Fungsi Hati Mencit pada Uji Toksisitas Subkronis Ekstrak Air Kulit Batang Mahoni (Swietenia macrophylla King)

FUNGSI HATI MENCIT PADA UJI TOKSISITAS SUBKRONIS
EKSTRAK AIR KULIT BATANG MAHONI
(Swietenia macrophylla King)

SATRIAJI HARTAMTO

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fungsi Hati Mencit
pada Uji Toksisitas Subkronis Ekstrak Air Kulit Batang Mahoni (Swietenia
macrophylla King) adalah bagian dari proyek penelitian Program Strategis
Unggulan IPB tahun 2012 atas nama Dr Syamsul Falah, SHut, MSi dkk dengan
judul Tablet Nanopartikel Ekstrak Kulit Kayu Mahoni Tersalut Kitosan sebagai
Suplemen Antihiperkolesterolemia untuk Pemanfaatan Hasil Samping Industri
Pengolahan Kayu dan Perikanan. Proyek penelitian ini didanai oleh DIPA IPB

dengan nomor kontrak 62/I3.24.4/SPK-PUS/IPB/2012. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013
Satriaji Hartamto
NIM G84080048

ABSTRAK
SATRIAJI HARTAMTO. Fungsi hati mencit pada uji toksisitas subkronis ekstrak
air kulit batang mahoni (Swietenia macrophylla King). Dibimbing oleh
SULISTIYANI dan SYAMSUL FALAH.
Kulit batang mahoni merupakan limbah industri yang dapat dimanfaatkan
sebagai obat herbal karena berbagai bioaktivitas yang dimilikinya. Penelitian ini
dilakukan untuk mempelajari toksisitas subkronis ekstrak air kulit batang mahoni
pada fungsi hati. Sebanyak 40 ekor mencit terdiri atas 20 ekor jantan dan 20 ekor
betina dibagi ke dalam 4 kelompok (normal, D1, D2, dan D3), masing-masing
terdiri atas 5 ekor jantan dan 5 ekor betina. Kelompok normal diberikan akuades,

sedangkan kelompok dosis diberikan ekstrak air kulit batang mahoni secara oral
pada dosis 21, 200, dan 400 mg/Kg BB selama 56 hari. Parameter biokimia yaitu
aktivitas enzim ALT dan AST serta gambaran histopatologi hati diamati di akhir
percobaan. Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak terhadap bobot badan,
konsumsi pakan, maupun aktivitas enzim hati. Kisaran aktivitas enzim setelah
perlakuan untuk ALT dan AST berturut-turut yaitu 54.20±15.09 hingga
83.00±44.98 U/L dan 83.80±21.73 hingga 164.33±99.28 U/L. Nilai tersebut
berada dalam kondisi normalnya. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit batang
mahoni tidak berefek toksik pada hati, bahkan berdasarkan gambaran mikroskopik
sel hati pemberian ekstrak cenderung melindungi sel hati mencit betina dari
degenerasi nonspesifik.

ABSTRACT
SATRIAJI HARTAMTO. Mice Liver Function During Subchronic Toxicity
Test of Mahoni’s (Swietenia macrophylla King) Bark Aqueous Extract.
Supervised by SULISTIYANI and SYAMSUL FALAH.
Mahogany’s bark is industrial waste that can potentially be developed as
herbal medicines. This research was performed to study the extract’s subchronic
toxicity in the liver. Fourty mice consist of 20 males and 20 females were divided
into 4 groups: normal, dosage 1 (D1), dosage 2 (D2), and dosage 3 (D3), each

consisting of 5 males and 5 females. Normal group was administered with
aquadest, whereas D1, D2, and D3 groups were orally gavaged with mahogany’s
bark aqueous extract at concentration of 21, 200, and 400 mg/Kg BW for 56 days.
Biochemical and histopathological parameters were observed at the end of
experimental period. There were no difference in body weight, food intake, and
liver enzymes. Range of ALT and AST activities were consecutively between
54.20±15.09 to 83.00±44.98 U/L and 83.80±21.73 to 164.33±99.28 U/L, and
these values were normal. There was no toxic effect of mahogany’s bark aqueous
extract to the liver, moreover according to histopathological examination the
extract tended to protect female hepatocytes from nonspesific degeneration.

FUNGSI HATI MENCIT PADA UJI TOKSISITAS SUBKRONIS
EKSTRAK AIR KULIT BATANG MAHONI
(Swietenia macrophylla King)

SATRIAJI HARTAMTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains

pada
Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Fungsi Hati Mencit pada Uji Toksisitas Subkronis Ekstrak Air
Kulit Batang Mahoni (Swietenia macrophylla King)
Nama
: Satriaji Hartamto
NIM
: G84080048

Disetujui oleh

drh Sulistiyani, MSc, PhD
Pembimbing I


Dr Syamsul Falah, SHut, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir I Made Artika, MAppSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang senantiasa
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang
berjudul “Fungsi Hati Mencit pada Uji Toksisitas Subkronis Ekstrak Air Kulit
Batang Mahoni (Swietenia macrophylla King)” ini dapat diselesaikan. Penelitian
ini berlangsung selama 6 bulan dari Mei hingga Oktober 2012 dan dilaksanakan di
Laboratorium Penelitian dan Kandang Hewan Coba Biokimia FMIPA IPB, Pusat
Studi Satwa Primata LPPM IPB, dan Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor.
Penelitian ini didanai oleh Program Strategis Unggulan IPB 2012 atas nama Dr

Syamsul Falah, SHut, MSi dkk.
Terima kasih disampaikan kepada Ibu drh Sulistiyani, MSc, PhD dan Bapak
Dr Syamsul Falah, SHut, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
saran, kritik, dan bimbingannya selama berlangsungnya penelitian dan penulisan
skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua dan
keluarga atas doa dan segala dukungan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Endang, Ibu Lis Rosmanah, juga kepada Nina, Dita, Banda, Iqbal, Aros,
Lusi, Esti, Shely, Rian, Yoan, Nur, dan semua teman-teman biokimia atas
bantuannya dalam penelitian ini.
Demikianlah skripsi ini disusun, semoga dapat bermanfaat baik bagi penulis
maupun para pembaca.

