Jangka reproduksi pada wanita di Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat

JANGKA REPRODUKSI WANITA DI KABUPATEN BANDUNG
PROPINSI JAWA BARAT

SEKARWATI SUKMANINGRASA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Jangka Reproduksi Wanita Di
Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yag berasal karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam tesis dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian
akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2009


Sekarwati Sukmaningrasa
NIM: G.35207034

ABSTRACT

SEKARWATI SUKMANINGRASA The Expect Reproduction at Woman in Bandung
Regency West Java Province. Supervised by BAMBANG SURYOBROTO and DEDY
DURYADI SOLIHIN.
The women have attention to change of their body either physically and
psychologically. Menopause is a moment women in life which th body produces less
estrogen, progesterone and they have stop periode menstruation for 1 years. The common
symptoms of menopause were high blood pressure, osteoporosis, the dried vagina, hot
flasus and the dried skin. Psychologically menopause leads to less sexual libido,
depression and unstable emotion. The menopause is happed any time and different from
one woman to another. The objective research was find out the average menopause age in
Bandung Regency. The statistical methods employed in this research were horizontal
method, status quo method and memory method. The research population were women
who did not use the family planning contraception to find the natural age of women
menopause. Sample the research was 1.070 women aged from 39 to 63 years. The women

population (without contraception) were 668 women, 382 were menopause. The sample
young women were counted 160 for average menarche up to date in Bandung Regency.
The menopause status and average age were estimated using the memory and status quo
method. The menopause age was estimated using the cross studies method by Probit
Generalized Linear Models (Prob-GLM). The average age of natural menopause
estimated by probit GLM analysis is 49.53 years and age menarche 12.98 years. The
young women and estimated for menarche 12.71 years. The relationship between
menarche age and menopause showed the expect reproduction in the women 35.55 years.
Keyword: age, expect reproduction, menopause, contraception, estrogen,
menarche, menstruation, probit-GLM.

RINGKASAN

Wanita menurut kodratnya memiliki kemampuan untuk hamil. Kehamilan bisa
terjadi apabila wanita memiliki ovum yang dibuahi oleh sperma. Dalam masa
kehidupannya seorang wanita memiliki waktu yang terbatas untuk melakukan reproduksi.
Kehamilan wanita hanya terjadi di dalam masa jangka reproduksinya. Jangka reproduksi
seorang wanita didapatkan dari usia menopausenya dikurangi dengan usia menarkenya.
Jangka reproduksi yang tersedia pada kehidupan seorang wanita memiliki perbedaan
dengan wanita yang lain. Wanita di dalam jangka reproduksi ovariumnya mampu

menghasilkan ovum, sehingga ovulasi hanya terjadi di dalam jangka reproduksinya.
Ovarium pada wanita dalam usia produktif menghasilkan ovum, estrogen dan
progesteron. Ovum yang dihasilkan oleh folikel de graf di ovarium merupakan indikasi
bahwa wanita ada dalam fase subur. Seorang wanita memiliki kemampuan untuk
menghasilakn telur hanya dalam usia jangka reproduksinya. Ovum pada wanita
dihasilkan pada masa ovulasi, pematangannya dirangsang oleh luteinizing hormone (LH)
dan Follicle stimulating hormone (FSH) yang dibentuk di kelenjar pituitary. Estrogen dan
progesteron merupakan hormon seksual berperan dalam pengaturan perubahan fisik dan
psikologis yang menyertai menstruasi.
Pada saat lahir LH dan FSH kadarnya tinggi di dalam darah, tetapi beberapa bulan
kemudian menurun dan tetap rendah sampai masa pubertas. Pubertas merupakan
peristiwa berdurasi pendek, terjadi beberapa hari atau minggu, yang menandai reaktivasi
sistem syaraf pusat dalam mengatur perkembangan seksual (Bogin 1999). Pada awal
masa pubertas, kadar LH dan FSH meningkat, sehingga merangsang pembentukan
hormon seksual yaitu estrogen dan progesteron. Perubahan pertama kali terjadi pada
masa pubertas tampak menonjonya payudara dengan siklus menstruasi yang pertama
(menarke).
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan
pendarahan dan terjadi secara berulang kecuali pada saat kehamilan. Menarke pertama
kali terjadi pada usia 12 tahun, tetapi bisa juga terjadi menarke dini usia 9 tahun atau

menarke lambat lebih dari 17 tahun. Menstruasi merupakan pertanda masa reproduktif
pada kehidupan wanita, yang dimulai dari menarke sampai terjadi menopause. Pada saat
menopause, ovarium akan berhenti menghasilkan sel telur disertai berkurangnya produksi
hormon estrogen dan progesteron. Menopause sebenarnya dimulai pada akhir masa
reproduktif (sekitar usia 40 tahun) dan berakhir pada masa awal senium (lanjut usia)
memasuki usia 65 tahunan. Dengan demikian ada masa antara tahun repsoduktif akhir
dan menopause awal yang disebut klimaksterium (Sievert 2006). Tidak mendapatkan
menstruasi selama 12 bulan atau 1 tahun menjadi tanda bahwa wanita telah memasuki
masa menopause (Ellen et al. 2001).
Dalam menentukan usia menopause dan usia menarke pada wanita di Kabupaten
Bandung menggunakan metode ingatan dan metode status quo untuk mendapatkan data
usia menoapusnya sehingga jangka reproduksinya dapat dihitung. Metoda ingatan dapat
memberikan informasi data secara jelas dalam bentuk tanggal, bulan atau tahun subyek
waktu terakhir menstruasi. Sedangkan metoda status quo informasi data yang diperoleh

lebih cepat, karena subyek hanya diberikan dua pilihan pertanyaan apakah sudah berhenti
menstruasi atau belum sesuai yang dialami subyek. Subyek penelitian diperoleh dengan
menggunakan metoda horizontal. Analisis data untuk mendapatkan rata-rata usia
menopause, menarke dan jangka reproduksi wanita di Kabupaten Bandung dengan
menggunakan analisis Probit-GLM.

