Analisis Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu Di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP

PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI

KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG

BEDAGAI

SKRIPSI

Oleh :

LEO ANDRE S

070304066 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP

PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI

KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG

BEDAGAI

SKRIPSI

Oleh :

LEO ANDRE S

070304066 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Pembimbing

AnggotaPembimbing

(Prof.Dr.Ir.Kelin Tarigan, MS) (Dr.Ir. Salmiah, MS)

NIP. 130 365 300

NIP.195702171986032001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

ABSTRAK

Leo Andre S (070304066/Agribisnis) Judul Skripsi Analisis Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu Di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai, di bawah bimbingan Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS sebagai Ketua Pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS sebagai Anggota Pembimbing.

Tanaman ubi kayu cocok diusahakan di daerah Serdang Bedagai, salah satunya terdapat di desa Sukasari. Usahatani ubi kayu di daerah penelitian menggunkan input produksi yang terdiri dari lahan, bibit, pupuk, herbisida dan tenaga kerja.

Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Penentuan dan penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dai data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh melalui instansi-instansi yang terkait seperti BPS, penyuluh pertanian dan monografi Desa Sukasari, sedangkan data primer diperoleh melalui daftar kuisioner dan hasil wawancara langsung dengan petani. Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Input produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja di daerah penelitian mempengaruhi produksi usahatani ubi kayu secara serempak dan secara parsial input produksi yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi ubi kayu adalah lahan, dan pupuk,

2. Input produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja di daerah penelitian mempengaruhi total biaya produksi usahatani ubi kayu secara serempak dan secara parsial input produksi yang berpengaruh nyata terhadap total biaya produksi adalah lahan, dan pupuk.

3. Tingkat pendapatan petani di daerah penelitian adalah tinggi yaitu Rp. 15.723.567,- per petani per tahun atau Rp. 1.310.297,- per petani per bulan lebih besar dari UMP yaitu sebesar Rp. 1.200.000,-


(4)

RIWAYAT HIDUP

Leo Andre Sembiring, lahir di Lubuk Pakam pada tanggal 06 Agustus 1988 anak dari Bapak Tangkai Sembiring Pandia dan (Alm) Ibu Asni Br. Ginting Munthe. Penulis merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1994 masuk Sekolah Dasar Setia Budi Perbaungan tamat tahun 2000. 2. Tahun 2000 masuk Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri 1 Perbaungan

tamat tahun 2003.

3. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lubuk Pakam tamat tahun 2006.

4. Tahun 2007 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa Pematang Rambai Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara tahun 2011.

Selama perkuliahan penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan organisasi yaitu Selama perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian), POPMASEPI (Perhimpunan Organisasi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia) dan IMKA (Ikatan Mahasiswa Karo).


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Analisis Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu Di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS selaku Ketua Pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Anggota Pembimbing yang telah meluangkan waktunya membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah MSi, selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis MEc, selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis FP USU yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam hal kuliah dan administrasi kegiatan organisasi di kampus.

2. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis FP USU yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

3. Seluruh pegawai di FP USU khususnya pegawai Program Studi Agribisnis.

Segala hormat dan terima kasih khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda Tangkai Sembiring dan Ibunda (Alm) Asni Br. Ginting Munthe atas kasih sayang, motivasi, dan dukungan baik secara materi maupun do’a yang diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah, tak lupa kepada para Abangnda Octer


(6)

Peransius Sembiring SE, Helton Robert Sembiring Amd, Karmelo Sembiring SE, Dingkepta Sembiring Amd, dan Kakanda Dewi Sartika Br Sembiring atas semangat yang diberikan.

Terima kasih juga penulis ucapkan khususnya kepada Sri Amelia Susan Br Ginting yang telah banyak membantu saya baik susah maupun senang, juga teman-teman saya Ryan, Reza, Ilham, Dendi, Randy, Irfandi, Romanto, Badar, Faisal, Rovil, Halim, (Alm) Relindo, Herman, Arpan, Rizki, Holong, Adolf, Novia, Ganesia, Wiwik, Hariri, (Alm) Widya dan seluruh teman-teman di Program Studi Agribisnis angkatan 2007 yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan Semoga apa yang kita cita-citakan dapat terwujud dan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2012


(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

2.1. Tinjauan Pustaka ... 7

2.2. Landasan Teori ... 11

2.3. Kerangka Pemikiran ... 16

2.4. Hipotesis Penelitian ... 19

III. METODE PENELITIAN ... 20

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 21

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 21

3.4. Metode Analisis Data ... 21

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 25

3.5.1. Definisi Operasional ... 25


(8)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL ... 27

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 27

4.1.1. Letak geografis, Batas dan Luas Wilayah Desa Penelitian ... 27

4.2. Tata Guna Tanah ... 27

4.2.1. Tata Guna Tanah Desa Sukasari ... 27

4.3. Keadaan Penduduk ... 28

4.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28

4.3.2. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencarian ... 28

4.4. Sarana dan Prasarana ... 29

4.5. Karakteristik Petani Sampel ... 29

4.5.1. Umur ... 30

4.5.2. Pendidikan ... 30

4.5.3. Pengalaman Bertani ... 31

4.5.4. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 32

4.6. Penggunaan Input Produksi di Daerah Penelitian ... 32

4.6.1. Lahan ... 32

4.6.2. Bibit ... 33

4.6.3. Pupuk ... 33

4.6.5. Tenaga Kerja... 33

4.6.4. Herbisida ... 33

4.7. Rata-rata Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Ubi Kayu ... 44

4.7.1. Penggunaan Lahan ... 34

4.7.2. Penggunaan Bibit ... 35

4.7.3. Penggunaan Pupuk ... 35

4.7.4. Penggunaan Tenaga Kerja ... 35

4.7.5. Herbisida ... 36

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

5.1. Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu ... 38

5.2.1. Secara Serempak ... 40


(9)

5.2. Pengaruh Input Produksi Terhadap Total Biaya Produksi

Usahatani Ubi Kayu ... 42

5.3. Tingkat Pendapatan Usahatani Ubi Kayu ... 46

5.3.1. Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Kayu ... 46

5.3.2. Analisis Tingkat Pendapatan Usahatani Ubi Kayu ... 49

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

6.1. Kesimpulan ... 51

6.2. Saran... 52

Kepada Petani Ubi Kayu ... 52

Kepada Pemerintah ... 52

Kepada Peneliti Selanjutnya ... 52 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Produksi Tanaman Ubi Kayu Menurut Kabupaten Kota

Provinsi Sumatera Utara ... 4

2. Produksi Dan Produktivitas Ubi Kayu di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010 ... 5

3. Keadaan Tata Guna Tanah ... 27

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28

5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 28

6 Distribusi Sarana Dan Prasarana... 29

7. Umur Petani Responden di Desa Sukasari Berdasarkan Tahun 2011... 30

8. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Sukasari Berdasarkan Tahun 2011 ... 31

9. Klasifikasi Petani Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani di Desa Sukasari Berdasarkan Tahun 2011 ... 31

10. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Desa Sukasari Berdasarkan Tahun 2011 ... 32

11. Rata-rata Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Ubi Kayu di Daerah Penelitian per Musim Tanam Tahun 2011... 34


(11)

12. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Ubi Kayu di

Daerah Penelitian per Musim Tanam Tahun 2011 ... 36

13. Hasil Analisis Fungsi Produksi Stroberi ... 38

14. Hasil Analisis Fungsi Total Biaya Produksi ... 42

15. Rata-rata Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Ubi Kayu... 46

16. Biaya Sarana Produksi Usahatani Ubi Kayu... 47

17. Total Biaya Produksi Usahatani Ubi Kayu ... 48


(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Karakteristik Petani Stroberi Desa Dolat Rayat ... 2. Jumlah Bibit Yang Digunakan di Desa Sukasari ... 3. Penggunaan Pupuk dan Biaya pupuk ... 4. Penggunaan Herbisida, Biaya Herbisida dan Total

Herbisida... 5. Jumlah Tenaga Kerja dan Upah Tenaga Kerja ... 6. Analisis Regresi Penggunaan Input Produksi Usahatani

Ubi Kayu di Desa Sukasari ... 7. Analisis Regresi Penggunaan Total Biaya Produksi

Usahatani Ubi Kayu di Desa Sukasari ... 8. Biaya Penyusutan Peralatan ... 9. Total Biaya Produksi, Penerimaan, Dan Pendapatan ... 10. Pendapatan Bersih Petani di Desa Sukasari ...


(14)

ABSTRAK

Leo Andre S (070304066/Agribisnis) Judul Skripsi Analisis Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu Di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai, di bawah bimbingan Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS sebagai Ketua Pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS sebagai Anggota Pembimbing.

Tanaman ubi kayu cocok diusahakan di daerah Serdang Bedagai, salah satunya terdapat di desa Sukasari. Usahatani ubi kayu di daerah penelitian menggunkan input produksi yang terdiri dari lahan, bibit, pupuk, herbisida dan tenaga kerja.

Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Penentuan dan penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dai data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh melalui instansi-instansi yang terkait seperti BPS, penyuluh pertanian dan monografi Desa Sukasari, sedangkan data primer diperoleh melalui daftar kuisioner dan hasil wawancara langsung dengan petani. Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Input produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja di daerah penelitian mempengaruhi produksi usahatani ubi kayu secara serempak dan secara parsial input produksi yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi ubi kayu adalah lahan, dan pupuk,

2. Input produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja di daerah penelitian mempengaruhi total biaya produksi usahatani ubi kayu secara serempak dan secara parsial input produksi yang berpengaruh nyata terhadap total biaya produksi adalah lahan, dan pupuk.

3. Tingkat pendapatan petani di daerah penelitian adalah tinggi yaitu Rp. 15.723.567,- per petani per tahun atau Rp. 1.310.297,- per petani per bulan lebih besar dari UMP yaitu sebesar Rp. 1.200.000,-


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi. Keadaan inilah yang memperlihatkan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang handal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional (Husodo, dkk, 2004).

Salah satu hasil pertanian yang menunjukkan peningkatan produksi dan konsumsinya dari tahun ke tahun adalah beras, yang merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Selain usaha peningkatan produksi beras, pemerintah juga memperhatikan usaha peningkatan produksi tanaman pangan lainnya termasuk ketela pohon atau singkong sebagai usaha diversifikasi menu (Rismayani, 2007).

Ubi kayu/singkong yang juga disebut Kaspe, dalam bahasa Latin disebut Manihot Esculenta crantz, merupakan tanaman yang banyak mengandung karbohidrat. Oleh karena itu singkong dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat di samping beras, selain dapat pula digunakan untuk keperluan bahan baku industri seperti : tepung tapioka, pellet, gaplek, gula pasir, gasohol, protein sel tunggal, dan asam sitrat. Tepung tapioka dengan kadar amylase yang rendah tetapi berkadar amylopectine yang tinggi ternyata merupakan sifat yang khusus dari singkong yang tidak dimiliki oleh jenis tepung lainnya, sehingga tepung tapioca mempunyai kegunaan yang lebih luas (Rismayani, 2007).


(16)

Ubi kayu atau singkong (Mannihot esculenta) berasal dari Brazil, amerika Selatan, menyebar ke Asia pada awal abad ke- 17 dibawa oleh pedagang Spanyol dari Mexico ke Philipina. Kemudian menyebar ke Asia tenggara, termasuk Indonesia. Ubi kayu merupakan makanan pokok di beberapa negara afrika. Di samping sebagai bahan makanan, ubi kayu juga dapat digunakan sebagai bahan makanan, ubi kayu juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri dan pakan ternak. Ubinya mengandung air sekitar 60%, pati 23-35%, serta protein, mineral, serat, kalsium, dan fosfat. Ubi kayu merupakan sumber energi yang lebih tinggi dibanding padi, jagung, ubi jalar, dan sorgum.

Perlu diketahui bahwa meskipun singkong diperkirakan berasal dari Brazilia, namun dapat tumbuh dan popular di Indonesia karena tanaman ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman lainnya karena :

 Singkong dapat tumbuh pada lahan kering dan kurang subur.  Daya tahan terhadap penyakit umumnya relatif tinggi.

 Masa panennya tidak diburu waktu, sehingga dapat diolah menjadi beragam makanan utama maupun makanan ringan.

 Selain itu singkong adalah penghasil kalori yang efisien. Artinya tanaman singkong mempunyai kemampuan dalam menghasilkan kalori yang produktif dan efisien di daerah tropis.

Potensi ubi kayu sebagai bahan pangan yang penting di dunia ditunjukkan dengan fakta bahwa tiap tahun 300 juta ton ubi-ubian dihasilkan dunia dan dijadikan bahan makanan sepertiga penduduk di Negara-negara tropis. Disamping itu, sekitar 45% dari total produksi ubi-ubian dunia langsung


(17)

dikonsumsi oleh produsen sebagai sumber kalori di beberapa Negara (Rukmana, 1997).

Ubi kayu (Manihot esculenta crant) di Indonesia, dijadikan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagung. Tanaman ubi kayu meluas ke semua propinsi di Indonesia dan dalam masalah pengolahannya sudah digunakan dengan teknologi budidaya yang baik (Rukmana, 1997).

Pada masa mendatang kebutuhan produksi ubi kayu dunia diperkirakan terus meningkat. Untuk mencukupi kebutuhan produksi ubi kayu nasional, diperlukan program peningkatan produksi per satuan luas lahan, perbaikan kualitas dan pengolahan hasil panen (Rukmana, 1997).

Petani mengetahui, bahwa jalan pertama yang harus ditempuh untuk mencapai tujuannya adalah mempertinggi kuantitas dan kualitas dari hasil buminya secara rasional, efisien, dan ekonomis. Salah satu cara yang paling diperhatikan dan diperkembangkan adalah penataan pertanaman (Cropping system). Penataan tanaman adalah tidak lain daripada cara pengaturan dan pemilihan jenis tanaman yang diusahakan pada sebidang tanah tertentu selama jangka waktu tertentu (Tohir, KA, 1991).

Produksi dalam arti teknis adalah proses menjadikan barang atau zat dari bahan-bahan yang tersedia. Sedangkan dalam arti ekonomi mempunyai pengertian yang lebih luas seperti dikemukakan oleh Sumodiningrat dan Iswara (1987) bahwa : produksi adalah setiap perbuatan manusia yang menjadikan barang dapat lebih sempurna untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Sumatera Utara merupakan salah satu daerah potensial untuk menghasilkan ubi kayu. Dari tabel 1 dapat dilihat sentra produksi ubi kayu di


(18)

seluruh Kabupaten dan Kota Sumatera Utara mulai tahun 2005 hingga tahun 2009. Data ini merupakan data terakhir pada Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara yang dipublikasikan Melalui Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.

Tabel 1. Produksi Tanaman Ubi kayu menurut Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Utara

Kabupaten/ Kota 2005 2006 2007 2008 2009

1 2 3 4 5 6

Nias 3083 2827 3021 7963 51298

Mandailing Natal 2758 2988 2982 3238 1799

Tapanuli Selatan 9659 17622 13541 18269 8854

Tapanuli Utara 7157 7136 16000 26068 37451

Toba Samosir 12663 9629 7681 7949 10560

Labuhan Batu 4151 2580 3393 4451 2428

Asahan 9603 15236 15384 10565 18536

Simalungun 202405 161504 144954 309303 373304

Dairi 2594 1936 2567 5808 6280

Karo 0 25 0 2412 52

Deli Serdang 103520 51865 78800 75497 167017

Langkat 7374 6237 6290 7974 9244

Nias Selatan 8804 5448 8665 15870 72585

Humbang Hasundutan 0 3276 4274 12883 12469

Pakpak Bharat 680 175 463 405 441

Samosir 2274 1639 2495 4985 16163

Serdang Bedagai 106593 133793 96726 155389 111066

Tanjung Balai 275 301 351 387 390

Pematang Siantar 8277 4563 461 7106 9091

Tebing Tinggi 5377 4480 3273 6610 7148

Medan 4482 3601 4737 4616 7533

Binjai 2934 1665 2373 2863 3147

Padang Sidempuan 2626 1426 1780 1971 4521

Batu Bara 0 0 0 16205 22994

Padang Lawas Utara 0 0 0 0 8925

Padang Lawas 0 0 0 0 10482

Tapanuli Tengah 2507 12500 14361 27986 33506

Total 509796 452452 434572 736773 1007284

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.

Dari tabel 1 dapat dikemukakan bahwa hampir semua daerah di Provinsi Sumatera Utara yang memproduksi ubi kayu. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu sentra produksi ubi kayu. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi tanaman ubi kayu di Kabupaten Serdang Bedagai dari tahun 2005 sampai 2009 mengalami fluktuasi, dimana produksi ubi kayu di Kabupaten


(19)

Serdang Bedagai setiap tahunnya mengalami kenaikan atau penurunan. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain pengurangan/penambahan luas lahan, faktor cuaca yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman ubi kayu, dan harga jual ubi kayu yang tidak tetap setiap tahunnya.

Tabel 2. Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

No Kecamatan Luas Lahan

( Ha )

Produksi ( Ton )

Produktivitas ( Ton/ Ha)

1. Kotarih 210 4,587 21,842

2. Dolok Masihul 1,184 28,658 24,204

3. Sipispis 334 7,514 22,497

4. Tebing Tinggi 515 11,180 21,708

5. Bandar Khalifah 46 1,022 22,217

6. Tanjung Beringin 4 87 21,75

7. Teluk Mengkudu 163 3,665 22,484

8. Sei Rampah 741 17,284 23,325

9. Perbaungan 12 275 22,916

10. Pantai Cermin 35 789 22,542

11. Silinda 6 132 22

12. Bintang Bayu 104 2,274 21,865

13. Serba Jadi 385 8,519 22,127

14. Tebing Syahbandar 720 16,037 22,273

15. Sei Bamban 60 1,333 22,216

17. Pegajahan 780 17,333 22,221

Jumlah 5,420 123,379 338,691

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai 2010

Dari tabel 2 dapat di kemukakan bahwa 4 Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai yang merupakan sentra produksi ubi kayu adalah: Dolok Masihul, Tebing Syahbandar, Sei Rampah dan Pegajahan.

Di kecamatan pegajahan khusunya di desa sukasari merupakan daerah yang masyarakatnya sebagian besar mengusahatanikan tanaman ubi kayu. Ini dikarenakan ubi kayu merupakan tanaman yang tidak sulit dalam pengelolaannya.


(20)

Namun, dalam kenyataannya para petani ubi kayu di Desa Sukasari juga mendapatkan berbagai kendala dalam usahatani ubi kayu ini yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas, antara lain: pertama, karena musim yang tidak menentu dengan curah hujan yang sangat tinggi dan kemarau yang panjang, yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman ubi kayu terhambat. Kedua, penggunaan input yang berpengaruh terhadap produksi.

Pada usahatani ubi kayu ini, input produksi yang digunakan antara lain adalah lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja. Lahan untuk pertumbuhan yang baik pada ubi kayu ini memerlukan tanah yang subur dan bertekstur gembur serta banyak mengandung bahan organik. Pemilihan bibit yang baik juga akan mempengaruhi produksi karena bibit yang baik akan lebih tahan terhadap penyakit dan hasilnya juga akan lebih baik. Pada saat ini petani ubi kayu di Desa Sukasari lebih banyak membuat bibit ubi kayu sendiri hal ini dilakukan untuk menghemat biaya pengeluaran dan yang dibuat oleh petani ini hasilnya juga sama baiknya dengan bibit yang dijual.

Selain bibit, para petani juga membutuhkan pupuk dan herbisida. Pupuk yang biasa digunakan antara lain urea, KCL, dan SP-36. Tanaman ubi kayu di Desa Sukasari sering terserang gulma sehingga untuk mengatasinya para petani menggunakan herbisida Rambo dan Bimastar untuk menghindari terjadinya penurunan produksi.

