Hubungan Citra Tubuh Dengan Perilaku Makan Pada Remaja Putri
TESIS
HUBUNGAN CITRA TUBUH DENGAN PERILAKU MAKAN PADA REMAJA PUTRI
ROSMAULIANA DAMANIK 097103035 / IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – KONSENTRASI ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
Judul Penelitian : Hubungan citra tubuh dan perilaku makan pada remaja putri
Nama Mahasiswa : Rosmauliana Damanik Nomor Induk Mahasiswa : 097103035
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Anak
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Ketua
Dr. Hj.Tiangsa Sembiring MKed(Ped), SpA(K)
Anggota
Dr. Hj. Melda Deliana MKed(Ped), SpA(K)
Program Magister Kedokteran Klinik, Dekan, Sekretaris Program Studi,
dr. Murniati Manik, MSc, SpKK, SpGK
NIP.19530719 198003 2 001 NIP 19540220 198011 1 001
Prof.dr.Gontar A.Siregar,SpPD-KGEH
Tanggal lulus : 23 Oktober 2014
(3)
PERNYATAAN
HUBUNGAN CITRA TUBUH DAN PERILAKU MAKAN PADA REMAJA PUTRI
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, Oktober 2014
Rosmauliana Damanik
(4)
Telah diuji pada
Tanggal: 23 Oktober 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
KETUA :Dr. Hj.Tiangsa Sembiring MKed(Ped), Sp.A(K) …………. Anggota:Dr.Hj. Melda Deliana MKed(Ped), Sp.A(K) …………. Prof.Dr. Harun Al-Rasyid Damanik, SpPD(K),SpGK …………. Dr.Tina C. L. Tobing MKed(Ped), Sp.A(K) …………. Dr.Lily Irsa, Sp.A(K) ………….
(5)
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga memberikan kesempatan kepada penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Pembimbing utama Dr. Hj. Tiangsa Sembiring MKed(Ped), Sp.A(K) dan Pembimbing II Dr. Hj. Melda Deliana MKed(Ped), Sp.A(K), yang telah memberikan bimbingan, koreksi, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dan dukungan moril kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.
2. Dr. Hj. Melda Deliana MKed(Ped), Sp.A(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK USU, dan dr. Beby Syofiani Hasibuan, M.Ked(Ped), Sp.A, sebagai Sekretaris Program Studi yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K), serta Rektor Universitas Sumatera Utara sebelumnya
(6)
Prof. Dr. H. Chairuddin P Lubis,DTM&H, Sp.A(K) dan Dekan FK-USU Prof. Dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH, FInaSIM yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK-USU.
4. Prof. Dr. H. Munar Lubis, Sp.A (K) selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli 2007 sampai sekarang yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.
5. Dr. Tina C. L. Tobing MKed(Ped), Sp.A(K), Dr. Lily Irsa, Sp.A(K), dan Prof .Dr.H. Harun Al-Rasyid Damanik, SpPD(K), SpGK, yang telah menguji, memberikan koreksi, saran dan perbaikan pada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
7. DR. Ir. Erna Mutiara, M.Kes yang sudah membantu dan memberikan sumbangan pikiran dalam analisa data penelitian ini.
8. Seluruh teman sejawat PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU terutama PPDS periode Januari 2010 serta dokter-dokter muda yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.
9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini. Kepada suami yang saya cintai dan hormati, Paul FG Sembiring, SPd, yang selalu setia mendoakan, mendampingi, mendukung dan membantu saya
(7)
dalam menyelesaikan segala tugas dan beban selama mengikuti program pendidikan spesialis anak. Kepada anak anak saya, Bogan Sembiring dan Frizela Sembiring, atas senyum dan tawanya yang membuat saya semangat menjalani studi pendidikan spesialis anak. Kepada orang tua yang sangat saya cintai dan hormati Dosman Damanik dan Marentina Saragih, serta adik adik saya, Firman Damanik, SSTP, Andi Damanik, SPd, Eli Hartono Damanik, ST, dan Iwansyah Damanik, ST yang selalu mendoakan, memberikan dorongan dan motivasi baik moral maupun materiil, Kepada orangtua angkat saya, Paul Govaart dan Mama Vera di Belanda atas dukungannya selama ini, khususnya dalam bantuannya mengurus proses ijin menggunakan kuesioner DEBQ yang saya gunakan dalam penelitian ini.. Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Medan, Oktober 2014 Rosmauliana Damanik
(8)
DAFTAR ISI
Lembaran Persetujuan Pembimbing ii
Lembar Panitia Penguji Tesis iii
Ucapan Terima Kasih v
Daftar Isi viii
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Singkatan xiii
Daftar Lambang xiv
Abstrak xv
Abstract
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Hipotesis 2
1.4. Tujuan penelitian 3
1.5. Manfaat Penelitian 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kebutuhan nutrisi pada anak remaja putri 5 2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan
remaja putri 7
2.3 .Perilaku makan remaja putri 11
2.4. Penilaian perilaku makan pada remaja putri 15
2.5. Kerangka konseptual 18
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Desain 19
3.2. Tempat dan Waktu 19
3.3. Populasi dan Sampel 19
3.4. Perkiraan Besar Sampel 19
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 20
3.5.1. Kriteria Inklusi 3.5.2. Kriteria Eksklusi
3.6. Persetujuan / Informed Consent 20
3.7. Etika Penelitian 20
3.8. Cara Kerja 21
3.9. Alur Penelitian 22
3.10. Identifikasi Variabel 22
3.11. Definisi Operasional 22
3.12. Rencana Pengolahan dan Analisis Data 25
BAB 4. HASIL 26
4.1. Data demografik dan karakteristik subyek 26 BAB 5. PEMBAHASAN 33
(9)
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 41 6.2. Saran 41
RINGKASAN 42
SUMMARY 44
DAFTAR PUSTAKA 46
Lampiran
1. Personil penelitian
2. Penjelasan dan persetujuan remaja putri 3. Data umum subyek penelitian
4. Gambar penilaian citra tubuh 5. Kuesioner penelitian
6. Persetujuan komite etik
7. Ijin penggunaan kuesioner DEBQ dari yang menciptakan 8. Daftar riwayat hidup
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi dan makronutrisi remaja putri 6
Tabel 2.1. Karakteristik sampel penelitian 27
Tabel 2.2. Hubungan citra tubuh dan perilaku makan 28
Tabel 2.3. Analisa bivariat usia dan perilaku makan 29
Tabel 2.4. Analisa multivariat regresi linear 29
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Contour drawing rating scale 11
Gambar 2. Kerangka konseptual 18
Gambar 3. Alur penelitian 22
Gambar 4. Grafik scatter plot antara citra tubuh
dan perilaku makan restrained DEBQ 30
(12)
DAFTAR SINGKATAN WHO : World Health Organization EAT : Eating Attitudes Test
DEBQ : Dutch Eating Behaviour Questionnaires RDA : Recommended Dietary Allowances
BB : Berat badan
TB : Tinggi badan
CDC : Center for Disease Control and Prevention NCHS : National Center for Health Statistics
SMU : Sekolah Menengah Umum
(13)
DAFTAR LAMBANG < : lebih kecil dari
≥ : lebih besar dari sama dengan zα : Deviat baku normal untuk α zβ : Deviat baku normal untuk β n : Jumlah subjek / sampel α : Kesalahan tipe I β : Kesalahan tipe II r : koefisien korelasi
(14)
HUBUNGAN CITRA TUBUH DAN PERILAKU MAKAN PADA REMAJA PUTRI
Abstrak
Latar belakang Perilaku makan remaja putri dipengaruhi oleh beberapa faktor, tetapi kebanyakan dipengaruhi oleh citra tubuh. Perhatian terhadap citra tubuh dan gangguan perilaku makan berbeda beda karena adanya pengaruh budaya. Namun penelitian tentang hal ini masih sedikit dilaporkan.
Tujuan Untuk meneliti hubungan citra tubuh dan perilaku makan pada remaja putri.
Metode Sebuah studi cross-sectional dilakukan pada bulan Februari 2013 di sekolah Metodist 1 Medan. Sampel adalah siswi remaja putri usia 10 sampai 19 tahun. Perilaku makan dinilai dengan Ducth Eating Behaviour Questionaires (DEBQ) untuk menilai perilaku makan restrained, emotional dan external. Citra tubuh dinilai dengan Contour Drawing Rating Scale. Semua sampel dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Data dianalisa dengan menggunakan korelasi Pearson dan regresi logistik.
HasilTerdapat 184 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Dari hasil ditemukan bahwa citra tubuh mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku makan restrained
DEBD(r=0.206, P<0.05). Status nutrisi mempunyai hubungan yang bermakna dengan
perilaku makan restrained DEBQ (r=0.303, P<0.05) dan external DEBQ(r=-0.243, P<0.05). Usia mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku makan emotional DEBQ(r=0.238, P<0.05)
Kesimpulan Citra tubuh mempunyai korelasi dengan perilaku makan restained. Makin gemuk seorang remaja putri maka kecenderungan untuk memiliki perilaku makan berdiet akan semakin tinggi. Perilaku makan emosional pada remaja putri dipengaruhi oleh usia.
Kata kunci : Citra tubuh, perilaku makan, remaja putri, DEBQ
(15)
ASSOCIATION BETWEEN BODY IMAGE AND EATING BEHAVIOUR IN FEMALE ADOLESCENT
Abstract
Background Eating behavior in female adolescent is influenced by several factors, but mostly by body image. Body image concerns and disordered eating behaviors may present differently in different cultures. Unfortunately the role of body image is still less developed. Objective To determine the association between body image and eating behavior in female adolescent.
Methods A cross-sectional study was conducted on February 2013 in Methodist-1 Senior High School, Medan. The subjects are female adolescent students aged 10 to 19 years old. Eating behavior was assessed by Dutch Eating Behaviour Questionnaires (DEBQ) for measuring restrained, emotional and external eating. Body image was assessed by Contour Drawing Rating Scale. All subjects’ body weight and height were also measured. Data were analyzed by using Pearson’s correlation and linear regression.
Results A total of 184 subjects were eligible with this study. It was found that body image has a weak correlation with restrained DEBQ (r = 0.206, P<0.05). Nutrition status has a weak correlation with restrained DEBQ (r = 0.303, P<0.05), and also has a weak correlation with external DEBQ (r = -0.243, P<0.05). Age has a weak correlation with emotional DEBQ (r = 0.238, P<0.05)
Conclusion There was a weak correlation between body image and restrained eating behaviour in female adolescent. The fatter a female adolescent is, the more tendency she will has restrained eating behaviour. Emotional eating behaviour among female adolescent is influenced by their ages.
