Rancang Bangun Alat Pencacah Sampah Organik

LAMPIRAN
Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian

Mulai

Merancang bentuk alat

Menggambar dan
menentukan dimensi alat

Memilih bahan

Mengukur bahan yang
akan digunakan

Memotong bahan yang
digunakan sesuai dengan
dimensi pada gambar

Merangkai alat


Mengelas alat

Menggerinda permukaan
alat yang kasar

Mengecat alat

b

a

41

42

b

a

Menguji alat


Tidak

Layak?
Ya
Mengukur parameter

Data

Menganalisis data

Selesai

43

Lampiran 2. Perhitungan perencanaan daya motor alat pencacah sampah
organik
Perhitungan perencanaan daya :
A. Massa mata pisau pencacah
Diketahui : P = 14 cm

L=6

cm

T = 0,8 cm
� = 7800 kg/m3

Penyelesaian :
Massa pisau

= 0,14 m x 0,06 m x 0,008 m x 7800 kg/m3
= 0,524 kg

Mata pisau berjumlah 24 mata pisau sehingga total massa pisau menjadi
= 24 x 0,524 kg = 12,576 kg
F = m.g
= 12,576 kg x 9,8 m/s2
= 123,24 N
B. Massa poros pisau pencacah
Massa poros


= 6,09x10-4m3 x 7800 kg/m3
= 4,75 kg

F = m.g
= 4.75 kg x 9,8 m/s2
= 46,55 N
C. Massa kipas penghisap
Massa kipas

= 0,1246 m x 0,130 m x 0,002 m x 7800 kg/m3
= 0,25 kg

44

Kipas pengisap berjumlah 3 sehingga total massa menjadi
= 3 x 0,25 kg = 0,75 kg
F = m.g
= 0,75 kg x 9,8 kg/s2
= 7,35 N

D. Massa bahan sebesar 1 kg
F = m.g
= 1 kg x 9,8 m/s2
= 9,8 N
Jadi total gaya keseluruhan, F = 186,94 N
E. Kecepatan sudut (rad/s)
Diketahui : Kec. Putaran

= 1350 rpm

Jari-jari puli penggerak = 10,16 cm
2��
�=
60

2 x 3,14 x 1350
=
60

= 141,3 rad/s

F. Perhitungan daya
Diketahui: F = 186,95 N
R = 0,1016 m

�= 141,3 rad/s

P = F x�

=186,95 N x (141,3 rad/s x 0,1016 m)
= 2683,72 Nm/s

45

= 2683,72 Watt
P=

2,68372 KW
0,7457

= 3,59 HP

Berdasarkan perhitungan daya yang bekerja pada alat pencacah sampah
organik maka motor bensin yang digunakan pada penelitian ini adalah motor
bensin yang memiliki daya 5,5 HP. Alasan pemilihan motor bensin yang lebih
besar dayanya untuk mengantisipasi jika dibutuhkan daya yang lebih besar pada
saat proses produksi.

46

Lampiran 3. Gambar teknik mesin pencacah sampah organik

Skala 1:15

47

Skala 1:13

48

Skala 1:6


49

Skala 1:8

50

Skala 1:9

51

Skala 1:9

52

Skala 1:7

53

Lampiran 4. Gambar alat pencacah sampah organik


Tampak isometris

Tampak depan

Tampak belakang

54

Tampak samping

Tampak atas

55

Lampiran 5. Gambar hasil penelitian

Pelepah kelapa sawit

Hasil pencacahan ulangan I


Hasil pencacahan ulangan II

Hasil pencacahan ulangan III

56

Lampiran 6. Kapasitas efektif alatpencacah sampah organik pada pelepah
kelapa sawit.
Ulangan

Berat
(kg)

Panjang
(cm)

Waktu
(jam)

Berat hasil

cacah (kg)

1
2
3
Jumlah
Rata-rata

4
4
4
12
4

359
354
366
1079
359,66

0,0361
0,0366
0,0360
0,1087
0,0362

3,2
3,1
3,2
9,5
3,16

1. Kapasitas efektif alat (KEA)
KEA

=

Berat bahan (kg )

Waktu kerja (jam )

=

4 kg

0,0362 jam

= 110,39 kg/jam

Berat bahan
tertinggal
(kg)
0,750
0,650
0,600
2
0,666

Kapasitas
efektif alat
(kg/jam)
110,80
109,28
111,11
331,19
110,39

57

Lampiran 7. Rendemen alat pencacah sampah organik pada pelepah kelapa
sawit
Berat awal bahan
(kg)
4
4
4
12
4

Ulangan
1
2
3
Jumlah
Rata-rata

Rendemen

=

=

Bahan hasil cacah (kg )
Bahan awal (kg )
3,16 kg
4 kg

x100%

= 79,16 %

Berat hasil
cacahan (kg)
3,2
3,1
3,2
9,5
3,16

x100%

Rendemen (%)
80
77,5
80
237,5
79,16

58

Lampiran 8. Analisis ekonomi
1. Unsur produksi
1. Biaya pembuatan alat (P)

= Rp. 5.000.000

2. Umur ekonomi (n)

= 5 Tahun

3. Nilai akhir alat (S)

= Rp.500.000

4. Jam kerja

= 6jam/hari

5. Produksi/ jam

= 110,39kg/jam

6. Biaya operator

= Rp. 5.000/hari

7. Biaya bahan bakar

= Rp.14.016/jam

8. Biaya perbaikan

= Rp.972.000/tahun

9. Bunga modal dan asuransi

= Rp.225.000/tahun

10. Jam kerja alat per tahun

= 1.800 jam/tahun (asumsi 300 hari
efektif berdasarkan tahun 2015)

2. Perhitungan biaya produksi
a.

Biaya tetap (BT)
1. Biaya penyusutan metode sinking fund
Dn = (P-S) (A/F, i, N) (F/P, i, n-1)
dimana:
Dn = Biaya penyusutan pada tahun ke-n (Rp/tahun)
P

= Harga awal (Rp)

S

= Harga akhir, 10% dari harga awal (Rp)

