Hubungan persepsi tubuh dengan gangguan makan pada mahasiswa

HUBUNGAN PERSEPSI TUBUH DENGAN GANGGUAN
MAKAN PADA MAHASISWA

MOHAMAD YULIANTO KURNIAWAN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Persepsi
Tubuh dengan Gangguan Makan pada Mahasiswa adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014
Mohamad Yulianto Kurniawan
NIM I14100040

ABSTRAK
MOHAMAD YULIANTO KURNIAWAN. Hubungan Persepsi Tubuh dengan
Gangguan Makan pada Mahasiswa. Dibimbing oleh DODIK BRIAWAN.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan persepsi tubuh dengan
gangguan makan pada mahasiswa. Desain penelitian ini cross sesctional study
pada mahasiswa baru Program Studi Ilmu Gizi di Institut Pertanian Bogor (IPB)
dengan jumlah 120 remaja. Hasil studi menunjukkan proporsi subjek dengan
status gizi normal 83.3%, 10.0% overweight, 4.2% obesitas dan 2.5% kurus.
Penilaian MBSRQ-AS diperoleh subjek memiliki persepsi negatif terhadap
evaluasi penampilan sebesar 80%, orientasi penampilan 99.2%, dan kepuasan
terhadap bagian tubuh 80.8%; sedangkan 57.5% subjek cemas menjadi gemuk dan
71.7% subjek perempuan memiliki persepsi negatif terhadap kategori ukuran
tubuh. Tidak terdapat gangguan makan pada subjek laki-laki sedangkan 7.8%
subjek perempuan mengalami gangguan makan dengan risiko lebih karena merasa
memiliki keinginan untuk makan terus-menerus dan tidak dapat berhenti makan
(2-3x sebulan). Terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tubuh

(MBSRQ-AS) pada subskala kecemasan menjadi gemuk dengan gangguan
makan (p0.05).
Kata kunci: gangguan makan, , mahasiswa , persepsi tubuh

ABSTRACT
MOHAMAD YULIANTO KURNIAWAN. Relationship of body image
perception and eating disorders in undergraduated students. Supervised by
DODIK BRIAWAN
The objective of this study was to determine the relationship of body image
perception and eating disorders in undergraduated students. The design of this
study is cross sectional with new students that major in nutritional program in
Bogor Agricultural University (IPB) with the number was 120 students. The result
showed that the proportion of subjects with normal nutritional status is 83.3%,
10.0% overweight, 4.2% obesity and 2.5% thin. MBSRQ-AS’ assessment
obtained that subjects have negative perception of appearance evaluation is 80%,
appearance orientation 99.2% and body areas satisfaction 80.8%; whereas 57.5%
subjects is anxious of being fat and 71.7% female subject has negative perception
of self-classified weight. There wasn’t eating disorders in male, whereas 7.8%
female subject have eating disorders with more risk (have attitute the desire to eat
continously and can’t stop eating 2-3 times a month). There was significant

correlation between body image perception (MBSRQ-AS) in overweight
preoccupation subscale with eating disorders (p0.05).
Keywords: body image, eating disorders, undergraduate

HUBUNGAN PERSEPSI TUBUH DENGAN GANGGUAN
MAKAN PADA MAHASISWA

MOHAMAD YULIANTO KURNIAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi
Nama
NIM

: Hubungan Persepsi Tubuh dengan Gangguan Makan pada
Mahasiswa
: Mohamad Yulianto Kurniawan
: I14100040

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulisan penelitian ini dapat diselesaikan.
Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dari penyusunan
tugas akhir Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor. Penyusunan penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan
persepsi tubuh dengan gangguan makan pada mahasiswa.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan,
MCN selaku pembimbing. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam penyusunan
usulan penelitian ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan.
2. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan
koreksi demi perbaikan skripsi.
3. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku dosen yang telah memberikan koreksi
demi perbaikan skripsi.
4. dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, M.Sc selaku dosen yang melatih

anthropometri.
5. Keluarga tercinta : ayah tercinta (Bapak Sugeng Rahayu), ibunda
tersayang (Ibu Nurma A.N) dan kakak (Mohamad Sofiandi Setiawan) serta
seluruh keluarga atas segala doa, dukungan moril dan kasih sayangnya.
6. Teman–teman penelitian payung : Wilda Yunieswati, Rekyan Hanung
Dewi, Ridhati Utria, Hafiddudin, Nida Nadia Rifsyina dan Fajar Safitri
yang banyak membantu dalam memberikan semangat dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini.
7. Teman–teman dekat : Defika Annisa Cita, M.Q. Aliyyan Wijaya, Andika
Mohammad dan Rayfan Ambrian atas semangat dan kerjasamanya.
8. Teman–teman Gizi Masyarakat 47 dan kakak kelas 46 dan teman–teman
yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala perhatian, dukungan,
semangat dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
penelitian ini, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk kita
semua

