Khasiat Ekstrak Kulit Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla King.) sebagai Pencegah Hiperkolesterolemia pada Tikus Putih

KHASIAT EKST
STRAK KULIT KAYU MAHONI (Swie
ietenia
macroph
phylla King.) SEBAGAI PENCEGAH
HIPE
PERKOLESTEROLEMIA PADA
TIKUS PUTIH

RATNA MUSTIKA

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MAT
TEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
A
IN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

ABSTRAK

RATNA MUSTIKA. Khasiat Ekstrak Kulit Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla
King.) sebagai Pencegah Hiperkolesterolemia pada Tikus Putih. Dibimbing oleh
SULISTIYANI dan SYAMSUL FALAH.
Kulit kayu mahoni selama ini dianggap sebagai limbah industri kayu,
namun khasiatnya sebagai pencegah kenaikan kolesterol darah belum diketahui.
Penelitian ini bertujuan menguji khasiat ekstrak kulit kayu mahoni sebagai
pencegah hiperkolesterolemia pada tikus. Sebanyak 35 ekor tikus jantan dibagi
menjadi 5 kelompok (n=7), yaitu kelompok normal (N) diberi pakan standar,
kelompok hiperkolesterolemia (HK) diberi pakan kolesterol (1,5%) dan PTU
(0,5mg/KgBB), kelompok lovastatin (HK+lovastatin 0,2875 mg/KgBB),
kelompok E1 (HK+ekstrak air mahoni 4,2 mg/KgBB), serta kelompok E2
(HK+ekstrak air mahoni 21mg/KgBB). Masa percobaan berlangsung selama 8
minggu. Konsentrasi kolesterol total darah dianalisis setiap 2 minggu dengan
metode enzimatik kolesterol oksidase CHOD-PAP yang diukur dengan
spektrofotometer pada =500 nm. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pakan
kolesterol (0,86%) dan PTU (0,5 mg/KgBB) selama 8 minggu pada kelompok HK
mampu menaikkan konsentrasi kolesterol sebesar 52,57%. Walaupun tidak
didukung oleh analisis statistik yang signifikan ( =0.05), dosis E2 cenderung
mencegah kenaikan konsentrasi kolesterol sebesar 35,8% yang sebanding dengan
lovastatin (33,78%).


ABSTRACT
RATNA MUSTIKA. The Potency of Mahoni’s Bark (Swietenia macrophylla
King.) as Hypercholesterolemic Prevention Agent in White Rats. Under the
direction of SULISTIYANI and SYAMSUL FALAH.
Mahoni’s bark has been thought as wood industrial waste, it’s potency as
hypercholesterolemic prevention agent has not been reported. The aim of this
study was to test the potency of mahoni’s bark extract as hypercholesterolemic
prevention agent in rats. Thirty five male rats were divided into 5 groups (n=7)
namely normal group (N) fed with standard rat chow, hypercholesterolemic group
(HK) fed with cholesterol chow (1,5%) and PTU (0,5 mg/KgBW), lovastatin
group (HK + lovastatin 0,2857 mg/KgBW), E1 group (HK+ mahoni’s water
extract 4,2 mg/KgBW), and E2 group (HK + mahoni’s water extract
21mg/KgBW). Experiments were carried out for 8 consecutive weeks. The total
blood cholesterol concentrations were analyzed every 2 weeks using enzymatic
cholesterol oxidase methode CHOD-PAP and measured by spectrophotometer at
=500 nm. The results showed that administration of cholesterol chow (0,86%)
and PTU (0,5 mg/KgBW) for 8 weeks in HK group increased cholesterol
concentration 52,57%. Although the data statistically was not significant ( =
0.05), there is a tendency that mahoni’s extract at the dose E2 cause 35,8%

reduction of cholesterol concentration and this was comparable to the reduction in
the lovastatin group (33,78%).

KHASIAT EKSTRAK KULIT KAYU MAHONI (Swietenia
macrophylla King.) SEBAGAI PENCEGAH
HIPERKOLESTEROLEMIA
PADA TIKUS PUTIH

RATNA MUSTIKA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010


Judul Skripsi : Khasiat Ekstrak Kulit Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla
King.) sebagai Pencegah Hiperkolesterolemia pada Tikus Putih
Nama
: Ratna Mustika
NIM
: G84050931

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Syamsul Falah, S.Hut, M.Si
Anggota

drh. Sulistiyani, M.Sc, Ph.D
Ketua

Diketahui

Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc

Ketua Departemen Biokimia

Tanggal lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana sains pada Departemen
Biokimia. Karya Ilmiah ini berjudul Khasiat Ekstrak Kulit Kayu Mahoni
(Swietenia macrophylla King.) sebagai Pencegah Hiperkolesterolemia pada Tikus
Putih yang sebagian besar didanai oleh program penelitian strategis unggulan IPB
atas nama Dr. Syamsul Falah, S.Hut, M.Si dkk. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Mei 2009 sampai Oktober 2009 di Laboratorium Biokimia, Departemen
Biokimia Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada drh. Sulistiyani, M.Sc, Ph.D
selaku pembimbing I dan Dr. Syamsul Falah, S.Hut, M.Si selaku pembimbing II
yang telah memberikan pengarahan dan perhatiannya kepada penulis selama
penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada orangtua, saudara-saudaraku tercinta dan seluruh keluarga atas
segala doa, perhatian, dukungan serta semangatnya. Ungkapan terima kasih juga

penulis sampaikan kepada Donna, Marsudi, Raiza, Tanti, Mela, Dini, Fitri, Puspa,
serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Maret 2010