N

= Perkiraan umur ekonomis (tahun)

n

= Tahun ke-n

i

= Tingkat bunga modal (%/tahun)

59

Tabel Perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund
Akhir
tahun ke
1
2
3
4
5

(P-S)
(Rp)
4.500.000
4.500.000
4.500.000
4.500.000
4.500.000

(A/F, 7,5%, 5)

(F/P, 7,5%, n-1)

0,1722
0,1722
0,1722
0,1722
0,1722

1,075
1,15563
1,2423
1,3355
1,4356

Dn
(Rp/thn)
833.017,5
895.497,687
962.658,27
1.034.878,95
1.112.446,44

2. Bunga modal dan asuransi
I

i(P)(N+1)

=

2N

dimana:
i

= Tingkat bunga modal dan asuransi (7,5% pertahun)

P

= Harga awal (Rp)

N

= Perkiraan umur ekonomis (tahun)

I

=

7,5% (Rp. 5.000.000)(5+1)
2(5)

= Rp. 225.000/tahun
3. Pajak
Pajak = 2% x P
dimana:
2% = Ketetapan nilai pajak
P

= Harga awal (Rp)

Pajak = 2% x Rp. 5.000.000
= Rp. 100.000/tahun
Total biaya tetap = Biaya penyusutan + bunga modal dan asuransi + pajak

60

Tabel Perhitungan biaya tetap tiap tahun
Dn
I
Tahun
(Rp)
(Rp/tahun)
1
225.000
833.017,5
2
225.000
895.497,687
3
225.000
962.658,27
4
225.000
1.034.878,95
5
225.000
1.112.446,44
b.

Pajak
(Rp/tahun)
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000

Biaya tetap
(Rp/tahun)
1.158.017,5
1.220.497,687
1.278.658,27
1.359.878,95
1.437.446,44

Biaya tidak tetap (BTT)
1. Biaya perbaikan dan pemeliharaan alat
1,2%

Ppa =

100

x

P -S
100 Jam

x Wt

dimana:
Ppa = Biaya perbaikan dan pemeliharaan alat pertahun (Rp/tahun)
P

= Harga awal alat (Rp)

S

= Harga akhir alat, 10% dari harga pembelian (Rp)

Wt = Jam kerja pertahun (Jam/tahun)
Ppa =

1,2%
100

x

Rp. 5.000.000 – Rp.500.000
100 Jam

x 1.800 Jam/tahun

= Rp. 972.000/tahun
2.

Biaya bahan bakar
Jumlah pemakaian bahan bakar 1,92 L/jam
Jumlah pemakaian 1 hari = 6 jam
Biaya bensin per tahun = 1,92 L/jam x 1.500 jam/tahun x Rp. 7.300/L
= Rp. 25.228.800/tahun

3. Biaya operator
BO = Wt x Uop

61

dimana:
Uop = Upah operator per jam (Rp/jam)
BO = Biaya operator pertahun (Rp/tahun)
Wt = Jam kerja per tahun (Jam/tahun)
Uop = Rp. 1.800 jam/tahun x Rp. 5.000/jam
= Rp. 9.000.000/tahun
Jumlah operator 2 orang = 2 x Rp. 9.000.000
= Rp. 18.000.000/tahun
Total biaya tidak tetap = Biaya perbaikan + biaya operator + biaya bahan bakar

= Rp. 972.000 + Rp. 18.000.000 + Rp. 25.228.800
= Rp. 44.200.800/tahun
c.

Biaya total
BT = Bt + Btt
dimana:
BT = Biaya total (Rp/tahun)
Bt = Biaya tetap (Rp/tahun)
Btt = Biaya tidak tetap (Rp/tahun)
Tahun

Biaya tetap
(Rp/tahun)
1.158.017,5
1.220.497,687
1.278.658,27
1.359.878,95
1.437.446,44

1
2
3
4
5
d.

Biaya tidak tetap
(Rp/tahun)
44.200.800
44.200.800
44.200.800
44.200.800
44.200.800

Biaya pokok pencacahan pada pelepah kelapa sawit
BP = [

BT
Wt x k

]

Biaya total
(Rp/tahun)
45.358.817,50
45.421.297,68
45.488.458,27
45.560.678,95
45.638.246,44

62

dimana:
BP = Biaya pokok (Rp/kg)
BT = Biaya total (Rp/tahun)
Wt = Jam kerja per tahun (Jam/tahun)
k

= Kapasitas kerja alat (kg/jam)

TabelPerhitungan biaya pokok tiap tahun
Tahun
Biaya total
Wt
(Rp/tahun)
(Jam/tahun)
1
45.358.817,50
1.800
2
45.421.297,68
1.800
3
45.488.458,27
1.800
4
45.560.678,95
1.800
5
45.638.246,44
1.800

k
(kg/jam)
110,39
110,39
110,39
110,39
110,39

BP
(Rp/kg)
228,275
228,590
228,928
229,291
229,681

63

Lampiran 9.Break even point

S

=

FC + P
SP - VC

dimana:
S

=

Sales variabel (produksi) (kg)

FC =

Fix cash (biaya tetap) per tahun (Rp)

P

Profit (keuntungan) (Rp) dianggap nol untuk mendapat titik impas.

