GERAKAN PETANI DI TANJUNG MORAWA TAHUN 1953.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada

Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh :

ZEIN HASANAH

NIM. 3123121067

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

ZEIN HASANAH, NIM 3123121067, GERAKAN PETANI DI TANJUNG MORAWA TAHUN 1953, SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap latar belakang, proses, dan dampak yang ditimbulkan dari gerakan petani di Tanjung Morawa tahun 1953.

Untuk memperoleh data tersebut, peneliti menggunakan dua metode penelitian, yaitu metode studi kepustakaan (Library Research) dan metode lapangan (Field Research).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gerakan Petani ini dilatarbelakangi karena adanya rasa ketidakpuasan rakyat terhadap sikap pemerintah yang ingin mengambil hak mengelolah tanah mereka sendiri. Walaupun pihak pemerintah telah mengajukan penawaran terhadap para petani yang tanahnya diambil kembali oleh pemerintah. Namun adanya pihak yang menghasut kaum petani untuk melakukan penolakan terhadap penawaran yang dilakukan oleh pemerintah. Maka dari itu terjadilah protes besar – besaran dari kaum petani. Pemerintah pun terpaksa melakukan pentraktoran untuk mengosongkan lahan konsesi, namun kaum petani yang telah bergabung dan dikoordinasi melakukan perlawanan untuk tetap mempertahankan tanah mereka. Dalam peristiwa tersebut jatuh 21 orang korban, 6 diantaranya tewas dalam peristiwa tersebut. Setelah peristiwa itu terjadi kondisi Tanjung Morawa khususnya Desa Perdamean sangat sunyi. Tidak ada masyarakat yang berani melawan aksi pemerintah setelah itu. Terutama warga keturunan Tionghoa, mereka membuat langkah mundur teratur agar tidak jatuh korban tebih banyak lagi. Dampak yang sangat dahsyat akibat dari peristiwa tersebut adalah jatuhnya Kabinet Wilopo. Hal ini dikarenakan pemerintah dianggap gagal dalam mengambil kebijakan agraria, sehingga adanya mosi tidak percaya dalam diri rakyat, dan hal ini juga tidak terlepas dari partai politik yang bergejolak pada masa itu.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt. Yang telah senantiasa memberikan berkah rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Penulis menyadari sepenuhnya keterbatasan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun dengan bantuan dan dukungan dari Bapak dan Ibu Dosen, Orang Tua, Saudara, Sahabat, serta rekan – rekan Mahasiswa, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:  Ayahanda Iwan Suprapto dan Ibunda Rita Kesumawati, yang selalu

mendukung penulis dengan kasih saying yang tulus, doa dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, serta banyak mengajarkan hal – hal yang tidak diketahui, dan menjadi semangat hidup bagi penulis.

 Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah yang telah banyak memberikan masukan, kritik, dan semangat yang sangat berarti bagi penulis.

 Bapak Syahrul Nizar Saragih, M. Hum, MA., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah yang telah banyak membantu kelengkapan administrasi penulis serta memberikan masukan dan kritik pada penulis.  Bapak Tappil Rambe, S.Pd, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi

penulis yang telah banyak mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga, serta literatur – literatur dalam upaya memberikan arahan, bimbingan, dan semangat yang sangat berarti bagi penulis.


(7)

 Bapak Ricu Sidiq, M.Pd., selaku Dosen pembimbing akademik penulis yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan masukan, kritik, serta semangat yang sangat berarti bagi penulis.

 Bapak Drs. Ponirin, M.Si., selaku dosen penguji ahli penulis yang telah banyak memberikan kritikan dan masukan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

 Bapak Dr. Hidayat, M.Si., selaku dosen penguji bebas penulis yang telah banyak memberikan masukan – masukan yang sangat membangun sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

 Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak membantu dalam memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis, dan membimbing penulis hingga sampai menyelesaikan perkuliahan dengan baik.

 Kakek Kasan yang sangat banyak memberikan informasi, pengetahuan, pembelajaran hidup, semangat, dan masukan yang sangat berarti bagi penulis.