Ratna Mustika

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 4 April 1987 dari ayah
Sukmawidjaya dan Ibu Lili Kholisoh, sebagai anak ke-4 dari enam bersaudara.
Tahun 2005, penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri 1 CibadakSukabumi dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Departemen Biokimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) sebagai mayor dan
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) sebagai minor.
Penulis pernah aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan dengan
kegiatan internal dan eksternal. Tahun 2005-2006 penulis aktif di Ikatan Keluarga
Mahasiswa Sukabumi (IKAMASI) dan LDK Al-Hurriyyah, selanjutnya tahun
2007 hingga 2009 penulis aktif sebagai pengurus Lembaga Dakwah Fakultas
SERUM-G. Tahun 2008-2009 penulis juga aktif di Himpunan Profesi Community

of Research and Education in Biochemistry (CREB’s).
Selama perkuliahan, penulis pernah Praktik Lapangan di Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan Indonesia dan menulis laporan ilmiah yang berjudul
Penarikan Kembali Sisa Sukrosa dari Ampas Tebu dengan Enzim Selulase
Trichoderma spp. Pada tahun 2007 penulis mendapatkan penghargaan juara II
lomba penulisan karya ilmiah tingkat IPB yang berjudul Pemanfaatan Ampas
Tahu dalam Minuman Probiotik serta mendapatkan dana program kreativitas
mahasiswa bidang penelitian (PKMP) berjudul Pemanfaatan Ampas Tahu
Tersandar dalam Formulasi Minuman Probiotik Ampas Tahu.
Penulis juga aktif dari tahun 2006-2009 menjadi asisten di beberapa
praktikum, diantaranya asisten Pendidikan Agama Islam, asisten praktikum
Fisika Dasar, Genetika Dasar, Mikrobiologi Dasar, Biokimia Umum, Struktur dan
Fungsi Subseluler, serta asisten praktikum Struktur dan Fungsi Biomolekul.
Sebagai pengalaman profesi, penulis juga bekerja sebagai guru Kimia di lembaga
bimbingan belajar Bintang Pelajar serta guru Bahasa Inggris dan Kimia di sekolah
bisnis School of Universe –Smart Bogor.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

ix

PENDAHULUAN ........................................................................................

1

TINJAUAN PUSTAKA
Metabolisme Kolesterol ....................................................................
Hewan Coba Hiperkolesterolemia ....................................................
Lovastatin ..........................................................................................
Pemanfaatan Mahoni (Swietenia macrophylla King.) ......................

1
3
4
5


BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan ..................................................................................
Metode...............................................................................................

6
6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Hewan dan Konsumsi Pakan ..................................................
Konsentrasi Kolesterol Total Darah ..................................................
Hubungan Lama Waktu Induksi Hiperkolesterolemia dengan
Kenaikan Konsentrasi kenaikan darah.. ............................................

13

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ..........................................................................................
Saran .................................................................................................

14

14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

14

LAMPIRAN ..................................................................................................

17

8
10

DAFTAR GAMBAR
1

Halaman
Kolesterol ...............................................................................................
2


2

Metabolisme Kolesterol .........................................................................

3

3

Tikus putih galur Sprague-Dawley ........................................................

3

4

Propil tiourasil (PTU).............................................................................

4

5

Lovastatin ...............................................................................................

5

6

Pohon mahoni (Swietenia macrophylla King.) ......................................

5

7

Bobot badan hewan coba masa adaptasi ................................................

9

8

Bobot badan hewan coba masa percobaan ............................................

10

9

Konsumsi pakan hewan selama percobaan ............................................

10

10 Konsentrasi kolesterol darah masa percobaan .......................................

11

11 Perubahan konsentrasi kolesterol darah .................................................

13

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Tahapan penelitian....................................................................................
18
2 Ekstraksi serbuk kulit kayu mahoni ..........................................................

19

3 Komposisi pakan kolesterol ......................................................................

19

4 Penentuan konsentrasi kolesterol metode CHOD-PAP ............................

20

5 Pembuatan kurva standar untuk pengukuran kolesterol darah..................

20

6 Metode pengukuran konsentrasi kolesterol ...............................................

20

7 Data bobot badan tikus masa adaptasi .....................................................

21

8 Data bobot badan tikus masa percobaan ...................................................

24

9 Data konsumsi pakan tikus masa percobaan ............................................

25

10Data kolesterol darah tikus masa percobaan .............................................

27

11Rekapitulasi data análisis statistik.............................................................

31

PENDAHULUAN
Penyakit degeneratif merupakan salah
satu penyakit yang saat ini menjadi perhatian
utama masyarakat dunia, baik di negara maju
maupun negara berkembang. Angka kejadian
penyakit ini cenderung meningkat dari tahun
ke tahun. Hal ini disebabkan oleh perubahan
gaya hidup, kurang aktivitas fisik, serta
perubahan pola
konsumsi masyarakat
(terutama masyarakat kota) yang cenderung
mengonsumsi makanan dengan kandungan
tinggi lemak dan miskin serat (Tsujii &
Kuzuya 2004).
Beberapa jenis penyakit degeneratif di
antaranya penyakit jantung koroner (PJK) atau
penyakit kardiovaskular, diabetes melitus,
hipertensi, dan kanker. Kejadian PJK
merupakan penyebab kematian utama di
negara-negara industri (Chang et al. 2001).
Data survei kesehatan rumah tangga (SKRT)
tahun 2001 melaporkan dari 100 kematian di
Indonesia, 25 diantaranya disebabkan oleh
penyakit kardiovaskuler (Purwanto 2003,
diacu dalam Herpandi 2005). Data organisasi
kesehatan dunia (WHO, world health
organization) menunjukkan bahwa penyakit
jantung adalah penyebab kematian tertinggi
kedua di dunia yang mencapai 8 juta kasus
pada tahun 2007 setelah kanker (WHO 2007).
Penyakit kardiovaskuler berkaitan erat
dengan tingginya konsentrasi kolesterol total
darah di atas normal (hiperkolesterolemia)
(Salahat et al. 2002; Herliana & Sitanggang
2009).
Seseorang
yang
mempunyai
konsentrasi kolesterol darah diatas 200 mg/dL
sudah
dianggap
mengalami
hiperkolesterolemia (Herliana & Sitanggang
2009).
Banyak
faktor
yang
dapat
menyebabkan hiperkolesterolemia, salah satu
faktor utama berasal dari makanan yang
mengandung kolesterol dan lemak jenuh yang
tinggi apabila dikonsumsi secara berlebihan
(Murray et al. 2000; Getz & Reardon 2007).
Faktor lainnya adalah keadaan genetik orang
tersebut, kegemukan, faktor usia, serta
keberadaan hormon estrogen pada wanita
(Grundy 1991; Herliana & Sitanggang 2009).
Penurunan konsentrasi kolesterol dalam
darah dapat dilakukan dengan pengaturan diet
dan konsumsi obat-obatan. Walaupun
demikian, penderita biasanya merasa jenuh
untuk melakukan diet. Selain itu, kendala
untuk menggunakan obat komersial adalah
harganya yang relatif mahal dan kekhawatiran
adanya efek samping yang ditimbulkan oleh
obat tersebut. Oleh karena itu sangat penting
menggalakkan penggunaan bahan alami dari

