Kehidupan Petani Padi Sawah Tadah Hujan di Desa Tanjung Leidong (1970-200)

(1)

KEHIDUPAN PETANI PADI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA TANJUNG LEIDONG (1970-2000)

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

NAMA : EVI TAMALA SIMAMORA NIM : 100706032

Pembimbing,

Dra. Nurhabsyah. M,Si.

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

KEHIDUPAN PETANI PADI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA TANJUNG LEIDONG (1970-2000)

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

EVI TAMALA SIMAMORA 100706032

Pembimbing,

Dra. Nurhabsyah, M.Si. NIP 195912311985032005

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KEHIDUPAN PETANI PADI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA TANJUNG LEIDONG 1970-2000

Yang diajukan oleh: Nama: Evi Tamala Simamora

Nim: 100706032

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian seminar proposal oleh: Pembimbing,

Dra. Nurhabsyah, M.Si.

NIP 195912311985032005 tanggal ………

Ketua Departemen Sejarah

Drs.Edi Sumarno,M.Hum. tanggal ………

NIP 196409221989031001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(4)

DISETUJUI OLEH :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH

Ketua Departemen,

Drs.Edi Sumarno,M.Hum. NIP 196409221989031001


(5)

Lembar Pengesahan Skripsi Sarjana Oleh Dekan dan Panitia Ujian PENGESAHAN :

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Dalam bidang Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada :

Tanggal : Rabu, 16 Juli 2014 Hari : Pukul 09.00 WIB/selesai

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP 195110131976031001

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1 Dra. Nurhabsyah, M.Si (……….………) 2 Dra. Junita Setiana (……….) 3 Dra. Fitryati Harahap, S.U (……….…) 4 Drs. Edi Sumarno, M.Hum (……….)


(6)

DAFTAR ISI Halaman Judul

Lembar pengesahan...i

Lembar persembahan...ii

Abstrak...iii

Kata Pengantar...iv

Ucapan Trimakasih...x

Daftar isi...vi

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1Latar Belakang Masalah...1

1.2Rumusan Masalah...7

1.3Tinjauan dan Mamfaat Penelitian...8

1.4Tinjauan Pustaka...10

1.5Metode Penelitian...10

BAB II Kehidupan Masyarakat Di Desa Tanjung Leidong sebelum 1970...12

2.1 letak Geografis...12

2.2 Keadaan Penduduk...14

2.3 Mata Pencaharian...16

BAB III Perkembangan Pertanian Petani Padi Tadah Hujan di Desa Tanjung Leidong tahun1970-2000...21

viii 3.1 Asal Mula Petani Tanjung Leidong...21


(7)

3.2 Modal...27

3.3 Pembibitan...28

3.4 Panen Dan Pekerja...36

3.5 Pemasaran...40

BAB IV Pengaruh Pertanian Padi bagi Kehidupan masyarakat Desa Tanjung Leidong 4.1 Tingkat Pendapatan...43

4.2 Tingkat Pendidikan...48

4.3 Kesehatan...52

4.4 Transportasi...53

4.5 Kehidupan Yang Konsumtif...55

BAB V Kesimpulan...58

5.1 Kesimpulan...58

5.2 Saran...59

Daftar Pustaka...60

Daftar Informan...61


(8)

Lembar persembahasan

Orang tua saya tercinta aLimar simamOra KeLeria sihOtang engKau berharga dimataKu

Dunia mengatakan bahwa aku hanyalah percikan kembang api, Tetapi Tuhan Yesus mengajarkan aku bisa menjadi terang dunia,

Dunia mengatakan bahwa aku adalah hanya seutas senar Tetapi tuhan Yesus mengatakan hidupku memperindah petikan harpa Dunia mengatakan bahwa aku hanyalah setetes embun yang tak berarti

Tetepi Tuhan Yesus mengatakan bahwa aku adalah aliran yang akan menyegarkan sesamaku

Dunia mengatakan aku hanyalah sehelai bulu pada sayap Rajawali Dunia mengatakan aku hanyalah seorang pengemis

Tetapi Tuhan Yesus menjadikan aku seorang Maharaja

OLeh Karna engKau berharga di mata-Ku

yesasa 43:4

untuk kakak, Abang, dan Adik ku Tercinta:

Romanty Roselina Simamora, Thamrin Hutahayan, Paiyan Simamora, Ciri Khardo Simamora,

Reni Wida Simamora, Hotrika Simamora, dan Boruku Gretty Rinday Hutahayan. dari Evi Tamala Simamora

ii ABSTRAK

Secara umum skripsi ini bertujuan untuk mengetahui peralihan mata pencaharian yang berada di Desa Tanjung Leidong. Mulai dari mata pencaharian sebagai Nelayan berubah menjadi ke mata pencaharian sebagai petani padi tanpa meninggalkan pekerjaannya sebagai nelayan.


(9)

Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kehidupan petani padi di Desa Tanjung leidong pada tahun 1970, dan setelah dibukanya lahan pertanian oleh pendatang dari berbagai daerah, maka pertanian padi di desa ini semakin maju, dan dipenuhi oleh masyarakat, dan berkembanglah desa ini menjadi lebih baik dibidang mata pencaharian sebagai petani padi. Salah satu penghasil beras di Sumatera Utara. Dengan demikian mengungkap perubahan yang terjadi di Desa Tanjung Leidong baik dibidang pendidikan maupun bidang kesehatan.

Dari hasil penelitian akhir penelitian diketahui bahwa sangat banyak perubahan-perubahan yang terjadi didearah ini, selainnya dasa yang mulai maju yang terjadi akibat pertanian padi di Desa tanjung Leidong, baik dibidang pendidikan, kesehatan, dan transportasi, hal ini dengan dibukanya lahan pertanian padi yang membawa dampak yang besar dan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat.

Metoe yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode sejarah yaitu Heuristik ( pengumpulan data), Verifikasi ( kritik sumber), Interpretasi dan yang terakhir adalah Historiografi (penulisan). Pada tahap Heuristik, penulisan menggunakan dua Metode kepustakaan ( Library Research) dan metode lapangan ( Feild Research). Untuk memperoleh sumber yang dapat mendukung penelitian ini, penulis melakukan penelitian arsip, pustaka, pendekatan secara emosional serta penelitian lapangan yang dilakukan dengan cara mewawancarai berbagai tokoh serta kalangan yang berkaitan dengan permasalahan di dalam penelitian ini.

iii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Bagi Tuhan Yesus Kristus Pemilik kehidupan yang penuh kasih sayang dan telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini tentunya penulis tidak dapat melakukannya sendiri tanpa bantuan dari


(10)

berbagai pihak yang telah membantu dalam mengerjakan tugas akhir ini. Skripsi ini dikerjakan sebagai salah satu tanggung jawab dalam menyelesaikan perkuliahan S1 di Deperteman Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Usu (sejak 5 maret berubah nama dari Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya).

Adapun judul skripsi ini adalah “Kehidupan Petani Padi Tadah Hujan di Desa Tanjung Leidong”. Tulisan ini menguraikan perjalanan kehidupan masyarakat Desa Tanjung Leidong dan mulai latar belakangnya, keadaan kehidupan tahun 1960,an yang berkehidupan sebagai Nelayan berubah menjadi Kehidupan sebgai Petani padi pada tahun 1970.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam tulisan ini, penulis mengharapkan kritik dan saran dari si Pembaca demi perbaikan tulisan ini bermamfaat bagi si Pembaca.

Medan, 16 Juli 2014 Penulis,

Evi Tamala Simamora

Iv

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji Syukur saya ucapan kepada Bapaku Tuhan Yesus Kristus yang setia menjagaku dalam melewati hari-hariku selama perkuliahan atas segala limpah dan berkat yang boleh saya


(11)

terima dan Penyertaan Nya penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana sastra. Penulisan ini juga tidak akan pernah dapat terwujud tanpa bantuan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, inilah saat yang tepat bagi penulis untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada

1. Ayahanda Alimar Simamora dan Ibunda Keleria Sihotang yang memberi kasih sayang, dukungan, nasehat,didikan, dan doa-doa, baik dari segi moral dan moril, Tak tertandingi oleh siapapun perhatian dan kasih sayang Mereka di Dunia ini. Pah, Mak, nungga sarjana borumon, dang tardokhon au maulite Tu Debata siala balga basa-basa na Tu au, diboan hamu do au ditangiang muna siganup ari, sabar do hamu manganju-anju au borumon, ikkon bahenonku do hamu sonang sahat tu Saur Matua, Tetaplah sehat ayah dan Ibu.

2. Terimakasih kepada kaka saya tercinta Romanty Roselina Simamora, dan Abang Paiyan Simamora, Ciri Khardo Simamora, dan adik-adik ku tersayang yang selalu memberikan dukungan, bagiku kalian bukan hanya sebagai keluarga, tetapi kalian bisa jadi sahabat penulis. Terimakasih banyak untuk kasih sayang kalian

3. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

v

4. Drs. Edi Sumarno,M.Hum dan Dra. Nurhabsyah M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU...


(12)

5. Dra. Nurhabsya, M.si selaku Dosen pembimbing dalam penulisan ini, yang telah memotivasiku dan memberi semangat, dan telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis. Amarah Ibu semangat bagiku dalam menulis skripsi ini, semoga Tuhan memberikan berkat NYA kepada Ibu dan Keluarga.

6. Dosen-dosen di Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya yang telah memberi pengetahuan melalui perkuliahan

7. Sahabat-sahabat penulis terkhusus Stambuk 2010 yang selalu mengiringi Canda tawa terkadang menjengkelkan tetapi bagiku kalian adalah keluargaku yang kedua dan penyemangat penulis, yaitu Helma Melati Br Karo, Ardia Gemala Irawan, Ira Sela Tarigan, Novita ButarButar, Hery Kristianto, Suheryanto Ginting, Ayu Maharani, Sepno Semsa Sitorus, Rina HutaBarat, Dominika Purba, Resmaulina sipayung, Harun Majri, Fahri, Novila Windaka, Moses Agustinus, Mariana Malik, Yayuk Herlina, Novi Nelvia, Fernando, Suharyana Akbar, Stepanus Marsel, Lasron Sinurat, Leo Alfero, Rianto Simanjuntak, Dias Sembiring,dkk, dan adik juniorku yang selalu mendukungku dalam menjalani perkuliahan dan dalam mengerjakan skripsi ini, Nelly Octavia Tambanan, Dedek Murni, Rini Amanda, Rindi Iswara, Junaidi, Kiki Maulana Affandi dkk yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.


(13)

8. Terimakasih untuk Satu KTB ku dan PKK ku yang selalu medoakan ku dalam setiap pergumulanku, dan menopangku apabila saya terjatuh, Kak Meisia Mutiara Manurung, Kak Triya Ningsih Sihombing, Hery Kristianti Silalahi, Novita ButarButar, Helma Melati Br Karo, Ira Sela Tarigan, Terimaksih untuk doa-doa kalian semua.

Akhir kata untuk seluruh pihak yang telah membantu penulis baik dari segi materi maupun moril dalam menyelesaikan pendidikan terkhusus selama penulisan skripsi ini, saya ucapkan banyak terimakasih, semoga semua kebaikan yang penulis dapatkan dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, Juli 2014 Penulis

Evi Tamala Simamora 100706032

Vii BAB I


(14)

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Kabupaten Labuhan Batu memiliki lahan pertanian yang cukup luas dan potensial untuk dikembangkan dari daerah khususnya Tanjung Leidong. Hasil produksi yang sangat terkenal dengan kualitasnya yakni beras Kuku balam (KKB). Beras ini bahkan menjadi suatu produk unggulan hasil pertanian Labuhan Batu yang berasal dari kecamatan Kualuh Leidong. Beras KKB ini bahkan dikenal di Sumatera maupun diluar sumatera dan cukup dikenal oleh masyarakat, Dalam Industri Pengolahan Padi atau disebut Kilang Padi. Kecamatan Kualuh Leidong memiliki Kilang Padi terbesar kedua di Sumatera Utara yang menggolah padi secara Modern yang menghasilkan beras berkualitas sehingga beras Tanjung Leidong ini bisa menembus pasar luar dan harga jual yang sangat tinggi dipasaran1

Tanjung berasal dari bahasa Cina yaitu Leklong yang berarti (Pelabuhan), namun penduduk setempat (melayu) menyebutnya Tanjung, untuk Leklong penduduk menyebutnya Leidong, yang , Petani semakin bergairah untuk mengembangkan pertanian padi dan berusaha melakukan peningkatan produksinya yang selama ini yang selama ini perdangan berasnya KKB sebagian beras melalui tanjung balai yang diekspor ke Malasyia dan Singapura, namun yang menjadi kendala selama ini pertanian di dearah tersebut masih cendrung menggunakan sistem tradisional sehingga produksi yang dihasilkan belum maksimal, sistem tarnsportasi dan sistem irigasi daerah tanjung Leidong masih sangat minim, sehingga saat ini penghasil beras sistem pertaniannya masih menggunakan tadah hujan, namun saat curah hujan tinggi maupun musim kemarau akan sangat mempengaruhi iklim lahan pertanian di daerah Tanjung Leidong.