Bogor, Agustus 2014
Mohamad Yulianto Kurniawan


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

2

Hipotesis Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

KERANGKA PEMIKIRAN

3

METODE


5

Desain, Tempat dan Waktu

5

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

6

Pengolahan dan Analisis Data

6

Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN


13
14

Karakteristik Individu dan Keluarga

14

Persepsi Tubuh

15

Gangguan Makan

23

Hubungan antara Persepsi Tubuh dengan Gangguan Makan

24


SIMPULAN DAN SARAN

25

Simpulan

25

Saran

26

DAFTAR PUSTAKA

26

RIWAYAT HIDUP

30

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data
Pertanyaan tingkah laku 6 bulan terakhir metode EAT-40
Kategori akhir gangguan makan metode EAT-40
Skala gambaran tubuh MBSRQ-AS
Standar subskala MBSRQ-AS
BIQ Psychometrics
Kriteria variabel data untuk penelitian
Sebaran subjek berdasarkan status gizi
Sebaran persepsi bentuk tubuh aktual terhadap status gizi
Sebaran subjek berdasarkan klasifikasi persepsi tubuh
Sebaran subjek berdasarkan subskala MBSRQ-AS
Sebaran subjek berdasarkan tingkat kepuasan terhadap bagian tubuh
Sebaran subjek berdasarkan persepsi tubuh (BIQ)
Sebaran subjek berdasarkan tingkat risiko gangguan makan

6
7
8
10
10
11
12
15
17
18
19
20
23
24

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran
2 Skala persepsi tubuh metode FRS

5
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Eating Attitude Test
Figure Rating Scale
MBSRQ-AS
BIQ
Uji Statistik

31
34
35
38
42

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persepsi tubuh dipandang sebagai sikap diri yang multidimensi terhadap
tubuh seseorang terutama berfokus pada penampilan (Cash & Pruzinsky 1990).
Konstruk dari persepsi tubuh setidaknya terdiri dari dua komponen yaitu persepsi
(perkiraan ukuran) dan sikap (terkait dengan tubuh dan mempengaruhi kognisi)
(Cash dalam Brown 1989). Persepsi tubuh adalah gambaran, evaluasi mental serta
persepsi diri seseorang terhadap penampilan fisik termasuk tubuh, yang
dipengaruhi faktor seperti pentingnya tingkat penampilan fisik, serta efeknya
terhadap tingkah laku dan keseluruhan rasa pada diri. Persepsi tubuh dapat juga
didefinisikan sebagai derajat kepuasan individu terhadap dirinya secara fisik yang
mencakup ukuran, bentuk dan penampilan umum (Cash 1990).
Penerimaan sosial atau pengakuan dari orang tua dan teman sebaya akan
mempengaruhi persepsi tubuh seorang remaja, sehingga peran orang tua dan
teman sebaya akan menimbulkan evaluasi terhadap penampilan, terutama pada
remaja. Remaja putri lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki
lebih banyak persepsi tubuh yang negatif dibandingkan dengan remaja putra
(Khan et al. 2011) dan juga selama masa pubertas. Sejalan dengan
berlangsungnya perubahan pubertas, remaja putri seringkali menjadi lebih tidak
puas dengan keadaan tubuhnya, mungkin karena lemak tubuhnya bertambah,
sedangkan remaja putra menjadi lebih puas dengan memasuki masa pubertas,
mungkin karena masa otot mereka meningkat. Penampilan fisik merupakan suatu
kontributor yang sangat berpengaruh pada rasa percaya diri remaja (Santrock
2003). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Marasabessy (2006) yang
menyatakan bahwa sebagian besar remaja tidak puas dengan bentuk tubuhnya.
Sebanyak 87.5% remaja putri merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya saat ini.
Hasil penelitian Marasabessy juga menyatakan bahwa hanya terdapat 12.5%
remaja putra yang memiliki persepsi tubuh negatif. Hal ini berbeda dengan hasil
penelitian Siswanti (2007) dan Isnani (2011), yang menyatakan bahwa sebagian
besar remaja putri memiliki persepsi tubuh negatif atau memiliki persepsi bahwa
tubuhnya belum ideal masing-masing sebesar 60%.
Banyak remaja yang merasa tidak puas dengan penampilan dirinya. Usaha
yang dilakukannya untuk bentuk tubuh yang diinginkannya seperti melakukan
diet dengan mengurangi konsumsi makanan, sehingga akan menyebabkan
gangguan makan. Masalah gangguan makan merupakan suatu masalah yang
ditandai dengan pola makan yang menyimpang terkait dengan karakteristik
psikologik yang berhubungan dengan makan, bentuk tubuh, dan berat badan yang
lebih mengedepankan persepsi tubuh dibandingkan kesehatan jasmani. Sehingga
dengan dorongan yang kuat untuk mempertahankan bentuk tubuh yang menurut
mereka “ideal” namun tanpa adanya pengetahuan yang baik maka yang terjadi
adalah justru perilaku gangguan makan. Selain itu faktor psikologis seperti
masalah keluarga, low self-esteem, stress, dan karena tidak puas dengan apa yang
ada pada dirinya dapat menyebabkan seseorang mempunyai gangguan makan.
Gangguan makan seperti anorexia nervosa, bulimia nervosa, binge-eating
disorder dan gangguan makan yang tidak spesifik (EDNOS) merupakan masalah