Key words : body image, eating behaviour, female adolescent,DEBQ
(16)
HUBUNGAN CITRA TUBUH DAN PERILAKU MAKAN PADA REMAJA PUTRI
Abstrak
Latar belakang Perilaku makan remaja putri dipengaruhi oleh beberapa faktor, tetapi kebanyakan dipengaruhi oleh citra tubuh. Perhatian terhadap citra tubuh dan gangguan perilaku makan berbeda beda karena adanya pengaruh budaya. Namun penelitian tentang hal ini masih sedikit dilaporkan.
Tujuan Untuk meneliti hubungan citra tubuh dan perilaku makan pada remaja putri.
Metode Sebuah studi cross-sectional dilakukan pada bulan Februari 2013 di sekolah Metodist 1 Medan. Sampel adalah siswi remaja putri usia 10 sampai 19 tahun. Perilaku makan dinilai dengan Ducth Eating Behaviour Questionaires (DEBQ) untuk menilai perilaku makan restrained, emotional dan external. Citra tubuh dinilai dengan Contour Drawing Rating Scale. Semua sampel dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Data dianalisa dengan menggunakan korelasi Pearson dan regresi logistik.
HasilTerdapat 184 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Dari hasil ditemukan bahwa citra tubuh mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku makan restrained
DEBD(r=0.206, P<0.05). Status nutrisi mempunyai hubungan yang bermakna dengan
perilaku makan restrained DEBQ (r=0.303, P<0.05) dan external DEBQ(r=-0.243, P<0.05). Usia mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku makan emotional DEBQ(r=0.238, P<0.05)
Kesimpulan Citra tubuh mempunyai korelasi dengan perilaku makan restained. Makin gemuk seorang remaja putri maka kecenderungan untuk memiliki perilaku makan berdiet akan semakin tinggi. Perilaku makan emosional pada remaja putri dipengaruhi oleh usia.
Kata kunci : Citra tubuh, perilaku makan, remaja putri, DEBQ
(17)
ASSOCIATION BETWEEN BODY IMAGE AND EATING BEHAVIOUR IN FEMALE ADOLESCENT
Abstract
Background Eating behavior in female adolescent is influenced by several factors, but mostly by body image. Body image concerns and disordered eating behaviors may present differently in different cultures. Unfortunately the role of body image is still less developed. Objective To determine the association between body image and eating behavior in female adolescent.
Methods A cross-sectional study was conducted on February 2013 in Methodist-1 Senior High School, Medan. The subjects are female adolescent students aged 10 to 19 years old. Eating behavior was assessed by Dutch Eating Behaviour Questionnaires (DEBQ) for measuring restrained, emotional and external eating. Body image was assessed by Contour Drawing Rating Scale. All subjects’ body weight and height were also measured. Data were analyzed by using Pearson’s correlation and linear regression.
Results A total of 184 subjects were eligible with this study. It was found that body image has a weak correlation with restrained DEBQ (r = 0.206, P<0.05). Nutrition status has a weak correlation with restrained DEBQ (r = 0.303, P<0.05), and also has a weak correlation with external DEBQ (r = -0.243, P<0.05). Age has a weak correlation with emotional DEBQ (r = 0.238, P<0.05)
Conclusion There was a weak correlation between body image and restrained eating behaviour in female adolescent. The fatter a female adolescent is, the more tendency she will has restrained eating behaviour. Emotional eating behaviour among female adolescent is influenced by their ages.
Key words : body image, eating behaviour, female adolescent,DEBQ
(18)
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) adolescents is defined as persons aged 10-19 years, yang berarti bahwa remaja adalah kelompok usia antara 10 sampai 19 tahun.1 Pemberian nutrisi pada kelompok remaja putri bertujuan untuk mencapai asupan nutrisi yang optimal dan seimbang untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan. Tujuan ini sering tidak tercapai sehubungan dengan praktek perilaku makan yang terganggu, gaya hidup dan asupan makan yang tidak adekuat.2 Remaja putri sering melakukan perilaku diet yang salah dan tidak sesuai dengan panduan dan rekomendasi yang berlaku.3,4
Citra tubuh banyak mempengaruhi perilaku makan remaja putri. Citra tubuh merupakan suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan remaja putri terhadap tubuh mereka sendiri.5 Remaja putri sering meyakini diri mereka lebih gemuk dibandingkan dengan keadaan mereka yang sebenarnya dan inilah alasan mereka ingin melangsingkan tubuh dan memulai membatasi asupan makanan.6 Masalah makan pada remaja putri dan perilaku makan yang tidak sehat untuk mengontrol berat badan sudah menjadi masalah epidemik.7
Adapun instrumen yang dapat dipakai untuk menilai perilaku makan remaja putri antara lain adalah Eating Attitudes Test 26 (EAT 26) dan Dutch Eating Behaviour Questionnaires (DEBQ).Namun instrumen yang paling sering digunakan untuk menilai perilaku makan remaja putri adalah Dutch Eating Behaviour Questionnaires (DEBQ) karena sering dikaitkan dengan citra tubuh yang mempengaruhi perilaku makan remaja putri. Instrumen ini terdiri dari tiga subskala yaitu restrained-DEBQ, emotional-DEBQ dan external-DEBQ. Dari
(19)
ketiga subskala tersebut yang paling sering dipakai adalah skala restrained- DEBQ.8
Studi cross-sectional di Malaysia mendapatkan adanya korelasi antara citra tubuh dengan perilaku makan pada remaja putri yang dinilai dengan menggunakan DEBQ.8 Beberapa studi di negara barat dan di Asia seperti Singapura dan Cina melaporkan tingginya prevalensi perilaku makan dan gangguan perilaku makan yang berhubungan dengan citra tubuh.8,9 Umumnya keadaan ini bersifat ringan, namun kadang-kadang dapat menjadi serius dan menyebabkan gangguan seperti malnutrisi, gangguan menstruasi, gangguan pencernaan, maturasi seks yang terlambat, gangguan fungsi kognitif, dan depresi pada remaja putri.6,10,11 Prevalensi gangguan perilaku makan yang berhubungan dengan citra tubuh berbeda karena adanya pengaruh budaya.8,12
Studi tentang hubungan antara citra tubuh dan perilaku di Indonesia umumnya serta di Medan khususnya belum pernah dilaporkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan : bagaimana hubungan citra tubuh dengan perilaku makan pada remaja putri?
1.3 Hipotesis
Ada hubungan yang bermakna antara citra tubuh dengan perilaku makan pada remaja putri
1.4 Tujuan penelitian
(20)
perilaku makan pada remaja putri dengan DEBQ
1.4.2 Tujuan Khusus :
1.4.2.1 Mengetahui hubungan status nutrisi dan perilaku makan pada remaja putri
1.4.2.2 Mengetahui hubungan usia dan perilaku makan pada remaja putri
1.4.2.3 Mengetahui kejadian proporsi citra tubuh pada remaja putri
1.4.2.4 Mengetahui kejadian proporsi status nutrisi pada remaja putri
1.5 Manfaat Penelitian
1. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai hubungan citra tubuh dengan perilaku makan dan status nutrisi pada remaja putri
2. Di bidang pelayanan masyarakat : dengan mengetahui hubungan citra tubuh dengan perilaku makan diharapkan dapat memberikan informasi yang benar tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan remaja putri sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan remaja putri
3. Di bidang pengembangan penelitian : memberikan kontribusi ilmiah mengenai pengaruh citra tubuh dengan perilaku makan remaja putri
4. Bagi pihak sekolah : memberi masukan terhadap pihak sekolah sehingga dapat memberikan perhatian terhadap para siswa khususnya remaja putri dengan cara memberikan edukasi nutrisi untuk meningkatkan pengetahuan nutrisi agar tidak menerapkan perilaku diet yang tidak sesuai dengan nutrisi seimbang.