Subyek penelitian berjumlah 1.070 orang, subyek yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi KB baik hormon maupun non hormon didapatkan dari kelas umur 39 sampai
63 berjumlah 668 orang dan yang sudah menopause berjumlah 382 orang.
Apabila kita hubungkan usia menopause dengan usia menarkenya tidak
berkorelasi, sebab dua orang wanita yang menarkenya ketika berusia 12 tahun dapat
bermenopause pada usia 43 tahun dan yang seorang lagi 50 tahun. Berdasarkan hasil
penelitian yang terdapat, rata-rata usia menopause wanita di Kabupaten Bandung pada
tahun 2008 adalah 49.53 tahun, dengan panjang jangka reproduksi wanita tersebut
sepanjang 35.55 tahun, sedangkan usia menarkenya 13.98 tahun yang jatuh pada tahun
1973. Untuk membandingkan usia menarke di tahun 1973 dengan menarke tahun 2008
penulis mengambil sampel wanita muda sebanyak 160 orang dan mendapatkan usia
menarkenya 12.71 tahun.
Pemerintah Kabupaten Bandung harus memperhatikan jangka reproduksi ini
untuk meningkatkan kualitas hidup. Wanita dalam usia reproduktif memerlukan tingkat
kesehatan yang tinggi sehingga dalam usia ini wanita dapat mendidik anaknya secara
maksimal. Sementara itu, selama periode tahun 2003 – 2008 angka harapan hidup di
Kabupaten Bandung cenderung mengalami peningkatan dari 65.40 tahun pada tahun
2003 menjadi 68.42 tahun pada tahun 2008. Hal ini menyebabkan masa pasca-reproduksi
semakin panjang. Estimasi sisa waktu hidup untuk wanita menopause 18.89 tahun.


Kata kunci: umur, menopause, menarke, menstruasi, pubertas, jangka reproduksi,
probit-GLM.

© Hak Cipta Milik IPB tahun 2009
Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber. Pengutipan untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyususnan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah; dan mengutip tidak mengikuti kepentingan yang wajar IPB. Dilarang
mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruhnya karya tulis dalam bentuk
apapun tanpa izin IPB.

JANGKA REPRODUKSI WANITA DI KABUPATEN BANDUNG
PROPINSI JAWA BARAT

SEKARWATI SUKMANINGRASA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada
Departemen Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: DR. dr. Sri Budiarti.

Judul Tesis
Nama
NIM

: Jangka Reproduksi Pada Wanita Di Kabupaten Bandung Propinsi
Jawa Barat.
: Sekarwati Sukmaningrasa.
: G.352070341.

Disetujui

Komisi Pembimbing

DR. Bambang Suryobroto
_____________________
Ketua

DR. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA.
____________________________
Anggota

Diketahui

Ketua Mayor Biosains Hewan

Dekan Sekolah Pascasarjana

DR. Bambang Suryobroto
_____________________

Prof. DR. Ir. Khairil A. Notodiputro, M. S

__________________________________

Tanggal Ujian: 29 Juli 2009

Tanggal Lulus:

Diciptakan Siti Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam A.S.
(Qur’an Surat AN-Nisa: 1)

Karya Ilmiah ini dipersembahkan untuk: Ibu, Ayah, Mertua, Suami , Anakku tercinta
dan MAN 2 Sumedang.

JANGKA REPRODUKSI WANITA DI KABUPATEN BANDUNG
PROPINSI JAWA BARAT

SEKARWATI SUKMANINGRASA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Jangka Reproduksi Wanita Di
Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yag berasal karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam tesis dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian
akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2009

Sekarwati Sukmaningrasa
NIM: G.35207034

ABSTRACT

SEKARWATI SUKMANINGRASA The Expect Reproduction at Woman in Bandung

Regency West Java Province. Supervised by BAMBANG SURYOBROTO and DEDY
DURYADI SOLIHIN.
The women have attention to change of their body either physically and
psychologically. Menopause is a moment women in life which th body produces less
estrogen, progesterone and they have stop periode menstruation for 1 years. The common
symptoms of menopause were high blood pressure, osteoporosis, the dried vagina, hot
flasus and the dried skin. Psychologically menopause leads to less sexual libido,
depression and unstable emotion. The menopause is happed any time and different from
one woman to another. The objective research was find out the average menopause age in
Bandung Regency. The statistical methods employed in this research were horizontal
method, status quo method and memory method. The research population were women
who did not use the family planning contraception to find the natural age of women
menopause. Sample the research was 1.070 women aged from 39 to 63 years. The women
population (without contraception) were 668 women, 382 were menopause. The sample
young women were counted 160 for average menarche up to date in Bandung Regency.
The menopause status and average age were estimated using the memory and status quo
method. The menopause age was estimated using the cross studies method by Probit
Generalized Linear Models (Prob-GLM). The average age of natural menopause
estimated by probit GLM analysis is 49.53 years and age menarche 12.98 years. The
young women and estimated for menarche 12.71 years. The relationship between
menarche age and menopause showed the expect reproduction in the women 35.55 years.
Keyword: age, expect reproduction, menopause, contraception, estrogen,
menarche, menstruation, probit-GLM.

