Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Keluarga Dalam UpayPencegahan Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja di
Desa Seuleukat Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan n=62
Sikap Frekuensi n=62
Persentase Positif
Negatif 59
3 95,2
4,8 Jumlah
62 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap positif yaitu 59 orang atau 95,2 dan yang memiliki sikap negatif hanya 3 orang
atau 4,8.
2. Pembahasan
2.1 Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan responden menunjukkan bahwa
sebagian besar responden berpengetahuan baik yaitu 49 orang 79,0, berpengetahuan cukup yaitu 11 orang 17,7, dan berpengetahuan kurang hanya
2 orang 3,2. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution
dan Pambudi 2003, yang meneliti tentang tingkat pengetahuan orangtua murid SLTP tentang narkotika, alkohol dan zat adiktif lainnya di Kotamadya Depok
tahun 2002, dan menemukan 86,9 berpengetahuan rendah, 7,1 berpengetahuan sedang, dan 6,1 berpengetahuan baik. Sebagian besar tingkat
pendidikan responden yaitu SMA dan lebih banyak bekerja di sektor swasta dan
Universitas Sumatera Utara
sebagian besar responden memperoleh informasi lebih banyak melalui media majalahKoran dan televisi dibandingkan dengan penyuluhan ataupun seminar.
Kita ketahui bahwa terbatasnya kolom pada majalah maupun Koran dan terbatasnya durasi penayangan informasi pada televisi menyebabkan informasi
tentang NAZA tidak dapat diberikan secara lengkap hal ini terlihat dari informasi pengetahuan orang tua murid terhadap NAZA yang memang separuh-separuh dan
tidak dapat mengetahui secara keseluruhan dan dipengaruhi juga oleh kondisi masyarakat yang tidak homogen sehingga sosialisasi antara sesama kurang
menyebabkan proses pertukaran informasi juga kurang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria 2006,
yang meneliti tentang Pengetahuan orangtua tentang pendidikan seks pada remaja di Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kec. Medan Selayang dan menemukan
55,8 berpengetahuan baik, 32,6 berpengetahuan cukup, 11,6 berpengetahuan kurang baik dan tidak ada yang memiliki tingkat pengetahuan tidak baik.
Sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu 60,5 , DiplomaS1 sebanyak 18,6 dan tidak ada responden yang tidak sekolah. Tingginya tingkat
pengetahuan responden berhubungan dengan tingkat pendidikan karna secara umum, seseorang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pengetahuan yang
lebih luas dibandingkan dengan yang tingkat pendidikan rendah dan didukung dengan mudahnya akses informasi melalui media seperti televisi, Koran dan
internet.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena berdasarkan hasil penelitian ternyata
perilaku yang didasarkan pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Teori Rogers 1974 dalam Notoatmodjo 2007
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru berperilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: Awareness
kesadaran dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek, Interest merasa tertarik terhadap stimulus atau
objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul, Evaluation menimbang- nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, Trial dimana
subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus, Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: pengalaman, tingkat pendidikan,
keyakinan, fasilitas, penghasilan dan sosial budaya. Menurut asumsi peneliti, banyaknya keluarga yang mengetahui tentang
upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dipengaruhi oleh pengalaman, baik pengalaman sendiri maupun orang lain di lingkungannya, pengalaman yang sudah
diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang, juga dipengaruhi oleh sosial budaya karna kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap terhadap sesuatu, didukung oleh tingkat pendidikan dapat dilihat sebagian besar responden berpendidikan SMP
yaitu 18 orang atau 29,0 dan hanya 2 orang 3,2 dari responden yang tidak
Universitas Sumatera Utara
tamat SD serta didukung tersedianya fasilitas seperti Televisi, Koran, dan buku yang memudahkan keluarga mendapatkan berbagai informasi mengenai narkoba.
2.2 Sikap Berdasarkan hasil penelitian, sikap responden menunjukkan bahwa sebagian
besar responden memiliki sikap positif yaitu 59 orang 95,2 dan yang memiliki sikap negatif hanya 3 orang 4,8. Berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Oktaviana 2012, yang meneliti tentang Pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di kelurahan Pahlawan
Binjai dan menemukan 100 responden memiliki sikap positif. Dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ambarita, Marni, dan Romeo yang
meneliti tentang Pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 3 Kupang tahun 2009 dan menemukan 93 responden
memiliki sikap yang positif dan 7 memiliki sikap yang negatif. Sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap
suatu objek atau situasi secara konsisten. Attitude diartikan dengan sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi
sikap tersebut disertai oleh kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan objek tadi. Sikap masih merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak , bukan
pelaksana motif tertentu. Dengan kata lain bahwa sikap itu belum merupakan tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan suatu kecenderungan predisposisi
untuk bertindak terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek Sunaryo, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, dan sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang mempunyai sikap positif
terhadap suatu objek yang bernilai dalam pandangannya, dan ia akan bersikap negatif terhadap objek yang dianggap tidak bernilai atau merugikan. Sikap ini
kemudian akan mendorong ke arah sejumlah perbuatan yang satu sama lainnya berhubungan . hal yang menjadi objek sikap bermacam-macam. Sekalipun
demikian, orang hanya dapat mempunyai sikap terhadap hal-hal yang diketahuinya. harus ada sekedar informasi pada seseorang untuk dapat bersikap
terhadap suatu objek. Informasi merupakan kondisi pertama untuk suatu sikap. Bila berdasarkan informasi itu timbul perasaan positif atau negatif terhadap objek
dan menimbulkan kecenderungan untuk bertingkah laku tertentu, terjadilah sikap. Menurut asumsi peneliti, sikap seseorang dalam hal ini keluarga
menyikapi penyalahgunaan narkoba dan pencegahannya sudah sangat optimal, karena 59 orang 95,2 memiliki sikap yang positif. Berarti sudah banyak
keluarga yang memahami tentang dampak negatif narkoba dan upaya pencegahannya. Hal ini disebabkan oleh sosial budaya karna kebudayaan
setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap terhadap sesuatu,salah satu kebudayaannya seperti syariat
islam sangat melarang penyalahgunaan segala jenis narkoba karna sudah memiliki landasan yang kuat yaitu Al-Quran. Didalam Al-Quran disebutkan
tidak diperbolehkan memakai segala sesuatu yang membuat pemakainya hilang kesadaran. dan dipengaruhi juga oleh faktor komunikasi sosial, Informasi yang
diterima individu dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN