Dampak pengembangan produksi bahan bakar nabati terhadap perekonomian indonesia

DISERTASI

DAMPAK PENGEMBANGAN PRODUKSI BAHAN BAKAR
NABATI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

SUGIYONO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam
disertasi saya berjudul:

DAMPAK PENGEMBANGAN PRODUKSI BAHAN BAKAR
NABATI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
Merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri, dengan
bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan
rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada
program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang

digunakan telah dinyatakan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor,

Juli 2012

Sugiyono
NRP: H.363070011

ABSTRACT

SUGIYONO. Impact of Biofuel Production in the Indonesian Economy (RINA
OKTAVIANI as a Chairperson, DEDI BUDIMAN HAKIM, and BUSTANUL ARIFIN
as Members of the Advisory Committee).
The biofuel development policy in Indonesia is intended to contribute to
increasing economic growth and job creation, decreasiing poverty, mitigates
climate change, and improve energy security. The policy is built through
Presidential Decree Number 5 in 2006. The mandate for biofuel consumption
more than 5 percent in 2025.
The objectives of the study were an analysis of implementation of biofuel

development of production in Indonesian economy. This research applied the
Recursive Dynamic General Equilibrium (RDGE) model by Indonesian
Forecasting. Five simulations were used, namely, (1) increasing of biofuel
demand, (2) to increase biofuel agriculture land expansion, deforestation, and
capital, (3) to measure agricultural and biofuel productivity, (4) to rise
international food price’s and biofuel substitute price’s, (5) to increase biofuel
subsidy, and (6) to raise demand for land of palm oil and cassava.
The results showed that the policy of biofuel mandate implementation
would increase economic growth, rise household income, and improve carbon
emission, but threatens food security and feed, declines employment in non
biofuel agriculture. An increase of demand for land of palm oil and cassava would
eliminate trade-off energy development, food, and feed. The suggest to
government, (1) used to palm oil for biosolar and cassava for bioetanol
feedstocks to substitute oil import, (2), eliminate oil subsidy to biofuel subsidy for
increase biofuel research and development, and (3) developt biofuel re-export
potentially.
Keywords: Biofuel, RDGE, food security, carbon emission.

RINGKASAN
SUGIYONO. Dampak Pengembangan Produksi Bahan Bakar Nabati

terhadap Perekonomian Indonesia (RINA OKTAVIANI sebagai Ketua,
DEDI BUDIMAN HAKIM, dan BUSTANUL ARIFIN sebagai Anggota
Komisi Pembimbing).
Untuk mengurangi tekanan terhadap permintaan BBM bersubsidi
bersumber dari impor dan tekanan dari harga minyak mentah dunia yang
meningkat, maka pemerintah menerbitkan Inpres nomor 1 tahun 2006 tentang
penyediaan dan pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai bahan bakar
lain. Pemerintah juga menerbitkan kebijakan energi nasional berupa Perpres No.
5 Tahun 2006 yang bertujuan untuk mewujudkan keamanan pasokan energi
dalam negeri dan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Sasaran
(mandat) konsumsi BBN ditetapkan lebih besar dari 5 persen pada tahun
2025.
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak: (1)
peningkatan konsumsi BBN dari industri minyak dan lemak, (2) perluasan lahan
tanaman berbasis BBN, penurunan luas lahan kayu dan hasil hutan lain, dan
peningkatan modal tetap industri minyak dan lemak dan BBN pada penduduk
perkotaan Urban 3, (3) perubahan produktivitas tanaman BBN, industri minyak
dan lemak, industri gula, dan BBN, (4) peningkatan harga pangan internasional
yang berpotensi sebagai feedstock BBN dan peningkatan harga substitusi BBN
tingkat internasional, (5) subsidi harga output BBN, dan (6) peningkatan

permintaan lahan kelapa sawit dan ubi kayu Rural 4 terhadap pertumbuhan
ekonomi, laju inflasi, penerimaan pemerintah dari pajak-pajak dan bukan pajak,
pengeluaran pemerintah, kenaikan harga ouput komoditi pangan lokal, “trade-off”
antara output feedstock BBN dan pangan (pakan), permintaan tenaga kerja,
jumlah konsumsi nominal, jumlah permintaan beras, penerimaan pendapatan
rumah tangga, dan emisi karbon.
Model yang digunakan untuk melakukan analisis adalah model INDOF
(Indonesian Forecasting Model) yang dibangun oleh Oktaviani (2000). Model
tersebut dikembangkan dari model ORANI-F oleh Horridge et al (1993) dan
Oktaviani (2008). Sistem persamaan yang digunakan sebanyak 17 blok
menggunakan keseimbangan umum recursive dynamic jangka panjang. Emisi
karbon dihitung di luar model INDOF berdasarkan konversi besar output per
sektor menggunakan metode Rodriguez (2009). Tabel I-O tahun 2008 dilakukan
disagregasi dari 66 menjadi 68 sektor menggunakan metode matrik disagregasi.
Sektor ubi kayu diperoleh dari disagregasi sektor tanaman umbi-umbian dengan
pangsa sebesar 46.35 persen. Sektor BBN diperoleh dari disagregasi sektor
pengilangan minyak bumi dengan pangsa sebesar 1.1 persen. BBN merupakan
sebagian produksi yang berasal dari industri minyak dan lemak dengan pangsa
sebesar 15 persen. Sektor industri minyak dan lemak antara lain berasal dari
sektor-sektor kelapa sawit, ubi kayu, dan industri gula (tetes tebu) dengan

pangsa sebesar 10 persen (biosolar), serta 5 persen dan 10 persen untuk
bioetanol.
Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah: (1) konsumsi BBN dari
industri minyak dan lemak meningkat sebesar 5 persen, (2) perluasan lahan
kelapa sawit meningkat sebesar 15 persen, tebu meningkat sebesar 10 persen,
ubikayu meningkat sebesar 10 persen, kayu menurun sebesar 25 persen, dan

hasil hutan lain menurun 25 persen dari rata-rata perubahan lahan tersebut di
pedesaan selama tahun 2000-2009, serta modal tetap industri minyak dan lemak
maupun BBN Urban 3 masing-masing meningkat sebesar 10 persen, (3)
produktivitas tanaman ubikayu menurun sebesar 10 persen, tebu menurun
sebesar 10 persen, kelapa sawit tetap, industri minyak dan lemak meningkat
sebesar 10 persen, industri gula menurun sebesar 10 persen, dan BBN
meningkat sebesar 15 persen, (4) harga ekspor CPO rata-rata per tahun
meningkat sebesar 16.31 persen, harga ekspor dan impor jagung meningkat
sebesar 12.8 persen, harga impor beras meningkat sebesar 8.6 persen, harga
impor gula meningkat sebesar 12.8 persen, harga ekspor minyak kelapa
meningkat sebesar 19.6 persen, harga impor gandum meningkat sebesar 9.8
persen, harga ekspor kayu bulat meningkat sebesar 4.7 persen, harga ekspor
batubara meningkat sebesar 25 persen, harga ekspor dan impor BBM meningkat

sebesar 18.1 persen, serta harga ekspor gas meningkat sebesar 9.5 persen
selama tahun 2000-2011, (5) subsidi harga output BBN sebesar 57.68 persen
tahun 2011, dan (6) peningkatan permintaan lahan kelapa sawit sebesar 15
persen dan ubi kayu sebesar 10 persen kelompok Rural 4.
Pengembangan produksi BBN berupa peningkatan konsumsi BBN,
perubahan perluasan lahan dan peningkatan modal tetap, perubahan
produktivitas, dan subsidi harga output dapat digunakan untuk meningkatkan
output BBN, berfungsi untuk mensubstitusi output BBM, berdampak efektif untuk
peningkatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan nominal agregat
yang diterima semua kelompok rumah tangga, peningkatan permintaan tenaga
kerja pada tanaman feedstock BBN, dan penurunan emisi karbon.
Pengembangan produksi BBN tanpa subsidi menghasilkan penerimaan pajak
yang lebih besar dibandingkan belanja. Tanaman feedstock BBN terdiri dari
kelapa sawit, tebu, dan ubi kayu.
Pengembangan produksi BBN menunjukkan bahwa output BBN bukan
hanya mampu mensubtitusi output BBM, melainkan juga bersifat berlawanan
terhadap ouput pangan dan output pakan. Output pangan dan pakan menurun,
serta permintaan tenaga kerja non BBN menurun. Ketika pemerintah
berkepentingan menjadikan komoditi pangan dan BBM sebagai sasaran laju
inflasi, maupun BBM dan pangan merupakan komoditi ekonomi politik di

Indonesia, maka persoalan pengembangan produksi BBN tidaklah sesederhana
ketika pencanangan pengembangan produksi BBN pertama kali dilakukan.
Diantara keempat kebijakan di atas, maka kebijakan perubahan perluasan lahan
dan peningkatan modal tetap menghasilkan dampak yang lebih baik dalam
mengurangi “trade-off” antara pengembangan produksi BBN dengan peningkatan
produksi pangan dan pakan. Meskipun demikian, peningkatan permintaan lahan
pertanian untuk tanaman kelapa sawit dan ubi kayu, yang berorientasi ekspor
dan dapat ditanam pada lahan marjinal berhasil meniadakan “trade-off” antara
pengembangan energi, pangan, dan pakan di Indonesia.
Kenaikan harga pangan di tingkat konsumen mendorong pemerintah
meningkatkan impor pangan. Impor pangan yang meskipun dalam volume sedikit
mampu menurunkan kenaikan harga pangan. Akan tetapi kenaikan harga
pangan sulit direspons melalui kenaikan output pangan, karena keterbatasan
faktor-faktor produksi pada tanaman pangan dalam merespons kenaikan harga
output tanaman pangan, misalnya karena petani kecil berlahan sempit sulit
melipatgandakan produksi secara nyata, ketika harga output komoditi lokal
meningkat.
Peningkatan harga pangan, harga kayu bulat, dan harga hasil tambang di
pasar internasional pada level ekonomi makro berdampak positif terhadap
peningkatan indeks harga ekspor, depresiasi nilai tukar mata uang rupiah per


dolar AS, apresiasi nilai tukar perdagangan, peningkatan sewa modal non
pertanian nasional, dan peningkatan neraca perdagangan per PDB, namun
peningkatan harga pangan, harga kayu bulat, dan harga hasil tambang tingkat
internasional tidak berhasil menyebabkan peningkatan indeks harga konsumen
dan berdampak negatif terhadap penurunan PDB riil sisi pengeluaran.
Peningkatan harga pangan, harga kayu bulat, dan harga hasil tambang di pasar
internasional pada level ekonomi sektoral berdampak positif terhadap
peningkatan output BBN, industri minyak dan lemak, industri gula, jagung, dan
BBM, namun hal itu berdampak negatif berupa penurunan output padi, ubi kayu,
industri pengolahan dan pengawetan makanan, industri penggilingan padi, dan
industri tepung. Peningkatan harga pangan, harga kayu bulat, dan harga hasil
tambang di pasar internasional berdampak positif berupa peningkatan
permintaan tenaga kerja sektor BBN, jagung, tebu, kelapa sawit, industri minyak
dan lemak, industri penggilingan padi, industri tepung, industri gula, dan BBM,
namun hal itu berdampak negatif berupa penurunan permintaan tenaga kerja
sektor padi, ubi kayu, serta industri pengolahan dan pengawetan makanan.
Penurunan permintaan tenaga kerja tersebut, karena penurunan output. Dampak
negatif lainnya adalah berupa penurunan penerimaan pendapatan nominal
agregat pada semua kelompok rumah tangga.

Untuk meminimalkan dampak negatif kebijakan pengembangan produksi
BBN dalam melaksanakan mandat konsumsi BBN dan lebih menyehatkan
APBN, pemerintah perlu mengembangkan BBN (biosolar, bioetanol, dan bio-oil)
untuk mensubstitusi impor BBM, mengalihkan subsidi BBM ke subsidi BBN untuk
meningkatkan
kegiatan
penelitian
dan
pengembangan
BBN,
dan
mengembangkan potensi re-ekspor BBN. Selain dapat mengurangi dampak
negatif atas tekanan kenaikan harga BBM, maka substitusi impor BBM dapat
dijadikan momentum mengubah ancaman kenaikan harga pangan dan kenaikan
harga energi menjadi momentum kebangkitan penguatan perekonomian
menggunakan kebijakan substitusi impor BBM, momentum melakukan re-ekspor
BBN ke pasar internasional, dan pemenuhan kecukupan kebutuhan peningkatan
konsumsi BBN di dalam negeri. Akan tetapi pengembangan feedstock bahan
bakar nabati di atas untuk menumbuhkembangkan bahan bakar nabati jangan
sampai menggunakan feedstock dari tanaman pangan yang berorientasi impor,

seperti jagung, gula, kacang kedelai, sagu, beras, dan ubi jalar apabila tanaman
tersebut dibudidayakan di lahan petani, melainkan dengan pengembangan
feedstock bahan bakar nabati yang berorientasi ekspor, seperti CPO di lahan
perkebunan dan ubi kayu di lahan marjinal. Akan tetapi meskipun berisiko,
namun impor tanaman pangan tersebut sebagian masih berpotensi sebagai
pengencer BBM untuk diproduksi di dalam negeri untuk kegiatan reekspor BBN.