(21)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebutuhan nutrisi pada anak remaja putri
Masih sedikit data yang secara khusus menjelaskan tentang kebutuhan nutrisi pada remaja. Variabilitas yang luas dalam kecepatan pertumbuhan, aktifitas fisik, kecepatan metabolik, status fisiologis, dan adaptasi menyebabkan kesulitan dalam memperkirakan kebutuhan nutrisi spesifik pada remaja putri.13
Remaja putri membutuhkan nutrisi yang lebih tinggi dimana onset menstruasi mengakibatkan anak remaja putri membutuhkan peningkatan konsumsi zat besi dan protein.14,15 Selain itu tingginya kebutuhan energi dan nutrisi ini dikarenakan adanya perubahan dan pertambahan berbagai dimensi tubuh, massa serta komposisi tubuh.14
Sekitar 15% sampai 20% tinggi badan dewasa dicapai pada masa remaja, 25% sampai 50% berat badan ideal dewasa dicapai pada remaja dimana waktu pencapaian dan jumlah penambahan berat badan sangat dipengaruhi asupan makanan dan energi, 45% tambahan massa tulang terjadi pada masa remaja dan akhir dekade ke dua kehidupan 90% massa tulang tercapai. Pada perempuan dengan pubertas terlambat terjadi kegagalan penambahan massa tulang sehingga kepadatan tulang lebih rendah pada masa dewasa. Dalam hal ini status nutrisi merupakan salah satu faktor lingkungan yang turut menentukan onset pubertas.14
Nutrisi pada remaja hendaknya dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif serta maturitas seksual, juga memberikan cadangan yang cukup bila sakit atau hamil,
(22)
mencegah timbulnya penyakit terkait makanan, mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat.14
The Recommended Dietary Allowances (RDA) membuat kategori nutrisi pada remaja berdasarkan usia kronologis, perkembangan maturitas, dan level aktifitas fisik.4,13,15
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi remaja putri menurut RDA.4
9-13 thn 14-18 thn
Energi (kkal/hari) 2071 2360
Karbohidrat ( gr/hari) 130 130
Total serat ( gr/hari) 26 28
Lemak n-6 polyunsaturated (gr/hari) 10 11 Lemak n-3 polyunsaturated ( gr/hari) 1.0 1.1
Protein ( gr/hari) 34 46
Vitamin A (μg/hari) 600 700
Vitamin C (mg/hari) 45 65
Vitamin D (μg/hari) 5 5
Vitamin E (mg/hari) 11 15
Vitamin K (μg/hari) 60 75
Tiamin (mg/hari) 0.9 1.0
Riboflavin (mg/hari) 0.9 1.0
Niacin (mg/hari) 12 14
Vitamin B6 (mg/hari) 1.0 1.2
Folat (μg/hari) 300 400
Vitamin B12 (μg/hari) 1.8 2.4
Asam pantotenat (mg/hari) 4 5
Biotin (μg/hari) 20 25
Colin(mg/hari) 375 400
Kalsium(mg/hari) 1300 1300
Kromium(μg/hari) 21 24
Tembaga(μg/hari) 700 890
Florida(mg/hari) 2 3
Iodin(μg/hari) 120 150
Besi(mg/hari) 8 15
Magnesium(mg/hari) 240 360
Mangan(mg/hari) 1.6 1.6
Molibdenum(μg/hari) 34 43
Posfor(mg/hari) 1.25 1.25
Selenium(μg/hari) 40 55
Zinc(mg/hari) 8 9
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan remaja putri 2.2.1 Keluarga
Semenjak berat badan menjadi suatu isu yang sensitif di kalangan remaja putri, banyak orangtua menjadi sangat perhatian terhadap berat badan anak mereka. Orangtua sering kesulitan berdiskusi tentang berat badan dengan
(23)
anak mereka. Rumah dan lingkungan keluarga telah diidentifikasi sebagai suatu pengaruh penting terhadap berat badan anak di kemudian hari.9 Kebiasaan makan bersama dalam keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan perilaku yang baik dan asupan makanan yang baik.16
Komentar dari anggota keluarga yang berhubungan dengan berat badan, teladan orangtua dan dorongan untuk perilaku diet dapat memberikan pengaruh negatif terhadap perilaku makan remaja putri, meskipun tidak semua studi mendukung hipotesis ini.9 Beberapa studi melaporkan bahwa remaja putri cenderung meniru perilaku makan ibunya.9,16,17
Sebuah studi cross-sectional di Amerika Serikat melaporkan bahwa fasilitas fisik di rumah dan ketersediaan makanan sehat atau tidak sehat di rumah berpengaruh terhadap perilaku makan remaja putri.16 Studi cross-sectional di Minnesota mengatakan adanya hubungan tingkat pendidikan orangtua dengan dorongan berperilaku makan yang sehat terhadap anak serta menciptakan lingkungan yang mendukung supaya berperilaku sehat di rumah.18
2.2.2 Persahabatan
Teman-teman remaja putri dapat mempengaruhi gaya hidup remaja putri.4,19 Untuk memperoleh penerimaan dari teman-teman mereka, remaja putri akan mencoba mengadopsi kepercayaan dan perilaku yang dipraktekkan teman mereka. Beberapa studi melaporkan adanya hubungan yang signifikan antara perilaku makan yang berorientasi menurunkan berat badan pada remaja putri dengan perilaku serupa yang dilakukan teman mereka. Studi tersebut menilai adanya hubungan yang bermakna antara tekanan yang
(24)
diberikan oleh teman sebaya mereka dengan meningkatnya risiko perilaku berdiet.17,19
2.2.3 Media
Televisi dan majalah lebih mempengaruhi perilaku makan remaja dibanding dengan media massa yang lain.13 Media televisi dan majalah sering mendorong remaja putri untuk mencapai tubuh langsing yang tidak realistik sebagai bentuk yang ideal.17 Remaja putri ditekan oleh media yang memberi pesan tentang asupan nutrisi, diet dan olah raga.20
Sebuah studi prospektif di Amerika Serikat melaporkan adanya hubungan yang positif antara paparan terhadap majalah kecantikan dan fashion dengan peningkatan gangguan perilaku makan pada remaja putri.17 Telah diperkirakan bahwa sebelum mencapai usia remaja, seorang remaja putri rata-rata telah mengkonsumsi kira-kira 100.000 jenis makanan komersial yang mayoritas tinggi kadar lemak dan rendah karbohidrat.13
2.2.4 Citra tubuh
Definisi citra tubuh menurut Banfield dan McCabe adalah sikap, persepsi, keyakinan, dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya. Hal ini meliputi ukuran, bentuk, struktur yang dipengaruhi oleh faktor sejarah, sosial budaya, individual dan biologik. Komponen perseptif citra tubuh didefinisikan sebagai suatu perkiraan ukuran, berat dan bentuk tubuh sendiri terhadap proporsi yang sesungguhnya.21
Saat ini ada tiga komponen yang mempengaruhi citra tubuh yaitu akurasi persepsi sesuai dengan tubuh, komponen subjektif atau kepuasan terhadap ukuran tubuh seseorang, serta aspek perilaku atau penghindaran
(25)
situasi yang dapat menyebabkan kecemasan akan citra tubuh atau ketidakpuasan.5
Sejak penampilan fisik menjadi hal yang sangat diperhatikan, maka remaja putri akan berfokus pada berat badan dan bentuk tubuh dalam proses perkembangan citra dirinya. Konsekuensinya, citra tubuh akan berhubungan erat dengan perilaku makan remaja putri yang tujuan utamanya adalah untuk mencapai penampilan fisik yang diinginkan. Citra tubuh yang negatif mempunyai hubungan dengan rasa percaya diri yang rendah pada remaja putri dan rasa percaya diri yang rendah diidentifikasi sebagai faktor resiko yang penting terhadap terjadinya gangguan perilaku makan.8
Citra tubuh remaja putri dapat dinilai dengan menggunakan Contour Drawing Rating Scale. Skala pengukuran ini digunakan untuk menilai bagaimana kepuasan atau ketidakpuasan seorang remaja putri terhadap tubuh mereka sendiri yang disebut dengan istilah index of body dissatisfication. Sehingga body dissatisfication dapat didefinisikan sebagai evaluasi negatif dari seseorang akan tubuhnya sendiri dan ini merupakan salah satu komponen dari citra tubuh yang berhubungan dengan perilaku.22
Skala ini mempunyai 9 skor yaitu very underweight (skor 1) sampai very overweight ( skor 9). Hasil pengurangan antara nilai bagaimana seorang remaja putri membayangkan tubuh dengan nilai bagaimana tubuh yang mereka inginkan disebut dengan index of body dissatisfication atau skor ketidakpuasan. Skor yang positif mengindikasikan adanya keinginan untuk lebih kurus, skor nol mengindikasikan adanya kepuasan, skor yang negatif mengindikasikan adanya keinginan untuk lebih gemuk.8
(26)
Gambar 1. Contour Drawing Rating Scale.8
2.3 Perilaku makan remaja putri
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan remaja diatas maka beberapa perilaku makan yang umum dijumpai pada remaja putri adalah sebagai berikut :
2.3.1 Perilaku makan tidak teratur
Pola makan tidak teratur dan lupa makan umum dijumpai pada remaja putri. Sarapan dan makan siang merupakan hal yang paling sering dilupakan, namun aktifitas sosial dan program sekolah dapat juga menyebabkan seorang remaja putri tersebut melewatkan makan malamnya. Literatur melaporkan bahwa 89% remaja putri percaya akan pentingnya sarapan, namun hanya 60% melakukannya dengan teratur.13
Alasan remaja putri untuk tidak sarapan umumnya adalah kurangnya waktu, keinginan tidur lebih lama di pagi hari, kurangnya selera makan, dan program diet untuk menurunkan berat badan.16
(27)
Penelitian terdahulu menyatakan bahwa 88% remaja putri mempunyai kebiasaan mengemil paling tidak satu jenis per hari. Proporsi energi yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sebagai cemilan berjumlah kira-kira 25% sampai 33% dari asupan energi harian remaja putri. Prevalensi snacking dan proporsi kalori makanan yang dikonsumsi sebagai cemilan meningkat dalam beberapa tahun terakhir.23
Kebiasaan mengemil dapat dianggap berbahaya karena dapat menurunkan selera seseorang dalam konsumsi makanan reguler. Selain itu cemilan juga biasanya mengandung kadar kalsium, serat, vitamin A dan zat besi yang lebih rendah tetapi mempunyai kadar lemak yang lebih tinggi.24 Sebaliknya ada juga cemilan yang dikonsumsi remaja tidak hanya rendah kalori, tapi juga berisi proporsi penting asupan kalori yang direkomendasikan seperti protein, riboflavin, dan asam askorbat. Cemilan dapat mempunyai pengaruh positif terhadap asupan nutrisi remaja, jika remaja tersebut bijaksana memilihcemilan yang sesuai.13
2.3.4 Jarang menikmati makan bersama keluarga
Penelitian terdahulu menyatakan bahwa sekitar sepertiga dari remaja yang menikmati makan malam bersama kelurga mereka tiap hari. Sekitar 22% sampai 32% remaja melaporkan bahwa mereka tidak pernah atau hanya beberapa kali dalam seminggu makan malam bersama keluarga mereka.23
Alasan remaja untuk tidak menikmati makan malam bersama keluarga adalah ketidaksesuaian jadwal antara mereka dan orangtua, adanya keinginan untuk bebas, ketidakpuasan dalam relasi antar anggota keluarga. Makan bersama keluarga mempunyai hubungan dengan
(28)
kualitas diet yang lebih baik dibandingkan dengan semua kegiatan makan. Remaja putri yang lebih banyak makan malam bersama dengan keluarga mereka mempunyai asupan dan pola makan yang lebih sehat.24
2.3.4 Kebiasaan makan di luar rumah
Selama masa remaja, waktu lebih banyak dihabiskan bersama teman- teman mereka dibandingkan dengan keluarga. Begitu remaja menjadi lebih mandiri maka kebiasaan makan jauh dari rumah makin meningkat.24 Sepertiga remaja mempunyai kebiasaan makan di luar rumah dimana 52% biasanya makan di sekolah, 16% makan makanan cepat saji di restoran, 6% di mesin penjual makanan, 26% makan di tempat-tempat lainnya. Rata-rata remaja mengkonsumsi makanan cepat saji di restoran dua kali dalam seminggu.23
