00 3.00 8.46 5.50 13.96 27 1.40 0.00 3.75 4.38 2.95 0.00 2.00 0.00 2.40 0.00 0.00 5.00 12.50 9.38 21.88 28 1.50 0.00 3.75 8.75 4.50 0.00 4.60 0.00 2.40 0.00 0.00 7.50 16.75 16.25 33.00 29 2.01 0.00 5.25 7.88 7.15 0.00 6.38 0.00 3.03 0.00 0.00 9.00 23.82 16.88 40.70 30 1.00 0.00 3.30 6.00 2.50 0.00 2.10 0.00 1.90 0.00 0.00 4.80 10.80 10.80 21.60 Total 59.37 0.00 156.37 197.88 133.87 0.00 110.12 0.00 64.63 0.00 0.00 188.70 524.36 386.58 910.93 Rataan 1.98 0.00 5.21 6.60 4.46 0.00 3.67 0.00 2.15 0.00 0.00 6.29 17.48 12.89 30.36


(1)

Lampiran 4. Penggunaan Input Produksi dan Hasil Produksi Bayam di Desa Kolam

Sampel

L. Lahan (Ha)

Bibit (Kg)

Total (HKP)

Pupuk (Kg) Obat-obatan (ml) Produksi

(Bal) Ponska ZA

SP-36 KCl NPK Urea Drusban Prevakton

Dithane-45

(g) Serpa Rumpas

1 0.40 5.00 38.46 70 100 70 30 30 50 500 100 750 1000 100 400

2 0.32 4.50 35.24 80 56 64 16 40 40 400 80 600 750 85 300

3 0.40 5.25 36.79 100 100 100 20 30 50 480 90 700 850 120 425

4 0.20 2.70 27.83 50 50 40 10 25 20 250 65 250 500 60 230

5 0.20 2.60 25.98 50 50 30 8 25 20 200 60 240 650 50 200

6 0.40 5.40 41.81 80 100 70 20 30 40 450 100 500 900 130 360

7 0.20 2.50 25.13 40 50 50 10 25 20 240 54 475 550 50 185

8 0.32 4.10 38.20 80 80 70 12 30 40 375 85 500 800 80 330

9 0.32 4.30 35.83 64 72 64 16 30 32 350 70 450 750 75 290

10 0.40 5.20 46.78 100 100 80 30 30 40 475 80 550 500 90 410

11 0.24 3.20 35.01 60 60 30 12 24 30 300 65 480 400 60 250

12 0.24 3.15 32.36 48 60 30 12 30 30 280 60 450 600 65 220

13 0.32 4.20 40.70 80 80 40 16 24 32 360 75 650 700 80 310

14 0.32 4.25 36.75 80 80 50 12 30 40 380 80 600 820 85 325

15 0.40 5.10 55.36 80 100 100 20 30 50 500 75 850 1500 100 430

16 0.24 3.25 34.53 60 60 40 12 20 20 270 60 550 450 65 245

17 0.20 2.25 21.74 25 30 25 15 20 25 250 45 470 500 40 180

18 0.16 2.00 14.45 40 35 40 10 12 15 200 40 560 300 45 165


(2)

22 0.24 3.05 19.43 36 36 36 12 20 36 300 60 750 900 60 225

23 0.40 5.50 37.86 70 100 80 20 30 50 485 100 1000 1100 95 390

24 0.20 2.75 22.61 50 50 40 10 25 25 230 55 600 360 40 195

25 0.12 1.65 13.50 30 24 24 6 10 7 150 35 400 250 38 105

26 0.12 1.75 13.96 15 15 15 9 6 5 120 25 250 300 30 90

27 0.20 2.15 21.88 20 30 20 10 15 20 240 40 400 500 55 165

28 0.32 4.00 33.00 80 80 56 16 25 20 400 75 500 750 70 315

29 0.40 5.45 36.59 70 70 70 15 30 40 475 85 1000 860 80 370

30 0.20 2.75 21.60 50 50 50 10 20 25 300 60 450 600 60 200

Total 8.04 105.30 899.81 1728 1833 1484 419 741 882 9635 1974 16025 19675 2061 7820


(3)

Lampiran 5. Penggunaan Input Produksi dan Hasil Produksi Bayam per Hektar di Desa Kolam