=

VC =

Variabel cash (biaya tidak tetap) per unit produksi (Rp)

SP =

Selling per unit (penerimaan dari tiap unit produksi) (Rp)

Biaya tidak tetap

= Rp. 44.200.800/tahun
= Rp. 24.556/jam

Kapasitas produksi = 110,39 kg/jam
Maka, VC

= Rp. 24.556/jam : 110,39 kg/jam
= Rp. 222,447/kg

SP

= Rp. 300/kg (asumsi pengerjaan di lapangan)

P

= 0 (dianggap nol untuk mendapat titik impas)

TabelPerhitungan BEP
Tahun
FC
(Rp/tahun)
1
1.158.017,5
2
1.220.497,687
3
1.278.658,27
4
1.359.878,95
5
1.437.446,44

Sp
(Rp/kg)
300
300
300
300
300

Vc
(Rp/kg)
222,447
222,447
222,447
222,447
222,447

S
(kg/tahun)
14.931,940
15.737,594
16.603,590
17.534,833
18.535,020

Produksi mengalami titik impas (break even point) saat mesin menghasilkan
santan sebanyak:
Tahun 1

=

14.932 kg/tahun

Tahun 2

=

15.738 kg/tahun

64

Tahun 3

=

16.604 kg/tahun

Tahun 4

=

17.535 kg/tahun

Tahun 5

=

18.535 kg/tahun

65

Lampiran 10. Net present value
NPV = PWB - PWC
dimana:
PWB = Present worth of benefit
PWC = Present worth of cost
NPV > 0 artinya alat menguntungkan untuk digunakan/layak
NPV < 0 artinya alat tidak menguntungkan untuk digunakan
Maka,
Investasi

= Rp. 5.000.000

Nilai akhir

= Rp. 500.000

Suku bunga bank

= 7,5%

Suku bunga coba-coba

= 9,5%

Umur alat

= 5 tahun

Penerimaan dari tiap kg

= Rp. 300kg

Kapasitas alat

= 110,39 kg/jam

Penerimaan

= 110,39kg/jam x Rp. 300/kg
= Rp. 33.117/jam

Pendapatan

= Penerimaan× jam kerja per tahun
= Rp. 33.117/jam x 1.800 jam/tahun
= Rp.59.610.600/tahun

Pembiayaan

= BTT x Jam kerja per tahun
= Rp. 24.556/jam × 1.800 jam/tahun
= Rp. 44.200.800/tahun

66

PWB (present worth of benefit) 7,5%
Pendapatan

= Rp. 59.610.800/tahun (P/A, 7,5%, 5)
=Rp. 59.610.800/tahun(4,0459)
=Rp. 241.178.526,5

Nilai akhir

= Rp. 500.000 (P/F, 7,5%, 5)
=Rp. 500.000(0,6966)
=Rp. 348.300

PWB

= Rp. 241.178.526,5 + Rp. 348.300
= Rp. 241.526.826,5/tahun

PWC (present worth of cost) 7,5%
Investasi

= Rp. 5.000.000

Pembiayaan

= Rp. 44.200.800/tahun (P/A, 7,5%, 5)
=Rp. 44.200.800/tahun (4,0459)
=Rp. 178.832.016,7

PWC

= Rp. 5.000.000 +Rp. 178.832.016,7
= Rp. 183.832.016,7/tahun

NPV 7,5%

= PWB - PWC
= Rp. 241.526.826,5 - Rp. 183.832.016,7
= Rp. 57.694.809,8/tahun

PWB (present worth of benefit) 9,5%
Pendapatan

= Rp. 59.610.600/tahun (P/A, 9,5%, 5)
=Rp. 59.610.600/tahun(3,8397)
=Rp. 228.886.830,8/tahun

Nilai akhir

= Rp. 500.000 (P/F, 9,5%, 5)

67

=Rp. 500.000(0,6352)
=Rp. 317.600/tahun
PWB

= Rp. 228.886.830,8/tahun + Rp. 317.600/tahun
= Rp. 229.204.420,8/tahun

PWC (present worth of cost) 9,5%
Investasi

= Rp. 5.000.000

Pembiayaan

= Rp. 44.200.800/tahun (P/A, 9,5%, 5)
=Rp.44.200.800/tahun(3,8397)
=Rp. 169.717.811,8/tahun

PWC

= Rp. 5.000.000 + Rp. 169.717.811,8
= Rp. 174.717.811,8/tahun

NPV9,5%

= PWB - PWC
= Rp. 229.204.420,8 - Rp. 174.717.811,8
= Rp. 54.486.609/tahun

Jadi, besarnya NPV 7,5% adalah Rp.57.694.809,8/tahun dan NPV 9,5% adalah
Rp.54.486.609/tahun. Jadi nilai NPV dari alat ini > 0 maka mesin ini
layak/menguntungkan untuk digunakan.

68

Lampiran 11. Internal rate of return
Berdasarkan harga dari NPV=X (positif) atau NPV=Y (positif)
dihitunglah harga IRR dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
X

IRR = q% + X- Y X (q% - p%) (positif dan positif)
dimana:
p = suku bunga bank paling atraktif
q = suku bunga coba-coba ( > dari p)
X = NPV awal pada p
Y = NPV awal pada q
Suku bunga bank (p)

= 7,5%

Suku bunga coba-coba (q)

= 9,5%

Karena keduanya positif, maka digunakan persamaan
IRR

= q% +

X
X −Y

= 9,5% +

(q% - p%)
Rp. 57.694.809,8

Rp. 57.694.809,8 - Rp. 54.486.609

= 9,5 % + 17,98 (2%)
= 9,5 % + 35,96%
= 45,46%

(9,5% - 7,5%)