Selain itu banyak kendala yang dihadapi petani ubi kayu dalam mengelola tanamannya seperti kurangnya modal petani dalam membeli input produksi seperti pupuk dan herbisida. Berdasarkan keadaan ini peneliti ingin meneliti bagaimana tingkat pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani ubi kayu.


(21)

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh input produksi (luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja) terhadap produksi usahatani ubi kayu di daerah penelitian?

2. Bagaimana pengaruh input produksi (luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja) terhadap total biaya produksi usahatani ubi kayu di daerah penelitian?

3. Bagaimana tingkat pendapatan petani dari usahatani ubi kayu di daerah penelitian?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi bagaimana pengaruh input produksi (luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja) terhadap produksi usahatani ubi kayu di daerah penelitian.

2. Untuk mengidentifikasi bagaimana pengaruh input produksi (luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja) terhadap total biaya produksi usahatani ubi kayu di daerah penelitian.

3. Untuk mengidentifikasi bagaimana tingkat pendapatan petani dari usahatani ubi kayu di daerah penelitian.


(22)

1.4Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan dalam penggunaan input produksi terhadap pendapatan usahatani ubi kayu.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak – pihak lain yang berhubungan dengan penelitian ini.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Ubi kayu termasuk tanaman tropis yang berasal dari Brasil (Amerika Serikat). Mula-mula disebarkan ke Afrika, kemudian Madagaskar, India, Tiongkok, dan masuk ke Indonesia pada abad ke-18, tepatnya pada tahun 1982. Penyebaran tanaman singkong ke seluruh wilayah Indonesia dilakukan pada tahun 1914-1918. Pada saat itu, Indonesia dilanda krisis kekurangan pangan, dan singkong dijadikan sebagai alternatif pengganti makanan pokok. Pada tahun 1986, Indonesia menjadi negara penghasil ubi kayu terbesar ke-5 di dunia (Suprapti, Lies, 2005).

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz sin M. Utilissima Pohl.

Tanaman ubi kayu membutuhkan kondisi iklim panas dan lembab. Kondisi iklim yang ideal adalah daerah yang bersuhu minimum 100C, kelembapan udara (rH) 60% - 65% dengan curah hujan 700mm–1.500mm/tahun, tempatnya terbuka dan mendapat penyinaran matahari 10 jam/hari. Keadaan tanah yang


(24)

paling baik untuk tanaman ubi kayu adalah tanah berstruktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organic, aerasi dan draenasi baik, serta mempunyai pH tanah minimum 5. Tanaman ubi kayu toleran pada pH 4,5 – 8,0 tetapi yang paling baik adalah pada pH 5,8 (Rukmana, 1997).

Waktu panen ubi kayu yang paling tepat adalah saat karbohidrat per satuan luas tanah (hektar) mencapai kadar maksimal. Ciri-ciri ubi kayu yang sudah saatnya dipanen dan kadar karbohidrat/patinya maksimal adalah :

1. Pertumbuhan daun mulai berkurang

2. Warna daun mulai menguning dan banyak rontok

3. Um1ur tanaman telah mencapai 6 – 8 bulan (varietas genjah) atau 9 – 12 bulan (varietas dalam).

Penundaan panen ubi kayu sampai umur lebih dari 12 bulan dapat menurunkan kualitas ubi kayu. Makin tua umur tanaman ubi kayu, makin meningkat kadar air, tetapi kadar protein, tepung dan HCN nya turun secara drastic pada umur 13 bulan. Saat panen ubi kayu yang tepat dipengaruhi iklim, varietas, jarak tanam dan kesuburan tanah (Rukmana, 1997).

Tanaman ubi kayu banyak diperkebunan Indonesia, hampir di setiap daerah dijumpai tanaman ubi kayu. Sebab ubi kayu merupakan tanaman yang menghasilkan bahan makanan bagi kita dan banyak orang yang menyukainya. Lagi pula tidak hanya manusia, tetapi hewan pun sangat gemar akan makanan yang dihasilkan tanaman ubi kayu (Nuryani dan Soedjono 1994).

Ubi kayu yang berkadar sianida tinggi ditandai dengan rasa pahit, dan bila ubi di potong-potong warnanya berubah menjadi biru. Ubi kayu berkadar racun tinggi sebaiknya dibuat menjadi tepung tapioka. Metoda yang paling ampuh


(25)

untuk mengurangi kadar HCN sampai 85% adalah menumbuk kemudian mengeringkan ubi kayu tersebut (Rukmana, 1997).

2.2 Landasan Teori

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu dan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber tersebut menghasilkan pengeluaran yang tidak melebihi pemasukan (Soekartawi, 1995).

Sistem usahatani berhubungan dengan aktivitas produksi tanaman dengan spectrum yang sangat luas termasuk sistem pengelolaan tanah dan tanaman. Disamping itu, dapat memberikan kesempatan kepada keluarga petani untuk memperoleh kegiatan yang dapat digunakan sebagai pekerjaan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Sistem usahatani yang berkelanjutan dapat diukur berdasarkan keuntungan yang diperoleh dan resiko yang mungkin terjadi dapat ditekan seminimal mungkin (Sutanto, 2002).

Produksi usahatani mempergunakan masukan untuk menghasilkan keluaran. Masukan selalu mencakup tanah dan tenaga, untuk pertanian maju, masukan ini mencakup sarana produksi dan peralatan yang dibeli (Mosher, 1987).

Produksi merupakan hasil akhir dari prosesatau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input. Atau masukan untuk menghasilkan output


(26)

Proses produksi diartikan sebagai kaidah-kaidah atau yang dapat digunakan dalam sumber daya yang terbatas dalam proses produksi agar tercapai hasil maksimum. Ukuran dari terjadinya peningkatan produksi nasional adalah nilai pertumbuhan produksi hasil-hasil pertanian dalam harga konstan. Kemampuan tanaman memberikan hasil produksi ditentukan oleh bibit, iklim, dan lahan (Simanjuntak, 2004).

Faktor produksi adalah input produksi seperti, alam, tenaga kerja, modal, pengelolaan (manajemen) yang akan mempengaruhi produksi usaha tani ubi kayu. Faktor produksi alam dan tenaga kerja sering disebut faktor produksi primer, faktor produksi modal dan pengelolaan disebut faktor produksi sekunder. Ada literatur yang menambahkan faktor produksi teknologi sebagai faktor ke lima. Namun di sini dinyatakan bahwa faktor teknologi itu bukan terpisah, melainkan masuk ke masing-masing faktor produksi di atas. Maksudnya ada teknologi yang berhubungan dengan alam, ada teknologi tersendiri dalam tenaga kerja, dalam modal dan dalam manajemen. Dengan demikian faktor-faktor produksi tetap empat (Tarigan, 2007).

Istilah faktor produksi sering juga disebut dengan korbanan produksi, karena faktor produksi atau input tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produk. Macam faktor produksi atau input ini, berikut jumlah dan kuantitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena itu untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan produk (output). Hubungan antara input dan output ini disebut dengan faktor relationship. Dalam rumus matematis, faktor relationship ini ditulis dengan :


(27)

Dimana :

Y = Produk atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi, X, dan X = Faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y

Menurut Daniel (2002; 52), faktor produksi adalah faktor yang mutlak diperlukan dalam proses produksi terdiri dari 4 komponen yaitu tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen. Sedangkan sarana produksi adalah sarana yang dibutuhkan dalam proses produksi terdiri dari lahan, bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja.

Tanah serta alam sekitarnya dan tenaga kerja adalah faktor produksi asli. Sedangkan modal dan peralatan merupakan substitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja. Dengan modal dan peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat jauh lebih baik bagi manusia. Dengan modal dan peralatan penggunaan tanah dan tenaga kerja juga dapat dihemat (Suratiyah, 2006).

Menurut anjuran/literature Amri, 2011 menyatkan bahwa input produksi ubi kayu yaitu pupuk, tenaga kerja, dan obat-obatan secara terpisah benar-benar berpengaruh nyata terhadap hasil produksi ubi kayu. Produksi ubi kayu dapat dicapai secara optimal apabila penggunaan input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja sudah dilaksanakan dengan baik serta sesuai dengan sistem usahatani.

Menurut Soekartawi (2002) penyelesaian pengaruh antara Y dan X pada fungsi produksi linier adalah dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Secara matematik dapat ditulis sebagai berikut:


(28)

Pada regresi sederhana: Y = a + b1X1

Pada regresi berganda:

Y = a + b1X1 + b2X2 + ……….. + bnXn Dimana:

Y = Hasil produksi

X1, X2, …., Xn = Faktor produksi b1…bn = Koefisien Regresi

a = Intercept

Produktivitas pertanian meliputi pembibitan tanaman dalam produktivitas lahan. Produktivitas tanaman adalah totalitas hasil yang diperoleh tanaman dalam satu kali proses produksi. Produktivitas dilakukan oleh keunggulan bibit, dan metode budidaya seperti: pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, sistem pemasaran, dan sistem panen (Simanjuntak, 2004).

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh sedikit, contohnya pajak. Biaya untuk pajak akan tetap dibayar walaupun usahatani itu besar atau gagal sekalipun. Biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya sarana produksi. Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah dan sebagainya. Sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan produksi (Soerkartawi, 1996).


(29)

Total biaya produksi adalah penjumlahan dari biaya tetap (fixed cost) dengan biaya tidak tetap (variable cost), dan dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:

TC = FC + VC Keterangan:

TC = Total biaya (Rp) FC = Biaya tetap (Rp) VC = Biaya Variabel (Rp)

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :

TR = Y. Py Keterangan :

TR = Total penerimaan Py = Harga

Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani

Pendapatan dari usahatani adalah total penerimaan yang berasal dari nilai penjualan hasil ditambah dari hasil-hasil yang dipergunakan sendiri, dikurangi dengan total nilai pengeluaran yang terdiri dari : pengeluaran untuk input (benih, pupuk, pestisida, obat-obatan), pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga, pengeluaran pajak dan lain-lain (Hernanto, 1993).

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya, sehingga dapat ditulis dengan rumus :

Pd = TR - TC Keterangan :


(30)

Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya (Soekartawi, 2002).

