Studi Biaya dan Pendapatan Penangkaran Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles) dengan Sistem Terbuka, Semi Terbuka dan Tertutup

(1)

STUDI BIAYA DAN PENDAPATAN PENANGKARAN

MONYET EKOR PANJANG (

Macaca fascicularis

Raffles)

DENGAN SISTEM TERBUKA, SEMI TERBUKA DAN

TERTUTUP

SUGENG PARYADI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(2)

i

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Biaya dan Pendapatan Penangkaran Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles) Dengan Sistem Terbuka, Semi Terbuka dan Tertutup adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, April 2006

Sugeng Paryadi NRP E051040215


(3)

iii ABSTRACT

SUGENG PARYADI. Expenses and earnings study of breeding long tail macaque with open system, semi open system, and closed system.. Under the direction of YANTO SANTOSA and JOJO ONTARJO.

The long tail macaque is one of the primate types which have the nature of morphological and anatomical relatively closed to human beings. In a whole world this primate is used by scientist as experimental animal, usually about 35.000 macaques a year. The efforts to be done to increase and develop the population through breeding system are open system, semi open system and closed system. There are several differences amo ng those systems in line with specific factors, such as: investment cost, room availability, operational cost efficiency and result quality.

This breeding effort is wished to be able to guarantee in preserving animal and earn benefits to the employment. The purpose of research is calculating the earning and expenses from every system of the long tail macaque. Research location of breeding open system was undertaken in PT. PRESTASI FAUNA NUSANTARA, semi open system in CV. NEW INQUATEX PRIMATIES DIVISION, and closed system in CV. WANARA SATWA LOKA. The equipments used to support this research are digital camera, binocular, accounting and writing tools. The data are obtained by literature study, interview, and observation. Ten years analysis calculation at open breeding shows NPV Rp. 887.087.000, BCR 1,10 and IRR (%) 24,50, while PP 3,27 year in time; semi open breeding shows NPV Rp. 120.970.000, BCR 1,01, IRR (%) 18,50 while PP in 3,32 year; and for closed breeding system shows NPV Rp. 523.159.000, BCR 1,02, IRR (%) 19,25 while PP in 3,60 year.

Cost necessity and earning in every system to look after 1000 macaques such as follows: (a) The lowest expenses for open breeding system is Rp. 2.426.600.000, and the highest expenses for closed breeding system is Rp. 5.975.650.000; (b) The lowest operational cost for open breeding system is Rp. 1.742.055.000, and the highest operational cost for closed breeding system is Rp. 4.161.608.000; (c) The lowest income in every year for open breeding system is Rp. 3.312.000.000, and the highest income for closed breeding system is Rp. 7.728.000.000.

Breeding system specifications are: (a) Largest area for open breeding system is about 2500 acres, and little narrow area for closed breeding system is about 1 acre. (b) Result/harvest quality is using SPF (Specific Pathogen Free) standard, placed on D level for open breeding system, C level for semi open breeding system, and B level for closed breeding system. It means that B level achieved get the higher price compared with C and D level.

Key word : long tail macaque, open system, semi open system and closed system


(4)

iv ABSTRAK

SUGENG PARYADI. Studi Biaya dan Pendapatan Penangkaran Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles) Dengan Sistem Terbuka, Semi Terbuka Dan Tertutup. Dibimbing oleh YANTO SANTOSA dan JOJO ONTARJO

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis Raffles) merupakan salah satu jenis primata yang memiliki sifat-sifat anatomis dan morfologis mendekati manusia. Permintaan dunia terhadap monyet ekor panjang sebagai hewan percobaan setiap tahunnya mencapai sekitar 35.000 ekor. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengembangan usaha penangkaran, baik dengan sistem terbuka, semi terbuka dan tertutup. Dari ke tiga sistem itu ada perbedaan di dalam pengelolaannya yang menyangkut faktor- faktor spesifik antara lain: biaya investasi, ketersediaan lahan, efisiensi biaya operasional dan mutu panenan.

Usaha penangkaran diharapkan dapat menjamin kelestarian jenis satwa serta memberikan keuntungan bagi pengusaha. Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung biaya dan pendapatan dari setiap sistem penangkaran monyet ekor panjang di penangkaran dan merumuskan spesifikasi setiap sistem penangkaran yang meliputi investasi, luas lahan, biaya operasional dan mutu panenan. Lokasi penelitian sistem terbuka di PT. PRESTASI FAUNA NUSANTARA, semi terbuka CV. NEW INQUATEX PRIMATIES DIVISION dan sistem tertutup di CV. WANARA SATWA LOKA Peralatan yang digunakan antara lain kamera digital, teropong binokuler, dan alat hitung. Bahan yang dipakai buku catatan dan alat tulis. Cara memperoleh data dengan studi literatur, wawancara, dan pengamatan langsung. Penghitungan analisis selama 10 tahun penangkaran terbuka NPV Rp. 887.087.000, BCR 1,10 dan untuk IRR (%) 24,50, sedangkan PP 3,27 tahun, penangkaran semi terbuka NPV Rp. 120.970.000 dan BCR 1,01 dan untuk IRR (%) 18,50 sedangkan PP 3,32 tahun, dan pada penangkaran tertutup NPV Rp.523.159.000, BCR 1,02 dan IRR (%) 19,25 sedangkan PP 3,60 tahun

Kebutuhan biaya dan pendapatan di setiap sistem penangkaran untuk pemeliharaan 1000 ekor: (a). Biaya investasi terendah untuk 1000 ekor adalah sistem terbuka sebesar Rp. 2.426.600.000, dan biaya investasi tertinggi pada sistem tertutup sebesar Rp. 5.975.650.000. (b). Biaya operasional terendah untuk 1000 ekor adalah sistem terbuka Rp. 1.742.055.000 dan biaya operasional tertinggi pada sistem tertutup sebesar Rp. 4.161.608.000. (c). Pendapatan terendah setiap tahun pada sistem terbuka sebesar Rp. 3.312.000.000 dan pendapatan tertinggi pada sistem tertutup sebesar Rp. 7.728.000.000.

Spesifikasi di setiap sistem penangkaran sebagai berikut: (a). Kebutuhan lahan yang paling luas pada sistem terbuka ± 2500 ha. dan kebutuhan lahan yang

paling sedikit pada sistem tertutup ± 1 ha. (b). Mutu panenan dengan

menggunakan standar SPF (Spesipic Pathogen Free) pada sistem terbuka level D, sistem semi terbuka level C dan sistem tertutup mencapai level B, sehingga level B mencapai harga yang tinggi dibandingkan dengan level C dan D.

Kata kunci : monyet ekor panjang, sistem terbuka, semi terbuka dan tertutup


(5)

STUDI BIAYA DAN PENDAPATAN PENANGKARAN

MONYET EKOR PANJANG (

Macaca fascicularis

Raffles)

DENGAN SISTEM TERBUKA, SEMI TERBUKA DAN

TERTUTUP

SUGENG PARYADI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi pada

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan Sub Program Studi Konservasi Biodiversitas

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(6)

ii

©

Hak cipta milik Sugeng Paryadi, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam Bentuk apa pun, baik cetak, fotocopy, microfilm, dan sebagainya


(7)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1967 di Desa Bugisan , Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Merupakan anak kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak Pujo Suwiryo dan Ibu Asih. Pada tahun 1980 menamatkan Pendidikan Sekolah Dasar Negeri Bugisan, Prambanan, tahun 1983 menamatkan Pendidikan Menengah Pertama di SMP Islam Prambanan, Tahun 1987 menamatkan Pendidikan Menengah Atas di SPbMA MM 52 Yogyakarta. Tahun 2001 menamatkan Pendidikan S1 pada Sekolah Tinggi Pertanian di Bandung dengan jurusan Teknologi Pangan.

Sejak tahun 1989 sampai sekarang bekerja di PPPG (Pusat Pengembangan Penataran Guru) Pertanian Cianjur. Pada tahun 1993 – 1994 mengikuti training pertanian di Kannami Cho Japan. Tahun 2004 diterima sebagai mahasiswa S2 Sekolah Pascasarjana – IPB pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan (IPK) Sub Program Studi Konservasi Biodiversitas.

Beristri Sa’dia Bin Tarsijan Taa dan dikaruniai tiga orang putra, yaitu : Rizky Aulia, Ahmad Nur Saputra dan Ahmad Rafli Nadwan. Alamat tempat tinggal di Perumahan Taman Puri Lestari Blok A3/3. Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat


(8)

vi PRAKATA

Puji dan Syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat hidayah, karunia, dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh selama pengambilan data di lapangan serta analisis hasilnya.

Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi dari Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tesis dengan judul “Studi Biaya dan Pendapatan Penangkaran Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles) Dengan Sistem Terbuka, Semi Terbuka dan Tertutup” ini dapat terselesaikan dibawah tim komisi pembimbing yang diketuai oleh Bapak Dr. Ir. H. Yanto Santosa, DEA. dengan anggota Bapak Ir. Jojo Ontarjo, MM. Untuk itu ucapan terimakasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada komisi pembimbing, karena tanpa arahan dan masukan yang diberikan selama penelitian dan penulisan, maka sulit dibayangkan tesis ini dapat selesai dengan baik. Ucapan terima kasih juga penilis sampaikan kepada Bapak Ir. H. Pamuji, MM. selaku dosen penguji luar komisi.

Berbagai pihak telah memberikan kontribusinya secara langsung maupun tidak langsung bagi penyelesaian dan penyempurnaannya. Namun disadari bahwa tesis ini masih belum sempurna, baik dalam sistematika maupun teknik-teknik analisis dan interpretasi data yang mungkin terjadi sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada: (1) Yth. Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kejuruan yang telah memberikan sponsor beasiswa dalam penyelenggaraan pendidikan Program Magister Profesi di Institut Pertanian Bogor, (2) Bapak Ir. Giri Suryatmana, Kepala Pusat Pengembangan Penataran Guru Pertanian Cianjur yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti program pendidikan di Institut Pertanian Bogor, (3) Yth. Rektor, Dekan Sekolah Pascasarjana, Ketua Sub Program Studi Konservasi Biodiversitas dan seluruh civitas akademika IPB, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan S2 di Institut Pertanian Bogor, (4) Yth. Ketua Apperi Bapak Achmat, SH., Prof. drh. Dondin Sajuthi, MST, PhD., Dr. Drh. Joko Pamungkas, MSc., Frenkie G. selaku Direktur CV. Fauna Nusantara dan CV. Universal Fauna beserta karyawan, Willem Manasang dan Dewi Darmawan selaku


(9)

vii

Direktur CV. New Inquantex beserta karyawan, drh. I Nengah Budiarta selaku Direktur CV. Wanara Satwa Loka beserta karyawan yang telah memberikan izin dan motivasi kepada penulis untuk mengikuti penelitian program pendidikan di Institut Pertanian Bogor, (5) Seluruh keluarga (Bapak Pujo Suwiryo beserta Ibu) yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik secara materiil maupun spirituil, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini tanpa hambatan suatu apapun.