 Bapak Wagio selaku Sekretaris Desa Pardamean yang telah banyak memberikan informasi, masukan, kritikan, dan semangat yang tidak henti

– hentinya selama penulis melakukan penelitian.

 Bapak Camat Tanjung Morawa beserta pegawai yang telah membantu penulis.

 Adik – adikku tercinta Fadilla Syari Zein dan Siti Fania Fitri Zein yang selalu membantu penulis dalam mengkritik dan memberikan masukan terhadap penulisan skripsi ini.


(8)

 Lelaki tersayang, Surya Setiawan, yang selalu menemani, memberikan dukungan, masukan, dan kritik yang sangat membangun dan menjadi penyemangat terbesar bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.  Sahabat yang sudah seperti saudara sendiri Neneng Sudarmi, Dyna

Ronauli Hutagaol, Dhiah Ristanti Handayani, Siti Mada Yusdina Lubis, dan Tria Devi Ayumi yang telah membantu penulis dalam memberikan masukan, kritik, serta tidak henti – hentinya memberikan semangat. Kalian luar biasa.

 Rekan – rekan seperjuangan kelas Reguler A stambuk 2012 Imam, Hendro, Niko, Wido, Wiranda, Arifin, Damson, Rioby, Bayu, Sarwendi, Jatmiko, Amliansyah, dwi Rizki, Ellanda, Lely, Susan, Frieda, Omy, Novika, Tria Anggiani, Yeni, Nurafni, Jelita, Lastrika, Desi, Yosepha, Cendana, Sister, Avedhita, Dewi, dan Eva. Terima kasih atas semangat yang telah kalian berikan. Sukses untuk kita semua kawan.

 Sahabat baru yang dipertemukan penulis saat menjalani PPLT Akma, Kiki, dan Anna. Kalian luar biasa cerewet dan cerdasnya. Bahagia bisa menjadi salah satu diantara kalian. Terima kasih support kalian selama ini.

Medan, Juli 2016 Penulis

Zein Hasanah (3123121067)


(9)

DAFTAR ISI

Abstrak ………. i

Kata Pengantar ……… ii

Daftar Isi ……….. v

BAB I Pendahuluan ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Identifikasi Masalah ………. 4

C. Pembatasan Masalah ………. 4

D. Perumusan Masalah ……….. 4

E. Tujuan Penelitian ………. 5

F. Manfaat Penelitian ……… 5

BAB II Kajian Pustaka ………...………. 7

A. Kerangka Konseptual ………..……… 8

1. Gerakan Sosial ………. 8

2. Gerakan Petani ………. 11

3. Tanjung Morawa ………. 13

4. Kerangka Berfikir ……… 16

BAB III Metodolosi Penelitian ………. 18

A. Metode Penelitian ……… 18

B. Lokasi Penelitian ………... 19


(10)

b. Lokasi Wawancara ... 19

C. Sumber Data ………... 19

D. Teknik Pengumpulan Data ………... 20

E. Teknik Analisis Data ………... 22

1. Pengumpulan Sumber (Heuristik) ... 22

2. Kritik Sumber ... 22

3. Interpretasi ... 23

4. Penulisan Sejarah (Historiografi) ... 23

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 24

A. Gambaran Utama Lokasi Penelitian ... 24

1. Profil Desa Perdamean Kecamatan Tanjung Morawa ... 24

2. Letak dan Geografis Desa Perdamean ... 25

a. Batas Wilayah ... 25

b. Kondisi Geografis ... 25

c. Pemerintahan ... 25

d. Penduduk ... 26

e. Pendidikan ... 26

f. Tenaga Kerja ... 27

g. Agama ... 27

B. Kondisi Kecamatan Tanjung Morawa sebelum Peristiwa Gerakan Petani Tahun 1953 ... 28

1. Politik ... 28

2. Tanah dan Pertanian ... 29

3. Sosial ... 31


(11)

1. Latar Belakang Terjadinya Gerakan Petani

di Tanjung Morawa tahun 1953 ……… 34

2. Faktor Terjadinya Gerakan Petani di Tanjung Morawa Tahun 1953 ………. 36

3. Proses Terjadinya Gerakan Petani di Tanjung Morawa tahun 1953 ... 37

4. Dampak yang Timbul Akibat Dari Gerakan Petani di Tanjung Morawa tahun 1953 ... 51

a. Dampak Gerakan Petani di Tanjung Morawa tahun 1953 dalam Skala Lokal ... 51

b. Dampak Gerakan Petani di Tanjung Morawa tahun 1953 dalam Skala Nasional ... 54