2.2 Kerangka Pemikiran

Petani adalah orang yang menjalankan dan mengusahakan serta mengelola usahataninya. Usahatani yang diusahakan didaerah penelitian dalam hal ini adalah usahatani ubi kayu.

Usahatani adalah kombinasi dari faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal, dan keahlian) yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output.

Agar usahatani ubi kayu dapat berjalan sebagaimana mestinya maka dibutuhkan beberapa input produksi yang dapat menunjang kegiatan usahatani tersebut yang terdiri dari bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan lahan.

Biaya produksi yang dikeluarkan dalam suatu usahatani ubi kayu dalah biaya bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja yang mempengaruhi produksi yang diterima. Jumlah produksi yang dihasilkan petani akan mempengaruhi penerimaan petani. Besarnya produksi ditentukan oleh produktivitas petani yang merupakan jumlah produksi per satuan luas lahan.

Seorang petani di dalam menjalankan usahataninya harus memikirkan caranya agar dia dapat mengalokasikan input-input yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Penerimaan usahatani ubi kayu akan meningkat apabila penggunaan input produksi sudah dilakukan secara optimal. Penggunaan input produksi yang


(31)

optimal akan menghasilkan produksi yang maksimal, sehingga pendapatan bersih petani akan meningkat yang dihitung dari penerimaan dikurangi dengan total biaya produksi. Dari pendapatan bersih petani maka dapat diketahui berapa besar pengaruh input produksi terhadap pendapatan.

Dalam usahatani ubi kayu penggunaan input produksi dalam jumlah tertentu dihasilkan produksi ubi kayu. Setelah produksi dikalikan dengan harga output maka diperoleh penerimaan. Penerimaan setelah dikurangi biaya produksi diperoleh pendapatan bersih.

Untuk memudahkan pemahaman kerangka pemikiran, secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :


(32)

KERANGKA PEMIKIRAN

Keterangan : = mempengaruhi

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran PETANI

Input Produksi:

- Luas Lahan

- Bibit

- Pupuk

- Herbisida

- Tenaga kerja

USAHA TANI UBI KAYU

PRODUKSI

Total Biaya Produksi PENERIMAAN USAHA

TANI

PENDAPATAN


(33)

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori, maka hipotesis penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Penggunaan input produksi luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja, berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu di daerah penelitian. 2. Penggunaan input produksi luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga

kerja, berpengaruh nyata terhadap total biaya produksi ubi kayu di daerah penelitian.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) (Singarimbun, 1989), yaitu Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. Alasan penentuan dan penetapan daerah tersebut sebagai daerah penelitian karena desa Sukasari Kecamatan Pegajahan merupakan salah satu sentra produksi tanaman ubi kayu di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, dan dengan mempertimbangkan jarak, dan waktu ke daerah penelitian.

Tabel 3 di bawah ini menunjukkan tentang luas lahan, produksi dan produktivitas ubi kayu di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2010 dengan Kecamatan Pegajahan sebagai salah satu daerah penghasil ubi kayu terbesar di Kabupaten Serdang Bedagai.

Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

No Kecamatan Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

1. Kotarih 210 4,587 21,842

2. Dolok Masihul 1,184 28,658 24,204

3. Sipispis 334 7,514 22,497

4. Tebing Tinggi 515 11,180 21,708

5. Bandar Khalifah 46 1,022 22,217

6. Tanjung Beringin 4 87 21,75

7. Teluk Mengkudu 163 3,665 22,484

8. Sei Rampah 741 17,284 23,325

9. Perbaungan 12 275 22,916

10. Pantai Cermin 35 789 22,542

11. Silinda 6 132 22

12. Bintang Bayu 104 2,274 21,865

13. Serba Jadi 385 8,519 22,127

14. Tebing Syahbandar 720 16,037 22,273

15. Sei Bamban 60 1,333 22,216


(35)

Jumlah 5,420 123,379 338,691 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi petani yang mengusahakan ubi kayu di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai adalah 250 kk. Metode penentuan sampel di Desa Sukasari dilakukan secara metode acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 30, karena menurut Roscoe Ukuran sampel sebanyak 30 sudah dianggap layak dalam penelitian (Sugiyono, 2010: 131).

3.2Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai, Kantor Kecamatan Pegajahan dan Kantor Kepala Desa Sukasari.

3.4Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1, diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, yaitu regresi linier dimana sebuah variabel terikat (variabel Y) dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas (variabel X). Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan


(36)

tenaga kerja) terhadap variabel terikat yakni produksi digunakan analisis regresi linier berganda (Hasan, 2002).

Model regresi linier berganda yang digunakan adalah : Y = a+ b1 X1 + b2X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + u Keterangan:

Y = Produksi

a = Intercept atau konstanta X1 = Luas Lahan

X2 = Bibit X3 = Pupuk X4 = Herbisida X5 = Tenaga Kerja

b1…bn = Koefisien Regresi u = Faktor Pengganggu

Untuk menguji pengaruh variabel bebas (luas lahan, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja) secara serempak terhadap produksi, digunakan uji F dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika Fhitung≤ Ftabel : maka terima H0 atau tolak H1 Jika Fhitung > Ftabel : maka terima H1 atau tolak H0

Untuk menguji pengaruh variabel bebas (luas lahan, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja) secara parsial terhadap produksi, digunakan uji t dengan kriteria sebagai berikut:

Jika thitung≤ ttabel : maka terima H0 atau tolak H1 Jika thitung > ttabel : maka terima H1 atau tolak H0 (Gulo, 2002).


(37)

Untuk hipotesis 2, diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, yaitu regresi linier dimana sebuah variabel terikat (variabel Y) dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas (variabel X). Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja) terhadap variabel terikat yakni total biaya produksi digunakan analisis regresi linier berganda (Hasan, 2002).

Model regresi linier berganda yang digunakan adalah : Y = a+ b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + u Keterangan:

Y = Biaya produksi

a = Intercept atau konstanta X1 = Luas lahan

X2 = Bibit X3 = Pupuk X4 = Herbisida X5 = Tenaga kerja b1…bn = Koefisien Regresi u = Faktor Pengganggu

Untuk menguji pengaruh variabel bebas (luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja) secara serempak terhadap total biaya produksi, digunakan uji F dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika Fhitung≤ Ftabel : maka terima H0 atau tolak H1 Jika Fhitung > Ftabel : maka terima H1 atau tolak H0

Untuk menguji pengaruh variabel bebas (luas lahan, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja) secara parsial terhadap total biaya produksi, digunakan uji t dengan kriteria sebagai berikut:


(38)

Jika thitung≤ ttabel : maka terima H0 atau tolak H1 Jika thitung > ttabel : maka terima H1 atau tolak H0 (Gulo, 2002).

Untuk hipotesis 3, yaitu tingkat pendapatan petani dari usahatani ubi kayu dianalisis dengan menggunakan analisis pendapatan yaitu :

Pendapatan usahatani ubi kayu adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan dalam satu lahan, ditulis dengan rumus:

Pd = TR - TC

Dimana :

Pd = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total biaya (Rp)

Kriteria pengambilan keputusan : jika pendapatan > UMP, maka pendapatan tinggi.

Jika pendapatan < UMP, maka pendapatan rendah.


(39)

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

A.Defenisi

1. Usahatani ubi kayu adalah suatu kegiatan yang dijalankan petani dengan memanfaatkan input produksi yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan.

2. Petani sampel adalah orang yang melaksanakan dan mengolah usahatani ubi kayu pada sebidang tanah atau lahan.

3. Produksi adalah seluruh hasil usahatani dari seluruh tanaman dalam bentuk siap dijual.

4. Produktivitas adalah banyaknya produksi ubi kayu yang dapat dihasilkan oleh tanaman ubi kayu per satuan luas yang dinyatakan dalam ton/ha. 5. Komponen biaya produksi yaitu tenaga kerja, biaya penyusutan, pajak, dan

biaya sarana produksi seperti pupuk, obat-obatan pertanian dan alsintan yang dikorbankan selama satu tahun produksi yang dinilai dalam rupiah/tahun.

6. Input produksi adalah komponen utama yang mutlak harus diperlukan dalam melaksanakan proses produksi pada usahatani ubi kayu yang terdiri dari tenaga kerja,bibit, pupuk, dan obat-obatan.

7. Penerimaan usahatani adalah total produksi dikalikan dengan harga jual petani yang dinilai dengan rupiah.

8. Total pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu tahun.


(40)

9. Upah minimum provinsi (UMP) adalah tingkat upah terendah yang telah ditetapkan provinsi.

B. Batasan Operasional

a) Penelitian ini dilakukan di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai.

b) Waktu penelitian adalah Tahun 2012. c) Sampel penelitian adalah petani ubi kayu.


(41)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTER PETANI SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Geografis, Batas, dan luas Wilayah Desa Penelitian Desa Sukasari di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara berada pada ketinggian 10-20 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 29°C-30°C. Luas wilayah Desa Sukasari adalah 1.150 Ha dan berjarak 5 km dari kota Kecamatan,25 km dari kota Kabupaten dan 50 km dari kota Propinsi. Gambaran batas wilayah daerah penelitian dapat dilihat

dibawah ini.

Utara : Desa Pegajahan Kec. Pegajahan Selatan : Desa Bah Sidua-dua Kec. Serbajadi

Barat : Perkampungan R. Sialang Kec. Sei Rampah Timur : Desa Bingkat/ Desa T.Putus Kec. Pegajahan 4.2. Tata Guna Tanah

4.2.1.Tata Guna Tanah Desa Sukasari

Pola penggunaan tanah Desa Sukasari secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel.1 Keadaan Tata Guna Tanah


(42)

1 2 3 4 5 Tanah Sawah Tanah Ladang Tanah Perkebunan Tanah Pemukiman Tanah Fasilitas Umum

- 358 400 390 2 31,13 34,78 33.91 0,17

Jumlah 1150

Sumber: Data Monografi Desa 2011

Tabel 1 menunjukkan bahwa keadaan tata guna tanah di Desa Sukasari adalah untuk perkebunan yaitu 400 Ha (34,78 %).Keadaan ini menunjukkan banyak nya lahan-lahan perkebunan di desa ini.

4.3 Keadaan Penduduk

4.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk Desa Sukasari berjumlah 4.144 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.125 KK. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase

1 2 Laki-laki Perempuan 2022 2122 48,8 51,2

Jumlah 4144 100

Sumber: Data Monografi Desa 2011

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan yaitu perempuan sebanyak 2122 jiwa dengan persentase 51,5% sedangkan perempuan sebanyak 2022 jiwa dengan persentase 48,7 %.


(43)

Sebagian besar mata pencarian masyarakat di Desa Sukasari adalah dalambidang pertanian. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut MataPencarian

No Lapangan Pekerjaan Jumlah Jiwa Persentase

1 2 3 4 5 6 Karyawan Perkebunan PNS Pedagang Petani Buruh tani Tukang 55 15 100 724 210 20 4,9 1,4 8,8 64,4 18,7 1,8

Jumlah 1124 100

Sumber: Data Monografi Desa 2011

Tabel diatas menunjukkan bahwa komposisi penduduk terbesar berdasarkan mata pencarian di Desa Sukasari. Sebesar 724 jiwa dengan persentase sebesar 64,4% dan mata pencarian terkecil adalah PNS (Pegawai Negeri Sipil) sebesar 15 orang dengan persentase 1,4%.

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan suatu desa. Semakin baik sarana dan prasarana penduduk maka akan mempercepat laju perkembangan desa tersebut. Tabel 4 berikut akan menjelaskan tentang sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Sukasari.

Tabel 4. Distribusi Sarana dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1 2 TK SD-Madrasah ibtidayah 2 2


(44)

3 4 5 6 7 8 9 10 SLTP SLTA Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Posyandu Mesjid Musholla Gereja 1 2 1 4 5 3 8 2

Jumlah 30

Sumber: Data Monografi Desa 2011

Dari keadaan sarana dan prasarana di Desa Sukasari dapat dikatakan bahwa jebutuhan masyarakat sudah terpenuhi baik di bidang pendidikan, keagamaan dan kesehatan. Kondisi jalan yang ada di Desa Sukasari cukup baik sehingga

memudahkan petani dalam mengangkut hasil panennya dan sarana transportsi juga cukup tersedia.

4.5. Karakteristik Petani Sampel

Petani sampel yang dimaksud disini adalah seluruh petani ubi kayu yang mengusahakan tanaman ubi kayu dengan luas lahan ≤ 1 Ha yang berada di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai.

4.5.1.Umur

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan dalam melaksanakan kegiatan usaha tani nya. Semakin tua umur petani kecenderungan kemampuan kerja semakin menurun, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan yang diperoleh. Hal ini


(45)

karena pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan fisik. Keadaan umur petani responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5. Umur Petani Responden di Desa Sukasari berdasarkan tahun2011

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase(%)

1 2 3

20-40 41-49

≥50

10 19 1

33,3 63,3 3,3

Jumlah 30 100

Sumber. Analisis Data Primer, Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 5 persentase terbesar di daerah penelitian berada pada kisaran umur 41-49 sebanyak 19 orang dengan persentase sebesar 63,3% dan persentase terkecil berada pada kisaran umur ≥50 sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 3,3%. Artinya petani sampel di daerah penelitian berada pada usia yang produktif yang masih berpotensi dalam mengoptimalkan usaha taninya.

4.5.2. Pendidikan

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola ushatani. Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan usahataninya sangat erat dengan pendidikan formal. Karakteristik petani sampel dari segi pendidikan dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini :

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Sukasari Berdasarkan Tahun 2011


(46)

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase(%)

1 2 3 4

Pendidikan Dasar (SD)

Pendidikan Menegah Pertaman (SMP) Pendidikan Menegah Atas (SMA) Sarjana 3 10 16 1 10 33,3 53,3 3,3

Jumlah 30 100

Sumber. Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa rata-rata petani ubi kayu di daerah penelitian memiliki tingkat pendidikan menegah atas, yaitu sebanyak 16 orang dengan persentase sebesar 53,3 % sedangkan sisanya memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar, sekolah menegah pertama, dan sarjana.

4.5.3. Pengalaman Bertani

Faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usahatani adalah pengalaman bertani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka semakin baik pula pengelolaan usahataninya. Rata-rata pengalaman bertani petani responden tanaman ubi kayu dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini :

Tabel 7. Klasifikasi Petani Sampel berdasarkan Pengalaman Bertani di Desa Sukasari Berdasarkan Tahun 2011

No Pengalaman Bertani

(Tahun)

Jumlah (Jiwa) Persentase(%)

1 2 3 0-10 11-20 >20 16 9 5 53,3 30 16,6


(47)

Sumber. Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa persentase jumlah yang mempunyai pengalaman bertani paling besar di daerah penelitian berada pada kisaran 0-10 tahun sebanyak 16 orang dengan persentase sebesar 53,3% dan yang mempunyai pengalaman bertani paling kecil berada pada >20 tahun sebanyak 5 orang dengan persentase 16,6%. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani sangat bervariasi, sehingga masih ada pemula dan sebagian lagi sangat berpengalaman.

4.5.4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga pada petani sampel rata-rata 2,8 orang, interval 0-5 orang. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga pada petani sampel di daerah penelitian berkisar pada kelompok tanggungan 3-4 orang yaitu sebanyak 17 orang. Jumlah tanggungan keluarga petani sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Desa Sukasari Berdasarkan Tahun 2011

No Kelompok Jumlah Tanggungan (jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Persentase(%)

1 2 3

0-2 3-4

≥5

11 17 2

36,6 56,6 6,6

Jumlah 30 100


(48)

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa persentase jumlah tanggungan keluarga yang terbesar ada pada kelompok 3-4 orang sebanyak 17 orang dengan persentase sebesar 56,6% dan yang terkecil terdapat pada kelompok ≥5 orang sebanyak 2 orang dengan persentase 6,6%.

4.6. Penggunaaan Input Produksi di Daerah Penelitian

Ketersediaan input produksi di daerah penelitian secara tidak langsung ikut mempengaruhi tingkat produksi. Adapun input produksi yang dimaksud disini adalah lahan, bibit, pupuk, herbisida dan tenaga kerja. Secara keseluruhan input produksi cukup tersedia di daerah penelitian, dengan demikian cukup

memudahkan petani dalam menjalankan usahataninya. 4.6.1. Lahan

Ketersedian lahan di daerah penelitian cukup tersedia, dengan demikian pada petani dapat dengan mudah menjalankan usahataninya tanpa harus menyewa lahan dari orang lain. Adapun luas lahan rata-rata yang digunakan untuk usaha tani ubi kayu oleh petani sampel adalah sebesar 0,71 Ha.

4.6.2. Bibit

Bibit ubi kayu di daerah penelitian cukup tersedia. Petani sampel

menggunakan bibit dari hasil penanaman ubi kayu sebelumnya, sehingga petani sampel tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli bibit. Adapun jenis bibit ubi kayu yang biasa digunakan oleh petani sampel adalah ubi kayu Malaysia.

4.6.3. Pupuk

Pupuk dapat diperoleh petani dengan mudah di toko pertanian yang ada di daerah penelitan. Pupuk yang digunakan petani sampel antara lain: urea dengan


(49)

harga Rp 3.000/kg, KCl dengan harga Rp 6.000/kg, dan Sp-36 dengan harga Rp 3.000/kg.

4.6.4. Tenaga Kerja

Tanaga kerja cukup tersedia di daerah penelitian. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga biasanya diambil dari penduduk setempat. Upah tenaga kerja untuk pengolahan lahan, penanaman dan pemupukan adalah Rp 15.000/ra, upah tenaga kerja untuk penyemprotan adalah Rp 40.000/hari, dan upah tenaga kerja untuk pemanenan adalah Rp 40/kg dari hasil panen yang diperoleh.

4.6.5. Herbisida

Tanaman harus di jaga dari serangan hama dan penyakit karena dapat mempengaruhi naik turunya produksi sehingga dalam mencegah serangan hama dan penyakit maka harus dilakukan pencegahan dengan cara menyemprotkan obat-obatan. Pada daerah penelitan petani sampel hanya menggunakan pestisida jenis hebisida karena tanaman ubi kayu merupakan tanaman yang jarang terserang hama dan penyakit. Adapun herbisida yang digunakan di daerah penelitian adalah Rambo dengan harga Rp 45.000/liter dan Bimastar dengan harga Rp 35.000/liter. 4.7. Rata-rata Penggunaaan Input Produksi Pada Usahatani Ubi Kayu

Input produksi yang digunakan dalam usahatani ubi kayu di daerah penelitan ini terdiri dari lahan, bibit, pupuk, herbisida dan tenaga kerja. Besarnya penggunaan dari masing-masing input produksi ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 9. Rata-rata Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Ubi Kayu di Daerah Penelitian per Musim Tanam Tahun 2011.


(50)

NO Jenis Input Produksi Jumlah Rata-rata Pengguanaan Input

Produksi

Harga Rata-rata Input Produksi 1 2 3 4 5 6 8 9 Lahan (Ha) Bibit (Batang) Pupuk Urea (kg) Pupuk KCl (kg) Pupuk Sp-36 (kg) Rambo (liter) Bimastar (liter) Tenaga Kerja (HKO)

0,71 12.155 184,50 71,50 112,67 1,68 0,78 16,2 0 0 553.500 429.000 338.000 75.750 27.416,67 1.921.500

Sumber : Analisis data primer lampiran 1, 2, 3, 4, 5

Dari tabel 9 dapat dilihat besarnya rata-rata penggunaan input produksi dan harga input produksi yang paling besar adalah tenaga kerja dengan harga rata-rata Rp 1.921.500

4.7.1. Pengguanaan Lahan

Lahan yang digunakan petani di daerah penelitian adalah lahan milik sendiri. Adapun rata-rata penggunaan lahan di daerah penelitian adalah 0,71 Ha dengan rentang antara 0,4 sampai dengan 1 Ha.