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang besar penulis sampaikan kepada rekan-rekan satu kelas S2 Profesi Konservasi Biodiversitas Angkatan Pertama atas dukungan dan kerjasamanya, karena berkat dukungan dan kerjasama dari rekan-rekan studi S2 ini dapat penulis jalani dengan baik. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada istri (Sa’dia) dan anak-anak kami (Rizky Aulia, Ahmad Nur Saputra dan Ahmad Rafli Nadwan) atas kasih dan dukungannya selama penulis menjalani studi, sehingga mengurangi hari- hari kebersamaan kita. Tanpa pengertian dan dukungan dari istri dan anak-anak tercinta mustahil pendidikan ini dapat terselesaikan dengan baik. Selain itu tesis ini dapat terselesaikan juga atas dukungan dan dorongan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya.

Akhirnya apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dalam tesis ini, maka hanya penulis yang bertanggungjawab. Kiranya Allah SWT sendiri yang memberi balasan kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dan ankhir kata Semoga tesis ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, April 2006

Penulis, n


(10)

viii DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI .. ... ii

HAK CIPTA .. ... iii

ABSTRACT... iv

RIWAYAT HIDUP ... ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Permasalahan .. ... 2

Kerangka Pemikiran .. ... 4

Tujuan... 5

Manfaat ... 5

Hipotesis … ... 5

TINJAUAN PUSTAKA... 6

Bio-Ekologi Monyet Ekor Panjang ... 6

Taksonomi ... 6

Morfologi dan Anatomi... 7

Reproduksi ... 8

Habitat dan Penyebaran... 9

Pakan ... 10

Perilaku... 12

Struktur Umur .. ... 14

METODE PENELITIAN... 15

Lokasi penelitian ... 15

Alat dan Bahan ... 15

Jenis Data yang Dikumpulkan... 15

Metode Pengumpulan Data... 16

Metode Analisis Data ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

Mekanisme Penangkaran Monyet Ekor Panjang .. ... 20

Prinsip dari ke 3 Sistem Penangkaran Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)... 23

Dasar Legalitas, Persyaratan dan Tahapan Kegiatan di Masing-masing Penangkaran... 27


(11)

ix

Penghitungan Biaya Pada Masing-Masing Sistem Penangkaran ... .. 60

Mutu/Kwalitas Panenan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) ... .... 68

Analisis Usaha Penangkaran Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dengan Sistem Terbuka, Semi Terbuka dan Tertutup... ... 69

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 76

Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA . ... 77


(12)

x

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Jenis-jenis vegetasi pakan dan bagian yang dimakan oleh monyet

ekor panjang (Macaca fascicularis Raffles) ... ... 11

2. Mutu panenan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis Raffles).... ... 19

3. Ukuran kandang satwa primata menurut beratnya. ... 22

4. Perbedaan dan persamaan masing- masing sistem penangkaran... ... 23

5. Sarana dan prasarana di penangkaran sistem tertutup ... 56

6. Perhitungan Biaya Pada Penangkaran Sistem Terbuka ... 60

7. Perhitungan Biaya Pada Penangkaran Sistem Semi Terbuka ... 62

8. Perhitungan Biaya Pada Penangkaran Sistem Tertutup ... 64

9. Perbandingan biaya dari ke 3 sistem penangkaran... 66

10. Penghitungan biaya setiap tahun... 67

11. Hasil Analisis NPV, BCR dan IRR... 72

12. Hasil analisis sensativitas finansial penangkaran sistem terbuka... 73

13. Hasil analisis sensativitas finansia l penangkaran semi terbuka.. ... 74


(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Diagram Alur Studi Biaya dan Pendapatan Penangkaran Monyet Ekor

Panjang (Macaca fascicularis) Dengan Sistem Terbuka, Semi Terbuka

dan Tertutup ... 4

2. Bentuk kandang perangkap tipe labirin... ... 30

3 Ukuran bangunan untuk kandang kesehatan hewan dan karantina. ... 32

4. Pemeliharaan di penangkaran terbuka (pemberian makanan tambahan. .... 34

5. Struktur Organisasi PT. PRESTASI FAUNA NUSANTARA... ... 36

6. Kandang koloni pada penangkaran semi terbuka.. ... 40

7. Hasil panenan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).. ... 44

8. Struktur Organisasi CV. New Inquatex Primate Center.. ... 45

9. Test TB pada monyet ekor panjang... 52

10. Tatto paha pada monyet ekor panjang... 53

11. Pengambilan sampel darah pada monyet ekor panjang.. ... 54

12. Kandang eksport monyet ekor panjang... ... 55

13. Kandang gruap (breeding) pada penangkaran sistem tertutup.. ... 56

14. Kandang individu pada monyet ekor panj ang. ... 57

15. Struktur Organisasi CV. WANARA SATWA LOKA... 59


(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Analisis Biaya Penangkaran Monyet Ekor Panjang dengan Sistem Terbuka

2. Analisis Biaya Penangkaran Monyet Ekor Panjang dengan Sistem Semi Terbuka

3. Analisis Biaya Penangkaran Monyet Ekor Panjang dengan Sistem Tertutup


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis Raffles) merupakan salah satu jenis primata yang memiliki sifat-sifat anatomis dan morfologis mendekati manusia. Oleh karena itu jenis ini sering digunakan sebagai hewan percobaan dalam bidang kedokteran, penelitian biomedis dan teknologi antariksa. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunakan monyet ekor panjang sebagai hewan percobaan antara lain : penelitian tentang Tuberculosis, fisiologi reproduksi, pembuatan vaksin polio dan syphilis. Akhir-akhir ini monyet ekor panjang juga digunakan dalam penelitian ruang angkasa serta senjata nuklir dan kimia.

Permintaan dunia terhadap monyet ekor panjang sebagai hewan percobaan setiap tahunnya mencapai sekitar 35.000 ekor. Permintaan yang cukup tinggi ini baru dapat dipenuhi oleh tiga negara eksportir, yakni : Indonesia, Phillipina dan Malaysia (MacKinnon, 1983). Beberapa negara pengimpor monyet ekor panjang dari Indonesia antara lain : Taiwan, Jepang, Rusia, Italia, Yugoslavia, Inggris, Amerika Serikat, Jerman Barat, Perancis, Swedia dan Belanda (Bismark, 1984).

Sampai sekarang ini pasokan (supply) monyet ekor panjang untuk pemenuhan kebutuhan ekspor berasal dari hasil tangkapan langsung dari hutan. Hasil tangkapan langsung ini hanya dapat memenuhi kebutuhan sebesar 30% (Sajuthi, 1984). Rendahnya kemampuan pemenuhan kebutuhan monyet ekor panjang ini disebabkan oleh tingginya tingkat kematian akibat penangkapan langsung yang mencapai ± 70% (Bismark, 1984) dan sulitnya memenuhi persyaratan umur serta bobot badan yang ditetapkan oleh pihak importir. Hal ini menunjukkan bahwa penangkapan langsung monyet ekor panjang dari hutan dapat menimbulkan terjadinya penurunan populasi.

Untuk mengurangi dampak penurunan populasi monyet ekor panjang di alam akibat penangkapan langsung, pemerintah melalui Dirjen PHPA menetapkan kuota ekspor monyet ekor panjang untuk Indonesia sebanyak 10.000 ekor/tahun. Kebijakan ini dituangkan dalam Surat Keputusan Dirjen PHPA No. 42/Kpts/DJ-VI/1993.


(16)

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengembangan usaha penangkaran, baik dengan sistem terbuka, semi terbuka dan tertutup. Pengembangan usaha penangkaran dengan sistem terbuka, dalam sistem ini tidak ada ketergantungan satwa dengan manusia. Seluruh kebutuhan pakan berasal dari alam bebas. Manusia hanya memonitor pertumbuhan populasi dan akan melakukan pemanenan jika populasinya dianggap sudah terlalu padat.

Pada penangkaran semi terbuka, satwa masih ada campur tangan dengan manusia, dengan pembuatan pagar, penyediaan tempat untuk pakan dan memberikan makanan tambahan.

Sedangkan pada penangkaran tertutup semua satwa tergantung dari manusia yaitu penyiapan pakan dan air, pemberian vitamin, pemberian hormon, kebersihan, dan kesehatan selalu dikontrol. Satwa dalam penangkaran tertutup tidak banyak melakukan aktivitas berpindah/bergerak untuk mencari pakan, selain itu juga satwa dibatasi oleh ruang gerak yang terbatas.

Permasalahan

Usaha penangkaran diharapkan dapat menjamin kelestarian jenis satwa serta memberikan keuntungan bagi pengusaha. Sistem penangkaran yang diusahakan ada 3 (tiga) yaitu, dengan sistem terbuka, semi terbuka dan tertutup. Dari ke tiga sistem itu ada perbedaan di dalam pengelolaannya yang menyangkut faktor-faktor spesifik antara lain: biaya investasi, ketersediaan lahan, efisiensi biaya operasional dan mutu panenan.

Penangkaran dengan sistem terbuka memerlukan lahan yang luas (tinggi), jauh dari pemukiman, daan lahan tersebut sesuai dengan habitat satwa (monyet ekor panjang). Biaya operasional untuk pemeliharaannya murah (rendah) karena tidak ada campur tangan dengan manusia, satwa dibiarkan mencari pakan dan minum sendiri, kemudian di dalam pemanenan/penangkapan satwa sulit dilakukan (kadang-kadang target yang harus dipanen tidak tercapai). Satwa yang dihasilkan mempunyai perfoma bagus, namun tidak semua satwa hasil panenan bisa terjual karena satwa bebas virus yang lolos untuk dijual, sehingga pendapatan (benefit) rendah.


(17)

3

3

Untuk penangkaran dengan sistem semi terbuka, tidak memerlukan lahan yang begitu luas namum perlu pembuatan kandang-kandang dan pagar pembatas, sehingga biaya investasinya tinggi. Biaya untuk operasinal setiap harinya rendah, karena satwa diberi pakan tambahan (masih ada campur tangan dengan manusia), disamping itu dilakukan pengontrolan terhadap kesehatan satwa. Pemanenan/ penangkapan tidak sulit seperti pada sistem terbuka, hasil panen lebih bagus dibandingkan dengan sistem terbuka, sehingga dari hasil panenan yang lolos tidak terkena virus lebih banyak, dengan demikian pendapatan (benefit) tinggi.

Sedangkan pada penangkaran tertutup tidak memerlukan lahan yang luas, namun biaya untuk pembuatan kandang memerlukan investasi yang tinggi, biaya operasional tinggi karena adanya campur tangan dengan manusia secara penuh (memberi pakan, menyediakan air, memberikan vitamin, pengontrolan kesehatan (vaksin) dan kebersihan kandang). Panen/penangkapan mudah, hasil panenan dapat dengan mudah untuk diprediksi, karena pemanenan juga tergantung dari pesanan. Sehingga hasil dari panenan sudah tidak lagi dilakukan seleksi, dengan demikian pendapatan (benefit) tinggi

Dari ke tiga penangkaran tersebut, maka investasi, ketersediaan lahan, efisiensi biaya operasional dan mutu panenan menjadi sangat perlu untuk dipertimbangkan di dalam usaha penangkaran monyet ekor panjang (M. fascicularis Raffles).

Terdapat perbedaan dalam hal faktor-faktor yang digunakan untuk memilih tipe penangkaran terbuka, semi terbuka dan tertutup. Persoalannya kemudian adalah sistem penangkaran manakah yang lebih menguntungkan dari segi ekonomi untuk suatu wilayah tertentu.Oleh karena itu, dipandang perlu adanya penelitian yang mengidentifikasi dan bandingkan ke 3 (tiga) sistem penangkaran tersebut dalam hal biaya dan pendapatan.