RINGKASAN

Wanita menurut kodratnya memiliki kemampuan untuk hamil. Kehamilan bisa
terjadi apabila wanita memiliki ovum yang dibuahi oleh sperma. Dalam masa
kehidupannya seorang wanita memiliki waktu yang terbatas untuk melakukan reproduksi.
Kehamilan wanita hanya terjadi di dalam masa jangka reproduksinya. Jangka reproduksi
seorang wanita didapatkan dari usia menopausenya dikurangi dengan usia menarkenya.
Jangka reproduksi yang tersedia pada kehidupan seorang wanita memiliki perbedaan
dengan wanita yang lain. Wanita di dalam jangka reproduksi ovariumnya mampu
menghasilkan ovum, sehingga ovulasi hanya terjadi di dalam jangka reproduksinya.
Ovarium pada wanita dalam usia produktif menghasilkan ovum, estrogen dan
progesteron. Ovum yang dihasilkan oleh folikel de graf di ovarium merupakan indikasi
bahwa wanita ada dalam fase subur. Seorang wanita memiliki kemampuan untuk
menghasilakn telur hanya dalam usia jangka reproduksinya. Ovum pada wanita
dihasilkan pada masa ovulasi, pematangannya dirangsang oleh luteinizing hormone (LH)
dan Follicle stimulating hormone (FSH) yang dibentuk di kelenjar pituitary. Estrogen dan
progesteron merupakan hormon seksual berperan dalam pengaturan perubahan fisik dan
psikologis yang menyertai menstruasi.
Pada saat lahir LH dan FSH kadarnya tinggi di dalam darah, tetapi beberapa bulan
kemudian menurun dan tetap rendah sampai masa pubertas. Pubertas merupakan
peristiwa berdurasi pendek, terjadi beberapa hari atau minggu, yang menandai reaktivasi
sistem syaraf pusat dalam mengatur perkembangan seksual (Bogin 1999). Pada awal
masa pubertas, kadar LH dan FSH meningkat, sehingga merangsang pembentukan
hormon seksual yaitu estrogen dan progesteron. Perubahan pertama kali terjadi pada
masa pubertas tampak menonjonya payudara dengan siklus menstruasi yang pertama
(menarke).
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan
pendarahan dan terjadi secara berulang kecuali pada saat kehamilan. Menarke pertama
kali terjadi pada usia 12 tahun, tetapi bisa juga terjadi menarke dini usia 9 tahun atau
menarke lambat lebih dari 17 tahun. Menstruasi merupakan pertanda masa reproduktif
pada kehidupan wanita, yang dimulai dari menarke sampai terjadi menopause. Pada saat
menopause, ovarium akan berhenti menghasilkan sel telur disertai berkurangnya produksi
hormon estrogen dan progesteron. Menopause sebenarnya dimulai pada akhir masa
reproduktif (sekitar usia 40 tahun) dan berakhir pada masa awal senium (lanjut usia)
memasuki usia 65 tahunan. Dengan demikian ada masa antara tahun repsoduktif akhir
dan menopause awal yang disebut klimaksterium (Sievert 2006). Tidak mendapatkan
menstruasi selama 12 bulan atau 1 tahun menjadi tanda bahwa wanita telah memasuki
masa menopause (Ellen et al. 2001).
Dalam menentukan usia menopause dan usia menarke pada wanita di Kabupaten
Bandung menggunakan metode ingatan dan metode status quo untuk mendapatkan data
usia menoapusnya sehingga jangka reproduksinya dapat dihitung. Metoda ingatan dapat
memberikan informasi data secara jelas dalam bentuk tanggal, bulan atau tahun subyek
waktu terakhir menstruasi. Sedangkan metoda status quo informasi data yang diperoleh

lebih cepat, karena subyek hanya diberikan dua pilihan pertanyaan apakah sudah berhenti
menstruasi atau belum sesuai yang dialami subyek. Subyek penelitian diperoleh dengan
menggunakan metoda horizontal. Analisis data untuk mendapatkan rata-rata usia
menopause, menarke dan jangka reproduksi wanita di Kabupaten Bandung dengan
menggunakan analisis Probit-GLM.
Subyek penelitian berjumlah 1.070 orang, subyek yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi KB baik hormon maupun non hormon didapatkan dari kelas umur 39 sampai
63 berjumlah 668 orang dan yang sudah menopause berjumlah 382 orang.
Apabila kita hubungkan usia menopause dengan usia menarkenya tidak
berkorelasi, sebab dua orang wanita yang menarkenya ketika berusia 12 tahun dapat
bermenopause pada usia 43 tahun dan yang seorang lagi 50 tahun. Berdasarkan hasil
penelitian yang terdapat, rata-rata usia menopause wanita di Kabupaten Bandung pada
tahun 2008 adalah 49.53 tahun, dengan panjang jangka reproduksi wanita tersebut
sepanjang 35.55 tahun, sedangkan usia menarkenya 13.98 tahun yang jatuh pada tahun
1973. Untuk membandingkan usia menarke di tahun 1973 dengan menarke tahun 2008
penulis mengambil sampel wanita muda sebanyak 160 orang dan mendapatkan usia
menarkenya 12.71 tahun.
Pemerintah Kabupaten Bandung harus memperhatikan jangka reproduksi ini
untuk meningkatkan kualitas hidup. Wanita dalam usia reproduktif memerlukan tingkat
kesehatan yang tinggi sehingga dalam usia ini wanita dapat mendidik anaknya secara
maksimal. Sementara itu, selama periode tahun 2003 – 2008 angka harapan hidup di
Kabupaten Bandung cenderung mengalami peningkatan dari 65.40 tahun pada tahun
2003 menjadi 68.42 tahun pada tahun 2008. Hal ini menyebabkan masa pasca-reproduksi
semakin panjang. Estimasi sisa waktu hidup untuk wanita menopause 18.89 tahun.

Kata kunci: umur, menopause, menarke, menstruasi, pubertas, jangka reproduksi,
probit-GLM.

© Hak Cipta Milik IPB tahun 2009
Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber. Pengutipan untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyususnan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah; dan mengutip tidak mengikuti kepentingan yang wajar IPB. Dilarang
mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruhnya karya tulis dalam bentuk
apapun tanpa izin IPB.

JANGKA REPRODUKSI WANITA DI KABUPATEN BANDUNG
PROPINSI JAWA BARAT

SEKARWATI SUKMANINGRASA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Departemen Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: DR. dr. Sri Budiarti.

Judul Tesis
Nama
NIM

: Jangka Reproduksi Pada Wanita Di Kabupaten Bandung Propinsi
Jawa Barat.
: Sekarwati Sukmaningrasa.
: G.352070341.

Disetujui
Komisi Pembimbing

DR. Bambang Suryobroto
_____________________
Ketua

DR. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA.
____________________________
Anggota

Diketahui

Ketua Mayor Biosains Hewan

Dekan Sekolah Pascasarjana

DR. Bambang Suryobroto
_____________________

Prof. DR. Ir. Khairil A. Notodiputro, M. S
__________________________________

Tanggal Ujian: 29 Juli 2009

Tanggal Lulus:

Diciptakan Siti Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam A.S.
(Qur’an Surat AN-Nisa: 1)

Karya Ilmiah ini dipersembahkan untuk: Ibu, Ayah, Mertua, Suami , Anakku tercinta
dan MAN 2 Sumedang.

PRAKATA
Alhamdullilah, sujud dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT. atas
segala berkah dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya
ilmiah ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains di Institut Pertanian
Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah: Jangka Reproduksi Wanita di
Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Terimakasih penulis ucapkan sebanyakbanyaknya atas bimbingan dan arahannya kepada Bapak DR. Bambang Suryobroto dan
DR. Ir. Dedy Duryadi Solihin DEA. selaku dosen pembimbing, DR. dr. Sri Budiarti
selaku penguji luar komisi pada ujian tesis. Ucapan terimakasih kepada Departemen
Agama Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa dan Pemerintah Kabupaten
Bandung melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung yang telah memberikan izin
lokasi penelitian. Staf dosen: Tri Heru M.Si, DR. Tri Atowidi, DR. Achmad Faradjallah,
Dra. Nunik Sri Prawasti, DR. R.R.Diyah Perwitasari, DR. Rika Rafiudin, semua staf
teknisi dan laboran Biosain Hewan, semua staf tata usaha Departemen Biologi, serta
semua teman-teman mahasiswa Biosains Hewan yag telah banyak membantu penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan yang dapat menjadikan kemaslahatan dan kemuliaan manusia di muka bumi.