2

gangguan makan yang sudah umum terjadi di suatu negara maju. Berbagai
penelitian mengenai perilaku gangguan makan sudah banyak dilakukan dan hasil
penelitian menunjukan prevalensi rata-rata untuk anoreksia nervosa dan bulimia
nervosa yaitu masing-masing 0.3% dan 1% pada perempuan muda di barat (Van
Hoeken et al. 2003), tetapi lebih tinggi hingga 5.7 persen dari wanita muda
termasuk sindrom parsial. Insiden anorexia nervosa telah terjadi sebanyak 8 kasus
per 100 000 populasi per tahun, sementara jumlah insiden tahunan untuk bulimia
nervosa dilaporkan sekitar 12 per 100 000 (Van Hoeken et al. 2003).
Masih tetap menjadi perdebatan tentang apakah insiden tingkat gangguan
makan telah meningkat selama Abad ke-20. Meskipun ada bukti terbaru dari
Belanda tentang peningkatan dalam insiden anorexia nervosa pada perempuan
muda, berusia 15-19 tahun (Van Son et al. 2006), bukti-bukti itu menunjukan
bahwa secara keseluruhan insiden dari anorexia nervosa telah meningkat sedikit
pada abad lalu (Keel & Klump 2003). Ada beberapa bukti yang menunjukan
bahwa insiden bulimia nervosa telah meningkat secara fluktuasi sejak tahun 1988.
Anorexia nervosa dan bulimia nervosa terdistribusikan secara tidak
proporsional antara jenis kelamin, dengan rasio 10:1 untuk wanita:laki-laki (Hoek
& Van Hoeken 2003). Awalnya gangguan makan biasanya terjadi pada masa
remaja dan dewasa muda. Laju peningkatan terjadi dari usia 10 tahun (Lewinsohn
et al. 2000). Dengan laju tertinggi dilaporakan insiden anorexia nervosa pada
wanita terjadi antara 15 dan 19 tahun, Dan tertinggi dilaporakan insiden tingkat
bulimia nervosa pada wanita yang terjadi antara 20 dan 24 tahun (Van Hoeken et
al. 2003).
Berdasarkan pemaparan di atas menunjukkan bahwa perhatian terhadap
persepsi tubuh sangat kuat terjadi pada masa remaja. Para remaja melakukan
berbagai usaha agar mendapatkan tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik.
Salah satu usaha tersebut adalah dengan melakukan diet. Pembatasan konsumsi
jenis makanan tertentu atau mempunyai kebiasaan diet tidak terkontrol dengan
tujuan untuk mendapatkan tubuh yang ideal (langsing) sering terjadi pada remaja.
Diet yang berlebihan dengan membatasi konsumsi makanannya akan
menyebabkan adanya gangguan makan sehingga juga akan memengaruhi status
gizi pada remaja. Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah
bahwa peneliti ingin melihat hubungan persepsi tubuh dengan gangguan makan
pada mahasiswa.

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi
tubuh dengan gangguan makan pada mahasiswa.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini antara lain:
1. Mengindentifikasi karakteristik, sosial ekonomi keluarga subjek meliputi:
umur, status gizi, besar keluarga dan pendidikan orang tua

3

2. Mengetahui perbedaan persepsi tubuh pada subjek laki-laki dan
perempuan
3. Mengetahui perbedaan perilaku gangguan makan pada subjek laki-laki dan
perempuan
4. Menganalisis hubungan persepsi tubuh dengan gangguan makan pada
subjek.
Hipotesis Penelitian
1. Adanya hubungan negatif persepsi tubuh dengan gangguan makan pada
subjek.
2. Ada perbedaan persepsi tubuh subjek laki-laki dibandingkan perempuan.
3. Ada perbedaan perilaku gangguan makan subjek laki-laki dibandingkan
perempuan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif untuk
masyarakat dan memberikan informasi mengenai berbagai hal yang terkait
persepsi tubuh dengan gangguan makan. Diharapkan adanya persepsi yang sama
antara remaja, keluarga dan teman-teman mengenai persepsi tubuh ideal, sehingga
persepsi negatif terhadap tubuh ideal dapat dihindari dan tidak melakukan hal
yang menyimpang apabila mereka ingin memiliki ukuran tubuh yang mereka
idamkan dan dapat mengetahui cara menjaga tubuh. Selain itu, diharapkan dapat
menjadi bahan informasi bagi universitas, terutama remaja yang merupakan
sumber daya manusia tumpuan harapan negara.