69

Lampiran 12. Tabel suku bunga
1. Tingkat suku bunga 7,5%

2. Tingkat suku bunga 9,5%

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Z. 2006. Elemen Mesin I. Refika Aditama. Bandung.
Arismunandar, W. dan Koichi T. 2004. Motor Diesel Putaran Tinggi. Pradnya
Paramita. Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional SNI 7580. 2010. Mesin Pencacah (Chopper) Bahan
Pupuk Organik-Syarat Mutu dan Metode Uji.
Daryanto. 1984. Dasar-dasar Teknik Mesin. Bina Aksara. Jakarta.
Daywin, F. J., R. G. Sitompul dan I. Hidayat. 2008. Mesin-Mesin Budidaya
Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Fauzi, Y., Y.E. Widiastuti, I. Satyawibawa dan R. Hartono, 2002. Kelapa Sawit;
Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analis Usaha dan Pemasaran.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Giatman, M. 2006. Ekonomi Teknik. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hardjosentono, M., Wijato, Elon. R., Badra I.W dan R. Dadang. 1996. MesinMesin Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Halim, A. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis: Kajian Dari Aspek
Keuangan. Graha Ilmu. Yogyakarta..
Intara Y.I., dan B. Dyah. 2012. Studi Sifat Fisik dan Mekanik Parenkhim Pelepah
Daun Kelapa Sawit Untuk Pemanfaatan sebagai Bahan Anyaman. Diakses
dari: http://pertanian.trunojoyo.ac.id/Jurnal-6.pdf. [26 Juni 2015].
Kastaman, R. 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya.
Mabie, H. H. danF. W. Ocvirk. 1967. Mechanics and Dinamycs of
Machinery.Jhon Wiley & Sons, Inc., New York.
Pasaribu, R. A., 1990. Sifat Kimia Kayu. Bogor, Balai penelitian Hasil Hutan.
Diakses dari: http://pertanian.trunojoyo.ac.id/Jurnal-6.pdf.[27 Juni 2015].
Rusadi, F. 2012. Evaluasi Teknis dan Ekonomi Mesin Pencacah Pelepah Kelapa
Sawit Rancangan BBP Mektan sebagai Bahan Baku Kompos. Diakses dari:
http://repository.unand.ac.id. [ 25 Juni 2015].
Septiadi, A., 2013. Rancang Bangun Mesin Pencacah Pelepah Sawit untuk Pakan
Ternak (Perawatan). Diakses dari: http://ssptpolsri-gdl-agungsepti-bab3.pdf.
[27 Juni 2015].

39

40

Smith, H. P., dan Wilkes, L.H. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. UGMPress. Yogyakarta.
Stolk, J. dan C. Kross. 1981. Elemen Mesin: Elemen Konstruksi dari Bangunan
Mesin. Penerjemah Handersin dan A. Rahmad, Erlangga. Jakarta.
Sukma, I.W.D., 2009. Spesifikasi Alat (Size Reduction). Diakses dari:
https://indrawibawads.files.wordpress.com/2012/01/-indra- unila.pdf. [26
Juni 2015].
Sularso dan K. Suga., 2002.Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin.Pradnya Paramita. Jakarta.
Suriadikarta, D.A. dan D. Setyorini, 2009. Baku Mutu Pupuk Organik. Diakses
dari: http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id. [27 juni 2015].
Unadi, A., 2003. Teknologi Alat dan Mesin untuk Agribisnis Peternakan di
Kawasan
Perkebunan
Sawit.
Diakses
dari:
http://peternakan.litbang.pertanian.go.id.pdf. [17 April 2015].
Waldiyono. 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2015 s/d Novvember 2015
di Laboratorium Keteknikan Pertanian Program Studi Keteknikan Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalahpelepah
kelapa sawit sebagai bahan yang akan dicacah,plat besi, besi siku,baut, mur, plat
baja, skrup, motor bakar, bensin, puli, sabuk V, cat dan thinner.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin las,
mesin bubut, mesin bor, mesin gerinda, gergaji besi, martil, kikir, obeng, meteran,
stopwatch, kalkulator dan komputer.
Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur
(kepustakaan), dan melakukan pengamatan tentang mesin pencacah sampah
organik. Selanjutnya dilakukan perancangan bentuk dan pembuatan (perangkaian)
komponen-komponen mesin pencacah sampah organik. Setelah itu, dilakukan
pengujian mesin dengan pengamatan parameter.
Komponen Alat
Alat pencacah sampah organik mempunyai beberapa bagian-bagian
penting yaitu:

23

24

1.

Kerangka alat
Kerangka alat ini berfungsi sebaga pendukung komponen lainnya, yang
terbuat dari besi UNP dan besi siku dengan dimensi575x550x560 dalam
satuan mm.

2.

Saluran masukan
Saluran masukan berbentuk trapesiumterbuat dari plat besi dengan ketebalan
3 mm yang berfungsi sebagai hopper pemasukan bahan.

3.

Puli
Puli merupakan komponen alat yang memutar motor yang digerakkan oleh
motor dengan ukuran 8 inci pada poros pisau pencacah dan 3 inci pada motor
bensin.

4.

Sabuk V
Sabuk V (V-Belt) merupakan komponen alat yang menghubungkan motor
dengan puli pisaupencacah, sabuk V yang digunakan adalah tipe A1.

5.

Motor bakar
Motor bakar berguna sebagai tenaga penggerak yang menggunakan bahan
bakar bensin yang memiliki daya sebesar 5,5HP.

6.

Pisau pencacah
Pisau pencacah ini berguna sebagai pisau untuk mencacah bahan yang
memiliki jumlah mata pisau sebanyak 24 buah dengan jarak antar pisau 350
mm.

25

7.

Saluran pengeluaran
Saluran ini berfungsi untuk menyalurkan bahan yang telah dicacah ke tempat
penampungan yang telah disediakan dengan panjang 275 mm dan lebar 140
mm.

8.

Tabung cacah
Merupakan tempat pisau pencacah untuk mencacah bahan yang dimasukan
dengan dimensi tabung berdiameter 360 mm dan panjang 490 mm.

Persiapan Penelitian
a. Pembuatan mesin
Adapun langkah-langkah dalam membuat mesin pencacah sampah organik
ini yaitu:
- Dirancang bentuk mesin pencacah sampah organik.
- Digambar serta ditentukan ukuran mesin.
- Dipilih bahan yang akan digunakan untuk membuat mesin pencacah sampah
organik.
- Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai
dengan ukuran yang telah ditentukan pada gambar teknik.
- Dipotong bahan sesuai ukuran.
- Dibentuk dan dilakukan pengelasan plat bahan untuk membentuk kerangka
mesin.
- Digerinda permukaan yang terlihat kasar karena bekas pengelasan.
- Dihubungkan komponen bahan yang telah dibuat sesuai dengan urutan
proses.