Bogor, April 2013
Satriaji Hartamto

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN



METODE



Bahan dan Alat




Metode



HASIL



Bobot Badan dan Konsumsi Pakan



Aktivitas Enzim Hati

6

Histopatologi Hati




PEMBAHASAN

8

Pengaruh terhadap Bobot Badan dan Konsumsi Pakan



Pengaruh terhadap Aktivitas Enzim Hati



Pengaruh terhadap Gambaran Mikroskopik Hati

9

SIMPULAN

10 


DAFTAR PUSTAKA

10 

LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Bobot badan dan konsumsi pakan pada masa adaptasi
Konsumsi pakan selama perlakuan (gram)

Aktivitas enzim hati sebelum perlakuan
Aktivitas enzim hati setelah pemberian ekstrak air kulit batang mahoni
selama 56 hari


5



 

DAFTAR GAMBAR
1 Bobot badan selama perlakuan
2 Gambaran histopatologi hati




 
 

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Reaksi dalam pengukuran aktivitas enzim hati
Contoh perhitungan aktivitas enzim hati
Analisis statistik aktivitas enzim hati sebelum dan setelah perlakuan
Analisis statistik perbandingan nilai aktivitas ALT setelah perlakuan
dengan sebelum perlakuan
5 Analisis statistik perbandingan nilai aktivitas AST setelah perlakuan
dengan sebelum perlakuan

 
 
 

13 
13 
13
13
13 

PENDAHULUAN
Obat herbal kini menjadi alternatif pengobatan yang kian diminati, terlebih
dengan kesadaran untuk kembali ke alam. Keberadaan dan khasiat beberapa obat
herbal memang telah diakui oleh masyarakat dan terbukti secara ilmiah.
Masyarakat banyak yang beralih pada pengobatan atau konsumsi herbal untuk
meningkatkan kesehatannya meskipun saat ini obat-obatan yang berbasis bahan
kimia kian banyak ditemukan. Masyarakat beranggapan bahwa obat-obatan yang
berasal dari alam memiliki efek samping jauh lebih rendah dibandingkan dengan
obat-obatan kimia (sintetik). Anggapan ini sebenarnya belum tentu benar karena
obat herbal pun dapat berdampak tidak baik bagi tubuh jika penggunaannya tidak
tepat baik dari segi bahan, dosis, waktu, maupun cara mengkonsumsinya. Kajian
untuk menyatakan bahwa obat herbal tertentu aman dikonsumsi baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang sangat perlu dilakukan sebelum obat
tersebut dapat digunakan secara luas oleh masyarakat.
Salah satu limbah industri kayu yang berpotensi dimanfaatkan sebagai obat
herbal ialah kulit batang pohon mahoni (Swietenia macrophylla King). Kulit
batang pohon mahoni secara ilmiah telah dibuktikan memiliki khasiat sebagai
antioksidan dan antihiperkolesterolemia. Bagian kulit batang mahoni diketahui
memiliki tiga komponen aktif yaitu swietemacrophyllanin, epikatekin, dan katekin
yang membuatnya memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi (Falah et al. 2008).
Kulit batang mahoni telah menunjukkan aktivitas antioksidan secara in vitro
dengan metode DPPH dan metode MDA-TBA (Mardisadora 2010). Secara in vivo,
ekstrak kulit batang mahoni dapat menurunkan konsentrasi lipid peroksida darah
tikus hiperkolesterolemia (Utami 2010), dan juga mampu menurunkan konsentrasi
lipid peroksida darah dan hati tikus hiperurisemia (Lavenia 2010; Nasution 2011).
Pemberian ekstrak air kulit batang mahoni dengan dosis 21 mg/kgBB selama 8
minggu mampu mencegah kenaikan konsentrasi kolesterol darah tikus (Mustika
2010). Ferdiansyah (2012) melaporkan bahwa pemberian ekstrak kulit kayu
mahoni dengan dosis 300 mg/kgBB selama 1 minggu dapat menurunkan
konsentrasi kolesterol darah tikus hiperkolesterolemia.
Meskipun berbagai penelitian telah membuktikan bahwa ekstrak kulit
batang mahoni memiliki berbagai khasiat untuk kesehatan, hingga saat ini laporan
mengenai keamanannya baru sebatas studi toksisitas akut. Berdasarkan uji
toksisitas akut, ekstrak air kulit batang mahoni memiliki nilai LD50 sebesar
21428.91 mg/KgBB mencit dan tergolong tidak toksik pada paparan akut
(Ningsih 2010). Informasi ini tentu belum cukup untuk menjamin ekstrak tersebut
tidak berbahaya dan tidak memiliki efek merugikan bagi tubuh, apalagi dalam
penggunaan jangka panjang. Untuk itu, evaluasi keamanan ekstrak kulit batang
mahoni ini perlu ditelaah lebih lanjut.
Uji toksisitas subkronis merupakan uji toksisitas yang sering digunakan
untuk mengamati adanya efek toksik suatu bahan pada hewan coba akibat
pemberian berulang bahan tersebut dalam waktu panjang. Melalui uji tersebut,
gangguan yang terjadi akibat paparan suatu bahan pada fungsi organ terutama hati
sebagai organ sasaran sebagian besar senyawa asing dapat dipelajari. Indikasi
adanya gangguan fungsi hati dapat diketahui melalui pengukuran parameter

2
biokimia darah diantaranya aktivitas enzim alanin amino transferase (ALT) dan
aspartat amino transferase (AST) (Lu 2006).
Ekstrak kulit batang mahoni telah diketahui memiliki aktivitas
antihiperkolesterolemia pada dosis efektifnya. Akan tetapi, toksisitas subkronis
ekstrak kulit batang mahoni pada dosis tersebut, dalam hal ini adanya efek toksik
pada fungsi hati akibat pemberian ekstrak tersebut belum diketahui. Penelitian ini
bertujuan mempelajari toksisitas subkronis ekstrak kulit batang mahoni pada dosis
efektifnya sebagai antihiperkolesterolemia pada hati mencit melalui penentuan
aktivitas enzim ALT dan AST. Hipotesis penelitian ini adalah paparan subkronis
ekstrak kulit batang mahoni dosis antihiperkolesterolemia secara oral tidak
menyebabkan kenaikan yang signifikan pada aktivitas enzim ALT dan AST
mencit. Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan informasi mengenai efek
toksik dari ekstrak kulit batang mahoni pada organ hati untuk digunakan sebagai
obat antihiperkolesterolemia pada pemakaian jangka panjang.

METODE
Bahan dan Alat
Penelitian ini menggunakan mencit jantan dan betina galur Deutschland,
Denken, and Yoken (DDY) umur 2 sampai 3 bulan dengan bobot 20-30 gram yang
berasal dari Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, seta kulit
batang mahoni yang berasal dari pohon mahoni berumur 30 tahun yang tumbuh di
daerah Sumedang. Reagen ALT dan AST untuk pengukuran aktivitas enzim hati
diperoleh dari PT Rajawali Nusindo.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat rotary
vacuum evaporator, mikrosentrifus dingin kecepatan tinggi 5415 R dengan fixedangle rotor merek Eppendorf, dan photometer 5010 buatan ROBERT RIELE
GmbH & Co KG.

