Analisis sikap, kepuasan, dan loyalitas petani terhadap benih kedelai di Desa Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur
ANALISIS SIKAP, KEPUASAN, DAN LOYALITAS PETANI
TERHADAP BENIH KEDELAI DI DESA SUKASIRNA,
KECAMATAN SUKALUYU, KABUPATEN CIANJUR
GHANDUR INSANI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sikap,
Kepuasan, dan Loyalitas Petani terhadap Benih Kedelai di Desa Sukasirna,
Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Ghandur Insani
H34100077
ABSTRAK
GHANDUR INSANI Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyalitas Petani terhadap
Benih Kedelai di Desa Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur.
Dibimbing oleh RITA NURMALINA
Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan yang paling penting ketiga
setelah padi dan jagung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
karakteristik, proses pengambilan keputusan, sikap, kepuasan, dan loyalitas petani
dalam penggunaan varietas unggul benih kedelai di desa Sukasirna. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif,
multiatribut Fishbein, Customer Satisfaction Index (CSI), Importance
Performance Analysis (IPA) dan Piramida Loyalitas. Berdasarkan multiatribut
Fishbein diperoleh benih kedelai varietas unggul Dapros merupakan benih yang
lebih disukai oleh petani dibandingkan Grobogan dan Orba. Berdasarkan
Customer Satisfaction Index (CSI) diperoleh petani responden telah merasa puas
terhadap kinerja dari atribut benih kedelai varietas unggul Dapros dibandingkan
Grobogan dan Orba. Berdasarkan analisis loyalitas konsumen, petani responden
loyal terdahap benih kedelai varietas unggul Dapros dibandingkan Grobogan dan
Orba.
Kata kunci: Kedelai, kepuasan, loyalitas, perilaku, sikap
ABSTRACT
GHANDUR INSANI Analysis of Attitude, Satisfaction, and Loyalty to the Seed
Soybean Farmers in the village Sukasirna, Sukaluyu subdistrict, Cianjur.
Supervised by RITA NURMALINA
Soybean is one of the most three important food after rice and corn. The
purpose of this study was to identify the characteristics, decision-making
processes, attitudes, satisfaction, and loyalty of farmers in the use of improved
varieties of soybean seeds in the village Sukasirna. The method of analysis used in
this study is descriptive analysis method, multiatribut Fishbein, Customer
Satisfaction Index (CSI), Importance Performance Analysis (IPA) and Loyalty
Pyramid. Based on Fishbein multiatribut obtained Dapros soybean seed is the
seed of improved varieties preferred by farmers compared Grobogan and Orba.
Based on Customer Satisfaction Index (CSI) has been obtained by the farmer
respondents were satisfied with the performance of improved varieties of soybean
seed attributes Dapros compared Grobogan and Orba. Based on the analysis of
customer loyalty, loyal farmer respondents terdahap superior varieties of soybean
seed Dapros compared Grobogan and Orba.
Keywords: Attitude, behavior, loyalty, satisfaction, soybean.
ANALISIS SIKAP, KEPUASAN, DAN LOYALITAS PETANI
TERHADAP BENIH KEDELAI DI DESA SUKASIRNA,
KECAMATAN SUKALUYU, KABUPATEN CIANJUR
GHANDUR INSANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyalitas Petani terhadap Benih Kedelai di Desa
Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat”. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis karakteristik dan proses keputusan petani kedelai
dan menganalisis sikap serta kepuasan petani, serta melihat sejauh mana loyalitas
petani terhadap benih kedelai varietas unggul di Desa Sukasirna, Kecamatan
Sukaluyu, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir Rita Nurmalina, MS
selaku pembimbing. Terima kasih kepada Dr. Amzul Rifin, SP. MA dan Rahmat
Yanuar, SP. MSi selaku dosen penguji. Apresiasi dan rasa terimakasih penulis
sampaikan kepada teman seperjuangan satu kelompok bimbingan skripsi dan juga
kepada Febby Kurniawati sebagai pembahas dalam seminar penelitian saya, para
petani yang telah bersedia menjadi responden, dan juga Bapak Jaelani selaku
penyuluh Desa Sukasirna yang telah membantu selama pengumpulan data. Terima
kasih penulis ucapkan kepada Bapak dan Ibu, adik dan keluarga penulis atas
segala doa, dorongan semangat dan kasih sayang.
Terakhir penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan semangat dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan baik.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Ghandur Insani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Benih
Komoditas Kedelai
Kondisi Kedelai di Indonesia
Penelitian Terdahulu
Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengambilan Sampel
Metode Analisis Data
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Desa Sukasirna
Gambaran Pertanian Desa Sukasirna
KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN
Jenis Kelamin
Usia
Status Pernikahan
Tingkat Pendidikan
Pendapatan di Luar Usahatani per Bulan
Status Pekerjaan
Lama Berusahatani
Budidaya dalam Setahun
Status Kepemilikan Lahan
Luas Lahan
PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
Perilaku Setelah Pembelian
ANALISIS SIKAP PETANI TERHADAP BENIH KEDELAI VARIETAS
UNGGUL
Penilaian Evaluasi Tingkat Kepentingan Atribut Benih Kedelai
vi
vi
vi
1
1
4
5
5
5
6
6
6
7
8
11
11
11
18
19
19
20
20
20
29
29
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
35
36
36
37
48
39
42
42
43
Penilaian Tingkat Kepercayaan Atribut Benih Kedelai
Analisis Sikap Petani terhadap Benih Kedelai Varietas Unggul Dapros,
Grobogan, dan Orba
ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS PETANI TERHADAP BENIH
KEDELAI VARIETAS UNGGUL
Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index)
Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance Performance
Analysis) Atribut Benih Kedelai Varietas Unggul Dapros
Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance Performance
Analysis) Atribut Benih Kedelai Varietas Grobogan
Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance Performance
Analysis) Atribut Benih Kedelai Varietas Orba
Analisis Loyalitas Konsumen
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
46
51
52
53
55
62
64
66
71
71
72
72
74
77
DAFTAR TABEL
1 Produksi kedelai Indonesia dan beberapa negara produsen utama
kedelai dunia tahun 2012
2 Luas panen dan produksi kedelai di Jawa Barat tahun 2013
3 Sebaran jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Sukasirna
tahun 2013
4 Sebaran jumlah penduduk di Desa Sukasirna berdasarkan mata
pencaharian tahun 2013
5 Sebaran responden menurut jenis kelamin
6 Sebaran responden menurut usia
7 Sebaran responden menurut status pernikahan
8 Sebaran responden menurut tingkat pendidikan
9 Sebaran responden menurut pendapatan di luar usahatani per bulan
10 Sebaran responden menurut status pekerjaan
11 Sebaran responden menurut lama berusahatani
12 Sebaran responden menurut budidaya dalam setahun
13 Sebaran responden menurut kepemilikan lahan
14 Sebaran responden menurut luas lahan
15 Sebaran responden berdasarkan motivasi menanam kedelai
16 Sebaran responden berdasarkan harapan benih kedelai yang digunakan
17 Sebaran responden berdasarkan pencarian informasi
18 Sebaran responden berdasarkan evaluasi alternatif
19 Sebaran responden berdasarkan memutuskan penggunaan benih
20 Sebaran responden berdasarkan tempat pembelihan benih
21 Sebaran responden berdasarkan alasan pemilihan tempat
1
3
29
30
32
32
33
33
34
34
34
35
35
36
37
37
38
39
40
40
40
22 Sebaran responden berdasarkan frekuensi pembelian benih dalam 1
tahun
23 Sebaran responden berdasarkan harga benih
24 Sebaran responden berdasarkan kebutuhan benih
25 Sebaran responden berdasarkan perilaku setelah pembelian
26 Persepsi responden terhadap evaluasi tingkat kepentingan (ei) atribut
benih
27 Tingkat kepercayaan (bi) atribut benih kedelai varietas unggul Dapros
28 Tingkat kepercayaan (bi) atribut benih kedelai varietas Grobogan
29 Tingkat kepercayaan (bi) atribut benih kedelai varietas Orba
30 Hasil model sikap Multiatribut Fishbein untuk benih kedelai varietas
unggul Dapros, Grobogan dan Orba
31 Perhitungan Customers Satisfaction Index pada benih kedelai varietas
unggul Dapros
32 Perhitungan Customers Satisfaction Index pada Benih kedelai varietas
Grobogan
33 Perhitungan Customers Satisfaction Index pada benih kedelai varietas
Orba
34 Perhitungan rata-rata penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja
atribut benih kedelai varietas unggul Dapros
35 Perhitungan rata-rata penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja
atribut benih kedelai varietas Grobogan
36 Perhitungan rata-rata penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja
atribut benih kedelai varietas Orba
41
41
42
42
43
46
49
50
52
53
54
55
56
62
64
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
Piramida loyalitas merek
Kerangka pemikiran operasional
Diagram kartesius
Diagram kartesius Importance Performance Analysis kedelai varietas
unggul Dapros
5 Diagram kartesius Importance Performance Analysis kedelai varietas
Grobogan
6 Diagram kartesius Importance Performance Analysis kedelai varietas
Orba
7 Piramida loyalitas benih kedelai varietas unggul Dapros, Grobogan, dan
Orba
17
19
26
57
63
65
67
DAFTAR LAMPIRAN
1 Proyeksi penduduk dan total konsumsi kedelai di Indonesia
2 Luas panen, produktivitas, produksi kedelai di Indonesia
3 Data varietas benih kedelai
74
74
74
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Hingga
kini mayoritas penduduk Indonesia telah memanfaatkan sumberdaya alam untuk
menunjang kebutuhan hidupnya, dan salah satunya ialah dengan menggantungkan
hidup pada sektor pertanian. Adanya hal tersebut mengakibatkan sektor pertanian
memiliki peranan yang sangat penting, karena sebagai penghasil pangan bagi
penduduk yang jumlah tiap tahunnya selalu terus bertambah.
Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia, karena itu
sangatlah penting untuk menjaga ketersediaannya. Hak untuk memperoleh pangan
merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27
UUD 1945. Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No.7/1996 tentang
pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti
dan peranan penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ketahanan pangan merupakan
kemampuan rumah tangga menyediakan pangan bagi seluruh anggota rumah
tangganya dalam jumlah, mutu, aman, merata dan berkesinambungan. Kedelai
merupakan salah satu dari komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah
padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya
akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan.
Perkembangan produksi kedelai di Indonesia ini masih rendah jika
dibandingkan dengan negara-negara produsen utama kedelai dunia (Tabel 1).
Tabel 1 Produksi kedelai Indonesia dan beberapa negara produsen utama kedelai
dunia tahun 2012
Rangking
Negara
Produksi (Ton)
1
Amerika Serikat
82 054 800
2
Brazil
65 848 857
3
Argentina
40 100 197
4
China
12 800 000
5
India
11 500 000
6
Paraguay
8 350 000
7
Kanada
4 870 160
8
Uruguay
3 000 000
9
Ukraina
2 410 200
10
Bolivia
2 400 000
11
Rusia
1 806 203
12
Indonesia
851 647
Sumber : FAO, Production Yearbook, 2012
Berdasarkan data tersebut, saat ini Indonesia berada di urutan 12 dalam
negara penghasil kedelai terbesar di dunia. FAO mencatat bahwa pada tahun
2012, produksi kedelai di Indonesia mencapai 851 647 ton, jumlah tersebut
2
memang masih jauh dibandingkan dengan negara tetangga seperti India yang
mampu memproduksi kedelai sebesar 11 500 000 ton
Kebutuhan akan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun seiring
dengan pertumbuhan penduduk. Dalam kurun waktu tujuh tahun (tahun 20092015) diproyeksikan kebutuhan kedelai akan selalu meningkat setiap tahunnya.
Pada tahun 2013, konsumsi kedelai di Indonesia sebesar 2 585 ribu ton. Jumlah
proyeksi penduduk dan total konsumsi kedelai di Indonesia dapat dilihat pada
lampiran 1. Sementara itu, produksi kedelai di Indonesia terus menurun setiap
tahunnya, salah satu penyebabnya yaitu luas areal panen yang juga terus menurun
tiap tahunnya. Tercatat pada tahun 2013, produksi kedelai di Indonesia sebesar
780 163 ton. Luas areal dan produksi kedelai di Indonesia dapat dilihat pada
lampiran 2.