BAB V Penutup ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

Daftar Pustaka ... 60 Lampiran


(12)

BAB I

PNDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH

Kemerdekaan Indonesia diperoleh dengan perjuangan yang tidak mudah. Perjuangan tersebut lebih dikenal dengan sebutan revolusi nasional Indonesia. Revolusi nasional yang dilakukan rakyat Indonesia dalam melawan Belanda dan sekutunya yang berupaya untuk menjajah kembali Indonesia setelah kekalahan Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun 1945. Namun, ditengah – tengah revolusi nasional, terjadi juga revolusi sosial yang dilakukan rakyat didaerah – daerah. Revolusi sosial yang terjadi dapat dikatakan perang saudara sesama bangsa Indonesia.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, kekuatan kerajaan – kerajaan yang memiliki kekuasaan otonom di daerah dikhawatirkan oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta. Mereka khawatir kerajaan – kerajaan tersebut akan memberontak dan mengharapkan serta membela pemerintah kolonial Belanda kembali berkuasa di Indonesia. Kekhawatiran Presiden dan Wakilnya diartikan oleh para pemuda sebagai penurunan secara paksa para kolonial Belanda, Raja dan keluarganya. Para pemuda yang tidak mau bekerjasama dengan Jepang dan Belanda, tetap mempertahankan dan memupuk rasa tanggung jawab dari sebagian pergerakan kebangsaan yang antifasis, antifeodal dan yang mendambakan demokrasi. (Harahap, 2012: 2)


(13)

Para pemuda melakukan gerakan yang menuntut perubahan struktural dari kefeodalan yang menindas rakyat jelata dan selalu bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda. Revolusi dilakukan dengan tindakan – tindakan brutal yang dilakukan sekelompok pemuda yang bergabung dalam organisasi tertentu. Tindakan yang dilakukan menelan banyak korban nyawa. Serta kebencian rakyat terhadap Raja – raja yang sudah tidak ada rasa kemanusiaannya dengan melakukan tindakan – tindakan pembunuhan.

Adanya gerakan yang terorganisir di Desa Perdamean Kecamatan Tanjung Morawa pada tahun 1953 dapat dilihat sebagai gejala sosiologis, dimana dalam suatu kondisi masyarakat yang kondusif memungkinkan untuk terjadinya suatu aksi perlawanan petani. Dimana pada saat itu terjadi konflik yang sangat besar antar rakyat dengan pemerintah. Peristiwa tersebut dinamakan Peristiwa Tanjung Morawa. Peristiwa Tanjung Morawa 16 Maret 1953 merupakan suatu gerakan sosial yang dilakukan para petani yang mengurai permasalahan hak – hak pertanahan antara petani dan pengusaha, dimana pihak perkebunan mengajak pemerintah propinsi untuk bekerjasama dalam memindahkan petani dari lahan perkebunan. Dan hal inilah yang menyebabkan terjadinya perlawanan yang dilakukan para petani.

Gerakan sosial yang dilakukan para petani mengakibatkan terjadinya bentrokan yang besar. Maraknya persoalan konflik agraria ini memicu terbentuknya organisasi – organisasi, beberapa diantaranya yaitu Sarbupri, BTI, dan RTI. Ketiga organisasi tersebut dibawah naungan partai komunis. Gerakan sosial ini dilancarkan dengan tindakan – tindakan brutal yang dilakukan dengan


(14)

sekelompok pemuda yang bergabung dalam organisasi tertentu. Salah satu organisasi yang dibentuk oleh Rakyat penunggu yang berperan dalam memperjuangkan hak tanah warisan adalah Badan Perjuangan Rakyat Penunggu Indonesia (BPRPI). Tindakan penolakan terhadap Selain itu tindakan tersebut banyak menelan korban nyawa yang tidak berdosa. Kebencian rakyat terhadap pemerintah dan pengusaha telah menutupi rasa kemanusiaan rakyat dengan melakukan tindakan – tindakan pembunuhan.