tanaman yang berkhasiat sebagai obat
pencegah hiperkolesterolemia.
Salah satu tumbuhan yang diyakini
berkhasiat sebagai tumbuhan obat adalah
mahoni (Swietenia macrophylla King.).
Mahoni dipercaya memilki banyak khasiat
terutama biji dan kulit kayunya. Falah et al.
(2008) melaporkan kulit kayu mahoni
mengandung katekin,
epikatekin,
dan
swietemakrofilanin yang memiliki aktivitas
antioksidan. Tan et al. (2009) melaporkan
kandungan limonoid daun mahoni juga
memiliki aktivitas antioksidan. Maiti et al.
(2007) melaporkan ekstrak biji mahoni
berpotensi
sebagai
obat
antidiare.
Wijayakusumah & Dalimartha (2005)
menyatakan biji mahoni berguna untuk
melancarkan peredaran darah dan mencegah
tersumbatnya saluran darah. Selain itu biji
mahoni juga dapat menurunkan kolesterol,
mengurangi penimbunan lemak pada dinding
saluran darah, dan mengurangi rasa sakit.
Berdasarkan uji fitokimia, kulit kayu
mahoni yang selama ini hanya dimanfaatkan
sebagai kayu bakar serta limbah dalam
industri kayu ternyata mengandung senyawa
metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid,
terpenoid, dan saponin yang bersifat toksik
terhadap Arthemia salina Leach. dengan nilai
LC50 466.659 µg/ml (Suhesti et al. 2007).
Beberapa penelitian melaporkan adanya
senyawa polifenol (flavonoid dan tanin)
memiliki
pengaruh
menurunkan
dan
menghambat penyerapan kolesterol (Awika &
Rooney 2004; Park et al. 2002; Chang et al.
2001).
Khasiat ekstrak kulit kayu mahoni
sebagai pencegah kenaikan konsentrasi
kolesterol darah belum diketahui. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan menguji khasiat
ekstrak kulit kayu mahoni sebagai pencegah
terjadinya hiperkolesterolemia pada tikus
putih. Hipotesis penelitian ini adalah ekstrak
air kulit kayu mahoni memiliki khasiat
mencegah terjadinya hiperkolesterolemia
pada tikus putih. Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi pemanfaatan
limbah kulit kayu mahoni serta khasiat ekstrak
kulit kayu mahoni sebagai obat herbal
alternatif
dalam
mencegah
terjadinya
kenaikan konsentrasi kolesterol darah.
TINJAUAN PUSTAKA
Metabolisme Kolesterol
Kolesterol (Gambar 1) merupakan
salah satu senyawa sterol dan terdapat pada
jaringan tubuh manusia dan hewan. Struktur

2
kolesterol
merupakan
turunan
inti
siklopentanoperhidrofenantrena
yang
mempunyai perpanjangan delapan atom
karbon pada C-17, dan juga terdapat ikatan
ganda pada C-5. Perpanjangan karbon ini
diberi nomor 20-27 sebagai lanjutan nomor
pada inti steroid (Lehninger et al. 2005).
Kolesterol merupakan lipid amfipatik
yang berperan penting dalam tubuh.
Kolesterol dalam jumlah normal mempunyai
fungsi struktural yang penting dalam
membran sel, juga berperan sebagai prekursor
hormon steroid pada kelenjar adrenal, vitamin
D, serta sebagai prekursor asam empedu
dalam hati (Murray et al. 2000; Lehninger et
al. 2005).
Kolesterol total dalam tubuh dapat
berasal dari makanan (eksogen) maupun
kolesterol endogen yang disintesis oleh hati
dan usus. Kolesterol ini kemudian siap
ditansportasikan dan didistribusikan ke
berbagai bagian tubuh yang memerlukan.
Kelarutan kolesterol yang kecil dalam air
menyebabkannya sulit larut dalam darah. Hal
ini menimbulkan masalah untuk transportasi
kolesterol ke bagian tubuh tertentu. Oleh
karena itu, tubuh mengatasinya dengan cara
melangsungkan transportasi yang membuat
kolesterol sebagai bagian dari kompleks
lipoprotein (Lehninger et al. 2005).
Lipoprotein adalah kompleks yang
terbentuk dari lipid darah (kolesterol dan
trigliserida), fosfolipid, dan apoprotein. Jenis
lipoprotein
diantaranya
kilomikron,
lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL,
very low density lipoprotein), lipoprotein
densitas rendah (LDL,
low density
lipoprotein), lipoprotein densitas sedang (IDL,
intermediate density lipoprotein), dan
lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density
lipoprotein). Setiap jenis lipoprotein memiliki
fungsi yang berbeda dan dimetabolisme
dengan cara yang berbeda (Kwiterovich 2000;
Murray et al. 2000; Lehninger et al. 2005).

Gambar 1 Struktur kolesterol.