Dalam usahatani, luas lahan akan menntukan besar kecilnya produksi, disamping kesuburan tanah, penerapan teknologi baru yang lebih baik, pengelolaan usahatani dan status kepemilikan lahan.


(51)

Rata-tata penggunaan bibit usahatani ubi kayu dalam satu musim tanam di daerah penelitian adalah sebanyak 9.533,33 batang dengan rentang 7.800 sampai dengan 22.000 batang. Bibit yang digunakan adalah bibit yang diambil dari penanaman ubi kayu sebelumnya sehingga tidak diperlukan biaya untuk membeli bibit.

4.7.3. Penggunaan Pupuk

Pupuk sangat berperan penting dalam usahatani ubi kayu di daerah penelitian. Pupuk yang digunakan pada usahatani ubi kayu adalah pupuk Urea, KCl, dan Sp-36. Pada saat ubi kayu berumur 3 bulan di berikan pupuk Urea, dan KCl, kemudian pada saat ubi kayu berumur 6 bulan pupuk yang digunakan adalah SP-36. Besar rata-rata pemberian pupuk Urea dalam satu kali musim tanam adalah sebesar 184,50 kg dengan rentang 100 sampai 380 kg, pupuk KCl sebesar 71,50 kg dengan rentang 40 sampai 100 kg, dan pupuk SP-36 sebesar 112,67 kg dengan rentang 50 sampai 170 kg. Harga pupuk-pupuk tersebut di daerah

penelitian adalah sebagai berikut, pupuk urea dan Sp-36 sebesar Rp 3.000 per kilogram, pupuk KCl sebesar Rp 6.000 per kilogram.

4.7.4. Penggunaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam usahatani ubi kayu di daerah penelitian berasal dari dalam dan luar kelurga. Untuk penyemprotan harga tenaga kerja dinilai

berdasarkan upah per hari orang kerja saat penelitian dilakukan dan dinyatakan dalam Rupiah per HKO, sedangkan untuk pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, dan pemanenan dilakukan dengan sistem borongan.

Biaya tenaga kerja tersebut dibayar dengan upah Rp 15.000 per rantai untuk pengolahan lahan, penanaman, dan pemupukan. Untuk penyemprotan upah


(52)

tenaga kerja sebesar Rp 40.000. per hari. Dan untuk pemanenan upah tenaga kerja sebesar Rp 40 per kilogram dari hasil panen yang diperoleh. Untuk melihat besarnya penggunaan tenaga kerja dalam setiap proses produksi dalam satu musim tanam dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Pengguanaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Ubi Kayu di Daerah Penelitian per Musim Tanam Tahun 2011.

No Jenis Kegiatan Penggunaan Tenaga Kerja (HKO) Total

Dalam Keluarga Luar Keluarga

1 2 3 4 5 Pengolahan Lahan Penanaman Pemupukan Pengendalian gulma Panen 0 5 6 4 0 30 89 108 75 169 30 94 114 79 169

Total 15 471 486

Sumber : Data diolah, Lampiran 5

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa besarnya penggunaan tenaga kerja pada usahatani ubi kayu yang terdiri dari dalam keluarga sebanyak 15 HKO atau 3,09% dan dari luar keluarga sebanyak 471 HKO atau 96,91%. Penggunaan tenaga kerja terbesar terbesar terdapat pada kegiatan pemanenan yaitu sebanyak 169 HKO atau 34,78% dan yang terkecil terdapat pada kegiatan pengolahan lahan yaitu

sebanyak 30 HKO atau 6,17%.

4.7.5. Penggunaan Herbisida

Penggunaan herbisida adalah untuk membasmi gulma pada tanaman yang menyerang areal tanaman ubi kayu. Herbisida yang digunakan adalah Rambo dan


(53)

Bimastar. Rata-rata penggunaan Rambo dalam satu musim tanam sebesar 1,68 l dengan rentang 1 l sampai dengan 3 l dan Bimastar sebesar 0,78 l dengan rentang 0,5 l sampai dengan 1 l. Harga herbisida yang digunakan adalah Rambo Rp. 45.000 per liter dan Bimastar Rp. 35.000 per liter.


(54)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Input Produksi Terhadap Hasil Produksi Usahatani Ubi Kayu Input Produksi adalah komponen utama yang mutlak harus diperlukan dalam melaksanakan proses produksi untuk menghasilkan barang. Di daerah penelitian, digunakan berbagai input produksi untuk menunjang kegiatan usahatani ubi kayu. Input-input produksi tersebut antara lain luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja. Tujuan penulis adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh input produksi terhadap besarnya hasil produksi dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda.

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam model penduga variabel yang tidak bebas yaitu produksi ubi kayu (Y), dan variabel-variabel bebas yang diduga mempengaruhi produksi ubi kayu (X) yang terdiri dari luas lahan (X1), bibit (X2), pupuk (X3), herbisida (X4), dan tenaga kerja (X5).

Dari data penelitian yang dilakukan di lapangan dan telah diolah dengan menggunakan SPSS didapat hasil pada tabel 11 berikut :

Tabel 11. Hasil Analisis Fungsi Produksi Ubi kayu

Variabel Koefisien Regresi thitung Sig.

Konstanta 1133,120 0,772

Luas Lahan (Ha) 35108,553 12,770 *

Bibit (batang) 0,096 0,679 **

Pupuk (kg) 15,019 2,328 *


(55)

Tenaga Kerja (HKO) -225,029 -2,033 **

R2 = 0,984 Keterangan : Nyata pada α 0,05

R = 0,992 * = Nyata

** = Tidak Nyata

Sumber : Data diolah, lampiran 6

Berdasarkan tabel 10 diatas, maka dibuatlah model fungsi produksi pada usahatani ubi kayu, yaitu :

Y = 1133,120 + 35108,553 X1 + 0,096 X2 + 15,019 X3 – 1373,013 X4 - 225,029 X5 Untuk nilai koefisien regresi X1 (luas lahan) yang menunjukan besaran yaitu sebesar 35108,553 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan luas lahan sebesar 1 Ha dengan input-input lainnya dianggap konstan maka produksi rata-rata ubi kayu akan meningkat sebesar 35108,553 kg.

Untuk nilai koefisien regresi X2 (bibit) yang menunjukan besaran yaitu sebesar 0,096 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan bibit sebesar 1 batang dengan input-input lainnya dianggap konstan maka produksi rata-rata ubi kayu akan meningkat sebesar 0,096 kg.

Untuk nilai koefisien regresi X3 (pupuk) yang menunjukan besaran yaitu sebesar 15,019 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan pupuk sebesar 1 kg dengan input-input lainnya dianggap konstan maka produksi rata-rata ubi kayu akan meningkat sebesar 15,019 kg.

Untuk nilai koefisien regresi X4 (herbisida) yang menunjukan besaran yaitu sebesar -1373,013 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan

herbisida sebesar 1 l dengan input-input lainnya dianggap konstan maka produksi rata-rata ubi kayu akan menurun sebesar 1373,013 kg.


(56)

Untuk nilai koefisien regresi X5 (tenaga kerja) yang menunjukan besaran yaitu sebesar -225,029 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1 HKO dengan input-input lainnya dianggap konstan maka produksi rata-rata ubi kayu akan menurun sebesar 225,029 kg.

5.1.1. Secara Serempak

Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan input terhadap produksi ubi kayu secara serempak terhadap produksi, maka digunakan uji F. dari hasil SPSS telah didapat bahwa Fhitung yang diperoleh sebesar 294,238 dan juga dilihat Ftabel (0,05,5,24) sebesar 2,62. Dari nilai tersebut dapat kita perhatikan bahwa nilai Fhitung (294,238) > Ftabel (2,62). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 1, yang menyatakan bahwa “faktor luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja mempengaruhi produksi usahatani ubi kayu di daerah penelitian” secara serempak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi ubi kayu diterima.

5.1.2. Secara Parsial

Kemudian untuk melihat hubungan antara input produksi secara parsial (masing-masing) terhadap produksi ubi kayu, yaitu apakah ada pengaruh penggunaan input produksi secara parsial terhadap produksi ubi kayu, maka digunakan uji t. secara parsial variabel luas lahan (X1) berpengaruh nyata terhadap hasil produksi ubi kayu (Y), dimana thitung = 12,770 lebih besar dari pada ttabel (0,05:29) = 1,701.

Variabel bibit (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu (Y) dimana thitung = 0,679 lebih kecil dari pada ttabel (0,05:29) = 1,701. Hal ini dapat


(57)

disebabkan karena mutu bibit yang digunakan kurang baik atau kurang tepatnya perlakuan terhadap bibit yang digunakan.

Variabel pupuk (X3) berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu (Y) dimana thitung = 2,009 lebih besar dari pada ttabel (0,05:29) = 1,701.

Variabel herbisida (X4) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu (Y) dimana thitung = -2,579 lebih kecil dari pada ttabel (0,05:29) = 1,701. Hal ini dapat disebabkan karena pemberian herbisida yang tidak tepat guna.

Variabel tenaga kerja (X5) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu (Y) dimana thitung = -2,033 lebih kecil dari pada ttabel (0,05:29) = 1,701. Hal ini dapat disebabkan karena satuan yang digunakan adalah hari kerja orang (HKO) bukan hari kerja per jam (HKP). Petani di daerah penelitian menghitung upah untuk tenaga kerja yang digunakannya per rantai dengan sistem borongan. Sehingga dapat diketahui bahwa input tenaga kerja tidak begitu berpengaruh terhadap peningkatan produksi ubi kayu.

Dari Tabel 10 dapat kita lihat bahwa ada dua variabel yang memiliki nilai thitung > ttabel. Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa input produksi yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi adalah luas lahan, dan pupuk, sedangkan input lainnya yaitu bibit, herbisida dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu.

Untuk mengetahui sejauh mana persentase variasi produksi ubi kayu (Y) dapat ditentukan oleh input produksi (Xi), maka digunakanlah nilai koefisien determinasi (R2) = 0,984. Hal ini menyatakan bahwa 98,4% variasi produksi ditentukan oleh variabel faktor-faktor produksi, dan sisanya 1,6% ditentukan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Dan untuk mengetahui


(58)

keeratan antara variabel tidak bebas (Y) dan variabel bebas dapat dilihat bahwa besarnya nilai R adalah 0,992. Dari nilai ini dapat dikatakan bahwa variabel produksi ubi kayu (Y) memiliki keeratan hubungan dengan semua variabel bebasnya (Xi).