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2012
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB

DAMPAK PENGEMBANGAN PRODUKSI BAHAN BAKAR
NABATI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA


SUGIYONO

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Judul Penelitian

:

Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi

:
:
:

Dampak Pengembangan Produksi Bahan Bakar
Nabati terhadap Perekonomian Indonesia
Sugiyono
H 363070011
Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS.
Ketua

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MEc.
Anggota

Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin
Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian

Dr.Ir. Sri Hartoyo, MS.

Tanggal ujian: 18 April 2012

3. Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr.

Tanggal lulus:

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani,
MS. sebagai Ketua Komisi Komisi Pembimbing, Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim,
MEc. sebagai Anggota Komisi Pembimbing, dan Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin,
MSc. sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Setelah mata kuliah aplikasi model
keseimbangan umum tidak terselenggara selama dua semester, penulis dibantu
mengikuti dua kali kursus oleh Prof. Dr. Rina Oktaviani, MS. dan kuliah irreguler
oleh Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MEc. Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, MSc.
membantu penulis menjadikan disertasi sebagai bagian dari kegiatan penelitian
di InterCAFE Lembaga Pengabdian pada Masyarakat Institut Pertanian Bogor.
Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, MSc. juga adalah pemberi rekomendasi pendidikan.
Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. berperan memberikan masukan dalam
membahas temuan empiris bahan bakar nabati yang menggunakan aplikasi
model keseimbangan umum, membimbing kegiatan melakukan konstruksi data,
pengolahan data, analisis data, dan penyusunan disertasi. Dr. Ir. Dedi Budiman
Hakim, MEc. memberikan masukan tentang teori pertumbuhan ekonomi dan
mekanisme transmisi. Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, MSc. memberikan masukan
pada argumentasi besar guncangan pada simulasi, mengajarkan teknik
melakukan analisis, melakukan sintesis, membuat kesimpulan, dan menyusun
saran penelitian.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Bonar Marulitua
Sinaga, MA. dan Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, MSc. sebagai Penguji Luar
Komisi pada Ujian Tertutup. Prof. Dr. Ir. Bonar Marulitua Sinaga, MA. adalah
orang yang menganjurkan sejak awal, agar penulis dapat memahami aplikasi
keseimbangan umum secara lebih baik. Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, MSc.

memberikan masukan perbandingan antara subsidi dan penerimaan pemerintah,
pengembangan ubikayu berorientasi ekspor sebagai feedstock bahan bakar
nabati, dan menghindarkan tetes tebu yang bersumber dari impor sebagai
feedstock bahan bakar nabati.
Penghargaan yang besar disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Mangara
Tambunan, MSc. dan Dr. Wayan Reda Soesila sebagai Penguji Luar Komisi
pada Ujian Terbuka. Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, MSc. memberikan
masukan permintaan lahan pertanian sebagai peubah eksogen. Dr. Wayan Reda
Soesila memberikan masukan tentang penggunaan analisis moneter di luar
analisis sektor riil.
Apresiasi disampaikan kepada Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS. sebagai Ketua
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor yang telah menjadi penguji pada ujian tertutup dan ujian terbuka disertasi.
Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS. memberikan masukan untuk menggunakan rujukan dari
sumber pertama, perlunya mencantumkan sumber pustaka hanya untuk
penggunaan rujukan untuk teori yang bersifat khusus dan tanpa mencantumkan
sumber pustaka untuk penggunaan teori yang dipandang telah biasa digunakan
oleh akademisi pada umumnya.
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr. sebagai Dekan Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor menjadi pimpinan pada waktu ujian terbuka. Dr. Ir.
Muhammad Firdaus, MSc. sebagai Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Manajemen,
Institut Pertanian Bogor menjadi pimpinan ujian tertutup disertasi. Kepada
keduanya, penulis mengucapkan terima kasih.
Beberapa orang berikut

ini berperan

memberikan

motivasi untuk

melanjutkan dan menyelesaikan sekolah doktor. Prof. Dr. Ir. Didik J. Rachbini
sebagai pemberi rekomendasi pendidikan. Dr. Ir. Fadhil Hasan sebagai Direktur
Utama INDEF sebagai pemberi rekomendasi pendidikan. Dr. Ir. Iman Sugema,

MEc. sebagai Direktur InterCAFE Lembaga Pengabdian pada Masyarakat Institut
Pertanian Bogor yang telah memberikan beasiswa penelitian untuk disertasi,
sebagai pemberi rekomendasi pendidikan, dan menyarankan penggunaan
matriks untuk melakukan disintegrasi dalam membangun sektor bahan bakar
nabati. InterCAFE bekerjasama dengan IFAD (the International Fund for
Agricultural Development).
Prof. Dr. Ahmad Erani Yustika sebagai Direktur Eksekutif INDEF berperan
memberikan keluangan waktu bekerja selama penulis mengikuti kuliah di kelas.
H. Nasril Bahar, SE. sebagai anggota DPR RI memberikan keluangan bekerja
selama penulis menyelesaikan disertasi menjelang kelulusan sekolah doktor.
Terima kasih diucapkan kepada keluarga yang memberikan semangat
untuk segera menyelesaikan disertasi ini, yaitu Muchtar Siregar, Hapsah
Harahap, Tiomasari Siregar, Sridewi Nur Pasha, Sridevi Anisa, Djupri BA, Sri
Rahayu (Almarhum), Paijan, Sayuto, SPd., Ramli, Poerwaningsih (Almarhum), Ir.
H. Sugiharto, Dra. Sri Aryani Sugiharti, MPd., Sri Soegihastoeti, Sri Utami, SPt.,
Sri Setyowati, SE, MM., Bhakti Effendi, SE. dan Brigadir Dua Satul Bahri, SH.
Teman-teman Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian angkatan tahun 2007
berperan memberikan masukan pada waktu kolokium, seminar hasil, berdiskusi,
dan berkomunikasi selama penelitian, terutama Gatoet Sroe Hardono, Dwi
Rachmina, Rizal Taufikhurrahman, dan Netti Tinaprilla. Ahmad Heri Firdaus dan
Syarifah Amaliah membantu penulis pada pengenalan awal piranti lunak
Gempack. Terima kasih disampaikan untuk Rana Amirudin yang membantu
donasi konsumsi dan penggandaan bahan ujian terbuka. Akhir kata, penulis
ucapkan puji dan syukur kepada Alloh swt, karena hanya dengan limpahan
barokah dan rahmat-Nya, yang membuat disertasi ini terselesaikan.
Bogor, Juli 2012
Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 19 Juli 1966 di Surabaya, sebagai anak ketiga
dari enam bersaudara pasangan Madelan (almarhum) dan Sriyati (almarhum).
Penulis beristrikan Tiomasari Siregar dengan putri bernama Sridewi Nur Pasha
dan Sridevi Anisa. Tiomasari Siregar merupakan anak ketiga dari Muchtar
Siregar dan Hapsah Harahap.
Penulis melanjutkan sekolah Sarjana di Institut Pertanian Bogor melalui
program Penelusuran Minat dan Kemampuan sebagai finalis Lomba Karya Ilmiah
Remaja tingkat nasional bidang Ilmu Sosial, yang diselenggarakan oleh
Departemen