Metode
Preparasi Sampel (Mardisadora 2010)
Ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak air kulit batang
mahoni hasil penelitian Hermanus (2012). Ekstraksi dilakukan dengan cara
perebusan. Kulit batang mahoni dibuat serbuk berukuran 40-60 mesh dengan
Wiley Mill. Serbuk tersebut ditimbang dan ditambah dengan air (perbandingan 1
gr:10 mL air), lalu dipanaskan pada suhu 100°C selama 2 jam. Ekstrak yang
diperoleh disaring dan filtratnya diuapkan dengan rotavapor pada suhu 60°C
selama 1 jam.
Hewan Uji dan Rancangan Percobaan (WHO 2000)
Mencit dipelihara dalam kandang individual yang terbuat dari plastik berisi
sekam padi sebagai alas yang dilengkapi dengan wadah pakan dan minum.
Kandang berada dalam ruang tertutup dengan ventilasi dan penerangan yang

3
cukup. Pakan standar dan air minum diberikan secara ad libitum tiap harinya.
Sebelum perlakuan, mencit diadaptasikan untuk menyeragamkan cara hidup dan
makannya. Jumlah pakan ad libitum yang diberikan sebanyak 10 gram berdasar
pada konsumsi pakan mencit dewasa yaitu sekitar 5 gram per hari. Bobot badan
ditimbang seminggu sekali, sedangkan penimbangan pakan dilakukan setiap hari
untuk mengamati adanya kelainan pada kesehatan mencit.
Setelah masa adaptasi berakhir, mencit dibagi secara acak ke dalam 4
kelompok. Tiap kelompok terdiri atas 5 ekor jantan dan 5 ekor betina. Satu
kelompok merupakan kelompok normal (N), dan tiga kelompok lainnya
merupakan kelompok dosis. Kelompok N adalah kelompok yang dicekok dengan
akuades. Kelompok ekstrak adalah kelompok yang dicekok dengan ekstrak air
kulit batang mahoni dengan 3 tingkat dosis yang berbeda terdiri atas kelompok D1,
D2, dan D3. Dosis cekok ekstrak kulit batang mahoni pada kelompok D1 sebesar
dosis 21 mg/Kg BB, kelompok D2 sebesar 200 mg/Kg BB, dan kelompok D3
sebesar 400 mg/Kg BB. Perlakuan ini diberikan setiap hari selama 56 hari.
Analisis aktivitas ALT dan AST dilakukan sebelum perlakuan yaitu pada
hari ke-0 dan setelah perlakuan berakhir yaitu setelah hari ke-56. Setelah
pengambilan darah di hari terakhir perlakuan selesai, dilakukan nekropsi dengan
cara cervical dislocation pada mencit kemudian diambil organ hatinya untuk
pemeriksaan histopatologi.
Pengambilan Sampel Darah
Sebanyak 0.3 mL darah diambil dari mencit berbobot 30 gram dari
pembuluh vena ekor (Pekow & Baumans 2003). Gunting dan ujung ekor mencit
disterilkan terlebih dahulu dengan alkohol 70%. Ujung ekor mencit juga disuntik
dengan anestesi lokal xylocaine. Pemotongan dilakukan maksimal 3 mm dari
ujung ekor dan ekor dibersihkan kembali dengan Betadine. Sampel darah yang
diperoleh dimasukkan ke dalam tabung berisi larutan EDTA pH 7.4 dengan
konsentrasi 1 mg/mL darah, kemudian segera disentrifus pada kecepatan 3000
rpm selama 15 menit. Supernatan yang merupakan plasma EDTA dipisahkan dan
disimpan pada kotak berisi es.
Pengukuran Aktivitas Enzim ALT dan AST (IFCC 1986)
Pengukuran aktivitas enzim hati dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik
Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) Bogor. Plasma EDTA sebanyak 50 μL
dimasukkan dalam tabung reaksi yang telah berisi reagen sebanyak 500 μL.
Campuran diaduk dengan vorteks lalu diukur aktivitas ALT dan AST-nya
menggunakan alat photometer 5010. Sebanyak 250 μL campuran dimasukkan ke
dalam kuvet di dalam alat lalu diinkubasi selama 1 menit. Setelah itu, absorban
tiap satu menit dari menit ke-0 hingga menit ke-3 akan terukur dan setelah selesai
secara otomatis pada layar alat muncul nilai aktivitas enzim dalam satuan unit/liter
(U/L). Aktivitas enzim diukur pada panjang gelombang 340 nm dan suhu 37°C.
Perhitungan aktivitas ALT atau AST = 1745 x ΔAbsorban/menit.
Pembuatan Preparat Histopatologi Hati (Kent 1985)
Pembuatan dan pengamatan histopatologi hati ini dilakukan di Balai Besar
Penelitian Veteriner (BALITVET) Bogor. Metode yang digunakan terdiri atas 4
tahap, yaitu fiksasi, dehidrasi, pencetakan (embedding), dan pewarnaan (staining).

4
Organ hati difiksasi dengan buffer netral formalin (BNF) 10%, lalu didehidrasi
dengan etanol bertingkat (70%, 80%, 96%, absolut I, absolut II). Setelah itu,
etanol dihilangkan dengan xilol kemudian dilakukan pencetakan dalam parafin.
Setelah beku organ dalam parafin tersebut dipotong dengan alat mikrotom setebal
4-5 μm. Potongan organ hati tersebut lalu diwarnai dengan pewarnaan
Haematoxylin Eosin untuk selanjutnya diamati gambaran mikroskopiknya
menggunakan mikroskop cahaya.
Analisis Data (Mattjik dan Sumertajaya 2000)
Rancangan faktorial dalam rancangan acak lengkap digunakan pada
rancangan penelitian ini. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode ANOVA
(analysis of variance) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α = 0.05 dengan
program SPSS 11.5. Model rancangan tersebut adalah sebagai berikut.
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Keterangan:
Yij = pengamatan pada faktor jenis kelamin taraf ke-i faktor dosis taraf ke-j dan
ulangan ke-k
µ = Komponen aditif dari rataan
αi = pengaruh utama faktor jenis kelamin; βj = pengaruh utama faktor dosis
(αβ)ij = komponen interaksi dari faktor jenis kelamin dan faktor dosis
εijlk = Pengaruh acak yang menyebar normal

HASIL
Bobot Badan dan Konsumsi Pakan
Bobot badan mencit pada masa adaptasi ditunjukkan oleh Tabel 1. Pada
masa adaptasi yang berlangsung selama 8 minggu, semua mencit mengalami
kenaikan bobot badan yang signifikan. Bila dibandingkan dengan bobot badan di
awal adaptasi, bobot badan mencit jantan dan betina di akhir adaptasi masingmasing mengalami kenaikan sebesar 46.39% dan 27.95% (p0.05). Hal ini berarti ekstrak air kulit
batang mahoni tidak mempengaruhi tingkat konsumsi pakan mencit.
50