Kerangka Pemikiran

Dari permasalahan di atas, perlu diidentifikasi komponen-komponen yang merupakan faktor spesifik antara lain: biaya investasi, efisiensi biaya operasional


(18)

(cost), ketersediaan lahan dan mutu panenan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 1. Diagram alur Studi Biaya dan Pendapatan Penangkaran Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Dengan Sistem Terbuka, Semi Terbuka dan Tertutup.

Ketiga sistem penangkaran diatas, yang mempunyai perbedaan di dalam pengeluaran biaya (cost). Maka dipandang perlu dilakukan analisis biaya lebih seksama mengenai komponen-komponen biaya investasi, ketersediaan lahan, efisiensi biaya operasional dan mutu panenan.

P

PEENNAANNGGKKAARRAANN

-- IInnvveessttaassii

-- KKeetteerrsseeddiiaaaannllaahhaann

-- EEffiissiieennssiibbiiaayyaaooppeerraassiioonnaall

-- MMuuttuuppaanneennaann

S

SIISSTTEEMM S

SEEMMIITTEERRBBUUKKAA

S

SIISSTTEEMM T

TEERRTTUUTTUUPP

-- PPeerriizziinnaann llaahhaann

-- PPeennggaaddaaaann IInndduukk s

satatwwaa

-- PPeennggoonnttrroollaann

-- PPeemmaanneennaann

-- PPeennggaannggkkuuttaann

-- GGaajjii kkaarryyaawwaann

-- PPereriizziinanann llokokaassii

-- PPemembbuuaattaann kkaannddaanngg

-- PPenenggaaddaaaann iinndduukk ssaattwwaa

-- PPememeelliihhaarraaaann ssaarraa-- rraannaa ddaann pprrasasaarraannaa

-- PPakakaann

-- OObbaatt--oobbaattaann

-- GGaajjii kkaarryyaawwaann

-- PPememaanneennaann

-- PPenenggaannggkkuuttaann

--PPereriizizinanann llokokaassii

--PPemembbuuaattaann kkaannddaanngg

-- PPenenggaaddaaaann iinndduukk ssaattwwaa

-- PPememeellihihaarraaaann ssaarrananaa ddaann p

prraassaarraannaa

-- PPakakaann

-- OObabatt--oobabattaann,, vviittamamiinn,, ddaann h

hoorrmmoonn

-- GGajaji i kkaarryyaawwaann

-- PPememaanneennaann S

SIISSTTEEMM

T

TEERRBBUUKKAA

A

ANNAALLIISSIISSDDIISSCCOOUUNNTTEEDDCCAASSHHFFLLOOWW

P

Peennaannggkkaarraann

T

Teerrbbuukkaa

P

Peennaannggkkaarraann S

SeemmiiTTeerrbbuukkaa

P

Peennaannggkkaarraann T

Teerrttuuttuupp

R

RUUGGIIAATTAAUU L

LAABBAA R

RUUGGIIAATTAAUU L

LAABBAA

R

RUUGGIIAATTAAUU L


(19)

5

5

Tujuan

Tujuan dari penelitian tentang studi biaya dan pendapatan penangkaran monyet ekor panjang (M. fascicularis Raffles) dengan sistem terbuka, semi terbuka dan tertutup ini adalah :

1. Menghitung biaya dan pendapatan dari setiap sistem penangkaran monyet ekor panjang (M. fascicularis Raffles) di penangkaran.

2. Merumuskan spesifikasi setiap sistem penangkaran yang meliputi investasi, luas lahan, biaya operasional dan mutu panenan.

Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi calon pengusaha penangkaran monyet ekor panjang (M. fascicularis Raffles) dan untuk sumbangsih pengetahuan tentang sistem penangkaran yang menguntungkan.

Hipotesis

Sistem penangkaran terbuka lebih menguntungkan dari pada semi terbuka dan tertutup.


(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Bio-Ekologi Monyet Ekor Panjang Taksonomi

Menurut Napier dan Napier (1967), sistematika monyet ekor panjang (Macaca fascicularis Raffles) berdasarkan taksonominya adalah sebagai berikut :

Phyllum : Chordata Sub Phyllum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Primata (Linnaeus, 1958) Sub Ordo : Anthropoideae (Mivart, 1864) Super Family : Cercopithecoideae (Simpson, 1931) Family : Cercopithecidae

Sub Family : Cercopithecidae (Blanford, 1888) Genus : Macaca (Lacepede, 1799)

Species : Macaca fascicularis (Raffles, 1821) Sub Species : Macaca fascicularis fascicularis

Menurut Lekagul dan McNeely (1977), nama ilmiah lainnya dari monyet ekor panjang adalah Simia fascicularis Raffles (1812), Macaca irus Cuvier (1818), serta Simia cynomolgus Schrebeer (1775). Monyet ekor panjang juga dikenal dengan nama monyet, kera, kunyuk atau ketek (Jawa/Sunda), serta crabeating macaque dan long-tailed macaque (Inggris).

Menurut Napier dan Napier (1967) membagi Macaca ke dalam 12 spesies dan 46 sub spesies. Lebih lanjut Napier dan Napier (1967) menjelaskan, Macaca fascicularis masih terbagi lagi menjadi 21 sub spesies, dan dari jumlah itu hanya 10 sub spesies yang berada di Indonesia dan daerah penyebarannya adalah sebagai berikut: (1) Macaca fascicularis terdapat di Sumatera, Riau, Lingga, Belitung, Kalimatan dan Karimata. (2) Macaca fascicularis lasiae terdapat di pulau Lasia. (3) Macaca fascicularis phaeura terdapat di pulau Nias. (4) Macaca fascicularis fusca terdapat di pulau Simular. (5) Macaca fascicularis mordox terdapat di pulau


(21)

7

7

Jawa dan Bali. (6) Macaca fascicularis cupida terdapat di pulau Mastasiri. (7) Macaca fascicularis baweana terdapat di pulau Bawean. (8) Macaca fascicularis tua terdapat di pulau Maratua. (9) Macaca fascicularis limitis terdapat di pulau Timor dan (10) Macaca fascicularis sublimitis terdapat di pulau Lombok, Sumbawa kemudian Flores dan pulau Kambing.

Morfologi dan Anatomi

Monyet ekor panjang tergolong monyet kecil yang berwarna coklat dengan bagian perut berwarna lebih muda dan disertai rambut keputih-putihan yang jelas pada bagian muka. Dalam perkembangannya, rambut yang tumbuh pada muka tersebut berbeda-beda antara satu individu dengan individu yang lainnya. Perbedaan warna ini dapat menjadi indikator yang dapat membantu mengenali individu berdasarkan jenis kelamin dan kelas umurnya (Aldrich-Black, 1976 dalam Chivers, 1980).

Bayi monyet ekor panjang yang baru lahir memiliki bulu yang berwarna hitam dengan muka dan telinga berwarna merah muda. Dalam waktu satu minggu, warna bulu pada kulit muka akan memudar dan berubah menjadi abu-abu kemerah-merahan. Setelah kira-kira berumur enam minggu, warna bulu yang hitam pada saat lahir berubah menjadi coklat. Setelah dewasa, bulu kulit berwarna coklat kekuningan, abu-abu atau coklat hitam, tetapi bagian bawah perut dan kaki sebelah dalam selalu lebih cerah. Rambut di atas kepalanya tumbuh kejur (semacam kuncir) ke belakang, kadang-kadang membentuk jambul. Rambut di pipi menjurai ke muka, di bawah mata selalu terdapat kulit yang tidak berbulu dan berbentuk segi tiga, kulit pada pantat juga tidak berbulu (Carter, 1978).

Menurut Lekagul dan McNeely (1977), warna rambut yang menutupi tubuh monyet ekor panjang bervariasi tergantung pada umur, musim dan lokasi. Monyet ekor panjang yang menghuni kawasan hutan umumnya berwarna lebih gelap dan lebih mengkilap, sedangkan yang menghuni kawasan pantai umumnya berwarna lebih terang.

Panjang kepala dan badan berkisar antara 350-455 mm, panjang ekor berkisar antara 400-565 mm, ukuran telapak kaki belakang berkisar antara 120-140 mm,


(22)

tengkorak 120 mm, dan telinga berkisar antara 34-38 mm (Medway, 1978). Bobot badan dewasa monyet jantan 5,4 – 10,9 kg dan betina antara 4,3 – 10,6 kg (Sajuthi, 1983).

Penentuan umur monyet selain memperhatikan dewasa kelamin dapat juga melihat pertumbuhan giginya. Monyet ekor panjang mempunyai susunan giginya sebagai berikut : x 2

M3 P2 C2 I2

M3 P2 C2 I2

Keterangan :

I (Incisivus) : gigi seri

P (Premolare) : gigi geraham depan C (Canine) : gigi taring

M (Molar) : gigi geraham belakang

Ekor monyet ekor panjang berbentuk silindris dan muskular, serta ditutupi oleh rambut-rambut pendek. Umumnya panjang ekor tersebut berkisar antara 80-110% dari panjang kepala dan badan. Rambut pada mahkota kepala tersapu ke belakang dari arah dahi. Monyet ekor panjang muda seringkali mempunyai jambul yang tinggi, sedangkan monyet ekor panjang yang lebih tua mempunyai cambang yang lebat mengelilingi muka. Ciri anatomi penting dari monyet ekor panjang adalah adanya kantong pipi (cheek pouch) yang berguna untuk menyimpan makanan sementara. Dengan adanya kantong pipi ini maka monyet ekor panjang dapat memasukkan makanan ke dalam mulut secara cepat dan mengunyahnya di tempat lain (Lekagul dan McNeely, 1977).

Reproduksi

Menurut Van Lavieren (1983), monyet ekor panjang mencapai kedewasaan atau umur minimum dapat melakukan perkawinan berkisar antara 3,5-5 tahun. Sedangkan menurut Napier dan Napier (1967), kematangan seksual pada monyet ekor panjang jantan adalah 4,2 tahun dan betina 4,3 tahun. Siklus menstruasi berkisar selama 28 hari dan lama birahi sekitar 11 hari.

Selang waktu pembiakan (breeding interval) terjadi antara 24-28 bulan, masa kehamilan berkisar antara 160-186 hari dengan rata-rata 167 hari. Jumlah anak


(23)

9

9

yang dapat dilahirkan satu ekor dan jarang sekali dua ekor dengan berat bayi yang dilahirkan berkisar antara 230-470 gram. Anak monyet ekor panjang disapih pada umur 5-6 bulan. Masa mengasuh anak berlangsung selama 14-18 bulan. Perkawinan dapat terjadi sewaktu-waktu dan ovulasi berlangsung spontan dengan rata-rata pada hari ke-12 sampai ke-13 pada siklus birahi (Napier dan Napier, 1967). Panjang usia monyet ekor panjang sekitar 25 – 30 tahun (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Hampir seluruh jenis monyet yang termasuk kedalam famili Cercopithecideae memiliki sistem perkawinan poligami, yakni memiliki beberapa ekor betina dewasa dalam setiap kelompoknya. Perbandingan antara jantan dan betina monyet ekor panjang di Kalimantan adalah 1:1,8 sedangkan di Taman Wisata dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat adalah 1:1,2 (Kurland, 1973; Mukhtar, 1982).