Kebutuhan kedelai dalam negeri yang besar belum bisa dipenuhi oleh
produksi dalam negeri. Hal ini mendorong pemerintah mengimpor kedelai dari
pasar dunia untuk memenuhi konsumsi domestik. Saat ini, Indonesia menjadi
salah satu negara pengimpor kedelai terbesar di dunia. Setiap tahunnya jumlah
kedelai yang diekspor rata-rata di atas 1 juta ton dari total kebutuhan rata-rata di
atas 2 juta ton. Dari jumlah itu, sekitar 88 persen digunakan sebagai bahan baku
pembuatan tempe dan tahu, 10 persen untuk pangan olahan lainnya seperti
industri tepung dan pati serta sisanya sebanyak 2 persen untuk benih. Hal ini
tentunya tidak dapat dibiarkan begitu saja mengingat potensi untuk meningkatkan
produksi kedelai di dalam negeri dapat dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan
tersedianya lahan yang cukup luas dan sesuai untuk budidaya kedelai serta
terdapatnya teknologi spesifik lokasi dan sumberdaya manusia yang cukup
terampil dalam usahatani kedelai (Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2010).
Selain itu Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang
besar, dan terus berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai
menjadikan komoditas kedelai perlu mendapatkan prioritas untuk dikembangkan
di dalam negeri. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, pemerintah berupaya
untuk mewujudkan swasembada kedelai di Indonesia. Swasembada kedelai
merupakan suatu keadaan tercukupinya kebutuhan konsumsi kedelai dalam negeri
oleh produksi kedelai nasional.
Peningkatan produksi kedelai nasional menuju swasembada, baik yang
ditempuh melalui upaya peningkatan produktivitas maupun melalui perluasan
areal tanam, pasti memerlukan penyediaan benih bermutu dari varietas unggul.
Benih unggul tersebut harus memenuhi aspek kuantitas dan kualitas, serta
penggunaannya secara konsisten. Sayangnya, penyediaan benih kedelai
bersertifikat (berlabel) di dalam negeri baru sekitar 8 persen dari kebutuhan
potensial. Padahal benih padi bersertifikat sudah mencapai 37 persen.
Benih kedelai yang bermutu adalah benih yang telah bersertifikasi, yang
telah memenuhi syarat-syarat dan telah memiliki izin dari penangkaran benih.
Tujuan sertifikasi yaitu untuk memelihara kemurnian genetik benih dari varietas
unggul serta menyediakannya secara kontinyu bagi para petani. Pada saat ini,
terdapat 73 varietas benih kedelai yang bersertifikasi, diantaranya Wilis,
Argomulyo, Dapros, Burangrang, Kaba, Sinabung, Anjasmoro, Mahameru, Ijen,
Grobogan, dan Argopuro.
Sejalan dengan swasembada kedelai yang dicanangkan pemerintah, maka
dibutuhkan peningkatan sektor produksi kedelai terutama sentra produksi kedelai
3
nasional salah satunya Kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur merupakan salah
satu penghasil kedelai terbesar di Jawa Barat. Mata pencaharian masyarakat
sebagian besar sebagai petani. Pada tahun 2013, produksi kedelai di Jawa Barat
sebesar 48 636 ton. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2012
dengan produksi sebesar 47 426 ton, namun tidak lebih tinggi dibandingkan pada
tahun sebelumnya.
Tabel 2 Luas panen dan produksi kedelai di Jawa Barat tahun 2013
Tahun
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
2003
14 971.00
19 822.00
2004
20 997.00
29 090.00
2005
17 934.00
23 845.00
2006
17 878.00
24 495.00
2007
12 429.00
17 438.00
2008
23 810.00
32 921.00
2009
41 775.00
60 257.00
2010
36 700.00
55 823.00
2011
35 674.00
56 166.00
2012
30 345.00
47 426.00
2013
32 813.00
48 636.00
Sumber : BPS, 2013
Produksi kedelai yang berfluktuasi setiap tahunnya menjadi hal yang
sangat serius untuk dibenahi, terutama dalam mendukung program swasembada
kedelai yang dicanangkan pemerintah. Peran Kabupaten Cianjur menjadi sangat
besar sebagai salah satu daerah penghasil kedelai terbesar di Indonesia dalam
menjaga konsistensi dan kontinyuitas untuk memproduksi kedelai. Salah satu
strategi pencapaian swasembada kedelai yaitu melalui sistem pembenihan,
sehingga dengan pemilihan benih yang tepat diharapkan dapat menghasilkan sikap
positif dan kepuasan yang tinggi. Kondisi ini tentunya akan membentuk sikap
petani dalam penggunaan benih, sehingga pada akhirnya petani mampu
mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhi kebutuhan mereka. Preferensi
petani terhadap penggunaan benih unggul menjadi hal yang sangat berpengaruh
untuk menjaga konsistensi dan kontinyuitas produksi kedelai dalam negeri,
sehingga pada akhirnya dapat memperkecil jumlah impor kedelai dari negara lain
dan dapat mendukung program swasembada kedelai pemerintah 2014. Oleh
karena itu, diperlukan suatu penelitian perilaku konsumen untuk mengetahui sikap
dan kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai unggul di Kabupaten Cianjur,
khususnya di Desa Sukasirna.
4
Perumusan Masalah
Peningkatan produksi kedelai nasional menuju swasembada dapat
dilakukan salah satunya melalui penyediaan benih bermutu dari varietas unggul,
namun situasi perbenihan kedelai di Indonesia sudah menjurus pada krisis benih.
Hal ini dapat dilihat pada saat musim tanam petani mengalami kesulitan untuk
mencari benih unggul, sehingga benih yang ditanam berasal dari pasar atau benih
asalan yang memiliki daya tumbuh rendah. Sebagian besar benih untuk tanaman
pangan dikuasai oleh perusahaan multinasional. Sebagai contoh, 43 persen benih
hibrida jagung dipasok oleh perusahaan besar seperti Syngenta dan Bayer Corp.
Kondisi seperti ini merupakan bentuk monopoli yang menyebabkan biaya tinggi,
akibatnya petani menanggung beban ongkos produksi yang semakin mahal.
Sampai saat ini sudah dilepas 73 varietas kedelai namun penyebarannya masih
mengalami kendala karena belum teraturnya sistem perbenihan di Indonesia.
Disisi lain, upaya pengembangan benih kedelai terhambat atau jalan ditempat.
Penyebab dari tidak jalannya perbenihan kedelai di Indonesia disebabkan oleh
minat menjadi penangkar benih kedelai kurang memberikan prospek yang lebih
baik dibandingkan komoditas padi, karena kurang memberikan keuntungan bagi
penangkar.
Banyaknya varietas unggul yang dilepas dapat dilihat adanya
perkembangan prefensi konsumen terhadap varietas kedelai. Perkembangan
varietas unggul kedelai tentu juga akan mempengaruhi perilaku petani dalam
pemilihan benih yang akan ditanam, mengingat penilaian petani kedelai terhadap
varietas masing masing wilayah tidaklah sama. Benih dari suatu kelompok ke
kelompok lain memiliki keragaman/perbedaan yang mencakup aspek genetik,
fisiologik, dan fisik. Kondisi dari ketiga aspek tersebut akan menentukan kualitas
(mutu) benih, dan selanjutnya akan menentukan keragaan pertumbuhan dan
produksi di lapang, karena pertumbuhan dan produksi suatu tanaman ditentukan
faktor genetik dan faktor lingkungan. Benih unggul akan menentukan tingkat
keberhasilan atau kegagalan hasil panen (60 persen keberhasilan/kegagalan panen
ditentukan oleh benih). Oleh karena itu petani harus bisa mengakses benih unggul
yang bermutu.
Penyediaan benih kedelai unggul yang bermutu dan secara kontinyu dapat
memenuhi permintaan petani, dapat membantu para petani untuk meningkatkan
hasil produksi kedelai. Benih kedelai yang beredar harus memiliki sifat-sifat
unggul, karena dengan benih unggul dapat membantu petani mengurangi resiko
kegagalan panen. Pemenuhan preferensi petani yang tergambarkan dari kuantitas
dan kualitas produksi memiliki hubungan yang sangat erat dan positif dengan
penyediaan benih dari kedelai yang diminta. Potensi varietas yang dicirikan
dengan penampilan kedelai dilapang berupa karakteristik produksi di lapang dan
kualitas harus benar-benar memenuhi selera petani tersebut. Pemerintah harus
dapat menciptakan varietas yang dapat sesuai dan tepat untuk memenuhi
kebutuhan yang dimaksud.
Oleh karena itu pengetahuan akan proses pengambilan keputusan dan
kepuasan petani terhadap benih kedelai unggul sangat penting untuk diketahui
oleh Pemerintah dalam upaya peningkatan produksi kedelai sehingga mampu
menjamin kebutuhan kedelai dalam negeri.
5
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang akan diteliti sehubungan
dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik petani kedelai dan proses keputusan pembelian
benih kedelai varietas unggul?
2. Bagaimana sikap dan kepuasan petani terhadap benih kedelai varietas
unggul?
3. Bagaimana loyalitas petani terhadap benih kedelai varietas unggul?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik petani kedelai dan proses keputusan
pembelian benih kedelai varietas unggul di Desa Sukasirna, Kecamatan
Sukaluyu, Kabupaten Cianjur.
2. Menganalis sikap dan kepuasan petani terhadap penggunaan benih
kedelai varietas unggul di Desa Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu,
Kabupaten Cianjur.
3. Mengukur tingkat loyalitas petani terhadap benih kedelai varietas
unggul di Desa Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini anatara lain:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
Pemerintah dan penangkar benih sebagai acuan untuk melihat sikap,
kepuasan, dan loyalitas petani terhadap penggunaan benih kedelai
varietas unggul di Kabupaten Cianjur.
2. Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan
melatih kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi dan
menganalisis permasalahan yang ada.
3. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya
sebagai referensi dan bahan penelitian khususnya terkait dengan masalah
sikap, kepuasan, dan loyalitas konsumen
Ruang Lingkup Penelitian
1. Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas
unggul yang digunakan di Kabupaten Cianjur khususnya Desa Sukasirna
yaitu Dapros, Grobogan, dan Orba
2. Petani merupakan objek penelitian yang telah terdata di Dinas Pertanian
Kabupaten Cianjur.
6
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Benih
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4
disebutkan bahwa benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman
atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau
mengembangbiakkan tanaman.
Menurut Sadjad (1975) benih dapat diartikan sebagai berikut
a. Struktural
Benih merupakan biji yang secara umum merupakan hasil dari
perkembangbiakan tanaman secara generatif
b. Agronomis
Benih merupakan hasil panen yang dimanfaatkan untuk tujuan
produksi / budidaya.
c. Fungsional
Benih merupakan bahan untuk perbanyakan tanaman
d. Teknologi pemuliaan
Benih merupakan suatu komponen yang memiliki sifat pewarisan yang
jelas
e. Bioteknologi
Benih merupakan produksi artificial/buatan manusia yang spesifik dan
efisien
Benih unggul adalah benih yang berasal dari jenis unggul, yang
berkualitas baik, ditinjau dari segi kemurnian benih, kebersihan benih, daya
tumbuh dan kesehatan benih. Penggunaan benih unggul merupakan salah satu
faktor penting yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi dari suatu
komoditi. Penggunaan benih varietas unggul juga akan mengurangi resiko
kegagalan budi daya, karena benih varietas unggul mampu tumbuh dengan baik
pada kodisi lahan yang kurang menguntungkan. Benih varietas unggul juga bebas
dari serangan hama dan penyakit. Dengan demikian, hasil panen dapat sesuai
dengan harapan. Hal ini karena sebelum dilepas, benih varietas unggul telah
disertifikasi terlebih dahulu. Selain itu, penggunaan benih varietas unggul juga
berperan penting dalam pengembangan pertanian yang berorientasi agribisnis. 1
Komoditas Kedelai
Sistematika tanaman kedelai adalah sebagai berikut:
Familia
: Leguminosae
Subfamilia
: Papilonoidae
Genus
: Glycine
Species
: Glycine max L
1
http://www.silvikultur.com/definisi_benih_bermutu.html (Diacu 2014 Juni 10)
7
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak.
Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan
berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Kedelai
bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun sejak abad ke XVI tanaman ini
telah dibudidayakan di pulau Jawa yang dibawa oleh imigran Cina sebagai bahan
makanan. Kelanjutan usahatani di Indonesia ditunjang dengan adanya pengolahan
kedelai menjadi bahan makanan seperti tempe, tahu, kecap dan tauco yang
ternyata teknik pengolahannya tidak ditemukan di negara tetangga yang pada
zaman dulu berhubungan erat dengan Indonesia seperti Thailand, India, Vietnam.
Kacang kedelai yang diolah menjadi tepung kedelai, secara garis besar
dapat dibagi menjadi 2 kelompok manfaat utama, yaitu: olahan dalam bentuk
protein kedelai dan minyak kedelai. Dalam bentuk protein kedelai dapat
digunakan sebagai bahan industri makanan yang diolah menjadi: susu, vetsin,
kue-kue, permen dan daging nabati serta sebagai bahan industri bukan makanan
seperti: kertas, cat cair, tinta cetak dan tekstil. Sedangkan olahan dalam bentuk
minyak kedelai digunakan sebagai bahan industri makanan dan non makanan.
Industri makanan dari minyak kedelai yang digunakan sebagai bahan industri
makanan berbentuk gliserida sebagai bahan untuk pembuatan minyak goreng,
margarin dan bahan lemak lainnya. Sedangkan dalam bentuk lecithin dibuat antara
lain: margarin, kue, tinta, kosmetika, insektisida dan farmasi.
Proses budidaya tanaman kedelai terdiri dari pembibitan, pengolahan
media tanam, teknik penanaman, pemeliharaan, penanganan hama dan penyakit,
pemanenan, penanganan pasca panen, sortasi and grading dan terakhir
penyimpanan dan pengemasan. Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan
dalam waktu yang cukup lama yaitu dengan cara kedelai disimpan di tempat
kering dalam karung. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 23 bulan sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 persen.
Kondisi Kedelai di Indonesia
Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam
yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian. Selain itu, Indonesia
juga memiliki pengetahuan pertanian yang tersimpan dalam kearifan lokal dan
kultur masyarakat. Dengan demikian komoditi pertanian sangat penting untuk
diperhatikan, terutama komoditi-komoditi pertanian yang diolah menjadi
kebutuhan pokok masyarakat.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan hasil pertanian di dalam
negeri dan keterbatasan produksi dalam negeri, pemerintah memenuhi dengan
cara impor komoditi hasil pertanian. Dari data impor komoditi pertanian tanaman
pangan dapat diketahui bahwa kedelai menduduki peringkat kedua sedikit di
bawah gandum, dan kedelai seharusnya dapat di produksi di dalam negeri.
Kedelai dikenal sebagai makanan rakyat karena selain merupakan sumber protein
nabati paling menyehatkan, kedelai juga dikenal murah dan terjangkau oleh
sebagian besar rakyat. Rakyat mengolah kedelai menjadi berbagai produk pangan
seperti tempe, tahu, tauco, kecap, susu dan lain-lain, permintaan kedelai pun
selalu meningkat setiap tahunnya.
8
Produksi kedelai dalam negeri dari tahun ke tahun tidak mengalami
peningkatan, hal ini menyebabkan negara kita menjadi ketergantungan akan
kebutuhan kedelai impor. Kondisi tersebut akan sangat mempengaruhi harga
kedelai dalam negeri terhadap fluktuasi harga kedelai internasional. Karena itu
ketika harga kedelai di pasaran internasional melambung tinggi akibat persoalan
kedelai di negara produsen, maka akan berdampak pada melambungnya harga
kedelai di pasar dalam negeri. Produsen pangan berbahan baku kedelai dan
konsumen tempe yang selalu dirugikan, sehingga dari uraian kondisi kedelai di
Indonesia tersebut seharusnya produksi kedelai dalam negeri perlu diperhatikan
agar tercipta kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan kedelai yang semakin
lama semakin meningkat. Usaha peningkatan produksi dalam negeri dapat di
upayakan dengan berbagai cara salah satunya yaitu peningkatan produktivitas
dengan benih kedelai varietas unggul. 2
Penelitian Terdahulu
Fahmi (2008) melakukan penelitian tentang sikap dan kepuasan petani
padi terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi
varietas unggul di kabupaten Kediri. Alat analisis yang digunakan untuk
menjawab tujuan tersebut adalah Fishbein, Important Performance Analysis (IPA)
dan Custumers Satisfaction Index (CSI). Fishbein digunakan untuk mengukur
sikap sedangkan IPA dan CSI digunakan untuk mengukur kepuasan. Penelitian
dilakukan terhadap tiga varietas benih yaitu, IR 64, Ciherang dan Membramo.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian Fahmi
(2008) adalah metode convenience sampling yang berarti sampel responden
adalah responden yang bersedia untuk diwawacarai dan mengisi kuisioner. Dari
14 atribut yang digunakan yaitu anakan produktif, patahan beras, harga jual
gabah, harga benih, kerontokan gabah, kekuatan rebah tanaman, ketahanan hama
penyakit, ketersediaan benih di pasar, produktivitas gabah, rasa nasi, sertifikasi
benih, umur tanaman, tekstur nasi (pulen), dan pemasaran hasilnya meenjelaskan
bahwa sikap yang paling tinggi dari petani ada tiga atribut. Di mana petani di
Kabupaten Kediri lebih menyukai dan menanam varietas Membramo dengan
atribut yang produktivitas tinggi, rasa enak, dan pemasaran yang mudah.
Berdasarkan alat Analisis Fishbein diketahui bahwa petani lebih menyukai
varietas membramo karena produktivitas dan rasa nasi yang enak. Berdasarkan
alat analisis IPA, diketahui bahwa atibut-atribut yang dirasakan petani memiliki
kinerja rendah adalah harga GKP, umur tanaman, tahan hama penyakit dan tahan
rebah sehingga atribut ini perlu diperbaiki. Hasil dari CSI menunjukkan bahwa
petani puas terhadap kinerja atrubut-atribut varietas unggul dengan nilai CSI
sebesar 73.32 persen.
Ayuningtyas (2009), melakukan penelitian mengenai “Analisis Sikap
Konsumen dan Kinerja Atribut Teh Hijau Siap Minum Merek NU Green Tea.
Original di Kota Jakarta”. Penelitian ini didasari oleh teh hijau yang sedang
popular sehingga konsumsi masyarakat terhadap teh hijau meningkat. Dengan
2
http://www.perkindo.org/studi-kasus-permasalahan-komoditas-kedelai (Diacu 2014 Juni 10)
9
demikian perlu dikaji mengenai perilaku konsumennya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji karakteristik konsumen teh hijau NU Green Tea, mengkaji proses
keputusan pembelian konsumen dan mengkaji kinerja atribut Nu Green Tea.
Metode yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu analisis deskriptif, analisis
angka ideal untuk mengukur sikap konsumen dan IPA (Important Performance
Analisys) untuk mengukur kepentingan konsumen terhadap atribut produk.
Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode convenience sampling, dengan jumlah responden sebanyak 100 orang
yang didasarkan pada rumus Slovin. Peneliti juga melakukan pengujian kuesioner
dengan uji validitas dan uji reliabilitas untuk menguji kebenaran dan keabsahan
dari kuesioner yang diajukan, serta sejauh mana responden dapat mengerti isi
kuesioner tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan responden Nu Green Tea 59 persen berjenis
kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan terakhir SMU. Responden paling
dominan adalah pelajar atau mahasiswa dengan rata-rata usia 19-29 tahun dan 84
persen belum menikah. Pada analisis sikap mendapatkan respon yang baik dari
konsumen dan hasil IPA menunjukkan tidak ada atribut yang menjadi prioritas
utama untuk segera diperbaiki pada kuadran I, yang harus dipertahankan adalah
pada kuadran II yaitu atribut kejelasan kadaluarsa, kesegaran, kejelasan izin
Depkes, kemudahan mendapatkan, ketersediaan kondisi dingin dan rasa manis.
Irawati (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Sikap dan
Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi (Oriza sativa) Varietas Unggul di
Kota Solok, Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi
karakteristik petani dan proses keputusan pembelian serta menganalisis sikap dan
kepuasan konsumen terhadap penggunaan padi varietas unggul di kota Solok.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis Deskriptif,
Importance Performance Analysis dan Customer Satisfaction Index. Berdasarkan
hasil yang diperoleh dengan menggunakan analisis deskpitif petani lebih banyak
perempuan, sebagian besar berumur 41-50 tahun, tingkat pendidikan terakhir
adalah SD, dan pada umumnya memiliki lima orang anak. Penggunaan benih
varietas unggul sangat penting. Petani di kota Solok yang lebih banyak dipilih
adalah Cisokan dan Anak Daro. Varietas ini lebih banyak di pilih karena rasa nasi
yang enak dan harga gabah yang tinggi. Hasil analisis sikap yang diperoleh
diketahui Anak Daro dan Cisokan memiliki atribut tingkat kinerja tinggi dan
kepentingan tinggi sedangkan untuk tingkat kepuasannya, semua varietas berada
pada kategori puas
Manalu (2010) melakukan penelitian tentang sikap dan kepuasan petani
padi terhadap penggunaan benih padi varietas unggul Kecamatan Baros, Kota
Sukabumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik
petani dan proses pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih padi
hibrida Bernas Prima, menganalisis sikap petani terhadap benih padi hibrida
Bernas Prima, menganalisis kepuasan petani terhadap benih padi hibrida Bernas
Prima.
Metode penelitian yang digunakan adalah melalui pendekatan
surveymenggunakan sampel acak sederhana (Snowball Sampling). Dalam
menjawab perumusan masalah penelitian dipergunakan analisis deskriptif, analisis
Cochran, analisis Multiatribut Fishbein, Perceptual Mapping, analisis Biplot dan
Consumers Satisfaction Index (CSI).
10
Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang karakteristik responden,
paling banyak petani pada kelompok usia 41 hingga 50 tahun, berjenis kelamin
laki-laki, menikah dan rata-rata berjumlah anggota keluarga sebanyak lima orang,
tingkat pendidikan terbanyak adalah sekolah dasar. Usahatani ini merupakan
pekerjaan utama, pendapatan diluar usahatani kurang dari Rp 500 000, dengan
lama berusahatani padi lebih dari 30 tahun, lahan yang mereka gunakan sebagian
besar milik sendiri dengan rata-rata luas lahan 3 000-5 000 m2. Budidaya yang
dilakukan sebanyak tiga kali dalam setahun, sedangkan varietas yang paling
banyak digunakan adalah Ciherang dan Sintanur.
Hasil analisis multiatribut Fishbein menunjukkan total nilai sikap yang
diperoleh benih padi hibrida Bernas Prima, Ciherang, dan Sintanur secara
berturut-turut adalah 152.18, 174.03 dan 149.79. Semakin besar skor sikap total
maka produk terkait semakin dapat memenuhi harapan dan kebutuhan petani
responden. Dengan demikian berdasarkan hasil total penilaian sikap petani
terhadap benih padi menunjukkan bahwa benih padi varietas Ciherang lebih
disukai oleh petani dan dianggap lebih mampu memenuhi harapan dan kebutuhan
petani responden. Tingkat kepuasan petani terhadap padi hibrida Bernas Prima
berada pada indeks puas dengan skor 0.66 atau 66 persen. Dari pendekatan angka
tersebut berarti masih ada nilai ketidakpuasan sebesar 34 persen yang perlu
diperbaiki
Afrilia (2010) melakukan penelitian dengan judul analisis sikap dan
kepuasan konsumen terhadap teh celup hitam walini di agrowisata Gunung Mas,
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi karakteristik umum konsumen dan menganalisis proses
keputusan pembelian teh celup hitam Walini, menganalisis sikap konsumen
terhadap atribut teh celup hitam Walini, menganalisis kepuasan konsumen
terhadap atribut teh celup hitam Walini. Penelitian ini dilaksanakan di Agrowisata
Gunung Mas yang berlokasi di Desa Tugu, Kecamatan Cisarua. Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik convenience sampling. Jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 60 responden. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif,
multiatribut fishbein, IPA dan CSI.
Karakteristik umum responden teh celup hitam Walini ditinjau dari segi
demografisnya adalah kalangan dewasa yang sudah menikah (78.33 persen)
dengan rata-rata usia 30-39 tahun. Sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan (56.67 persen). Tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah
sarjana S1 dengan pekerjaan sebagian besar adalah ibu rumah tangga (33.33
persen) dan pegawai swasta(26.67 persen) dan rata-rata pendapatan responden per
bulan lebih dari Rp 1.5 juta. Responden sebagian besar berasal dari Jakarta dan
Bogor.