Bogor, Juli 2009
Sekarwati Sukmaningrasa

RIWAYATA HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjar (Ciamis) pada tanggal 02 April 1970 sebagai putri
dari Darso Sudianto, SE. dan Marliyah Permajanti. Pendidikan sarjana ditempuh dari
IKIP Bandung tahun 1993. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan perkuliahan di sekolah
Pascasarjana IPB. Penulis memilih mayor Biosains Hewan melalui jalur Biaya Utusan
Dinas (BUD) Departemen Agama Republik Indonesia. Pada saat ini penulis bekerja
sebagai staf pengajar biologi di Madrasah Aliyah Negeri 2 Sumedang.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xvi
PENDAHULUAN...................................................................................................1
Latar Belakang.............................................................................................1
Tujuan Penelitian.........................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
Pubertas.... ...................................................................................................3
Siklus Menstruasi.........................................................................................3
Menopause...................................................................................................6
METODA PENELITIAN........................................................................................8
Waktu dan Tempat Penelitian......................................................................8
Metoda.........................................................................................................9
Analisis Data..............................................................................................10
HASIL....................................................................................................................11
PEMBAHASAN………………………………………………………………....13
KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….............16
Kesimpulan................................................................................................16
Saran..........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………........17
LAMPIRAN...........................................................................................................19

DAFTAR TABEL

Halaman
1

Efek usia terhadap jumlah follicel primordial..............................................5

2

Wilayah kecamatan dengan jumlah subyek penelitian................................9

3

Rata-rata usia menarke di Indonesia..........................................................13

4

Rata-rata usia menarke dan menopause dari beberapa negara...................14

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1

Peta Kabupaten Bandung di Jawa Barat..................................................................8

2

Peta wilayah Kecamatan Kabupaten Bandung........................................................8

3

Jangka reproduksi wanita menopause non KB di Kabupaten
Bandung.................................................................................................................11

4

Plot usia menarke dihubungkan dengan usia menopause untuk wanita dewasa
di Kabupaten Bandung...........................................................................................12

LAMPIRAN

Halaman
1

Kuesioner data pribadi probandus.............................................................20
Data usia menopause wanita di Kabupaten Bandung.............................20
Data usia menarke wanita di Kabupaten Bandung...................................22

2

Format database menopause dan menarke subyek penelitian.. ................23

3

Surat perijinan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung..................25

4

Surat perijinan penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung......26

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Wanita menurut kodratnya memiliki kemampuan untuk hamil. Kehamilan bisa
terjadi apabila wanita memiliki ovum yang dibuahi oleh sperma. Dalam masa
kehidupannya seorang wanita memiliki waktu yang terbatas untuk melakukan reproduksi.
Kehamilan wanita hanya terjadi di dalam masa jangka reproduksinya. Jangka reproduksi
seorang wanita didapatkan dari usia menopausenya dikurangi dengan usia menarkenya.
Ovarium pada wanita dalam usia produktif tidak hanya menghasilkan ovum saja tetapi
menghasilkan estrogen dan progesteron. Ovum yang dihasilkan oleh folikel de graf di
ovarium merupakan indikasi bahwa wanita ada dalam fase subur. Ovum pematangannya
dirangsang oleh luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) yang
dibentuk di kelenjar pituitari. Kedua hormon seksual ini juga berperan dalam pengaturan
perubahan fisik dan psikologis yang menyertai menstruasi.
Pada saat lahir LH dan FSH kadarnya tinggi di dalam darah, tetapi beberapa bulan
kemudian menurun dan tetap rendah sampai masa pubertas. Pubertas merupakan
peristiwa berdurasi pendek, terjadi beberapa hari atau minggu, yang menandai reaktivasi
sistem syaraf pusat dalam mengatur perkembangan seksual (Bogin 1999). Pada awal
masa pubertas perubahan terpenting yang tampak dari luar adalah menonjolnya payudara
dan siklus menstruasi yang pertama (menarke) yang dirangsang oleh hormon seksual
estrogen dan progestron. Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang
disertai dengan pendarahan dan terjadi secara berulang kecuali pada saat kehamilan.
Berdasarkan hasil penelitian usia menarke yang dilakukan Suhartini (2007) di daerah
Bogor dan Ulinnuha (2008) di daerah pedesaan Pekalongan masing-masing memiliki
rata-rata usia menarke 12.40 tahun dan 13.31 tahun. Usia menarke untuk wanita yang
tinggal di daerah pinggiran atau pedesaan (rural) lebih lambat dibandingkan dengan
wanita di daerah urban.
Menstruasi merupakan tanda awal masa reproduktif pada kehidupan wanita, yang
dimulai dari menarke sampai terjadi menopause. Pada saat menopause, ovarium akan
berhenti menghasilkan telur disertai berkurangnya produksi hormon estrogen dan
progesteron. Tidak mendapatkan menstruasi selama 12 bulan atau 1 tahun menjadi tanda

bahwa wanita telah memasuki masa menopause (Ellen et al. 2001). Selain tidak
mendapatkan menstruasi, karena tidak berovulasi wanita yang sudah memasuki usia
menopause tidak dapat hamil (Sievert 2006).
Keadaan kaum wanita yang berkaitan dengan perubahan biologis sangat
menentukan kualitas kehidupan anggota masyarakatnya. Kemajuan pembangunan baik
fisik maupun non fisik tidak lepas dari peranan wanita di dalamnya. Salah satu bagian
penting yang perlu diperhatikan dalam kehidupan wanita adalah mengetahui jangka
reproduksi yang terkait dengan kodratnya seorang wanita untuk hamil. Sementara ini
belum ada data tentang jangka reproduksi di Indonesia sehingga kita harus memulai
menghitungnya berdasarkan usia saat menarke dan menopause. Untuk mendapatkan
jangka reproduksi yang optimal, penentuan usia menarke dan menopause harus dilakukan
di lingkungan urban. Penulis memilih Kabupaten Bandung sebagai bagian dari
lingkungan urban yang merupakan daerah penyangga Ibu Kota Propinsi Jawa Barat.