Restoran cepat saji dan food court adalah tempat favorit untuk dikunjungi remaja untuk beberapa alasan seperti situasi informal dan nyaman, harga relatif murah, dapat dimakan diluar restoran, layanan cepat dan penawaran paket sesuai untuk remaja yang sibuk. Selain itu restoran cepat saji juga sering mempekerjakan beberapa remaja sehingga meningkatkan nilai sosial dari restoran.24
Konsumsi makanan cepat saji membawa pengaruh langsung terhadap status nutrisi remaja putri. Beberapa makanan cepat saji mempunyai kadar lemak yang tinggi dan rendah mikronutrisi.23,25 Sebenarnya remaja putri tersebut dapat meningkatkan nilai nutrisi makanan cepat saji dan menurunkan kadar lemak dengan cara meminta juice atau susu daripada soft drink, memilih selada sebagai makanan tambahan daripada makanan gorengan, meminta makanan yang
(29)
dipanggang daripada sandwich goreng dan menghindari makanan porsi besar meskipun dengan penawaran yang lebih murah.23
2.3.5 Dietdan perilaku makan yang mengontrol berat badan
Diet adalah praktek makan yang paling umum dijumpai dan tersebar luas di kalangan remaja putri.11,26-28 Sebuah studi di Bangladesh pada tahun 2004 melaporkan prevalensi thinness (kurus) dan stunting (pendek) pada remaja putri usia 13 sampai 18 tahun telah tersebar luas.29 Menurut suatu survei nasional di Amerika pada tahun 1999 sebanyak 59% dari anak sekolah SMU putri melaporkan percobaan untuk menurunkan berat badan selama 30 hari. Hampir 20% remaja putri pergi keluar rumah selama 24 jam atau lebih tanpa makan sama sekali, 11% mengkonsumsi pil diet, 8% mengkonsumsi obat muntah atau laksatif untuk menurunkan berat badan.23
Studi cross-sectional di Nova Scotia melaporkan bahwa diantara remaja putri yang berusaha untuk menurunkan berat badannya, 11% adalah dengan cara berpuasa, 5% menggunakan obat-obatan dan merangsang diri sendiri untuk muntah.11 Menurut laporan lembaga survei Eating Among Teens (EAT) yang melakukan studi terhadap 4746 siswi SMP dan SMU terdapat 12% remaja putri yang melakukan usaha muntah, konsumsi pil diet, menggunakan laksatif dan diuretik untuk menurunkan berat badan. Studi tersebut juga melaporkan 57% remaja putri memiliki perilaku makan tidak sehat.30
(30)
2.4 Penilaian perilaku makan pada remaja putri dengan Dutch Eating Behaviour Questionnaires
Dutch Eating Behaviour Questionnaire (DEBQ) pertama kali digambarkan oleh Van strien pada tahun 1986. DEBQ telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dan dikatakan bahwa instrumen ini mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi untuk penilaian perilaku makan remaja putri.31
DEBQ merupakan suatu instrumen penilaian perilaku makan yang terdiri dari 33 pertanyaan dan terbagi ke dalam 3 jenis skala pengukuran yaitu perilaku makan yang berhubungan dengan emosi (emotional eating) terdiri dari 13 pertanyaan, perilaku makan yang diinduksi oleh pengaruh eksternal (externally induced eating) terdiri dari 10 pertanyaan, dan perilaku makan yang dikendalikan (restrained eating ) terdiri dari 10 pertanyaan.31-33
Emotional eating behaviour didefenisikan sebagai kecenderungan untuk makan secara berlebihan akibat suasana mood yang negatif seperti kecemasan, depresi dan kesendirian. External eating behaviour didefenisikan sebagai kecenderungan untuk makan berlebihan akibat stimulus eksternal seperti makanan enak. Restrained eating didefinisikan sebagai kecenderungan untuk mengurangi asupan nutrisi dengan sengaja yang bertujuan mengurangi berat badan dan mencegah bertambahnya berat badan.33
Skala restrained eating-DEBQ adalah instrumen yang paling sering digunakan untuk menilai perilaku makan remaja putri.3,31 Skala restrained-DEBQ ini sering dihubungkan dengan body dissatisfication dan keinginan menjadi lebih langsing.34,35 Skala jawaban untuk masing-masing pertanyaan terdiri dari tiga jenis yaitu tidak (1), kadang-kadang (2) dan ya (3). Jenis kelamin, status nutrisi dan keinginan untuk mengurangi makan mempunyai
(31)
hubungan yang bermakna dengan skor yang lebih tinggi dari skala restrained eating-DEBQ.31,35
Studi cross-sectional di Belanda melaporkan adanya hubungan yang bermakna antara perilaku makan yang dibatasi dengan perilaku makan yang dikendalikan yang diperantarai oleh status nutrisi. Studi ini melaporkan perilaku makan yang dibatasi lebih mempunyai hubungan yang kuat terhadap perilaku makan yang dikendalikan pada kelompok remaja yang overweight dibandingkan dengan kelompok remaja yang mempunyai berat badan normal.31,35 Skor lebih dari 7 mengindikasikan seorang remaja putri cenderung mempunyai perilaku makan restrained eating.36 Satu studi cross-sectional di Belanda melaporkan reliabilitas dari instrumen ini sebesar 83%.35
(32)
2.5. Kerangka konseptual
Gambar 2. Kerangka konseptual
Keterangan :
Yang diamati dalam penelitian
• : Dutch Eating Behaviour Questionnaires
Keluarga Media Persahabatan Citra tubuh
Perilaku makan remaja putri
Status nutrisi
Makan tidak teratur
Kebiasaan makan di luar rumah
Kebiasaan mengemil
Jarang makan bersama keluarga
Perilaku makan mengontrol BB
Restrained-DEBQ
Emotional -DEBQ
External-DEBQ
(33)
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Desain
Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang menilai bagaimana hubungan citra tubuh dengan perilaku makan pada remaja putri
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di SMU Metodist 1 Medan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi target adalah remaja putri di sekolah SMU Metodist 1 Medan. Populasi terjangkau adalah populasi target yang berusia ≤ 19 tahun. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi.
3.4. Perkiraan besar sampel
Besar sampel didapat dengan menggunakan rumus penelitian korelasi.37
Zα + Zβ 2
n = {0.5 ln (1 + r) / (1 – r) } + 3
α = 5% → Zα = 1.96 β = 20% → Zβ = 0.842 r = 0.218
1.96 + 0.842 2 n = { 0.5ln ( 1 + 0.21) / (1 – 0.21) } + 3
(34)
n = 180 besar sampel minimal 180 orang
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi
Remaja putri SMU usia ≤ 19 tahun 3.5.2. Kriteria Eksklusi
Remaja putri yang menderita riwayat penyakit kronis seperti diabetes melitus,keganasan, kelainan bawaan seperti penyakit jantung bawaan. 3.6. Persetujuan / Informed consent
Semua sampel penelitian telah diminta persetujuannya setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu.
3.7. Etika Penelitian
Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.8. Cara Kerja
1. Remaja putri diberikan penjelasan dan informed concent yang menyatakan setuju mengikuti penelitian ini.
2. Data dasar di peroleh dari pengukuran antropometri yang terdiri dari pengukuran berat badan dan tinggi badan remaja putri. Berat badan diukur dalam satuan kg, menggunakan timbangan merk Camry buatan Cina, dengan skala pengukuran hingga 100 kg dengan ketelitian 0,1 kg. Tinggi badan diukur dalam satuan cm, menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm. Saat melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan sampel melepaskan alas
(35)
kaki dan topi dan hanya memakai pakaian sekolah. Tangan tidak sedang memegang sesuatu apapun.
3. Berdasarkan hasil pengukuran antropometri dilakukan penilaian status nutrisi menurut Center for Disease and Control Prevention and Health Promotion by National Center for Health Statistcs (CDC NCHS) WHO 2000 .
4. Masing-masing remaja putri diberi kuesioner yang berisi pertanyaan tentang perilaku makan
5. Masing- masing remaja putri diwawancarai untuk mengisi kuesioner citra tubuh berdasarkan panduan Contour Drawing Rating Scale
6. Kuesioner yang telah diisi dikumpulkan dan diteliti kelengkapannya, bila ada yang tidak lengkap akan dikembalikan kepada remaja putri untuk dilengkapi kembali
7. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner dilakukan penilaian citra tubuh dan penilaian perilaku makan masing-masing remaja putri.
8. Data dimasukkan dalam tabel, kemudian dianalisis lebih lanjut.
3.9. Alur Penelitian
Sampel yang memenuhi kriteria inklusi
Antropometri
Diwawancarai tentang skala citra tubuh
Mengisi kuesioner
Penilaian pengaruh citra tubuh terhadap perilaku makan Contour
Drawing Rating Scale
DEBQ
(36)
Gambar 3. Alur penelitian 3.10. Identifikasi Variabel
Variabel bebas Skala
Citra tubuh numerik
Variabel tergantung Skala
Perilaku makan numerik
3.11 Definisi Operasional
1. Remaja putri adalah kelompok usia antara 10 sampai 19 tahun.1
2. Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan, dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya meliputi ukuran, bentuk, struktur.29 Citra tubuh remaja putri dapat dinilai dengan menggunakan Contour Drawing Rating Scale. Skala ini mempunyai 9 skor yaitu very underweight (skor 1) sampai very overweight ( skor 9). Hasil pengurangan antara nilai bagaimana seorang remaja putri membayangkan tubuh dengan nilai bagaimana tubuh yang mereka inginkan disebut dengan index of body dissatisfication atau skor ketidaksesuaian. Skor yang positif mengindikasikan adanya keinginan untuk lebih kurus, skor nol mengindikasikan adanya kepuasan, skor yang negatif mengindikasikan adanya keinginan untuk lebih gemuk.9
3. Status nutrisi menurut CDC NCHS WHO 2000 adalah penentuan status nutrisi remaja putri berdasarkan berat badan (BB) menurut tinggi badan (TB). 38
- BB/TB ≥ 120% → obesitas
- BB/TB >110-120% → overweight - BB/TB >90-110% → normal
(37)
- BB/TB =70-90% → nutrisi kurang - BB/TB < 70% → nutrisi buruk.
4. Dutch Eating Behaviour Questionnaire (DEBQ) merupakan suatu instrumen yang dipakai untuk menilai perilaku makan remaja putri. Instrumen ini terdiri dari tiga subskala yaitu restrained eating behaviour, emotional eating behaviour, external eating behaviour.34
5. Perilaku makan yang mengontrol diet (Restrained Eating Behaviour) didefinisikan sebagai kecenderungan untuk mengurangi asupan nutrisi dengan sengaja yang bertujuan mengurangi berat badan dan mencegah bertambahnya berat badan.31 Skala ini terdiri dari 10 pertanyaan dan jawaban untuk masing-masing pertanyaan terdiri dari tiga jenis yaitu tidak (1), kadang-kadang (2) dan ya (3).31,35
6. Emotional eating behaviour didefinisikan sebagai kecenderungan untuk makan secara berlebihan akibat suasana mood yang negatif seperti kecemasan, depresi dan kesendirian. Skala ini terdiri dari 13 pertanyaan dengan jawaban untuk masing-masing pertanyaan terdiri dari tiga jenis yaitu tidak (1), kadang-kadang (2) dan ya (3).31,35
7. External eating behaviour didefinisikan sebagai kecenderungan untuk makan berlebihan akibat stimulus eksternal seperti makanan enak. Skala ini terdiri dari 10 pertanyaan dengan jawaban untuk masing-masing pertanyaan terdiri dari tiga jenis yaitu tidak (1), kadang-kadang (2) dan ya (3).31,35
8. Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia kronik yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.39
(38)
9. Penyakit jantung bawaan adalah kelompok penyakit yang diderita sejak dalam kandungan baik yang terdiagnosa pada saat lahir maupun yang terdiagnosa kemudian.40
10. Penyakit keganasan adalah kelompok penyakit kanker, neoplasma, atau tumor yang tumbuh secara tidak terkontrol, dan dapat menyerang jaringan di dekatnya dan bermetastasis, atau menyebar, ke area lain dari tubuh.41 11. Usia genap adalah usia yang digenapkan ke dalam tahun.