Hasil analisis multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa responden
memiliki sikap yang positif terhadap kedua produk, namun responden cenderung
lebih menyukai teh celup hitam Walini (80.80) dibanding teh celup Sariwangi
(77.32). Hasil analisis tingkat kepentingan dan kinerja pada teh celup hitam
Walini atribut tertinggi adalah tanggal kadaluarsa (3.40) dan terendah adalah
atribut merek (2.12), sedangkan pada teh celup Sariwangi kinerja yang tertinggi
adalah atribut merek dan kemudahan dalam mendapatkan produk (3.37) dan
terendah adalah atribut warna kepekatan air teh (2.23). Hasil kuadran IPA pada
teh Walini menunjukkan bahwa atribut kemudahan dalam mendapatkan berada
11
pada kuadran pertama yang memiliki prioritas tinggi untuk segera diperbaiki, dan
atribut yang memiliki prioritas rendah untuk diperbaiki saat ini adalah atribut
harga, kemasan dan merek. Atribut yang perlu dipertahankan adalah rasa, aroma,
kejelasan tanggal kadaluarsa dan kejelasan izin BPOM karena dinilai kinerjanya
sudah baik, sedangkan untuk atribut warna dinilai terlalu berlebih. Hasil IPA
tersebut digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan secara keseluruhan kinerja
atribut dengan CSI. Hasil analisis CSI menunjukkan bahwa responden puas
terhadap produk teh celup hitam Walini (73.25 persen) dan teh celup Sariwangi
(69 persen) berada pada rentang skala 50-75 persen dengan kriteria puas.
Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitianpenelitian sebelumnya. Dalam hal alat analisis, penelitian ini memiliki persamaan
dengan penelitian Fahmi (2008), Irawati (2009), Manalu dan Afrilia (2010).
Terdapat persamaan mengenai alat analisis yang digunakan pada penelitian
tersebut yaitu menggunakan metode Multiatribut Fishbein untuk mengukur sikap
dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk mengukur tingkat kepuasan. Juga
memiliki persamaan dengan alat analisis Importance Performance Analysis (IPA)
dengan penelitian Ayuningtyas (2009).
Perbedaan dengan penelitian terdahulu terlihat dari segi objek yang dikaji
yaitu kedelai. Kedelai merupakan salah satu komoditi yang sedang krisis,
terutama dalam sektor perbenihan. Selain itu, terdapat perbedaan mengenai aspek
loyalitas dengan alat analisis Piramida Loyalitas yang tidak terdapat dalam
penelitian terdahulu. Saat ini, Indonesia menjadi salah satu negara pengimpor
kedelai terbesar di dunia. Hal ini tentunya tidak dapat dibiarkan begitu saja
mengingat potensi untuk meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri dapat
dilakukan. Salah satu peningkatan produksi kedelai yaitu melalui benih unggul.
Meskipun sudah ada pengkajian mengenai kedelai, namun pengkajian tersebut
lebih terfokus terhadap analasis daya saing dan analisis tataniaga. Sementara
pengkajian kedelai dalam hal sikap, kepuasan, dan loyalitas, khususnya yang
terkait dengan atribut pada benih kedelai belum diteliti. Oleh karena itu, dilakukan
penelitian mengenai analisis sikap, kepuasan, dan loyalitas petani terhadap atribut
benih kedelai dengan studi kasus di Desa Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu,
Kabupaten Cianjur.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Uraian secara teoritis dalam menjawab tujuan dari penelitian ini dijelaskan
dalam kerangka pemikiran teoritis. Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan
bersumber dari penelusuran teori-teori yang relevan terkait penelitian. Berikut
dijelaskan mengenai kerangka pemikiran teoritis.
12
Konsumen dan Perilaku Konsumen
Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik dari segi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Sedangkan
menurut Sumarwan (2011) konsumen sering diartikan sebagai dua jenis
konsumen yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen
individu adalah konsumen yang membeli barang atau jasa untuk digunakan
sendiri. Dan konsumen organisasi adalah konsumen yang membeli barang atau
jasa untuk seluruh kegiatan-kegiatan sosial. Menurut Kotler (2000) konsumen
didefinisikan sebagai individu atau kelompok yang berusaha memenuhi atau
mendapatkan barang atau jasa yang yang dipengaruhi untuk kehidupan pribadi
atau kelompoknya.
Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2011) Perilaku
konsumen didefinisikan sebagai perilaku yang diperlihatkan oleh konsumen
dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk
dan jasa yang diharapkan akan memuaskan kebutuhan. Perilaku konsumen adalah
semua kegiatan, tindakan, dan proses psikologis yang mendorong tindakan
tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, dan
menghabiskan produk atau jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan
mengevaluasi Sumarwan (2011).
Perilaku konsumen juga dapat didefinisikan sebagai tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk
dan jasa, termasuk keputusan yang mendahului tindakan tersebut (Engel et al.
1994).
Sementara Rangkuti (2006) membedakan tiga jenis definisi mengenai
perilaku konsumen, yaitu:
a. Perilaku konsumen adalah dinamis, menekankan bahwa seorang
konsumen, kelompok konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan
bergerak sepanjang waktu. Dalam hal pengembangan strategi pemasaran,
sifat dinamis perilaku konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh
berharap bahwa satu strategi pemasaran yang sama dapat memberikan
hasil yang sama sepanjang waktu, dan di pasar serta industri yang sama.
b. Perilaku konsumen melibatkan interaksi, menekankan bahwa untuk
mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami
yang dipikirkan (kognisi), dirasakan (pengaruh), dan dilakukan (perilaku)
oleh konsumen. Selain itu, kita juga harus memahami apa dan di mana
peristiwa (kejadian sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh
pikiran, perasaan, dan tindakan konsumen.
c. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, menekankan bahwa konsumen
tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga berkaitan
dengan pertukaran.
Karakteristik Konsumen
Menurut Sumarwan (2011) Pendidikan merupakan salah satu karakteristik
demografi yang penting. Konsumen yang berpendidikan tinggi lebih akan senang
untuk mencari informasi yang banyak mengenai suatu produk sebelum ia
memutuskan untuk membeli. Beberapa karakteristik demografi yang sangat
13
penting untuk memahami konsumen adalah usia, agama, suku bangsa,
pendapatan, jenis kelamin, pekerjaan, lokasi geografi, jenis rumah tangga, dan
kelas sosial.
Memahami usia konsumen adalah penting karena konsumen yang berbeda
usia akan mengkonsumsi produk atau jasa yang berbeda. Pendidikan dan
perkerjaan adalah dua hal karakteristik konsumen yang saling berhubungan.
Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang ditekuni oleh konsumen.
Pekerjaan juga mempengaruhi pendapatan yang diterima seseorang. Pendidikan
dan pendapatan tersebut kemudian akan mempengaruhi proses keputusan dan
konsumsi seseorang. Letak geografi dimana konsumen tinggal, akan
mempengaruhi pola konsumsinya. Konsumen yang tinggal di perkotaan akan
lebih mudah mendapatkan kebutuhannya jika dibandingkan dengan konsumen
yang tinggal dipedesaan. Para pemasar harus memahami dimana konsumen
tinggal agar dapat fokus dalam memasarkan produknya.
Sikap Konsumen
Sikap konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi proses
keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan
(belief) dan perilaku (behavior). Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen
tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa
menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat
dari objek tersebut. Menurut Mowen dan Minor dalam Sumarwan (2011)
kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek,
atributnya, dan manfaatnya. Kepercayaan, sikap, dan perilaku juga terkait dengan
konsep atribut produk. Atribut produk adalah karakteristik dari suatu produk.
Konsumen biasanya memiliki kepercayaan terhadap atribut suatu produk.
Menurut Sumarwan (2011), Sikap memiliki tiga unsur, yaitu kognitif
(pengetahuan), afektif (emosi, perasaan), dan konatif (tindakan). Komponen
kognitif merupakan hal-hal yang diketahui individu yang bersifat langsung atau
tidak langsung dengan objek sikap yang dipengaruhi oleh pengalaman,
pengamatan, dan informasi yang diperoleh konsumen terhadap suatu produk atau
jasa tersebut. Komponen afektif merupakan perasaan dan emosi konsumen
mengenai objek sikap yang ditunjukkan melalui beragam ekspresi mulai dari rasa
sangat tidak suka sampai sangat suka. Komponen konatif merupakan
kecenderungan individu atau konsumen dalam melakukan suatu tindakan terhadap
objek sikap. Konatif belum berupa perilaku nyata namun masih berupa keinginan
untuk melakukan suatu tindakan. Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen
tentang suka atau tidak terhadap suatu objek, dan sikap juga dapat
menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai berbagai atribut dan
manfaat dari objek tersebut.
Engel et a.l (1994) mendefinisikan sikap sebagai keseluruhan evaluasi yang
memungkinkan orang berespon dengan cara menguntungkan atau tidak
menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang
diberikan. Sifat penting dari sikap adalah faktor kepercayaan dan selalu dinamis
(berubah-ubah). Tingkat kepercayaan menjadi penting karena akan mempengaruhi
kekuatan hubungan diantara sikap dan perilaku serta dapat memengaruhi
kerentanan sikap terhadap perubahan. Sifat bersamaan dengan perubahan waktu
karena pola gaya hidup masyarakat yang selalu berubah.
14
Menurut Engel et al. (1994) menyatakan bahwa Model Sikap Multiatribut
Fishbein dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan produk
yang dimiliki konsumen dengan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau
atribut produk. Model ini mengidentifikasikan bagaimana konsumen
mengkombinasikan kepercayaan mereka mengenai evaluasi produk sehingga akan
membentuk sikap terhadap berbagai merek alternatif. Apabila sikap konsumen
bersifat positif, maka produk diterima oleh konsumen dan sebaliknya apabila
negatif maka konsumen akan menolak.
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Sebagai konsumen, manusia melakukan proses pengambilan keputusan
untuk mengkonsumsi berbagai macam produk yang ditawarkan. Menurut
Sumarwan (2011) mendefinisikan keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan
dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan
pilihan maka ia harus memiliki alternatif pilihan produk atau jasa. Sedangkan jika
tidak ada alternatif pilihan dalam pengambilan keputusan maka disebut sebagai
sebuah “Hobson’s choice”. Menurut Engel et al. (1994) menyatakan bahwa
seringkali konsumen melakukan tindakan pengambilan keputusan berdasarkan
asas rasional dan manfaat hedonik (hedonic benefit) yang diharapkan bahwa
keputusan pembelian oleh konsumen mencerminkan campuran dari utilitarian dan
hedonik.
Proses pengambilan keputusan pembelian menurut Engel et al. (1994)
meliputi lima tahap yaitu:
1. Pengenalan Kebutuhan
Kebutuhan muncul karena adanya dorongan internal dan eksternal.
Dorongan internal merupakan kebutuhan dasar seseorang seperti rasa lapar
dan haus dan menjadi motivasi orang tersebut untuk memenuhi keinginan
yang muncul tersebut. Sedangkan dorongan eksternal akan menggerakkan
seseorang untuk mencari informasi yang lebih untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
Pengenalan kebutuhan didefinisikan sebagai suatu persepsi atau
perbedaan antara yang diinginkan dengan situasi aktual yang memadai
untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Kebutuhan
harus diaktifkan sebelum dikenali dan ada beberapa faktor yang
memengaruhi pengaktifan kebutuhan yaitu waktu, perubahan situasi,
pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan individu dan pengaruh
pemasaran.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang akan memenuhi kebutuhan akan terlibat dalam
pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Konsumen akan
mencari informasi yang disimpan dalam ingatan (pencarian internal) atau
mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan
(pencarian eksternal). Dari informasi yang diperoleh tersebut, konsumen
akan mulai mempertimbangkan berbagai alternatif pilihan yang akan
dikonsumsi.
3. Evaluasi Alternatif
Merupakan proses di mana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan
dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumen mengevaluasi
15
pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan
pilihan sampai alternatif yang dipilih. Untuk memilih alternatif,
memungkinkan bagi konsumen akan menggunakan beberapa kriteria
evaluasi yang berbeda sesuai kepentingan relatif mereka.