KERANGKA PEMIKIRAN
Tubuh merupakan instrumen bagi seseorang sehingga keberadaannya
menjadi sangat penting untuk kelanjutan profesi yang mengharuskan orang
tersebut mempunyai tubuh yang ideal seperti model, penari balet dll. Tuntutan
agar penampilan tubuhnya selalu menarik dan ideal membuat orang dengan
profesi tersebut merasa memiliki dorongan untuk terus menjaga tubuhnya agar
selalu kurus. Tuntutan untuk menjadi kurus menyebabkan orang tersebut menjadi
tidak puas akan tubuhnya yang dapat menyebabkan munculnya body
dissatisfaction. Ketika orang tersebut telah mengembangkan body dissatisfaction,
mereka akan memiliki self-esteem yang rendah akan dirinya sendiri. Untuk
membuat dirinya merasa tubuhnya akan lebih baik, orang tersebut umumnya akan
terus menjaga perilaku dalam kontrol makannya, yang apabila dilakukan secara
ekstrem dapat menyebabkan gangguan makan. Oleh karena itu tubuh menjadi
media atau instrumen bagi orang dengan tuntutan tersebut, dihubungkan dengan
dua variabel yakni variabel bebas yaitu self-esteem dan body dissatisfaction yang
diharapkan akan menghasilkan satu variabel terikat yaitu gangguan makan.
Eating disorders atau gangguan makan merupakan masalah utama remaja
yang ditandai dengan perubahan perilaku makan menjadi kurang baik, persepsi

4

negatif tentang bentuk tubuh (body image) dan pengaturan berat badan yang
kurang tepat (Ando et al. 2007). Body image sendiri didefinisikan sebagai derajat
kepuasan individu terhadap dirinya secara fisik yang mencakup ukuran, bentuk,
dan penampilan umum (Cash 2002). Konsep body image yang buruk (negatif)
dapat memengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang untuk mencapai tujuan dan
berdampak negatif pada kehidupan dan juga dapat meningkatkan kasus gangguan
makan (eating disorders) yang termasuk pengendalian makan (dietary restraint),
binge-eating dan efek negatif lainnya (Stice 2002). Jumlah remaja yang
mengalami eating disorders atau ketidaknormalan perilaku makan meningkat di
negara-negara non-Western (Makino et al. 2004).
Pada remaja, terutama remaja putri kerap kali melakukan perilaku diet
untuk menurunkan berat badannya, hal ini dikarenakan remaja putri lebih
memperhatikan bentuk tubuhnya sehingga takut akan kenaikan berat badan. Diet
ketat selama remaja biasanya disebabkan perilaku makan yang tidak sehat seperti
makan berlebihan, memuntahkan makanan, menggunakan obat pencahar dan
sebagainya. Diet ketat yang dilakukan tanpa pengawasan dokter atau pengetahuan
yang tidak cukup akan membahayakan kesehatan remaja. Saat-saat ini telah
dilaporkan adanya banyak studi yang menyatakan bahwa remaja terutama dewasa
muda menunjukan afinitas atau persamaan untuk menentukan bentuk tubuh (body
shape) berdasarkan karakteristik masyarakat modern, yang mana menyebabkan
kekhawatiran yang berlebih tentang tubuh dan meningkatkan perkembangan dari
berbagai resiko perilaku, contohnya eating disorders (Ochoa 2007).
Berdasarkan Stice (2002), faktor lainnya yang memengaruhi gangguan
makan pada remaja putra ataupun putri adalah adanya tekanan untuk menjadi
kurus. Tekanan untuk menjadi lebih kurus lagi dalam pikiran akan menyebabkan
adanya ketidakpuasaan terhadap tubuh (body dissatisfaction). Seperti yang
digambarkan dalam meta-analisis oleh Groesz et al. (2002) adanya paparan
(outcome) tentang gambaran tubuh yang kurus dan ideal (thin-ideal images) akan
meningkatkan ketidakpuasan terhadap tubuh (body dissatisfaction).
Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan secara
tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis.
Perilaku makan pada seseorang dapat berubah-ubah, kadang sangat sedikit,
kadang dapat sangat berlebihan. Hal seperti ini sangat tergantung pada emosi
seseorang. Seseorang yang memiliki persepsi yang salah bahwa tubuh ideal adalah
tubuh yang kurus dapat memengaruhi perilaku konsumsi yang tidak baik seperti
mengurangi konsumsi pangan dengan tujuan untuk berdiet sehingga dapat
membawa pada terjadinya gangguan makan. Uraian di atas dapat disajikan dalam
suatu bagan yang menyajikan hubungan persepsi tubuh dengan gangguan makan
pada mahasiswa.

5

Karakteristik Subjek
 Identitas mahasiswa
 umur
 jenis kelamin
 etnis/suku
Faktor-faktor:
 Rasa percaya
diri
 Media massa
 Kebiasaan
makan
 Teman sebaya

PERSEPSI TUBUH

GANGGUAN MAKAN

Gambar 1 Kerangka pemikiran
Keterangan:
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti

= Hubungan yang diteliti
= Hubungan yang tidak diteliti

METODE
Desain, Tempat dan Waktu
Penelitian ini merupakan penelitian yang berjudul “hubungan antara
persepsi tubuh dengan gangguan makan pada mahasiswa”. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yang berarti seluruh
variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung dan
pengumpulan data dan informasi dilakukan pada suatu waktu tanpa adanya
perlakuan atau intervensi kepada subjek. Penelitian dilakukan pada mahasiswa
Gizi Masyarakat angkatan tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan
pada 2 Februari hingga 31 Februari 2014.