Bobot badan (gram)

Normal J

}

40

a

D1 J
D2 J

}

30

D3 J

b

Normal B
D1 B
D2 B

20

D3 B

0

7

14

21

28

35

42

49

56

Hari ke‐

Gambar 1 Bobot badan selama perlakuan
Tabel 2 Konsumsi pakan selama perlakuan (gram)
Kelompok
N (J)
D1 (J)
D2 (J)
D3 (J)
N (B)
D1 (B)
D2 (B)
D3 (B)

1
7.32 ± 0.61
6.00 ± 1.06
6.26 ± 1.07
6.21 ± 1.63
5.69 ± 1.49
4.37 ± 0.91
5.51 ± 1.44
5.69 ± 1.49

2
7.00 ± 1.59
5.60 ± 1.59
5.40 ± 1.54
6.13 ± 1.12
5.36 ± 1.60
3.80 ± 1.71
4.92 ± 1.38
4.08 ± 0.88

3
6.68 ± 1.16
6.20 ± 1.23
5.80 ± 1.08
5.95 ± 1.24
5.03 ± 0.92
4.71 ± 1.07
4.57 ± 1.31
4.25 ± 1.32

4
6.89 ± 1.37
6.20 ± 1.26
5.97 ± 1.38
6.52 ± 1.33
5.31 ± 1.47
4.26 ± 1.36
5.29 ± 1.45
4.46 ± 1.35

Minggu ke5
6.82 ± 1.02
6.46 ± 1.17
6.86 ± 0.97
6.62 ± 1.02
5.57 ± 1.67
4.57 ± 1.20
4.57 ± 1.70
5.61 ± 0.83

6
6.82 ± 1.16
5.31 ± 1.21
6.43 ± 1.27
6.95 ± 0.67
4.29 ± 1.25
3.37 ± 1.48
5.03 ± 1.84
4.07 ± 1.18

7
6.75 ± 1.51
6.29 ± 1.18
5.97 ± 1.22
6.95 ± 1.24
5.57 ± 1.56
3.86 ± 1.73
5.34 ± 1.75
4.54 ± 5.57

8
6.39 ± 1.45a
6.09 ± 1.20a
6.49 ± 1.17a
6.57 ± 1.21a
4.66 ± 1.45b
4.49 ± 1.38b
5.43 ± 1.63b
4.36 ± 1.42b

Keterangan: n = 5
a, b
p0.05) (Tabel 3). Nilai
tersebut juga berada dalam kisaran normalnya yang berdasarkan literatur untuk
aktivitas ALT yaitu 25-200 U/L dan aktivitas AST yaitu 70-400 U/L (Hall 2007).
Hal ini berarti bahwa hati mencit sebelum percobaan berada dalam kondisi sehat.
Aktivitas ALT dan AST mencit setelah pemberian ekstrak air kulit batang
selama 56 hari ditunjukkan oleh Tabel 4. Aktivitas ALT dan AST semua
kelompok mencit tidak mengalami perbedaan yang signifikan (p>0.05). Tidak
terjadi perbedaan antara nilai aktivitas ALT dan AST sebelum perlakuan dengan
nilai setelah perlakuan (p>0.05). Sama halnya dengan nilai sebelum perlakuan,
aktivitas enzim hati setelah perlakuan berdasarkan literatur juga berada pada
kisaran normalnya. Dengan demikian, ekstrak air kulit batang mahoni tidak
menimbulkan efek toksik pada organ hati.

Histopatologi Hati
Gambaran mikroskopik organ hati pada kelompok normal menunjukkan
adanya perbedaan pada kelompok jantan dengan betina. Kelompok normal jantan
tidak mengalami kelainan spesifik sedangkan kelompok normal betina mengalami
kelainan berupa degenerasi ringan. Bila dibandingkan, kondisi sitoplasma
hepatosit kelompok normal jantan tampak penuh dan jelas (Gambar 2a)
sedangkan kelompok normal betina sitoplasmanya sebagian ada yang menghilang
dan tampak pudar (Gambar 2b). Degenerasi ringan dapat disebabkan antara lain
Tabel 3 Aktivitas enzim hati sebelum perlakuan
Parameter
Jantan
Betina
ALT (U/L)
78.68 ± 18.69a
76.75 ± 25.06a
AST (U/L)
129.16 ± 31.72b
127.65 ± 52.24b
Keterangan: n = 20
a
p>0.05, uji statistik dilakukan antara jenis kelamin
b
p>0.05, uji statistik dilakukan antara jenis kelamin
Tabel 4 Aktivitas enzim hati setelah pemberian ekstrak air kulit batang mahoni
selama 56 hari
Dosis ekstrak air kulit batang mahoni (mg/Kg)
Parameter
0 (Normal)
21 (D1)
200 (D2)
400 (D3)
ALT (U/L)
Jantan
71.25 ± 9.57a
59.60 ± 20.84a 61.60 ± 19.24a
83.00 ± 44.98a
a
a
a
Betina
54.20 ± 15.09
64.00 ± 19.81
69.40 ± 17.94
69.00 ± 10.74a
AST (U/L)
Jantan
116.50 ± 27.72b 97.60 ± 32.17b 119.60 ± 48.56b 164.33 ± 99.28b
Betina
83.80 ± 21.73b 87.60 ± 17.43b 140.20 ± 74.04b 96.50 ± 22.55b
Keterangan: n = 5
a
p>0.05, uji statistik dilakukan antara tiap kelompok dosis serta antara jenis kelamin
b
p>0.05, uji statistik dilakukan antara tiap kelompok dosis serta antara jenis kelamin

7
oleh kekurangan oksigen, suhu, trauma, bahan-bahan kimia, obat-obatan, infeksi
(virus, bakteri, fungi, parasit), kelainan genetik, serta malnutrisi (Mitchell et al.
2008).
Adanya perbedaan gambaran mikroskopik pada kelompok normal
menunjukkan bahwa dalam penelitian ini mencit betina lebih rentan terhadap
berbagai kemungkinan penyebab degenerasi nonspesifik yang bukan karena
pengaruh ekstrak. Penyebab tersebut dapat berasal dari infeksi dari sekam atau
stres akibat pencekokan. Kondisi tersebut didukung oleh gambaran mikroskopik
hati yang juga berbeda antara mencit kelompok perlakuan jantan dengan betina.
Mencit kelompok D1 dan D2 betina masing-masing mengalami degenerasi sel
hati bagian midzonal (Gambar 2c) dan degenerasi sel hati bagian centrolobular
(Gambar 2d), sedangkan pada semua mencit jantan kelompok perlakuan (D1, D2,
dan D3) tidak ditemukan adanya kelainan.
Degenerasi yang terjadi pada mencit betina kelompok perlakuan tidak bisa
dinyatakan sebagai efek toksik dari ekstrak kulit batang mahoni karena kelompok
normalnya pun mengalami kondisi yang sama. Sementara itu, mencit kelompok
D3 betina yang diberi perlakuan ekstrak dengan dosis paling tinggi tidak
mengalami kelainan spesifik. Hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa ekstrak
kulit batang mahoni justru melindungi hati dari berbagai penyebab degenerasi sel
hati yang terjadi pada mencit betina.