Habitat dan Penyebaran

Habitat adalah suatu tempat dimana organisme atau individu biasa ditemukan. Suatu habitat merupakan hasil interaksi dari beberapa komponen yaitu komponen fisik yang terdiri dari air, tanah topografi dan iklim (mikro dan makro) serta komponen biologis yang terdiri dari manusia, vegetasi dan satwa (Smiet, 198). Habitat yang sesuai menyediakan semua kelengkapan habitat bagi suatu spesies selama musim tertentu atau sepanjang tahun. Kelengkapan habitat terdiri dari berbagai macam jenis termasuk makanan, perlindungan, dan faktor-faktor lainnya yang diperlukan oleh spesies hidupan liar untuk bertahan hidup dan melangsungkan reproduksinya secara berhasil (Bailey, 1984).

Habitat monyet ekor panjang tersebar mulai dari hutan hujan tropika, hutan musim, hutan rawa mangrove sampai hutan montane seperti di Himalaya. Disamping itu juga terdapat di hutan iklim sedang di Cina dan Jepang serta padang rumput dan daerah kering yang bersemak dan berkaktus di India dan Ceylon (Napier dan Napier, 1967). Menurut Crockett dan Wilson (1977) dalam Lindburg (1980), monyet ekor panjang banyak dijumpai di habitat-habitat yang terganggu, khususnya daerah riparian (tepi sungai, tepi danau, atau sepanjang pantai) dan hutan sekunder


(24)

dekat dengan areal perladangan. Selain itu juga terdapat di rawa mangrove yang kadang-kadang monyet ini hanya satu-satunya spesies dari anggota primata yang menempati daerah tersebut. Di daerah pantai kadang-kadang monyet ekor panjang terdapat secara bersama dengan spesies lain seperti lutung (Presbytiscristata).

Menurut Crockett dan Wilson (1977) dalam Lindburg (1980), kondisi habitat berpengaruh terhadap kerapatan populasi monyet ekor panjang. Kepadatan populasi di hutan sekunder umumnya lebih tinggi daripada hutan primer. Ukuran kelompok juga bervariasi menurut kondisi habitatnya. Di hutan primer satu kelompok monyet ekor panjang beranggotakan 10 ekor, di hutan mangrove 15 ekor dan di areal yang terganggu dapat lebih dari 40 ekor.

Primata disamping dapat hidup di habitat aslinya juga dapat hidup di habitat lain. Menurut Napier (1970) monyet (Macaca) adalah salah satu contoh genus yang dapat beradaptasi dengan keadaan lingkungan dan iklim yang berbeda.

Penyebaran monyet ekor panjang (M. fascicularis Raffles) meliputi Indocina, Thailand, Burma, Malaysia, Philipina dan Indonesia. Di Indonesia, M. fascicularis Raffles terdapat di Sumatera, Jawa dan Bali, Kalimantan, Kepulauan Lingga dan Riau, Bangka, Belitung, Banyak, Kepulauan Tambelan, Kepulauan Natuna, Simalur, Nias, Matasari, Bawean, Maratua, Timor, Lombok, Sumba dan Sumbawa (Lekagul dan McNeely, 1977).

Pakan

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis Raffles) merupakan salah satu jenis satwa pemakan buah (frugivorous). Penggolongan ini didasarkan pada banyaknya bagian tumbuhan yang dimakan oleh monyet ekor panjang tersebut. Namun demikian, hasil penelitian Sugiharto (1992) menunjukkan bahwa komposisi bagian vegetasi yang dimakan oleh monyet ekor panjang terdiri atas : bagian daun sebanyak 49,93%, buah 38,54%, bunga 6,60% dan lain-lain sebanyak 5,94%.

M. fascicularis Raffles mempunyai kebiasaan makan yang sangat selektif. Mereka memakan buah dan daun-daun muda dari jenis Ficus, Dillenia, Diospyros, Koordersiodendron, Dracontomelon, Bambusa sp. dan beranekaragam jenis


(25)

1

11 1

lainnya (Kurland, 1973). Jenis-jenis tumbuhan lain yang diketahui sebagai sumber pakan bagi M. fascicularis Raffles tergolong cukup banyak. Jenis-jenis vegetasi yang dimakan oleh monyet ekor panjang seperti disajikan pada Tabel 2.

Selain sebagai satwa frugivorous, monyet ekor panjang juga mempunyai alternatif sumber pakan lain. Jenis-jenis yang dapat dimakan oleh monyet ekor panjang antara lain : serangga, rumput, jamur, mollusca, crustaceae, akar, umbi, dan telur burung (Lindburg, 1980). Ficus spp. merupakan jenis tumbuhan yang menjadi sumber pakan paling penting bagi monyet ekor panjan. Hal ini karena Ficus spp. dapat menghasilkan dedaunan muda sepanjang tahun dan berbuah 2-3 kali setiap tahunnya (Chivers, 1978).

Tabel 1. Jenis-jenis vegetasi pakan dan bagian yang dimakan oleh monyet ekor panjang (M. fascicularis Raffles).

Bagian yang dimakan

No. Nama Jenis Famili

Daun Buah Bunga 1 Antidesma montanum Euphorbiaceae X

2 Ardisia humilis Myrsinaceae X X 3 Barringtonia asiatica Lecythidaceae X X 4 Buchanania arborescens Anacardiaceae X X 5 Buchanania insignis Anacardiaceae X 6 Callophyllum inophyllum Guttiferae X 7 Cordyline fructicosa Liliaceae X

8 Dracaena elliptica (?) X

9 Dysoxylum sp. Meliaceae X

10 Eugenia densiflora Myrtaceae X X X

11 Ficus ampelas Moraceae X X

12 Ficus benjamina Moraceae X X

Bagian yang dimakan

No. Nama Jenis Famili

Daun Buah Bunga

13 Ficus septica Moraceae X X

14 Ficus spp. Moraceae X X

15 Ficus subulata Moraceae X X

16 Gnetum gnemon Gnetaceae X X X

17 Guettarda speciosa Rubiaceae X

18 Hernandia peltata Hernandiaceae X


(26)

20 Instia amboinensis Leguminosae X 21 Mangifera sp. Anacardiaceae X

22 Mimusops elengi Sapotaceae X

23 Morinda citrifolia Rubiaceae X X 24 Ochrocarpus ovalifolius Guttiferae X

25 Parviflora sp. (?) X X

26 Planchonella duclitan Sapotaceae X 27 Planchonella linggensis Sapotaceae X 28 Pleomele elliptica Liliaceae X X

29 Syzygium jambos Myrtaceae X X

30 Terminalia catappa Combretaceae X Sumber : 1. Poerwanty, 1991.

2. Sugiharto, 1992. 3. Romauli, 1993.

Menurut Bismark (1984), M. fascicularis di Kalimantan Timur memakan buah Ficus, Dillenia sp, Diospyros spp, Koordersiodendron sp. dan

Dracontomelon sp. Selain buah, monyet ekor panjang juga memakan bunga,

belalang, larva insekta, padi, kentang, sayur-sayuran, siput serta kepiting. Kebutuhan pakan monyet ekor panjang setiap ekor per hari sebanyak 4% dari bobot tubuhnya. Selain makanan, juga memer-lukan air minum sebanyak 1 liter per ekor setiap harinya (Hadinoto, 1993).

Perilaku

Menurut Napier dan Napier (1967), monyet ekor panjang mempunyai aktivitas harian pada siang hari (diurnal) dan aktivitasnya lebih banyak dilakukan di atas permukaan tanah (terrestrial) dibandingkan di atas pohon. Monyet ekor panjang tidur di atas pohon secara berpindah-pindah untuk menghindarkan diri dari pemangsa (predator). Sewaktu pagi hari sekelompok monyet ekor panjang akan berjalan mencari makanan dengan formasi berdasarkan hierarki sosial. Jantan muda berjalan di depan dan disamping luar kelompok. Jantan dominan berjalan di tengah-tengah kelompok bersama-sama dengan betina beserta anaknya yang masih kecil. Pada saat makan ind ividu yang paling dominan akan makan terlebih dahulu, kemudian yang lain mengikutinya berdasarkan pola hierarki.


(27)

1

13 3

Pada saat beristirahat monyet ekor panjang akan membentuk kelompok berdasarkan pola hierarkinya, yakni jantan dominan akan beristirahat dengan dikelilingi oleh betina-betina beserta anaknya yang masih kecil. Jantan dominan pada waktu beristirahat berada di tempat yang lebih baik dan di tengah tempat makanannya. Pada waktu menghadapi bahaya atau saat monyet lain memasuki wilayah teritorinya, jantan dominan dan jantan lainnya akan menghadapinya secara bersama-sama sedangkan para betina dan anaknya menghindar dari bahaya (Soeratmo, 1979).

Aldrich-Blake dalam Chivers (1976) menyatakan bahwa pembagian waktu aktifitas harian monyet ekor panjang di alam terdiri dari 35% untuk makan, 20% untuk penjelajah, 34% untuk istirahat, 12% untuk grooming dan kurang 0,5% untuk aktivitas lainnya. Ditempat penangkaran sistem semi terbuka dan tertutup menghabiskan waktu aktivitas harian untuk beristirahat yaitu sekitar 56 – 74%. Perbedaan presentase pembagian waktu harian monyet ekor panjang di alam (terbuka) dan di penangkaran semi terbuka dan tertutup terjadi karena faktor luasan kandang dan ketersediaan makanan

Menurut Lekagul dan McNeely (1977), pada saat beristirahat monyet ekor pan-jang seringkali melakukan berkutu-kutuan (grooming). Perilaku ini tidak hanya untuk membersihkan badan akan tetapi juga sebagai sarana untuk menjalin hubungan sosial antara individu dalam satu kelompok, meredakan ketegangan dan tujuan lainnya. Monyet ekor panjang senang bermain air, berenang dan menyelam dalam sungai.

Struktur Umur dan Pengelompokan

Aldrich-Blake (1970) dalam Sussman (1979) menyatakan bahwa ukuran kelompok dan penyebarannya mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan seperti penyebaran dan ketersediaan makanan, lokasi tidur dan tekanan predator. Menutut Van Lavieren (1982), pengelompokan yang paling sederhana adalah


(28)

pengelompokan ke dalam kelas umur bayi (new born), anak (juvenile), muda/remaja (sub adult) dan dewasa (adult)

Menurut Alikodra (1990), struktur umur adalah perbandingan antara jumlah individu dalam setiap kelas umur dengan jumlah keseluruhan individu dalam suatu populasi. Struktur umur dapat dipergunakan untuk menilai keberhasilan perkembangbiakan satwaliar, sehingga dapat dipergunakan pula untuk menilai prospek kelestarian satwaliar. Ditinjau dari kondisi natalitas dan mortalitasnya, populasi dapat dibedakan menjadi 4 ke adaan struktur umur yaitu:

1. Struktuk umur dalam keadaan populasi yang seimbang (stationery population), yaitu natalitas dan mortalitas relatif seimbang.

2. Struktur umur dalam keadaan populasi yang mundur (regressive population), yaitu natalitas mengalami penurunan.

3. Strutur umur dalam keadaan populasi yang berkembang (progressive population), yaitu natalitas mengalami peningktan.

4. Struktur umur dalam keadaan populasi yang mengalami gangguan sehingga terjadi kematian yang tinggi pada kelas umur tertentu.