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi Gizi
Masyarakat 50. Populasi tersebut merupakan mahasiswa Gizi Masyarakat
angkatan tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 120 orang. Berdasarkan hal
tersebut, peneliti menetapkan kriteria: (a) remaja putra dan putri, (b) Berusia 18 –
21 tahun, alasan mengapa menggunakan rentang usia tersebut karena usia remaja
merupakan masa dimana sangat besar kemungkinannya dalam mengalami
ketidakpuasan akan bentuk tubuh karena dalam masa pengungkapan identitas diri

6

sehingga sedang fokus memperhatikan penampilan diri, lebih selektif mencari
teman sebaya, mempunyai citra jasmani diri dan mampu berpikir abstrak
(Santrock 2003) (c) tidak dalam keadan sakit, (d) bersedia untuk dijadikan sebagai
sampel dalam penelitian.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer. Data primer diperoleh
melalui kuesioner dan pengukuran langsung dengan subjek. Data primer terdiri
atas karakteristik individu dan keluarga (nama, jenis kelamin, usia, suku, besar
keluarga, tingkat pendidikan orang tua, persepsi tubuh, gangguan makan dan
status gizi yang terdiri atas berat badan dan tinggi badan). Adapun variabel, jenis
data, dan cara pengumpulannya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data
Jenis
Data

Variabel

Cara Pengumpulan Data

1. Karakteristik subjek






Identitas
Umur
Jenis Kelamin
Suku
2. Status Gizi



Berat Badan
(BB)
 Tinggi Badan
(TB)
3. Gangguan makan

4. Persepsi tubuh

Primer

Self-administrated
questionnaire

Primer

Pengukuran BB menggunakan
timbangan injak, TB
menggunakan microtoise

Primer

Eating Attitude Test (EAT-40)

Primer

a) Figure Rating Scale (FRS)
b) The Multidimensional
Body-Self Relations
Questionnaire (MBSRQAS)
c) Body Image Ideals
Questionnare (BIQ)

Pengolahan dan Analisis Data
Eating Attitude Test (EAT-40)
The Eating Attitude Test (EAT-40) dikembangkan oleh Garner dan
Garfinkel (1979), terdiri dari 40 butir pertanyaan multidimensi yang dirancang
untuk menilai sikap, perilaku, dan sifat-sifat yang saat ini mengalami gangguan
makan khususnya anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Rata-rata waktu untuk
menyelesaikan pertanyaan adalah 10 menit. Uji coba EAT-40 menghasilkan
koefisien alpha 0.94 untuk menunjukkan konsistensi internal.
Metode ini mempunyai kriteria utama gangguan makan yaitu
menjumlahkan skor aktual tes Eating Attitute Test yang terdiri dari 40 butir

7

pernyataan dengan menggunakan skala rating dengan pilihan jawaban 1 sampai 6
pilihan jawaban untuk menunjukan tingkat sikap, perilaku dan sifat mereka. Enam
pilihan jawaban dimulai dari angka 1 yang menunjukan ‘selalu’, 2 menandakan
‘biasanya’, angka 3 memiliki arti ‘sering’, 4 menandakan ‘kadang-kadang’,
kemudian 5 menandakan ‘jarang’, sampai dengan 6 yang menunjukan ‘tidak
pernah’. Pertanyaan nomor 1,18,19,23,27 dan 39 memiliki nilai dengan skala 6=3
poin; 5=2 poin; 4=1 poin; 3, 2, atau 1=0 poin. Pertanyaan lainnya bernilai dengan
skala 1 = 2 poin; 2=2 poin; 3=1 poin, dan 4, 5 atau 6=0 poin (Lampiran 1). Skor
untuk setiap butir pertanyaan berbeda satu sama lain. Total skor adalah jumlah
dari setiap butir pertanyaan. Skor lebih besar dari 30 dianggap memiliki indikator
gangguan anorexia.
Selain kriteria utama, dalam metode ini terdapat kriteria pendukung, yaitu
kriteria kedua (kriteria status gizi) dan kriteria ketiga (kriteria tingkah laku 6 bulan
terakhir). Kriteria kedua adalah kriteria status gizi. Apabila status gizi termasuk
kategori “underweight (kurus)” maka ada kemungkinan memiliki faktor risiko
gangguan makan yang serius. Dan apabila ditunjang dengan skor EAT-40
melebihi 30 maka meningkatkan kemungkinan gangguan makan.
Kriteria ketiga adalah pertanyaan tingkah laku yang terhitung 6 bulan
terakhir. Apabila terdapat kolom (v) yang telah ditentukan maka akan
mendapatkan skor, berikut Tabel pertanyaan tingkah laku:
Tabel 2 Pertanyaan tingkah laku 6 bulan terakhir metode EAT-40
SKOR
1