2
a

b

1
3

c

d

Gambar 2 Gambaran histopatologi hati. Keterangan: (a) kelompok normal jantan;
(b) kelompok normal betina, degenerasi (1); (c) kelompok D1 betina,
degenerasi bagian midzonal (2); (d) kelompok D2 betina, degenerasi
bagian centrolobular (3)

8

PEMBAHASAN
Pengaruh terhadap Bobot Badan dan Konsumsi Pakan
Mencit masih dapat terus tumbuh hingga usia sekitar 20 bulan dengan bobot
badan untuk mencit jantan sebesar 40.56 gram dan mencit betina 35.48 gram serta
jumlah pakan normal sekitar 3-6 gram (Auletta 2002). Hal ini tidak sesuai dengan
kondisi mencit dalam penelitian ini yang sudah mencapai bobot maksimumnya
meskipun usianya pada masa perlakuan masih sekitar 5 bulan. Kondisi ini terjadi
karena tingkat konsumsi pakan mencit dalam penelitian ini tergolong tinggi.
Jumlah pakan rata-rata mencit berada pada batas atas kisaran tersebut, bahkan ada
yang mencapai 7 gram.
Bobot badan mencit jantan lebih besar daripada mencit betina dalam
penelitian ini. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian lain tentang toksisitas
subkronis ekstrak air daun suren (Toona sinensis Roemor) dan toksisitas
subkronis ekstrak air teh hijau (Camellia sinensis) (Liao et al. 2007; Chan et al.
2010). Pada kedua penelitian tersebut, bobot badan mencit jantan juga lebih besar
daripada mencit betina. Berdasarkan literatur, faktor utama yang mempengaruhi
hal ini adalah perbedaan hormon yang disekresi antara jantan dan betina ketika
dewasa (Clegg et al. 2006).
Penelitian ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak air kulit batang
mahoni hingga dosis 400 mg/Kg BB tidak mempengaruhi bobot badan maupun
konsumsi pakan mencit. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Liao et al. (2007)
mengenai toksisitas subkronis tanaman sejenis yaitu suren (Toona sinensis
Roemor). Pemberian ekstrak air daun suren dengan dosis yang lebih tinggi dari
penelitian ini (1000 mg/Kg BB) ternyata tidak menyebabkan gangguan pada
bobot badan dan pakan mencit. Penelitian lain tentang ingesti ekstrak air tanaman
sejenis yaitu Swietenia mahagoni selama 12 minggu juga dilaporkan tidak
mempengaruhi bobot badan tikus Wistar (Udem et al. 2012).
Pemberian ekstrak air kulit batang mahoni hingga dosis 400 mg/KgBB
mencit selama 56 hari tidak menurunkan bobot badan dan konsumsi pakan mencit.
Padahal, kulit batang mahoni mengandung senyawa katekin yang dilaporkan
dapat menurunkan bobot badan. Berdasarkan laporan Zheng et al. (2004), katekin
yang diisolasi dari teh hijau (Camellia sinensis) dapat menekan pertumbuhan
bobot badan mencit yang diberi diet pakan normal. Studi toksisitas subkronisnya
juga menyatakan bahwa senyawa tersebut menurunkan bobot badan tikus secara
signifikan (Takami et al. 2008). Adanya perbedaan antara hasil penelitian tersebut
dengan penelitian ini mungkin karena ekstrak kulit batang mahoni dalam
penelitian ini adalah ekstrak kasar sehingga dapat terjadi efek antagonisme yang
menyebabkan kemampuan katekin dalam menekan bobot badan tidak muncul.

Pengaruh terhadap Aktivitas Enzim Hati
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air kulit batang
mahoni hingga dosis 400 mg/Kg BB selama 56 hari tidak menyebabkan adanya
kelainan pada aktivitas enzim ALT dan AST mencit yang berarti ekstrak tidak

9
berefek toksik untuk organ hati. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Liao et al.
(2008) pada studi tentang toksisitas subkronis tanaman sejenis, yaitu bahwa
ekstrak air daun suren (Toona sinensis Roemor) tidak menyebabkan perubahan
aktivitas ALT dan AST mencit. Ekstrak metanol kulit batang Swietenia mahagoni
L. Jacq., yang juga satu famili, bahkan dilaporkan memiliki aktivitas
hepatoprotektif pada kerusakan hati tikus akibat parasetamol (Haldar et al. 2011).
Jika ditinjau dari komponen fitokimianya, ekstrak air kulit batang mahoni
tidak mengandung senyawa-senyawa berbahaya dan bersifat hepatotoksik.
Berdasarkan literatur, sebagian besar komponen fitokimianya justru memiliki efek
hepatoptotektif. Komponen tersebut antara lain flavonoid, tanin, senyawasenyawa katekin, terpenoid, dan saponin (Suhesti et al. 2007; Ningsih 2010).
Flavonoid dilaporkan dapat melindungi hati dari efek hepatotoksik
microcystin-LR, toksikan dari limbah industri, ditandai dengan menurunnya
aktivitas ALT dan AST mencit (Jayaraj et al. 2007). Senyawa-senyawa katekin
secara in vivo dan in vitro terbukti berkhasiat sebagai hepatoprotektor (Kagaya et
al. 2002; Kalender et al. 2005). Pada studi tentang toksisitas subkronis ekstrak
katekin teh hijau, tidak terjadi perubahan aktivitas ALT dan AST yang signifikan
dibandingkan kelompok kontrol (Takami et al. 2008). Pemberian asam tanat
terbukti melindungi kerusakan sel hati mencit yang diinduksi oleh azidotimidin
dengan terhambatnya aktivitas ALT, AST, dan ALP (Tikoo et al. 2008).
Terpenoid dari Juniperus procera dilaporkan secara signifikan dapat melawan
kerusakan hati yang dibuktikan dengan menurunnya aktivitas enzim hati yang
telah meningkat akibat induksi CCl4 (Alqasoumi & Abdel-Kader 2012). Saponin
dari akar Platycodon grandiflorum dinyatakan dapat memberikan perlindungan
terhadap hepatotoksisitas akut mencit akibat induksi etanol (Khanal et al. 2009).
Selain berbagai hasil penelitian yang menyatakan komponen-komponen
tersebut baik untuk hati, hasil penelitian lain melaporkan bahwa tanin memiliki
sifat hepatotoksik. Injeksi tunggal tanin secara subkutan dengan dosis 700 mg/Kg
BB menyebabkan kerusakan poliribosom yang signifikan pada hati mencit. Tanin
dapat mengikat protein epitel dan mengakibatkan presipitasi yang kemudian
masuk ke sel hati sehingga menyebabkan rusaknya hati (Chung et al. 1998).
Namun, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah dalam penelitian tersebut
digunakan senyawa tunggal dan dosisnya pun lebih besar dari dosis tertinggi
dalam penelitian ini. Sementara itu, bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ekstrak kasar yang di dalamnya mengandung berbagai komponen fitokimia.
Interaksi antara dua atau lebih senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak
dapat mempengaruhi aksi dari masing-masing senyawa. Efek ini dinamakan efek
antagonisme. Dengan adanya efek antagonisme ini, interaksi antara dua senyawa
atau lebih menyebabkan efek toksik dari suatu senyawa berkurang bahkan tidak
muncul (Klassen & Doull 2010).