(15)

memiliki arti yang sama, kemudian tempat itu dinamai menjadi Tanjung Leidong2

Tanjung Leidong terletak di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu yang luasnya sekitar 34,032km2 yang terdiri dari satu kelurahan tujuh Desa yaitu Air Hitam, Teluk Pulai Dalam, Teluk Pulai Luar, Kelapa Sebatang, Pangkalan Lunang, Tanjung Leidong dan Simandulang. Sedangkan jauh jarak kecamatan Desa Tanjung Leidong mencapai 119 KM dengan Ibu kota Kabupaten Labuhan Batu (Rantau Prapat). Wilayah Kecamatan Kualuh Leidong di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kualuh Hilir, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Aek Natas, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kualuh Hulu.

. Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhan Batu (Rantau Prapat). Tahun 1999 menjadi kecamatan Kualuh Leidong kemudian pada tahun 2009 setelah pemekaran nama tersebut berubah menjadi labuhan Batu Utara (Aek Kanopan).

Tanjung Leidong beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terdapat pada bulan September sampai Desember dan musim kemarau terdapat pada bulan Januari sampai dengan Juli, sedangkan bulan Agustus adalah masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau dimana iklim di bulan ini kurang stabil.

3

Pada tahun 1960 Kehidupan masyarakat Desa Tanjung Leidong dulunya bersifat Maritim. Wilayah pesisir sangat kaya dengan sumber kelautan dan perikanan serta jasa kelautan, tetapi masalah kemiskinan terjadi pada masyarakat pantai dimana faktor yang menjadi penyebab pada dasarnya dikelompokkan pada masalah yang berkaitan dengan kepemilik alat tangkap atau

2

Wawancara dengan bapak Arifin Simanunsong tanggal 02 Agustus 2014 di Desa Tanjung Leidong


(16)

perahu penukaran hasil ikan, sarana penyimpanan ikan dan pemasaran ikan. Masyarakat yang bekerja sebagai nelayan yaitu suku Melayu, Jawa dan Batak dll. Berlaut atau bekerja sebagai nelayan untuk mencari ikan dengan cara menjala ikan, memancing, dan menangkap ikan dengan perahu, para nelayan harus menyiapkan perahu atau kapal tangkupan ikan dengan sendirinya karena pada saat itu belum ada perahu yang diperjual belikan, dan para nelayan harus menyesuaikan terhadap tanggal pasang surutnya air dilaut, apabila terjadi pasang surut dan angin berhembus kencang para nelayan akan kewalahan dalam menangkap ikan dilaut, keadaan cuaca laut akan sangat berpengaruh dalam mata pencaharian para nelayan. Para nelayan akan mencari ikan mulai dari dini hari pukul tiga subuh hingga pada pukul delapan pagi dan terkadang tidak menentu4

Pada mulanya masyarakat tersebut tidak mengenal daerah Tanjung Leidong. Berkembangnya daerah Tanjung Leidong dipelopori oleh majunya pertanian padi di daerah tersebut sebagai daerah penghasil padi di Sumatera Utara. Daerah tersebut mulai dikenal masyarakat dengan dikenalkan pertanian padi. Dengan adanya perubahan pola mata pencaharian, Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun secara lambat. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya faktor yang menunjang dan mempengaruhi setiap

, masyarakat akan berjuang dengan gigih dan bekerja sebagai kebutuhan pokok, namun manusia khususnya nelayan tidak pernah meresa puas dengan apa yang diperolehnya, Setiap tahunnya hasil dari Nelayan semakin menurun sehingga masyarakat mulai beralih ke tanaman Padi sehingga masyarakat itu sendiri mulai melirik pada kehidupan pertanian padi sawah yang dianggap menjanjikan kehidupan masyarakat tanpa meninggalkan pekerjaannya sebagai nelayan, karena menanam padi hanya sekali setahun saja dan meluangkan waktu yang banyak sebelum panen.

4

Wawancara, dengan bapak Zulkipli Ritonga,09 Februari 2014 mengenai kehidupan Nelayan di Tanjung Lidong Kab Labura


(17)

individu di dalam masyarakat tersebut5. Perubahan juga mempunyai dua arah yaitu kearah yang lebih baik maupun kearah yang lebih buruk. Di dalam penelitian ini perubahan yang dimaksud adalah perubahan dari suatu yang kurang baik menjadi lebih baik lagi. Baik dari nelayan ke pertanian membawa dampat yang positif terhadap masyarakat tersebut, mengenai perubahan pendapatan lahan sawah. Pendapatan rumah tangga mengalami peningkatan6

Pada awalnya Desa Tanjung Leidong ditumbuhi dengan semak belukar dan siapa yang dapat mengelolah lahan itu sebanyak mungkin akan mendapat lahan yang banyak juga, masyarakat itu sendiri hanya mengandalkan tenaga kampak Biasanya para petani menanam padi berdasarkan curah hujan antara September sampai dengan Oktober dan akan panen pada Februari sampai dengan Maret

. Sebagian besar penduduknya hidup dari usaha pertanian yang pada umumnya berada di daerah pedesaan, hal ini menyebar di berbagai desa, salah satunya Desa Tanjung Leidong yang hidupnya dari usaha pertanian padi sawah.Usaha ini mulai berlangsung hingga sekarang di mulai sejak tahun 1970 an, namun pada awalnya pengelolaan pertanian belum dioptimalkan dimana pengairan yang ada di desa Tanjung Leidong hanya mengandalkan curah hujan sehingga hasil produksi belum optimal di dapat oleh petani.

Menanam padi di sawah sudah mendarah daging bagi sebagian Desa, Pekerjaan kehidupan bertani sudah turun temurun dilakukuan. Bisa dikatakan, tidak berbeda dari system yang dilakukan dari nenek moyang kita sejak mengenal lahan sawah. Sejak zaman dulu dan sekarang, hampir semua di tanami dengan cara konvensional, begitulah cara yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tanjung Leidong salah satunya untuk memenuhi kebutuhan pokok.

5

Soerjono Soekanto,Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial,Jakarta:Ghalia Indonesia,1983,hal.42. 6

Pujo Samedi, Pembangunan Ekonomi(Pasar) Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat”Study Kasus, Pertanian Salak Dampak Pondoh Desa Bangunkerto”, hal.89.


(18)

Melihat hasil padi semakin tahun semakin membaik sehingga mendapat respon positif dari masyarakat Desa Tanjung Leidong, sehingga masyarakat Tanjung Leidong berlomba-lomba untuk menanam padi, tanpa meninggal kan pekerjaan mereka sebagai nelayan dan kehidupan petani padi tersebut mampu menaikkan pendapatan, selain meninggkatkan taraf hidup masyarakat, timbullah keinginan untuk meningkatkan pendidikan di masyarakat Tanjung Leidong. Sehingga banyak masyarakat dari Toba Samosir, Siborong-borong,dan Pulau Jawa, datang berbondong-bondong ke Desa Tanjung Leidong untuk merubah Nasib, ada yang datang sebagai pekerja, ataupun sebagai pemilik Sawah.

Pertanian padi di Desa Tanjung Leidong yang diprakarsai Bapak Kasdin Simarmata7

Penelitian ini di mulai Tahun 1970 karena pada tahun itu masyarakat mulai mengenal pertanian padi, dan tahun 2000 sebagai akhir dari penelitian ini karena selama 30 tahun telah terjadi perubahan pada kehidupan petani padi sawah di desa ini, seperti jumlah masyarakat yang menanam padi, lahan yang digunakan, sistem permodalan, serta pemasaran yang semakin terorganisir. Selama 30 tahun ini juga sudah terlihat kehidupan masyarakat semakin banyak perubahan ke arah yang lebih baik seperti, pertanian padi di Desa Tanjung Leidong ini ternyata banyak sekali membawa dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat di desa tersebut.

dkk. Beliau adalah orang yang pertama kali datang dari samosir sengaja untuk melihat kondisi kehidupan yang ada di Tanjung Leidong yang mula-mula mereka datang bertujuan untuk melihat kondisi daerah itu dan ternyata daerah itu sendiri memiliki tanah yang subur dan cocok dijadikan untuk lahan pertanian padi.

7Kasdin Simarmata dkk ialah orang yang pertama kali membawa bibit padi ke desa Tanjung Leidong

membawa bibit dari Toba Samosir ke Desa Tanjung Leidong, Beliau memiliki tanah di Tanjung Leidong dengan cara membuka hutan karena pada saat itu belum ada larangan dan bebas membuka lahan untuk para pendatang ke Desa tanjung Leidong karena jumlah populasi di Desa tersebut sangat rendah.


(19)

Pertanian padi mampu menaikkan pendapatan masyarakat Desa Tanjung Leidong. Dengan semakin meningkatnya pendapatan dan meningkatnya taraf hidup masyarakat sehingga muncul keinginan untuk meningkatkan pendidikan anak-anak mereka. Semakin meningkatnya pendapatan dan tingkat pendidikan masyarakat, hal ini juga mempengaruhi pola kehidupan masyarakat Desa Tanjung Leidong. Ini bisa terlihat di kehidupan sehari-hari seperti memperbaiki lingkungan, di mana masyarakat tersebut sudah mulai ada kesadaran untuk bergotong royong memperbaiki jalan dengan biaya dari masyarakat sendiri. Pada bidang pendidikan, pola hidup, dan terhadap lingkungan dan pembangunan desa. Selain dari pada itu tanaman padi yang menghasilkan beras juga dikenal oleh masyarakat. Atas dasar Uraian di atas, maka penulisan ini diberi judul “Kehidupan Petani PadiSawahTadah Hujan Di DesaTanjung Leidong kecamtan Kualuh Leidong (1970-2000)’’

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, untuk mempermudah penulis dalam melakukan penlitian ini, maka penulis perlu membatasi masalah yang dibahas, maka pokok permasalahan akan dibahas sebagai berikut :

1. Bagaimana kehidupan masyarakat di Desa di Tanjung Leidong sebelum tahun 1970?

2. Bagaimana perkembangan Pertanian Petani Padi Tadah Hujan di Desa Tanjung Leidong tahun 1970-2000?

3. Apa pengaruh pertanian padi bagi kehidupan masyarakat desa Tanjung Leidong ?


(20)

Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan dan manfaat yang dicapai. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat di Desa Tanjung Leidong sebelum tahun 1970

2. Untuk mengetahui perkembangan pertanian petani tadah hujan di Desa Tanjung Leidong tahun 1970-2000

3. Untuk mengetahui pengaruh pertanian padi bagi kehidupan masyarakat Desa Tanjung Leidong .

Penelitian ini bermanfaat untuk :

1. Menambah pengetahuan perekonomian para petani padi di Desa Tanjung Leidong sebagai sumber penghasil beras di Sumatera Utara

2. Bahan referensi bagi pemerintah daerah untuk mendukung perekonomian baik petani padi maupun di desa dan sebagai acuan dan pertimbangan ketika dalam pengambilan kebijakan dalam rangka untuk kesejahteraan para petani, kondisi petanidi daerahnya, Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai sejarah lokal khususnya petani yang jauh dari pusat pemerintahan seperti Desa Tanjung Leidong.

3. Sebagai perbandingan dan masukan bagi peneliti yang berkaitan dengan kehidupan petani padi di masa yang akan datang.


(21)

Dalam penyelesaian tulisan ini perlu dilakukan tinjauan pustaka dengan menggunakan buku yang berhubungan dengan judul tulisan ini yakni tentang Petani Padi Sawah Tadah Hujan di Desa Tanjung Leidong Tahun 1970. Untuk itu penulis menggunakan beberapa litetatur yang dapat mendukung tulisan ini.