2

3

4

5

6

1. Merasa bahwa terdapat keinginan untuk makan
terus menerus dan tidak dapat berhenti makan?





V V V

V

2. Pernah dengan sengaja membuat diri sendiri muntah
untuk mengendalikan berat badan /bentuk tubuh



V

V V V

V

3. Pernah mengonsumsi obat pencahar, pil diet, atau
diuretic untuk mengendalikan berat badan/bentuk
tubuh?



V

V V V

V

4. Melakukan olahraga selama 60 menit atau lebih
untuk mengurangi atau mengontrol berat badan
/bentuk tubuh?







V





5. Turun berat badan hingga 10kg dalam kurun waktu
6 bulan terakhir?

YA(V)

TIDAK

6. Pernah melakukan pengobatan/perawatan karena
mengalami gangguan makan?

YA(V)

TIDAK

1= Tidak Pernah, 2= ≤1x sebulan, 3= 2-3x sebulan, 4= 1x semingggu, 5=2-6x seminggu, 6= setiap
hari ≥1x

Berdasarkan tabel diatas, apabila salah satu tingkah laku terpenuhi atau
menceklis pada kolom (V) maka termasuk berisiko mengalami gangguan makan
dan harus segera mencari evaluasi dari seorang profesional kesehatan mental yang
ahli di bidang gangguan makan untuk menerima perawatan.
Kategori akhir gangguan makan dibagi menjadi 3 yaitu tidak berisiko,
berisiko, dan berisiko lebih. Kriteria yang paling menentukan subjek mengalami

8

gangguan makan (anorexia nervosa) apabila kriteria utama terpenuhi (skor EAT40 ≥30), dan kriteria pendukung hanya menambah risiko terjadinya gangguan
makan. Gangguan makan digolongkan sebagai anorexia nervosa berdasarkan
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) adalah
ketidakmampuan untuk menjaga kesehatan tubuh dan berat badan yang normal;
rasa takut yang luar biasa terhadap kenaikan berat badan atau menjadi gemuk,
walaupun dalam kondisi kurus; adanya upaya/obsesi untuk menurunkan berat
badan dan tetap tidak puas dengan ukuran tubuh mereka (penyangkalan tentang
bentuk tubuhnya yang kurus); terlibat dalam berbagai perilaku tidak sehat untuk
mempertahankan penurunan berat badan; menjadikan bentuk dan berat badan
menjadi hal yang sangat penting sebagai penanda diri dan harga diri. Berikut
merupakan kategori akhir gangguan makan.
Tabel 3 Kategori akhir gangguan makan metode EAT-40
Kategori
gangguan
makan
Tidak berisiko

Kriteria Utama
(1)
Normal (30)

< >Underweight
Normal

< >Berisiko
AND

Tidak Berisiko

Overweight/Obesitas
I/II
Risiko Lebih

Anorexia
Nervosa

Underweight

OR/AND Berisiko

Figure Rating Scale (FRS) Test
Figure Rating Scale (FRS) merupakan metode penilaian persepsi tubuh
yang dikembangkan oleh (Stunkard et al. 1983) dengan menggunakan skema
gambar (siluet) yang memiliki interval dari sangat kurus dengan skor 1 sampai
sangat gemuk dengan skor 9. Persepsi tubuh ideal dianalisis dengan beberapa
pertanyaan (memilih sesuai dengan gambar) misalnya meliputi: pengertian tubuh
aktual, tubuh ideal, tubuh kurus, tubuh gemuk, tubuh paling menarik bagi diri
sendiri, tubuh sehat, tubuh tidak sehat, tubuh sehat, tubuh kurang sehat, tubuh
yang diharapkan keluarga, tubuh yang diharapkan teman, tubuh yang diharapkan
diri sendiri, dan tubuh paling menarik bagi lawan jenis.
Data diolah berdasarkan nilai median, kemudian di deskripsikan satu
persatu sesuai dengan jawaban subjek. Persepsi subjek terhadap tubuh ideal,
dibagi menjadi dua, yaitu persepsi tubuh ideal positif dan persepsi tubuh ideal
negatif. Persepsi tubuh positif, jika status gizi sama dengan hasil persepsi subjek
terhadap tubuh ideal. Persepsi tubuh ideal negatif, jika status gizi tidak sama

9

dengan hasil persepsi subjek terhadap tubuh ideal. Di bawah ini merupakan
gambar dari persepsi tubuh yang disajikan dalam kuesioner.