Pengaruh terhadap Gambaran Mikroskopik Hati
Ekstrak air kulit batang mahoni dengan dosis 400 mg/Kg BB menyebabkan
perbedaan pada gambaran histopatologi hati mencit kelompok betina. Pada mencit
betina, kelompok normal dan kelompok yang diberikan ekstrak dengan dosis di
bawah 400 mg/Kg BB mengalami kelainan berupa degenerasi hati yang mungkin

10
disebabkan oleh stres atau infeksi nonspesifik. Sementara itu, kelompok mencit
betina yang diberikan ekstrak air kulit batang mahoni dengan dosis 400 mg/Kg
BB tidak mengalami kelainan spesifik. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa
ekstrak air kulit batang mahoni dengan dosis yang lebih tinggi memiliki potensi
dalam perlindungan terhadap sel hati mencit betina.
Efek hepatoprotektif dari ekstrak air kulit batang mahoni (Swietenia
macrophylla King) sendiri belum pernah dipelajari. Akan tetapi, ekstrak metanol
dari kulit batang tanaman sejenis yaitu Swietenia mahagoni L. Jacq., telah
dilaporkan memiliki kemampuan hepatoprotektif dalam melawan kerusakan hati
tikus akibat pemberian parasetamol dosis tinggi (Haldar et al. 2011). Dalam
penelitian tersebut ekstrak metanol kulit batang S. mahagoni L. Jacq. dosis 50
mg/Kg BB menunjukkan gambaran mikroskopik sel hati yang normal, tidak
adanya nekrosis, dan keadaan inflamasi minimal dibandingkan kontrol
parasetamol.

SIMPULAN
Pemberian ekstrak air kulit batang mahoni hingga dosis 400 mg/Kg BB
selama 56 hari tidak mempengaruhi bobot badan, konsumsi pakan, dan aktivitas
enzim hati mencit. Hasil pengamatan mikroskopik menunjukkan pemberian
ekstrak air kulit batang mahoni dengan dosis 400 mg/Kg BB menyebabkan
perbaikan sel hati pada mencit betina. Sementara itu, pemberian ekstrak kulit
batang mahoni tidak berpengaruh pada gambaran mikroskopik hati mencit jantan.
Hal ini berarti ekstrak air kulit batang mahoni tidak toksik untuk organ hati dan
memiliki potensi hepatoprotektif.

DAFTAR PUSTAKA

Alqasoumi SI, Abdel-Kader MS. 2012. Terpenoids from Juniperus procera with
hepatoprotective activity. Pak J Pharm Sci 25: 315-322.
Auletta CS. 2002. Acute, Subchronic, and Chronic Toxicology. Di dalam:
Derelanko MJ & Hollinger MA, editor. Handbook of Toxicology. Second
Edition. Boca raton: CRC Press.
Chan PC et al. 2010. Fourteen-week toxicity study of green tea extract in rats and
mice. Toxicologic Pathology 38: 1070-1084.
Chung KT, Wei CI, Johnson MG. 1998. Are tannins a double-edged sword in
biology and health? Trends in Food Sciences & Technology 9: 168-175.
Clegg DJ, Brown LM, Woods SC, Benoit SC. 2006. Gonadal hormones determine
sensitivity to central leptin and insulin. Diabetes 55: 978-987.
Falah S, Suzuki T, Katayama T. 2008. Chemical constituents from Swietenia
macrophylla bark and their antioxidant activity. Park J Biol Sci 11: 2007-2012.
Ferdiansyah. 2012. Potensi ekstrak kulit kayu mahoni sebagai penurun kolesterol
darah pada tikus putih hiperkolesterolemia [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

11
Hall RC. 2007. Clinical pathology of laboratory animals. Di dalam: Gad SC,
editor. Animal Model in Toxicology. Second Edition. Boca Raton: CRC Press.
Haldar PK et al. 2011. Hepatoprotective efficacy of Swietenia mahogani L. Jacq
(Meliaceae) bark against paracetamol-induced hepatic damage in rats. Ind J
Pharm Edu Res 45: 108-113.
Hermanus DKN. 2012. Sintesis dan karakterisasi nanopartikel ekstrak kulit kayu
mahoni (Swietenia macrophylla King) sebagai bahan suplemen
antihiperkolesterolemia [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Huang XJ et al. 2006. Aspartate aminotransferase (AST/GOT) and alanine
aminotransfrease (ALT/GPT) detection techniques. Sensors 6: 756-782.
International Federation of Clinical Chemistry (IFCC). 1986. Methods for the
measurement of catalytic concentrations of enzymes. J Clin. Chem Clin
Biochem 24:481.
Jayaraj R, Deb U, Bhaskar AS, Prasad GB, Rao PV. 2007. Hepatoprotective
efficacy of certain flavonoids against microcystin induced toxicity in mice.
Environ Toxicol 22: 472-479.
Kagaya N et al. 2002. Suppression of cytotoxin-induced cell death in isolated
hepatocytes by tea catechins. Eur Jou Phar 3: 231-236.
Kalender Y, Yel M, Kalender S. 2005. Doxorubicin hepatotoxocity and hepatic
free radical metabolism in rats. The effects of vitamin E and catechin.
Toxicology 1. 39-45.
Kent A. 1985. Laboratory Manual Histopathology. ATA 129. Balitvet Project.
Khanal T, Choi JH, Hwang YP, Chung YC, Jeong HG. 2009. Saponins isolated
from the root of Platycodon grandiflorum protect against acute ethanolinduced hepatotoxicity in mice. Food and Chemical Toxicology 47: 530-535.
Klassen CD, Doull J. 2010. Cassarett & Doull’s Toxicology. The Basic Science of
Poisons 7rd edition. New York: The McGraw-Hill Companies Inc.
Lavenia A. 2010. Penghambatan peroksidasi lipid oleh ekstrak kulit batang
mahoni (Swietenia macrophylla King) pada tikus hiperurisemia [skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Liao JW et al. 2007. Safety evaluation of water extract of Toona sinensis Roemor
leaf. Food and Chemical Toxicology 45: 1393-1399.
Lu F. 2006. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Risiko.
Nugroho, penerjemah. Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari: Toxicology,
Fundamentals, Target Organs, and Risk Assesment.
Mardisadora O. 2010. Identifikasi dan potensi antioksidan flavonoid kulit kayu
mahoni (Swietenia macrophylla King) [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan Jilid 1 Edisi ke-2
dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. Bogor: IPB Pr.
Mitchell RN et al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins & Cotran
Edisi 7. Hartono A, penerjemah. Singapura: Elsevier. Terjemahan dari: Pocket
Companion to Robbins and Cotran Pathologic of Basic Disease, 7th Edition.
Mustika R. 2010. Khasiat ekstrak kulit kayu mahoni (Swietenia macrophylla
King) sebagai pencegah hiperkolesterolemia pada tikus putih [skripsi]. Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