Contoh : 14 tahun 11 bulan 29 hari digenapkan menjadi 14 tahun.
3.12 Analisa statistik
Studi ini merupakan studi korelasi untuk menilai ada hubungan dua variabel yang numerik. Kekuatan hubungan dapat dikuantifikasi melalui suatu koefisien korelasi yang disimbolkan dengan “r”. Data diolah dengan menggunakan sistem komputerisasi dengan tingkat kemaknaan p < 0.05 dan interval kepercayaan 95%. Analisis bivariat menggunakan korelasi Pearson dan analisis multivariate menggunakan regresi linear.
(39)
BAB 4. HASIL
4.1 Data Demografik dan Karakteristik Subyek
Penelitian hubungan citra tubuh terhadap perilaku makan pada remaja putri dilakukan di sekolah Metodist 1 Medan. Sekolah Metodist 1 terletak di jalan Hang Tuah, Kecamatan Polonia Kota Medan. Penelitian dilakukan terhadap siswi kelas X dan XI.
Penelitian dilakukan selama 4 hari, terhitung tanggal 25 Februari sampai dengan tanggal 28 Februari 2013. Jumlah remaja putri kelas X dan kelas XI adalah sebanyak 196 orang. Pada saat penelitian terdapat 185 remaja putri yang hadir dan kepada 185 remaja putri yang hadir diberikan kuisioner perilaku makan DEBQ. Kemudian dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan terhadap 185 remaja putri tersebut. Setelah itu dilakukan wawancara untuk menilai citra tubuh remaja putri. Dari 185 remaja putri tersebut semuanya mengembalikan kuisioner. Namun hanya 184 remaja putri yang memenuhi kriteria inklusi. Satu orang remaja putri dieksklusikan karena telah melewati usia 19 tahun.
Tabel 2.1. Karakteristik sampel penelitian
Karakteristik n %
Umur (tahun)
13-14 21 11,4
15-16 130 72,2
17-18 33 17,9
Status nutrisi
Kurang 17 9,2
Baik 79 42,9
Overweight 36 19,6
Obesitas 52 28,3
Citra tubuh
Positif 111 60,3
Nol 13 7,1
(40)
Perilaku makan DEBQ Restrained
Skor 10 -29 184 100
Emotional
Skor 13-37 184 100
External
Skor 10-29 184 100
Usia sampel terbanyak berada pada rentang 15 sampai 16 tahun yaitu sebanyak 130 orang (72.2%). Persentasi status nutrisi yang paling banyak adalah nutrisi baik yaitu sebanyak 79 sampel (42.9 %). Tidak satupun dari sampel yang mempunyai nutrisi buruk. Terdapat 111 sampel (60,3 %) yang mempunyai skor citra tubuh positif yang berarti mempunyai keinginan untuk lebih kurus, 13 sampel ( 7.1 %) mempunyai skor citra tubuh nol yang berarti puas terhadap bentuk tubuhnya, dan 60 sampel (32.6 %) mempunyai citra tubuh negatif yang berarti mempunyai keinginan untuk lebih gemuk.
Untuk penilaian perilaku makan melalui kuesioner skor restrained - DEBQ berkisar 10 sampai 29. Untuk perilaku makan emotional – DEBQ terdapat skor berkisar antara 13 sampai 39. Untuk penilaian perilaku makan external – DEBQ terdapat skor berkisar antara 10 sampai 29.
(41)
Tabel 2.2 Hubungan citra tubuh dengan perilaku makan berdasarkan korelasi Pearson dan Spearman
skor perilaku makan
Variabel restrained DEBQa emotional DEBQb
external
DEBQa
Skorcitra tubuh r = 0.376* r = -0.261* r = -0.274*
*p <0.001
a = korelasi Pearson b = korelasi Spearman
Dari hasil di atas, diperoleh nilai p < 0.001 yang menunjukkan bahwa korelasi antar skor citra tubuh dengan skor DEBQ adalah bermakna. Nilai korelasi Pearson antara skor citra tubuh dengan skor restrained DEBQ sebesar 0.376 yang berarti kekuatan hubungan lemah dengan arah korelasi positif yang artinya makin tinggi skor citra tubuh makin tinggi juga skor perilaku makan restrained DEBQ. Nilai korelasi Spearman antara skor citra tubuh dengan skor emotional DEBQ sebesar -0.261 yang berarti kekuatan hubungan lemah dengan arah korelasi negatif yang artinya makin tinggi skor citra tubuh maka makin rendah skor perilaku makan emotional DEBQ. Nilai korelasi Spearman antara skor citra tubuh dengan skor external DEBQ sebesar -0.274 yang berarti kekuatan hubungan lemah dengan arah korelasi negatif yang berarti makin tinggi skor citra tubuh maka makin rendah skor perilaku makan external DEBQ.
(42)
Tabel 2.3 Analisis bivariat faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku makan remaja putri berdasarkan uji korelasi Pearson dan Spearman
Perilaku makan
Variabel restrained DEBQa
emotional DEBQb external
DEBQa
Usia r = -0.019 r = 0.208 * r = 0.022
Status nutrisi r = 0.418 * r = -0.212 * r = -0.320*
* = p < 0.25
a = korelasi Pearson b = korelasi Spearman
Dari hasil diperoleh bahwa variabel yang akan dimasukkan ke dalam analisis multivariate adalah bila pada analisis bivariat mempunyai nilai p < 0.25. Dalam hal ini analisis bivariat usia terhadap perilaku makan emotional DEBQ mempunyai p<0.25 sedangkan analisis bivariat status nutrisi mempunyai p < 0.25 untuk perilaku makan restrained DEBQ,emotional DEBQ dan external DEBQ
Tabel 2.4 Hasil analisis multivariat regresi linear faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan remaja putri
Perilaku makan
Variable restrained DEBQ emotional DEBQ external DEBQ
Citra tubuh r = 0.206 * r = -0.139 r = -0.138 Status nutrisi r = 0.303 * r = -0.124 r = -0.243 *
Umur - r = 0.238 * -
*p<0.05
Dari analisis multivariate regresi linear diperoleh bahwa status nutrisi mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku makan restrained DEBQ dan external DEBQ. Citra tubuh mempunyai korelasi yang bermakna terhadap perilaku makan
(43)
restrained DEBQ, sedangkan umur mempunyai korelasi yang bermakna dengan perilaku makan emotional DEBQ.
Keterangan : BI = Skor citra tubuh
restrained = Skor perilaku makan restrained DEBQ
Gambar. 4. Grafik scatter plot antara citra tubuh dengan perilaku makan restrained DEBQ
(44)
BAB 5. PEMBAHASAN
Masa remaja merupakan masa yang penting untuk mencapai berat badan dan tinggi badan yang ideal. Pada masa ini remaja putri cenderung bertumbuh dalam penambahan lemak, sedangkan remaja putra bertumbuh dalam penambahan otot. Laju pertumbuhan yang sebelumnya relatif sama selama masa anak anak, kemudian terjadi perubahan selama masa remaja karena adanya percepatan dalam pertumbuhan.4
Perilaku makan dikonsepkan sebagai suatu fungsi individu dan pengaruh lingkungan.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku remaja putri antara lain adalah individual (sosial dan biologikal), lingkungan sosial (keluarga dan persahabatan), lingkungan komunitas (sekolah dan ketersediaan makanan cepat saji), lingkungan makrosistem (media, dunia periklanan, norma sosial budaya),
ketertarikan akan makanan yang sedang trendy, suasana mood, kebiasaan,
makanan yang menyenangkan, keuntungan makanan, hidup sebagai vegetarian, pengaruh orangtua (termasuk budaya dan agama).4,23
Ketika seorang anak perempuan beranjak remaja maka pemusatan perhatian
terhadap citra tubuh akan sangat berkembang.7 Citra tubuh merupakan suatu
konsep multidimensi yang tergantung pada suasana emosi dengan komponen utama adalah kepuasan terhadap ukuran tubuh. Kepuasan terhadap tubuh tersebut merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan rasa percaya diri. Pada masa remaja terjadi evaluasi terhadap diri sendiri terutama dalam hal citra tubuh
dan kecantikan.42 Kemudian citra tubuh akan sangat berperan untuk
mempengaruhi perilaku makan remaja putri.6-8,17,43 Citra tubuh merupakan suatu prediktor yang kuat yang akan menentukan bagaimana perilaku makan remaja putri
(45)
dan faktor penentu luaran yang berhubungan dengan berat badan di kemudian hari.44 Pengaruh citra tubuh ini sering dimediasi oleh status nutrisi dan rasa percaya diri remaja putri tersebut. Usia 13 sampai 15 tahun merupakan periode yang sangat kritis pada remaja putri untuk sangat memperhatikan citra tubuhnya sehingga sangat rentan mengalami suatu body of disatisfication.45
Gen spesifik alele S telah diidentifikasi sebagai gen yang berhubungan dengan gangguan citra tubuh. Kecenderungan untuk mengalami gangguan citra tubuh (body of diastisfication) serta adanya keinginan selalu untuk menjadi lebih kurus telah diidentifikasi berhubungan kuat dengan alele S pada gen transporter serotonin (5- HTTLPR). Temuan ini menarik karena alele S berhubungan dengan neurotransmisi serotonin dan serotonin berperan dalam regulasi perilaku makan dan
mood. Selain itu terdapat juga hubungan antara kromosom 1 dan 13 dengan peningkatan keingingan menjadi lebih kurus pada remaja putri.46
Teori genetika ini didukung oleh studi pada remaja kembar di Korea yang mendapatkan bahwa terdapat kecenderungan untuk memiliki citra tubuh serta perilaku yang sama remaja putri yang kembar.33 Kesamaan dalam hal citra tubuh dan perilaku makan pada kembar monozigot lebih tinggi dibandingkan dengan kembar dizigot.33,46
Studi di Bosnia menemukan adanya hubungan yang bermakna antara citra
tubuh dan perilaku makan pada remaja putri.6 Studi lain di Spanyol juga
mendapatkan adanya hubungan citra tubuh dan perilaku makan pada remaja putri.42
Studi ini menilai hubungan antara citra tubuh dengan perilaku makan pada remaja putri. Selain itu diteliti juga faktor faktor lain seperti berat badan dan usia pada remaja putri. Dari keseluruhan (tabel 2.1) terdapat 60.3 % sampel dengan
(46)
nilai citra tubuh positif yang berarti lebih dari setengah remaja putri dalam studi ini mempunyai keinginan untuk lebih kurus dari keadaan mereka saat ini. Terdapat proporsi sampel dengan nilai citra tubuh positif yang lebih besar (60.3 %) dibandingkan dengan proporsi sampel dengan status nutrisi berlebih (47.9%). Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa meskipun status nutrisi seorang remaja putri berada pada kelompok nutrisi baik bahkan kurang, tetap ada keinginan menurunkan berat badannya.