Metabolisme kolesterol mengikuti
beberapa jalur dari metabolisme lipoprotein.
Secara garis besar ada tiga jalur metabolisme
lipoprotein (Gambar 2) yang terjadi di dalam
tubuh, yaitu jalur metabolisme eksogen,
endogen, dan jalur reverse cholesterol
transport atau jalur transport balik kolesterol.
Kedua jalur pertama lipoprotein berhubungan
dengan metabolisme LDL dan trigliserida
sedangkan jalur terakhir berhubungan dengan
metabolisme HDL (Kwiterovich 2000).
Khusus jalur metabolisme eksogen,
trigliserida dan kolesterol yang berasal dari
makanan berlemak masuk ke dalam usus dan
dicerna. Selain itu, dalam usus juga terdapat
kolesterol yang berasal dari hati yang
disekresikan bersama empedu ke usus halus.
Trigliserida dan kolesterol ini kemudian
bersama fosfolipid dan apoprotein membentuk
kilomikron (Lehninger et al. 2005).
Jalur metabolisme endogen erat
kaitannya dengan kemampuan hati untuk
mensintesis kolesterol dan trigliserida. Kedua
produk ini disekresikan ke dalam sirkulasi
darah dalam bentuk lipoprotein VLDL.
Selama sirkulasi trigliserida di VLDL akan
dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase
(LPL) menjadi IDL atau VLDL sisa. Partikel
IDL sebagian kembali ke hati dan sebagian
lainnya akan dihidrolisis kembali oleh LPL
menjadi LDL. Partikel LDL adalah
lipoprotein yang banyak mengandung
kolesterol. Sedangkan pada jalur balik
kolesterol, HDL dilepaskan sebagai partikel
kecil yang miskin kolesterol dan mengambil
kelebihan kolesterol dalam jaringan untuk
diangkut kembali ke hati (Kwiterovich 2000;
Lehninger et al. 2005).
Setelah kolesterol disintesis, senyawa
ini meninggalkan hati atau diubah menjadi
bentuk lain. Menurut Murray et al. (2000)
terdapat empat kemungkinan perubahan
kolesterol, pertama kolesterol diubah menjadi
asam empedu dan bergerak dari empedu ke
usus, lalu direabsorbsi ke hati. Kedua,
kolesterol diubah menjadi asam empedu,
bergerak ke usus, lalu diekskresikan ke dalam
feses. Ketiga, kolesterol yang terbentuk masuk
ke dalam membran tubuh dan diubah menjadi
senyawa steroid lain, dan terakhir kolesterol
tetap berada dalam plasma di pembuluh arteri
yang memungkinkan terjadinya pengendapan
yang memicu penyakit aterosklerosis.
Penelitian ini menggunakan konsentrasi
kolesterol total darah sebagai parameter.
Kolesterol total darah mencakup jumlah total
kolesterol bebas maupun kolesterol ester
dalam
bentuk
liprotein.

3

Gambar 2 Metabolisme kolesterol (Lehninger 2005).
Hewan Coba Hiperkolesterolemia
Penelitian medis, untuk aplikasi obat
atau pengaruh senyawa toksik terhadap
manusia memerlukan uji pada hewan coba
sebelum diaplikasikan pada manusia. Jenis
hewan coba dapat beragam tergantung
kebutuhan. Jenis hewan coba antara lain tikus,
mencit, ayam, kelinci, sapi, monyet, kambing,
kucing, anjing, babi, marmot, kuda, ataupun
beberapa jenis hewan lainnya. Hal penting
yang harus dipenuhi adalah hewan tersebut
memilki karakteristik genetik yang jelas dan
memenuhi semua asumsi percobaan. Syarat
tambahan lainnya hewan tersebut juga sedapat
mungkin
mudah
diperoleh,
mudah
pemeliharananya, serta murah perawatannya.
Selain itu, hewan coba harus bebas penyakit
selama riwayat hidupnya (Altman & Dittmer
1971, diacu dalam Andrianto 2009).
Hewan yang sering digunakan dalam
penelitian metabolisme lipid diantaranya
adalah monyet, kelinci, dan tikus. Monyet
ekor
panjang
(Macaca
fascicularis)
merupakan hewan yang baik digunakan dalam
penelitian lipid karena metabolismenya mirip
manusia. Namun penggunaan hewan ini
dibatasi dengan ketat karena termasuk spesies
yang dilindungi dan termasuk hewan langka
(Masuda & Ross 1990).
Devery et al. (1987) menyatakan tikus
(Rattus novergicus) dan kelinci (Orytolagus
cuniculus) merupakan hewan model yang
paling sering digunakan untuk mempelajari
kelainan metabolisme kolesterol pada
manusia. Menurut Mahfouz & Kummerow
(2000), tikus merupakan hewan yang resisten
terhadap induksi hiperkolesterolemia secara
eksogen dengan pemberian pakan kolesterol

dibandingkan kelinci. West & Fernandez
(2004)
menyatakan
hal
tersebut
dikarenakan kolesterol pada tikus sebagian
besar ditemukan dalam bentuk HDL. Selain
itu, Devery et al. (1987) melaporkan aktivitas
enzim kolesterol 7 -hidroksilase lebih tinggi
pada tikus dibandingkan kelinci. Murray et al.
(2000) menyatakan enzim ini dapat
mempercepat proses katabolisme kolesterol
hati menjadi asam empedu, sehingga
mempercepat pengeluaran kolesterol dari
tubuh.
West & Fernandez (2004) menyatakan
penggunaan kelinci sebagai hewan coba
hiperkolesterolemia relatif mahal dan data
yang diperoleh sulit diterjemahkan karena
perubahan
kenaikan
dan
penurunan
konsentrasi kolesterol yang ekstrim ketika
diberi perlakuan obat. Oleh karena itu tikus
digunakan sebagai hewan coba metabolisme
kolesterol dalam penelitian ini.
Tikus yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tikus putih jantan galur SpragueDawley (Gambar 3). Pemilihan tikus jantan
dalam
penelitian
dikarenakan
untuk
mengurangi galat penelitian akibat siklus
hormonal.

Gambar 3 Tikus putih galur Sprague-Dawley.