5.2. Pengaruh Input Produksi Terhadap Total Biaya Produksi Usahatani Ubi Kayu

Input Produksi adalah komponen utama yang mutlak harus diperlukan dalam melaksanakan proses produksi untuk menghasilkan barang. Di daerah penelitian, digunakan berbagai input produksi untuk menunjang kegiatan usahatani ubi kayu. Input-input produksi tersebut antara lain luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja. Tujuan penulis adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh input produksi terhadap total biaya produksi ubi kayu dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda.

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam model penduga variabel yang tidak bebas yaitu biaya produksi ubi kayu (Y), dan variabel-variabel bebas yang diduga mempengaruhi total biaya produksi ubi kayu (X) yang terdiri dari luas lahan (X1), bibit (X2), pupuk (X3), herbisida (X4), dan tenaga kerja (X5). Dari data penelitian yang dilakukan di lapangan dan telah diolah dengan menggunakan SPSS didapat hasil pada tabel 11 berikut :

Tabel 12. Hasil Analisis Fungsi Total Biaya Produksi Ubi kayu

Variabel Koefisien Regresi thitung Sig.

Konstanta 192659,330 1,951

Luas Lahan (Ha) 3165039,229 17,103 *


(59)

Pupuk (kg) 3593,995 8,277 *

Herbisida (l) -19559,804 -0,546 **

Tenaga Kerja (HKO) -5375,427 -0,721 **

R2 = 0,994 Keterangan : Nyata pada α 0,05

R = 0,997 * = Nyata

** = Tidak Nyata

Sumber : Analisis Data Primer, lampiran 7

Berdasarkan tabel 10 diatas, maka dibuatlah model fungsi total biaya produksi pada usahatani ubi kayu, yaitu :

Y = 192659,330 + 3165039,229 X1 - 13,434X2 + 3593,995 X3 – 19559,804 X4 -5375,427 X5.

Untuk nilai koefisien regresi X1 (luas lahan) yang menunjukan besaran yaitu 3.165.039,229 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan luas lahan sebesar 1 Ha dengan input-input lainnya dianggap konstan maka total biaya produksi rata-rata ubi kayu akan meningkat sebesar Rp 3.165.039,229 juta.

Untuk nilai koefisien regresi X2 (bibit) yang menunjukan besaran yaitu 13,434 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan bibit sebesar 1 batang dengan input-input lainnya dianggap konstan maka total biaya produksi rata-rata ubi kayu akan menurun sebesar Rp 13,434.

Untuk nilai koefisien regresi X3 (pupuk) yang menunjukan besaran yaitu 3.593,995 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan pupuk sebesar 1 kg dengan input-input lainnya dianggap konstan maka total biaya produksi rata-rata ubi kayu akan meningkat sebesar Rp 3593,995.

Untuk nilai koefisien regresi X4 (herbisida) yang menunjukan besaran yaitu -19.559,804 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan herbisida


(60)

sebesar 1 l dengan input-input lainnya dianggap konstan maka total biaya produksi rata-rata ubi kayu akan menurun sebesar Rp 19.559,804.

Untuk nilai koefisien regresi X5 (tenaga kerja) yang menunjukan besaran yaitu 5.375,427 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1 HKO dengan input-input lainnya dianggap konstan maka total biaya produksi rata-rata ubi kayu akan menurun sebesar 5.375,427.

5.1.1. Secara Serempak

Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan input produksi terhadap total biaya produksi ubi kayu secara serempak terhadap total biaya produksi, maka digunakan uji F. dari hasil SPSS telah didapat bahwa Fhitung yang diperoleh

sebesar 800,516 dan juga dilihat Ftabel (0,05,5,24) sebesar 2,62. Dari nilai tersebut dapat kita perhatikan bahwa nilai Fhitung (800,516) > Ftabel (2,62). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 1, yang menyatakan bahwa “faktor luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja mempengaruhi total biaya produksi usahatani ubi kayu di daerah penelitian” secara serempak berpengaruh nyata terhadap biaya produksi ubi kayu diterima.

5.1.2. Secara Parsial

Kemudian untuk melihat hubungan antara input produksi secara parsial (masing-masing) terhadap total biaya produksi ubi kayu, yaitu apakah ada

pengaruh penggunaan input produksi secara parsial terhadap total biaya produksi ubi kayu, maka digunakan uji t. secara parsial variabel luas lahan (X1)


(61)

berpengaruh nyata terhadap total biaya produksi ubi kayu (Y), dimana thitung = 17,103 lebih besar dari pada ttabel (0,05:29) = 1,701.

Variabel bibit (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap total biaya produksi ubi kayu (Y) dimana thitung = 1,402 lebih kecil dari pada ttabel (0,05:29) = 1,701. Hal ini dapat disebabkan karena petani ubi kayu tidak mengeluarkan biaya untuk membeli bibit ubi kayu. Sehingga dapat diketahui bahwa input produksi bibit tidak beerpengaruh terhadap total biaya produksi ubi kayu.

Variabel pupuk (X3) berpengaruh nyata terhadap total biaya produksi ubi kayu (Y) dimana thitung = 8,277 lebih besar dari pada ttabel (0,05:29) = 1,701.

Variabel herbisida (X4) tidak berpengaruh nyata terhadap total biaya produksi ubi kayu (Y) dimana thitung = -0,546 lebih kecil dari pada ttabel (0,05:29) = 1,701. Hal ini dapat disebabkan karena dosis pemberian herbisida yang tidak tepat guna.

Variabel tenaga kerja (X5) tidak berpengaruh nyata terhadap total biaya produksi ubi kayu (Y) dimana thitung = -0,721 lebih kecil dari pada ttabel (0,05:29) = 1,701. Hal ini dapat disebabkan karena pembayaran upah tenaga kerja di daerah penelitian dilakukan dengan sistem borongan.

Dari Tabel 10 dapat kita lihat bahwa ada dua variabel yang memiliki nilai thitung > ttabel. Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa input produksi yang berpengaruh nyata terhadap total biaya produksi ubi kayu adalah luas lahan, dan pupuk, sedangkan input lainnya yaitu bibit, herbisida, tenaga kerja tidak

berpengaruh nyata terhadap total biaya produksi ubi kayu.

Untuk mengetahui sejauh mana persentase variasi total biaya produksi ubi kayu (Y) dapat ditentukan oleh input produksi (Xi), maka digunakanlah nilai


(62)

koefisien determinasi (R2) = 0,994. Hal ini menyatakan bahwa 99,4% variasi biaya produksi ditentukan oleh variabel faktor-faktor produksi, dan sisanya 0,6% ditentukan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Dan untuk mengetahui keeratan antara variabel tidak bebas (Y) dan variabel bebas dapat dilihat bahwa besarnya nilai R adalah 0,997. Dari nilai ini dapat dikatakan bahwa variabel total biaya produksi ubi kayu (Y) memiliki keeratan hubungan dengan semua variabel bebasnya (Xi).

5.3. Tingkat Pendapatan Usahatani Ubi kayu

5.3.1. Analisis Pendapatan Usahatani Ubi kayu

Pendapatan bersih adalah hasil bersih yang diperoleh petani dari usahatani ubi kayu yang dinyatakan dalam rupiah, yang diperoleh dari selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi.

Komponen Biaya Tetap

Biaya produksi adalah seluruh biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani dalam melakukan usahataninya dalam memproduksi ubi kayu dalam satu kali musim tanam. Biaya tetap terdiri dari penyusutan peralatan dan PBB. Komponen biaya tetap yang dikeluarkan petani adalah sebagai berikut :

a. Biaya Penyusutan Peralatan

Biaya penyusutan peralatan alat-alat yang terdapat dalam penelitian ini adalah sprayer dan cangkul. Rata-rata penyusutan peralatan pada usahatani ubi kayu ini dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini :


(1)

Tohir, K.A, 1991.

Seuntai Pengetahuan Usahatani Indonesia

. Rineka Cipta,

Jakarta.


(2)

Lampiran 1. Karakteristik Petani Ubi Kayu Desa

Sukasari

No Sampel Umur Petani Tingat Pengalaman Luas Lahan Jumlah Status Lahan (Tahun) Pendidikan Bertani (Ha) Tanggungan

1 45 SMP 30 0,8 5 Milik Sendiri

2 42 SD 20 0,6 3 Milik Sendiri

3 47 SMA 10 0,48 4 Milik Sendiri

4 44 SMP 7 0,8 2 Milik Sendiri

5 43 SMP 5 0,6 4 Milik Sendiri

6 48 SMP 8 0,76 3 Milik Sendiri

7 45 SMA 10 0,8 2 Milik Sendiri

8 48 SMP 25 1 3 Milik Sendiri

9 40 SMA 10 1 3 Milik Sendiri

10 47 SMA 15 1 2 Milik Sendiri

11 49 SMA 32 0,4 1 Milik Sendiri

12 43 SMP 20 0,8 3 Milik Sendiri

13 45 SMA 14 1 3 Milik Sendiri

14 46 SD 10 0,48 4 Milik Sendiri

15 43 SMP 27 0,76 5 Milik Sendiri

16 35 SMA 5 0,48 3 Milik Sendiri

17 39 SMA 10 0,76 4 Milik Sendiri

18 40 SMA 14 0,8 2 Milik Sendiri

19 38 SMP 10 0,76 3 Milik Sendiri

20 38 SMP 8 0,8 4 Milik Sendiri

21 43 SMA 12 0,56 3 Milik Sendiri

22 42 SD 15 0,48 2 Milik Sendiri

23 25 SMP 2 0,8 0 Milik Sendiri

24 45 SMA 8 0,6 2 Milik Sendiri

25 39 SMA 8 0,76 2 Milik Sendiri

26 46 Sarjana 15 0,56 4 Milik Sendiri

27 24 SMA 2 0,48 1 Milik Sendiri

28 28 SMA 3 0,48 2 Milik Sendiri

29 52 SMA 25 0,76 3 Milik Sendiri

30 45 SMA 18 0,8 3 Milik Sendiri

Jumlah 1254 398 21,16 85


(3)