Dalam buku “Petani Suatu Tinjauan Antropologis”membahas tentang bahwa dunia petani tidaklah tanpa bentuk, melainkan merupakan salah satu dunia yg teratur, yang memiliki bentuk-bentuk organisasi yang khas, dan berbeda dari kaum tani lainnya yaitu masyarakat itu sebagai tradisioanal dan mencapai manusia-manusianya sebagai terikat oleh tradisi yang artinya kebalikan dari moderen. Yang bertujuan menyoroti satu tahap dalam evolusi masyarakat manusia petani pedesaan.

Dalam buku “Tiga Dekade Berindustri Benih di Indonesia (2002)” mengemukakan tentang penyuluhan kepada petani, petani hanya mau menerima anjuran budidaya tanaman pangan meskipun teknologi budidaya belum semaju mungkin seperti pengaturan air baik berupa irigasi teknis maupun irigasi pedesaan.Disamping itu juga di upayakan peningkatan budidaya padi dan pengorganisasian petani untuk mau menerima anjuran berteknologi maju.Orentasi pemilihan pada saat itu cendrung lebih memikirkan kualitas dari pada kuantitas sehingga kebijakan pangan masih didominasi oleh selera rasa nasi dan bentuk-bentuk tanaman padi yang selaras kebiasaan petani menuai secara memotong malainya dengan ketam.

Dalam buku “Kebijakan Pertanian”membahas tentang kebijakan-kebijakan dalam pembelian beras, padi dan gabah dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah serta penyedian prasarana penyaluran hingga ke pasar umum dengan lancar dengan harga-harga yang terkendalikan agar masyarakat petani tidak mengalami kesulitan dalam mengekspor padi ataupun beras


(22)

keluar.Setiap tahun diadakan penyesuaian terhadap harga dasar tersebut dan sebagai pertimbangan yang telah ditentukan olah pemerintah dengan harga batas tertinggi yaitu perdangangan dan pengaruh perekonomian. Terlepas dari arti penting petani dan pertanian dalam kaitannya di bidang ekonomi dan masyarakat, beberapa kondisi-kondisi nampak penting bagi pengorganisasian pengembangan dari kinerja penyuluhan pertanian. Kondisi yang utama yaitu apakah informasi itu telah dirakit, diatur, dan dibuat tersedia pada praktek pertanian yang baru atau progresif cocok untuk lingkungan tertentu

Dalam buku “Bercocok Tanam Padi” membahas mamfaat padi bagi manusia, salah satunya untuk kebutuhan hidup, sebagian besar penduduk di muka bumi ini menggunakan nasi sebagai makanan pokoknya tetapi ada juga makanan pokok selain nasi dan lain-lain. Kebutuhan padi sebagai bahan makanan pokok di Negara kita yang selalu mengalami kenaikan. Produksi yang dihasilkan dari tanaman dalam negeri masih belum memenuhi kebutuhan, hal ini bukan berarti kita tidak mempunyai usaha untuk meningkatkan hasil pertanian.

1.5 Metode Penelitian

Dalam menuliskan sebuah peristiwa bersejarah yang dituangkan ke dalan historiografi, maka harus menggunakan metode sejarah. Metode sejarah dimaksudkan untuk merekontruksi kejadian masa lampau guna mendapatkan sebuah karya yang mempunyai nilai. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kitis rekaman peninggalan masa lampau.8

1. Heuristik merupakan tahap awal yang dilalukan untuk mencari sumber yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam tahap heuristik sumber dapat diperoleh melalui dua

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian sejarah antara lain:


(23)

cara, yaitu studi lapangan wawancara melalui bapak Kasdin Simarmata, Marsius Tamba dkk. (field research) dan studi kepustakaan (library research). Data dari hasil studi lapangan dapat diperoleh melalui wawancara dengan berbagai informan yang terkait dengan penelitian. Dalam penelitian lapangan, penulis menggunakan metode wawancara yang terbuka. Studi kepustakaan dapat diperoleh dari berbagai buku, dokumen, arsip, dan lain sebagainya.

2. Kritik, merupakan proses yang dilakukan peneliti untuk mencari nilai kebenaran sumber sehingga dapat menjadi penelitian yang objektif. Dalam tahap ini sumber-sumber yang telah terkumpul dilakukan kritik, baik itu kritik internal maupun kritik eksternal. Kritik internal merupakan kritik yang dilakukan untuk mencari kesesuaian data dengan permasalahan yang diteliti, sedangkan kritik eksternal merupakan kritik yang mencari kebenaran sumber pustaka yang diambil oleh peneliti maupun fakta yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan dengan informan.

3. Interpretasi, merupakan tahap untuk menafsirkan fakta lalu membandingkannya untuk diceritakan kembali. Pada tahap ini subjektivitas penulis harus dihilangkan paling tidak dikurangi agar analisis menjadi lebih akurat. Sehingga fakta sejarah yang didapat bersifat objektif.

4. Historiografi, yaitu tahap akhir dalam metode sejarah. Dalam tahap ini peneliti menuliskan hasil penelitiannya secara kronologis dan sistematis.


(24)

BAB II

KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970 2.1Letak Geografis Tanjung Leidong

Tanjung Leidong terletak di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu yang luasnya sekitar 34,032km2 yang terdiri dari satu kelurahan tujuh Desa yaitu Air Hitam, Teluk Pulai Dalam, Teluk Pulai Luar, Kelapa Sebatang, Pangkalan Lunang, Tanjung Leidong dan Simandulang (Pulau Sumatera). Sedangkan jauh jarak kecamatan Desa Tanjung Leidong mencapai 119 KM dengan Ibu kota Kabupaten Labuhan Batu (Rantau Prapat).

Luas wilayah menurut Desa/Kelurahan9

9Badan Pusat Statistik


(25)

Jarak balai penyuluhan pertanian kecamatan Kualuh Leidong ke kantor badan pelaksana penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan, dan ketahanan pangann Kabupaten Labuhan Batu sekitar 119 KM. Yang

memiliki ketinggian 0 – 5 m DPL. Adapun transportasi yang digunakan kapal Ferry Speed Boad (Osean Star) yang ditempuh melalui transportasi laut dari Tanjung Balai - Tanjung Leidong dan dapat ditempuh sekitar 4-6 jam dalam perjalanan.10

Adapun batas-batas geografis Wilayah Kecamatan Kualuh Leidong sbb11

10

Kantor Camat Kualuh Leidong

11Badan Pusat Statistik Labuhan Batu

Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka/ Kabupaten Asahan

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kualuh Hilir

Sebeah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Aek Natas

No DESA/ KELURUHAN LUAS (HA) RASIO

TERHADAP TOTALm

1 Tanjung Leidong 1.800 5,29

2 Simandulang 6.911 20,31

3 Pangkalan Lunang 1.723 5,06

4 Air Hitam 7.755 22,79

5 Kelapa Sebatang 2.858 8,40

6 Teluk Pulai Luar 5.279 15,51

7 Teluk Pulai Dalam 7.706 22,64


(26)

Sebeah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kualuh Hulu.

Tanjung Leidong merupakan sebuah pulau kecil yang ada di Sumatera berada di pesisir Sumatera Pantai Timur dikelilingi oleh sungai-sungai dan rawa-rawa memiliki topografi berupa lahan gambut dan berada dalam wilayah iklim tropis basah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Jarak badai penyuluhan pertanian Kecamatan kantor badan pelaksana penyuluhan pertanian, perikanan, Kehutanan, dan ketahanan pangan kabupaten labuhan Batu berkisar 119 KM dengan ketinggian tempat 0-5 meter dari permukaan laut. Secara geografis wilayah kerja balai penyuluhan Pertanian Kecamatan Kualuh Leidong adalah dataran rendah dengan Topografi datar.

Wilayah Tanjung Leidong atas sungai-sungai kecil, dan ditepi sungai banyak ditemukan pohon nipah dan pohon bakau. Akses jalan Tranfortasi ialah periran (sungai) tanpa terkecuali. Penduduk Tanjung Leidong lebih mengandalkan transportasi untuk berpergian, hal ini dikarenakan tekstur tanah sulit untuk membangun jalan darat.

2.1Keadaan Penduduk

Penduduk didefenisikan sebagai jumlah individu-individu yang membentuk suatu kelompok tertentu, seperti jumlah orang-orang yang mendiami suatu negara, Bangsa, Negeri bagian, ataupun masyarakat. Penduduk yang ideal adalah jumlahnya tidak terlalu besar dan tidak pula terlalu kecil tetapi cukup untuk besarnya suatu Negara dan untuk sumber-sumber yang tersedia di negara.12

12

C. A. Sanches, Pendidikan Kependudukan, 1982 (hal.18)


(27)

pertambahan penduduk per-tahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase dari penduduk dasar. jangka

Dari segi kepemerintahan studi kependudukan ialah untuk menentukan kebijakan kependudukan yang paling baik untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Kebijakan kependudukan ini terutama pada negara-negara yang padat penduduknya seperti jepang, di pusatkan pada pengendalian besarnya jumlah penduduk untuk menyesuaiakan dengan kondisi ekonomi.

Sebelum dibukanya lahan pertanian padi penduduk di Desa tanjung Leidong sangat sedikit, jumlah penduduk di daerah ini masih sangat sedikit dan mayoritas penduduknya adalah suku Melayu, Tinghoa, Jawa dan Batak yang merupakan suku yang bertempat tinggal didaerah Tanjung Leidong. Hal ini dimungkinkan karena sebelum masuknya pertanian padi di daerah ini, Tanjung Leidong masih merupakan daerah yang terisolasi dikarenakan jalur trnasportasi ke Tanjung Leidong masih belum memadai dan sangat jarang sekali. Seiring dengan perkembangan dan dibukanya lahan pertanian Tanjung Leidong perlahan namun pasti perkembangan jalur transportasi mulai berkembang dan masih menggunakan sarana transportasi air.

Pola pemukiman penduduk Desa Tanjung Leidong yaitu ditepi jalan lintas desa, yang dikelilingi oleh tepi pantai, dan dibatasi oleh lahan persawahan masyarakat antara kampung yang satu dengan kampung yang lainnya. Baik rumah yang satu dengan rumah yang lainnya, adapun rumah yang dibangun didaerah tersebut tidak jauh dari lahan persawahan, tanah ditimbun dan didirikanlah rumah dalam persawahan tersebut, adapun idea masyarakat melakukan itu karena lahan yang mereka miliki tersebut supaya tidak jauh dari lahan persawahan apabila hendak melakukan pertanian.


(28)

Struktur topografi Tanjung Leidong yang merupakan daerah sungai dan rawa-rawa sehingga cukup sulit untuk membangun jalan darat yang dapat menghubungkan langsung antara Tanjung Leidong dengan daerah-daerah terdekat maupun ke Ibukota Kabupaten dan Ibukota Propinsi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1995, Penduduk Kecamatan Kualuh Leidong berjumlah 28.457 jiwa yang terdiri dari 14.535 jiwa laki-laki dan 13.922 jiwa perempuan. Jumlah Penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Tanjung Leidong yaitu sebanyak 8.684 jiwa, sedangkan yang paling sedikit berada di Desa Kelapa Sebatang yaitu sebanyak 1.911 jiwa. Sebagian besar penduduk Kecamatan Kualuh Leidong beragama Islam yaitu 84,50 %, sedangkan yang beragama Kristen Protestan 8,16 %, Kristen Katolik 5,90 %, Budha 0 %, dan Hindu 1,43 %13

2.2Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian ialah pekerjaan yang rutin dilakukan hal ini bisa dilihat dari corak kehidupan penduduk setempat, berdasarkan cirri yang dimilikinya, kehidupan penduduk dapat dibedakan menjadi dua corak kehidupan tradisional (sederhana) dan corak kehidupan modern (kompleks). Masing-masing corak kehidupan memiliki corak kehidupan tersendiri. Mata Pencaharian penduduk yang memiliki corak sederhana biasanya sangat berhubungan denagn pememfaatan lahan dan sumber daya alam kelautan (perikanan).

Usaha pembudidayaan atau penangkapan hewan-hewan dilaut biasanya dilakukan oleh penduduk yang tinggal di daerah pesisir. Nelayan menangkap ikan-kan laut di kawasan laut dangkal atau zona neterik. Secara tradisioanal para nelayan menggunakan perahu kecil dan jenis pengankapan ikan dasarnya hanya menggunakan jaring, pancing, dan jala. Adapaun jenis ikan


(29)

yang dihasilkan ialah ikan teri, ikan senangin, ikan lidah, gembung, kerang, kepiting dan lain-lain.