4. Pembelian
Setelah melakukan evaluasi alternatif, maka konsumen akan
memperoleh alternatif yang dipilih. Pada tahap ini konsumen akan
mengambil keputusan kapan m
TERHADAP BENIH KEDELAI DI DESA SUKASIRNA,
KECAMATAN SUKALUYU, KABUPATEN CIANJUR
GHANDUR INSANI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sikap,
Kepuasan, dan Loyalitas Petani terhadap Benih Kedelai di Desa Sukasirna,
Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Ghandur Insani
H34100077
ABSTRAK
GHANDUR INSANI Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyalitas Petani terhadap
Benih Kedelai di Desa Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur.
Dibimbing oleh RITA NURMALINA
Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan yang paling penting ketiga
setelah padi dan jagung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
karakteristik, proses pengambilan keputusan, sikap, kepuasan, dan loyalitas petani
dalam penggunaan varietas unggul benih kedelai di desa Sukasirna. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif,
multiatribut Fishbein, Customer Satisfaction Index (CSI), Importance
Performance Analysis (IPA) dan Piramida Loyalitas. Berdasarkan multiatribut
Fishbein diperoleh benih kedelai varietas unggul Dapros merupakan benih yang
lebih disukai oleh petani dibandingkan Grobogan dan Orba. Berdasarkan
Customer Satisfaction Index (CSI) diperoleh petani responden telah merasa puas
terhadap kinerja dari atribut benih kedelai varietas unggul Dapros dibandingkan
Grobogan dan Orba. Berdasarkan analisis loyalitas konsumen, petani responden
loyal terdahap benih kedelai varietas unggul Dapros dibandingkan Grobogan dan
Orba.
Kata kunci: Kedelai, kepuasan, loyalitas, perilaku, sikap
ABSTRACT
GHANDUR INSANI Analysis of Attitude, Satisfaction, and Loyalty to the Seed
Soybean Farmers in the village Sukasirna, Sukaluyu subdistrict, Cianjur.
Supervised by RITA NURMALINA
Soybean is one of the most three important food after rice and corn. The
purpose of this study was to identify the characteristics, decision-making
processes, attitudes, satisfaction, and loyalty of farmers in the use of improved
varieties of soybean seeds in the village Sukasirna. The method of analysis used in
this study is descriptive analysis method, multiatribut Fishbein, Customer
Satisfaction Index (CSI), Importance Performance Analysis (IPA) and Loyalty
Pyramid. Based on Fishbein multiatribut obtained Dapros soybean seed is the
seed of improved varieties preferred by farmers compared Grobogan and Orba.
Based on Customer Satisfaction Index (CSI) has been obtained by the farmer
respondents were satisfied with the performance of improved varieties of soybean
seed attributes Dapros compared Grobogan and Orba. Based on the analysis of
customer loyalty, loyal farmer respondents terdahap superior varieties of soybean
seed Dapros compared Grobogan and Orba.
Keywords: Attitude, behavior, loyalty, satisfaction, soybean.
ANALISIS SIKAP, KEPUASAN, DAN LOYALITAS PETANI
TERHADAP BENIH KEDELAI DI DESA SUKASIRNA,
KECAMATAN SUKALUYU, KABUPATEN CIANJUR
GHANDUR INSANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyalitas Petani terhadap Benih Kedelai di Desa
Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat”. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis karakteristik dan proses keputusan petani kedelai
dan menganalisis sikap serta kepuasan petani, serta melihat sejauh mana loyalitas
petani terhadap benih kedelai varietas unggul di Desa Sukasirna, Kecamatan
Sukaluyu, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir Rita Nurmalina, MS
selaku pembimbing. Terima kasih kepada Dr. Amzul Rifin, SP. MA dan Rahmat
Yanuar, SP. MSi selaku dosen penguji. Apresiasi dan rasa terimakasih penulis
sampaikan kepada teman seperjuangan satu kelompok bimbingan skripsi dan juga
kepada Febby Kurniawati sebagai pembahas dalam seminar penelitian saya, para
petani yang telah bersedia menjadi responden, dan juga Bapak Jaelani selaku
penyuluh Desa Sukasirna yang telah membantu selama pengumpulan data. Terima
kasih penulis ucapkan kepada Bapak dan Ibu, adik dan keluarga penulis atas
segala doa, dorongan semangat dan kasih sayang.
Terakhir penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan semangat dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan baik.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Ghandur Insani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Benih
Komoditas Kedelai
Kondisi Kedelai di Indonesia
Penelitian Terdahulu
Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengambilan Sampel
Metode Analisis Data
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Desa Sukasirna
Gambaran Pertanian Desa Sukasirna
KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN
Jenis Kelamin
Usia
Status Pernikahan
Tingkat Pendidikan
Pendapatan di Luar Usahatani per Bulan
Status Pekerjaan
Lama Berusahatani
Budidaya dalam Setahun
Status Kepemilikan Lahan
Luas Lahan
PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
Perilaku Setelah Pembelian
ANALISIS SIKAP PETANI TERHADAP BENIH KEDELAI VARIETAS
UNGGUL
Penilaian Evaluasi Tingkat Kepentingan Atribut Benih Kedelai
vi
vi
vi
1
1
4
5
5
5
6
6
6
7
8
11
11
11
18
19
19
20
20
20
29
29
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
35
36
36
37
48
39
42
42
43
Penilaian Tingkat Kepercayaan Atribut Benih Kedelai
Analisis Sikap Petani terhadap Benih Kedelai Varietas Unggul Dapros,
Grobogan, dan Orba
ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS PETANI TERHADAP BENIH
KEDELAI VARIETAS UNGGUL
Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index)
Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance Performance
Analysis) Atribut Benih Kedelai Varietas Unggul Dapros
Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance Performance
Analysis) Atribut Benih Kedelai Varietas Grobogan
Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance Performance
Analysis) Atribut Benih Kedelai Varietas Orba
Analisis Loyalitas Konsumen
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
46
51
52
53
55
62
64
66
71
71
72
72
74
77
DAFTAR TABEL
1 Produksi kedelai Indonesia dan beberapa negara produsen utama
kedelai dunia tahun 2012
2 Luas panen dan produksi kedelai di Jawa Barat tahun 2013
3 Sebaran jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Sukasirna
tahun 2013
4 Sebaran jumlah penduduk di Desa Sukasirna berdasarkan mata
pencaharian tahun 2013
5 Sebaran responden menurut jenis kelamin
6 Sebaran responden menurut usia
7 Sebaran responden menurut status pernikahan
8 Sebaran responden menurut tingkat pendidikan
9 Sebaran responden menurut pendapatan di luar usahatani per bulan
10 Sebaran responden menurut status pekerjaan
11 Sebaran responden menurut lama berusahatani
12 Sebaran responden menurut budidaya dalam setahun
13 Sebaran responden menurut kepemilikan lahan
14 Sebaran responden menurut luas lahan
15 Sebaran responden berdasarkan motivasi menanam kedelai
16 Sebaran responden berdasarkan harapan benih kedelai yang digunakan
17 Sebaran responden berdasarkan pencarian informasi
18 Sebaran responden berdasarkan evaluasi alternatif
19 Sebaran responden berdasarkan memutuskan penggunaan benih
20 Sebaran responden berdasarkan tempat pembelihan benih
21 Sebaran responden berdasarkan alasan pemilihan tempat
1
3
29
30
32
32
33
33
34
34
34
35
35
36
37
37
38
39
40
40
40
22 Sebaran responden berdasarkan frekuensi pembelian benih dalam 1
tahun
23 Sebaran responden berdasarkan harga benih
24 Sebaran responden berdasarkan kebutuhan benih
25 Sebaran responden berdasarkan perilaku setelah pembelian
26 Persepsi responden terhadap evaluasi tingkat kepentingan (ei) atribut
benih
27 Tingkat kepercayaan (bi) atribut benih kedelai varietas unggul Dapros
28 Tingkat kepercayaan (bi) atribut benih kedelai varietas Grobogan
29 Tingkat kepercayaan (bi) atribut benih kedelai varietas Orba
30 Hasil model sikap Multiatribut Fishbein untuk benih kedelai varietas
unggul Dapros, Grobogan dan Orba
31 Perhitungan Customers Satisfaction Index pada benih kedelai varietas
unggul Dapros
32 Perhitungan Customers Satisfaction Index pada Benih kedelai varietas
Grobogan
33 Perhitungan Customers Satisfaction Index pada benih kedelai varietas
Orba
34 Perhitungan rata-rata penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja
atribut benih kedelai varietas unggul Dapros
35 Perhitungan rata-rata penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja
atribut benih kedelai varietas Grobogan
36 Perhitungan rata-rata penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja
atribut benih kedelai varietas Orba
41
41
42
42
43
46
49
50
52
53
54
55
56
62
64
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
Piramida loyalitas merek
Kerangka pemikiran operasional
Diagram kartesius
Diagram kartesius Importance Performance Analysis kedelai varietas
unggul Dapros
5 Diagram kartesius Importance Performance Analysis kedelai varietas
Grobogan
6 Diagram kartesius Importance Performance Analysis kedelai varietas
Orba
7 Piramida loyalitas benih kedelai varietas unggul Dapros, Grobogan, dan
Orba
17
19
26
57
63
65
67
DAFTAR LAMPIRAN
1 Proyeksi penduduk dan total konsumsi kedelai di Indonesia
2 Luas panen, produktivitas, produksi kedelai di Indonesia
3 Data varietas benih kedelai
74
74
74
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Hingga
kini mayoritas penduduk Indonesia telah memanfaatkan sumberdaya alam untuk
menunjang kebutuhan hidupnya, dan salah satunya ialah dengan menggantungkan
hidup pada sektor pertanian. Adanya hal tersebut mengakibatkan sektor pertanian
memiliki peranan yang sangat penting, karena sebagai penghasil pangan bagi
penduduk yang jumlah tiap tahunnya selalu terus bertambah.
Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia, karena itu
sangatlah penting untuk menjaga ketersediaannya. Hak untuk memperoleh pangan
merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27
UUD 1945. Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No.7/1996 tentang
pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti
dan peranan penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ketahanan pangan merupakan
kemampuan rumah tangga menyediakan pangan bagi seluruh anggota rumah
tangganya dalam jumlah, mutu, aman, merata dan berkesinambungan. Kedelai
merupakan salah satu dari komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah
padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya
akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan.
Perkembangan produksi kedelai di Indonesia ini masih rendah jika
dibandingkan dengan negara-negara produsen utama kedelai dunia (Tabel 1).
Tabel 1 Produksi kedelai Indonesia dan beberapa negara produsen utama kedelai
dunia tahun 2012
Rangking
Negara
Produksi (Ton)
1
Amerika Serikat
82 054 800
2
Brazil
65 848 857
3
Argentina
40 100 197
4
China
12 800 000
5
India
11 500 000
6
Paraguay
8 350 000
7
Kanada
4 870 160
8
Uruguay
3 000 000
9
Ukraina
2 410 200
10
Bolivia
2 400 000
11
Rusia
1 806 203
12
Indonesia
851 647
Sumber : FAO, Production Yearbook, 2012
Berdasarkan data tersebut, saat ini Indonesia berada di urutan 12 dalam
negara penghasil kedelai terbesar di dunia. FAO mencatat bahwa pada tahun
2012, produksi kedelai di Indonesia mencapai 851 647 ton, jumlah tersebut
2
memang masih jauh dibandingkan dengan negara tetangga seperti India yang
mampu memproduksi kedelai sebesar 11 500 000 ton
Kebutuhan akan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun seiring
dengan pertumbuhan penduduk. Dalam kurun waktu tujuh tahun (tahun 20092015) diproyeksikan kebutuhan kedelai akan selalu meningkat setiap tahunnya.
Pada tahun 2013, konsumsi kedelai di Indonesia sebesar 2 585 ribu ton. Jumlah
proyeksi penduduk dan total konsumsi kedelai di Indonesia dapat dilihat pada
lampiran 1. Sementara itu, produksi kedelai di Indonesia terus menurun setiap
tahunnya, salah satu penyebabnya yaitu luas areal panen yang juga terus menurun
tiap tahunnya. Tercatat pada tahun 2013, produksi kedelai di Indonesia sebesar
780 163 ton. Luas areal dan produksi kedelai di Indonesia dapat dilihat pada
lampiran 2.