26

- Dilakukan

pengecetan

untuk

menambah

daya

tarik

mesin

dan

memperpanjang umur pemakaian.
- Dipasang sabuk V untuk menghubungkan motor dengan puli.
b. Persiapan bahan
- Disiapkan bahan (pelepah kelapa sawit) yang akan dicacah.
- Ditimbang bahan (pelepah kelapa sawit).
- Bahan siap dicacah menggunakan mesin pencacah sampah organik.
Prosedur Penelitian
1. Disiapkan bahan yang akan dicacah.
2. Ditimbang bahan yang akan dicacah.
3. Dihidupkan mesin pencacah.
4. Dimasukkan bahan di lubang pemasukan.
5. Ditampung bahan yang telah tercacah.
6. Dicatat waktu yang dibutuhkan mesin untuk mencacah bahan.
7. Dilakukan perlakuan sebanyak tiga kali pengulangan.
8. Didokumentasi proses pengerjaan.
9. Dilakukan pengamatan parameter.
Parameter Penelitian
1. Kapasitas efektif alat (kg/jam)
Kapasitas alat dilakukan dengan menghitung banyaknya bahan
yang telah tercacah (kg) tiap satuan waktu yang dibutuhkan selama proses
pencacahan(jam). Hal ini dapat dihitung menggunakan persamaan (4).

27

2. Rendemen (%)
Rendemen didapat dengan menghitung berat hasil setelah
pencetakandengan berat bahan sebelumnya. Rendemen biasanya dihitung
dalam satuan persen.Hal ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (5).
3. Analisis ekonomi
a. Biaya pencacahan
Perhitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya tetap dan
biaya tidak tetap, atau lebih dikenal dengan biaya pokok.
-

Biaya tetap
Biaya tetap terdiri dari:
1. Biaya penyusutan (metode sinking fund)
Hal ini dapat dihitung menggunakan persamaan (6)pada
tinjauan pustaka.
2. Biaya bunga modal dan asuransi
Hal ini dapat dihitung menggunakan persamaan (7) pada
tinjauan pustaka.

-

Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap terdiri dari:
1. Biaya karyawan/operator.
2. Biaya bahan bakar.
3. Biaya reperasimesin.

b. Break even point
Manfaat perhitungan titik impas (break even point) adalah untuk
mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan

28

agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini
income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional
tanpa adanya keuntungan. Hal ini dapat dihitung menggunakan persamaan
(8) pada tinjauan pustaka.
c. Net present value
Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan metode
analisis financial dengan kriteria investasi. Net present value adalah
kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk
diusahakan. Hal ini dapat dihitung menggunakan persamaan (9) pada
tinjauan pustaka, dengan kriteria :
-

NPV > 0, berarti usaha menguntungkan, layak untuk dilaksanakan dan
dikembangkan.

-

NPV 0, berarti investasi akan
menguntungkan.
Internal rate of return
Menurut Giatman (2006), yang menyatakan bahwa dengan menggunakan
metode IRR akan menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam
mengembalikan

modalnya

dan

seberapa

besar

pula

kewajiban

yang

harusdipenuhi. Hasil yang didapat dari perhitungan IRR adalah sebesar 45,46%
(Lampiran 11). Usaha ini layak dijalankan apabila bunga pinjaman bank tidak
melebihi 45,46%, jika bunga pinjaman di bank melebihi angka tersebut maka
usaha ini tidak layak lagi diusahakan. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank
maka keuntungan yang diperoleh dari usaha ini semakin kecil.

KESIMPULAN
1.

Mesin pencacah sampah organik dengan menggunakan pelepah kelapa sawit
sebagai bahan yang dicacah memiliki kapasitas efektif alat yaitu sebesar
110,39 kg/jam.

2.

Rendemen pencacahan pelepah kelapa sawit rata-rata pada mesin pencacah
sampah organiksebesar79,16%.

3.

Mesin pencacah sampah organik dengan menggunakan pelepah kelapa sawit
sebagai bahan yang dicacah ini memiliki biaya pokok sebesar Rp. 228,275/kg
untuk tahun pertama, Rp. 228,590/kg untuk tahun kedua, Rp. 228,928/kg
untuk tahun ketiga, Rp. 229,291/kg untuk tahun keempat, Rp. 229,681/kg
untuk tahun kelima.

4.

Mesin mencapai titikBreak Event Pointapabila telah mencacah pelepah
kelapa sawit sebanyak 14.931,940 kg pada tahun pertama, 15.737,594 kg
pada tahun kedua, 16.603,590 kg pada tahun ketiga, 17.534,833 kg pada
tahun keempat, 18.535,020 kg pada tahun kelima.

5.

Mesin layak digunakan/menguntungkan karena NPV yang dihasilkan > 0
yaitu sebesar Rp.57.694.809,8 per tahun dengan suku bunga yang digunakan
7,5% dan Rp. 54.486.609 per tahun dengan suku bunga coba-coba 9,5%.

6.

Internal rate of return pada alat ini adalah sebesar 45,46%.

Saran
1.

Perlu dilakukan pengujian terhadap diameter puli, baik puli pada poros pisau
pencacah maupun pada poros motor yang secara langsung mempengaruhi
kecepatan pencacahan.

37

38

2.

Perlu dilakukan pengujian dengan komodoti sampah organik lainnya yang
dapat dikelolah lebih lanjut.

3.

Pelu dilakukan modifikasi terhadap saluran pengeluaran hasil cacahan untuk
meningkatkan kapasitas kerja mesin.

TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa tanaman, hewan
atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos yang berbentuk
cair maupun padat. Pupuk organik bersifat bukly dengan kandungan hara makro
dan mikro rendah sehingga diperlukan dalam jumlah banyak. Keuntungan utama
menggunakan pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik
dan biologis tanah, selain sumber hara bagi tanaman.
Saat ini pembuatan pupuk organik banyak dilakukan dalam skala industri
karena minimnya tenaga kerja di pedesaan. Hanya sedikit petani yang dapat
memproduksi kompos untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagian petani membeli
kompos dari pabrik lokal maupun kompos impor. Pemakaian pupuk organik akan
semakin meningkat dari tahun ke tahun, maka sangat diperlukan regulasi atau
peraturan mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh pupuk organik agar
memberikan manfaat maksimal bagi pertumbuhan tanaman dan disisi lain tetap
menjaga kelestarian lingkungan (Suriadikarta dan Setyorini, 2009).
Pelepah Kelapa Sawit
Pangkal pelepah daun (petiole) adalahtempat duduknya helaian daun (leaf
let) dan terdiri dari rachis (basis foli), tangkai daun(petiole) dan duri (spine),
helaian anak daun (lamina), ujung daun (apex foli), lidi (nervatio),daun (margo
folii) dan daging daun (intervenium) (Fauzi, dkk., 2002).
Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk,
bersiripgenap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang

4

5

panjangnyamencapai lebih dari 7,5-9 meter. Jumlah anak daun disetiap pelepah
berkisar antara 250-400 helai, daun muda yang masih kuncup berwarna kuning
pucat. Pada tanah yang subur,daun cepat membuka sehingga makin efektif
melakukan fungsinya sebagai tempatberlangsungnyafotosintesis dan sebagai alat
respirasi. Semakin lama proses fotosintesisberlangsung, semakin banyak bahan
makanan yang dibentuk sehingga produksi akanmeningkat. Jumlah pelepah,
panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman. Tanaman
yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak. Begitupula
pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda
(Fauzi, dkk., 2002).
Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada
prinsipnyaterdapat 3 cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan
ternak yaitupengolahan menjadi silase, perlakuan NaOH dan pengolahan dengan
menggunakan uap.Untuk pelepah sawit, pengolahan yang paling efisien adalah
dengan membuat silase.Pengalaman peternak sapi di Malaysia pada usaha
penggemukan sapi dengan skala 1.500ekor, menggunakan komposisi makanan
campuran dengan perbandingan 50% pelepahkelapa sawit dan 50% konsentrat
(Fauzi, dkk., 2002).
Gaya potong pelepah kelapa sawit dapat dihitung dengan meletakkan
pisau diatas neraca (posisi tegak lurus terhadap neraca), kemudian pelepah
dipecutkan kearah pisau. Ketika pelepah terpotong, pada saat yang bersamaan
neraca akan menunjukkan berapa kg gaya potong maksimal yang terjadi. Hasil
dari percobaan gaya potong terhadap pelepah kelapa sawit sebanyak 5 kali
pengulangan diketahui gaya potong maksimal adalah 4,1 kg (Septiadi, 2013).

6

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap uji fisik dan mekanik
parenkim pelepah daun sawit, didapatkan bahwa pelepah kelapa sawit segar
memiliki sifat fisik dengan kadar air rata-rata 0,83%; berat jenis pelepah kelapa
sawit adalah 0,362 g/cm3; modulus elastisitas 11.345 kg/cm2; tegangan pada batas
proporsi 146,696 kg/cm2; tegangan maksimum 178,521 kg/cm2; daya lenting
0,165 kg.m; dan deformasi mulur 0,682 mm (Intara dan Dyah, 2012).
Berat jenis ini diduga sangat dipengaruhi oleh anatomi parenkim pelepah
sawit. Anatomi batang parenkim pelepah sawit secara makro terdiri dari dua
jaringan utama yaitu parenkim dasar dan pembuluh sangat mempengaruhi massa
bahan. Jika dihubungkan dengan komponen kimia yang terdapat didalam
parenkim pelepah sawit maka kandungan selulosa dan lignin berpengaruh
terhadap massa bahan. Kerapatan serat sangat ditentukan kandungan selulosa dan
lignin parenkim. Serat yang satu dengan serat yang lain diikat oleh lignin dalam
suatu ikatan yang kompak dan tersusun rapat pada batang parenkim pelepah sawit.
Semakin tinggi kandungan selulosa maka semakin tinggi ikatan mikrofilbil.
Semakin banyak ikatan mikrofibil semakin banyak serat-serat yang tersusun.
Akan tetapi yang paling berperan dalam membentuk suatu ikatan yang kompak
dan susunan yang rapat adalah kandungan lignin. Jadi secara tidak langsung berat
jenis dipengaruhi oleh kandungan selulosa dan lignin (Pasaribu, 1990).
Komponen Pembuatan Alat
Motor bakar
Motor penggerak adalah motor yang dapat mengubah tenaga panas hasil
dari suatu pembakaran menjadi tenaga mekanik. Motor penggerak dapat
dibedakan dalam 2 golongan, yaitu:

7

1. Motor dengan pembakaran diluar.
2. Motor dengan pembakaran didalam silinder.
(Hadjosentono, dkk., 1996).
Minyak bakar yang disemprotkan kedalam silinder berbentuk butir-butir
cairan yang halus. Oleh karena udara didalam silinder pada saat tersebut sudah
bertemperatur dan bertekanan tinggi maka butir-butir tersebut akan menguap.
Penguapan butir bahan bakar itu dimulai pada bagian permukaan luarnya, yaitu
bagian yang terpanas. Uap bahan bakar yang terjadi itu selanjutnya bercampur
dengan udara yang ada disekitarnya. Proses penguapan itu berlangsung terus
selama temperatur sekitarnya mencukupi (Arismunandar dan Koichi, 2004).
Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap
mesin.Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran
utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.Poros untuk meneruskan
daya diklasifikasikan menjadi poros transmisi(line shaft), spindle(spindle),
gandar(axle), poros (shaft) dan poros luwes (Achmad, 2006).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah poros,
yaitu:
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur.Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi
tegangan bila diameter poros diperkecil atau bila poros mempunyai alur pasak,
harus diperhatikan.Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk
menahan beban-beban di atasnya.

8

2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian
(pada mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu, disamping kekuatan
poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam
mesin yang akan dilayani poros tersebut.
3. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya.Putaran ini disebut putaran
kritis.Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian
lainnya.
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeler dan pompa
bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk poros-poros
yangterancam kavitasi, dan poros-poros mesin yang berhenti lama sampai batasbatas tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.
5. Bahan poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik
dingin dan difis, baja karbon konstruksi mesin yang dihasilkan dari baja yang dideokasi dengan ferrosilikon. Poros-poros yang dipakai untuk meneruskan putaran
tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari baja paduan dengan kulit yang sangat
tahan terhadap keausan seperti baja khrom nikel, baja khrom nikel molibden, baja
khrom dan baja khrom molibden (Sularso dan Suga, 2002).