Tujuan
Tujuan penelitian ini untuk menghitung jangka reproduksi wanita melalui
penentuan secara longitudinal rata-rata usia wanita Kabupaten Bandung ketika menarke
dan menopause.

TINJAUAN PUSTAKA
Pubertas
Pubertas adalah masa awal pematangan seksual, yaitu suatu periode dimana
seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal dan seksual serta awal masa
reproduksi. Kejadian yang penting dalam pubertas ialah pertumbuhan badan yang cepat,
timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarke, dan perubahan psikis. Dalam masa
pubertas ovarium mulai berfungsi di bawah pengaruh hormon gonadotropin dari
hipofisis, dan hormon ini dikeluarkan atas pengaruh releasing factor dari hipotalamus.
Folikel primer mulai tumbuh walaupun folikel-folikel itu tidak sampai menjadi matang
karena sebelumnya menglami atresia, namun folikel-folikel tersebut sudah sanggup
mengeluarkan esterogen. Pada saat kira-kira bersamaan dengan korteks kelenjar
suprarenal mulai membentuk androgen, dan hormon ini memegang peranan dalam
pertumbuhan badan.
Payudara akan mulai bertambah besar pada saat estrogen mulai meningkat.
Estrogen juga dapat merangsang penebalan dan menghitamnya kulit jaringan payudara
yang disebut areola dan terdapat tonjolan pada tengahnya yaitu putting susu.
Pertumbuhan badan relatif paling cepat terjadi pada masa awal pubertas (sebelum
siklus menstruasi mulai) (Bogin1999). Usia pubertas tampaknya dipengaruhi oleh
genetik, kesehatan, gizi, dan kebudayaan. Anak perempuan agak gemuk cenderung
mengalami menarke lebih awal, sedangkan anak perempuan yang kurus dan kekurangan
gizi cenderung mengalami menarke lebih lambat. Siklus yang pertama juga terjadi lebih
awal pada anak perempuan yang tinggal di kota dibandingkan yang tinggal di pedesaan
(Ikaraoha 2005).

Siklus Menstruasi
Hari pertama terjadinya perdarahan dihitung sebagai awal setiap siklus menstruasi
(hari ke-1). Siklus menstruasi berkisar antara 21-40 hari, hanya 10-15% wanita yang
memiliki siklus 28 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat
setelah menarke dan sesaat sebelum menopause. Jarak antar 2 siklus bisa berlangsung
selama 2 bulan atau dalam 1 bulan mungkin terjadi 2 siklus, hal ini adalah normal setelah

beberapa lama siklus akan menjadi lebih teratur. Ovulasi diperkirakan terjadi pada hari
ke-14 dan sel telur akan masuk ke tuba falopii. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan
masuk ke dalam rahim dan mulai tumbuh menjadi janin tetapi apabila tidak terjadi
pembuahan, maka endometrium akan meluruh dilepaskan dan terjadi perdarahan yang
disebut menstruasi. Siklus menstruasi bisa berlangsung selama 3-5 hari, kadang sampai 7
hari. Proses pertumbuhan dan penebalan endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus
berikutnya. Siklus menstruasi terbagi menjadi 3 fase:
Fase 1. Fase Folikuler:
Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi
pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi
pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH
sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3-30 folikel yang masingmasing mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya
hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap
penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan.
Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap
dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan
yang telah dilepaskan. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika
perdarahannya sangat hebat.
Fase 2. Fase Ovulasi:
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur.
Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi peningkatan kadar
LH. Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan
melepaskan sel telur yang disebut masa ovulasi, apabila tidak terjadi pembuahan
(konsepsi), maka sel telur yang berada pada saluran telur akan mati setelah 24 jam dan
corpus luteum berangsur-angsur akan mengisut dan berubah menjadi corpus albican.
Produksi hormon progesteron dan estrogen berangsur-angsur juga akan berkurang,
akibatnya selaput endometrium berangsur-angsur pula akan menipis dan akhirnya akan
mengelupas lalu terjadi menstruasi. Pada beberapa tahun sebelum mengalami menopause,
haid akan datang secara tidak teratur, makin lama maka akan makin jarang dan akhirnya
tidak mengalami haid sama sekali (Purwoastuti 2008; Sievert 2006).

Tabel 1 Efek usia terhadap jumlah follicel primordial
Usia
Rata-rata jumlah sel
Rentang Jumlah
( tahun )
primordial pada kedua ovarium
6–9
468.600
29.500 – 750.000
12 – 16
382.000
85.000 – 591.000
18 – 24
150.000
39.000 – 290.000
25 – 31
59.000
81.000 – 228.000
32 – 38
74.000
15.000 – 208.000
40-44
8.300
350 – 28.000
(Sumber: Purwoastuti 2008)
Dari Tabel 1. tampak bahwa peningkatan usia selalu disertai dengan pengurangan jumlah
folikel primordial dan pada saat menarke, jumlah follicel tinggal separuhnya. Pada usia
40–50 tahun, rata-rata jumlah sel primordial menurun sampai 8.300 buah, hal ini
disebabkan selain adanya ovulasi yang terjadi setiap menjelang haid, juga karena proses
terhentinya pertumbuhan follicel primarius yang mulai tumbuh dalam beberapa hari.
Proses terjadi secara terus menerus selama kehidupan wanita, sehingga pada usia sekitar
50 tahun, indung telur tidak berfungsi dan sel telur habis (Purwoastuti 2008 ).
Fase 3. Fase Luteal:
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah
melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus luteum
yang menghasilkan sejumlah besar progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh
sedikit meningkat selama fase luteal dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai.
Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14
hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi
pembuahan.
Kulit follicel de graf (selnya sudah keluar) yang masih berada di ovarium dan
disebut sebagai corpus rubrum (badan merah), akan berubah menjadi corpus luteum
(badan kuning) yang akan menghasilkan hormon progesteron dan sedikit hormon
estrogen yang akan mempengaruhi sel-sel pada endometrium

menjadi lebih besar,

berbelok-belok, dan mengelurkan banyak lendir. Estrogen berfungsi merangsang
perkembangan dan pemeliharaan sistem reproduksi betina dan ciri-ciri seksual sekunder.
Progesteron terlibat dalam pemeliharaan uterus, membantu pertumbuhan dan
perkembangan embrio (Sievert 2006).