(29)

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian tentang studi biaya dan pendapatan penangkaran Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles) dengan sistem terbuka, berlokasi di PT. PRESTASI FAUNA NUSANTARA yang terletak di Pulau Umang-umang, Desa Legundi, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Lampung Selatan. Semi terbuka di lokasi CV. NEW INQUATEX PRIMATIES DIVISION yang terletak di Desa Mekarsari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Adapun untuk sistem tertutup yang berlokasi di CV. WANARA SATWA LOKA Bogor, Jawa Barat.. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan, yaitu dari bulan Agustus – September 2005.

Alat dan Bahan Yang di Gunakan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas : kamera digital, teropong binokuler, dan alat hitung. Sedangkan bahan yang dipakai : buku catatan dan alat tulis.

Jenis Data Yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian tentang studi perbandingan biaya dan pendapatan penangkaran Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles) ini terdiri atas data primer dan data sekunder dari ke 3 sistem penangkaran antara lain: Data primer yang telah dikumpulkan

a. Biaya investasi

b. Biaya kebutuhan lahan c. Biaya operasional d. Pendapatan.


(30)

1. Parameter demografi, yang mencakup : a. Kepadatan populasi

b. Ukuran kelompok c. Seks ratio

d. Komposisi umur dan jenis kelamin e. Angka kelahiran

2 Teknis penangkaran monyet ekor panjang a. Tahapan kegiatan pengelolaan

b. Sarana dan prasarana yang diperlukan

c. Alat dan bahan yang diperlukan dalam suatu usaha penangkaran monyet ekor panjang.

d. Tenaga 3. Aspek Ekonomi

a. Macam-macam biaya (cost)

b. Macam-macam penerimaan (benefit)

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tiga macam, yakni : studi literatur, wawancara, dan pengamatan langsung.

1. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data-data pendukung yang sangat diperlukan dalam penelitian ini. Data-data tersebut dicari melalui dari berbagai sumber data seperti teks book, skripsi/tesis, brosur, leaflet/booklet dan lain-lain.

2. Wawancara

Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data-data yang relevan, yang belum terdapat ataupun tercantum di dalam literatur. Wawancara ini akan dila-kukan terhadap menejer lapangan, teknisi, dan karyawan yang mengelola penangkaran monyet ekor panjang (M. fascicularis Raffles) dengan


(31)

1

17 7

sistem terbuka, semi terbuka dan tertutup, serta pedagang di pasar untuk mengetahui harga-harga pakan yang biasa dimakan oleh monyet ekor panjang.

3. Pengamatan Langsung

Digunakan untuk memperoleh data berupa kondisi yangada seperti: a. Jenis dan jumlah bangunan kandang serta kondisi lahan.

b. Kondisi satwa/monyet ekor panjang (M. fascicularis Raffles), cara dan alat yang digunakan untuk menangkap.

c. Dampak eksternal/linkungan yang ditimbulkan di lokasi penangkaran.

Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan asumsi-asumsi masa perizinan pengusahaan selama 10 tahun, dan suku bunga 18%. Menggunakan metode discounted cash flow (aliran kash yang didiskonto). Nilai-nilai yang dihitung mencakup NPV, IRR dan BCR. Persamaan untuk menentukan nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut (Djamin, 1992) :

1. Net Present Value (NPV) :

( )

NPV B C

i t t t t n = − + ∑

=1 1

dimana :

Bt = Pendapatan kotor tahunan Ct = Biaya tahunan

n = Umur ekonomis proyek t = Tahun proyek

(1+i)t = Discounted factor (DF)

2. Internal Rate of Return (IRR) :

( )

( )

= = = + + n t t t n t t t i C i B 1


(32)

(

)





− +

= xD N D P

PVN PVP

NPV P

D

IRR F F F

dimana :

DFP = Discounting factor yang digunakan yang menghasilkan present value positif

DFN = Discounting factor yang digunakan yang menghasilkan present value negatif

PVP = Present value positif PVN = Present value negatif

3. Benefit -Cost Ratio (BCR) :

( )

( )

BCR B i C i t t t n t t t n = + ∑ + ∑ = = 1 1 1 1 Σ

4. Menghitung kesesuaian lahan

a. Sistem tertutup à

b.Sistem semi terbuka à Luas teretorial grup/kelompok monyet ekor panjang

c. Sistem terbuka à Luas wilayah jelajah grup/kelompok

5. Kategori mutu panenan

Katagori mutu (kwalitas) panenanditentukan oleh SPF (Spesipic Pathogen Free) yaitu suatu spesipic bebas pathogen tertentu. Kriteria yang dimaksudkan sebagaimana tercantum pada Tabel 3.

Tabel 2. Mutu panenan monyet ekor panjang (M. fascicularis Raffles)

Mutu 10% m 1 x Ruang

Individu 2+


(33)

1

19 9

Mutu

No. SPF

A B C D

1. TB V V V V

2. SRV V V V V

3. SIV V V V _

4 STLV V V _ _

5. SHV-1 V _ _ _

Keterangan:

a. TB : Tubercolusis b. SRV : Semian Vetrovirus

c. SIV : Semian Iinmuno deficiennay Virus d. STLV : Semian T- Lymphatropic Virus e. SHV-1: Secropithecine Herpes Virus Type-1

Mutu panenan dari monyet ekor panjang (M. fascicularis Raffles) mulai dari A,B,C dan D. Atau minimal bebas virus TB. (TB negatif sebagai syarat mutlak).

Mutu ditentukan oleh pasar, sedangkan jumlahnya hasil (kuwantitas) ditentukan dari tempat penangkaran.


(34)

Dari hasil pengumpulan data di lapangan baik berupa data primer maupun data sekunder diperoleh beberapa informasi penting tentang mekanisme untuk setiap sistem penangkaran, perkiraan biaya dan pendapatan serta perhitungan finansial (ekonomi) dari sistem usaha penangkaran sebagaimana akan diuraikan berikut ini

Mekanisme Penangkaran Monyet Ekor Panjang

Usaha penangkaran adalah kegiatan yang berhubungan dengan penangkaran sat-waliar yang meliputi kegiatan penangkaran, pengolahan sampai pemasaran hasil penangkarannya. (Dirjen PHPA, 1988).

Salah satu sarana penangkaran yang utama adalah kandang. Menurut Sajuthi (1983), sistem pengandangan satwa primata dapat dibagi 2 bagian yaitu:

1. Sistem pengandangan tertutup (indoor enclosures) 2. Sistem pengandangan terbuka (outdoor enclosures)

Sedangkan menurut Priyono (1998), sistem penangkaran dapat di bedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. Sistem penangkaran terbuka. 2. Sistem penangkaran semi terbuka.B 3. Sistem penangkaran tertutup.

. Sistem penangkaran terbuka yaitu penangkaran di alam bebas, aktivitas satwa tidak ada campur tangan dari manusia (seminimal mungkin campur tangan manusia), memerlukan lahan yang luas (± 2500 ha), yang mempunyai habitat sesuai dengan satwa yang ditangkarkan, biaya investasi tidak begitu tinggi, dan untuk biaya operasional rendah tidak seperti pada penangkaran tertutup dan semi terbuka. Kendalanya adalah waktu aktivitas harian satwa sulit dikontrol serta pemanenan/penangkapan sulit untuk dilakukan (memerlukan ketrampilan khusus). Selain itu pada penangkaran terbuka atau di alam bebas memerlukan aktivitas yang tinggi untuk mengontrol adanya gangguan (predator) baik dari dalam maupun dari luar kawasan penangkaran.

Sistem penangkaran semi terbuka yaitu dimana satwa ditempatkan dalam suatu bangunan/kandang yang setengah terbuka. Udara dapat keluar masuk dengan bebas dan sinar matahari dapat memasuki ruangan. Jika cuaca buruk (hujan, dingin dan panas) maka satwa dapat berlindung pada bagian yang tertutup. Kontruksi kandang dari semi


(35)

2

21 1

terbuka yaitu berbentuk semi permanen atau semi tertutup (semi closed) dengan alas lantai (keramik), dan sisi dinding terbuat dari keramik dengan tinggi sekitar 50 cm dan diatasnya terbuat dari kawat harmonika, sepertiga bagian atasnya diberi atap yang terbuat dari asbes. Kandang ini memiliki 2 pintu yang berhadapan yang terletak diujung sebelah kanan kandang.

Fasilitas di dalam kandang, dilengkapi dengan box yang terbuat dari papan dan kayu dolken serta drum yang digantung, berfungsi sebagai tempat duduk monyet, bermain dan berayun-ayun sehingga membuat suasana kandang seperti habitat aslinya.

Sistem semi terbuka lahan yang digunakan tidak begitu luas ± 4 ha. biaya investasi untuk pembuatan kandang semi terbuka cukup besar dibandingkan dengan sistem terbuka. Biaya operasional besar, karena pemberian pakan dilakukan setiap hari, kemudian untuk pemanenan mudah.

Sistem penangkaran tertutup yaitu sistem dimana satwa ditempatkan dalam bangunan yang tertutup, sehingga sama sekali tidak terganggu oleh cuaca maupun lingkungan luar. Sirkulasi udara dari luar dan dalam kandang diatur dengan menggunakan sistem tertentu untuk membatasi bibit penyakit yang dapat membahayakan kesehatan hewan maupun manusia. Dalam sistem tertutup ini dilengkapi dengan air conditioning dan heater untuk menjaga temperatur agar tidak berfluktuasi terlalu tinggi. Suhu ruangan dipertahankan antara 21°C hingga 26°C (70°-78°F). Selain itu ruangan dilengkapi dengan alat penagtur kelembaban udara. Kelembaban udara yang dianjurkan adalah 40 – 70% dengan fluktuasi seminimum mungkin. Temperatur dan kelembaban udara yang tidak terlalu besar fluktuasinya sangat diperlukan untuk memperkecil terjadinya penyakit pernafasan dan pencernaan yang disebabkan stress (Bismark, 1984).

Pergantian udara tidak diperkenankan dengan cara mendaur ulang udara. Tekanan dalam ruang kandang harus lebih rendah dari tekanan pada ruang lain, seperti koridor dan daerah pintu masuk. Hal ini untuk mencegah terjadinya kontaminasi penyakit yang ditularkan melalui udara (airborne disease). Ruangan dilengkapi dengan lampu yang harus dinyalakan terus menerus selama 12 jam. Lampu ini harus memiliki kekuatan minimum 100 lilin sampai dimuka kandang (Bismark, 1984). Sistem penangkaran tertutup di bagi atas dua bagian antara lain:


(36)

a. Sistem kandang satu per satu (individual cage). Pada sistem ini satwa dikandangkan satu per satu. Ukuran kandang yang dipergunakan disesuaikan dengan berat badan satwa, seperti disajikan pada tabel

Tabel 2 Ukuran kandang satwa primata menurut berat badannya.

No. Berat badan (kg) Luas atas/alas (m2) Tinggi (cm)

1 < 1 0,15 50,8

2 1 - 3 0,28 76,2

3 3 - 15 0,40 76,2

4 15 - 25 0,74 91,4

5 > 25 2,33 213,4

Sumber: Bismark, 1984.

b. Sistem kelompok (gang cage). Dalam sistem ini suatu kelompok satwa ditempatkan dalam satu kandang yang cukup besar dan dapat menampung cukup banyak satwa. Sistem ini sudah tidak dipakai lagi untuk satwa yang belum lepas karantina. Pada umumnya sistem ini sekarang dipakai untuk percobaan reproduksi, uji obat, atau tingkah laku (Bismark, 1984).