9

Puli
Puli berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran yang dihasilkan dari
motor yang selanjutnya diteruskan lagi ke v-belt dan akan memutar poros. Puli
dibuat dari besi cor atau dari baja.Puli kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk
konstruksi ringan diterapkan puli dari paduan aluminium (Stolk dan Kros, 1981).
Untuk menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran
transmisi penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda
transmisi yang digerakkan dikalikan dengan diameternya.

SDpenggerak =SDyang digerakkan ...........................................................................(1)
dimana,
S = Kecepatan putar puli (rpm)
D = Diameter puli (mm)
(Smith dan Wilkes, 1990).
Sabuk V
Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.Sabuk V
dibelitkan di sekitar alur pulleyyang berbentuk V pula.Transmisi sabuk yang
bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah
harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan
putaran yang diinginkan. Kekurangan yang ada pada sabuk ini adalah
terjadinyaslip antara sabuk dan pulleysehingga tidak dapat dipakai untuk putaran
tetap atauperbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 1984).
Susunan khas sabuk V terdiri atas:
-

Bagian elasticyang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi

10

-

Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan
daya rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut

(Smith dan Wilkes, 1990).
Menurut

Smith

dan

Wilkes

(1990),

apabila

pemindahan

daya

menggunakan dua roda transisi, maka hubungan antara jarak kedua titik pusat
sumbu roda transisi dengan panjang sabuk dapat ditentukan dengan rumus:

L=2C+1,57(D+d)+

(D-d)
4C

2

....................................................................................(2)

dimana:
L = Panjang efektif sabuk (mm)
C = Jarak antara kedua sumbu roda transmisi (mm)
D = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (mm)
d

= Diameter luar efektif transmisi yang kecil (mm)

Bantalan
Bantalan

adalah

elemen

mesin

yang

mampu

menumpu

poros

berbeban,sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara
halus,aman dan tahan lama.Bantalan harus cukup kokoh untuk menghubungkan
porosserta elemen mesin lainnya agar bekerja dengan baik.Bantalan dapat
diklasifikasikan berdasarkan pada:
1. Gerakan bantalan terhadap poros
-

Bantalan luncur

-

Bantalan gelinding

2. Beban terhadap poros
- Bantalan radial

11

- Bantalan aksial
- Bantalan gelinding khusus
(Sularso dan Suga, 2002).
Pisau pencacah
Pisau pencacah pada alat ini berfungsi sebagai komponen pencacah yang
akan mengubah bentuk dan ukuran bahan yang akan dimasukkan ke dalam pisau
pencacah. Pisau pencacah ini memiliki jumlah pisau sebanyak 24 mata pisau yang
terbuat dari baja.Menurut Badan Standardisasi Nasional SNI 7580 (2010),
banyaknya jumlah pisau dibagi menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu: Kelas A≤ 15; Kelas
B 16-25; dan Kelas C 26-35.
Mekanisme Pembuatan Alat
Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan
dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan
sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin-mesin perkakas,
antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin
asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1984).
Sabuk V dibelitkan di sekeliling alur puli yang berbentuk V. Selain
koefisien gesek dan kekuatannya, harganya yang relatif murah membuat sabuk V
lebih sering dipakai (Sularso dan Suga, 2002).
Puli dapat dipasangkan antara lain secara vertikal, pemasangan puli
dilakukan secara tegak di mana letak pasangan puli adalah pada sumbu vertikal.
Pada pemasangan vertikal ini akanmengakibatkan getaran pada bagian mekanisme
serta penurunan umur sabuk (Mabie and Ocvirk, 1967).

12

Perlu diperhatikan dalam pembuatan alat pengolahan hasil pertanian
adalah bahan yang dipakai. Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan
peralatan usaha tani bergantung terutama pada macam dan kualitas bahan yang
digunakan untuk pembuatannya. Dalam pembuatannya terdapat kecenderungan
konstruksi peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan
mengganti dengan baja tekan atau baja cetak. Bilamana hal ini dilakukan dapat
menekan biaya membuat mesin dalam jumlah besar. Keberhasilan atau kegagalan
alat sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya.
Bahan

yang

digunakan

untuk

pembuatan

peralatan

usaha

tani

dapat

diklasifikasikan dalam logam dan bukan logam (Smith dan Wilkes, 1990).
Pengecilan Ukuran
Semua cara yang digunakan untuk memotong partikel zat padat dan
dipecahkan menjdi kepingan-kepingan yang lebih kecil dinamakan size reduction
atau pengecilan ukuran. Didalam industri pengolahan, zat padat diperkecil dengan
berbagai cara yang sesuai dengn tujuannya. Secara umum tujuan dari pengecilan
ukuran adalah:
1. Menghasilkan padatan dengan ukuran maupun spesifik permukaan tertentu,
2. Memecahkan bagian dari mineral atau kristal dari persenyawaan kimia yang
terpaut pada padatan.
Beberapa cara untuk memperkecil ukuran zat padat dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai cara, yaitu: kompresi (tekanan), impak (pukulan),
gesekan dan pemotongan/pencacahan (Sukma, 2009).
Hijauan