4

Beberapa karakteristik tikus SpragueDawley adalah aktif pada malam hari, relatif
jinak, tidak mempunyai kantung empedu,
tidak
dapat mengeluarkan isi perutnya
(muntah), dan tidak berhenti tumbuh,
meskipun kecepatannya menurun setelah
berumur 100 hari. Zat-zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan tikus hampir
sama dengan manusia, yaitu karbohidrat,
protein, mineral, dan vitamin (Muchtadi &
Palupi 1993). Malole & Pramono (1989)
melaporkan bahwa konsentrasi kolesterol
darah normal pada tikus berkisar antara 40130 mg/dL.
Parameter lipid yang diamati dalam
penelitian ini adalah konsentrasi kolesterol
total darah. Konsentrasi kolesterol darah yang
tinggi
diatas
normal
disebut
hiperkolesterolemia.
Hiperkolesterolemia
dapat dibuat pada tikus secara endogen
maupun eksogen (Santillo et al. 1999; Murray
et al. 2000, Getz & Reardon 2007). Kondisi
hiperkolesterolemia secara eksogen dibuat
dengan menambahkan lemak dan kolesterol
dalam makanannya. Tikus putih jantan galur
Sprague-Dawley umur 2.5 bulan dengan
rataan bobot badan 285.83 gram mengalami
peningkatan konsentrasi kolesterol darah
sebesar 181.40% setelah diberi diet kolesterol
12.5% selama 7 hari (Nofendri 2004). Santillo
et al. (1999) melaporkan pemberian pakan
1,5% kolesterol selama 2 bulan pada tikus
galur Wistar menaikkan konsentrasi kolesterol
sebesar 341% dibandingkan kelompok
normal.
Tikus merupakan hewan yang relatif
rentan terhadap induksi hiperkolesterolemia.
Oleh karena itu, kondisi hiperkolesterolemia
pada tikus juga dibuat secara endogen melalui
pemberian preparat tiourasil (Murray et al.
2000). Preparat tiourasil yang digunakan
dalam penelitian ini adalah propil tiourasil
(PTU) (Gambar 4), yaitu zat yang dapat
merusak kelenjar tiroid sehingga meyebabkan
kondisi
hipotiroid.
Grundy
(1991)
menyatakan reseptor LDL dipengaruhi oleh
hormon tiroid dan estrogen. Salter et al.
(1996) melaporkan pada kondisi hipotiroid
terjadi penurunan sintesis dan ekspresi
reseptor LDL di hati, sehingga LDL banyak
beredar di plasma dan menjadi penyebab
hiperkolesterolemia. Menurut Santillo (1999),
kondisi hipotiroid dapat menyebabkan
hiperkolesterolemia.
Dosis maksimum pemberian PTU untuk
orang dewasa dengan bobot badan 70 kg
dalam sehari adalah 600 mg, dengan dosis
maksimum untuk sekali makan sebesar 250

mg (Dhawan 1997). Efek samping obat ini
pada manusia diantaranya ruam kulit, nyeri
sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit
kepala, ada kecenderungan pendarahan, mual,
muntah, dan hepatitis (Lacy et al. 2006).
Dosis PTU yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu 0.5 mg/kgBB (Giri 2008; Rahayu
2007).
Induksi
hiperkolesterolemia
pada
penelitian ini menggunakan pakan kolesterol
1.5% dan dosis PTU sebesar 0.5 mg/Kg BB.
Giri (2008) melaporkan pemberian pakan
kolesterol 1.5% dan PTU 0,5 mg/KgBB pada
tikus jantan berumur 8 bulan selama 13
minggu menaikkan konsentrasi kolesterol
darah sebesar 44.48%.

Gambar 4 Propiltiourasil (PTU).
Lovastatin
Sampai saat ini diketahui ada 14 obat
yang digunakan untuk mengatasi kondisi
hipekolesterolemia. Obat-obatan tersebut
adalah klofibrat, bezafibrat, gemfibrozil,
fenofibrat, siprofibrat, simfibrat, asam
nikotinat (niasin), kolestiramin, kolestipol,
lovastatin,
simvastatin,
fluvastatin,
artovastatin dan pravastatin (Dalimartha
2005).
Obat
golongan
fibrat
efektif
menurunkan trigliserida, namun kurang
efektif untuk menurunkan LDL (lipoprotein
dengan kandungan kolesterol tertinggi)
sehingga obat ini kurang efektif. Asam
nikotinat dosis tinggi menyebabkan efek
samping kulit kemerahan dan rasa gatal,
sehingga obat ini tidak dikembangkan lebih
lanjut. Kolesteramin dan kolestipol bekerja
dengan cara mengikat asam empedu di usus
sehingga menurunkan penyerapan kolesterol,
namun tidak menurunkan sintesis kolesterol
endogen (Hitner & Nagle 1999; Dalimartha
2005).
Obat yang saat ini umum digunakan
adalah golongan statin terutama lovastatin
(Gambar 5). Obat ini pada mulanya diketahui
menurunkan aktivitas enzim HMG KoA
reduktase (Dalimartha 2005; Katzung 2002;
Hitner & Nagle 1999). HMG KoA reduktase
merupakan enzim kunci biosintesis kolesterol
(Lehninger et al. 2005; Chang et al. 2001).

105

Menurut Saimee (2003), mekanisme
yang diajukan untuk bekerjanya lovastatin
adalah lovastain akan aktif dalam bentuk asam
dihidroksinya. Bentuk ini identik dengan
struktur gugus hidroksi metilglutaril dari
HMG KoA yang merupakan substrat enzim
HMG KoA reduktase, sehingga lovastatin
akan bertindak sebagai inhibitor kompetitif
enzim
HMG
KoA
reduktase
yang
menyebabkan
terjadinya
penghambatan
biosintesis kolesterol.
Mekanisme lain menurut West &
Fernandez (2004) dan Katzung (2002),
lovastatin dapat menginduksi peningkatan
reseptor LDL dengan afinitas tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Hsu et al.
(2007) melaporkan lovastatin menghambat
faktor transkripsi sterol regulatory elementbinding protein (SREBP) yang dapat
menurunkan biosintesis kolesterol endogen,
serta lovastatin mampu menginduksi ekspresi
gen sitokrom P450 4F2 (CYP4F2) pada
manusia. Menurut Murray et al. (2000),
sitokrom P450 merupakan faktor penting yang
mengaktifkan enzim 7 -hidroksilase. Enzim
tersebut berperan sebagai enzim kunci dalam
katabolisme kolesterol dihati menjadi asam
empedu,
sehingga
lovastatin
akan
mempercepat pengeluaran kolesterol dari
tubuh dan menurunkan konsentrasi kolesterol
darah.
Lovastatin pertama kali diisolasi dari
Penicilium citrinum ML-236B berupa
senyawa 6-dimetillovastatin. Lovastatin juga
dapat diisolasi dari berbagai cendawan genus
Pleurotus seperti P. sapidus, P. erynggi, P.
cornucopial dan P. ostreatus (Saimee 2003).
Merck (2005) menyebutkan Lovastatin dapat
diisolasi dari Aspergillus terreus.
Lovastatin tersedia sebagai tablet 10
mg, 20 mg, dan 40 mg untuk dikonsumsi
secara oral. Dosis aman lovastatin untuk
orang dewasa dengan bobot 70 Kg adalah 1080 mg/hari namun tidak melebihi dosis 20
mg/hari, bagi orang yang sedang menerima
terapi imunosupresif (Hitner & Nagle 1999).
Oleh karena itu, dalam penelitian ini
digunakan dosis 20 mg/hari/70 KgBB yang
sebanding dengan 0.2857 mg/KgBB.