Pendidikan

dan

Kebudayaan

pada

tahun

1984.

Penulis

menyelesaikan pendidikan Sarjana Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 1992. Penulis
mendapat beasiswa penelitian untuk skripsi dari Pusat Studi Pembangunan
Institut Pertanian Bogor bekerjasama dengan Ford Foundation, Departemen
Kehutanan, Perum Perhutani, dan Inhutani tahun 1989-1992. Skripsi berjudul
“Analisis Struktur Pasar dan Prospek Pemasaran Ekspor Kapulaga Indonesia”
yang dibimbing oleh Ir. W.H. Limbong, MS.
Penulis melanjutkan sekolah magister pada Program Studi Ilmu Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian

Bogor dan lulus tahun

2005. Penulis mendapat beasiswa penelitian untuk tesis dari Yayasan INDEF
(Institute for Development of Economics & Finance) bekerjasama dengan PT
Texmaco dan Drs. Said Umar pada tahun 2002-2003. Tesis berjudul “Model
Ekonomi Politik Regulasi Beras Indonesia: suatu Analisis Kebijakan” yang
dibimbing oleh Dr. Ir. Bonar Marulitua Sinaga, MA. dan Dr. Ir. Hermanto Siregar,
MEc.

Penulis melanjutkan sekolah doktor ke Fakultas Ekonomi Manajemen,
Major Ilmu Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor sejak semester ganjil
tahun 2007. Penulis mendapat beasiswa penelitian untuk disertasi dari
InterCAFE Lembaga Pengabdian pada Masyarakat Institut Pertanian Bogor
bekerjasama dengan IFAD (International Fund for Agricultural Development)
tahun 2009-2010.
Penulis

mulai

bekerja

sebagai

peneliti

pada

PT

Insanselaras

Konsultindotama di Jakarta tahun 1992-2009, sebagai peneliti PT Indefera
Utama Era Madani (INDEF) tahun 2000-2008, sebagai tenaga ahli anggota DPR
RI Prof. Dr. Ir. Didik J. Rachbini, MSc. tahun 2008-2009, dan sebagai tenaga ahli
anggota DPR RI H. Nasril Bahar, SE tahun 2010-sekarang.
Di luar pekerjaan utama tersebut di atas, penulis bekerja sebagai asisten
Dr. Ir. Syamsul Maarif, MEng. Dipl Ing, DEA. pada Lembaga Sumberdaya
Informasi (LSI) Institut Pertanian Bogor tahun 1994-2000; sebagai asisten Dr. Ir.
Didik J. Rachbini, MSc. di Ombudsmen Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN) dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di Jakarta pada tahun
2000-2002, sebagai dosen tidak tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Mercu
Buana di Jakarta tahun 2000-2011, Universitas Paramadina di Jakarta tahun
2001-2005, dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila di Jakarta tahun
2007-2010; serta sebagai asisten Dr. Bustanul Arifin pada Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi-Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN) di Bandung dan Cianjur
tahun 2005-2007. Ketika mahasiswa S1, penulis magang pada PT Taru Pakarti
di Sukadana, Way Jepara, Lampung Tengah tahun 1988. Penulis juga bekerja
paruh waktu sebagai tenaga ahli di bidang kajian ekonomi politik setelah lulus S2
dan selama mahasiswa S3 di beberapa perusahaan konsultan swasta dan
BUMN, sebagai tenaga ahli pada Kementerian Pertanian, dan Pusat Pengkajian
Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan.

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .......................................................................

xxvi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................

xxviii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................

xxx

I. PENDAHULUAN ....................................................................

1

1.1. Latar Belakang ..........................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................

2

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................

21

1.4. Kegunaan Penelitian ..................................................................

22

1.5. Kebaruan dan Keterbatasan Penelitian ........................................

22

II. KERANGKA PEMIKIRAN ..........................................................

27

2.1.Tinjauan Teoritis .........................................................................

27

2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi ........................................................

27

2.1.2. Model Ekonomi Keseimbangan Umum ............................

35

2.1.2.1. Aplikasi Model Ekonomi Keseimbangan Umum ..

50

2.1.2.2. Model Ekonomi Keseimbangan Umum Nasional.

51

2.1.2.3. Model Ekonomi Keseimbangan Umum Dinamis
dan Statis.............................................................

52

2.1.3. Dampak Subsidi ................................................................

55

2.2. Studi Empiris Bahan Bakar Nabati ................................................

57

2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian........................................

92

2.4. Mekanisme Transmisi .................................................................

94

2.5. Hipotesis Penelitian ....................................................................

108

III. METODE PENELITIAN ........................................................................

111

3.1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ...............................

111

3.2. Jenis dan Sumber Data ..............................................................

113

3.3. Metode Pengolahan Data...........................................................

117

3.4. Struktur Model............................................................................

118

3.4.1. Set dan Indeks .................................................................

120

3.4.2. Peubah ............................................................................

121

Halaman

IV.

V.