Dahsyatnya gerakan kaum petani yang sudah dikenal dengan Peristiwa Tanjung Morawa, tidak hanya memberikan dampak terhadap daerah itu sendiri, namun ada dampak nasional yang terjadi, yaitu jatuhnya Kabinet Wolopo (Soebagijo, 1979: 319). Hal ini dikarenakan menteri PNI; Sarimin yang pada saat itu menjadi Gubernur di Sumatera Timur dalam kabinet menyetujuinya, namun fraksi PNI dalam parlemen mendukung suatu mosi yang dilancarkan oleh PKI.

Penelitian mendalam terhadap Gerakan sosial yang dilakukan oleh petani di Tanjung Morawa tahun 1953 yang mengakibatkan kabinet Wilopo jatuh belum ada. Dari permasalahan diatas serta dampak yang ditimbulkan gerakan petani di Tanjung Morawa ini berskala nasional, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gerakan Petani di Tanjung Morawa tahun 1953”.


(15)

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dikemukakan suatu identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Latar belakang terjadinya peristiwa Tanjung Morawa 16 Maret 1953.

2. Latar belakang terjadinya gerakan petani di Tanjung Morawa tahun 1953.

3. Faktor yang mendorong terjadinya gerakan petani di Tanjung Morawa

4. Proses gerakan petani terjadi di Tanjung Morawa

5. Dampak yang ditimbulkan dari gerakan petani di Tanjung Morawa.

C. PEMBATASAN MASALAH

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yaitu : Gerakan Petani di Tanjung Morawa tahun 1953.

D. PERUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apa yang melatarbelakangi terjadinya gerakan petani di tanjung morawa tahun 1953?

2. Apa faktor - faktor yang mendorong terjadinya gerakan petani di Tanjung Morawa?


(16)

4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari gerakan petani di Tanjung Morawa pada skala lokal dan skala nasional?

E. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui apa yang menjadi latar belakang terjadinya gerakan petani di Tanjung Morawa tahun 1953

2. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya gerakan petani di Tanjung Morawa.

3. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya gerakan petani di Tanjung Morawa.

4. Untuk mengetahui bagaimana dampak yang ditimbulkan dari gerakan petani di Tanjung Morawa.

F. MANFAAT PENELITIAN

Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, maka diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk :

1. Memberikan informasi bagi peneliti dan pembaca tentang gerakan petani di Tanjung Morawa tahun 1953

2. Memberikan pengetahuan bagaimana proses terjadinya gerakan petani di Tanjung Morawa tahun 1953.


(17)

4. Masyarakat ataupun peneliti lain dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai panduan untuk melakukan penelitian lanjutan pada waktu lain maupun tempat yang berbeda.


(18)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah penulis lakukan, penulis dapat meyimpulkan bahwa :

1. Timbulnya rasa ketidakpuasan yang dirasakan oleh para petani karena mereka kehilangan haknya untuk mengelolah tanahnya sendiri. Hal ini terjadi karena para petani menilai bahwa pemerintah tidak adil, pemerintah dianggap lebih memihak kepada para pengusaha daripada kepada rakyat. Hal inilah yang menjadi latar belakang para petani melakukan pergerakan. 2. Tindakan pemerintah yang menjadikan tanah konsesi untuk dijadikan

contoh pertanian dan peternakan, serta adanya diskriminasi pemerintah terhadap warga keturunan Tionghoa diikuti oleh campur tangan dari partai politik terhadap masalah kebijakan agraria pemerintah pusat, sehingga terjadilah Gerakan Petani di Tanjung Morawa Tahun 1953.