Gambar 5 Lovastatin.

Pemanfaatan Mahoni (Swietenia
macrophylla King)
Mahoni terbagi menjadi tiga spesies,
yaitu Swietenia macrophylla King., Swietenia
mahagony Jacq., dan Swietenia humilis Zucc.
Ketiga spesies tersebut memilki ciri-ciri yang
mirip satu sama lain, tetapi berbeda ukuran
serta warna daun dan bijinya (Mayhew &
Newton 1998). Penelitian ini memanfaatkan
limbah kulit kayu mahoni spesies S.
macrophylla King.
Mahoni berdaun lebar (Gambar 6),
merupakan istilah yang dikenal sebagai S.
macrophylla King. Tumbuhan ini termasuk
tumbuhan kayu tropis yang dapat tumbuh
dengan ketinggian mencapai 40-60 m dan
merupakan tumbuhan asli dari wilayah tropis
Amerika, termasuk Meksiko bagian selatan,
Amerika Tengah, dan Bolivia (Tan et al.
2009).
Tumbuhan ini tumbuh pada zona
lembah, menyebar luas secara alami dan
tumbuh pada daerah dengan ketinggian
berkisar antara 100-1200 m di atas permukaan
laut. Selain itu, mahoni juga memiliki kulit
berwarna abu-abu dan halus ketika masih
muda, selanjutnya berubah menjadi warna
coklat tua, menggelembung dan mengelupas
setelah tua. Daun bertandan dan menyirip
yang panjangnya berkisar antara 35-50 cm,
tersusun bergantian, halus berpasangan 4-6
daun, lebarnya berkisar 9-18 cm. Bunganya
kecil berwarna putih, panjangnya 10-20 cm,
serta malainya bercabang (Badan Litbang
Kehutanan dan Perkebunan 2000).

Gambar 6 Pohon mahoni (S. Macrophylla
King.).

116

Penelitian
mengenai
kandungan
senyawa fitokimia yang terdapat pada mahoni
dilakukan terkait potensinya sebagai tanaman
obat. Biji mahoni dilaporkan mengandung
senyawa antiinflamasi, antimutagen, dan
antitumor seperti swietenin swietenolida,
swietemahonin, kayasin, dan andirobin (Maiti
et al. 2007). Falah et al. (2008), melaporkan
kulit kayu mahoni mengandung senyawa
katekin, epikatekin, dan swietemakrofilanin
yang
memiliki
aktivitas
antioksidan.
Penelitian lain melaporkan kulit kayu mahoni
mengandung senyawa metabolit sekunder
seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan
saponin yang bersifat toksik terhadap A.
salina Leach. dengan nilai LC50 466.659
µg/ml (Suhesti et al. 2007). Komponen
fitokimia pada kulit kayu mahoni yang utama
adalah tanin. Menurut Heldt (2005), tanin
merupakan senyawa fenol yang banyak
terdapat pada kulit kayu tumbuhan berkayu.
Senyawa flavonoid yaitu asam tanat
dan rutin efektif mencegah kenaikan
konsentrasi kolesterol darah masing-masing
20.63% dan 35.24% terhadap tikus putih yang
diinduksi hiperkolesterolemia selama 6
minggu (Park et al. 2002). Dalimartha (2005)
menyatakan bahwa kandungan tanin dalam
tumbuhan dapat menurunkan kadar kolesterol
dalam darah. Epikatekin menurunkan
penyerapan kolesterol dengan mekanisme
meningkatnya sterol yang dikeluarkan dari
feses. Menurut Park et al. (2002) dan
Dalimartha (2005) adanya saponin dari
turunan
glikosida
dapat
menurunkan
kolesterol dengan mekanisme penghambatan
penyerapan kolesterol di dalam saluran
pencernaan. Chang et al. (2001) melaporkan
dua
senyawa
turunan
tanin
yaitu
proantrosianidin A-2 dan 1, 2, 3, 6-tetra- Ogalolil- -D-glukosa
efektif
sebagai
penghambat enzim HMG-KoA reduktase.
Kemampuan ekstrak kulit kayu mahoni
sebagai
pencegah
terjadinya
hiperkolesterolemia
mengacu
pada
pembuktian empiris biji mahoni yang biasa
digunakan masyarakat. Secara tradisional,
serbuk biji mahoni dikonsumsi seperti teh
sebanyak 2 gram (setengah sendok teh) untuk
satu kali seduhan dan dosis yang digunakan
masyarakat adalah 5 gram (2-3 kali seduhan
per hari) (Wijayakusuma & Dalimartha 2005)
Dosis ekstrak yang akan diuji dalam
penelitian
mengacu pada dosis yang
ekuivalen dengan dosis pemakaian tradisional
oleh masyarakat yaitu 5 gram per hari. Bila
diasumsikan rataan bobot badan sebesar 70 kg
dan perolehan kembali senyawa hasil

ekstraksi rebusan air sebesar 6%, maka dosis
tersebut setara dengan 4.2 mg/KgBB per hari.
Darusman et al. (2008) dalam laporan
penelitiannya melakukan penentuan dosis
pencekokan oral ekstrak jati belanda
terstandar pada tikus sebesar 1/10 kali, 1 kali,
dan 5 kali dari dosis yang yang dianjurkan
sebagai desain penelitian pengujian toksisitas
subkronik. Mengacu pada desain penelitian
tersebut, dalam penelitian ini digunakan dosis
5 kali dari dosis empiris yang dianjurkan yaitu
sebesar 21 mg/KgBB per hari.