Sejarah menunjukkan bahwa dalam beberapa abad lamanya, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan peradapan wilayah nusantara memiliki kelautan ekonomi dan politik dan berbasis pada sumber daya kelautan. Setelah lebih dari puluhan tahun seperti diabaikan barulah di era repormasi, kesadaran untuk menjadikan pembangunan nasional kita. Setidaknya, hal tersebut tercermin dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara(GBHN) tahun 1999. Ada sejumlah alasan mengapa pemerintah harus peduli terhadap pemberdayaan kelautan. Diantaranya Indonesia merupakan Negara kepulauan atau Negara maritim dimana pada banyak pulau dan pantai, di dalamnya terdapat kekayaan alam sumber daya laut dan pesisir14

Sebelum tahun 1970 mata pencaharian masyarakat Desa Tanjung Leidong ialah nelayan, adapaun nelayan sebagai pedagang sekaligus bermata pencaharian sebagai nelayan yang ada di Desa Tanjung Leidong. Tingkat perekonomian yang hanya mengandalkan nelayan, biasanya memiliki kehidupan perekonomian yang tergolong rendah. Kehidupan nelayan tergantung kepada kondisi alam, dimana para nelayan harus menyesuaiakan terhadap pada pasang surutnya air laut, apabila angin berhembus kencang (pasang mati) maka nelayan tidak akan kelaut lagi akibatnya berpengaruh terhadap perahu yang mereka bawa kedalam laut, sedangkan apabila pasang naik (pasang besar) mereka akan kewalahan dalam mencari ikan, itu terlihat pada tanggal kelender nelayan bagaimana keadaan dilaut. Adapun mereka gunakan sebagai alat tangkap untuk mencari ikan yaitu: Jaring, Pancing, Jala, dan perahu dayung mengingat pada saat itu alat tehknolgy belum tersedia, kehidupan ini dilakukan demi memenuhi kelangsungan hidup, kehidupan nelayan ini tidak tahu kapan di mulai di Desa Tanjung Leidong, tetapi cara yang

.

14


(30)

mereka gunakan ialah sama seperti yang dilakukan oleh nenek moyang mereka dalam menangkap ikan di Laut. Tetapi hal ini, masyarakat sudah tinggal menetap didaerah tersebut dan melakukan pekerjaanya sebagai nelayan meskipun kehidupan masyarakat tersebut masih tradisional.

Hambatan yang terjadi pada masyarakat nelayan ialah mereka sangat kesulitan dalam pemasaran hasil ikan yang mereka proleh setiap harinya. Adapun ikan yang mereka proleh setiap harinya yaitu : ikan teri, ikan lidah, ikan cumi-cumi, ikan kepala batu, kerang, kepiting dll, adapun hasil yang mereka proleh dengan jumlah ikan yang sangat banyak yaitu dijual dengan harga murah karena tingkat persedian yang kurang memadai yaitu sarana Transportasi, tempat pengasinan ikan, dan pemasarannya. Kehidupan inilah yang yang sangat sulit dalam pengkapan hasil ikan di Laut yang hanya menggunakan perahu dayung (sampan)15

Hasil mata pencaharian setiap tahunnya hanya bisa mencukupi pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat di Desa Tanjung Leidong. Sedangkan jumlah ikan yang diperoleh setiap harinya hampir mencapai 80-100/kg perhari dan di jual kepada tengkulak (pemborong) dengan harga Rp 100-300/kilogram, ini merupakan mereka yang memiliki sampan sendiri, pada masa itu mereka yang memiliki sampan sendiri sudah kalangan menengah keatas, dan apabila mereka yang tidak memiliki sampan, mereka bekerja sebagai karyawan orang-orang pemilik kapal atau sampan, ini dikarenakan sangat sulitnya kehidupan masyarakat. dan apabila pasang mati maka harga ikan akan melonjak tinggi dan demikian sebaliknya. Oleh karena itu produksi ikan sulit terjangkau oleh masyarakat dari tahun ke tahun. Semakin lama masyarakat seamakin tidak bisa memperthankan hasil ikan tersebut, kehidupan nelayan menghantar kepada kemiskinan dan mengalami kesulitan. Keadaan yang rendah tingkat perekonomian ini akan mengancam

.

15


(31)

kelangsungan hidup masyarakat apabila tidak menambah solusi yang tepat dan menambah mata pencaharaian yang lain yang mampu meningkatkan kehidupan masyarakat. Akibat nelayan yang hanya mampu memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari, anak-anak mereka tidak bisa memproleh pendidikan, bahkan untuk sekolah tingkat SD (sekolah dasar) saja sangat kesulitan dalam membiayai anak-anak mereka, bahkan anak yang dibawah umur saja sudah di bawa untuk mencari nafkah (berlaut) demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Keterbatasan ekonomi di Desa Tanjung Leidong sangat jelas kelihatan, ini terlihat pada tingkat pendidikan yang rendah, sebelum tahun 1970 pendidikan di desa Desa Tanjung Leidong ini sangat rendah masih banyak masyarakat hanya menyekolah kan anaknya hanya sebatas sekolah dasar yang paling tinggi saat itu. Sedangkan untuk tingkat kesehatan juga tidak memadai, Masyarakat lebih memilih untuk pergi berobat secara tradisional karena lebih murah.

Hal ini karena tingkat perekonomian, masyarakat sangat rendah sehingga lebih memilih pengobatan tradisional daripada pergi ke puskesmas yang biaya nya lebih mahal. Kalau berobat secara tradisional hanya memerlukan biaya yang sedikit untuk upah yang memberi obat, sedangkan ke puskesmas mereka harus membayar biaya pengobatan serta menebus obat dari puskesmas. Untuk ibu-ibu yang mau melahirkan pun mereka harus ke dukun beranak karena pada saat untuk bidang kesehatan belum tersedia. Rendah nya perekonomian saat itu hanya mengandalkan nelayan sebagai mata pencaharian pokok. Namun pada tahun1960 sebelum dibukanyaa lahan pertanian di Desa Tanjung Leidong penduduk asli desa tersebut hanya terdiri dari 217KK yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan, namun karena yang kebanyakan yang bekerja sebagai nelayan yaitu masyarakat melayu, tidak semua mereka para nelayan mau ikut membuka lahan pertanian kehutan, mereka tetap bekerja sebagai nelayan meskipun para nelayan


(32)

sudah banyak yang mencoba membuka lahan pertanian, adapun yang membuka lahan pertanian sekitar 150 Kk yang mau ikut membuka lahan petanian16

BAB III .

Penduduk di Tanjung Leidong bermata pencaharian sebagai Nelayan ataupun pertanian. Hal ini menjadi indikator akan pentingnya setelah dibukanya lahan pertanian di Kecamatan Tanjung Leidong sebagai penopang kegiatan perekonomian penduduk yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada pertanian tersebut. Mata pencaharian penduduk yang heterogen tersebut merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang berlangsung di Tanjung Leidong sebagai akibat dari perkembangan serta pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik.


(33)

PERKEMBANGAN PERTANIAN PETANI PADI TADAH HUJAN DI DESA TANJUNG LEIDONG TAHUN 1970-2000

3.1 ASAL MULA PETANI PADI DI DESA TANJUNG LEIDONG

Kehidupan nelayan di Desa Tanjung Leidong tidak banyak membawa pengaruh baik terhadap perekonomian masyarakat Desa Tanjung Leidong, semakin tahun kehidupan itu tidak dapat dipertahankan sekalipun dalam kehidupan nelayan hanya bisa untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, tapi untuk masa depan anak-anak mereka sangat sulit untuk dipertahankan. Namun tidak bertahan lama karena sangat minimnya tingkat tekhnologi untuk mendukung sarana prasarana nelayan dalam dalam memproleh hasil nelayan maupun dalam pemasarannya, dikalangan nelayan yang ada di Desa Tanjung Leidong dan kembali ketitik nol dan tidak mampu memenuhi kehidupan untuk masa depan mereka. Namun pada saat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat nelayan berusaha untuk mencari tanaman yang lebih cocok kedalam hutan. Meskipun ada hasil yang mereka proleh dari hasil nelayan tersebut hanyalah secukupnya yang bisa dipergunakan sebagai kebutuhan hidup. Sebelum dibukanya lahan pertanian masyarakat pantai masih tetap mempertahankan kehidupannya sebagai nelayan, meskipun itu sebelumnya mereka para nelayan sudah terlebih dahulu tinggal di Desa Tanjung Leidong tersebut, namun masyarakat pendatanglah yang mulai membuka lahan pertanian tersebut bukan masyarakat yang sudah tinggal di dearah Desa Tanjung Leidong.

Mulailah mereka untuk menebang hutan, membakar, dan pada saat itu mereka masih menggunakan alat tradisonal yaitu kapak, dalam mengerjakan pekerjaan itu bukanlah pekerjaan yang sangat mudah karena belum ada di temukan alat modern seperti mesin singgo yang biasa digunakan untuk menebang hutan saat ini. Hanya memproleh sedikit demi sedikit mereka


(34)

kerjakan hari demi hari, beberapa bulan mereka kerjakan dengan senang hati. walaupun mereka menebang hutan di Desa tersebut, mereka belum menetap tinggal di Desa Tanjung Leidong tersebut, Mereka masih pulang kedaerah asal nya masing-masing yaitu samosir. Pada bulan 9 tahun 1970 mereka membawa bibit dari samosir untuk mereka tanam dangan cara menabur begitu saja dan setelah selesai menabur bibit mereka kembali kedaerahnya masing-masing dan membiarkan bibit tersebut tumbuh. Setelah mereka kembali datang ke Desa Tanjung Leidong mulai lah datang masyarakat dari berbagai penjuru datang kedaerah tersebut untuk membuka lahan seperti dari Toba samosir, Siborong-borong, Pulau Jawa, Kisaran dll. mereka yag datang membuka lahan pertanian ke Desa Tanjung Leidong memberitahukan kepada rekan-rekan, saudara mereka supaya datang untuk bertani kedaerah tersebut, mulailah Desa Tanjung Leidong ini dikunjungi dan ramai pada tahun 1973. Berbagai masyarakat yang datang ke Desa Tanjung Leidong tersebut.

Setelah dibukanya lahan pertanian padi, masyarakat nelayan yang tinggal dipinggiran pantai yang bisanya mereka bekerja sebagai nelayan saja, berdagang, dan lain sebaginya. mereka mulai ikut membuka lahan pertanian, seperti para pendatang meskipun para nelayan sebelumnya sudah tinggal di Desa Tanjung Leidong sebelumnya mereka hanya bekerja sebagai nelayan saja dan tidak ada lain yang mereka kerjakan hanyalah mencari ikan kelaut, mereka yang ikut membuka lahan minoritas suku melayu, jawa dan lain lain. Meskipun demikian mereka tidak meninggalkan pekerjaannya sebagai nelayan walaupun mereka sudah membuka lahan pertanian tersebut, karena dalam pemikiran mereka menanam padi tidaklah pekerjaan setiap hari dilakukan, melainkan pekerjaan sampingan. Pertanian yang mereka kerjakan tidak lain hanya melakukan pertanian secara tradisional tanpa menggunakan modal yang banyak melainkan hanya menggunakan modal tenaga dan pikiran saja. Adapun masyarakat yang datang membuka lahan


(35)

pertanian tersebut ada masyarakat asli yang tinggal di Desa itu ada pula masyarakat pendatang walaupun masyarakat yang tinggal di dearah tersebut sudah berdomilisi di dearah itu tetapi tidak mereka yang dahulu yang membuka lahan tersebut melainkan para pendatang dari luar.