3. Pada tanggal 16 Maret 1953 emosi para demonstran sudah tidak dapat dibendung lagi. Dan “tepat pada pukul 04.00 WIB traktor pun dihidupkan”, ungkap Kakek Kasan. Kondisi di Desa Perdamean pada saat itu sangat panas akibat memuncaknya emosi para kaum petani dalam menghadapi pemerintah yang bersikap diskriminasi itu. Saat traktor dihidupkan, para petani keturunan Tionghoa pun mendekat ke arah traktor tersebut dengan jarak hanya 15 meter saja. Namun, pergerakan para petani


(19)

itu dihalangi oleh polisi yang mengawal jalannya pentraktoran. Para petani Tionghoa pun memberikan aba – aba kepada petani Tionghoa lainnya untuk berkumpul dan bersatu dalam melawan polisi yang menghalangi pergerakan mereka. Ratusan petani keturunan Tionghoa lainnya pun berduyun – duyun berlari mendekati sebagian kaum petani yang berada didekat traktor. Pertengkaran antara polisi dan demonstran Tionghoa pun tidak dapat terhindari lagi. Kemarahan kaum demonstran sudah sangat memuncak, sehingga ada diantara mereka yang sangat marah hingga menunjuk – nunjuk muka polisi serta mengeluarkan kata – kata ancaman. 4. Dampak Setelah peristiwa itu terjadi kondisi Tanjung Morawa khususnya

Desa Perdamean sangat sunyi. Tidak ada masyarakat yang berani melawan aksi pemerintah setelah itu. Terutama warga keturunan Tionghoa, mereka membuat langkah mundur teratur agar tidak jatuh korban tebih banyak lagi. Dampak yang sangat dahsyat akibat dari peristiwa tersebut adalah jatuhnya Kabinet Wilopo. Hal ini dikarenakan pemerintah dianggap gagal dalam mengambil kebijakan agraria, sehingga adanya mosi tidak percaya dalam diri rakyat, dan hal ini juga tidak terlepas dari partai politik yang bergejolak pada masa itu.

B. Saran

1. Perlu adanya tindakan dari pemerintah khususnya Kecamatan Tanjung Morawa dalam mengetahui sejarah Kecamatan Tanjung Morawa itu


(20)

sendiri dan peristiwa – peristiwa yang terjadi di wilayah Kecamatan Tanjung Morawa.

2. Banyak peristiwa – peristiwa yang terjadi di Tanjung Morawa, salah satunya Gerakan Petani di Tanjung Morawa (Peristiwa Tanjung Morawa Tahun 1953). Namun, masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui akan peristiwa tersebut. Alangkah baiknya pemerintah Kecamatan menyisipkan agenda bersejarah ini dalam acara – acara yang diadakan oleh pihak Kecamatan Tanjung Morawa.

3. Dengan banyaknya perebutan hak atas tanah yang terjadi di Tanjung Morawa, seharusnya pihak pemerintah lebih dapat mengambil kebijakan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Karena yang penulis lihat masih banyak kasus – kasus perebutan tanah antara pemerintah dan pengusaha di Tanjung Morawa hingga menimbulkan pertikaian dan jatuhnya korban jiwa.


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Qasim. 1993, Kekerasan Dalam Sejarah Masyarakat dan Pemerintah. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia

Scott, James C. 2000. Senjatanya Orang – Orang Yang Kalah Bentuk Perlawanan Sehari – hari Kaum Tani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Daliman, A. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Eisenstadt, S.N. Revolusi dan Transformasi Masyarakat. Jakarta: Rajawali

I.N, Soebagijo. 1979. Wilopo 70 tahun. Jakarta: PT Gunung Agung

Kartodirdjo, Prof. Dr. Sartono. 1984. Pemberontakan Petani Banten 1888. Jakarta: Pustaka Jaya

Katalok BPS. 2011. Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka 2011. Deli Serdang

Nazir, Moh. 2011, Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Pelzer, Karl J. 1977. Toean Keboen Dan Petani Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatra Timur 1863-1947. Jakarta: Sinar Harapan

. 1991. Sengketa Agraria Pengusaha Perkebunan Melawan Petani. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Reid, Anthony. 1987. Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatra. Jakarta: Sinar Harapan


(22)

. 2012. Sumatera Revolusi dan Elite Tradisional. Jakarta: Komunitas Bambu

Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada

Sumber Rujukan

Fajrin, Mochammad. 2011. Dinamika Gerakan Petani: Kemunculan dan Kelangsungannya (Desa Banjaranyar Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciami). Skripsi Tidak diterbitkan. Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB

Harahap, Hanif. 2012. Revolusi Sosial di Simalungun Tahun 1946. Tesis tidak diterbitkan.Padang: Pascasarjana Universitas Negeri Padang

Rahayu. Wulan Sari. 2004. Petani Melawan Penguasa Analisis Peristiwa Tanjung Morawa 16 Maret 1953. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Universitas Negeri Medan

Jurnal

Faturochman, 1998. “Deprivasi Relatif: Rasa Keadilan dan Kondisi Psikologis

Buruh Pabrik”. Jurnal Psikologi, 2: 1-15

Kamaruddin, Syamsu A. 2012. “Pemberontakan Petani UNRA 1943 (Studi Kasus

Mengenai Gerakan Sosial di Sulawesi Selatan pada Masa Pendudukan


(23)

Rahmawati, Desi. 2003. “Gerakan Petani Dalam Konteks Masyarakat Sipil Indonesia Studi Kasus Organisasi Petani Serikat Tani Merdeka (SeTAM)”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol 6, No 3: 329- 358

Suharko. 2006. “Gerakan Sosial Baru di Indonesia: Repertoar Gerakan Petani”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.Vol 10, No 1: 1-34

Surat Kabar

Harian Mestika, 17 Maret 1993, hlm 1, klm 3 , 20 Maret 1953, hlm 1, klm 1 , 21 Maret 1953, hlm 1

, 27 Maret 1953, hlm 1, klm 2


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah penulis lakukan, penulis dapat meyimpulkan bahwa :

1. Timbulnya rasa ketidakpuasan yang dirasakan oleh para petani karena mereka kehilangan haknya untuk mengelolah tanahnya sendiri. Hal ini terjadi karena para petani menilai bahwa pemerintah tidak adil, pemerintah dianggap lebih memihak kepada para pengusaha daripada kepada rakyat. Hal inilah yang menjadi latar belakang para petani melakukan pergerakan. 2. Tindakan pemerintah yang menjadikan tanah konsesi untuk dijadikan

contoh pertanian dan peternakan, serta adanya diskriminasi pemerintah terhadap warga keturunan Tionghoa diikuti oleh campur tangan dari partai politik terhadap masalah kebijakan agraria pemerintah pusat, sehingga terjadilah Gerakan Petani di Tanjung Morawa Tahun 1953.

3. Pada tanggal 16 Maret 1953 emosi para demonstran sudah tidak dapat dibendung lagi. Dan “tepat pada pukul 04.00 WIB traktor pun dihidupkan”, ungkap Kakek Kasan. Kondisi di Desa Perdamean pada saat itu sangat panas akibat memuncaknya emosi para kaum petani dalam menghadapi pemerintah yang bersikap diskriminasi itu. Saat traktor dihidupkan, para petani keturunan Tionghoa pun mendekat ke arah traktor tersebut dengan jarak hanya 15 meter saja. Namun, pergerakan para petani


(2)

itu dihalangi oleh polisi yang mengawal jalannya pentraktoran. Para petani Tionghoa pun memberikan aba – aba kepada petani Tionghoa lainnya untuk berkumpul dan bersatu dalam melawan polisi yang menghalangi pergerakan mereka. Ratusan petani keturunan Tionghoa lainnya pun berduyun – duyun berlari mendekati sebagian kaum petani yang berada didekat traktor. Pertengkaran antara polisi dan demonstran Tionghoa pun tidak dapat terhindari lagi. Kemarahan kaum demonstran sudah sangat memuncak, sehingga ada diantara mereka yang sangat marah hingga menunjuk – nunjuk muka polisi serta mengeluarkan kata – kata ancaman. 4. Dampak Setelah peristiwa itu terjadi kondisi Tanjung Morawa khususnya

Desa Perdamean sangat sunyi. Tidak ada masyarakat yang berani melawan aksi pemerintah setelah itu. Terutama warga keturunan Tionghoa, mereka membuat langkah mundur teratur agar tidak jatuh korban tebih banyak lagi. Dampak yang sangat dahsyat akibat dari peristiwa tersebut adalah jatuhnya Kabinet Wilopo. Hal ini dikarenakan pemerintah dianggap gagal dalam mengambil kebijakan agraria, sehingga adanya mosi tidak percaya dalam diri rakyat, dan hal ini juga tidak terlepas dari partai politik yang bergejolak pada masa itu.