Kebutuhan kedelai dalam negeri yang besar belum bisa dipenuhi oleh
produksi dalam negeri. Hal ini mendorong pemerintah mengimpor kedelai dari
pasar dunia untuk memenuhi konsumsi domestik. Saat ini, Indonesia menjadi
salah satu negara pengimpor kedelai terbesar di dunia. Setiap tahunnya jumlah
kedelai yang diekspor rata-rata di atas 1 juta ton dari total kebutuhan rata-rata di
atas 2 juta ton. Dari jumlah itu, sekitar 88 persen digunakan sebagai bahan baku
pembuatan tempe dan tahu, 10 persen untuk pangan olahan lainnya seperti
industri tepung dan pati serta sisanya sebanyak 2 persen untuk benih. Hal ini
tentunya tidak dapat dibiarkan begitu saja mengingat potensi untuk meningkatkan
produksi kedelai di dalam negeri dapat dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan
tersedianya lahan yang cukup luas dan sesuai untuk budidaya kedelai serta
terdapatnya teknologi spesifik lokasi dan sumberdaya manusia yang cukup
terampil dalam usahatani kedelai (Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2010).
Selain itu Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang
besar, dan terus berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai
menjadikan komoditas kedelai perlu mendapatkan prioritas untuk dikembangkan
di dalam negeri. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, pemerintah berupaya
untuk mewujudkan swasembada kedelai di Indonesia. Swasembada kedelai
merupakan suatu keadaan tercukupinya kebutuhan konsumsi kedelai dalam negeri
oleh produksi kedelai nasional.
Peningkatan produksi kedelai nasional menuju swasembada, baik yang
ditempuh melalui upaya peningkatan produktivitas maupun melalui perluasan
areal tanam, pasti memerlukan penyediaan benih bermutu dari varietas unggul.
Benih unggul tersebut harus memenuhi aspek kuantitas dan kualitas, serta
penggunaannya secara konsisten. Sayangnya, penyediaan benih kedelai
bersertifikat (berlabel) di dalam negeri baru sekitar 8 persen dari kebutuhan
potensial. Padahal benih padi bersertifikat sudah mencapai 37 persen.
Benih kedelai yang bermutu adalah benih yang telah bersertifikasi, yang
telah memenuhi syarat-syarat dan telah memiliki izin dari penangkaran benih.
Tujuan sertifikasi yaitu untuk memelihara kemurnian genetik benih dari varietas
unggul serta menyediakannya secara kontinyu bagi para petani. Pada saat ini,
terdapat 73 varietas benih kedelai yang bersertifikasi, diantaranya Wilis,
Argomulyo, Dapros, Burangrang, Kaba, Sinabung, Anjasmoro, Mahameru, Ijen,
Grobogan, dan Argopuro.
Sejalan dengan swasembada kedelai yang dicanangkan pemerintah, maka
dibutuhkan peningkatan sektor produksi kedelai terutama sentra produksi kedelai
3
nasional salah satunya Kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur merupakan salah
satu penghasil kedelai terbesar di Jawa Barat. Mata pencaharian masyarakat
sebagian besar sebagai petani. Pada tahun 2013, produksi kedelai di Jawa Barat
sebesar 48 636 ton. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2012
dengan produksi sebesar 47 426 ton, namun tidak lebih tinggi dibandingkan pada
tahun sebelumnya.
Tabel 2 Luas panen dan produksi kedelai di Jawa Barat tahun 2013
Tahun
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
2003
14 971.00
19 822.00
2004
20 997.00
29 090.00
2005
17 934.00
23 845.00
2006
17 878.00
24 495.00
2007
12 429.00
17 438.00
2008
23 810.00
32 921.00
2009
41 775.00
60 257.00
2010
36 700.00
55 823.00
2011
35 674.00
56 166.00
2012
30 345.00
47 426.00
2013
32 813.00
48 636.00
Sumber : BPS, 2013
Produksi kedelai yang berfluktuasi setiap tahunnya menjadi hal yang
sangat serius untuk dibenahi, terutama dalam mendukung program swasembada
kedelai yang dicanangkan pemerintah. Peran Kabupaten Cianjur menjadi sangat
besar sebagai salah satu daerah penghasil kedelai terbesar di Indonesia dalam
menjaga konsistensi dan kontinyuitas untuk memproduksi kedelai. Salah satu
strategi pencapaian swasembada kedelai yaitu melalui sistem pembenihan,
sehingga dengan pemilihan benih yang tepat diharapkan dapat menghasilkan sikap
positif dan kepuasan yang tinggi. Kondisi ini tentunya akan membentuk sikap
petani dalam penggunaan benih, sehingga pada akhirnya petani mampu
mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhi kebutuhan mereka. Preferensi
petani terhadap penggunaan benih unggul menjadi hal yang sangat berpengaruh
untuk menjaga konsistensi dan kontinyuitas produksi kedelai dalam negeri,
sehingga pada akhirnya dapat memperkecil jumlah impor kedelai dari negara lain
dan dapat mendukung program swasembada kedelai pemerintah 2014. Oleh
karena itu, diperlukan suatu penelitian perilaku konsumen untuk mengetahui sikap
dan kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai unggul di Kabupaten Cianjur,
khususnya di Desa Sukasirna.
4
Perumusan Masalah
Peningkatan produksi kedelai nasional menuju swasembada dapat
dilakukan salah satunya melalui penyediaan benih bermutu dari varietas unggul,
namun situasi perbenihan kedelai di Indonesia sudah menjurus pada krisis benih.
Hal ini dapat dilihat pada saat musim tanam petani mengalami kesulitan untuk
mencari benih unggul, sehingga benih yang ditanam berasal dari pasar atau benih
asalan yang memiliki daya tumbuh rendah. Sebagian besar benih untuk tanaman
pangan dikuasai oleh perusahaan multinasional. Sebagai contoh, 43 persen benih
hibrida jagung dipasok oleh perusahaan besar seperti Syngenta dan Bayer Corp.
Kondisi seperti ini merupakan bentuk monopoli yang menyebabkan biaya tinggi,
akibatnya petani menanggung beban ongkos produksi yang semakin mahal.
Sampai saat ini sudah dilepas 73 varietas kedelai namun penyebarannya masih
mengalami kendala karena belum teraturnya sistem perbenihan di Indonesia.
Disisi lain, upaya pengembangan benih kedelai terhambat atau jalan ditempat.
Penyebab dari tidak jalannya perbenihan kedelai di Indonesia disebabkan oleh
minat menjadi penangkar benih kedelai kurang memberikan prospek yang lebih
baik dibandingkan komoditas padi, karena kurang memberikan keuntungan bagi
penangkar.
Banyaknya varietas unggul yang dilepas dapat dilihat adanya
perkembangan prefensi konsumen terhadap varietas kedelai. Perkembangan
varietas unggul kedelai tentu juga akan mempengaruhi perilaku petani dalam
pemilihan benih yang akan ditanam, mengingat penilaian petani kedelai terhadap
varietas masing masing wilayah tidaklah sama. Benih dari suatu kelompok ke
kelompok lain memiliki keragaman/perbedaan yang mencakup aspek genetik,
fisiologik, dan fisik. Kondisi dari ketiga aspek tersebut akan menentukan kualitas
(mutu) benih, dan selanjutnya akan menentukan keragaan pertumbuhan dan
produksi di lapang, karena pertumbuhan dan produksi suatu tanaman ditentukan
faktor genetik dan faktor lingkungan. Benih unggul akan menentukan tingkat
keberhasilan atau kegagalan hasil panen (60 persen keberhasilan/kegagalan panen
ditentukan oleh benih). Oleh karena itu petani harus bisa mengakses benih unggul
yang bermutu.
Penyediaan benih kedelai unggul yang bermutu dan secara kontinyu dapat
memenuhi permintaan petani, dapat membantu para petani untuk meningkatkan
hasil produksi kedelai. Benih kedelai yang beredar harus memiliki sifat-sifat
unggul, karena dengan benih unggul dapat membantu petani mengurangi resiko
kegagalan panen. Pemenuhan preferensi petani yang tergambarkan dari kuantitas
dan kualitas produksi memiliki hubungan yang sangat erat dan positif dengan
penyediaan benih dari kedelai yang diminta. Potensi varietas yang dicirikan
dengan penampilan kedelai dilapang berupa karakteristik produksi di lapang dan
kualitas harus benar-benar memenuhi selera petani tersebut. Pemerintah harus
dapat menciptakan varietas yang dapat sesuai dan tepat untuk memenuhi
kebutuhan yang dimaksud.
Oleh karena itu pengetahuan akan proses pengambilan keputusan dan
kepuasan petani terhadap benih kedelai unggul sangat penting untuk diketahui
oleh Pemerintah dalam upaya peningkatan produksi kedelai sehingga mampu
menjamin kebutuhan kedelai dalam negeri.
5
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang akan diteliti sehubungan
dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik petani kedelai dan proses keputusan pembelian
benih kedelai varietas unggul?
2. Bagaimana sikap dan kepuasan petani terhadap benih kedelai varietas
unggul?
3. Bagaimana loyalitas petani terhadap benih kedelai varietas unggul?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik petani kedelai dan proses keputusan
pembelian benih kedelai varietas unggul di Desa Sukasirna, Kecamatan
Sukaluyu, Kabupaten Cianjur.
2. Menganalis sikap dan kepuasan petani terhadap penggunaan benih
kedelai varietas unggul di Desa Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu,
Kabupaten Cianjur.
3. Mengukur tingkat loyalitas petani terhadap benih kedelai varietas
unggul di Desa Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini anatara lain:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
Pemerintah dan penangkar benih sebagai acuan untuk melihat sikap,
kepuasan, dan loyalitas petani terhadap penggunaan benih kedelai
varietas unggul di Kabupaten Cianjur.
2. Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan
melatih kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi dan
menganalisis permasalahan yang ada.
3. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya
sebagai referensi dan bahan penelitian khususnya terkait dengan masalah
sikap, kepuasan, dan loyalitas konsumen
Ruang Lingkup Penelitian
1. Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas
unggul yang digunakan di Kabupaten Cianjur khususnya Desa Sukasirna
yaitu Dapros, Grobogan, dan Orba
2. Petani merupakan objek penelitian yang telah terdata di Dinas Pertanian
Kabupaten Cianjur.
6
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Benih
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4
disebutkan bahwa benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman
atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau
mengembangbiakkan tanaman.
Menurut Sadjad (1975) benih dapat diartikan sebagai berikut
a. Struktural
Benih merupakan biji yang secara umum merupakan hasil dari
perkembangbiakan tanaman secara generatif
b. Agronomis
Benih merupakan hasil panen yang dimanfaatkan untuk tujuan
produksi / budidaya.
c. Fungsional
Benih merupakan bahan untuk perbanyakan tanaman
d. Teknologi pemuliaan
Benih merupakan suatu komponen yang memiliki sifat pewarisan yang
jelas
e. Bioteknologi
Benih merupakan produksi artificial/buatan manusia yang spesifik dan
efisien
Benih unggul adalah benih yang berasal dari jenis unggul, yang
berkualitas baik, ditinjau dari segi kemurnian benih, kebersihan benih, daya
tumbuh dan kesehatan benih. Penggunaan benih unggul merupakan salah satu
faktor penting yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi dari suatu
komoditi. Penggunaan benih varietas unggul juga akan mengurangi resiko
kegagalan budi daya, karena benih varietas unggul mampu tumbuh dengan baik
pada kodisi lahan yang kurang menguntungkan. Benih varietas unggul juga bebas
dari serangan hama dan penyakit. Dengan demikian, hasil panen dapat sesuai
dengan harapan. Hal ini karena sebelum dilepas, benih varietas unggul telah
disertifikasi terlebih dahulu. Selain itu, penggunaan benih varietas unggul juga
berperan penting dalam pengembangan pertanian yang berorientasi agribisnis. 1
Komoditas Kedelai
Sistematika tanaman kedelai adalah sebagai berikut:
Familia
: Leguminosae
Subfamilia
: Papilonoidae
Genus
: Glycine
Species
: Glycine max L
1
http://www.silvikultur.com/definisi_benih_bermutu.html (Diacu 2014 Juni 10)
7
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak.
Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan
berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Kedelai
bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun sejak abad ke XVI tanaman ini
telah dibudidayakan di pulau Jawa yang dibawa oleh imigran Cina sebagai bahan
makanan. Kelanjutan usahatani di Indonesia ditunjang dengan adanya pengolahan
kedelai menjadi bahan makanan seperti tempe, tahu, kecap dan tauco yang
ternyata teknik pengolahannya tidak ditemukan di negara tetangga yang pada
zaman dulu berhubungan erat dengan Indonesia seperti Thailand, India, Vietnam.