3.4.3. Koefisien dan Parameter................................................

123

3.4.4. Sistem Persamaan.........................................................

125

3.4.5. Perhitungan Tambahan di Luar Model ...........................

157

3.5. Closure ...................................................................................

158

3.6. Baseline ....................................................................................

160

3.7. Simulasi ..................................................................................

162

KONSTRUKSI DATA DASAR .................................................

165

4.1. Tabel Input Output Indonesia dan Klasifikasi Sektor ...............

165

4.1.1. Struktur Tabel Input Output ...........................................

180

4.1.2. Disagregasi Sektor........................................................

181

4.2. Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia ..............................

188

4.3. Konstruksi Matrik Pajak ...........................................................

189

4.4. Disagregasi Rumah Tangga ...................................................

192

4.5. Disagregasi Tenaga Kerja .......................................................

195

4.6. Penerimaan Modal dan Lahan ................................................

195

4.7. Investasi Setiap Industri ..........................................................

196

4.8. Stok Modal Setiap Industri ......................................................

196

4.9. Tingkat Pengembalian Bruto ...................................................

198

4.10. Koefisien Elastisitas dan Parameter Lain ...............................

199

4.10.1. Elastisitas Armington...................................................

199

4.10.2. Elastisitas Substitusi ...................................................

200

4.10.3. Elastisitas Permintaan Ekspor ....................................

201

4.10.4. Elastisitas Pengeluaran ..............................................

201

4.10.5. Parameter Investasi....................................................

202

4.10.6. Elastisitas Upah dan Tenaga Kerja.............................

202

4.10.7. Tingkat Depresiasi Faktor dan Nilai Depresiasi ...........

202

4.10.8. Rasio Investasi Modal ................................................

203

4.10.9. Trend Investasi/Modal dan Rasio lnvestasil/Modal ......

203

4.11. Keseimbangan Database .........................................................

204

DAMPAK PENGEMBANGAN PRODUKSI BAHAN BAKAR
NABATI ..........................................................................................

205

5.1. Dampak Pengembangan Produksi BBN terhadap Keragaan
Ekonomi Makro...................................................... ..................

205

Halaman

VI.

5.2. Dampak Pengembangan Produksi BBN terhadap Keragaan
Sektoral ..................................................................................

212

5.3. Dampak Pengembangan Produksi BBN terhadap Jumlah
Konsumsi Nominal dan Jumlah Permintaan Dasar
Industri Penggilingan Padi .......................................................

238

5.4. Dampak Pengembangan Produksi BBN terhadap Penerimaan
Pendapatan Rumah Tangga ................................................. ....

242

5.5. Dampak Pengembangan Produksi BBN terhadap Emisi Karbon

247

5.6. Sintesis Pembahasan ..............................................................

250

5.7. Implikasi Kebijakan .....................................................................

252

KESIMPULAN DAN SARAN ........................... ........................

255

6.1. Kesimpulan ..................................................................................

255

6.2. Saran...................................................................... ....................

257

6.3. Saran Penelitian Lanjutan ............................................................

258

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................

261

LAMPIRAN .........................................................................................

277

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Neraca Bahan Bakar Minyak di Indonesia Tahun 2004-2011......

2

2 Pendapatan dan Belanja Bahan Bakar Minyak dalam Anggaran
Pendapatan Belanja Negara Tahun 2004-2012 ..........................

3

3

Produksi BBN di Indonesia Tahun 2005-2010 .............................

4

4

Laporan Laba Rugi Konsolidasian PT Pertamina (Persero) dan
Anak Perusahaan per 31 Desember 2005-31 Desember 2010 ....

15

5

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2004-2012 ....

18

6

Realisasi Penanaman Jarak Pagar di Indonesia Desember
Tahun 2007 ..................................................................................

60

7

Produksi Biosolar dan Bioetanol di Indonesia Tahun 2008 ..........

61

8

Perubahan Paradigma Kebijakan Energi di Indonesia .................

63

9

Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati ..............................................

64

10

Kebijakan Nasional Penerapan Bahan Bakar Nabati...................

65

11

Regulasi untuk Membangun Bahan Bakar Nabati di Indonesia ...

68

12

Rencana Pengembangan Bahan Bakar Nabati Tahun 20062010 ............................................................................................

71

13 Roadmap Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati ..............................

72

14 Perbandingan Biaya Produksi Bioetanol .....................................

73

15 Konversi Biomassa Menjadi Etanol .............................................

73

16 Struktur Biaya Produksi Biosolar .................................................

75

17 Respons Penawaran Komoditi Pertanian di Indonesia ................

77

18 Tinjauan Penelitian Terdahulu .....................................................

79

19 Peubah Eksogen yang Digunakan dalam Closure Penelitian .....

158

20 Menghitung Produktivitas BBN............................. .......................

161

21 Perbandingan Data Aktual dan Estimasi pada Indikator Ekonomi
Makro di Indonesia Tahun 2008-2010 ...........................................

162

22 Disagregasi Sektor dalam Penelitian Berdasarkan Tabel IO Updating
Tahun 2008 Klasifikasi 66 Sektor dan 68 Sektor Penelitian .........

182

23 Tabel SNSE Secara Sederhana ..................................................

188

24 Pengelompokan Sektor Penelitian dari Tabel Input Output Updating
Tahun 2008 dan Sistem Neraca Sosial Ekonomi Tahun 2005 .....

190

25 Keseimbangan antara Data Pendapatan dan Pengeluaran.........

204

26 Dampak Pengembangan Produksi BBN terhadap Keragaan
Ekonomi Makro ...........................................................................

206

Halaman
27 Dampak Pengembangan Produksi BBN terhadap Keragaan
Output dan Harga Output Komoditi Lokal................ ....................

213

28 Dampak Pengembangan Produksi BBN terhadap Stok Modal
Aktual dan Permintaan Tenaga Kerja...................... ....................

215

29 Dampak Pengembangan Produksi BBN terhadap Harga Faktor
Primer Pertanian....................................................... ...................

223

30 Dampak Pengembangan Produksi BBN terhadap Permintaan
Ekspor dan Jumlah Penawaran Impor................ .........................

235

31 Dampak Pengembangan Produksi BBN terhadap Jumlah
Konsumsi Nominal dan Jumlah Permintaan Dasar Industri
Penggilingan Padi.................................................... ....................

240

32 Dampak Pengembangan Produksi BBN terhadap Penerimaan
Pendapatan Rumah Tangga................................... .....................

243

33 Dampak Pengembangan Produksi BBN terhadap Emisi
Karbon.........................................................................................