yang

telah

dicacah

memungkinkan

ternak

dapat

mengkonsumsi/mengunyah hijauan tersebut dengan lebih baik. Disamping itu

13

dalam proses pembuatan silase diperlukan hijauan yang telah tercacah agar
prosesnya berlangsung lebih cepat dan hasilnya lebih seragam. Alsin
memungkinkan pencacahan menjadi potongan-potongan secara seragam dengan
panjang potongan 2-5 cm (Unadi, 2003).
Prinsip Keja Mesin Pencacah Sampah Organik
Tujuan dari pencacahan adalah untuk menghasilkan ukuran bahan menjadi
lebih kecil sehingga dapatdigunakan sesuai dengan kebutuhan seperti untuk bahan
baku pembuatan pupuk dan untuk pakan ternak. Mesin pencacah sampah organik
merupakan salah satu mesin teknologi tepat guna untuk mencacah sampah organik
seperti rerumputan, dedaunan ataupun pelepah pepohonan. Prinsip kerja dari alat
tersebut yaitu rerumputan ataupun pelepah pepohonan yang telah dikumpulkan
dimasukkan kedalam saluran pemasukan. Selanjutnya, pisau pencacah yang di
dalam tabung akan mencacah bahan dan bahan akan keluar melalui lubang
keluaran dalam ukuran yang kecil.
Konsumsi Bahan Bakar
Pengamatan bahan bakar diperlukan untuk mengetahui berapa banyak
bahan bakar yang digunakan untuk mencacah caranya yaitu dengan mengisi
penuh tangki bahan bakar sebelum alat dioperasikan. Setelah alat selesai
dioperasikan, bahan bakar bensin diisi kembali sampai penuh dan dicacat
besarnya volume penambahan bahan bakar tersebut.Debit pemakaian bahan bakar
dapat dihitung dengan rumus:
Q=

60 × Volume
1000 × T

...................................................................................................... (3)

14

dimana:
Q

= debit pemakaian bahan bakar (liter/jam)

Vol

= volume pemakaian bahan bakar pada saat beroperasi (cm3)

T

= total operasional waktu alat pencacah (menit)

60

= konversi satuan 1 jam = 60 menit

1000

= konversi satuan 1 liter = 1000 cm3

(Rusadi, 2012).
Menurut Badan Standardisasi Nasional SNI 7580 (2010), persyaratan
untuk konsumsi bahan bakar (liter/jam pada mesin pencacah sampah organik,
yaitu: Kelas A < 2; Kelas B 2-3; dan Kelas C > 3.
Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian
Menurut Daywin, dkk., (2008), kapasitas kerja suatu alat atau mesin
didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu
produk (contoh: ha, kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja
dapat dokonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu
menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi:
Ha.jam/kW, kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis
sebagai berikut :
Kapasitas Alat =

Produk yang diolah
Waktu

...........…….........................…………..........(4)

Berdasarkan kapasitasnya, mesin pencacah sampah organik dibagi menjadi
3 (tiga) kelas, yaitu:
1.

Kelas A adalah mesin pencacah yang mempunyai kapasitas lebih kecil dari
600 kg/jam

15

2.

Kelas B adalah mesin pencacah yang mempunyai kapasitas 600 kg/jam
sampai dengan 1.500 kg/jam

3.

Kelas C adalah mesin pencacah yang mempunyai kapasitas lebih besar dari
1.500 kg/jam (BSN, 2010).

Rendemen
Rendemen

adalah

presentase

produk

yang

didapatkan

dengan

membandingkan berat awal bahan dengan berat akhirnya. Sehingga didapat
kehilangan berat proses pengolahan. Rendemen didapat dengan cara menimbang
berat akhir bahan yang dihasilkan dari proses dibandingkan dengan berat bahan
awal.
Rendemen =

Berat Bahan Yang Dihasilkan
Berat Bahan Baku

x 100% .......................................... (5)

Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan mesin ini. Dengan analisis ekonomi
dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan. Investasi di bidang mesin/alat dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan yang wajar, karena itu perlu dilakukan perhitungan biaya produksi.
Prestasi mesin/alat harus mengimbangi total biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Biaya pemakaian alat
Biaya pokok ialah biaya yang diperlukan suatu alat/mesin pertanian untuk
setiap unit produk dan diperlukan data kapasitas alat/mesin yang bersangkutan.
Biaya produksi atau biaya pokok adalah biaya dari tiga unsur biaya yaitu biaya
langsung, tenaga kerja langsung dan over head pabrik. Biaya-biaya ini secara

16

langsung berkaitan dengan biaya pembuatan produk secara fisik yang dikeluarkan
dalam rangka kegiatan proses produksi sehingga disebut juga dengan production
cost. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja
langsung, biaya bahan tak langsung, biaya tenaga kerja tak langsung, dan biaya
tak langsung lainnya. Ada dua kelompok biaya pemakaian alat atau mesin yang
umum dibicarakan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Jumlah biaya tetap
tidak dipengaruhi oleh jam kerja alsin, sedangkan biaya tidak tetap sangat
dipengaruhi oleh alat dan mesin (Giatman, 2006).
Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang selalu harus dikeluarkan tanpa
memandang aktivitas produksi yang sedang dilaksanakan dan tidak tergantung
pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan, misalnya: biaya penyusutan,
biaya pajak, dan lain-lain (Halim, 2009).
Sedangkan biaya tidak tetap (variable cost) yaitu biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan kegiatan produksi dan tergantung pada output yang
dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin
banyak bahan yang digunakan dan biaya yang digunakan akan semakin besarjuga,
misalnya: biaya perbaikan, pemebelian bahan, sewa alat, upah buruh, dan lain-lain
(Waldiyono, 2008).
a. Biaya tetap
Biaya tetap terdiri dari:
1. Biaya penyusutan (metode sinking fund)
Selama suatu alat dipakai harus dianggap nilainya berkurang
menyusut dan dibutuhkan suatu biaya untuk menutupnya yakni biaya
penyusutan. Maka, begitu alat tidak berdaya guna lagi saat itu pula sudah

17

tersedia biaya sebagai pengganti alat tersebut yang dikumpulkan selama
umur pemakaian alat. Penyusutan tidak selamanya bergantung pada umur
daya guna alat. Bisa pula terjadi akibat perubahan zaman, perubahan
keadaan pasar, dan hadirnya alat dengan teknologi terbaru yang lebih
ekonomis.
Menurut Waldiyono (2008), menyatakan bahwa salah satu cara
untuk

mengitung

biaya

penyusutan

yaitu

menggunakan

metode

penanaman dana (Singking fund methods). Dimana biaya penyusutan kecil
di awal dan sangat be