Gambar 2 Skala persepsi tubuh metode FRS
Multidimensional
(MBSRQ-AS)

Body-Self

Relations

Questionnaire-Appearance

Scale

Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale
(MBSRQ-AS) merupakan self-report inventory yang terdiri dari 34 butir
pertanyaan multidimensi yang digunakan untuk menilai aspek perilaku body
image (Cash & Pruzinsky 1990). Instrumen ini digunakan pada orang dewasa dan
remaja diatas 15 tahun untuk mengukur komponen evaluatif, kognitif, perilaku
body image yang berhubungan dengan 3 area tubuh (somatic domains) yaitu
penampilan (appearance), kebugaran (fitness), dan tingkat kesehatan/sakit
(health/illness) (Seawell & Danorf-Burg 2005). Berdasarkan ketiga area tersebut
terbagi menjadi 5 subskala yaitu appearance evaluation, appearance orientation,
body areas satisfaction scale (BASS), overweight preoccupation scale dan selfclassified weight scale.
Skala gambaran tubuh disusun berdasarkan skala Likert. Skala Likert
digunakan untuk mengungkap dimensi appearance evaluation (evaluasi
penampilan), appearance orientation (orientasi penampilan), overweight
preoccupation (kecemasan menjadi gemuk), body area satisfaction (kepuasan
terhadap bagian tubuh) dan self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh).
Skala Likert terdiri dari dua kategori butir pertanyaan, yaitu favorable butir
(mendukung konstruk yang hendak diukur) dan unfavorable butir (tidak
mendukung konstruk yang hendak diukur), dan menyediakan lima alternatif
jawaban yang terdiri dari Sangat Tidak Sesuai (1), Tidak Sesuai (2), Netral (3),
Sesuai (4), dan Sangat Sesuai (5). Nilai pada setiap pilihan berada pada rentang 15. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan favorable yaitu
Sangat Tidak Sesuai=1, Tidak Sesuai=2, Netral=3, Sesuai=4, Sangat Sesuai=5.
Bobot penilaian untuk setiap respon sampel pada pernyataan unfavorable yaitu
Sangat Tidak Sesuai =5, Tidak Sesuai=4, Netral=3, Sesuai=2, Sangat Sesuai=1
(Lampiran 3).
Penyusunan alat ukur ini untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam bentuk
blue print pada tabel berikut ini:

10

Tabel 4 Skala gambaran tubuh MBSRQ-AS
No

Butir Pertanyaan

Aspek/Dimensi Gambaran
Tubuh

F

UF

Jumlah
(%)

1.

Appearance evaluation
(evaluasi penampilan)

3, 5, 9, 12, 15

18,19

7
(20.6%)

2.

Appearance orientation
(orientasi penampilan)

1, 2, 6, 7, 10, 13,
17, 21

11,14, 16,
20

12
(35.3%)

3.

Body areas satisfaction
(kepuasan terhadap bagian
tubuh)

26, 27, 28, 29, 30,
31, 32, 33, 34

9
(26.5%)

Overweight preoccupation
(kecemasan
menjadi
gemuk)

4, 8, 22, 23

4
(11.8%)

Self-classified weight
(pengkategorian
ukuran
tubuh)

24, 25

2 (5.8%)

TOTAL

28 (82.4%)

4.
5.

6 (17.6%)

34
(100%)

Catatan: Favorable butir (F), Unfavorable butir (F)

Dari setiap karakteristik akan diturunkan sejumlah butir dimana dari setiap
butir akan diperoleh skor total. Kemudian skor total tersebut dikategorisasikan
menjadi 3, yaitu negatif (Mean-SD), normal dan positif (Mean+SD). Berikut data
standar untuk subskala MBSRQ-AS pada Tabel 5 merupakan data rentang skor
MBSRQ-AS.
Tabel 5 Standar subskala MBSRQ-AS
No

Aspek/Dimensi Gambaran Tubuh

1.

2.

3.

4.

5.

Laki-laki

Perempuan

Rata-rata

SD

Rata-rata

SD

Appearance evaluation

3.49

0.83

3.36

0.87

(evaluasi penampilan)

18.62–30.24

17.43–29.61

Appearance orientation

3.60

3.91

(orientasi penampilan)

35.04–51.36

39.72–54.12

Body areas satisfaction

3.50

3.23

(kepuasan terhadap bagian tubuh)

25.83–37.17

22.41–35.73

Overweight preoccupation

2.47

3.03

(kecemasan menjadi gemuk)

6.20–13.56

8.28–15.96

Self-classified weight

2.96

3.57

(pengkategorian ukuran tubuh)

4.68–7.16

0.68

0.63

0.92

0.62

Sumber : Survey data nasional US ( Cash et al. 1985, 1986)