B. Saran

1. Perlu adanya tindakan dari pemerintah khususnya Kecamatan Tanjung Morawa dalam mengetahui sejarah Kecamatan Tanjung Morawa itu


(3)

sendiri dan peristiwa – peristiwa yang terjadi di wilayah Kecamatan Tanjung Morawa.

2. Banyak peristiwa – peristiwa yang terjadi di Tanjung Morawa, salah satunya Gerakan Petani di Tanjung Morawa (Peristiwa Tanjung Morawa Tahun 1953). Namun, masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui akan peristiwa tersebut. Alangkah baiknya pemerintah Kecamatan menyisipkan agenda bersejarah ini dalam acara – acara yang diadakan oleh pihak Kecamatan Tanjung Morawa.

3. Dengan banyaknya perebutan hak atas tanah yang terjadi di Tanjung Morawa, seharusnya pihak pemerintah lebih dapat mengambil kebijakan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Karena yang penulis lihat masih banyak kasus – kasus perebutan tanah antara pemerintah dan pengusaha di Tanjung Morawa hingga menimbulkan pertikaian dan jatuhnya korban jiwa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Qasim. 1993, Kekerasan Dalam Sejarah Masyarakat dan Pemerintah. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia

Scott, James C. 2000. Senjatanya Orang – Orang Yang Kalah Bentuk Perlawanan Sehari – hari Kaum Tani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Daliman, A. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Eisenstadt, S.N. Revolusi dan Transformasi Masyarakat. Jakarta: Rajawali

I.N, Soebagijo. 1979. Wilopo 70 tahun. Jakarta: PT Gunung Agung

Kartodirdjo, Prof. Dr. Sartono. 1984. Pemberontakan Petani Banten 1888. Jakarta: Pustaka Jaya

Katalok BPS. 2011. Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka 2011. Deli Serdang

Nazir, Moh. 2011, Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Pelzer, Karl J. 1977. Toean Keboen Dan Petani Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatra Timur 1863-1947. Jakarta: Sinar Harapan

. 1991. Sengketa Agraria Pengusaha Perkebunan Melawan Petani. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Reid, Anthony. 1987. Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatra. Jakarta: Sinar Harapan


(5)

. 2012. Sumatera Revolusi dan Elite Tradisional. Jakarta: Komunitas Bambu

Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada

Sumber Rujukan

Fajrin, Mochammad. 2011. Dinamika Gerakan Petani: Kemunculan dan Kelangsungannya (Desa Banjaranyar Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciami). Skripsi Tidak diterbitkan. Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB

Harahap, Hanif. 2012. Revolusi Sosial di Simalungun Tahun 1946. Tesis tidak diterbitkan.Padang: Pascasarjana Universitas Negeri Padang

Rahayu. Wulan Sari. 2004. Petani Melawan Penguasa Analisis Peristiwa Tanjung Morawa 16 Maret 1953. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Universitas Negeri Medan

Jurnal

Faturochman, 1998. “Deprivasi Relatif: Rasa Keadilan dan Kondisi Psikologis Buruh Pabrik”. Jurnal Psikologi, 2: 1-15

Kamaruddin, Syamsu A. 2012. “Pemberontakan Petani UNRA 1943 (Studi Kasus Mengenai Gerakan Sosial di Sulawesi Selatan pada Masa Pendudukan Jepang)”. Jurnal Sosial Humaniora, Vol 16, No 1: 19-35


(6)

Rahmawati, Desi. 2003. “Gerakan Petani Dalam Konteks Masyarakat Sipil Indonesia Studi Kasus Organisasi Petani Serikat Tani Merdeka (SeTAM)”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol 6, No 3: 329- 358

Suharko. 2006. “Gerakan Sosial Baru di Indonesia: Repertoar Gerakan Petani”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.Vol 10, No 1: 1-34

Surat Kabar

Harian Mestika, 17 Maret 1993, hlm 1, klm 3 , 20 Maret 1953, hlm 1, klm 1 , 21 Maret 1953, hlm 1

, 27 Maret 1953, hlm 1, klm 2