Menopause
Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen selama 1 tahun
disebabkan oleh ovarium yang tidak berfungsi menghasilkan hormon estrogen.
Menopause terjadi kebanyakan pada wanita pada usia 50–51 tahun, dengan
klimaksterium dimulai beberapa tahun sebelumnya dan berlanjut selama beberapa tahun
sesudahnya. Menopause terjadi pula pada seorang wanita yang mengalami pengangkatan
rahim (uterus) yang disebut dengan hysterectomi, misalnya sebagai akibat adanya tumor
di uterus, dan mereka akan mengalami gejala menopause pada usia yang lebih cepat dari
seharusnya (Richard 1953).
Penurunan atau menghilangnya sekresi estrogen dan progesteron di ovarium
menyebabkan perubahan hormon-hormon endokrin yang terjadi selama masa
klimaksterium dan pascamenopause. Kadar Follicles Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing Hormone (LH) yang bersirkulasi (beredar melalui peredaran darah) mulai
meningkat beberapa tahun sebelum penghentian produksi estrogen sebenarnya oleh
ovarium. Pada wanita pascamenopause, kadar FSH dan LH meningkat di atas kadar yang
terdapat pada wanita pramenopause, dengan FSH yang biasanya lebih tinggi dari pada
LH. Hal inilah mungkin melambatnya FSH hilang atau bersih dari peredaran darah.
Peningkatan kadar gonadotropin pada wanita menopause disebabkan oleh tidak
terdapatnya umpan balik negatif hormon estrogen pada ovarium dan mungkin pula
adanya penghambatan pelepasan gonadotropik setelah berumur 60 tahun (Sievert 2006).
Pengukuran

perubahan

hormon

estrogen,

progesteron,

FSH,

LH,

dan

gonadotropin pada wanita menopause dapat menegaskan bahwa masa klimaksterium
telah dimulai. Perkiraan kadar estrogen dalam darah sedikit, artinya kadar estrogen
berkurang untuk merangsang hormon perangsang folikel. Apabila ovarium tidak
memberikan respon lagi terhadap pituitari, maka hipotalamus pertama-tama akan
bereaksi dengan meningkatkan jumlah FSH untuk merangsang ovarium yang gagal
menghasilkan estrogen. Peningkatan FSH dalam darah dapat mengindikasikan adanya
kegagalan ovarium yang tidak dapat menghasilkan estrogen (Sievert 2006; Purwoastuti
2008).
Ovarium yang mengalami kegagalan, akan menimbulkan keseimbangan antara
hormon estrogen dan progesteron hilang, dengan menurunnya produksi hormon ini

menimbulkan pengaruh terhadap sindrom prahaid dan haid itu sendiri. Endometrium
tidak akan bertambah tebal jika hanya terdapat sedikit estrogen untuk membuatnya
tumbuh pertama kali, atau bahkan bisa tumbuh lebih tebal atau tumbuh berlebihan apabila
estrogen tidak teratur dan kurang terorganisasi. Jika estrogen yang dihasilkan dalam dua
minggu pertama setelah haid dan tidak diikuti oleh sejumlah progesteron yang cukup
untuk mengatur endometrium, maka endometrium tidak tumbuh cukup tebal, sehingga
haid yang terjadi pendek atau bahkan tidak berlangsung sama sekali. Namun demikian
apabila endometrium tebal, haid biasanya banyak dan lama, sering kali tidak teratur dan
kadang–kadang terjadi perdarahan pada waktu yang tidak semestinya (di luar siklus haid)
karena lepasnya sel-sel endometrium yang dikeluarkan tubuh (Purwoastuti 2008).
Banyak wanita merasa cemas dengan datangnya saat menopause ini, karena
dengan menopause seorang wanita merasa berkurang dalam produktivitasnya dan
aktivitas sehari-hari terganggu dikarenakan adanya gejala-gejala penyakit yang menyertai
menopause (Bosson 2004). Wanita menopause mengalami gangguan seperti fungsi
ovarium sehingga produksi estrogen menurun dan gejala klimaksterium. Akibat dari
menurunnya estrogen akan menimbulkan keluhan baik secara fisik ataupun psikologis
pada wanita menopause (Purwoastuti 2008).
Keluhan-keluhan yang menyertai menopause secara fisik misalnya: kekeringan
pada vagina, kalau bersetubuh merasa sakit (dispareunia), peradangan vagina, kilat-kilat
panas pada kulit (hot flashes) (Nelson 2005), kulit cepat berkeriput, mempercepat
kerontokan pada rambut, gigi mudah copot, osteoporosis (Junaidi 2007), penyakit
jantung, stroke (Bjarne et al. 2004) dan darah tinggi (Stefano 1996). Sedangkan gejalagejala secara psikologis yang menyertai memasuki menopause misalnya libido sexual
menurun, suka gelisah dan cemas yang tidak beralasan, cepat emosi, mudah tersinggung,
suka marah-marah, stress, merasa tertekan, kesepian, depresi, dan pikiran sering tegang
(Khanna 1996).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat
Lokasi penelitian meliputi 31 kecamatan di Kabupaten Bandung Propinsi Jawa
Barat (Tabel 2 dan Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2008
sampai bulan Maret 2009. Kabupaten Bandung berpenduduk sebesar 3.127.008
jiwa dengan wilayah seluas 1.767.93 km persegi (BPS 2008).

Gambar 1 Peta Kabupaten Bandung di Jawa Barat

U
B

T
S

Gambar 2 Peta wilayah Kecamatan Kabupaten Bandung

Tabel 2 Wilayah kecamatan dengan jumlah subyek penelitian.