Sistem pengandangan tertutup tidak memerlukan lahan yang luas, karena dalam penangkaran ini satwa ditempatkan dalam kandang sehingga memerlukan biaya investasi yang tinggi, kemudian biaya operasional setiap harinya juga memerlukan biaya yang besar (pakan, kesehatan dan pembersihan kandang), didalam aktivitas hariannya satwa tidak harus mencari pakan dan minum, karena semua sudah tersedia dan aktivitas harian mudah dipantau, kemudian waktu pemanenan/penangkapan mudah dilakukan.

Prinsip-prinsip dari ke 3 Sistem Penangkaran dan Persamaan Sistem Penangkaran Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) tercantum pada

Tabel 4 berikut

Tabel 4. Perbedaan dan Persamaan Masing-masing Sistem Penangkaran


(37)

2

23 3

Sistem Penangkaran

No. Uraian

Terbuka Semi Terbuka

Tertutup

1. Perizinan V V V

2. Penyusunan rencana pra studi V V V

3. Studi kelayakan V V V

4. Lahan untuk penangkaran V V V

5. Pengadaan bibit monyet ekor panjang V/- V V 6. Persiapan sarana dan prasarana :

- Kandang perangkap untuk pemanenan V - -

- Kandang angkut V- - -

- Kandang kesehatan hewan dan karantina V V V

- Kandang penampungan V - -

- Kandang penyapihan - V V

- Kandang kondisi V V V

- Kandang bebas - V V

- Kandang koloni - V V

- Kandang isolasi V V V

- Kandang individu V V V

- Bangunan utama kandang kondisi V V V

- Bangunan utama kandang keswan V V V

- Ruang pengobatan V V V

- Ruang bedah V V V

- Laburaturium klinik V V V

- Kantor administrasi V V V

- Ruang dokter hewan, paramedis V V V

- Gudang pakan V V V

- Gudang umum V V V


(38)

- Listrik/generator V V V

- Sarana telekomunikasi V V V

- Blower - - V

- Alat kantor V V V

- Pagar keliling - V V

- Pos jaga - - -

- Sarana Traspotasi V - V

7. Pemeliharaan di penangkaran:

- Kebersihan kandang - V V

- Pemberian pakan dan minum V/- V V

- Pengamatan fisik dan kesehatan - V V

- Penimbangan berat badan - V V

- Uji tuberkulinasi - V V

- Pemberian vitamin dan mineral - V V

- Pemeriksaan feses - V V

- Pengamatan fisik dan siklus birahi - V V

- Screening test terhadap salmonella - - V

- Tatto - V V

- Aklimasi ± 72 jam - - V

- Prophylaxis treatment parasit - - V

- Data pengamatan harian - V V

8. Pemeliharaan setelah pemanenan (kdg karantina 2-3 bulan sebelum di eksport):

- Kebersihan kandang V V V

- Pemberian pakan dan minum V V V

- Pengamatan fisik dan kesehatan V V V

- Penimbangan berat badan V V V


(39)

2

25 5

- Pemberian vitamin dan mineral V V V

- Pemeriksaan feses V V V

- Pemberian anthelmintica V V V

- Uji klinis terhadap B-virus V V V

- Pemberian anti stres V V V

- Data pengamatan harian V V V

- Test darah V V V

Penangkaran Sistem Terbuka

Penangkaran sistem terbuka merupakan suatu usaha yang dimulai dari tahap kegiatan inventarisasi populasi, mengetahui jenis satwa yang ada baik sebagai predator monyet ekor panjang di alam. Jika dalam areal usaha telah terdapat populasi, maka tidak diperlukan penyediaan bibit secara khusus. Artinya induk monyet ekor panjang yang digunakan sepenuhnya tergantung pada kondisi populasi di alam tersebut. Namun jika dalam areal usaha tersebut belum ada populasi monyet ekor panjang atau dirasa kurang memenuhi, maka induk sebagai bibit hanya diperlukan pada awal pengusahaan saja, kemudian luas areal yang diperlukan untuk usaha penangkaran dengan sistem terbuka ± 2500 ha.

Kegiatan inventarisasi populasi pada penangkaran sistem terbuka dimaksudkan untuk menduga kepadatan, komposisi umur dan jenis kelamin serta pola penyebarannya.

Didalam pemeliharaannya tidak dikelola seperti pada penangkaran dengan sistem semi terbuka dan tertutup. Satwa dibiarkan mencari makan dan minum sendiri, sewaktu-waktu diberikan makanan tambahan agar supaya memudahkan untuk penangkapan (pemanenan).

Hasil yang didapat dari penjualan setiap ekornya lebih rendah dibandingkan dengan penangkaran semi terbuka dan tertutup. Biaya operasional lebih rendah dibandingkan dari ke 2 (dua) sistem penangkaran (sistem semi terbuka dan sistem tertutup)


(40)

Penangkaran Sistem Semi Terbuka

Pada penangkaran sistem semi terbuka memerlukan lahan yang tidak begitu luas (± 4 ha), penyediaan bibit untuk induk yang disesuaikan dengan kondisi tempat penangkaran, penyediaan induk memperhatikan jenis kelamin (sex ratio), umur dan kondisi kesehatan monyet ekor panjang.

Pemeliharaan dengan sistem semi terbuka, monyet ekor panjang tergantung oleh manusia, sehingga makan, minum, pengontrolan kesehatan kebersihan lingkungan dan lain-liannya dikelola dengan baik.

Hasil yang didapat dari penjualan setiap ekornya lebih tinggi dibandingkan dengan penangkaran terbuka. Biaya operasional lebih tinggi dibandingkan dari sistem penangkaran terbuka.

Penangkaran Sistem Tertutup

Pada penangkaran dengan sistem tertutup memerlukan lahan tidak luas (± 1 ha) pengadaan bibit dan pengelolaannya pada sistem ini tidak jauh berbeda dengan penangkaran semi terbuka. Namun ada hal-hal yang sangat berbeda yaitu mengenai tingkat kebersihan dan kesehatannya baik manusia yang menanganinya maupun kebersihan satwanya, hal ini untuk menghindari penularan penyakit (monyet dengan monyet atau manusia dengan monyet) yang sangat cepat karena berada dalam ruangan yang tertutup.

Hasil yang didapat dari penjualan setiap ekornya lebih tinggi dibandingkan dengan penangkaran terbuka dan semi terbuka. Namun biaya operasionalnya lebih tinggi dibandingkan dari kedua sistem penangkaran.

Dasar Legalitas, Persyaratan dan Tahapan Kegiatan di Masing-Masing Sistem Penangkaran


(41)

2

27 7

1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

2. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 Tentang Pemanfaatan Jenis dan Satwa Liar

3. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 26/kpts-11/94 Tentang Pemanfaatan Kera Ekor Panjang, Beruk Dan Ikan Arowana Untuk Keperluan Exspport

Persyaratan Administratif Penangkaran 1. Akta Notaris Perusahaan

2. SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan) 3. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) 4. SITU (Surat Ijin Tempat Usaha)

5. HO (Surat Kesehatan) Dari Dinas Kesehatan Hewan 6. Proposal Penangkaran

7. BAP (Berita Acara Pemeriksaan)

8. Rekomendasi dari Balai KSDA setempat

Kegiatan di Masing-masing Penangkaran

1. Penangkaran dengan sistem terbuka a. Perizinan

Sebagaimana layaknya usaha di bidang lain, maka usaha penangkaran monyet ekor panjang perlu dilengkapi dengan perizinan. Berdasarkan SK Dirjen PHPA No. 07/Kpts/DJ-VI/1988, penanam modal dalam bidang usaha penangkaran satwaliar harus mengajukan permohonan penangkaran kepada


(42)

Dirjen PHPA dengan tembusan kepada Kepala Kanwil Kehutanan dan Kepala Balai/Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Dalam permohonan ini Tempat Usaha) yang dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan serta Berita Acara Pemeriksaan Persiapan Teknis Penangkaran. Berita Acara ini dibuat dilampirkan SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan) dan SITU (Surat Ijin oleh Kanwil dan BKSDA/SBKSDA.

Berdasarkan lampiran yang ada, maka Kanwil Kehutanan mengeluarkan rekomendasi yang kemudian ditujukan kepada Dirjen PHPA. Selanjutnya, Dirjen PHPA mengeluarkan surat ijin usaha penangkaran yang berlaku maksimum selama 10 tahun. Surat ijin usaha penangkaran ini dapat diperpanjang kembali setelah masa berlakunya habis.

b. Studi kelayakan

Sebelum dikeluarkan surat ijin untuk usaha penangkaran monyet ekor panjang dengan sistem terbuka maka perlu dilakukan studi kelayakan oleh BKSDA, yang meninjau langsung ke lapangan untuk mengetahui situasi dan kondisi di alam apakah usaha penangkaran tidak mengganggu satwa yang ada dilokasi dan layak untuk dipakai sebagai penangkaran monyet ekor panjang.

c. Persiapan lahan/Lokasi

Lokasi untuk penangkaran dengan sistem terbuka memerlukan lahan yang luas berupa pulau yang sudah ada satwanya. Pada lokasi tersebut sudah tersedia jenis pohon yang dapat menghasilkan pakan sudah tesedia baik berupa bunga, buah maupun daunnya, tidak ada predator dan lahan pulau tersebut dikelilingi batas alam berupa air, sehingga monyet ekor panjang tidak bisa keluar dari lokasi penangkaran.

Penggunaan lahan/pulau ini menggunakan hak guna usaha atau bekerja sama dengan Dinas Kehutanan setempat yang ditentukan jangka waktunya.


(43)

2

29 9

Apabila batas waktu yang ditentukan sudah habis maka dapat diperpanjang kembali.

d. Persiapan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang memadai merupakan salah satu prasyarat yang dapat mendukung keberhasilan usaha penangkaran monyet ekor panjang. Dalam usaha penangkaran monyet ekor panjang dengan sistem terbuka, jenis sarana dan prasarana yang perlu dipersiapkan relatif berbeda dengan sistem penangkaran semi terbuka maupun tertutup. Sarana dan prasarana yang diperlukannya meliputi: untuk perkandangan, perkantoran dan transportasi. Perkandangan yang diperlukan terdiri atas: kandang perangkap untuk pemanenan, kandang kondisi, kandang koloni dan kandang kesehatan hewan.

1). Kandang perangkap untuk pemanenan.

Kandang ini ditempatkan di lokasi atau tempat-tempat yang diketahui memiliki potensi populasi monyet ekor panjang yang tinggi. Kandang perangkap digunakan untuk memerangkap monyet ekor panjang yang akan dipanen.

Berdasarkan bagian-bagian bangunannya, kandang perangkap terdiri atas bagian atap dan bagian ruang perangkap. Atap kandang perangkap dapat dibuat dari bahan berupa ijuk/rumbia ataupun seng. Pondasi kandang dibuat permanen dari bahan batu bata merah. Rangka tiang bangunan dapat dibuat dari balok kayu berukuran 12 x 7 cm atau pipa besi berdiameter 2,5 inci, sedangkan rangka bagian atap dibuat dari balok kayu berukuran 5 x 7 cm. Semua dinding bangunan kandang perangkap ini dibuat dari kawat ram. Lantai kandang berasal dari tanah yang diratakan.