248

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1

Efisiensi Produksi pada Diagram Kotak Edgeworth Kasus
Dua Komoditi dan Dua Faktor Produksi.............................

42

2

Kurva Kemungkinan Produksi ...........................................

45

3

Keseimbangan Sektor Produksi dan Konsumsi .................

46

4

Model Comparative Static .................................................

55

5

Dampak Subsidi ................................................................

56

6

Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian .............................

93

7

Mekanisme Transmisi Dampak Permintaan BBN dari
Industri Minyak dan Lemak terhadap Harga BBN dan
Jumlah BBN .......................................................................

95

Dampak Peningkatan Jumlah Tenaga Kerja BBN terhadap
Output BBN pada Kurva Produksi .....................................

96

Dampak Peningkatan Tenaga Kerja BBN terhadap Produk
Rata-Rata BBN ....................................................................

96

Dampak Perubahan Harga Relatif Faktor Produksi terhadap
Jumlah Tenaga Kerja dan Modal BBN ................. .............

97

Dampak Peningkatan Output BBN terhadap Biaya Total
dan Biaya Variabel pada Struktur Biaya Produksi BBN .....

98

Dampak Peningkatan Output BBN terhadap Biaya Total
Rata-Rata BBN dan Biaya Variabel Rata-Rata BBN pada
Struktur Biaya Produksi Rata-Rata BBN ...........................

98

Dampak Pergeseran Kurva Permintaan Tenaga Kerja BBN
terhadap Jumlah Tenaga Kerja BBN dan Upah Riil Tenaga
Kerja BBN .............................................................................

99

8
9
10
11
12

13

14

15

Dampak Perubahan Harga Relatif BBN terhadap Ekspor
BBN dan Impor BBM pada Kurva Kemungkinan Produksi
dan Kurva Indiferen ............................................................

100

Dampak Peningkatan Ekspor BBN terhadap Jumlah Ekspor
BBN dan Nilai Tukar Rupiah Riil ...........................................

101

Halaman
16

Dampak Pergeseran Kurva Permintaan Agregat dan
Pergeseran Kurva Penawaran Agregat terhadap Tingkat
Harga dan Pendapatan ..........................................................

102

Dampak Pergeseran Ekspor Neto dan Pergeseran PMA
terhadap PMA dan Nilai Tukar Rupiah Riil .............................

103

18

Dampak Peningkatan PMA terhadap Suku Bunga Riil ...........

103

19

Dampak Peningkatan Pendapatan terhadap Tabungan
dan Suku Bunga Riil ..............................................................

104

Dampak Pergeseran Kurva IS dan Pergeseran Kurva LM
terhadap Suku Bunga Riil dan Pendapatan ...........................

105

Dampak Pergeseran Kurva Permintaan Uang dan Kurva
Penawaran Uang terhadap Kecepatan Perputaran Uang ......

106

22

Dampak Pergeseran Kurva Konsumsi terhadap Pendapatan

107

23

Dampak Peningkatan Output per Komoditi terhadap Emisi
Karbon ...................................................................................

107

24

Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian .......................

112

25

Kerangka Makroekonomi yang Digunakan pada Penelitian...

119

26

Database Input Output pada Model INDOF .......................

124

27

Struktur Produksi pada Model INDOF ...............................

128

28

Struktur Permintaan Investasi ...........................................

137

29

Spesifikasi Konsumsi Rumah Tangga ...............................

138

30

Metode Agregasi Matriks....................................................

181

31

Metoda Disagregasi ............................................................

184

32

Pangsa untuk Membangun Sektor BBN ............................

186

33

Perhitungan Nilai Stok Modal ............................................

197

17

20
21

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Cadangan Minyak Bumi Indonesia Tahun 2004-2011 .........
2 Produksi Minyak Bumi dan Kondensat Indonesia Tahun
2004-2011 .............................................................................
3 Neraca Ekspor Minyak Bumi Indonesia Tahun 2004-2011
4 Neraca Minyak Bumi dan Surplus Ekspor Minyak Bumi di
Indonesia Tahun 2004-2011 ................................................

279

280
281

282

5 Produksi Bahan Bakar Minyak Indonesia Tahun 2004-2010

284

6 Impor Bahan Bakar Minyak Indonesia Tahun 2005-2011

285

7 Konsumsi Bahan Bakar Minyak dan Non Bahan Bakar
Minyak Indonesia Tahun 2005-2010 ...................................

286

8 Neraca Bahan Bakar Minyak di Indonesia Tahun 2004-2011

287

9 Mekanisme Transmisi ............................................................

289

10 Peubah yang Digunakan pada Penelitian.............................

304

11 Koefisien dan Parameter yang Digunakan pada Database..

307

12 Persamaan yang Digunakan dalam Model INDOF ...............

309

13 Konsumsi BBN Dalam Negeri Tahun 2008 ...........................

321

14 Elastisitas Armington, Elastisitas Substitusi Tenaga Kerja,
Elastisitas Substitusi Faktor Primer, Elastisitas
Transformasi, dan Elastisitas Permintaan Ekspor .................

322

15 Elastisitas Upah, Elastisitas Harga Permintaan, Elastisitas
Harga Penawaran, dan Elastisitas Harga Substitusi per
Komoditi ................................................................................

324

16 Elastisitas Pengeluaran Rumah Tangga per Sektor .............

328

17 Pangsa Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2007-2012 ......

332

18 Penerimaan Pajak .................................................................

333

19

334

Upah Tenaga Kerja Setiap Industri (Rp Miliar) ....................

Halaman
20

Penerimaan Lahan dan Modal per Industri (Rp Miliar) ........

336

21

Penerimaan Lahan per Rumah Tangga (Rp Miliar) .............

338

22

Penerimaan Modal per Rumah Tangga (Rp Miliar) ..............

340

23

Parameter Frisch dan Pendapatan Perorangan ..................

343

24

Aliran Investasi Langsung di Indonesia Tahun 2005-2010

344

25

Jumlah Penjualan Domestik dan Impor Database ................

345

26

Jumlah Biaya Lain dan Pajak Tidak Langsung dalam
Database ...............................................................................

353

27

Biaya dalam Database ..........................................................

357

28

Pertumbuhan Permintaan Tenaga Kerja di Indonesia Tahun
2005-2010 .............................................................................

359

29

Pertumbuhan PDB Sektoral dan Total Faktor Produktivitas

360

30

Total Faktor Produktivitas per Sektor dalam Penelitian .......