Dari hasil analisa uji korelasi ( Tabel 2.2) didapatkan hubungan yang bermakna antara citra tubuh dan perilaku makan restrained DEBQ, emotional DEBQ maupun external DEBQ dengan p< 0.001. Terlihat korelasi antara citra tubuh dan perilaku makan restrained DEBQ dengan nilai r = 0.376, yang berarti kekuatan hubungan antara dua variabel tersebut lemah dan arah korelasi positif. Nilai kolerasi dalam studi ini lebih kuat dibandingkan dengan studi terdahulu di Malaysia dengan nilai r = 0.21.8 Studi lain di Belanda yang pernah meneliti hubungan citra tubuh dan perilaku makan restrained DEBQ juga melaporkan adanya hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut.31
Korelasi antara citra tubuh dengan emotional DEBQ dengan nilai r = - 0.261 yang berarti kekuatan hubungan antara dua variabel tersebut lemah dengan arah korelasi negatif. Korelasi antara citra tubuh dengan perilaku makan external DEBQ dengan nilai r = - 0.274 yang berarti kekuatan hubungan antar dua variabel tersebut adalah lemah dengan arah korelasi negatif. Studi di Belanda melakukan penelitian tentang hubungan citra tubuh dan perilaku makan emotional DEBQ maupun external DEBQ. Dari hasil didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut.31
(47)
Setelah di analisis secara multivariat regresi linear maka terdapat hubungan yang bermakna antara citra tubuh dan perilaku makan restrained DEBQ, sedangkan citra tubuh dan perilaku makan emotional DEBQ maupun external DEBQ tidak mempunyai hubungan yang bermakna ( tabel 2.4). Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa perilaku makan yang paling sering dijumpai di kalangan remaja putri dan berkaitan erat dengan citra tubuh adalah perilaku makan restrained DEBQ.32-34
Terdapat kecenderungan dalam peningkatan prevalensi kejadian overweight dan obesitas di kalangan remaja putri di seluruh dunia, hal ini mungkin disebabkan adanya transisi pola nutrisi yang saat ini banyak mengkonsumsi diet kaya lemak dan penurunan aktivitas fisik khususnya di daerah perkotaan. Peningkatan jumlah overweight dan obesitas di kalangan remaja putri telah menjadi sebuah perhatian klinis dan kesehatan masyarakat.8,42,47 Lebih dari sepertiga populasi remaja putri overweight dan obesitas tersebut mempunyai perilaku makan yang bertujuan untuk menurunkan berat badan.48,49 Studi cross-sectional di Malaysia menemukan adanya korelasi antara skor Body Mass Indeks (BMI ) dengan skor restrained DEBQ pada remaja putri ( r = 0.34), yang berarti makin gemuk seorang remaja putri maka kecenderungan untuk memiliki perilaku makan restrained makin tinggi juga.8
Studi lain yang meneliti hubungan antara status nutrisi dan perilaku makan restrained DEBQ adalah yang dilakukan di Belanda. Pada studi tersebut terdapat peningkatan untuk memiliki perilaku makan restrained pada kelompok overweight di bandingkan dengan kelompok normoweight dengan Odd ratio (OR) 1.92.50 Studi lain juga menemukan adanya hubungan yang bermakna antara status nutrisi dengan perilaku makan restrained DEBQ pada remaja putri.51 Studi korelasi di
(48)
Australia menemukan adanya hubungan antara status nutrisi dengan perilaku makan restrained dengan koefisien korelasi “r” sebesar 0.25.52
Temuan ini berkaitan dengan teori bahwa ada hubungan antara status nutrisi dan citra tubuh dimana makin gemuk seorang remaja putri maka skor ketidakpuasan (scor of body disatisfication) makin tinggi.8,26,43,53 Studi case control di Bosnia melaporkan adanya hubungan antara BMI dengan citra tubuh. Dari hasil tersebut didapatkan adanya perbedaan secara bermakna skor citra tubuh di kelompok overweight dibandingkan dengan kelompok kontrol(normoweight). Studi tersebut juga melaporkan adanya perbedaan yang bermakna dalam hal kecenderungan memiliki perilaku makan restrained DEBQ diantara kelompok overweight dibandingkan dengan kelompok kontrol (normoweight).26 Dua studi yang berbeda di Spanyol melaporkan adanya hubungan antara status nutrisi dengan citra tubuh dimana makin tinggi skor BMI maka makin tinggi pula skor body of disatisfication.45,54 Studi ini tidak melakukan analisis hubungan status nutrisi dengan citra tubuh remaja putri.
Studi ini menemukan proporsi terbanyak status nutrisi (tabel 2.1) remaja putri berada pada kelompok overweight dan obesitas (47.9 %) dibandingkan dengan kelompok nutrisi baik (42.9 %) dan nutrisi kurang ( 9.2 %). Dari hasil analisis bivariat ( tabel 2.3 ) didapatkan hubungan yang bermakna antara status nutrisi dan perilaku makan restrained DEBQ dan external DEBQ. Terlihat bahwa korelasi antara status nutrisi dan perilaku makan restrained DEBQ dengan nilai r = 0.418, yang berarti arah korelasi positif dengan kekuatan hubungan sedang. Korelasi antara status nutrisi dengan perilaku makan external DEBQ dengan nilai r = -0.320 yang berarti arah korelasi negatif dengan kekuatan hubungan lemah. Tidak didapati hubungan yang bermakna antara status nutrisi dan perilaku makan emotional DEBQ.
(49)
Setelah di analisis secara multivariat terdapat hubungan yang bermakna antara status nutrisi dan perilaku makan restained DEBQ maupun external DEBQ, dan tidak ada hubungan bermakna antara status nutrisi dan perilaku makan emotional DEBQ (tabel 2.4). Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan perilaku makan emotional DEBQ jarang dijumpai pada kalangan remaja putri dan lebih sering dijumpai pada remaja putra.50 Studi di Belanda menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara status nutrisi dengan perilaku makan emotional DEBQ dan
external DEBQ.51
Secara umum anak usia balita senang bila badan menjadi gemuk karena akan dikatakan mempunyai pertumbuhan yang baik. Anak usia 6 sampai 12 tahun sudah mulai memperhatikan bentuk dan ukuran tubuh namun belum sampai membuat mereka tidak puas akan bentuk dan ukuran tubuhnya sehingga dikatakan usia ini akan stabil dalam hal citra tubuh atau body disatisfication. Umumnya usia seorang anak akan mulai memusatkan perhatian pada citra tubuh dan mempunyai perilaku sehubungan dengan penjagaan citra tubuh yang ideal adalah usia 12 tahun dan makin bertambah sesuai usia remajanya.55 Peningkatan pemusatan perhatian terhadap citra tubuh ini akan membuat rasa percaya diri yang rendah bila bentuk dan ukuran tubuhnya tidak seperti diharapkan dan ini yang akan mempengaruhi perilaku makan remaja putri tersebut.55,56
Dari hasil analisis bivariat (tabel 2.3) didapatkan ada hubungan yang bermakna antara usia dan perilaku makan emotional DEBQ. Terlihat bahwa korelasi antara usia dan perilaku makan emotional DEBQ dengan nilai r = 0.208 yang berarti arah korelasi positif dan kekuatan hubungan lemah. Setelah di analisis secara multivariat (tabel 2.4) usia dan perilaku makan emotional DEBQ tetap dengan nilai hubungan yang bermakna.
(50)
Hasil ini berbeda dengan hasil studi yang dilakukan di Amerika Serikat. Studi tersebut menemukan terdapat hubungan yang bermakna antara usia dan perilaku makan restrained DEBQ. Dalam studi tersebut terdapat tiga kelompok usia yaitu usia 8 sampai 10 tahun, usia 11 sampai 14 tahun, usia 15 sampai 17 tahun. Dari hasil didapatkan perilaku makan restrained lebih banyak terdapat pada kelompok usia 15 sampai 17 tahun dan perbedaan tersebut bermakna.57 Studi di Belanda menyatakan bahwa skor tertinggi untuk ketiga jenis perilaku makan DEBQ terdapat pada kelompok usia 15 sampai 16 tahun.50
Studi ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu hanya bersifat cross sectional serta tidak adanya kelompok kontrol sebagai pembanding kasus. Beberapa kelemahan pada studi ini yaitu hasil tidak dapat menggambarkan semua kasus yang ada di populasi oleh karena studi ini dilakukan dalam waktu yang singkat. Bias seleksi dapat terjadi dimana sampel hanya dibatasi pada sampel remaja putri SMU Metodist 1 Medan sehingga tidak menggambarkan populasi secara umum.
Recall bias dapat terjadi karena instrumen yang digunakan untuk menilai perilaku makan adalah berupa kuisioner. Walaupun begitu, untuk data variabel usia remaja putri dapat diperoleh secara pasti dengan menggunakan data dari tanggal lahir masing-masing responden penelitian. Data citra tubuh diperoleh berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap masing masing responden.
(51)
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
6.1.1Citra tubuh mempunyai korelasi yang lemah dengan perilaku makan restrained DEBQ.
6.1.2 Citra tubuh mempunyai korelasi yang tidak bermakna terhadap perilaku makan emotional DEBQ maupun external DEBQ.
6.1.3 Status nutrisi mempunyai korelasi yang lemah dengan perilaku makan restrained DEBQ dan external DEBQ.
6.1.4Usia mempunyai korelasi yang lemah dengan perilaku makan emotional DEBQ.