Pada 1970 Kasdin Simarmata dkk datang ke Desa Tanjung leidong tepatnya di blok V mereka datang dari daerah Samosir dan berdomisili di Samosir yang hanya datang melihat kondisi daerah Desa Tanjung Leidong tersebut, daerah tersebut masih di tumbuhi dengan pohon-pohon besar dan sangat tinggi. Pada awalnya mereka datang ke daerah Sei Lebah (asahan), dan didaerah ini dipenuhi dengan banyak penduduk yang datang mengisi kampung (sei lebah) tersebut. Dan mereka mulai berjalan kaki menelusuri sepanjang jalan, adapun jalan yang mereka ikuti yaitu setelah masuknya titi kaltek kedaerah tersebut untuk mencari minyak (eksplorasi) itulah yang mereka ikuti untuk menelusuri jalan kedaerah Desa Tanjung Leidong17

17

Wawancara dengan Bapak Marsius Tamba pada tanggal 01 April 2014 Di Desa Tanjung Leidong . Banyak jalan yang mereka lalui tapi inilah jalan yang paling terahkir yang mereka singgahi, jalan ini masih dipenuhi dengan semak belukar yang belum ditemukan jalan untuk kedaerah Desa Tanjung Leidong tersebut dan tibalah mereka kedaerah ke Desa Tanjung Leidong. Disana mereka mulai melihat hutan tersebut dan di dalam hutan itu mereka menemukan satu rumpun padi yang memiliki batang padi yang memiliki biji yang bagus, dan batang padi yang sangat besar. Mereka melihat bahwa lahan atau hutan tersebut cocok untuk ditanami padi. Padahal dalam system tanah sawah, lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air tanaman padi tercukupi sepanjang musim tanam. Oleh karena itu jenis tanah yang sulit menahan air (tanah dengan kandungan lempung tinggi) cocok dibuat lahan persawahan.


(36)

Sawah tadah hujan adalah sawah yang pengairannya berasal dari air hujan. Pada sawah ini, tanaman padi sangat bergantung pada musim hujan. Setiap tahun petani dapat panen padi satu kali. Untuk menghindari ancaman kekeringan pada musim kemarau, petani hanya menanam padi 1 kali dalam satu tahun diselingi dengan tanaman palawija sebagai tambahan saja seperti : pisang, jagung, ubi, cabai dan sayur-sayuran. Bertanam padi di sawah tadah hujan dalam mengusahakan padi disawah, soal yang terpenting adalah bidang tanah yang ditanami harus dapat: Menanam air sehingga tanah itu dapat digenangi air, dan mudah memperoleh dan

melepaskan air Pematang atau galengan memegang peranan yang sangat penting, karena dalam sistem bertanam padi di sawah tadah hujan ini, pematang atau galengan ini harus kuat dan dirawat, karena bertanam padi di sawah tadah hujan memerlukan air, sehingga dengan galengan-galengan sawah ini air dapat bertanam di sawah. Dan padi dengan sistem penanaman tadah hujan ini tidak dapat ditanam pada tanah yang datar. Penggarapan bertanam padi di sawah tadah hujan ini digarap secara “basahan” yaitu menunggu sampai musim hujan tiba dan dalam proses penanaman padi ini memakai bibit persemaian. Tetapi seringkali bibit sudah terlalu tua baru dapat ditanam karena jatuhnya hujan terlambat. Dalam penanaman padi sawah tadah hujan ini untuk menanam dan selama hidupnya membutuhkan air hujan cukup. Hal ini membawa resiko yang besar sekali karena musim hujan kadang datang terlambat, sementara padi sawah tadah hujan membutuhkan air hujan yang cukup. Maka seringkali terjadi puluhan ribu hektar tidak menghasilkan sama sekali atau hasilnya rendah akibat air hujan yang tidak mencukupi ataupun curah hujan yang terlalu tinggi. Ini terjadi pada tahun 1983 gagal panen yang membuat masyarakat Desa Tanjung Leidong dilanda keterpurukan dalam satu tahun hujan tidak pernah turun di Desa Tanjung Leidong. Banyak masyarakat hanya mengkomsumsi ubi dan pisang untuk memenuhi kelangsungan hidup, sebagai kebutuhan hidup dan mencari sumber makanan


(37)

kedaerah lain. Para pria yang tugasnya mencari nafkah pergi merantau banyak yang pergi keluar desa untuk mencari kebutuhan untuk makan anak dan istri mereka. Tidak ada yang bisa mereka kerjakan selain bertani, beras adalah salah satu sumber kebutuhan pokok mereka untuk bertahan hidup18

Tanah yang baik untuk areal persawahan ialah yang mampu memberikan kondisi tubuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: posisi tofografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang netreal, sumber air alam, serta kanofinas modofikasi system alam oleh kegiatan manusia.

.

19

Pertanian padi yang dilakukan tidak jauh berbeda seperti yang dilakukan oleh nenek moyang kita, tetapi sedikit berbeda dengan pertanian yang dilakukan oleh desa lain, karena system yang mereka gunakan ialah dengan cara menabur benih kedalam tanah dan tanpa merawat bibit tersebut, meskipun demikian padi tersebut tumbuh dengan sangat bagus dan memuaskan hasil bagi mereka karena tanpa melakukan perewatan yang rutin. Dari pengalaman inilah yang dilihat oleh masyarakat yang datang membuka lahan pertanian sehingga berlomba-lomba untuk membuka lahan pertanian, menurut salah seorang informan memiliki luas tanah sebanyak 2Ha itu merupakan sangat hebat dan luar biasa karena dalam mengerjakan atau menebang hutan itu sangatlah susah karena mereka menebang hutan ada yang bersama dengan keluarga mereka dan ada juga dengan cara bergotong royong bersama untuk menyelesaikannya. Cara yang praktis yang mereka kerjakan yaitu mereka menebang satu pohon yang paling besar dan pohon tersebut dijatuhkan kepohon yang lainnya supaya pohon yang ada disampingnya juga ikut tumbang secara bersama-sama. Mereka juga harus berhati hati dalam mengerjakan pekerjaan mereka

18Wawancara dengan Bapak Sapda tanggal 01 April 2014 di Desa Tanjung Leidong


(38)

karena itu bukanlah pekerjaan yang mudah kerena bisa saja terjatuh kayu kepada mereka saat menebang hutan tersebut. Setelah pohon tersebut tumbang mereka kemudian membakar kayu kayu yang sudah ditumbang dan mereka akan membakar hutan atau kayu itu dengan posisi yang sudah kering agar lebih mudah untuk dibakar.

Setelah selesai membersihkan hutan masyarakat mulai menabur benih kedalam lahan pertanian meskipun masih ada bekas fosil kayu-kayu bakaran mereka yang masih tertinggal di lahan pertanian mereka. Setelah masyarakat mengerjakan penanaman bibit dengan cara menabur ada yang kembali kedaerahnya masing masing dan ada juga yang kembali keperjaannya semula sebagai nelayan. Untuk menunggu hasil panen mereka membutuhkan waktu selama 5-6 bulan menunggu hasil panen, dan ada juga para pendatang setelah melakukan pertanian ada yang ikut untuk berlaut dan tidak kembali kedaerah asalnya tetapi ini tidak banyak, hanya beberapa orang saja dan belum mempunyai keluarga atau sering disebut dengan anak muda yang belum menikah. Setelah panen mereka datang kembali untuk menuai hasil panennya dan mereka tidak datang sendiri tetapi mereka membawa rekan atau keluarga mereka dalam mengambil hasil panen mereka.

3.2 Modal

Pada tahun 1970 masyarakat Tanjung Leidong tidak menggunakan modal untuk membuka lahan pertanian, masyarakat hanya menggunakan tenaga sebagai modal utama, seperti membersihkan hutan, membakar. Mereka hanya menggunakan kapak dan tenaga sebagai sarana utama, dalam proses pemodalan ini system kerja yang mereka gunakan sangat tradisional karena membutuhkan waktu yang sangat panjang, menurut salah seorang informant dalam satu hektar (Ha) tanah membutuhkan waktu yang sangat panjang dalam menyelesaikan lahan tersebut


(39)

seiring dengan lambatnya cara kerja. Karena system pemodalan di desa ini tidak membutuhan biaya yang banyak seprti yang dilakukan oleh petani-petani yang didearah lain karena belum adanya irigasi, hanya butuh tenaga dan pikiran saja. tetapi ini berlangsung sampai tahun 1987 karena melihat unsur hara pada tanah sangat tinggi, tidak perlu menggunakan pupuk dalam pertanian padi tersebut. Seperti bibit bibit yang mereka gunakan sebagai penanaman padi itu diambil sendiri dari hasil panen yang diperoleh lahan masing-masing, selainnya jikalau ada bibit kerabat petani, itu diminta saja atau diganti dengan padinya atau sering disebut dengan barter. Sampai musim turun ladang semua dikerjakan secara bergotong royong atau marsiruppa, dengan jadwal yang bergantian tanpa terkecuali semua dikerjakan secara bersama-sama, mulai dari pembibitan, penyerakan bibit, sampai dengan penanaman bibit kesawah, semuanya itu dikerjakan secara gotong royong, mereka juga sangat berhati-hati dalam pembibitan dan penanaman benih karena banyak ketakutan masyarakat, karena kalau hujan turun dengan curah hujan yang sangat tinggi, bisa membawa pengaruh buruk terhadap bibit, maupun dalam penanaman kesawah, kerena jikalau curah hujan tinggi maka padi atau bibit yang hendah ditanam disawah tergenang air, dan mengakibatkan pengulangan kembali bibit yang sudah ditanam. Salah satu cara yang digunakan pada petani dalam penanaman yang baik apabila hujan turun supaya tidak mudah padi rusak, maka bibit padi tersebut dituakan untuk menghindari curah hujan tiba-tiba datang. Mulai dari pembersihan lahan atau masyarakat setempat menyebutnya dengan membambat rumput ini dikerjakan secara bergantian, hal ini biasanya dikerjakan oleh para pria dalam membabat rumput biasanya setelah hujan datang supaya lebih mudah dikerjakan.

Pada pemodalan masyarakat yang memiliki lahan yang luas bidang tanah yang dimiliki antara lain masyarakat yang memiliki lahan 5 Ha ke atas akan di upahkan untuk penanaman dan pada masa itu modal yang dibutuhkan untuk penanaman satu Ha Rp.200.000,00. Kecil mulai


(40)

dari satu Hektar sampai dengan dua Hektar akan dikerjakan ngerombo atau marsadapari atau dikerjakan secara bersama-sama atau gotong royong, dan mereka secara bergantian sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat jadwal, pada umumnya jumlah masyarakat yang bergotong royong 10 sampai 20 orang akan diselesaikan lahan yang mereka kerjakan.

3.3Pembibitan.

Dalam penanaman padi benih yang harus digunakan untuk bibit harus teliti dalam pembibitan karena kualaitas bibit harus benar-benar baik. Oleh sebab itulah yang mereka peroleh untuk hasil panen satu tahun kemudian. Hal yang perlu dilakukan dalam benih sebelum disebar, benih sebaiknya direndam kedalam air selama kira-kira 12 jam, harus diperhatikan bahwa pada saat merendam, seluruh bagian benih harus terendam dengan sempurna proses perendaman ini dimaksudkan agar gabah menyerap air yang cukup untuk keperluan perkecambah, sesudah 12 jam perendaman benih diangkat dan diperam selama 24 jam. Hal ini dimaksudkan untuk member kesempatan kepada enzin20. Jika benih yang direndam bermutu tinggi, 24 jam sesudah pemeraman, 90 persen gabah sudah akan berkecambah dan siap untuk disebar dipesamaian.21

Pekerjaan pembibitan padi dilakukan setelah tanah- tanah sawah sudah dicangkul dan dibersihkan dari rerumputan yang bercampur dengan tanah akibat pencangkulan. Biasanya bibit padi yang digunakan untuk pembenihan padi berasal dari padi orang lain baik dengan cara meminta ataupun membelinya22

20Enzim ialah untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh mahluk hidup 21Ibid, hal.14

22 Sri Saadah,S, Masyarakat Petani dan Mata Pencaharian Sembilan dan Kesempatan Kerja,Jakarta 1989, hal.51


(41)

Pada tahun 1970 bibit yang harus digunakan yaitu dengan cara meng Ani-ani23. Padi yang sudah menguning ini biasanya dengan cara memilih padi yang paling tinggi dan dan memiliki tangkai yang besar dan panjang, masyarakat sangat teliti dan berhati hati dalam pemilihan bibit tersebut yang kemudian bibit itu dipijak atau marsyarakat setempat menyebutnya dengan mardege24

Namun pada tahun 1980 mulailah masuk bibit KKB dan Ramos, ke Desa Tanjung Leidong, bibit KKB ini memiliki keunikan tersendiri yaitu memiliki batang yang sangat panjang, dan bilur yang panjang, berbeda dengan KKB ini, Ramos tidak memiliki batang yang panjang, meskipun batang padi kkb ini memiliki keunikan tetapi banyak masyarakat Desa Tanjung Leidong menggunakannya selain rasa yang sedap, juga harus ketika dimasak, dan harga yang sangat

sehingga butiran padi tersebut terpisah dari malainya secara teratur. Itulah yang mereka pergunakan untuk bibit selanjutnya, namun pada tahun 1985 masyarakat di Desa Tanjung Leidong mulai mengenal alat modern dan canggih mereka tidak lagi menggunakan ani-ani sebagai alat untuk memotong padi disawah melainkan mereka menggunakan sabit sebagai alat untuk memotong padi demikian juga untuk pengambilan bibit mereka sudah tidak lagi memijak atau membanting padi tersebut melainkan mereka sudah menggunakan alat modern seperti mesin. Tetapi dalam pemilihan bibit masyarakat Desa Tanjung Leidong hanya mau menggunakan bibit dari hasil tanaman padi mereka sendiri ataupun mereka meminta hasil panen yang mereka lihat bagus mereka tidak harus membeli bibit tersebut melainkan mereka barter atau tukaran padi dengan timbangan padi yang sama, dengan bibit Siranggong, sikodok, inilah bibit yang digunakan untuk bibit pada tahap pembukaan awal pada tahun 1970. Namun setelah masuknya bibit KKB dan ramos ini, bibit siranggong dan sikodok tidak lagi dipakai oleh masyarakat sebagai bibit mereka untuk menanam padi disawah.