Kacang kedelai yang diolah menjadi tepung kedelai, secara garis besar
dapat dibagi menjadi 2 kelompok manfaat utama, yaitu: olahan dalam bentuk
protein kedelai dan minyak kedelai. Dalam bentuk protein kedelai dapat
digunakan sebagai bahan industri makanan yang diolah menjadi: susu, vetsin,
kue-kue, permen dan daging nabati serta sebagai bahan industri bukan makanan
seperti: kertas, cat cair, tinta cetak dan tekstil. Sedangkan olahan dalam bentuk
minyak kedelai digunakan sebagai bahan industri makanan dan non makanan.
Industri makanan dari minyak kedelai yang digunakan sebagai bahan industri
makanan berbentuk gliserida sebagai bahan untuk pembuatan minyak goreng,
margarin dan bahan lemak lainnya. Sedangkan dalam bentuk lecithin dibuat antara
lain: margarin, kue, tinta, kosmetika, insektisida dan farmasi.
Proses budidaya tanaman kedelai terdiri dari pembibitan, pengolahan
media tanam, teknik penanaman, pemeliharaan, penanganan hama dan penyakit,
pemanenan, penanganan pasca panen, sortasi and grading dan terakhir
penyimpanan dan pengemasan. Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan
dalam waktu yang cukup lama yaitu dengan cara kedelai disimpan di tempat
kering dalam karung. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 23 bulan sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 persen.
Kondisi Kedelai di Indonesia
Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam
yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian. Selain itu, Indonesia
juga memiliki pengetahuan pertanian yang tersimpan dalam kearifan lokal dan
kultur masyarakat. Dengan demikian komoditi pertanian sangat penting untuk
diperhatikan, terutama komoditi-komoditi pertanian yang diolah menjadi
kebutuhan pokok masyarakat.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan hasil pertanian di dalam
negeri dan keterbatasan produksi dalam negeri, pemerintah memenuhi dengan
cara impor komoditi hasil pertanian. Dari data impor komoditi pertanian tanaman
pangan dapat diketahui bahwa kedelai menduduki peringkat kedua sedikit di
bawah gandum, dan kedelai seharusnya dapat di produksi di dalam negeri.
Kedelai dikenal sebagai makanan rakyat karena selain merupakan sumber protein
nabati paling menyehatkan, kedelai juga dikenal murah dan terjangkau oleh
sebagian besar rakyat. Rakyat mengolah kedelai menjadi berbagai produk pangan
seperti tempe, tahu, tauco, kecap, susu dan lain-lain, permintaan kedelai pun
selalu meningkat setiap tahunnya.
8
Produksi kedelai dalam negeri dari tahun ke tahun tidak mengalami
peningkatan, hal ini menyebabkan negara kita menjadi ketergantungan akan
kebutuhan kedelai impor. Kondisi tersebut akan sangat mempengaruhi harga
kedelai dalam negeri terhadap fluktuasi harga kedelai internasional. Karena itu
ketika harga kedelai di pasaran internasional melambung tinggi akibat persoalan
kedelai di negara produsen, maka akan berdampak pada melambungnya harga
kedelai di pasar dalam negeri. Produsen pangan berbahan baku kedelai dan
konsumen tempe yang selalu dirugikan, sehingga dari uraian kondisi kedelai di
Indonesia tersebut seharusnya produksi kedelai dalam negeri perlu diperhatikan
agar tercipta kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan kedelai yang semakin
lama semakin meningkat. Usaha peningkatan produksi dalam negeri dapat di
upayakan dengan berbagai cara salah satunya yaitu peningkatan produktivitas
dengan benih kedelai varietas unggul. 2
Penelitian Terdahulu
Fahmi (2008) melakukan penelitian tentang sikap dan kepuasan petani
padi terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi
varietas unggul di kabupaten Kediri. Alat analisis yang digunakan untuk
menjawab tujuan tersebut adalah Fishbein, Important Performance Analysis (IPA)
dan Custumers Satisfaction Index (CSI). Fishbein digunakan untuk mengukur
sikap sedangkan IPA dan CSI digunakan untuk mengukur kepuasan. Penelitian
dilakukan terhadap tiga varietas benih yaitu, IR 64, Ciherang dan Membramo.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian Fahmi
(2008) adalah metode convenience sampling yang berarti sampel responden
adalah responden yang bersedia untuk diwawacarai dan mengisi kuisioner. Dari
14 atribut yang digunakan yaitu anakan produktif, patahan beras, harga jual
gabah, harga benih, kerontokan gabah, kekuatan rebah tanaman, ketahanan hama
penyakit, ketersediaan benih di pasar, produktivitas gabah, rasa nasi, sertifikasi
benih, umur tanaman, tekstur nasi (pulen), dan pemasaran hasilnya meenjelaskan
bahwa sikap yang paling tinggi dari petani ada tiga atribut. Di mana petani di
Kabupaten Kediri lebih menyukai dan menanam varietas Membramo dengan
atribut yang produktivitas tinggi, rasa enak, dan pemasaran yang mudah.
Berdasarkan alat Analisis Fishbein diketahui bahwa petani lebih menyukai
varietas membramo karena produktivitas dan rasa nasi yang enak. Berdasarkan
alat analisis IPA, diketahui bahwa atibut-atribut yang dirasakan petani memiliki
kinerja rendah adalah harga GKP, umur tanaman, tahan hama penyakit dan tahan
rebah sehingga atribut ini perlu diperbaiki. Hasil dari CSI menunjukkan bahwa
petani puas terhadap kinerja atrubut-atribut varietas unggul dengan nilai CSI
sebesar 73.32 persen.
Ayuningtyas (2009), melakukan penelitian mengenai “Analisis Sikap
Konsumen dan Kinerja Atribut Teh Hijau Siap Minum Merek NU Green Tea.
Original di Kota Jakarta”. Penelitian ini didasari oleh teh hijau yang sedang
popular sehingga konsumsi masyarakat terhadap teh hijau meningkat. Dengan
2
http://www.perkindo.org/studi-kasus-permasalahan-komoditas-kedelai (Diacu 2014 Juni 10)
9
demikian perlu dikaji mengenai perilaku konsumennya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji karakteristik konsumen teh hijau NU Green Tea, mengkaji proses
keputusan pembelian konsumen dan mengkaji kinerja atribut Nu Green Tea.
Metode yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu analisis deskriptif, analisis
angka ideal untuk mengukur sikap konsumen dan IPA (Important Performance
Analisys) untuk mengukur kepentingan konsumen terhadap atribut produk.
Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode convenience sampling, dengan jumlah responden sebanyak 100 orang
yang didasarkan pada rumus Slovin. Peneliti juga melakukan pengujian kuesioner
dengan uji validitas dan uji reliabilitas untuk menguji kebenaran dan keabsahan
dari kuesioner yang diajukan, serta sejauh mana responden dapat mengerti isi
kuesioner tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan responden Nu Green Tea 59 persen berjenis
kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan terakhir SMU. Responden paling
dominan adalah pelajar atau mahasiswa dengan rata-rata usia 19-29 tahun dan 84
persen belum menikah. Pada analisis sikap mendapatkan respon yang baik dari
konsumen dan hasil IPA menunjukkan tidak ada atribut yang menjadi prioritas
utama untuk segera diperbaiki pada kuadran I, yang harus dipertahankan adalah
pada kuadran II yaitu atribut kejelasan kadaluarsa, kesegaran, kejelasan izin
Depkes, kemudahan mendapatkan, ketersediaan kondisi dingin dan rasa manis.
Irawati (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Sikap dan
Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi (Oriza sativa) Varietas Unggul di
Kota Solok, Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi
karakteristik petani dan proses keputusan pembelian serta menganalisis sikap dan
kepuasan konsumen terhadap penggunaan padi varietas unggul di kota Solok.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis Deskriptif,
Importance Performance Analysis dan Customer Satisfaction Index. Berdasarkan
hasil yang diperoleh dengan menggunakan analisis deskpitif petani lebih banyak
perempuan, sebagian besar berumur 41-50 tahun, tingkat pendidikan terakhir
adalah SD, dan pada umumnya memiliki lima orang anak. Penggunaan benih
varietas unggul sangat penting. Petani di kota Solok yang lebih banyak dipilih
adalah Cisokan dan Anak Daro. Varietas ini lebih banyak di pilih karena rasa nasi
yang enak dan harga gabah yang tinggi. Hasil analisis sikap yang diperoleh
diketahui Anak Daro dan Cisokan memiliki atribut tingkat kinerja tinggi dan
kepentingan tinggi sedangkan untuk tingkat kepuasannya, semua varietas berada
pada kategori puas
Manalu (2010) melakukan penelitian tentang sikap dan kepuasan petani
padi terhadap penggunaan benih padi varietas unggul Kecamatan Baros, Kota
Sukabumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik
petani dan proses pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih padi
hibrida Bernas Prima, menganalisis sikap petani terhadap benih padi hibrida
Bernas Prima, menganalisis kepuasan petani terhadap benih padi hibrida Bernas
Prima.
Metode penelitian yang digunakan adalah melalui pendekatan
surveymenggunakan sampel acak sederhana (Snowball Sampling). Dalam
menjawab perumusan masalah penelitian dipergunakan analisis deskriptif, analisis
Cochran, analisis Multiatribut Fishbein, Perceptual Mapping, analisis Biplot dan
Consumers Satisfaction Index (CSI).
10
Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang karakteristik responden,
paling banyak petani pada kelompok usia 41 hingga 50 tahun, berjenis kelamin
laki-laki, menikah dan rata-rata berjumlah anggota keluarga sebanyak lima orang,
tingkat pendidikan terbanyak adalah sekolah dasar. Usahatani ini merupakan
pekerjaan utama, pendapatan diluar usahatani kurang dari Rp 500 000, dengan
lama berusahatani padi lebih dari 30 tahun, lahan yang mereka gunakan sebagian
besar milik sendiri dengan rata-rata luas lahan 3 000-5 000 m2. Budidaya yang
dilakukan sebanyak tiga kali dalam setahun, sedangkan varietas yang paling
banyak digunakan adalah Ciherang dan Sintanur.
Hasil analisis multiatribut Fishbein menunjukkan total nilai sikap yang
diperoleh benih padi hibrida Bernas Prima, Ciherang, dan Sintanur secara
berturut-turut adalah 152.18, 174.03 dan 149.79. Semakin besar skor sikap total
maka produk terkait semakin dapat memenuhi harapan dan kebutuhan petani
responden. Dengan demikian berdasarkan hasil total penilaian sikap petani
terhadap benih padi menunjukkan bahwa benih padi varietas Ciherang lebih
disukai oleh petani dan dianggap lebih mampu memenuhi harapan dan kebutuhan
petani responden. Tingkat kepuasan petani terhadap padi hibrida Bernas Prima
berada pada indeks puas dengan skor 0.66 atau 66 persen. Dari pendekatan angka
tersebut berarti masih ada nilai ketidakpuasan sebesar 34 persen yang perlu
diperbaiki
Afrilia (2010) melakukan penelitian dengan judul analisis sikap dan
kepuasan konsumen terhadap teh celup hitam walini di agrowisata Gunung Mas,
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi karakteristik umum konsumen dan menganalisis proses
keputusan pembelian teh celup hitam Walini, menganalisis sikap konsumen
terhadap atribut teh celup hitam Walini, menganalisis kepuasan konsumen
terhadap atribut teh celup hitam Walini. Penelitian ini dilaksanakan di Agrowisata
Gunung Mas yang berlokasi di Desa Tugu, Kecamatan Cisarua. Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik convenience sampling. Jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 60 responden. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif,
multiatribut fishbein, IPA dan CSI.
Karakteristik umum responden teh celup hitam Walini ditinjau dari segi
demografisnya adalah kalangan dewasa yang sudah menikah (78.33 persen)
dengan rata-rata usia 30-39 tahun. Sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan (56.67 persen). Tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah
sarjana S1 dengan pekerjaan sebagian besar adalah ibu rumah tangga (33.33
persen) dan pegawai swasta(26.67 persen) dan rata-rata pendapatan responden per
bulan lebih dari Rp 1.5 juta. Responden sebagian besar berasal dari Jakarta dan
Bogor.