1m Pintu 1m 1m 1m 3m Pintu Pintu 3m 3m


(44)

1m

5m 3m 1m 3m 5m

2m 2m d 2m a c 3m b 2m

Keterangan :

a, b dan c = tempat ransum

d = tempat minum

Gambar 2. Bentuk kandang perangkap tipe labirin

Pemanenan individu monyet ekor panjang yang terperangkap dilakukan secara selektif, yakni hanya dipilih individu yang tergolong berumur anak (1,5 – 3 tahun) . Sedangkan individu yang termasuk dalam kelas umur lainnya dilepaskan kembali. Penangkapan dapat dilakukan dengan menggunakan jaring penangkap ataupun secara langsung dengan tangan. Penangkapan dengan jaring penangkap terutama ditujukan pada individu-individu yang agresif. Sebelum melakukan penangkapan, semua individu jantan maupun betina dewasa yang menjadi pemimpin terlebih dahulu dikeluarkan dari kandang perangkap. Target hasil tangkapan dari setiap kandang perangkap adalah 20 ekor per periode tangkapan.

Monyet yang terpilih (dipanen) selanjutnya dimasukkan ke dalam kandang angkut untuk di bawa ke tempat kandang kondisi dan penampungan. Setiap kandang angkut berukuran panjang 200 cm, lebar 50 cm dan tinggi 60 cm; terbagi dalam sel-sel berukuran 40 cm x 50 cm x 60 cm. Setiap sel pada kandang angkut dapat diisi 2-3 ekor monyet. Hal ini berarti satu kandang angkut dapat memuat 10-15 ekor.


(45)

3

31 1

Kandang kondisi digunakan untuk mengkondisikan monyet ekor panjang yang baru tiba dari lokasi penangkapan. Dalam kandang ini monyet ekor panjang dikondisikan dengan kehidupan di lokasi yang baru. Pengkondisian ini dimaksudkan agar perilaku agonistik dari setiap individu monyet ekor panjang berkurang serta dapat bersosialisasi dengan individu lainnya.

Kandang kondisi dibuat dari jeruji besi dengan alasnya dapat ditarik agar mudah dalam membersihkan kotoran monyet ekor panjang. Kandang ini berukuran panjang 2 m, lebar 2 m dan tinggi 1 m. Kandang ini dibagi 8 sel, masing-masing sel berukuran 1 m x 1 m x 0,5 m. Kapasitas setiap kandang adalah 8 ekor.

Kandang ditempatkan dalam bangunan tertutup, dengan luas 60 m2 (6 m x 10 m). Setiap bangunan ini dapat menampung 15 kandang kondisi. Hal ini berarti dalam setiap bangunan dapat menampung sebanyak 120 ekor. Proses pengkondisian ber-langsung selama 2 bulan (Hadiyati, 1994).

3). Kandang kesehatan hewan dan karantina.

Kandang kesehatan hewan ditempatkan dalam ruang bangunan tertutup, berukuran 12 m x 9 m yang berguna untuk pemeriksaan kesehatan monyet ekor panjang sebelum dilakukan ekspor. Seluruh lantai bangunan terbuat dari keramik berwarna putih. Atap bangunan hampir seluruhnya berupa genting, namun pada ruang karantina 40% atapnya tersusun dari genting kaca sehingga sinar matahari dapat langsung mencapai lantai bangunan ataupun mengenai individu monyet ekor panjang. Daya tampung bangunan ini adalah 50 ekor. Sketsa bangunan untuk menempatkan kandang kesehatan/karantina seperti pada Gambar di bawah ini E 3m C 3m B D 3m


(46)

A 0,6 m

4m 8m 0,5m

Keterangan :

A = ruang administrasi B = ruang pemeriksaan/klinik C = ruang patologi

D = ruang karantina monyet sehat E = ruang karantina monyet sakit

Gambar 3. Ukuran bangunan untuk kandang kesehatan hewan dan karantina 4). Kandang penampungan.

Kandang ini digunakan untuk menampung monyet ekor panjang yang telah menjalani semua uji kesehatan dan siap untuk diekspor. Kandang penampungan ini dibuat dengan ukuran 6 m x 5 m x 2,5 m. Lantai kandang berupa plester dengan atap dari seng ataupun rumbia. Di dalam kandang disediakan kotak-kotak kamar untuk tempat monyet tidur atau beristirahat, serta bambu atau sarana lain sebagai pengganti fungsi dahan-dahan pohon di alam untuk memenuhi kebutuhan monyet sebagai tempat bermain. Setiap kandang penampungan ini dapat menampung sebanyak 75 ekor.

e. Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan serangkaian kegiatan yang mencakup tindakan pem-berian makan dan minum, perawatan kesehatan yang mencakup pempem-berian obat, vitamin dan hormon; serta menjaga kebersihan lingkungan dalam kandang dan sekitarnya. Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan semenjak individu monyet ekor panjang dimasukkan ke dalam kandang kondisi, kandang karantina maupun kandang penampungan sampai dilakukan ekspor.

Kegiatan yang dilakukan dalam rangka perawatan kesehatan hewan mencakup tindakan sebagai berikut :

1). Pengamatan fisik dan kesehatan 2). Penimbangan berat badan


(47)

3

33 3

3). Uji tuberkulinasi

4). Pemberian vitamin dan mineral yang dicampurkan ke dalam air minum 5). Pemeriksaan feses terhadap parasit cacing dan bakteri

6). Pemberian anthelmintica 7). Uji klinis terhadap B-virus

Selain tindakan tersebut, untuk mencegah berjangkitnya penyakit kulit pada individu monyet ekor panjang maka monyet-monyet tersebut dimandikan (deeping). Diusaha-kan seminimal mungkin terjadi kontak dengan manusia untuk mencegah saling tertular penyakit. Tenaga pelaksana pemeliharaan monyet ekor panjang harus benar-benar sehat atau tidak berpenyakit yang berbahaya. Individu-individu monyet ekor panjang juga perlu dijaga agar tidak mengalami stress, tertekan ataupun gelisah.

Monyet-monyet yang telah dimasukkan dalam kandang perlu diberi makan dan minum setiap hari. Pemberian makan dan minum dilakukan sebanyak 3 kali setiap hari, yakni pada periode pagi hari (antara 06.00-07.00), siang hari (antara 11.00-12.00) dan sore hari (antara 15.00-16.00). Makanan yang diberikan dapat berupa makanan alami maupun makanan buatan. Menurut Hadiyati (1994), Makanan buatan untuk monyet ekor panjang terbuat dari campuran antara skim, tepung, jagung, polar dan minyak sayur dengan komposisi tertentu. Makanan buatan ini sering dikenal dengan istilah “extruder” atau “monkey cow”. Makanan alami bagi monyet ekor panjang dapat berupa biji-bijian, buah-buahan, umbi-umbian ataupun sayuran seperti : jagung, pisang, pepaya, ubi jalar, singkong, kentang, wortel maupun kol. Jumlah kebutuhan pakan bagi monyet ekor panjang adalah 4% dari bobot badan.

Untuk menjaga kesehatan dalam kandang koloni, maka dilakukan tindakan pembersihan lantai dari sisa-sisa makanan serta kotoran-kotoran lainnya dan sanitasi lingkungan. Seorang pekerja dapat menangani sebanyak 5 kandang koloni/penampungan atau dengan jumlah populasi monyet ekor panjang sebanyak 90 ekor (Hadinoto, 1993).


(48)

Gambar 4. Pemeliharaan di penangkaran terbuka (pemberian makan tambahan) f. Pemanenan

Pemanenan populasi monyet ekor panjang di penangkaran terbuka dilakukan sebanyak 3 kali setiap tahun atau 4 bulan sekali. Hal ini berkaitan dengan proses pengkondisian individu-individu monyet ekor panjang sebelum diekspor yang memakan waktu selama ± 2 bulan.

Dengan menggunakan frekuensi pemanenan sebanyak tiga kali setiap tahun, maka pemanenan dilakukan setiap periode 4 bulan sekali, 1 kali penangkapan 200 – 250 ekor. Hal ini dilakukan guna menjaga kelestarian populasi di tempat penangkaran.

g. Eksport

Eksport merupakan salah satu tujuan dari penyelenggaraan usaha penangkaran monyet ekor panjang. Untuk dapat melakukan kegiatan eksport


(49)

3

35 5

monyet ekor panjang ke luar negeri, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengusaha. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah sebagai berikut::

1). Adanya surat pengakuan sebagai eksportir satwaliar dari Departemen Kehutanan c.q. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA)

2). Memenuhi persyaratan dari IATA, terutama dalam hal ukuran kandang 3). Lolos pengecekan dari Dinas Peternakan Pusat (terutama bila dari dan

menuju daerah rabies)

4). Adanya pengakuan sebagai karantina sementara dari karantina Departemen Pertanian

5). Lolos pengecekan di pabean

Individu monyet ekor panjang yang dieksport harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh pembeli (importir). Persyaratan yang ditentukan ini tidak sama untuk setiap negara importir. Persyaratan tersebut antara lain umur 2 - 4 tahun dengan bobot badan minimal 2,2 kg dan bebas dari B-virus. Peluang eksport monyet ekor panjang berjenis kelamin jantan sama dengan betina (Hadiyati, 1994). Transaksi eksport monyet ekor panjang umumnya dilakukan dalam US dollar. Harga jual setiap individu monyet ekor panjang di tempat penangkaran berkisar antara US$AS 700 hingga US$AS 2500

h. Tenaga kerja

Tenaga kerja di PT. PRESTASI FAUNA NUSANTARA yang dibutuhkan penangkaran terbuka adalah sebanyak 10 orang yang terdiri dari 2 orang dokter hewan, 1 orang asisten dokter (paramedis) dan 7 orang tenaga di lapangan dan administrasi.

K


(50)

Gambar 5. Struktur Organisasi PT. PRESTASI FAUNA NUSANTARA

Penangkaran Dengan Sistem Semi Terbuka Perizinan Usaha Penangkaran Dengan Sistem Semi Terbuka

Berdasarkan SK Dirjen PHPA No. 07/Kpts/DJ-VI/1988 tentang Penangkaran Satwaliar dan Tumbuhan Alam, maka untuk memperoleh izin usaha penangkaran monyet ekor panjang adalah sebagai berikut :

1. Pengajuan permohonan ke Dirjen PHPA dengan tembusan ke Kakanwil Kehutanan Propinsi dan BKSDA, dengan melampirkan SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dan SITU (Surat Izin Tempat Usaha) dari Departemen Perdagangan dan Berita Acara Pemeriksaan Persiapan Teknis Penangkaran.

2. Pemeriksaan oleh Kanwil Kehutanan dan BKSDA Propinsi Dati I

3. Berdasarkan lampiran, maka dikeluarkan rekomendasi penangkaran dari Kanwil Kehutanan ke Dirjen PHPA

4. Dirjen PHPA mengeluarkan izin usaha penangkaran yang berlaku selama maksimum 10 tahun dan dapat diperpanjang setelah habis masa berlaku.

D

DIIRREEKKTTUURR

B

BAAGGIIAANN A

ADDMMIINNIISSTTRRAASSII

B

BAAGGIIAANNKKAARRAANNTTIINNAA

D

DAANNLLAABBOORRAATTOORRIIUUMM

B

BAAGGIIAANNPPEENNGGAADDAAAANN B

BIIBBIITTDDAANN P

PEEMMEELLIIHHAARRAA

B

BAAGGIIAANN E


(51)

3

37 7

Diduga untuk perizinan penangkaran baik sistem terbuka, semi terbuka dan tertutup sama. Karena sejauh ini belum ada perizinan yang khusus untuk setiap tipe penangkaran.