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Tikus putih jantan galur SpragueDawley yang diperoleh dari Badan POM yang
berumur 2 bulan dengan bobot badan 100-150
gram. Bahan yang dipakai adalah ekstrak kulit
kayu mahoni, pakan tikus standar dengan
komposisi protein 18%, lemak 4-6%, dan abu
7-9%. Pakan kolesterol dengan komposisi
pakan standar, kuning telur, minyak curah,
dan lemak kambing dengan kandungan total
kolesterol 1.5%. Bahan lain yang digunakan
adalah standar kolesterol, akuades, kloroform,
H2SO4 pekat, asam asetat anhidrida, PTU,
lovastatin, kit enzim kolesterol (Randox),
serta alkohol 70%.
Peralatan yang digunakan adalah oven,
mikropipet, neraca analitik, microfuge
Beckman,
sentrifus
klinis,
vorteks,
spektrofotometer, sonde oral, alat suntik
plastik, kandang tikus, alat-alat gelas, hot
plate dan peralatan ekstraksi.
Metode Penelitian
Ekstraksi
Serbuk kulit kayu mahoni (40-80 mesh)
ditimbang sebanyak 450 gram dan
ditambahkan akuades sebanyak 2600 mL.
Campuran diaduk kemudian dipanaskan pada
suhu 1000C selama 4 jam. Setelah itu,
campuran disaring dan filtrat yang diperoleh
dipekatkan dengan penguap vakum putar pada
suhu 600C hingga diperoleh ekstrak kasar
kering. Rendemen atau hasil perolehan
kembali senyawa hasil ekstraksi rebusan air
sebesar 6.64%. Ekstrak kulit kayu mahoni
yang digunakan dalam penelitian ini dibuat
oleh Mardisadora (2010).
Hasil ekstrak kulit kayu mahoni
kemudian dilarutkan dalam akuades dan
dibuat larutan stok dengan konsentrasi 8.4 %
g/ml (% b/v) yang selanjutnya digunakan
sebagai dosis cekok.

12
7

Pemeliharaan Hewan dan Rancangan
Percobaan
Sebanyak 35 ekor tikus diperlakukan
pada kandang terpisah dengan satu kandang
untuk tiap ekor tikus. Kandang terbuat dari
plastik berisi sekam kayu, yang dilengkapi
dengan wadah pakan dan minum. Kandang
berada dalam ruang tertutup dengan ventilasi
dan penerangan yang cukup. Lampu
dinyalakan pada siang hari dan dimatikan
pada malam hari agar tidak merubah siklus
hidup hewan coba.
Tikus diadaptasikan selama 10 minggu
untuk menyeragamkan cara hidup dan
makannya. Selama masa adaptasi, tikus diberi
makan dan minum secara ad-libitum dan
bobot badan ditimbang satu kali dalam satu
minggu.
Memasuki masa percobaan tikus
kemudian dibagi menjadi lima kelompok
secara acak (rancangan acak lengkap, RAL)
Jumlah tikus tiap kelompok adalah tujuh ekor.
Kelompok I adalah kelompok normal (N),
kelompok II adalah kelompok kontrol
hiperkolesterolemia (HK). kelompok III
adalah
kelompok
lovastatin
(Lovas),
kelompok IV adalah kelompok Ekstrak I (E1)
dan kelompok V adalah kelompok ekstrak 2
(E2).
Selama percobaan, kelompok N diberi
pakan standar sebanyak 20 gram/ekor/hari dan
dicekok akuades. Selain itu, kelompok HK,
Lovas, E1 dan E2 selama percobaan diberi
pakan kolesterol 1.5% sebanyak 20
gram/ekor/hari dan dicekok PTU 0.5
mg/KgBB. Tikus pada kelompok Lovas selain
diberi pakan kolesterol dan PTU juga dicekok
lovastatin (0.2857 mg/KgBB), sedangkan
tikus pada kelompok E1 dan E2 selain diberi
pakan kolesterol dan PTU juga dicekok
ekstrak air kulit mahoni dengan dosis 4.2
mg/KgBB untuk kelompok E1 dan dosis 21
mg/KgBB untuk kelompok E2.
Masa percobaan berlangsung selama 8
minggu.
Induksi
hiperkolesterolemia
(pemberian pakan kolesterol dan PTU) pada
kelompok HK, Lovas, E1, dan E2 dilakukan
setiap hari selama masa percobaan. Ekstrak
dicekokkan pada kelompok E1 dan E2 setiap
hari selama masa percobaan untuk menguji
khasiat ekstrak kulit kayu mahoni dalam
mencegah terjadinya hiperkolesterolemia.
Selain itu, sebagai pembanding, lovastatin
juga dicekokkan pada kelompok Lovas setiap
hari selama masa percobaan sebagai kontrol
positif obat pencegah hiperkolesterolemia.
Selama masa percobaan, jumlah pakan
yang dikonsumsi oleh tikus ditimbang setiap

hari, sedangkan minum diberikan secara adlibitum dan bobot badan ditimbang satu kali
satu minggu. Pengambilan darah dilakukan
pada minggu ke-0, 2, 4, 6, dan 8 masa
percobaan.
Penyiapan Pakan Kolesterol (Momuat et al.
2001)
Pakan kolesterol dibuat dengan
komposisi kolesterol 1.5% dari kuning telur,
lemak kambing 5%, minyak goreng curah 6%,
dan pakan standar sampai 100%. Kolesterol
pada pakan kolesterol diperoleh dari tepung
kuning telur ayam negeri. Tepung kolesterol
dibuat dari kuning telur yang dikeringkan
dengan menggunakan metode Momuat et al.
(2001) yang dimodifikasi. Telur ayam direbus
selama 30 menit atau sampai matang,
kemudian kuning telur dipisahkan dari putih
telurnya. Kuning telur yang sudah matang
dihaluskan dalam loyang dan dikeringkan
selama 24 jam pada suhu 65oC. Kuning telur
yang sudah dikeringkan kemudian dihaluskan
dengan blender.
Tepung kuning telur kemudian diukur
konsentrasi kolesterolnya dengan metode
Liebermann-Buchard. Selanjutnya tepung
kuning telur diaduk sampai tercampur rata
dengan bahan yang lain (lemak kambing dan
minyak curah). Setelah itu dijadikan bentuk
pelet
seperti
bentuk
pakan
standar
menggunakan mesin pencetak pelet. Total
telur yang dibutuhkan dalam penelitian ini
sebanyak 90 Kg yang menghasilkan 10.975
Kg tepung kuning telur (Lampiran 3).
Analisis Konsentrasi Kolesterol Kuning
Telur Metode Liebermann-Buchard (Cook
1958)
Kolesterol tepung kuning telur yang
digunakan diukur konsentrasinya dengan
menggunakan metode Liebermann-Buchard.
Tabung sentrifus 15 mL diisi dengan 12 mL
campuran alkohol : eter (3:1). Kemudian
dimasukkan ± 0.02 g tepung kuning telur,
diaduk sampai semuanya bercampur dengan
alkohol dan eter. Tabung kemudian ditutup
rapat dan didiamkan selama lima belas menit.
Selanjutnya tabung disentrifugasi pada 5000
rpm dengan jari-jari rotor 18 cm selama 3
menit.
Supernatan
yang
diperoleh
dipindahkan kedalam gelas piala ukuran 50
mL lalu diuapkan pada hot plate sampai
supernatan kering.
Residu yang tersisa dibubuhi kloroform
2-2.5 mL dan dikocok agar residu terekstrak.
Hasil ekstraknya dipindahkan ke dalam
tabung sentrifus. Gelas piala dibilas lagi