Sampel L. Lahan

(Ha)

Bibit

(Kg) HKP/ Ha

Pupuk (Kg) Obat-obatan (ml) Produksi

(Bal) Ponska ZA SP-36 KCl NPK Urea Drusban Prevakton D-45 (g) Serpa Rumpas

1 0.40 12.50 96.15 175.00 250.00 175.00 75.00 75.00 125.00 1250.00 250.00 1875.00 2500.00 250.00 1000.00 2 0.32 14.06 110.125 250.00 175.00 200.00 50.00 125.00 125.00 1250.00 250.00 1875.00 2343.75 265.63 937.50 3 0.40 13.12 91.975 250.00 250.00 250.00 50.00 75.00 125.00 1200.00 225.00 1750.00 2125.00 300.00 1062.50 4 0.20 13.50 139.15 250.00 250.00 200.00 50.00 125.00 100.00 1250.00 325.00 1250.00 2500.00 300.00 1150.00 5 0.20 13.00 129.9 250.00 250.00 150.00 40.00 125.00 100.00 1000.00 300.00 1200.00 3250.00 250.00 1000.00 6 0.40 13.50 104.525 200.00 250.00 175.00 50.00 75.00 200.00 1125.00 250.00 1250.00 2250.00 325.00 900.00 7 0.20 12.00 125.65 200.00 250.00 250.00 50.00 125.00 100.00 1200.00 270.00 2375.00 2750.00 250.00 925.00 8 0.32 12.81 119.375 250.00 250.00 218.75 37.50 93.75 125.00 1171.88 265.63 1562.50 2500.00 250.00 1031.25 9 0.32 13.43 111.969 200.00 225.00 200.00 50.00 93.75 100.00 1093.75 218.75 1406.25 2343.75 234.38 906.25 10 0.40 13.00 116.95 250.00 250.00 200.00 75.00 75.00 100.00 1187.50 200.00 1375.00 1250.00 225.00 1025.00 11 0.24 13.33 145.875 250.00 250.00 125.00 50.00 100.00 125.00 1250.00 270.83 2000.00 1666.67 250.00 1041.67 12 0.24 13.12 134.833 200.00 250.00 125.00 50.00 125.00 125.00 1166.67 250.00 1875.00 2500.00 270.83 916.67 13 0.32 13.12 127.188 250.00 250.00 125.00 50.00 75.00 100.00 1125.00 234.38 2031.25 2187.50 250.00 968.75 14 0.32 13.28 114.844 250.00 250.00 156.25 37.50 93.75 125.00 1187.50 250.00 1875.00 2562.50 265.63 1015.63 15 0.40 12.75 138.4 200.00 250.00 250.00 50.00 75.00 125.00 1250.00 187.50 2125.00 3750.00 250.00 1075.00 16 0.24 13.54 143.875 250.00 250.00 166.67 50.00 83.33 83.33 1125.00 250.00 2291.67 1875.00 270.83 1020.83 17 0.20 11.25 108.7 125.00 150.00 125.00 75.00 100.00 125.00 1250.00 225.00 2350.00 2500.00 200.00 900.00 18 0.16 12.50 90.3125 250.00 218.75 250.00 62.50 75.00 93.75 1250.00 250.00 3500.00 1875.00 281.25 1031.25 19 0.20 12.50 105.4 250.00 225.00 250.00 50.00 125.00 100.00 1225.00 325.00 1250.00 2875.00 275.00 875.00 20 0.20 13.25 105.25 250.00 250.00 150.00 50.00 125.00 100.00 1250.00 250.00 1500.00 2300.00 250.00 1025.00


(4)

21 0.16 13.44 89.375 125.00 125.00 125.00 62.50 156.25 125.00 1125.00 250.00 3125.00 3125.00 300.00 812.50 22 0.24 12.71 80.9583 150.00 150.00 150.00 50.00 83.33 150.00 1250.00 250.00 3125.00 3750.00 250.00 937.50 23 0.40 13.75 94.65 175.00 250.00 200.00 50.00 75.00 125.00 1212.50 250.00 2500.00 2750.00 237.50 975.00 24 0.20 13.75 113.05 250.00 250.00 200.00 50.00 125.00 125.00 1150.00 275.00 3000.00 1800.00 200.00 975.00 25 0.12 13.75 112.5 250.00 200.00 200.00 50.00 83.33 58.33 1250.00 291.67 3333.33 2083.33 316.67 875.00 26 0.12 14.58 116.333 125.00 125.00 125.00 75.00 50.00 41.67 1000.00 208.33 2083.33 2500.00 250.00 750.00 27 0.20 10.75 109.4 100.00 150.00 100.00 50.00 75.00 100.00 1200.00 200.00 2000.00 2500.00 275.00 825.00 28 0.32 12.50 103.125 250.00 250.00 175.00 50.00 78.13 62.50 1250.00 234.38 1562.50 2343.75 218.75 984.38 29 0.40 13.63 91.475 175.00 175.00 175.00 37.50 75.00 100.00 1187.50 212.50 2500.00 2150.00 200.00 925.00 30 0.20 13.75 108 250.00 250.00 250.00 50.00 100.00 125.00 1500.00 300.00 2250.00 3000.00 300.00 1000.00 Total 8.04 392.17 3379.31 6400.00 6668.75 5441.67 1577.50 2865.62 3314.58 35932.30 7518.97 62195.83 73906.25 7761.47 28866.68 Rataan 0.27 13.07 112.64 213.33 222.29 181.39 52.58 95.52 110.49 1197.74 250.63 2073.19 2463.54 258.72 962.22


(5)

Lampiran 6 : Nilai Logaritma Natural dari Penggunaan Input-Input Produksi

Sampel Ln X1 Ln X2 Ln X3 Ln X4 Ln X5 Ln X6 Ln X7 LnY

1 -0.91629 1.609438 3.807662 5.857933 7.377759 4.60517 6.620073 5.991465 2 -1.13943 1.504077 3.562068 5.690359 7.114769 4.442651 6.39693 5.703782 3 -0.91629 1.658228 3.887218 5.991465 7.258412 4.787492 6.55108 6.052089 4 -1.60944 0.993252 3.325935 5.273 6.703188 4.094345 5.521461 5.438079 5 -1.60944 0.955511 3.257327 5.209486 6.813445 3.912023 5.480639 5.298317 6 -0.91629 1.686399 3.701302 5.828946 7.279319 4.867534 6.214608 5.886104 7 -1.60944 0.916291 3.223863 5.273 6.738152 3.912023 6.163315 5.220356 8 -1.13943 1.410987 3.642836 5.743003 7.138867 4.382027 6.214608 5.799093 9 -1.13943 1.458615 3.578646 5.627621 7.064759 4.317488 6.109248 5.669881 10 -0.91629 1.648659 3.802208 5.940171 6.961296 4.49981 6.309918 6.016157 11 -1.42712 1.163151 3.555634 5.375278 6.639876 4.094345 6.173786 5.521461 12 -1.42712 1.147402 3.476923 5.347108 6.84588 4.174387 6.109248 5.393628 13 -1.13943 1.435085 3.540959 5.605802 7.034388 4.382027 6.476972 5.736572 14 -1.13943 1.446919 3.604138 5.676754 7.154615 4.442651 6.39693 5.783825 15 -0.91629 1.629241 3.89284 5.940171 7.637716 4.60517 6.745236 6.063785 16 -1.42712 1.178655 3.541829 5.356586 6.659294 4.174387 6.309918 5.501258 17 -1.60944 0.81093 3.078924 4.941642 6.678342 3.688879 6.152733 5.192957 18 -1.83258 0.693147 2.670694 5.023881 6.291569 3.806662 6.327937 5.105945 19 -1.60944 0.916291 3.048088 5.298317 6.785588 4.007333 5.521461 5.164786 20 -1.60944 0.97456 3.046901 5.220356 6.633318 3.912023 5.703782 5.32301 21 -1.83258 0.765468 2.66026 4.744932 6.579251 3.871201 6.214608 4.867534 22 -1.42712 1.115142 2.966818 5.170484 7.138867 4.094345 6.620073 5.4161 23 -0.91629 1.704748 3.741116 5.857933 7.429521 4.553877 6.907755 5.966147 24 -1.60944 1.011601 3.118171 5.298317 6.46925 3.688879 6.39693 5.273 25 -2.12026 0.500775 2.60269 4.615121 6.075346 3.637586 5.991465 4.65396 26 -2.12026 0.559616 2.636196 4.174387 6.098074 3.401197 5.521461 4.49981 27 -1.60944 0.765468 3.085344 4.744932 6.659294 4.007333 5.991465 5.105945 28 -1.13943 1.386294 3.496508 5.624018 7.110696 4.248495 6.214608 5.752573 29 -0.91629 1.695616 3.706105 5.686975 7.258412 4.382027 6.907755 5.913503 30 -1.60944 1.011601 3.072693 5.32301 6.866933 4.094345 6.109248 5.298317