6.1.5 Proporsi status nutrisi remaja putri terbanyak berada pada nutrisi baik.
6.1.6 Proporsi citra tubuh remaja putri terbanyak berada pada citra tubuh positif.
6.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang mencakup semua aspek faktor faktor yang mempengaruhi perilaku makan pada remaja putri. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan pengambilan sampel dari berbagai tempat yang berbeda agar lebih menggambarakan keadaan populasi yang sebenarnya.
(52)
RINGKASAN
Pemberian nutrisi pada kelompok remaja putri bertujuan untuk mencapai asupan nutrisi yang optimal dan seimbang untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan. Tujuan ini sering tidak tercapai sehubungan dengan praktek perilaku makan yang terganggu, gaya hidup dan asupan makan yang tidak adekuat. Remaja putri sering melakukan perilaku diet yang salah dan tidak sesuai dengan panduan dan rekomendasi yang berlaku.
Citra tubuh banyak mempengaruhi perilaku makan remaja putri. Citra tubuh merupakan suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan remaja putri terhadap tubuh mereka sendiri. Remaja putri sering meyakini diri mereka lebih gemuk dibandingkan dengan keadaan mereka yang sebenarnya dan inilah alasan mereka ingin melangsingkan tubuh dan memulai membatasi asupan makanan. Masalah makan pada remaja putri dan perilaku makan yang tidak sehat untuk mengontrol berat badan sudah menjadi masalah epidemik.
Citra tubuh remaja putri dapat dinilai dengan menggunakan Contour Drawing Rating Scale. Skala pengukuran ini digunakan untuk menilai bagaimana kepuasan atau ketidakpuasan seorang remaja putri terhadap tubuh mereka sendiri yang disebut dengan istilah index of body dissatisfication.
Skala ini mempunyai 9 skor yaitu very underweight (skor 1) sampai very overweight ( skor 9). Hasil pengurangan antara nilai bagaimana seorang remaja putri membayangkan tubuh dengan nilai bagaimana tubuh yang mereka inginkan disebut dengan index of body dissatisfication atau skor ketidaksesuaian. Skor yang positif mengindikasikan adanya keinginan untuk lebih kurus, skor nol mengindikasikan adanya kepuasan, skor yang negatif mengindikasikan adanya keinginan untuk lebih gemuk. Beberapa studi di negara barat dan di Asia seperti Singapura dan Cina
(53)
melaporkan tingginya prevalensi perilaku makan dan gangguan perilaku makan yang berhubungan dengan citra tubuh. Walaupun hasil dari berbagai studi tersebut berbeda beda.
Adapun instrumen yang paling sering digunakan untuk menilai perilaku makan remaja putri adalah Dutch Eating Behaviour Questionnaires (DEBQ) karena sering dikaitkan dengan citra tubuh yang mempengaruhi perilaku makan remaja putri. Instrumen ini terdiri dari tiga subskala yaitu restrained-DEBQ, emotional-DEBQ dan external-DEBQ. Dari ketiga subskala tersebut yang paling sering dipakai adalah skala restrained- DEBQ
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai hubungan citra tubuh dengan perilaku makan pada remaja putri. Penelitian dilakukan selama 4 hari pada bulan Februari 2013, bertempat di sekolah SMU Metodist 1 Medan, menggunakan metode cross-sectional dan analisa korelasi Pearson serta regresi linear. Pada studi ini didapatkan 184 sampel remaja putri yang memenuhi kriteria inklusi. Dari hasil didapatkan bahwa citra tubuh mempunyai korelasi yang bermakna terhadap perilaku makan restrained DEBQ( r = 0.206, p<0.05). Korelasi antara citra tubuh dengan perilaku makan restrained DEBQ mempunyai arah korelasi positif.
Status nutrisi mempunyai korelasi yang bermakna dengan perilaku makan restrained DEBQ (r=0.418, p<0.05) dan external DEBQ( r = 0.303, p<0.05). Korelasi antara status nutrisi dengan perilaku makan restrained DEBQ mempunyai arah korelasi positif, sedangkan korelasi antara status nutrisi dengan perilaku makan external mempunyai arah korelasi negatif. Usia mempunyai korelasi yang bermakna dengan perilaku makan emotional DEBQ dengan arah korelasi positif( r= 0.238, p<0.05).
(54)
SUMMARY
The main nutritional goal in the adolescent to ingest optimal nutrients in balanced way to promote growth and health. Sometimes this nutritional goal is not achieved owing to adolescent eating parctices, lifestyle, behaviours, and in some cases, inadequate food and income. Female adolescent often practises wrong eating behaviour and unhealthy diet because do not meet national nutrition guidelines recommended.
Body image often influences eating behaviour of female adolescent. Body image is the dynamic perception of one’s body– how it looks, feels, and moves. Body image is satisfication or disatisfication about with body size, a factor associated with self esteem. Girls in adolescence often perceive themselves as fatter than they really are and that is why they want to be slimmer and start dieting. Disordered eating among adolescent girls and use of unhealthy weight control behaviors has reached what may be described as epidemic proportions.
The Contour Drawing Rating Scale was used to assess overall body size satisfaction. The scale depicts a continuum of nine female body figures presented in ascending order from Very Underweight (score 1) to Very Overweight (score 9). Participants were asked to choose their perceived current body size (what they think they look like) as wells as their perceived ideal body size (what they wish they looked like).
The discrepancy score (an index of Body-size Dissatisfaction) was calculated as the difference between perceived current and ideal body sizes. A positive score indicates a desire to be thinner; zero reflects body satisfaction, and a negative score indicates a desire to be fatter. Some study in Western and non-Western countries
(55)
such as the Middle East, Singapore, and China, there have also been reports on disordered eating behaviors. Eventhough the results of these studies were different.
The most often instrument to assessment of of eating behaviour of female adolescent is Dutch Eating Behaviour Questionnaires (DEBQ) because it is has close relationship with the body image that influences eating behaviour of female adolescent. This instrumen has 3 subscale ; restrained-DEBQ, emotional-DEBQ and external-DEBQ. Most of female adolescent have a restrained eating behaviour.
The aim of this study is to determine the association between body image and eating behavior in female adolescent. This correlation study was conduct for 4 days on February 2013 in Methodist-1 Senior High School, Medan. The subjects are female adolescent students aged 10 to 19 years old. Eating behavior was assessed by Dutch Eating Behaviour Questionnaires (DEBQ) for measuring restrained, emotional and external eating. Body image was assessed by Contour Drawing Rating Scale. All subjects’ body weight and height were also measured. Data were analyzed by using Pearson’s correlation and linear regression.
A total of 184 subjects were eligible with this study. It was found that body image has a weak correlation with restrained DEBQ ( r = 0.206, P<0.05). Nutrition status has a weak correlation with restrained DEBQ ( r = 0.303, P<0.05), and also has a weak correlation with external DEBQ ( r = -0.243, P<0.05). Age has a weak correlation with emotional DEBQ ( r = 0.238, P<0.05. There was a correlation between body image and restrained eating behaviour in female adolescent. The fatter a female adolescent is, the more tendency she will has restrained eating behaviour. Emotional eating behaviour among female adolescent is influenced by their ages.
(56)
Daftar Pustaka
1. Kurz KM. Adolescent nutritional status in developing countries. Proc Nutr Soc. 1996; 55:321-31
2. Rome ES, Vazquez IM, Emans SJ. Nutritional problems in adolescence. Dalam: Walker WA, Watkins JB, Duggan C, penyunting. Nutrition in pediatrics. Edisi ketiga. London. B.C Decker Inc Hamilton, 2003. h.861- 73 3. Dewar DL, Lubans DR, Plotnikoff RC, Morgan PJ. Development and
evaluation of social cognitive measures related to adolescent dietary behaviours. Int J of Behav Nutr and Phys Act. 2012; 9:1-16
4. Story M, Stang J. Nutrition needs of adolescent. Dalam: Stang J, Story M, penyunting. Guidelines for adolescent nutrition services. Minnesota. Center of Leadership, Education, and Training in maternal and Child Nutrition, Division of Epiodemiology and Community Health, School of Public Health, Edisi pertama. Minneapolis. University of Minnesota. 2005. h.21-32
5. Heinberg LJ, Wood KC, Thompson JK. Body image. Dalam: Rickert VI, penyunting. Adolescent nutrition. Edisi pertama. New York. Chapman & Hall,1996. h.137- 52
6. Burgic MR, Gavric Z, Burgic S. Eating attitudes in adolescent girls. Psyc Danubina. 2011; 23: 64-8
7. Croll J, Sztainer DN, Story M, Ireland M. Prevalence and risk and protective factors related to disordered eating behaviours among adolescent : Relationship to gender and ethnicity. J Adolesc Health. 2002; 31:166-75
8. Soo KL, Shariff ZA, Taib MNM. Eating behaviour, body image , and self-esteem of adolescent girls in Malaysia. Perceptual and Motor Skills. 2008; 106:834-44
9. Sztainer DN, Bauer KW , Friend S, Hannan PJ, Story M, Berge JM. Family weight talk and dieting : how much do they matter for body dissatisfaction and disordered eating behaviours in adolescent girls?.J Adolesc Health. 2010; 47:270-6
10. Killgore WDS, Todd DAY. Developmental changes in the functional brain responses of adolescent to images of high and low – calorie foods. Dev Psychobiol. 2005; 47:377-97
11. Cook SJ, Macpherson K, Langille DB. Far from ideal : weight perception, weight control, and associated risky behaviour of adolescent girls in Nova Scotia. Can Fam Physician. 2007; 53:678-84
12. Yang SJ, Kim JM, Yoon JS. Disturbed eating attitudes and behaviours in South Korean boys and girls : A school-based cross-sectional study. Yonsei Med J. 2010; 51:302-9
13. Spear B. Adolescent Growth and development. Dalam: Rickert VI, penyunting. Adolescent nutrition. Edisi pertama. New York. Chapman & Hall ,1996. h. 3-20