Studi Kelayakan

Studi kelayakan tempat-tempat penangkaran semi terbuka dilakukan oleh BKSDA sebelum dikeluarkan ijin usaha penangkaran dilaksanakan dengan peninjauan langsung ke lapangan untuk mengetahui situasi dan kondisi apakah usaha penangkaran layak untuk dijalankan. Hal-hal yang diperhatikan di dalam studi kelayakan antara lain: kondisi tempat penangkaran (lokasi) dengan masyarakat sekitar, tempat pembuangan limbah, kondisi kandang yang ada, jumlah karyawan dan sebagainya.

Persiapan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana diperlukan untuk mendukung usaha penangkaran agar dapat berjalan dengan efisien dan efektif. Sebelum mendirikan usaha penangkaran monyet ekor panjang, pengusaha harus mempertimbangkan beberapa besar daya dukung di lokasi yang telah ditetapkan. Biasanya nilai daya dukung ditentukan oleh kondisi potensi makanan dan ruang (Alikodra, 1990).

Untuk penangkaran dengan sistem semi terbuka yang menjadi pembatas adalah ruang (luas kandang). Dengan demikian salah satu sarana yang penting adalah perkandangan. Menurut Sajuthi (1983), berdasarkan fungsinya kandang yang diperlukan dalam penangkaran monyet ekor panjang dengan sistem semi terbuka dapat diklasifikasikan kedalam empat bagian, yakni :

1. Kandang kondisi, adalah kandang yang digunakan untuk mengkondisikan monyet ekor panjang yang baru tiba dari kolektor atau tempat penangkapan, atau menjadi tempat sementara bagi anak-anak monyet ekor panjang yang baru disapih. Di kandang ini monyet mulai dikondisikan dengan kehidupan di lokasi baru dan mulai dibentuk kelompok-kelompok untuk mengurangi perilaku agonistik bila


(52)

ditempatkan dalam kandang koloni. Lama proses pengkondisian biasanya sekitar dua bulan.

2. Kandang karantina, merupakan kandang yang digunakan untuk memisahkan monyet-monyet yang sakit, luka, stress dan lain-lain sehingga belum atau tidak siap untuk dimasukkan ke dalam kandang koloni atau kandang bebas.

3. Kandang bebas, digunakan untuk anak-anak monyet ekor panjang yang sudah disapih sebelum mereka diekspor atau dijadikan bibit induk yang baru.

4. Kandang koloni, digunakan untuk monyet ekor panjang yang sudah dewasa, matang seksual dan berdaya reproduksi tinggi sehingga diharapkan dapat menghasilkan anak dengan kualitas yang baik dan dalam waktu yang relatif singkat

Berdasarkan klasifikasi sistem kandang yang dilakukan oleh Sayuthi (1983), kandang koloni dan kandang bebas menggunakan sistem terbuka (kandang berhubungan dengan udara bebas). Kedua jenis kandang ini diletakkan tidak berjauhan agar anak monyet dalam kandang bebas dapat mencontoh perilaku monyet dewasa dalam kandang koloni. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kemungkinan hilangnya perilaku monyet yang alami.

Sedangkan kandang kondisi dan kandang karantina terbuat dari jeruji besi atau

stainless steel dan alasnya dapat ditarik agar mudah untuk membersihkan kotoran monyet, ukuran kandang 2 x 1 x 2 m. (kandang-kandang ditempatkan dalam bangunan tertutup). Untuk bangunan seluas 60 m² berbentuk persegi panjang (10 x 6 m) dapat menampung 15 kandang. Dengan demikian dapat menampung 120 ekor monyet. Agar lebih menunjang fungsi kedua kandang tersebut, sebaiknya kandang karantina ditempatkan agak jauh dari kandang-kandang yang lain tapi dekat dengan laboratorium.

Untuk menghemat biaya dan efisiensi kandang, pembangunan kandang kondisi sebanyak 0,5 dari jumlah induk yang akan dimasukkan, karena proses pengkondisian hanya memakan waktu sekitar 2 bulan. Sedang kandang karantina dibangun sebanyak 20% dari jumlah kandang koloni.


(53)

3

39 9

Kandang koloni berukuran 6 x 5 x 2,5 m.(18 ekor) dan kandang bebas berukuran 5 x 4 x 2,5 m. (50 ekor), terbuat dari kawat harmoni dengan lantai diplaster/keramik dan sebagian atap diberi naungan dengan asbes. Di dalam kandang disediakan kotak-kotak atau papan untuk tempat istirahat/tidur serta bambu dan tong plastik atau sarana lainnya untuk memenuhi kebutuhan monyet sebagai satwa arboreal (Hadinoto, 1993)

Gambar 6. Kandang Kolonipada penangkaran semi terbuka Persiapan Bibit Monyet

Sumber bibit monyet ekor panjang yang pertama kali diperoleh pengusaha dengan cara membeli dari kolektor yang telah mendapatkan izin dari Kakanwil Kehutanan setempat. Sedangkan harga bibit monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) Rp. 150.000 per ekor (tergantung dari jarak pengiriman). Penunjukkan lokasi penangkapan oleh kolektor biasanya atas saran dari Kanwil atau BKSDA setempat dengan prioritas di daerah-daerah yang banyak gangguan monyet ekor panjang.


(1)

STUDI BIAYA DAN PENDAPATAN PENANGKARAN

MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis Raffles)

DENGAN SISTEM TERBUKA, SEMI TERBUKA DAN

TERTUTUP

SUGENG PARYADI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi pada

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan Sub Program Studi Konservasi Biodiversitas

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(2)

©

Hak cipta milik Sugeng Paryadi, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam Bentuk apa pun, baik cetak, fotocopy, microfilm, dan sebagainya


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1967 di Desa Bugisan , Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Merupakan anak kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak Pujo Suwiryo dan Ibu Asih. Pada tahun 1980 menamatkan Pendidikan Sekolah Dasar Negeri Bugisan, Prambanan, tahun 1983 menamatkan Pendidikan Menengah Pertama di SMP Islam Prambanan, Tahun 1987 menamatkan Pendidikan Menengah Atas di SPbMA MM 52 Yogyakarta. Tahun 2001 menamatkan Pendidikan S1 pada Sekolah Tinggi Pertanian di Bandung dengan jurusan Teknologi Pangan.

Sejak tahun 1989 sampai sekarang bekerja di PPPG (Pusat Pengembangan Penataran Guru) Pertanian Cianjur. Pada tahun 1993 – 1994 mengikuti training pertanian di Kannami Cho Japan. Tahun 2004 diterima sebagai mahasiswa S2 Sekolah Pascasarjana – IPB pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan (IPK) Sub Program Studi Konservasi Biodiversitas.

Beristri Sa’dia Bin Tarsijan Taa dan dikaruniai tiga orang putra, yaitu : Rizky Aulia, Ahmad Nur Saputra dan Ahmad Rafli Nadwan. Alamat tempat tinggal di Perumahan Taman Puri Lestari Blok A3/3. Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat


(4)

PRAKATA

Puji dan Syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat hidayah, karunia, dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh selama pengambilan data di lapangan serta analisis hasilnya.

Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi dari Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tesis dengan judul

“Studi Biaya dan Pendapatan Penangkaran Monyet Ekor Panjang (Macaca

fascicularis Raffles) Dengan Sistem Terbuka, Semi Terbuka dan Tertutup”

ini dapat terselesaikan dibawah tim komisi pembimbing yang diketuai oleh Bapak Dr. Ir. H. Yanto Santosa, DEA. dengan anggota Bapak Ir. Jojo Ontarjo, MM. Untuk itu ucapan terimakasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada komisi pembimbing, karena tanpa arahan dan masukan yang diberikan selama penelitian dan penulisan, maka sulit dibayangkan tesis ini dapat selesai dengan baik. Ucapan terima kasih juga penilis sampaikan kepada Bapak Ir. H. Pamuji, MM. selaku dosen penguji luar komisi.

Berbagai pihak telah memberikan kontribusinya secara langsung maupun tidak langsung bagi penyelesaian dan penyempurnaannya. Namun disadari bahwa tesis ini masih belum sempurna, baik dalam sistematika maupun teknik-teknik analisis dan interpretasi data yang mungkin terjadi sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada: (1) Yth. Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kejuruan yang telah memberikan sponsor beasiswa dalam penyelenggaraan pendidikan Program Magister Profesi di Institut Pertanian Bogor, (2) Bapak Ir. Giri Suryatmana, Kepala Pusat Pengembangan Penataran Guru Pertanian Cianjur yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti program pendidikan di Institut Pertanian Bogor, (3) Yth. Rektor, Dekan Sekolah Pascasarjana, Ketua Sub Program Studi Konservasi Biodiversitas dan seluruh civitas akademika IPB, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan S2 di Institut Pertanian Bogor, (4) Yth. Ketua Apperi Bapak Achmat, SH., Prof. drh. Dondin Sajuthi, MST, PhD., Dr. Drh. Joko


(5)

Direktur CV. New Inquantex beserta karyawan, drh. I Nengah Budiarta selaku Direktur CV. Wanara Satwa Loka beserta karyawan yang telah memberikan izin dan motivasi kepada penulis untuk mengikuti penelitian program pendidikan di Institut Pertanian Bogor, (5) Seluruh keluarga (Bapak Pujo Suwiryo beserta Ibu) yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik secara materiil maupun spirituil, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini tanpa hambatan suatu apapun.

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang besar penulis sampaikan kepada rekan-rekan satu kelas S2 Profesi Konservasi Biodiversitas Angkatan Pertama atas dukungan dan kerjasamanya, karena berkat dukungan dan kerjasama dari rekan-rekan studi S2 ini dapat penulis jalani dengan baik. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada istri (Sa’dia) dan anak-anak kami (Rizky Aulia, Ahmad Nur Saputra dan Ahmad Rafli Nadwan) atas kasih dan dukungannya selama penulis menjalani studi, sehingga mengurangi hari- hari kebersamaan kita. Tanpa pengertian dan dukungan dari istri dan anak-anak tercinta mustahil pendidikan ini dapat terselesaikan dengan baik. Selain itu tesis ini dapat terselesaikan juga atas dukungan dan dorongan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya.

Akhirnya apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dalam tesis ini, maka hanya penulis yang bertanggungjawab. Kiranya Allah SWT sendiri yang memberi balasan kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dan ankhir kata Semoga tesis ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, April 2006

Penulis, n


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI .. ... ii

HAK CIPTA .. ... iii

ABSTRACT... iv

RIWAYAT HIDUP ... ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Permasalahan .. ... 2

Kerangka Pemikiran .. ... 4

Tujuan... 5

Manfaat ... 5

Hipotesis … ... 5

TINJAUAN PUSTAKA... 6

Bio-Ekologi Monyet Ekor Panjang ... 6

Taksonomi ... 6

Morfologi dan Anatomi... 7

Reproduksi ... 8

Habitat dan Penyebaran... 9

Pakan ... 10

Perilaku... 12

Struktur Umur .. ... 14

METODE PENELITIAN... 15

Lokasi penelitian ... 15

Alat dan Bahan ... 15

Jenis Data yang Dikumpulkan... 15

Metode Pengumpulan Data... 16

Metode Analisis Data ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

Mekanisme Penangkaran Monyet Ekor Panjang .. ... 20

Prinsip dari ke 3 Sistem Penangkaran Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)... 23