(6)

Lampiran 7 : Nilai Logaritma Natural dari Penggunaan Input-Input Produksi Per Hektar

Sampel Ln X1 Ln X2 Ln X3 Ln X4 Ln X5 Ln X6 Ln X7 Ln Y

1 -0.91629 2.525729 4.565909 6.774224 8.29405 5.521461 7.536364 6.907755 2 -1.13943 2.643334 4.701616 6.829794 8.254204 5.582104 7.536364 6.843217 3 -0.91629 2.574138 4.521517 6.907755 8.174703 5.703782 7.467371 6.96838 4 -1.60944 2.60269 4.935552 6.882437 8.312626 5.703782 7.130899 7.047517 5 -1.60944 2.564949 4.866765 6.818924 8.422883 5.521461 7.090077 6.907755 6 -0.91629 2.60269 4.649426 6.856462 8.19561 5.783825 7.130899 6.802395 7 -1.60944 2.484907 4.8335 6.882437 8.34759 5.521461 7.772753 6.829794 8 -1.13943 2.550226 4.78227 6.882437 8.278304 5.521461 7.354042 6.938527 9 -1.13943 2.597491 4.71822 6.767055 8.204193 5.456944 7.248682 6.809315 10 -0.91629 2.564949 4.761746 6.856462 7.877587 5.4161 7.226209 6.932448 11 -1.42712 2.590017 4.98275 6.802395 8.066992 5.521461 7.600902 6.94858 12 -1.42712 2.574138 4.904039 6.774224 8.272997 5.601491 7.536364 6.820748 13 -1.13943 2.574138 4.845662 6.745236 8.173824 5.521461 7.616407 6.876007 14 -1.13943 2.586259 4.743573 6.816188 8.29405 5.582104 7.536364 6.923264 15 -0.91629 2.545531 4.930148 6.856462 8.554007 5.521461 7.661527 6.980076 16 -1.42712 2.605648 4.968945 6.783699 8.08641 5.601491 7.737036 6.928371 17 -1.60944 2.420368 4.688592 6.55108 8.28778 5.298317 7.762171 6.802395 18 -1.83258 2.525729 4.503276 6.856462 8.124151 5.639244 8.160518 6.938527 19 -1.60944 2.525729 4.657763 6.907755 8.395026 5.616771 7.130899 6.774224 20 -1.60944 2.583998 4.656338 6.829794 8.242756 5.521461 7.31322 6.932448 21 -1.83258 2.598235 4.492841 6.577514 8.411833 5.703782 8.04719 6.700116 22 -1.42712 2.542389 4.393935 6.597596 8.565983 5.521461 8.04719 6.843217 23 -0.91629 2.621039 4.550186 6.774224 8.345812 5.470168 7.824046 6.882437 24 -1.60944 2.621039 4.72783 6.907755 8.078688 5.298317 8.006368 6.882437 25 -2.12026 2.621039 4.722953 6.735376 8.19561 5.75786 8.111727 6.774224 26 -2.12026 2.679651 4.75646 6.294657 8.218337 5.521461 7.641723 6.620073 27 -1.60944 2.374906 4.695011 6.35437 8.268732 5.616771 7.600902 6.715383 28 -1.13943 2.525729 4.635942 6.763452 8.25013 5.38793 7.354042 6.892012 29 -0.91629 2.612273 4.516066 6.603266 8.174703 5.298317 7.824046 6.829794 30 -1.60944 2.621039 4.682131 6.932448 8.476371 5.703782 7.718685 6.907755