Pengembangan Bahan Bakar Nabati di Indonesia

Workshop Nasional Bisnis Biodiesel dan Bioethanol di Indonesia
Jakarta. 21 November 2006

PENGEMBANGAN BAWAN BAKAR NABATl DI INDONESIA

Faimul Ishorn*
*Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Mabati
I. Pendahuluan
Kelangkaan bahan bakar merupakan salah satu masalah yang sangat krusial
dan harus ditangani. Dengan sernakin menipisnya mdangan rninyak burni, rnaka
tuntutan untuk rnenmri energi alternatif sangatlah perlu. Energi alternatif bisa
dikembangkan dari bahan-bahan nabati, seperti sawit, jarak pagar, kelapa, tebu,
singkong, dan lainnya. Bahan-bahan tersebut dapat diolah lebih ranjut rnenjadi
biodiesel dan bioetanol.
Saat ini, pemerintah lndonesia rnemfokuskan pengembangan bahan bakar
nabati yang berasal dari tanaman jarak pagar. Beberapa daerah di Indonesia sudah
mulai melakukan budidaya jarak pagar, seperti NTB, Lampung, Sukabumi, Bogor,
dan lainnya. Bahkan di beberapa wilayah telah tersedia pabrik pengolahan bahan
bakar nabati tersebut, seperti pabrik pengolahan biodiesel di Riau, Bandung,
Jakarta, dan Tangerang, sedangkan untuk pengolahan bioetanol sudah tersedia di
Lampung dan Malang. Berikut disajikan perkembangan luas lahan dan investor

dalarn rangka pengembangan BBN.
Tabel 28. perkernbangan luas lahan dan investor

Workshop Nasional Bisnis Biodiesel dan Bloeaanol di Indonesia
Jakarta, 21 November 2006

II. T u g a s Timnas BBN

Tim nasional pengembangan BBN memiliki tugas antara lain :
1. Menyusun Cetak Biru pengembangan BBN untuk percepatan pengurangan
kemiskinan dan pengangguran;
2. Menyusun Peta Jalan (Road Map) pengembangan BBN untuk percepatan
pengurangan kemiskinan dan pengangguran;

3. Menyiapkan Rumusan Langkah-langkah pengembangan BBN untuk
ditindaklanjuti seluruh instansi terkait, sebagaimana dimaksud dalam
lnstruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006

tentang Penyediaan dan


Pemanfaatan BBN Sebagai Bahan Bakar Lain;
4. Melaksanakan Evaluasi terhadap Pelaksanaan pengembangan BBN untuk
percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran;

5. Melaporkan Kemajuan Pengembangan BBN untuk percepatan pengurangan
kemiskinan dan pengangguran secara berkala kepada Presiden.
Timnas BBN memiliki 6 (enam) kelompok keja (Pokja) dengan tugas dan
terget yang berbeda. Pokja I telah menetapkan kebijakan dan regulasi dalm rangka
rnendukung pengembangan BBN di Indonesia, antara lain :
1.

Fasilitas Pajak Penghasiian untuk Penanaman Modal di bidang Bio-Fuel
melalui RPP 148

2.

Pembebasan pembayaran Cuka'l untuk komoditas BBN Bio-ethanol dan
Pembebasan PPN untuk perdagangan BBN (hulu s/d hilir)

3.


Perlunya lnsentid bagi pasar modal agar lebih kondusif terhadap
pembiayaan pengembangan BBN.
Sedangkan Pokja lI bertugas dalam menentukan lahan yang akan digunakan

untuk pengembangan BBN, yaitu Penyediaan lahan hutan produksi yang dapat
dikonversi (13,7 juta ha), Inventaisasi Lahan ex pelepasan kawasan hutan yang
terlantar (2,03 juta ha), menunggu jawaban inventarisasi kondisi lahan dari PEMDA
Prov dan Kab, Optimalisasi lahan-lahan perkebunan ((UP dan I3GU) (1,95 juta ha),
menunggu proses koordinasi dari Deplan, BPN, Dephut, inventarisasi ijin prinsip
pencadangan pelepasan kawasan hutan (2,s juta ha), menunggu jawaban
inventarisasi kondisi lahan dari PEMDA Prov dan Kab.
Pokja III Timnas BBN bertugas untuk mengurusi hal-ha1 yang berhubungan
dengan produksi dan budidaya, diantaranya adalah pemetaan desa tertinggal, desa

Workshop Nasional Bisnis Biodiesel dan Bioethanol di Indonesia
Jakarta, 21 November 2006

nelayan & desa transmigrasi sebagai sasaran desa mandiri energi & pangan,
penyusunan konsep desa mandiri energi dan pangan, penyusunan pedoman

budidaya tanaman bahan baku BBM dan sosialisasinya, dan penyusunan studi
kelayakan industri BBN untuk pedoman lernbaga keuangan.
Pokja IV bertanggungjawab terhadap sarana dan prasaran yang diperlukan,
diantaranya lnventarisasi ranmng bangun dan prototype dari alat dan rnesin untuk
mengolah BBN per komoditas bahan baku, mengembangkan rancang bangun
wilayah dalarn rangka mengoptimalkan sumber daya wilayah secara terintegrasi,
dan renmna pengujian kelayakan dari rnasing-masing prototipe. Sedangkan untuk
rnasalah pendanaan merupakan tanggung jawab Pokja V1, dengan tugas antara lain:
1. Penyediaan Dana APBN
1)
2)

Subsidi Bunga Rp 1 trilyun
Infrastruktur Rp 10 trilyun

Seedcapital IGE IF Rp 2 trilyun
3)
2. Pendanaan melalui perbankan (tahun 2007) sebesar Rp. 15 - 20 Triliun.
3. Pendanaan melalui pasar modal (tahun 2007) sebesar f Rp. 1 Tritiun.
4. Pendanaan melalui RKBL, dan CDM (tahun 2007) sebesar


+ Rp. 300

Miliar.
5. Pendanaan melalui PMA (tahun 2007) sebesar Rp. 200 Miliar.
Dua Agenda besar dalam pembangunan nasional tetap harus rnenjadi
perhatian, yaitu: poverty reduction dan penciptaan lapangan keja. Untuk program
New Deal harus berpikir maccelerated",apalagi rnasalah perijinan. Diharapkan tahun
2007 harus sudah mengalir, insentif fiskal harus diberikan. Dana alokasi untuk
mengurangi kemiskinan perlu dipikirkan pemanfaatannya supaya betul-betul bisa
kena sasaran. Langkah =pat

untuk menyukseskan pengembangan BBN di

lndonesia dapat d'ltempuh dengan tiga cara, yaitu dengan pernbentukan desa
rnandiri energi, pengembangan BBN sesuai dengan potensi daerah masing-masing,
dan

menetapkan special biofuel zone.


Pengaruh jangka

pendek

dalarn

pengembangan BBN ini adalah agar bisa menciptakan lapangan kerja dan
megurangi tingkat kemiskinan. Sedangkan untuk jangka panjang, pengembangan
BBn diharapkan mampu memenuhi kebutuhan energi di Indonesia.

i8~aua!J!pueLu esap rapow .LL iequreg