__________________________________________________________________
No Kecamatan
Jumlah Subyek (n)
No Kecamatan Jumlah Subyek (n)
__________________________________________________________________
1 Rancabali
36
17 Kertasari
34
2
Ciwidey
34
18 Ibun
33
3
Pasirjambu
34
19 Pacet
34
4
Soreang
34
20 Arjasari
34
5
Cangkuang
33
21 Ciparay
35
6 Katapang
39
22 Majalaya
34
7
Margahayu
34
23 Paseh
35
8 Margaasih
34
24 Cicalengka
34
9 Dayeuhkolot
36
25 Solokan Jeruk
34
10 Bojongsoang
36
26 Rancaekek
35
11 Pameungpeuk
34
27 Cileunyi
35
12 Kutawaringin
32
28 Cilengkrang
33
13 Baleendah
34
29 Cimenyan
35
14 Banjaran
35
30 Cikancung
35
15 Cimaung
34
31 Nagreg
36
16 Pangalengan
35
__________________________________________________________________
Jumlah total subyek: 1.070 orang
Jumlah kecamatan: 31
__________________________________________________________________
Metode
Penentuan Jangka Reproduksi
Jangka reproduksi merupakan rentang waktu yang dimiliki wanita untuk
melakukan reproduksi. Masa reproduktif adalah masa seorang wanita memiliki sel telur
dalam ovariumnya dan usia dimana seorang wanita masih bisa hamil (Beall 1982; Sievert
2006). Penentuan jangka reproduksi diperoleh dari menopause dan menarke, karena itu
pengambilan data menopause dan menarke dilakukan secara longitudinal. Metoda
longitudinal adalah metoda yang digunakan untuk mendapatkan data dari orang yang
sama dalam dua waktu yang berbeda, yaitu usia saat menopause dan usia saat menarke.
Untuk menentukan status menopause penulis menanyakan subyek kapan terakhir
menstruasi. Jarak terakhir menstruasi dihitung dari tanggal tercatat saat pengambilan data
dikurangi dengan tanggal terakhir menstruasi. Apabila jarak terakhir menstruasi lebih dari
1 tahun berarti subyek yang bersangkutan sudah mengalami menopause (Reis et al.1997;
Ellen et al. 2001). Setelah itu, untuk orang yang sama penentuan usia menarke diperoleh
dari ingatan subyek yang bersangkutan (Beall 1982; Ulinnuha 2008).

Peneliti mendapatkan sampel dengan cara mengunjungi rumah-rumah penduduk
yang tersebar di kecamatan Kabupaten Bandung. Subyek penelitian berjumlah 1.070
orang dengan rincian seperti pada Tabel 2. Sekarang ini wanita di Kabupaten Bandung
banyak yang mengunakan kontrasepsi. Alat kontrasepsi Keluarga Berencana (KB) yang
mengandung estrogen dan progesteron secara langsung akan mempengaruhi siklus
menstruasi sehingga hormon sintetis ini akan mempengaruhi daur alamiah (Hartanto
2004). Peneliti menggunakan sampel wanita sebanyak 668 orang yang tidak
menggunakan KB, dengan harapan memiliki daur menstruasi alamiah supaya berakhir
pada usia menopause yang alamiah juga. Usia subyek dicatat sebagai usia ketika
pengambilan sampel dan dimasukkan ke dalam kelas usia berdasarkan ulang tahun
terdekatnya.

Analisis Data
Dalam setiap kelas umur penulis menghitung berapa persen subyek yang sudah
mengalami menopause. Persentase-persentase ini diplotkan sepanjang kelas usia yang
ada. Titik-titik ini mengikuti sebaran probit. Kurva yang cocok bagi titik-titik observasi
ini dihitung dengan menggunakan Probit-GLM (Venables & Ripley 1999). Garis
horizontal yang ditarik dari persentase 50% memotong kurva di suatu titik. Usia titik ini
adalah perkiraan median usia menopause. Dari wanita yang sudah mengalami menopause
ini, penulis mencari usia menarkenya. Jumlah wanita yang sudah menopause adalah 382
orang. Median usia menarke dihitung dengan Probit-GLM seperti pada menopause.
Rentangnya umur dari menarke sampai menopause merupakan jangka reproduksi.
Tempat pengolahan data dilakukan di bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan,
Departemen Biologi FMIPA IPB.

HASIL

Rata-rata usia menopause adalah 49.53 tahun dan usia menarke 13.98 tahun
sehingga jangka reproduksi adalah sepanjang 35.55 tahun (Gambar 3).
Jangka Reproduksi Wanita Non-KB Di Kabupaten Bandung

Persentase

100%

50%

0%

13.98

10

49.53

20

30

40

50

60

Umur (Tahun)

Gambar 3 Jangka reproduksi wanita menopause non KB di Kabupaten
Bandung.
Apabila kita hubungkan usia menopause dengan usia menarkenya tidak
berkorelasi, sebab dua orang wanita yang menarkenya ketika berusia 12 tahun dapat
bermenopause pada usia 43 tahun dan yang seorang lagi 50 tahun (Gambar 4).
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada Gambar 3, rata-rata usia menopause
wanita di Kabupaten Bandung pada tahun 2008 adalah 49.53 tahun, dengan panjang
jangka reproduksi wanita tersebut sepanjang 35.55 tahun, sedangkan usia menarkenya
13.98 tahun yang jatuh pada tahun 1973. Untuk membandingkan usia menarke di tahun
1973 dengan menarke tahun 2008 penulis mengambil sampel wanita muda sebanyak 160
orang dan mendapatkan usia menarkenya 12.71 tahun.

50
45
40

s$U M U R M E N OP

10

12

14

16

18

s$UMURMNCH

Gambar 4 Plot usia menarke dihubungkan dengan usia menopause untuk wanita dewasa
di Kabupaten Bandung

Selain dari 382 orang wanita menopause tanpa KB hormon, penulis juga
mendapatkan 14 orang wanita menopause ber-KB yang memakai IUD 7 orang
bermenopause pada usia 42.53 - 54.12 tahun, suntik 2 orang pada usia 39.23 - 50.28
tahun dan yang memakai kontrasepsi steril 5 orang telah bermenopause pada usia 47.56 51.57 tahun.

PEMBAHASAN

Jangka reproduksi diperoleh dari hasil pengolahan data untuk wanita menopause
di Kabupaten Bandung sepanjang 35.55 tahun. Rata-rata usia wanita ketika mengalami
menopause alami pada tahun 2008 adalah 49.53 tahun dan 35.55 tahun yang lalu (yakni
tahun 1973) mereka mengalami menarke pada usia 13.98 tahun. Rata-rata menarke
wanita muda tahun 2008 adalah 12.71 tahun.
Penelitian usia menarke wanita yang dilakukan Suhartini (2007) di daerah Bogor
dan Ulinnuha (2008) di daerah pedesaan Pekalongan masing-masing mendapatkan ratarata usia menarke 12.40 tahun dan 13.31 tahun (Tabel 3). Publikasi hasil penelitian yang
dilakukan oleh Beall (1982) menunjukkan usia menarke pada wanita daerah Pegunungan
Himalaya di ketinggian 3250-3560 meter dari permukaan laut dengan jumlah subyek
1260 orang mendapatkan rata-rata usia menarke 16.20 tahun dan usia menopausenya
46.80 tahun. Usia menarke untuk wanita yang tinggal di daerah pinggiran atau pedesaan
(rural) lebih lambat dibandingkan dengan wanita di daerah urban. Hal ini diduga terjadi
karena perbedaan sosial ekonomi (Ikaraoha 2005; Mokha 2006). Sebagai gambaran
bagaimana hasil riset kali ini bila dibandingkan dengan penelitian lain yang dilakukan
baik di dalam negeri maupun di luar negeri dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3 Rata-rata usia menarke di Indonesia
Nama kota
Bogor (perkotaan)
Pekalongan (pedesaan)
Kabupaten Bandung (perkotaan)
Tahun 1973
Tahun 2008