23Ani-ani ialah cara memotong padi dengan menggunakan alat tradisional.


(42)

terjangkau dijual. Maka pada tahun 1980 sampai dengan tahun 2000 masyarakat memilih bibit kkb sebagai bibit utama meskipun mereka tetap menggunakan ramos sebagai bibit yang lainnya.

Bibit padi sudah harus dipersiapkan dari hasil sawah khusus untuk pesamaian. Setelah bibit tumbuh tinggi sekitar 25-30 cm akan dipindahkan penanamannya. Pekerjaan penanaman bibit padi dilakukan oleh kaum wanita sedangkan kaum pria bekerja untuk membersihkan lahan sawah yang akan ditanami. Bibit-bibit padi tersebut ditanam pada petak-petak sawah yang telah disediakan. Setelah bibit-bibit ditanam petani kemudian dilaksanakan pekerjaan memelihara bibit-bibit tadi dari timbulnya rumput-rumputan atau tumbuhan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan bibit padi.

Petak pembenihan biasanya dicangkul sedemikian rupa sehingga tanahnya lembut, cukup lumpur, dan cukup air. Setelah itu bibit padi siap untuk dicabut kemudian dibersihkan dan siap untuk ditanam. Adapun cara yang mereka lakukan untuk mendapat hasil yang maksimal, sebelum ditanam tanaman padi harus disamaikan lebih dahulu, pesamaian itu harus disiapkan dan dikerjakan dengan baik agar dalam pengambilan bibit kedepannya akan memproleh bibit yang lebih baik lagi sehingga pertumbuhan nya akan lebih baik pula. Dalam memilih tempat pesamaian masyarakat harus benar-benar memperhatikan tanah yang paling subur, banyak mengandung humus dan gembur, tanah harus tanah yang terbuka tidak terlindung dari pepohonan, sehingga sinar matahari dapat diterima oleh bibit dan dipergunakan sepenuhnya, dekat dengan sumber air dan apabila nanti pasamaian nya mengalami kekeringan akan lebih mudah dalam penyiraman bibit tersebut.

Dalam membuat pesamaian tadah hujan harus dipilih tanah sawah yang bebar-benar subur. Rumput-rumput dan jerami padi yang masih tertinggal harus dibersihkan lebih dahulu dan


(43)

setelah masyarakat petani selesai megerjakan pembibitan mereka kembali pengolahan tanah yang penanaman padi sudah disiapkan setelah dua bulan sebelum penanaman, pelaksanaan nya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara tradisional dengan cara modern, pada tahun 1970 sampai dengan tahun 1980 masyarakat masih menggunakan cara tradisional yaitu dengan menggunakan cangkul, parang, garu dan semuanya dilakukan oleh masyarakat atau dibantu oleh binatang misalnya seperti kerbau dan sapi dll, sehingga proses kerjanya itu sangat lambat dan dibarengi dengan gotong royong, masyarakat dalam melakukuan pembibitan dan penanaman ataupun dengan cara panen mereka mengerjakan dengan cara gotong royong atau sering disebut dengan Marsiruppa25

Sebelum tanah sawah dicangkul atau dijetor, biasanya masyarakat mengumpulkan jerami-jerami atau rumput-rumput yang ada dan dikumpulkan dalam suatu tempat atau dijadikan pupuk kompos, biasanya pupuk ini dibuat untuk tanaman cabai, sayur-mayur dan tanaman lainnya. Sebelum pembajakan sawah harus digenangi air terlebih dahulu supaya agar tanah-tanah yang akan dibajak memiliki kandungan didalam tanah bercampur dan menjadi rata. Dan setelah selesai pembajakan sawah tanah yang sudah bercampur dan tanah sudah menjadi sama dan rata maka penanaman akan menjadi lebih sempurna.

itu berlaku untuk semua masyarakat yang ada di Desa Tanjung Leidong tanpa terkecuali. Namun setelah meningkat alat tekhonogi tahun 1980 masyarakat sudah mulai menggunakan alat modern sebagai mengolah lahan pertanian seperti Traktor ataupun biasa disebut dengan Jetor namun, ketika sudah mulai muncul alat modern seperti jetor atau Traktor pengolahan tanah bisa dilakukan dengan sendiri tanpa gotong royong, namun tidak semua yang memiliki alat jetor tersebut hanya beberapa orang saja.

25

Marsiruppa adalah sebuah istilah dengan bahasa setempat masyarakat yang artinya saling tolong menolong dengan cara bergantian ke ladang petani dalam setiap penanaman maupun panen. Hal ini dilakukan sendiri oleh petani yang mempunyai lahan persawahan


(44)

Pekerjaan penanaman pembibitan yang dilakukan oleh petani didahului dengan pekerjaan pencabutan pembibitan. Bibit yang akan dicabut yang sudah berumur 40 hari dan memiliki daun 5-7 helai, cara yang mereka lakukan 5 atau sampai 10 batang bibit dipegang menjadi satu kemudian ditarik kearah posisi badan kita dan jangan sampai batang bibit tersebut putus.

Bibit yang telah dicabut kemudian diikat dalam satu ikatan besar untuk memudahkan pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut oleh masyarakat petani harus segera ditanam agar bibit tersebut kuat dan jangan sampai bermalam, dan biasanya petani menggunakan jarak 20x20 cm, hal ini untuk memudahkan pemeriharaan baik penyiangan ataupun pemupukan yang memungkinkan agar mendapat prolehan sinar matahari. Penanaman ini dilakukan dengan berjalan mundurtangan kiri memegang bibit dan tangan kanan menanam bibit, dan bibit tidak baik apabila bibit ini ditanam terlalu dangkal ataupun terlalu dalam karena ini sangat mempengaruhi pertumbuhan padi.

Penanaman padi air adalah yang utama dalam penanaman padi yaitu petani akan menanam padi berdasarkan tadah hujan biasanya hujan akan turun pada bulan September, okteber dan November dibulan inilah para petani menanam padi, tidak ada yang bisa diharapkan kecuali air tadah hujan apabila tidak ada hujan maka petani akan gagal dalam memproleh hasil panen, setelah beberapa tahun dibukanya lahan pertanian di Desa Tanjung Leidong ini, pada tahun 1983 terjadi kekeringan yang sangat mengancam kehidupan masyarakat petani di Desa Tanjung Leidong, gagalnya hasil panen yang diperoleh masyarakat kewalahan dalam mencari kebutuhan hidup, mereka mencari makanan untuk kebutuhan hidup mereka yaitu mencari ubi, pisang,kebagai kebutuhan pokok ke Desa Kelapa sebatang, banyak masyarakat tidak dapat mengkomsumsi beras ataupun padi hanya mengkonsumsi ubi sebagai makanan sehari-hari.karena masyarakat Desa Tanjung Leidong hanya menyediakan stok makanan satu tahun


(45)

selainnya mereka menjual padi langsung kekilang padi dengan harapan tahun depan akan memproleh hasil panen yang lebih baik, ternyata jauh dari prediksi masyarakat.

Setelah penanaman, biasanya apabila tanaman padi ada yang mati harus segera diganti atau pun disulam, tetapi pada tahun 1970 an masyarakat petani tidak pernah mengganti tanaman padi yang yang mati karena mereka tidak lagi mengurus tanaman padi mereka, mereka ada yang pulang kekampung masing masing, ada yang kembali berlaut atau kembali mengerjakan rutinitasnya sebagai nelayan karena yang datang untuk menanan di Desa Tanjung Leidong ada yang dinamakan Mardua Huta26. Meskipun demikian hama tidak ada yang menggagu tanaman mereka meskipun mereka tidak melihat lahan mereka yang disawah mereka percaya bahwa suatu ketika mereka akan mendapat hasil yang maksimal. Namun untuk pemupukan pada tahun 1970 sampai 1987 masyarakat Desa Tanjung Leidong tidak pernah menggunakan pupuk untuk lahan pertanian mereka. Meskipun demikian hasil yang mereka proleh sangat maksimal bahkan mencapai 6-7 ton perhektarnya. Lambat laun unsure hara tanah semakin kurang dan mulailah petani menanam padi dengan menggunakan pupuk pada tahun 1988 dengan perolehan hasil yang sama27

• Pupuk dasar dapat diberikan satu hari sebelum tanam atau pada saat tanam. Tujuan pemupukan ini adalah menyediakan unsure hara pada saat perakaran tanaman padi siap menyerap unsure hara. Pupuk yang diberikan berupa pupuk nitrogen sebanyak 1/3 dosis

..

Adapun pupuk yang mereka gunakan sebagai menambah zat-zat dan unsure- unsure makanan yang dibutuhkan oleh tanaman di dalam tanah, dan untuk tanaman padi pupuk yang digunakan antara lain:

26

Mardua Huta ialah Masyarakat yang tidak berdomisili di daerah itu melainkan didaerah lain mereka pendatang hanya untuk melakukan pertanian dan kembali ketika panen sudah tiba.

27


(46)

perhektar, sedangkan pupuk fosfor da kalium biasanya diberikan seluruh dosis 300 kg UREA, 100 kg TSP, dan 100 kg KCL maka pupuk dasar yang diberikan 100 kg urea, 100 TSP, dan 100 KCL.

• Unsure nitrogen diberikan sebagai pupuk dasar sebagainya dalam bentuk ammonium (NO4+), sedangkan nitrogen yang diberikan pada pemupukan berikutnya dapat dalam bentuk

ammonium atau nitrat (NO3+). Unsure nitrogen dalam bentuk nitrat sebaliknya tidak

diberikan sebagai pupuk dasar. Hal ini disebabkan nitrat mudah mengalami denitrifikasi sehingga saat nitrat siap diserap tanaman, tanaman belum siap menyerap unsure hara. Bila diberikan sebagai pupuk lanjutan, tanaman padi sudah siap menyerap pupuk sehingga kehilangan melalui denitrifikasi dapat dihindari.28

Untuk pertanian padi ini, sebagian masyarakat ada yang membeli bibit dari daerah lain, namun ada juga yang menyisihkan hasil pertanian padi mereka untuk bibit dari tahun ketahun produksi tanaman padi yang ada didaerah ini. Dari hasil tanaman padi ini petani sudah mampu membeli kebutuhan sekunder, Bahkan sudah banyak masyarakat yang memiliki kendaraan baik roda dua, jetor maupun roda empat seperti mobil pick up untuk mengangkut padi. Akan tetapi ada juga masyarakat yang masih mengangkut padi dengan cara tradisional seperti dengan menggunakan tenaga sepeda dayung dengan mengikat padi kedalam sepeda dayung mereka mendorong sepeda tersebut sepanjang jalan.

3.3Panen dan Pekerja

Keadaan fisik dan daerah tertentu menyebabkan penduduknya harus mengalami fluktuasi-fluktuasi yang demikian besarnya dengan hasil panen mereka, sehingga tanpa

28


(47)

pemungutan dari kaum elit sekalipun kelangsungan hidup mereka sudah rawan. Apabila disamping itu, penghasilan mereka pada umumnya rendah, maka setiap pendapatan tidak dapat ditawar-tawar lagi oleh kaum elit setelah satu (serentetan) panen yang gagal besar kemungkinannya akan mempunyai efek yang gawat terhadap kehidupan petani. Oleh kerena itu tidak mengherankan bahwa daerah-daerah sedemikian seringkali terkenal dengan sejarahnya yang ditandai dengan pembrontakan dan perlawanan terhadap kekuasaan negara29

Panen dilaksanakan berdasarkan umur tanaman sesuai dengan deskripsi variates sekitar 150 - 160 hari setelah tanam, cara ini paling mudah diingat dan paling banyak dilakukan petani. Cara ini dilakukan dengan melihat warna bulir padi yang sudah menguning dan daun bendera yang masih hijau atau mulai menguning, sedangkan daun bendera masih tampak hijau atau mulai menguning.30

29

James C.Scott, Moral Ekonomi Petani, Jakarta, 1981. Hal.304 30

Ibid, hal.80

Ketika padi sudah mulai menguning para petani mulai sibuk mengurus panennya seperti mencari tenaga kerja, untuk menghindari kebanjiran dan kekurangan tenaga kerja untuk memanen padi walaupun padi belum matang secara optimal. Adapaun yang datang untuk memanen di Desa Tanjung Leidong ini datang datang berbagai penjuru yaitu dari air joman, kisaran, siborong-borong, samosir dan lain lain, karena masyarakat yang bereda di daerah tersebut tidak mampu menyelesaikan hasil pertanian meresa sendiri, baik melalui gotong royong ataupun dikerjakan sendiri. Ketika panen pada tahun 1970 yang datang memanen padi tersebut ialah semua kaum wanita karena mereka yang datang memenen hanya menggunakan ani-ani untuk memanen padi disawah tanpa terkecuali, dalam menyelesaikan satu Hektar padi panen dengan menggunakan ani-ani yang pekerjanya 10 orang membutuhkan waktu 12 hari dan menghabiskan waktu yang sangat lama. meskipun demikian tidak mengurangi semangat para wanita yang bekerja. Karena mengingat belum ditemukan alat yang modern dan cepat untuk


(48)

beroperasi dalam bekerja.ini berlangsung selama kurang lima tahun. Setelah siap diani-ani para pekerja mereka akan memukul padi tersebut atau mimijak padi tersebut supaya bilur-bilur padi akan lepas itu dilakukan dengan kayu ataupun dengan pelepah kelapa, ini dikerjakan pada malam hari.

Pada tahun 1975 muncul sabit sebagai alat untuk memanen padi disawah, dan yang datang bekerja sebagai pekerja bukan hanya wanita saja melainkan pria juga sudah ikut serta dalam memanen padi di desa ini. Mulailah masyarakat Desa Tanjung Leidong menggunakan sabit sebagai alat untuk memanen padi disawah, dan sabit ini lebih cepat cara kerjanya kalau yang menggunakan ani-ani membutuhkan waktu 12hari dengan mengunkan sabit hanya membutuhkana waktu enam hari dalam menyelesaikan satu hektar padi meskipun demikian tidak untuk meningkatkan hasil pertanian tetapi hanya untuk mempercepat sarana atau cara kerja petani dalam menyelesaikan panen padi. Pada waktu yang kurang lebih bersamaan, mesin pemanen dan perontok gabah mulai muncul diarena percaturan setempat. Kemunculan alat-alat ini sebagian besar dimungkinkan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi yang sebelumnya juga telah memperbaiki pendapatan buruh tani dikampung31

o Dengan menggunakan kedua kaki, padi di injak dengan cara diputar-putar .

Adapun beberapa cara untuk merontontokkan padi dari bulirnya yaitu :

o Kemudian cara digedig, tumpukan padi dipukul-pukul dengan menggunakan daun pelapah atau daun kelapa

o Perontokan padi dengan fedal thresher yang digerakkan dengan mesin.32

31

James C. Scott, Senjatanya Orang-Orang Yang Kalah(Bentuk-Bentuk Perlawanan sehari-hari Kaum Tani), Jakarta, 2000, Hal. 146

32

Ibid, hal.91


(49)

Namun pada tahun 1980 muncullah alat modern yang bisa menyelesaikan panen secara cepat dan praktis yang biasa disebut dengan nama Theresher33

Bisa diperkirakan lebih banyak masyarakat yang datang untuk memanen padi daripada penduduk yang berdomisili diderah tersebut. Hampir setiap rumah yang para pekerjanya ada sebanyak 15 orang datang untuk berpanen. Namun demikian mereka adalah tenaga kerja musiman dengan sendirinya datang ataupun datang karena sudah beritahu bahwa setiap bulan maret masyarakat Desa Tanjung Leidong akan penen padi. Mereka datang pada saat panen saja karena pada saat panen ketakutan-ketakutan masyarakat sangatlah banyak. Adapun yang menjadi ketakutan masyarakat ialah ketika padi sudah tua, maka padi-padi itu akan lengket dan tumbang karena padi semakin tua semakin merunduk, ketika hujan datang maka dalam memproleh hasil panen dari sawah sangatlah sulit selain tanah sudah tergenang air, pengangkutan dari sawah ke tempat yang kering sangatlah sulit, bahkan mereka menggunakan sampan plastic untuk menarik padi tersebut dari lahan persawahan sampai kepinggir jalan ataupun untuk tiba dirumah pemilik .ini juga membawa dampak terhadap pemanen yang datang ke Desa Tanjung Leidong, selain masyarakat datang untuk memanen bertambah semakin dan semakin cepet proses kerjanya. Namun ketika mesin perontok padi ini sudah muncul di Desa Tanjung Leidong masyarakat tidak mau langsung menerima alat mesin tersebut karena dalam pemikiran mereka jikalau menggunkana alat tersebut maka akan banyak bilur-bilur padi tersebut akan terbuang secara Cuma-Cuma. Namun yang membawa pertama kali mesin perontok padi ini berasal dari Aceh dan sekaligus datang sebagai petani musiman di daerah tersebut, setelah masyarakat mengerti alat modern masyarakat menerima alat mesin perontok padi tersebut sebagai sarana untuk mempermudah cara kerja petani yang hendak memanen padi tersebut.

33


(50)

padi. Ketika air hujan datang Maka bulir-bulir padipun akan basah dan tidak bisa langsung dijual ke kilang padi kerena mereka harus terlebih dahulu menjemur padi tersebut supaya padi tersebut bisa dijual kekilang padi. Sebenarnya banyak yang menjadi ketakutan masyarakat yang ada di Desa Tanjung Leidong ini, mereka yang datang untuk bekerja terutama orang-orang jawa, batak, sedangkan orang-orang jawa berasal dari kisaran sedangkan orang-orang batak berasal dari siborong-borong, samosir dan sidikalang mereka tinggal dirumah pemilik sawah yang menggunakan jasanya (makan, minum, dan tidurnya) ditanggung oleh petani pemilik sawah sampai bertahun-tahun demikian lah yang datang untuk memanen hasil pertanian di Desa Tanjung Leidong. Setelah selesai panen petani mereka kembali petani yang datang bekerja sebagai pekerja musiman kembali kedaerahnya masing-masing. Namun ketika sudah selesai masyarakat petani di Desa Tanjung Leidong mengerjakan hasil pertanian mereka, ada yang menjual hasil pertanian mereka semua ke tauke dan ada yang menyisihkan hasil penennya untuk kebutuhan hidup satu tahun kedepannya supaya tidak lagi membeli beras untuk bulan berikutnya, namun ada juga yang menjual sekaligus hasil pertanian mereka ketauke dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka menunggu hasil panen padi singgang yang kedua, kerena setelah selesai panen padi bisa dikatakan masyarakat memproleh hasil panen dua kali dalam setahun tapi dengan sekali penanaman yang dinamakan singgang padi34

34

Singgang padi merupakan hasil padi yang kedua kalinya setelah padi sudah selesai dipanen, maka akan tumbuh kembali padi kecil pada bagian batang padi yang sudah selesai di arit dari batang padi, hasil padi singgang ini tidak lama proses panennya hanya menunggu waktu selama 30 hari setelah selesai panen.

. Dalam menunggu singgang padi ini, tidak menunggu waktu terlalu lama, hanya menunggu waktu selama 30 hari setelah padi tersebut dipanen, setelah selesai diarit batang padi, maka akan tumbuh kembali padi pada bagian padang padi tersebut, bisa dikatakan bahwa dalam sekali penanaman bibit padi mampu menghasilkan panen dua kali dalam setahun, singgang padi ini tidak jauh beda dengan padi yang pertama, jikalau hasil padi pertama bisa memproleh 4-5 ton per hektarnya maka padi singgang


(51)

ini bisa memproleh hasil mencapai 2 sampai dengan 3 ton perhektarnya. Namun dari segi kualitas beras singgang ini jauh lebih sedap rasanya dibandingkan hasil padi yang pertama, namun setelah selesai panen banyak hal yang bisa dikerjakan oleh petani yaitu, mencari ikan dilaut, mencari ikan dikolam adapun ikan yang dicari yaitu: ikan sepat, ikan gabus, ikan lele, ikan betik dan lain-lain. Adapun hasil ikan tersebut mereka jual langsung kepasar ataupun di asin untuk laut mereka sehari-hari. Sehingga masyarakat yang ada di Desa Tanjung Leidong tidak lagi membeli ikan ke pasar setiap hari, namun untuk sayur mayor mereka memilih untuk menanam sayur-mayur mereka disawah mereka atau benteng sawah yang sudah ditimbun tanah.

3.4Pemasaran

Pemasaran Pengaruh pertanian padi bukan hanya di pola kehidupan masyarakat saja namun di pemasaran juga terjadi. Tauke atau kilang padi di desa ini bermunculan dengan pemasaran yang terorganisir. Hubungan antara petani dan tauke sangat dekat dan saling membutuhkan. Masyarakat harus tetap menjaga hubungan baik dengan Tauke karena tidak ada pilihan lain untuk menjual padi selain Tauke tersebut, mengingat transportasi yang sangat sulit untuk diitempuh karena jalan harus melalui transportasi laut. Karena hanya kapal taukelah yang ada di daerah tersebut. Pada tahun 1970 dalam pemasaran hasil daripada pertanian mereka mereka tidak langsung menjual padi mereka begitu saja, tetapi mereka terlebih dahulu mengolah padi yang sudah dipanen, lalu mereka menumbuk padi tersebut kedalam lesung dan menjual beras tersebut kepasar, dalam pemasaran juga mereka belum memiliki transpotasi dalam pengankutan beras, mereka berjalan kaki menelusuri pasar sepanjang 10 km dengan menjunjun beras tersebut. karena tauke Zuke ini baru ada pada tahun 1975 setelah berbagai rintangan yang dilalui oleh masyarakat dalam pemasaran beras, namun setelah dibukanya kilang padi Zuke ini, mereka tidak lagi menumbuk padi tersebut setelah selesai dipanen, melainkan mereka langsung menjual beras


(52)

tersebut kekilang padi, dan kilang padilah yang akan mengolahnya sendiri. Dan tauke inilah yang melakukan pemasaran tersebut keberbagai daerah atau kota kota besar seperti, kota Medan, Jakarta, Malasya dll35

35

Wawancara dengan pemilik kilang padi (Tauke) tanggal 02 April 2014 .

Masyarakat membutuhkan tauke untuk pemasaran hasil pertanian mereka dan tauke membutuhkan hasil pertanian dari masyarakat untuk melancarkan usaha mereka. Adapun kilang padi yang mau menerima padi tidak banyak hanya satu dua atau tiga kilang padi saja, yang menjadi pemasaran terbesar di daerah Tanjung Leidong sekitarnya ialah Tauke Zuke, inilah yang menampung semua padi yang ada di daerah tersebut tanpa terkecuali karena sarana transportasi tidak ada untuk keluar masuknya barang, semua yang mengkelolah ialah Tauke Zuke. Potensi padi sawah yang dihasilkan Kecamatan Kualuh Leidong diolah dan dijadikan beras Leidong yang cukup terkenal di Sumatera Utara, bahkan beras Leidong jenis KKB ( kuku balam) dan ramos telah dipasarkan dijakarta, di Medan, dan beberapa kota terbesar di Sumatera Utara. Dalam industry pengelolahan padi atau disebut kilang padi, Kecamatan Kualuh Leidong memiliki kilang padi terbesar di Sumatera Utara yang mengelolah padi secara modern yang menghasilkan beras yang berkualitas

Pemasaran di desa ini ada satu jenis yaitu pemasaran bebas dan pemasaran yang satu Tauke Zuke, dan Tauke Zuke yang manampung hasil yang ada di Kecamatan kulauh Leidong, pemasaran besar sampai ke berbagai penjuru mulai Tanjung Balai, Medan, Jakarta, dan Malasyia. Adapun pemasaran yang dijual ialah besar, dan Tauke tidak menjual padi tetapi sudah mengolahnya menjadi beras. Pemasaran bebas yaitu masyarakat tidak ada perjanjian terhadap salah satu tauke dan pemasaran terikat yaitu petani mempunyai perjanjian dengan tauke.