0.60

0.74

0.96

0.73

5.68–8.60

11

Body Image Ideals Questionnaire (BIQ)
The Body Image Ideals Questionnaire (BIQ) merupakan suatu metode
yang terdiri dari 22 butir pertanyaan dan dikembangkan untuk menyediakan suatu
penilaian evaluatif persepsi tubuh. BIQ berasal dari kerangka teori perbedaan diri
(self-discrepancy). Berdasarkan penelitian yang masih ada, instrumen BIQ terdiri
dari 10 karakteristik fisik : tinggi badan (height), warna kulit (skin complexion),
tekstur dan ketebalan rambut (hair texture and thickness), ciri wajah (facial
features), tonus otot dan definisi (muscle tone and definition), proporsi tubuh
(body proportions), berat badan (weight), ukuran dada (chest or breast), kekuatan
fisik (physical strength), dan koordinasi fisik (physical coordination) (Cash &
Szmanski 1995).
Dalam metode BIQ, untuk setiap atribut diminta untuk memikirkan
tentang bagaimana sebenarnya keadaan mereka dan kemudian apa yang
diharapkan. Pertama pada Bagian A digunakan untuk menilai sejauh mana mereka
menyerupai atau cocok terhadap ideal fisik pribadi (personal physical ideal)
dengan skala respon 0 = ”tepat seperti saya (exactly as I am), ” 1 = “hampir
seperti saya (almost as I am), “ 2 = cukup seperti saya (fairly unlike me),” 3 =
sangat tidak seperti saya (very unlike me)”. Kemudian pada Bagian B digunakan
untuk menunjukkan betapa pentingnya untuk mewujudkan ideal fisik masingmasing, dengan skala respon 0 = ”tidak penting (not important), ” 1 = “agak
penting (somewhat important), “ 2 = cukup penting (moderately important),” 3 =
sangat penting (very important)” (Lampiran 4).
Sebelum melakukan pengolahan, data pada discrepancy rating (Part A) di
kode ulang (recode) dari 0 menjadi -1. Total skor diperoleh dari pengolahan 22
butir pernyataan dengan cara mengalikan rata-rata (mean) dari setiap butir
discrepancy rating (Part A) X important ratings (Part B), kemudian skor total
tersebut dikategorisasikan menjadi 3, yaitu negatif (Mean-SD), normal dan positif
(Mean+SD). Berikut data standar pada Tabel 6 merupakan data rentang skor
untuk BIQ Psychometrics.
Tabel 6 Standar BIQ Psychometrics
BIQ Psychometrics
Standar

Laki-laki

Perempuan

Rata-rata

SD

Rata-rata

SD

1.31

1.35

1.75

1.38

-0.44–29.26

4.07–34.43

Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik. Proses pengolahan
data terdiri atas beberapa tahapan meliputi pengeditan (editing), pengkodean
(coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data.
Pengolahan data dilakukan menggunakan program komputer Microsoft Excell
2013 dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16.0. Statistik
deskriptif digunakan untuk mengukur tingkat sebaran sampel berdasarkan
karakteristik sampel misalkan jenis kelamin, usia, kategori status gizi dan
karakteristik keluarga.

12

Tabel 7 Kriteria variabel data untuk penelitian
Variabel/ Metode

Gangguan Makan/
Eating Attitute Test
(EAT-40)

Persepsi Tubuh/
Figure Rating
Scale (FRS) Test

Persepsi Tubuh/
MBSRQ-AS

Persepsi Tubuh/
BIQ

Keterangan

1. Pillihan jawaban
1=selalu, 2=biasanya, 3=sering, 4=kadangkadang, 5=jarang , 6=tidak pernah
Pertanyaan nomor 1,18,19, 23 dan 39
6=3 poin; 5=2 poin; 4=1 poin;
3, 2, atau 1=0 poin
Pertanyaan nomor lainnya
1 = 2 poin; 2=2 poin; 3=1 poin, dan
4, 5, or 6=0 poin
2. Dibandingkan dengan IMT/U
3. Dibandingkan
dengan
kriteria
tingkah laku selama 6 bulan
Pilihan jawaban berdasarkan gambar siluet
1-9, dibandingkan perhitungan IMT/U
dengan hasil persepsi subjek, apabila sama
maka persepsi positif dan apabila tidak
sama maka persepsi negatif.

Kriteria

1=Tidak
berisiko
2=Risiko
3=Berisiko
lebih

1=Persepsi
negatif
2=Persepsi
positif

1= Skor rendah
(persepsi
Butir favorable (F) dan unfavorable (UF)
negatif)
Pilihan jawaban UF
2= rentang
1=Sangat Tidak Sesuai, 2=Tidak Sesuai, normal
3=Netral, 4=Sesuai, 5=Sangat Sesuai dan
3= Skor tinggi
sebaliknya untuk butir favorable (F)
(persepsi
positif)
Bagian A skala respon
-1=tepat seperti saya, 1=hampir seperti 1= Skor rendah
saya, 2=cukup seperti saya, 3=sangat tidak (persepsi
seperti saya
negatif)
2= rentang
Bagian B
0=tidak penting, 1=agak penting, 2=cukup normal
3= Skor tinggi
penting, 3=sangat penting.
BIQ Skor didapatkan dengan merata- (persepsi
ratakan
hasil
BIQAXB1
hingga positif)
BIQAXB11

Data jenis kelamin dan umur subjek diperoleh melalui wawancara langsung
terhadap subjek. Data status gizi remaja meliputi tinggi badan, berat badan
diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung terhadap subjek. Alat yang
digunakan untuk pengukuran tinggi adalah microtoise (ketelitian 0.1 cm), alat
untuk pengukuran berat badan adalah timbangan digital. Klasifikasi status gizi
dalam penelitian berdasarkan gabungan IMT menurut kriteria WHO (2000) dan
IMT/U menurut kriteria Kemenkes (2010) yaitu Kurus (IMT