Usia
Sumber
menarke
12.40
Suhartini 2007
13.31
Ulinnuha 2008
13.98
12.71

Sukmaningrasa 2008
Sukmaningrasa 2008

Usia rata-rata menopause dan menarke Indonesia memiliki sedikit persamaan
dengan negara Taiwan (Tabel 4) yaitu untuk rata-rata usia menarkenya 13.60 tahun dan
usia menopausenya 49.50 tahun.

Tabel 4 Rata-rata usia menarke dan menopause dari beberapa negara
____________________________________________________________________________________

Negara
Usia Menarke
Usia Menopause
Referensi
______________________________________________________________________
Australia
13.00
50.40
Thomas et al. (2001)
Chile
13.00
50.00
Thomas et al. (2001)
China
12.38
49.00
Thomas et al. (2001)
Czechoslovkia 14.60
51.20
Thomas et al. (2001)
France
13.05
52.00
Thomas et al. (2001)
Furu
13.09
50.90
Thomas et al. (2001)
Ghana
13.98
48.05
Thomas et al. (2001)
Philippines
13.60
48.00
Thomas et al. (2001)
Switzerland
13.00
50.00
Thomas et al. (2001)
Taiwan
13.60
49.50
Thomas et al. (2001)
USA
12.80
51.30
Thomas et al. (2001)
Himalaya
16.20
46.80
Beall (1982)
Indonesia
13.98 (1973)
49.53 (2008)
Sukmaningrasa (2008)
(Kab. Bandung)
_________________________________________________________________________

Usia menarke seorang wanita tidak berkorelasi dengan usia menopausenya
sehingga kita tidak dapat menentukan usia menopause berdasarkan usia menarke.
Kecepatan dan keterlambatan usia menopause banyak faktor yang mempengaruhi
misalnya asupan gizi, gaya hidup, kesehatan, status ekonomi dan sosial (Malina 2004).
Pemerintah Kabupaten Bandung harus memperhatikan jangka reproduksi ini
untuk meningkatkan kualitas hidup. Wanita dalam usia reproduktif memerlukan tingkat
kesehatan yang tinggi sehingga dalam usia ini wanita dapat mendidik anaknya secara
maksimal. Sementara itu, selama periode tahun 2003 – 2008 angka harapan hidup di
Kabupaten Bandung cenderung mengalami peningkatan dari 65.40 tahun pada tahun
2003 menjadi 68.42 tahun pada tahun 2008. Hal ini menyebabkan masa pasca-reproduksi
semakin panjang. Estimasi sisa waktu hidup untuk wanita menopause 18.89 tahun.
Wanita menopause secara fertilitas sudah tidak produktif lagi untuk melahirkan anak,
namun secara ekonomi masih produktif asalkan ditunjang oleh tingkat kesehatan yang
tinggi. Wanita pada usia 50 tahun dapat beraktivitas menyalurkan bakat kemampuan
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Mereka juga membantu ibu
muda (mungkin sekali anak perempuannya sendiri) untuk mempersiapkan kelahiran dan
mengawasi cucunya. Oleh sebab itu Dinas Kesehatan Bandung harus lebih
memperhatikan kesehatan wanita yang sudah menopause supaya secara ekonomi masih
produktif.

Subyek wanita yang menggunakan KB hormonal memiliki 14 orang, karena
jumlah data sedikit sehingga penulis tidak dapat menghitung rata-rata usia
menopausenya. Mereka memiliki menopause pada usia 39.23 – 54.12 tahun.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Jangka reproduksi diperoleh dari hasil pengolahan data untuk wanita menopause
di Kabupaten Bandung sepanjang 35.55 tahun. Rata-rata usia wanita ketika mengalami
menopause alami pada tahun 2008 adalah 49.53 tahun dan 35.55 tahun yang lalu (yakni
tahun 1973) mereka mengalami menarke pada usia 13.98 tahun. Rata-rata menarke
wanita muda pada saat ini (tahun 2008) adalah 12.71 tahun lebih cepat daripada 35.55
tahun yang lalu. Tidak ada korelasi usia menarke dengan usia menopause yang akan
didapatkannya, karena usia menarke yang cepat belum tentu mendapatkan usia
menopause cepat, begitu pula menarke lambat belum tentu mendapatkan menopausenya
lambat.

Saran
Penulis menyarankan untuk menghitung rata-rata usia ketika pertama kali
menikah, ketika hamil pertama, ketika memiliki putra sulung dan ketika memiliki putra
bungsu.

DAFTAR PUSTAKA

Beall CM. 1982. Age menopausee and menarche in a high altitude Himalaya population.
J CNAS 9:49-54.
Bjarne KJ, Ivan H, Gunnar K. 2004. Age at natural menopausee and stroke mortality:
cohort study with 3561 stroke deaths during 37 year follow-up. J AHA 5:1548-1551.
Bogin B. 1999. Pattern of Human Growht. Ed ke-2. Cambridge: Canbridge Univ Pr.
Bosson R. 2004. Summary of the recommendations on sexual dysfuctions women. J Sex
Med 1:24-34.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008 a. Data Sosial Ekonomi Masyarakat Kabupaten
Bandung Tahun 2008 (Publikasi Hasil Suseda). Badan Pusat Statistik Kabupaten
Bandung dengan Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung. Bandung.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008 b. Indeks Pebangunan Manusia Kabupaten Bandung
Tahun 2008. Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan Pebangunan Daerah
Kabupaten Bandung. Bandung.
Ellen BG, Bromberger J, Crawford, Samuel S. 2001. Factors associated with age natural
menopausee in a multiethnic sample of midlife women. J Epidemiol 153:865
-874.
Hartanto. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.
Ikaraoha CI. 2005. Menarchial ge of secondary girls in urban and rural areas of rive