138

dengan 2-2.5 mL kloroform, kemudian ukuran
ekstrak ditepatkan menjadi 5 mL dengan
kloroform. Standar kolesterol dibuat dengan
konsentrasi 50, 100, 150, 200, dan 250 µg/ml
sebanyak masing-masing 5 mL. Blanko dibuat
dengan memasukkan 5 mL kloroform ke
dalam tabung sentrifus. Masing-masing
tabung kemudian ditambahkan 2 mL asam
asetat anhidrida dan 0.1 mL asam sulfat pekat,
lalu dikocok. Setelah itu tabung disimpan
diruang gelap selama 15 menit sampai
terbentuk warna hijau kebiruan dan larutan
diukur
absorbansinya
pada
panjang
gelombang 420 nm dengan menggunakan
spektrofotometer. Konsentrasi kolesterol
kuning telur dengan metode LiebermanBuchard yang diperoleh dalam penelitian ini
sebesar 41.62 mg/g tepung kuning telur
(Lampiran 3).
Pengambilan Darah dan Pengukuran
Konsentrasi Kolesterol Darah Total
(Richmond 1973)
Sebelum diambil darahnya, tikus
dipuasakan ± 16 jam. Darah diambil dengan
menyayat ujung ekor tikus. Sebelumnya, ekor
tikus
dibersihkan
terlebih
dahulu
menggunakan alkohol 70% Darah kemudian
ditampung dalam tabung Eppendorf sebanyak
± 1 mL per tikus. Darah diinkubasi dalam
suhu ruangan selama 30 menit diikuti dengan
sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm
dengan jari-jari rotor 12 cm selama 10 menit.
Serum
digunakan
untuk
penentuan
konsentrasi kolesterol total.
Konsentrasi kolesterol total darah
diukur dengan metode enzimatik cholesterol
oxidase phenol amino phenazone (CHODPAP) menggunakan kit diagnostik komersial
(Randox). Prinsip pengukuran kolesterol
dengan metode ini melibatkan enzim yang
mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi
kolesterol dan reaksi berikutnya menghasilkan
perubahan warna yang dapat diukur dengan
menggunakan spektrofotometer. Indikator
warna kolorimetri quinoneimin terbentuk dari
reaksi antara hidrogen peroksida dan fenol
yang dikatalisis oleh enzim peroksidase.
Sebanyak 10 µL serum darah dicampur
dengan 1 mL kit pereaksi. Larutan dikocok
dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu
ruang sampai terbentuk warna merah muda.
Standar dibuat dengan cara yang sama,
dengan konsentrasi standar kolesterol 25, 50,
100, 200, dan 250 mg/dL. Blanko dibuat dari
1 mL kit pereaksi tanpa penambahan apapun.
Absorban
diukur
menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang

500 nm. Persamaan kurva standar rata-rata
yang diperoleh dalam penelitian ini pada
adalah y=0.0836x – 0.06 dengan R2 sebesar
0.98 (Lampiran 10).
Analisis Data (Mattjik & Sumertajaya
2000)
Rancangan acak lengkap digunakan
pada rancangan penelitian ini. Data yang
diperoleh dianalisis dengan metode ANOVA
(analysis of variance) pada tingkat
kepercayaan 95% dan taraf = 0.05 Model
rancangan tersebut menurut Mattjik &
Sumertajaya (2000) adalah: Yij = µ+ i + ij
Keterangan :
Yij = Pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan
ke-j
µ = Pengaruh rataan umum
= Pengaruh rataan ke-i, i = 1, 2, 3, 4, 5
i
= Pengaruh galat perlakuan ke-i dan
ij
ulangan ke-j, j = 1, 2, 3, 4, 5, 6,7
Uji lanjut yang digunakan adalah uji
Duncan pada selang kepercayaan 90%, taraf
=0.1. Semua data dianalisis dengan program
SPSS 11.5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Badan dan Konsumsi Pakan
Kondisi hewan coba yang sehat
merupakan faktor penting dalam penelitian
dan merupakan syarat untuk memenuhi
asumsi percobaan. Bobot badan dan konsumsi
pakan merupakan parameter yang mudah
diukur dan diamati untuk memantau kondisi
kesehatan hewan coba selama percobaan
berlangsung. Lu (1991) menyatakan kenaikan
bobot badan dan kecenderungan kenaikan
konsumsi pakan hewan coba menunjukkan
hewan coba dalam kondisi sehat.
Masa Adaptasi
Selama masa adaptasi semua tikus
mengalami kenaikan bobot badan. Bobot
badan rata-rata tikus pada awal adaptasi
sebesar 106.74 ± 7.05 gram, sedangkan pada
akhir adaptasi diperoleh bobot badan rata-rata
tikus sebesar 348.54 ± 28.61 gram (Gambar
7). Persentase kenaikan bobot badan sebesar
228.30 % ini berbeda secara statistik (p