(53)

BAB IV

PENGARUH PERTANIAN PADI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA TANJUNG LEIDONG

4.1 TINGKAT PENDAPATAN

Pendapatan adalah suatu hasil yang didapatkan oleh seseorang setelah melakukan pekerjaan meskipun hasil yang diperoleh tersebut dari tingkat yang terendah sampai dengan tingkat yang tertinggi yang nantinya akan digunakan untuk mencapai kebutuhan untuk mengkonsumsi suatu barang dan jasa.

Tingkat pendapatan masih menjadi indicator pada tingkat kesejahteraan masyrakat Pada tingkat ekonomi dan sosialnya. hakikatnya manusia mempunyai kecenderungan untuk tetap hidup dan mengembangkan harkat kehidupan sosialnya. Mereka didorong oleh hasrat untuk hidup lebih baik sesuai dengan harkat manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya cenderung untuk mencari dari berbagai sumber yang ada, terutama berkaitan dengan potensi di sekeliling mereka hidup dan bertempat tinggal. Dari pertanian padi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tanjung Leidong banyak sekali membawa perubahan. Perubahan yang dialami berbeda-beda. Ada yang mengalami perubahan yang sangat mencolok dan ada juga yang mengalami perubahan secara lambat.

Mengenai perolehan hasil produksi panen padi sangatlah bervariasi. Mulai dari kuku balam. Ramos, pasaman, dll Besar kecilnya hasil panen padi tersebut tergantung pada luas lahan padi yang dimiliki petani. Lahan yang luas tentu saja mendapat hasil panen yang banyak,


(54)

begitu juga dengan lahan yang sempit akan mendapat hasil panen padi yang lebih sedikit. Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa biaya yang dikeluarkan untuk merawat dan penanaman padi tersebut kemudian akan dikurangi dari hasil panen yang sudah didapat. Setelah biaya tersebut dikurangkan maka petani bisa melihat berapa hasil dan keuntungan yang petani dapatkan dari pertanian padi tersebut. Karena untuk menanam padi tidak lah menggunakan modal yang besar pada saat itu hanya menggunakan modal tenaga untuk memproduksi hasil yang maksimum.

Dari pertanian padi ini, pendapatan masyarakat semakin meningkat. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat terjadi perubahan di dalam kehidupan petani padi. Ini bisa kita lihat dari pola hidup dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Pemenuhan kebutuhan dirumah tangga bukan hanya kebutuhan pangan saja melainkan masih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi baik jasmani maupun rohani, hal ini akan dapat dipenuhi dengan adanya aktivitas. Masyarakat Desa Tanjung Leidong yang mempunyai mata pencaharian utama mengharapkan segala kebutuhan mereka dapat dipenuhi dari hasil pertanian padi. Untuk pemenuhan pangan mereka biasanya secara subsistensial. Beras yang mereka dapatkan berasal dari pertanian padi yang mereka usahakan. Mereka tidak menjual hasil pertanian padi yang mereka tanam, melainkan hanya untuk kebutuhan mereka dalam setahun. Untuk selainnya mereka menjual untuk memenuhi kebutuhan anak-anak mereka untuk bersekolah. Adapun sayuran dan buah mereka tidak perlu mengeluarkan biaya karena mereka juga menanam sayuran di sawh mereka sendiri, hanya untuk konsumsi keluarga saja. Begitu juga untuk lauknya mereka kadang-kadang bisa mendapatkannya dari para nelayan yang datang menjual kerumah-rumah. Selain itu mereka juga memelihara hewan ternak seperti ayam, bebek dan lain sebagainya. Hanya pada acara tertentu saja mereka mau menyembelih hewan peliharaan mereka. Secara umum, untuk


(55)

kebutuhan pangan mereka tidak banyak mengeluarkan biaya sehingga pendapatan yang mereka terima tetap bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang lain.

Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dari pertanian padi, sangat banyak perubahan yang terjadi dalam masyarakat Desa Tanjung Leidong. Ini terlihat dari bentuk rumah yang mereka miliki. Sebelum pertanian padi ada di desa ini,bentuk rumah-rumah penduduk bisa dikatakan sangat sederhana dan bahkan ada yang tidak layak huni. Masyarakat masih menghuni rumah-rumah panggung. Dan tidak ada masyarakat yang tinggal dirumah bagus, semuanya hanya memililiki rumah sederhana yang terbuat dari rumbia. Pada awalnya tidak ada Masyarakat yang sudah mempunyai rumah bagus pada saat itu, masyarakatnya semua bersama-sama datang ke desa Tanjung Leidong untuk merubah nasib di mulai dari titik nol. Pendapatan meningkat masyarakat mulai memperbaiki rumah mereka, ada yang mempunyai rumah semi permanen dan ada juga yang sudah permanen. Rumah-rumah panggung sudah jarang ditemui di desa ini. Sekalipun ada beberapa rumah panggung dijumpai di Desa tidak banyak lagi hanya sebagian kecil saja. Perubahan bentuk rumah ini lebih memudahkan masyarakat menyimpan padi mereka untuk kebutuhan mereka satu tahun kedepan, dan kendaraan mereka untuk mudah masuk ke rumah kedalam rumah. Perubahan bentuk rumah ini juga seiring dengan perkembangan zaman serta perkembangan teknologi. Masyarakat bisa melihat bentuk rumah seperti permanen, semi permanen melalui sarana komunikasi seperti televisi.

Bukan hanya dalam bentuk rumah yang mengalami perubahan, masyarakat juga tidak hanya mampu mencukupi kebutuhan primer namun mereka sudah bisa memenuhi kebutuhan sekunder bahkan kebutuhan tersier. Bisa kita lihat contoh yaitu barang-barang yang ada di rumah penduduk. Dahulu televisi adalah sebuah barang mewah untuk masyarakat desa ini. Menurut pengakuan seorang informan “...,, dulu hanya ada satu bioskop di Desa Tanjung Leidong ini,


(56)

semua dari berbagai penjuru datang untuk menonton bioskop itu, bahkan dalam satu malam itu ada 4 season dalam dalam satu film akan menempuh jarak 5km dengan berjalan untuk menempuh bioskop tersebut”36

Masyarakat petani padi pendapatannya meningkat sudah bisa membeli alat transportasi. Masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya sarana transportasi. Komunikasi lalu lintas sangat penting bagi kehidupan manusia dan merupakan sarana yang sangat penting dalam kelancaran roda perekonomian. Sebelum tahun 1985, masyarakat Desa Tanjung Leidong menggunakan sepeda dayung sebagai sarana trnsportasi mereka. Mereka harus berjalan sambil menggiring sepeda untuk membawa hasil panen padi dari sawah dan berjalan sejauh 8 km. Pengangkutan hasil pertanian dengan menggunakan sepeda dayung seperti tidak bisa maksimal dan masyarakat lebih memilih praktis sehingga lebih memilih kendaraan Jetor. Kita ketahui

.

Masyarakat yang mempunyai televisi hanyalah beberapa orang saja. Namun, munculnya pertanian padi di masyarakat desa ini membuat barang mewah tersebut bisa di beli oleh mereka dan hampir seluruh masyarakat desa sudah mempunyai televisi pada tahun 2000. Bukan hanya televisi saja, namun masih banyak barang lainnya yang dianggap mewah oleh masyarakat pada saat itu yang bisa dibeli masyarakat, seperti radio, tape, telepon genggam dan mesin ketik. Dalam pola hidup juga masyarakat Desa Tanjung Leidong mengalami perubahan. Ada pemikiran masyarakat untuk lebih maju dan tidak mau kalah dengan masyarakat lainnya. Hal inilah yang mengakibatkan adanya persaingan di desa tersebut. Persaingan yang terjadi yaitu ketika salah satu petani sudah bisa menyekolahkan anaknya ke perguran tinggi maka masyarakat lainnya juga akan mengikut dan tidak mau kalah. Hal ini tentu saja berdampak positif bagi masyarakat sehingga masyarakat lebih giat lagi untuk bekerja.


(57)

sepeda dayung hanya bisa mengangkut 3 goni padi, hasil pertanian dan harus diiringi oleh masyarakat dengan jalan kaki. Hal ini juga yang membuat masyarakat lebih memilih kendaraan jetor yang lebih praktis dan efisien.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan juga diakibatkan pendapatan masyarakat semakin tinggi, sarana transportasi di Tanjung Leidong juga mulai berubah. Lambat laun, masyarakat tidak menggunakan trasnfortasi sepeda dayung lagi untuk mengangkut barang mereka, dan mulai menggunakan kendaraan jetor. Meskipun demikian akses jalan masih sangat sulit untuk dilewati Masyarakat menggunakan kendaraan seperti jetor karena akses jalan ke desa ini sangat sulit dan apabila hujan turun kendaraan jetor tersebut susah melewati jalan. Hanya bisa dilalui pada jalan kering saja. Sekitar tahun 1990 seiring bertumbuhnya perekonomian di Desa Tanjung Leidong sudah ada kesadaran masyarakat untuk memperbaiki jalan. Mereka mengadakan gotong royong bersama untuk untuk memperbaiki jalan dengan cara menimbun jalan agar semua jalan tersebut rata dan apabila hujan turun masyarakat lebih mudah untuk melewati jalan tersebut. Ini diberitahukan oleh kepling atau kepada desa kepada masyarakat untuk kesedian waktu dan tenaga masyarakat itu sendiri. Perbaikan jalan ini hanya untuk akses untuk lebih memudahkan masyarakat mengangkut hasil pertanian mereka.

Masyarakat di Tanjung Leidong sudah memiliki kendaraan pribadi dan sudah ada peran pemerintah dalam hal perbaikan jalan. Angkutan umum di desa ini belum memadai, hanya ada beberapa angkutan umum saja sehingga masyarakat lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi. Masyarakat yang mempunyai mobil seperti mobil pick up hanyalah digunakan untuk mengangkut hasil pertanian padi. Sarana transportasi yang ada di desa ini bukan hanya untuk akses penduduk ke desa lain namun juga untuk kelancaran distribusi pertanian padi. Ketika padi sudah siap dipasarkan tentu saja dibutuhkan sarana transportasi untuk dapat mengangkut padi


(1)

Sumber: koleksi pribadi

Lampiran 12


(2)

Sumber: koleksi pribadi

Lampiran 13

Rumah sebelum berkembangnya pertanian padi dan rumah yang setelah berkembangnya pertanian padi yang dilengkapi dengan transportasi


(3)

(4)

Lampiran 14

Peta Kecamatan Kualuh Leidong

Sumber : Kantor Kecamatan Kualuh Leidong


(5)

Lampiran 15


(6)

sumb

sumber : kecamatan Kualuh Leidong


Dokumen yang terkait

Kehidupan Petani Salak di Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan (1970 – 200)

10 134 104

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi Kasus : Desa Bakaran Batu Dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)

1 53 152

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang).

14 80 152

Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Dengan Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

14 121 99

Desa Juhar: Perkembangan dan Peranannya Sebagai Ibu kota Kecamatan Juhar, Kabupaten Karo tahun 1945-1970.”Perkembangan dan Peranannya Sebagai Ibu kota Kecamatan Juhar, Kabupaten Karo tahun 1945-1970.

5 43 117

Evaluasi Petani Terhadap Program Penyuluhan Pertanian Sl Ptt (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu): Hama Terpadu (Kasus : Petani Padi Sawah, Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

3 67 67

Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Bunga Di desa Tongkoh Kabupaten Karo (1970-1990)

2 80 148

Nilai Tukar Petani Padi Sawah di Sentra Produksi Padi Sawah (Studi Kasus: Desa Purwabinangun, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat)

8 73 198

KAJIAN DAMPAK VARIABILITAS CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN MAGELANG

0 0 9

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN SETELAH PADI

0 0 5