Lampiran 2. Jumlah Bibit Yang Digunakan Per Petani Per Tahun No Sampel Luas Lahan Jumlah Bibit Harga Bibit (Hektar) (Batang) (Rp/Batang)

1 0,8 12500 0

2 0,6 10700 0

3 0,48 8400 0

4 0,8 11500 0

5 0,6 10000 0

6 0,76 11650 0

7 0,8 12000 0

8 1 20500 0

9 1 20000 0

10 1 22000 0

11 0,4 7800 0

12 0,8 12000 0

13 1 20000 0

14 0,48 9000 0

15 0,76 12500 0

16 0,48 9500 0

17 0,76 11500 0

18 0,8 13000 0

19 0,76 11700 0

20 0,8 13500 0

21 0,56 10000 0

22 0,48 8500 0

23 0,8 12000 0

24 0,6 10800 0

25 0,76 11600 0

26 0,56 10000 0

27 0,48 9000 0

28 0,48 9500 0

29 0,76 11500 0

30 0,8 12000 0

Jumlah 21,16 364650 0

Rata-rata 0,71 12.155,00 0,00


(4)

No

Sampel

Luas

Lahan

Rambo

Bimastar

Total

Penggunaan

Total Biaya

(Ha)

Jumlah

(l)

Biaya (Rp)

Jumlah

(l)

Biaya (Rp)

Herbisida (l)

(Rp)

1

0,80

2,50

112500,00

0,63

21875,00

3,13

134375,00

2

0,60

1,67

75000,00

0,83

29166,67

2,50

104166,67

3

0,48

2,08

93750,00

1,04

36458,33

3,13

130208,33

4

0,80

1,88

84375,00

1,25

43750,00

3,13

128125,00

5

0,60

1,67

75000,00

0,83

29166,67

2,50

104166,67

6

0,76

1,97

88815,79

0,66

23026,32

2,63

111842,11

7

0,80

1,88

84375,00

1,25

43750,00

3,13

128125,00

8

1,00

3,00

135000,00

1,00

35000,00

4,00

170000,00

9

1,00

3,00

135000,00

1,00

35000,00

4,00

170000,00

10

1,00

3,00

135000,00

1,00

35000,00

4,00

170000,00

11

0,40

3,75

168750,00

1,25

43750,00

5,00

212500,00

12

0,80

2,50

112500,00

0,63

21875,00

3,13

134375,00

13

1,00

3,00

135000,00

0,50

17500,00

3,50

152500,00

14

0,48

4,17

187500,00

1,04

36458,33

5,21

223958,33

15

0,76

1,97

88815,79

1,32

46052,63

3,29

134868,42

16

0,48

4,17

187500,00

1,04

36458,33

5,21

223958,33

17

0,76

1,32

59210,53

1,32

46052,63

2,63

105263,16

18

0,80

2,50

112500,00

0,63

21875,00

3,13

134375,00

19

0,76

1,97

88815,79

1,32

46052,63

3,29

134868,42

20

0,80

1,88

84375,00

1,25

43750,00

3,13

128125,00

21

0,56

3,57

160714,29

0,89

31250,00

4,46

191964,29

22

0,48

4,17

187500,00

1,04

36458,33

5,21

223958,33

23

0,80

1,88

84375,00

1,25

43750,00

3,13

128125,00

24

0,60

1,67

75000,00

1,67

58333,33

3,33

133333,33

25

0,76

1,32

59210,53

1,32

46052,63

2,63

105263,16

26

0,56

1,79

80357,14

1,79

62500,00

3,57

142857,14

27

0,48

3,13

140625,00

2,08

72916,67

5,21

213541,67

28

0,48

2,08

93750,00

2,08

72916,67

4,17

166666,67

29

0,76

1,97

88815,79

1,32

46052,63

3,29

134868,42

30

0,80

1,88

84375,00

1,25

43750,00

3,13

128125,00

Total

21,16

73,30 3298505,64

34,46 1205997,81

107,76

4504503,45


(5)

Lampiran 8. Biaya Penyusutan Peralatan Per Petani Per Tahun

No Sampel Luas Lahan Jenis Peralatan

Total Biaya

(Ha) Sprayer Cangkul Penyusutan

Jumlah Harga/unit Umur Ekonomis Penyusutan Jumlah harga/unit

Umur

Ekonomis Penyusutan (Rp) (Unit) (Rp) (Tahun) (Rp) (Unit) (Rp) (Tahun) (Rp)

1 0,80 1 180.000 5 36.000 3 40.000 5 24.000 60.000

2 0,60 1 180.000 5 36.000 1 40.000 5 8.000 44.000

3 0,48 1 180.000 5 36.000 2 40.000 5 16.000 52.000

4 0,80 1 185.000 5 37.000 1 40.000 5 8.000 45.000

5 0,60 1 190.000 5 38.000 2 40.000 5 16.000 54.000

6 0,76 1 180.000 5 36.000 2 40.000 5 16.000 52.000

7 0,80 1 190.000 5 38.000 2 40.000 5 16.000 54.000

8 1,00 1 185.000 5 37.000 4 35.000 5 28.000 65.000

9 1,00 1 185.000 5 37.000 4 40.000 5 32.000 69.000

10 1,00 1 185.000 5 37.000 4 35.000 5 28.000 65.000

11 0,40 1 180.000 5 36.000 2 35.000 5 14.000 50.000

12 0,80 1 180.000 5 36.000 3 35.000 5 21.000 57.000

13 1,00 1 180.000 5 36.000 4 35.000 5 28.000 64.000

14 0,48 1 185.000 5 37.000 2 40.000 5 16.000 53.000

15 0,76 1 180.000 5 36.000 4 35.000 5 28.000 64.000

16 0,48 1 180.000 5 36.000 3 35.000 5 21.000 57.000

17 0,76 1 185.000 5 37.000 2 40.000 5 16.000 53.000

18 0,80 1 190.000 5 38.000 2 40.000 5 16.000 54.000

19 0,76 1 180.000 5 36.000 1 40.000 5 8.000 44.000

20 0,80 1 180.000 5 36.000 2 40.000 5 16.000 52.000

21 0,56 1 185.000 5 37.000 3 40.000 5 24.000 61.000

22 0,48 1 185.000 5 37.000 1 40.000 5 8.000 45.000

23 0,80 1 180.000 5 36.000 2 40.000 5 16.000 52.000

24 0,60 1 180.000 5 36.000 2 35.000 5 14.000 50.000

25 0,76 1 185.000 5 37.000 2 35.000 5 14.000 51.000

26 0,56 1 190.000 5 37.000 1 40.000 5 8.000 45.000

27 0,48 1 180.000 5 36.000 1 40.000 5 8.000 44.000

28 0,48 1 180.000 5 36.000 1 40.000 5 8.000 44.000

29 0,76 1 180.000 5 36.000 1 40.000 5 8.000 44.000

30 0,80 1 180.000 5 36.000 1 40.000 5 8.000 44.000

Total 21,16 30 5485000 150 1096000 65 1155000 150 492000 1588000 Rata-Rata 0,71 1 182833,33 5 36533,33 2,17 38500 5 16400,00 52933,33

Lampiran 10. Pendapatan Bersih Per Petani Per Tahun dan Pendapatan Bersih Per Petani Per

Bulan


(6)

No

Sampel

Luas Lahan Pendapatan Bersih

Pendapatan Bersih

Upah Minimum Provinsi

Tingkat Pendapatan

(Ha)

Per Petani Per Tahun (Rp)

Per Petani Per Bulan (Rp)

(UMP) (Rp)

1

0,8

17.852.500

1.487.708,34

1.200.000 Tinggi

2

0,6

13.823.500

1.151.958,34

1.200.000 Rendah

3

0,48

11.665.500

972.125

1.200.000 Rendah

4

0,8

16.502.500

1.375.208,34

1.200.000 Tinggi

5

0,6

13.468.500

1.122.375

1.200.000 Rendah

6

0,76

17.298.000

1.441.500

1.200.000 Tinggi

7

0,8

18.198.500

1.516.541,67

1.200.000 Tinggi

8

1

21.745.000

1.812.083,34

1.200.000 Tinggi

9

1

23.001.000

1.916.750

1.200.000 Tinggi

10

1

20.505.000

1.708.750

1.200.000 Tinggi

11

0,4

8.540.000

711.666,67

1.200.000 Rendah

12

0,8

17.135.500

1.427.958,34

1.200.000 Tinggi

13

1

23.183.500

1.931.958,34

1.200.000 Tinggi

14

0,48

10.489.500

874.125

1.200.000 Rendah

15

0,76

17.643.500

1.470.291,67

1.200.000 Tinggi

16

0,48

10.555.500

879.625

1.200.000 Rendah

17

0,76

17.680.000

1.473.333,34

1.200.000 Tinggi

18

0,8

18.150.500

1.512.541,67

1.200.000 Tinggi

19

0,76

17.818.500

1.484.875

1.200.000 Tinggi

20

0,8

17.440.500

1.453.375

1.200.000 Tinggi

21

0,56

12.161.500

1.013.458,34

1.200.000 Rendah

22

0,48

8.707.500

725.625

1.200.000 Rendah

23

0,8

18.005.500

1.500.458,34

1.200.000 Tinggi

24

0,6

13.830.000

1.152.500

1.200.000 Rendah

25

0,76

17.059.000

1.421.583,34

1.200.000 Tinggi

26

0,56

12.155.000

1.012.916,67

1.200.000 Rendah

27

0,48

10.578.500

881.541,67

1.200.000 Rendah

28

0,48

10.672.000

889.333,34

1.200.000 Rendah

29

0,76

17.800.500

1.483.375

1.200.000 Tinggi

30

0,8

18.040.500

1.503.375

1.200.000 Tinggi

Jumlah

16,4

471.707.000

39.308.917

36.000.000 Tinggi