12
Nasution PH. 2011. Khasiat antioksidasi ekstrak kulit kayu mahoni (Swietenia
macrophylla King) terhadap peroksidasi lipid pada hati tikus hiperurisemia
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Ningsih F. 2010. Kandungan flavonoid kulit kayu mahoni (Swietenia macrophylla
King) dan toksisitas akutnya terhadap mencit [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Pekow CA, Baumans V. 2003. Common nonsurgical techniques and procedures.
Di dalam: Hau J & Van Hoosier GL, editor. Handbook of Animal Science
Volume I Essential Principles and Practices. Second Edition. Boca Raton:
CRC Press.
Suhesti TS, Dhadhang WK, Nuryanti. 2007. Penjaringan senyawa antikanker pada
kulit batang kayu mahoni (Swietenia mahogani Jacg) dan uji aktivitasnya
terhadap udang Arthemia salina Leach. J Ilmiah Keperawatan 3: 155-162.
Takami S et al. 2008. Evaluation of toxicity of green tea catechins with 90-day
dietary administration to F344 rats. Food Chem Toxicol 46: 2224-2229.
Tikoo K, Tamta A, Ali IY, Gupta J, Gaikwad AB. 2008. Tannic acid prevents
azidothymidine (AZT) induced hepatotoxicity and genotoxicity along with
change in expression of PARG and histone H3 acetylation. Toxicology Letters
177: 90-96.
Udem SC, Obidike RI, Onyejekwe OSB. 2012. Preliminary investigation into the
acute and chronic ingestion of aqueous leaf extract of Swietenia mahagoni
(Meliaceae) in rats. Comp Clin Tox 21: 813-817.
Utami DFR. 2010. Peroksidasi lipid pada tikus hiperkolesterolemia selama
pemberian ekstrak kulit batang mahoni (Swietenia macrophylla) [skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
WHO. 2000. General Guidelines for Methodologies on Research and Evaluation
of Traditional Medicine. Geneva: WHO.
Zheng G, Sayama K, Ohkubo T, Juneja LR, Oguni I. 2004. Anti-obesity effects of
three major components of green tea, catechins, caffeine, and theanine in mice.
In Vivo 18: 3-10.

13
Lampiran 1 Reaksi dalam pengukuran aktivitas enzim hati
1) ALT
ALT
2-oksoglutarat + L-alanin
piruvat + L-glutamat
LDH
piruvat + NADH + H+
L-laktat + NAD+
2) AST
AST
2-oksoglutarat + L-aspartat

L-glutamat + oksaloasetat
MDH
L-malat + NAD+

oksaloasetat + NADH + H+

Lampiran 2 Contoh perhitungan aktivitas enzim hati
Alat photometer 5010 secara otomatis menampilkan data absorban awal
(A0), ΔA, dan aktivitas enzim ALT atau AST yang terukur. Berikut ini contoh
perhitungan manual aktivitas enzim ALT setelah perlakuan pada mencit J1.1 dari
kelompok D3 jantan:
Aktivitas ALT = 1745 x ΔAbsorban/menit
= 1745 x 0.028
= 0.546 U/L

Lampiran 3 Analisis statistik aktivitas enzim hati sebelum dan setelah perlakuan
a) Uji t-test aktivitas ALT mencit jantan dan betina sebelum percobaan
Group Statistics

aktivitas ALT
sebelum percobaan

jenis kelamin
jantan
betina

N

Mean
78,6842
76,7500

19
20

Std.
Deviation
18,6906
25,0576

Std. Error
Mean
4,2879
5,6030

Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
aktivitas ALT
sebelum percobaan

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

3,455

Sig.
,071

t-test for Equality of Means

t

df

Sig.
(2-tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

,272

37

,787

1,9342

7,1087

-12,4693

16,3377

,274

35,074

,786

1,9342

7,0555

-12,3882

16,2566

14
b) Uji t-test aktivitas AST mencit jantan dengan betina sebelum percobaan
Group Statistics

aktivitas AST
sebelum perlakuan

jenis kelamin
jantan
betina

N
19
20

Mean
129,1579
122,6500

Std.
Deviation
31,7180
45,6973

Std. Error
Mean
7,2766
10,2182

Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
aktivitas AST
sebelum perlakuan

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

,075

Sig.

t-test for Equality of Means

t

,786

df

Sig.
(2-tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

,514

37

,610

6,5079

12,6604

-19,1445

32,1603

,519

33,943

,607

6,5079

12,5444

-18,9869

32,0027

c) Aktivitas ALT setelah perlakuan
Univariate Analysis of Variance

d) Aktivitas AST setelah perlakuan
Univariate Analysis of Variance
Tests of Between-Subjects Effects

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: nilai aktivitas AST setelah perlakuan

Dependent Variable: ALT
Type III
Sum of
Source
Squares
Corrected Model
2075,406a
Intercept
154405,7
SEX
193,812
DOSE
958,363
SEX * DOSE
1072,254
Error
11653,150
Total
167654,0
Corrected Total 13728,556

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

df
7
1
1
3
3
28
36
35

Mean
Square
296,487
154405,7
193,812
319,454
357,418
416,184

a. R Squared = ,151 (Adjusted R Squared = -,061)

F
,712
371,004
,466
,768
,859

Sig.
,662
,000
,501
,522
,474

Source
Corrected Model
Intercept
SEX
DOSE
SEX * DOSE
Error
Total
Corrected Total

Type III
Sum of
Squares
21461,772a
447860,5
4411,639
10540,671
8622,006
62149,867
525615,0
83611,639

df
7
1
1
3
3
28
36
35

Mean
Square
3065,967
447860,5
4411,639
3513,557
2874,002
2219,638

a. R Squared = ,257 (Adjusted R Squared = ,071)

F
1,381
201,772
1,988
1,583
1,295

Sig.
,252
,000
,170
,216
,296

15
Lampiran 4

Analisis statistik perbandingan nilai aktivitas ALT setelah
perlakuan dengan sebelum perlakuan
a) Aktivitas ALT jantan sebelum perlakuan vs kelompok normal jantan
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
ALT jantan

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

t-test for Equality of Means

Sig.