363

31

Closure Jangka Pendek dan Jangka Panjang .....................

364

32

Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman,
Indonesia (000 Ha) Tahun 1995 - 2009 .................................

365

33

Luas Lahan di Indonesia Tahun 2000-2009 .........................

366

34

Luas Panen Tanaman Pangan di Indonesia Tahun 19952009........................................................................................

367

Harga Komoditi Konstan Tahun 2000 (Dollar AS) Tahun
2000-2011 .............................................................................

368

Daftar Harga Pertamax, Pertamax Plus dan Pertamina Dex
untuk Periode 01 Mei 2011 ...................................................

369

Pangsa PDB Permintaan Agregat Harga Berlaku dan PDB
Database IO Tahun 2008 ......................................................

371

Indikator Ekonomi Makro Harga Berlaku Tahun 2008 dan
2010 .......................................................................................

372

35
36
37
38

I.

1.1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bahan Bakar Minyak (BBM) mempunyai pangsa sebesar 35 persen dari

energi tingkat dunia (IEA, 2007; FAO, 2008). Produksi minyak bumi Indonesia
rata-rata sebesar 50.22 juta kilo liter per tahun dan pertumbuhan produksinya
rata-rata menurun sebesar minus 2.80 persen per tahun pada tahun 2004-2011
(Lampiran 2). Minyak bumi merupakan bahan baku Bahan Bakar Minyak (BBM).
Produksi BBM Indonesia terdiri dari jenis premium, pertamax, pertamax plus,
solar, minyak tanah, dan pelumas dasar. Produksi solar untuk sektor transportasi
(automotive diesel oil) rata-rata sebesar 15.27 juta kilo liter per tahun (37.5
persen) dan untuk sektor industri (industrial diesel oil) rata-rata sebesar 0.65 juta
kilo liter per tahun (1.59 persen) dari rata-rata produksi BBM di Indonesia yang
sebesar 40.72 juta kilo liter per tahun pada tahun 2004-2011 (Lampiran 5). Ratarata laju produksi solar untuk sektor transportasi meningkat sebesar 2.43 persen
per tahun dan untuk sektor industri menurun sebesar 33.54 persen per tahun
pada tahun 2004-2011 (Lampiran 5).
Meskipun ekspor minyak bumi Indonesia rata-rata surplus sebesar Rp
15.1 triliun dan tumbuh sebesar 30.48 persen per tahun pada tahun 2004-2011,
namun konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang rata-rata sebesar 61.25 juta
kilo liter per tahun dipasok oleh BBM bersumber dari impor rata-rata sebesar
23.95 juta kilo liter per tahun pada tahun 2004-2011 (Tabel 1; Susila dan Munadi,
2008). Produksi BBM berbasis fosil diestimasi akan habis pada 20-25 tahun
mendatang, namun dengan tingkat konsumsi yang tidak berubah dan tanpa
ditemukan sumber eksplorasi baru, maka BBM berbasis fosil di Indonesia akan
habis dalam 10-15 tahun mendatang (Ruhyat dan Firdaus, 2009).

2

Tabel 1. Neraca Bahan Bakar Minyak di Indonesia Tahun 2004-2011

Tahun

Surplus
Ekspor
Minyak Bumi
(Juta KL)

Nilai Surplus
Ekspor
Minyak Bumi
(Rp Triliun)

Jumlah
Produksi
BBM
(Juta KL)

Jumlah
Impor
BBM
(Juta KL)

Jumlah
Konsumsi
BBM
(Juta KL)

a

b

c

d

e

Stok
BBM
(Juta KL)
c+d-e

2004

4.83

10.27

45.06

n.a.

n.a.

n.a.

2005

6.58

20.64

42.69

26.50

63.25

5.95

2006

2.98

11.18

40.99

21.18

59.57

2.60

2007

3.09

13.07

38.86

24.03

60.97

1.92

2008

6.02

33.82

39.99

24.62

61.71

2.90

2009

2.09

7.53

39.16

22.16

60.28

1.03

2010

3.17

14.68

40.45

23.82

61.73

2.54

2011

1.47

9.59

n.a.

25.35

n.a.

n.a.

Rata-rata
Pertumbuhan
2004-2011
(%)

3.78

15.10

41.03

23.95

61.25

2.83

1.79

30.48

-1.72

-0.04

-0.43

10.02

Sumber: Ditjen Migas, 2012 (Diolah)
BBM merupakan komoditi berdimensi politik dan pemerintah memberikan
subsidi BBM yang besar. Pangsa subsidi BBM terhadap belanja negara
meningkat dari 2.84 persen tahun 2004 menjadi 8.61 persen tahun 2012 (Tabel
2).
1.2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan Inpres nomor 1 tahun 2006 tentang penyediaan dan

pemanfaatan BBN sebagai bahan bakar lain, maka pemerintah mengambil
langkah-langkah untuk melaksanakan percepatan penyediaan dan pemanfaatan
BBN. Inpres tersebut ditujukan kepada Menteri Koordinator Perekonomian,
Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan,
Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri Perhubungan, Menteri
Negara Riset dan Teknologi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Koperasi
dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Menteri Negara BUMN, Menteri
Keuangan, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Gubernur, dan Bupati/Walikota.

3

4

Pemerintah mempercepat pengurangan kemiskinan dan pengangguran,
serta pengurangan tekanan permintaan BBM dengan menetapkan Keputusan
Presiden Nomor 10 tahun 2006 dan pemerintah membentuk Timnas BBN
(Martono, 2008). BBN dikembangkan oleh pemerintah untuk memenuhi konsep
Triple Track Strategy, yaitu: pro-growth, pro-job, dan pro-poor (Departemen
ESDM, 2008b). Pro-job dimaksudkan untuk membuka lapangan pekerjaan
melalui pengembangan BBN, pro-poor dengan cara mensubsitusi minyak tanah
dengan BBN, dan dengan konsep pro-growth dimaksudkan sebagai kegiatan
ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Departemen ESDM,
2008b). Minyak tanah kemudian disubstitusi dengan LPG (Liquid Petroleum Gas)
isi 3 Kg. Perkembangan produksi BBN di Indonesia disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi BBN di Indonesia Tahun 2005-2010
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010*)

Biosolar
(Ribu KL)
120.00
456.60
1 550.00
2 329.10
2 521.50
2 647.57

Bioetanol
(Ribu KL)
2.50
12.50
135.00
192.40
212.50
223.12

Bio-oil
(Ribu KL)
n.a.
2.4
37.2
37.2
40.0
42.0

Jumlah
(Ribu KL)
122 500
471 500
1 722 200
2 558 700
2 774 000
2 912 690

Sumber: Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, 2011
Keterangan: *) Estimasi.
Kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005 telah menyebabkan
inflasi sebesar 16 persen (Tampubolon, 2008). Ketika itu harga bensin meningkat
sebesar 87.5 persen, harga solar meningkat sebesar 104.76 persen, dan harga
minyak tanah meningkat sebesar 185.71 persen (Dillon et al, 2008). Perubahan
harga BBM mempengaruhi perubahan harga BBN, karena pangsa BBN yang
dicampurkan ke dalam BBM sebesar 10 persen.
Peningkatan

harga

produk

pertanian

terkait

BBN

berdampak

meningkatkan harga produk hasil pengolahan pertanian, seperti harga minyak

5

goreng

kelapa

sawit.