Hasil analisis multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa responden
memiliki sikap yang positif terhadap kedua produk, namun responden cenderung
lebih menyukai teh celup hitam Walini (80.80) dibanding teh celup Sariwangi
(77.32). Hasil analisis tingkat kepentingan dan kinerja pada teh celup hitam
Walini atribut tertinggi adalah tanggal kadaluarsa (3.40) dan terendah adalah
atribut merek (2.12), sedangkan pada teh celup Sariwangi kinerja yang tertinggi
adalah atribut merek dan kemudahan dalam mendapatkan produk (3.37) dan
terendah adalah atribut warna kepekatan air teh (2.23). Hasil kuadran IPA pada
teh Walini menunjukkan bahwa atribut kemudahan dalam mendapatkan berada
11
pada kuadran pertama yang memiliki prioritas tinggi untuk segera diperbaiki, dan
atribut yang memiliki prioritas rendah untuk diperbaiki saat ini adalah atribut
harga, kemasan dan merek. Atribut yang perlu dipertahankan adalah rasa, aroma,
kejelasan tanggal kadaluarsa dan kejelasan izin BPOM karena dinilai kinerjanya
sudah baik, sedangkan untuk atribut warna dinilai terlalu berlebih. Hasil IPA
tersebut digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan secara keseluruhan kinerja
atribut dengan CSI. Hasil analisis CSI menunjukkan bahwa responden puas
terhadap produk teh celup hitam Walini (73.25 persen) dan teh celup Sariwangi
(69 persen) berada pada rentang skala 50-75 persen dengan kriteria puas.
Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitianpenelitian sebelumnya. Dalam hal alat analisis, penelitian ini memiliki persamaan
dengan penelitian Fahmi (2008), Irawati (2009), Manalu dan Afrilia (2010).
Terdapat persamaan mengenai alat analisis yang digunakan pada penelitian
tersebut yaitu menggunakan metode Multiatribut Fishbein untuk mengukur sikap
dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk mengukur tingkat kepuasan. Juga
memiliki persamaan dengan alat analisis Importance Performance Analysis (IPA)
dengan penelitian Ayuningtyas (2009).
Perbedaan dengan penelitian terdahulu terlihat dari segi objek yang dikaji
yaitu kedelai. Kedelai merupakan salah satu komoditi yang sedang krisis,
terutama dalam sektor perbenihan. Selain itu, terdapat perbedaan mengenai aspek
loyalitas dengan alat analisis Piramida Loyalitas yang tidak terdapat dalam
penelitian terdahulu. Saat ini, Indonesia menjadi salah satu negara pengimpor
kedelai terbesar di dunia. Hal ini tentunya tidak dapat dibiarkan begitu saja
mengingat potensi untuk meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri dapat
dilakukan. Salah satu peningkatan produksi kedelai yaitu melalui benih unggul.
Meskipun sudah ada pengkajian mengenai kedelai, namun pengkajian tersebut
lebih terfokus terhadap analasis daya saing dan analisis tataniaga. Sementara
pengkajian kedelai dalam hal sikap, kepuasan, dan loyalitas, khususnya yang
terkait dengan atribut pada benih kedelai belum diteliti. Oleh karena itu, dilakukan
penelitian mengenai analisis sikap, kepuasan, dan loyalitas petani terhadap atribut
benih kedelai dengan studi kasus di Desa Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu,
Kabupaten Cianjur.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Uraian secara teoritis dalam menjawab tujuan dari penelitian ini dijelaskan
dalam kerangka pemikiran teoritis. Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan
bersumber dari penelusuran teori-teori yang relevan terkait penelitian. Berikut
dijelaskan mengenai kerangka pemikiran teoritis.
12
Konsumen dan Perilaku Konsumen
Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik dari segi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Sedangkan
menurut Sumarwan (2011) konsumen sering diartikan sebagai dua jenis
konsumen yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen
individu adalah konsumen yang membeli barang atau jasa untuk digunakan
sendiri. Dan konsumen organisasi adalah konsumen yang membeli barang atau
jasa untuk seluruh kegiatan-kegiatan sosial. Menurut Kotler (2000) konsumen
didefinisikan sebagai individu atau kelompok yang berusaha memenuhi atau
mendapatkan barang atau jasa yang yang dipengaruhi untuk kehidupan pribadi
atau kelompoknya.
Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2011) Perilaku
konsumen didefinisikan sebagai perilaku yang diperlihatkan oleh konsumen
dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk
dan jasa yang diharapkan akan memuaskan kebutuhan. Perilaku konsumen adalah
semua kegiatan, tindakan, dan proses psikologis yang mendorong tindakan
tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, dan
menghabiskan produk atau jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan
mengevaluasi Sumarwan (2011).
Perilaku konsumen juga dapat didefinisikan sebagai tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk
dan jasa, termasuk keputusan yang mendahului tindakan tersebut (Engel et al.
1994).
Sementara Rangkuti (2006) membedakan tiga jenis definisi mengenai
perilaku konsumen, yaitu:
a. Perilaku konsumen adalah dinamis, menekankan bahwa seorang
konsumen, kelompok konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan
bergerak sepanjang waktu. Dalam hal pengembangan strategi pemasaran,
sifat dinamis perilaku konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh
berharap bahwa satu strategi pemasaran yang sama dapat memberikan
hasil yang sama sepanjang waktu, dan di pasar serta industri yang sama.
b. Perilaku konsumen melibatkan interaksi, menekankan bahwa untuk
mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami
yang dipikirkan (kognisi), dirasakan (pengaruh), dan dilakukan (perilaku)
oleh konsumen. Selain itu, kita juga harus memahami apa dan di mana
peristiwa (kejadian sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh
pikiran, perasaan, dan tindakan konsumen.
c. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, menekankan bahwa konsumen
tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga berkaitan
dengan pertukaran.
Karakteristik Konsumen
Menurut Sumarwan (2011) Pendidikan merupakan salah satu karakteristik
demografi yang penting. Konsumen yang berpendidikan tinggi lebih akan senang
untuk mencari informasi yang banyak mengenai suatu produk sebelum ia
memutuskan untuk membeli. Beberapa karakteristik demografi yang sangat
13
penting untuk memahami konsumen adalah usia, agama, suku bangsa,
pendapatan, jenis kelamin, pekerjaan, lokasi geografi, jenis rumah tangga, dan
kelas sosial.
Memahami usia konsumen adalah penting karena konsumen yang berbeda
usia akan mengkonsumsi produk atau jasa yang berbeda. Pendidikan dan
perkerjaan adalah dua hal karakteristik konsumen yang saling berhubungan.
Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang ditekuni oleh konsumen.
Pekerjaan juga mempengaruhi pendapatan yang diterima seseorang. Pendidikan
dan pendapatan tersebut kemudian akan mempengaruhi proses keputusan dan
konsumsi seseorang. Letak geografi dimana konsumen tinggal, akan
mempengaruhi pola konsumsinya. Konsumen yang tinggal di perkotaan akan
lebih mudah mendapatkan kebutuhannya jika dibandingkan dengan konsumen
yang tinggal dipedesaan. Para pemasar harus memahami dimana konsumen
tinggal agar dapat fokus dalam memasarkan produknya.
Sikap Konsumen
Sikap konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi proses
keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan
(belief) dan perilaku (behavior). Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen
tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa
menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat
dari objek tersebut. Menurut Mowen dan Minor dalam Sumarwan (2011)
kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek,
atributnya, dan manfaatnya. Kepercayaan, sikap, dan perilaku juga terkait dengan
konsep atribut produk. Atribut produk adalah karakteristik dari suatu produk.
Konsumen biasanya memiliki kepercayaan terhadap atribut suatu produk.
Menurut Sumarwan (2011), Sikap memiliki tiga unsur, yaitu kognitif
(pengetahuan), afektif (emosi, perasaan), dan konatif (tindakan). Komponen
kognitif merupakan hal-hal yang diketahui individu yang bersifat langsung atau
tidak langsung dengan objek sikap yang dipengaruhi oleh pengalaman,
pengamatan, dan informasi yang diperoleh konsumen terhadap suatu produk atau
jasa tersebut. Komponen afektif merupakan perasaan dan emosi konsumen
mengenai objek sikap yang ditunjukkan melalui beragam ekspresi mulai dari rasa
sangat tidak suka sampai sangat suka. Komponen konatif merupakan
kecenderungan individu atau konsumen dalam melakukan suatu tindakan terhadap
objek sikap. Konatif belum berupa perilaku nyata namun masih berupa keinginan
untuk melakukan suatu tindakan. Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen
tentang suka atau tidak terhadap suatu objek, dan sikap juga dapat
menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai berbagai atribut dan
manfaat dari objek tersebut.
Engel et a.l (1994) mendefinisikan sikap sebagai keseluruhan evaluasi yang
memungkinkan orang berespon dengan cara menguntungkan atau tidak
menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang
diberikan. Sifat penting dari sikap adalah faktor kepercayaan dan selalu dinamis
(berubah-ubah). Tingkat kepercayaan menjadi penting karena akan mempengaruhi
kekuatan hubungan diantara sikap dan perilaku serta dapat memengaruhi
kerentanan sikap terhadap perubahan. Sifat bersamaan dengan perubahan waktu
karena pola gaya hidup masyarakat yang selalu berubah.
14
Menurut Engel et al. (1994) menyatakan bahwa Model Sikap Multiatribut
Fishbein dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan produk
yang dimiliki konsumen dengan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau
atribut produk. Model ini mengidentifikasikan bagaimana konsumen
mengkombinasikan kepercayaan mereka mengenai evaluasi produk sehingga akan
membentuk sikap terhadap berbagai merek alternatif. Apabila sikap konsumen
bersifat positif, maka produk diterima oleh konsumen dan sebaliknya apabila
negatif maka konsumen akan menolak.
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Sebagai konsumen, manusia melakukan proses pengambilan keputusan
untuk mengkonsumsi berbagai macam produk yang ditawarkan. Menurut
Sumarwan (2011) mendefinisikan keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan
dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan
pilihan maka ia harus memiliki alternatif pilihan produk atau jasa. Sedangkan jika
tidak ada alternatif pilihan dalam pengambilan keputusan maka disebut sebagai
sebuah “Hobson’s choice”. Menurut Engel et al. (1994) menyatakan bahwa
seringkali konsumen melakukan tindakan pengambilan keputusan berdasarkan
asas rasional dan manfaat hedonik (hedonic benefit) yang diharapkan bahwa
keputusan pembelian oleh konsumen mencerminkan campuran dari utilitarian dan
hedonik.
Proses pengambilan keputusan pembelian menurut Engel et al. (1994)
meliputi lima tahap yaitu:
1. Pengenalan Kebutuhan
Kebutuhan muncul karena adanya dorongan internal dan eksternal.
Dorongan internal merupakan kebutuhan dasar seseorang seperti rasa lapar
dan haus dan menjadi motivasi orang tersebut untuk memenuhi keinginan
yang muncul tersebut. Sedangkan dorongan eksternal akan menggerakkan
seseorang untuk mencari informasi yang lebih untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
Pengenalan kebutuhan didefinisikan sebagai suatu persepsi atau
perbedaan antara yang diinginkan dengan situasi aktual yang memadai
untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Kebutuhan
harus diaktifkan sebelum dikenali dan ada beberapa faktor yang
memengaruhi pengaktifan kebutuhan yaitu waktu, perubahan situasi,
pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan individu dan pengaruh
pemasaran.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang akan memenuhi kebutuhan akan terlibat dalam
pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Konsumen akan
mencari informasi yang disimpan dalam ingatan (pencarian internal) atau
mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan
(pencarian eksternal). Dari informasi yang diperoleh tersebut, konsumen
akan mulai mempertimbangkan berbagai alternatif pilihan yang akan
dikonsumsi.
3. Evaluasi Alternatif
Merupakan proses di mana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan
dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumen mengevaluasi
15
pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan
pilihan sampai alternatif yang dipilih. Untuk memilih alternatif,
memungkinkan bagi konsumen akan menggunakan beberapa kriteria
evaluasi yang berbeda sesuai kepentingan relatif mereka.
4. Pembelian
Setelah melakukan evaluasi alternatif, maka konsumen akan
memperoleh alternatif yang dipilih. Pada tahap ini konsumen akan
mengambil keputusan kapan m