2,101

t

,162

df

Sig.
(2-tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

,764

21

,453

7,4342

9,7251

-12,7902

27,6587

1,157

8,806

,278

7,4342

6,4251

-7,1493

22,0177

b) Aktivitas ALT jantan sebelum perlakuan vs kelompok D1 jantan
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
ALT jantan

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

t-test for Equality of Means

Sig.

,186

t

,671

df

Sig.
(2-tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

1,988

22

,059

19,0842

9,5998

-,8246

38,9930

1,860

5,815

,114

19,0842

10,2590

-6,2137

44,3821

c) Aktivitas ALT jantan sebelum perlakuan vs kelompok D2 jantan
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
ALT jantan

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

Sig.

,008

t-test for Equality of Means

t

,928

df

Sig.
(2-tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

1,809

22

,084

17,0842

9,4455

-2,5045

36,6729

1,777

6,148

,125

17,0842

9,6149

-6,3056

40,4740

d) Aktivitas ALT jantan sebelum perlakuan vs kelompok D3 jantan
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
ALT jantan

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

Sig.

7,695

t-test for Equality of Means

t

,012

df

Sig.
(2-tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

-,306

20

,763

-4,3158

14,1220

-33,7737

25,1421

-,164

2,110

,884

-4,3158

26,3196

-112,0691

103,4375

e) Aktivitas ALT betina sebelum perlakuan vs kelompok normal betina
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
Aktivitas ALT
kelompok betina

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

3,507

Sig.
,074

t-test for Equality of Means

t

df

Sig.
(2-tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

1,909

23

,069

22,5500

11,8140

-1,8892

46,9892

2,571

10,378

,027

22,5500

8,7712

3,1025

41,9975

16
f) Aktivitas ALT betina sebelum perlakuan vs kelompok D1 betina
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
Aktivitas ALT
kelompok betina

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

1,012

Sig.
,325

t-test for Equality of Means

t

df

Sig.
(2-tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

1,053

23

,303

12,7500

12,1135

-12,3086

37,8086

1,216

7,584

,260

12,7500

10,4830

-11,6568

37,1568

g) Aktivitas ALT betina sebelum perlakuan vs kelompok D2 betina
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
Aktivitas ALT
kelompok betina

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

,309

Sig.
,584

t-test for Equality of Means

t

df

Sig.
(2-tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

-1,458

22

,159

-19,7500

13,5483

-47,8474

8,3474

-1,566

4,614

,183

-19,7500

12,6086

-52,9944

13,4944

h) Aktivitas ALT betina sebelum perlakuan vs kelompok D3 betina
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
Aktivitas ALT
kelompok betina

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

1,691

Sig.
,206

t-test for Equality of Means

t

df

Sig.
(2-tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

,613

23

,546

7,3500

11,9859

-17,4448

32,1448

,751

8,432

,473

7,3500

9,7854

-15,0156

29,7156

17
Lampiran 5

Analisis statistik perbandingan nilai aktivitas AST setelah
perlakuan dengan sebelum perlakuan
a) Aktivitas AST jantan sebelum perlakuan vs kelompok normal jantan
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
aktivitas AST

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

,540

Sig.

t-test for Equality of Means

t

,471

df

Sig.
(2-tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

,738

21

,469

12,6579

17,1517

-23,0110

48,3268

,809

4,821

,457

12,6579

15,6535

-28,0347

53,3505

b) Aktivitas AST jantan sebelum perlakuan vs kelompok D1 jantan
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
aktivitas AST

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

,022

Sig.
,883

t-test for Equality of Means

t

df

Sig.
(2-tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

1,974

22

,061

31,5579

15,9836

-1,5901

64,7059

1,957

6,218

,096

31,5579

16,1217

-7,5575

70,6733

c) Aktivitas AST jantan sebelum perlakuan vs kelompok D2 jantan
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
aktivitas AST

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

1,534

Sig.

t-test for Equality of Means

t

,229

df

Sig.
(2-tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

,537

22

,596

9,5579

17,7839

-27,3237

46,4395

,417

4,935

,694

9,5579

22,9043

-49,5548

68,6706

d) Aktivitas AST jantan sebelum perlakuan vs kelompok D3 jantan
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
aktivitas AST

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

9,961

Sig.
,005

t-test for Equality of Means

t

df

Sig.
(2-tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

-1,302

20

,208

-35,1754

27,0163

-91,5305

21,1797

-,609

2,065

,603

-35,1754

57,7788

-276,4354

206,0846

e) Aktivitas AST betina sebelum perlakuan vs kelompok normal betina
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
aktivitas AST
mencit betina

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

1,042

Sig.
,318

t-test for Equality of Means

t

df

Sig.
(2-tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

1,814

23

,083

43,8500

24,1677

-6,1448

93,8448

2,886

16,609

,010

43,8500

15,1947

11,7344

75,9656

18
f) Aktivitas AST betina sebelum perlakuan vs kelompok D1 betina
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
aktivitas AST
mencit betina

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

Sig.

1,822

,190

t-test for Equality of Means

t

df

Sig.
(2-tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

1,668

23

,109

40,0500

24,0158

-9,6304

89,7304

2,852

20,438

,010

40,0500

14,0427

10,7976

69,3024

g) Aktivitas AST betina sebelum perlakuan vs kelompok D2 betina
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
aktivitas AST
mencit betina

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

1,951

Sig.
,176

t-test for Equality of Means

t

df

Sig.
(2-tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

-,443

23

,662

-12,5500

28,3172

-71,1285

46,0285

-,357

5,041

,735

-12,5500

35,1095

-102,5805

77,4805

h) Aktivitas AST betina sebelum perlakuan vs kelompok D3 betina
Independent Samples Test
Levene's T