Peningkatan

harga-harga

tersebut

mengurangi

kesejahteraan konsumen. Ernawati et al (2008) menyatakan bahwa setiap
kenaikan garis kemiskinan sebesar 1 persen akan meningkatkan jumlah
penduduk miskin sebesar 1 persen.
Pada sisi yang lain, pembangunan pertanian berdampak menurunkan
jumlah penduduk miskin. Kenaikan output sebesar 10 persen di bidang pertanian
berdampak mengurangi jumlah penduduk miskin sebesar 7 persen (ADB, 2004;
Susila dan Munadi, 2008). Kenaikan output minyak kelapa sawit sebesar 10
persen berdampak mengurangi jumlah penduduk miskin sebesar 0.4 persen
(Susila dan Setiawan, 2007). Pengembangan biosolar mengurangi jumlah
penduduk miskin di perkebunan sebesar 0.059 persen hingga 0.16 persen (23
ribu hingga 60 ribu orang). Akan tetapi pengembangan biosolar meningkatkan
jumlah penduduk miskin di luar perkebunan kelapa sawit sebesar 0.004 persen
hingga 0.01 persen (2 ribu hingga 4 ribu orang), sehingga pengembangan
biosolar secara keseluruhan mengurangi jumlah penduduk miskin sebesar 0.005
persen hingga 0.15 persen (21 ribu hingga 55 ribu) (Susila dan Munadi, 2008).
Dalam perjalanan pengembangan BBN lebih lanjut, Ziegler (2008)
mengatakan bahwa produksi besar-besaran BBN adalah "kejahatan terhadap
kemanusiaan", karena produksi besar-besaran BBN berdampak negatif terhadap
persediaan makanan global. Dengan mengalih-gunakan lahan, dimana lahan
yang semula ditanami untuk bahan makanan, yang kemudian lahan tersebut
diubah menjadi lahan tanaman BBN, maka jumlah lahan untuk menanam bahan
pangan akan berkurang. Tregarthen (1976) menyatakan bahwa terdapat trade-off
dalam penggunaan lahan. Lahan pada waktu yang sama tidak dapat difungsikan
menjadi rumah, tambang batu bara, memproduksi gandum, atau dapat
digunakan untuk menghasilkan sumber energi (Tregarthen, 1976). Boswell
(2007) mengatakan bahwa penduduk yang lapar dan energi yang lebih besar

6

diestimasi meningkat sebesar 71 persen tahun 2030. Permintaan tersebut
menggerakkan penanaman tanaman BBN secara massal untuk menambah
sumberdaya energi fosil, akan tetapi dunia dikejutkan oleh kerusakan lingkungan
dan sosial pada tahun 2007, yang disebabkan oleh masalah BBN tersebut
(Boswell, 2007).
Ziegler (2008) juga mengatakan bahwa dunia menghadapi masalah sosial
dan sejumlah sengketa lain, yang dipicu oleh masalah kekurangan pangan dan
kenaikan harga-harga. Dalam beberapa tahun terakhir, kenaikan harga bahan
pangan telah memicu unjukrasa diikuti oleh tindakan kekerasan di sejumlah
negara, seperti di Kamerun, Mesir, Etiopia, Haiti, Indonesia, Pantai Gading,
Madagaskar, Mauritania, dan Pilipina (Ziegler, 2008; FAO, 2008). Di Pakistan
dan Thailand, tentara ditempatkan untuk mencegah penjarahan makanan dari
ladang dan gudang pangan, ketika harga bahan pangan meningkat tinggi dan
diikuti oleh pemogokan di Burkina Faso (Ziegler, 2008).
Fenomena tersebut di atas merupakan koreksi terhadap ekspektasi yang
tinggi tentang manfaat BBN sebelum tahun 2006. Ketika itu BBN berpotensi
memperbaiki perubahan iklim global yang bersifat ekstrim, BBN berperan
terhadap keamanan energi dan membantu produsen pertanian di dunia (FAO,
2008). Ernsting (2007) mengatakan bahwa terjadi pembukaan lahan yang sangat
besar untuk Mega Proyek Beras di Kalimantan Tengah oleh Suharto tahun 1996
dan dilanjutkan oleh perluasan perkebunan kelapa sawit dan kayu. Perkebunan
kelapa sawit tersebut dapat digunakan untuk memproduksi minyak sawit kasar,
minyak goreng kelapa sawit, dan biosolar. Koh dan Wilcove (2007) dan Dillon et
al (2008) menemukan bahwa luas hutan Indonesia antara tahun 1990 dan 2005
menurun sebesar 28 juta hektar, dimana 1.7 juta hektar lahan dikonversi menjadi
tanaman kelapa sawit (6 persen dari deforestasi). Boswell (2007) mengatakan
bahwa lebih dari 20 juta hektar lahan dikonversi untuk perkebunan kelapa sawit

7

selama 20 tahun mendatang di Indonesia. Lebih dari 9 juta hektar hutan di Papua
dan Papua Barat diidentifikasi oleh Kementerian Kehutanan Indonesia dikonversi
untuk perkebunan kelapa sawit (Boswell, 2007). Ernsting (2007) mengatakan
bahwa

Indonesia

melebihi

Malaysia

dalam

memperluas

lahan

untuk

meningkatkan produksi minyak kelapa sawit seluas 6.4 juta hektar tahun 2006 ke
26 juta hektar tahun 2025. Untuk pengembangan BBN, Indonesia pada periode
waktu yang sama tersebut juga meningkatkan perluasan perkebunan besar untuk
tanaman tebu dan tanaman jarak (