14. Haider R, Adolescent nutrition : A review of the situation in selected South-East Asian countries. New Delhi. Regional Office for South-South-East Asian, World Health Organization, 2006.h. 1-54
15. Dwyer JT. Nutrition and the adolescent. Dalam: Suskind RM, Suskind LL, penyunting. Textbook of pediatric nutrition. Edisi kedua. New York. Raven Press. ,1993. h.257-64
(57)
16. Bauer KW, Sztainer DN, Fulkerson JA, Hannan PJ, Mary Story M. Familial correlates of adolescent girls’physisical activity, television use, dietary intake, weight, and body composition. Int J of Behav Nutr and Phys Act. 2011; 8:1-10 17. Field AE, Camargo CA, Taylor CB, Berkey CS, Roberts SB, Coldizt GA. Peer,
parent, and media influences in the develoment of weight concerns and frequent dieting among preadolescent and adolescent girls and boys. Pediatrics. 2001; 107:1-9
18. Bauer KW, Sztainer DN, Fulkerson JA, Mary Story M. Adolscent girls’weight – related family environments, Minnesota. Preventing Chronic Disease. Public Health Research, Practise, and Policy. 2011; 8:1-12
19. Ali MM, Amilchuk A, Heiland FW. Weight – related behaviour among adolescent : The role of peer effects. PloS ONE . 2011; 6:1-12
20. Rickert VI, Jay MS. Behaviour change and compliance: The dietitian as counselor. Dalam: Rickert VI, penyunting. Adolescent nutrition. Edisi pertama. New York. Chapman & Hall,1996.h.123-34
21. Banfield SS, McCabe MP. An evaluation of the consturct of body image. Adolescence. 2002; 37:373-93
22. Adami F, Frainer DES, Almeida FDS, Abreu LC, Valenti VE, Demarzo CBM. Construct validity of a figure rating scale for Brazilian adolescents. Nutrition Journal. 2012; 11:1-6
23. Story M, Stang J. Understanding adolescent eating behaviour. Dalam: Stang J, Story M, penyunting. Guidelines for adolescent nutrition services. Minnesota, Center of Leadership, Education, and Training in maternal and Child Nutrition, Division of Epiodemiology and Community Health, School of Public Health. Edisi pertama. Minneapolis. University of Minneasota. 2005. h.9-17
24. Moreno LA, Rodriguez G, Eleta J, Lozano MB, Lazaro A, Bueno G. Trends of dietary habits in adolescent. Critical review in food science and nutrition. 2010; 50:106-12
25. Lachat C, Khanh B, Khan NC, Dung NQ, Anh NDV, Roberfroid D, Kolsteren P. Eating out of home in Vietnamese adolescence : Socioeconomic factors and dietary associations. Am J Clin Nutr. 2009; 01:1648-55
26. Zoletic E, Belko AD. Body image distortion, perfectionism and eating disorder symptoms dancers and models and in control group of female students. Psyc Donubina. 2009; 21:302-9
27. Shomaker LB, Furman W. Interpersonal influences on late adolescent girls’ and boys’ disordered eating. Eat Behaviour. 2009; 10:97-106
28. Davison KK, Deane DD. The consequence of encouraging girls to be active for weight loss. Soc Sci Med. 2010; 70:518-25
29. Alam N, Roy SK, Ahmed T, Ahmed AMS. Nutritional status, dietary intake, relevant knowkegde of adolescent girls in rural Bangladesh. J Health Popul Nutr. 2010; 28:86-94
30. Haines J, Sztainer DN, Eisenberg ME, Hannan PJ. Weight teasing and disordered eating behaviors in adolescents: longitudinal findings from project EAT (Eating Among Teens). Pediatrics. 2006; 117:1-9
31. Strien TV, Oorsterveld P. The children’s DEBQ for assesement of restrained, emotional, and external eating in 7-to 12-year-old children. Int J Disord. 2007; 10:1-12
32. Caccialanza R, Nicholls D, Cena H, Maccarini L, Rezzani C, Antonioli L dkk. Validation of the Dutch Eating Behaviour Questionnaire parent version
(58)
(DEBQ-P) in the Italian population : a screening tool to detect differences in eating behaviour among obese, overweight and normal-weight preadolescent. Eur J Clin Nutr. 2004; 58:1217-22
33. Sung J, Lee K, Song YM, Lee MK, Lee DH. Heritability of eating behaviour assessed using the DEBQ ( Dutch Eating Behaviour Questionnaire) and weight-related traits : the healthy twin study. Obesity. 2010; 18:1000-5
34. Strien TV, Herman CP, Engels RCME, Larsen JK, Leeuwe JFJV. Construct validation of the restrained scale in normal-weight and overweight females. Appetite. 2007; 49:109-21
35. Strien TV, Bazelier FG. Perceived parental control of food intake is related to external, restrained and emotional eating in 7-12 –year – old boys and girls. Appetite. 2007; 49:618-25
36. Epstein LH, Robinson JL, Temple JL, Roenmich JN, Marusewski AL, Nadbrzuch RL. Variety influences habituation of motivated behaviour for food and energy intake in children. Am J Clin Nutr. 2009; 89:746-54
37. Sastroasmoro S, Ismael S.Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3.. Jakarta. Sagung Seto; 2008.
38. Hendarto A, Sjarif DR. Antropometri anak dan remaja.Dalam : Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS, penyunting. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik. Edisi pertama.Jakarta. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011. h. 23-35
39. Rustama DS, Subardja D, Oentario C, Yati NP, Satriono, Harjantien N. Diabetes melitus.Dalam : Batubara JRL, Tridjaja B, Pulungan AB, penyunting. Buku ajar endokrinologi anak. Edisi pertama. Jakarta. Ikatan Dokter Anak Indonesia.2010. h. 125-92
40. Sastroasmoro S, Madiyono B. Epidemiologi dan etiologi penyakit jantung bawaan. Dalam : Sastroasmoro s, Madiyono B, penyunting. Buku ajar kardiologi anak. Edisi pertama. Jakarta. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 1994. h. 165-233
41. Harjono RM, Hartono A, Japaries W, Kuswadji S, Maulany RF, Setio M. Kamus kedokteran Dorland. Edisi ke 26. Jakarta. EGC. 1996.
42. Bibiloni MDM, Pich J, Pons A, Tur JA. Body image and eating patterns among adolescents. BMC Public Health. 2013 ; 13:1-0
43. Sztainer DN. Obesity and Body Image in Youth. Dalam : Cash TF, Smolak
L, penyunting. Body Image. A handbook of Science, Practice,and
Prevention. Edisi kedua. London. The Guilford Press. h. 180-8
44. Bucchianeri MM, Arikian AJ, Hannan PJ, Eisenberg ME, Sztainer DN. Body Dissatisfaction from Adolescence to Young Adulthood : Findings from a 10-Year Longitudinal Study. Body Image. 2013 ; 10:1-15
45. Bully P, Elosua P. Changes in body dissatisfaction relative to gender and age: the modulating character of BMI. Span J of Psyc. 2011 ; 14:313-22
46. Suisman JL, Klump KL. Genetic and Neuroscientific Perspectives on Body Image. Dalam : Cash TF, Smolak L, penyunting. Body Image. A handbook of Science, Practice,and Prevention. Edisi kedua. London. The Guilford Press. h. 29-38
47. Chen G, Ratcliffe J, Olds T, Magarey A, Jones M, Leslie E. BMI, health behaviour, and quality of life in children and adolescents : a school based study. Pediatrics. 2014 ; 133 :868-74
(59)
48. Lenhart CM, Bauer KW, Petterson F. Weight status and weight –management behaviours among Philadelphia high school students, 2007-2011. CDC. Centers for disease control and prevention. 2013 ; 10 :1-0
49. Howe AS, Black KE, Wong JE, Parnell WE, Skidmore PML. Dieting status influences associations between dietary patterns and body composition in
adolescents: a cross-sectional study. Nutrition J . 2013 ;12:1-0
50. Snoeck HM, Engels RCME, Strien TV, Otten R. Emotional, external and restrained eating behaviour and BMI trajectories in adolescence. Appetite. 2013 ; 67 :81-7
51. Snoeck HM, Strien TV, Janssens JMAM, Engels RCME. Emotional, external, restrained eating and overweight in Dutch adolescents. Scand J of Psyc. 2007; 8 :23–32
52. Mcdowell AJ, Bond MJ. Body attitudes and behaviours of female Malay students studying in Australia. South Pacific J of Psyc. 2003 ; 14 :1-14
53. Boschi V, Siervo M, D’orsi P, Margiottta N, Trapanese E, Basile F, dkk. Body composition, eating behavior, body concerns and eating disorders Adolescent girls. Ann Nutr Metab. 2003 ;47:284–93
54. Lobera IJ, Caberra ME, Carreno RC, Prieto IR. Weight misperception, self-reported physical fitness, dieting and some psychological variables as risk factors for eating disorders. Nutrients. 2013 ; 5 :4486-502
55. Smolak L. Body image development in childhood. Dalam : Cash TF, Smolak L, penyunting. Body Image. A handbook of Science, Practice,and Prevention. Edisi kedua. London. The Guilford Press. 2011. h. 67-75
56. O’dea JA, Abraham S. Onset of disordered eating attitudes and behaviours in early adolescence : Interplay of pubertal status, gender, weight, and age. Adolescence. 1999 ; 34 :672-8
57. Packard P, Krogstrand KS. Half of rural girls aged 8 to 17 years report weight concerns, with both more prevalent with increased age. J of the Am diet ass. 2002 ; 102 :672-7
(1)
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan
PERSETUJUAN
untuk dilakukan pemeriksaan berat badan dan tinggi badan terhadap diri saya serta bersedia mengisi kuisioner yang tersedia:
Nama : ... Umur : ... tahun (L / P) Alamat rumah : ... Alamat sekolah : ...
yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya. Demikianlah pernyataan persetujuan ini saya perbuat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Medan, ... 2013
Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan
dr. Rosmauliana Damanik ...
Saksi-saksi : Tanda tangan
1. ... ... 2. ... ...
(2)
Lampiran 3...
DATA UMUM
No urut :... Tanggal :...
1. Nama : ...………... 2. Alamat : ... 3.Tempat / Tanggal Lahir : ………..………...……... 4. Berat badan : ...Kg
5. Tinggi badan : .. ...(Cm)
5. Pendidikan orang tua : Ayah Ibu
1. SD 1. SD
2. SMP 2. SMP
3. SMU 3. SMU
4. Perguruan Tinggi 4. Perguruan Tinggi
5. Tidak sekolah 5. Tidak Sekolah 6. Pekerjaan orang tua : Ayah Ibu
1. Buruh 1. Buruh
2. Wiraswasta 2. Wiraswasta
3. Pegawai Negeri 3. Pegawai Negeri
4. Tidak bekerja 4. Tidak bekerja
7. Pendapatan/bulan :
1. < Rp 750.000,- 2. Rp.750.000,- s/d Rp 3.000.000,-
3. Rp 3.000.000,- s/d Rp. 9.000.000,- 4. > Rp 9.000.000,- (Bila keduanya bekerja, yang dihitung adalah total pendapatan ayah & ibu. 8. Riwayat penyakit yang diderita :
a. Riwayat menderita diabetes melitus
b. Riwayat menderita penyakit jantung bawaan c. Riwayat menderita keganasan
(3)
Lampiran 4...
A. Saat ini bentuk dan ukuran tubuh yang adik bayangkan sesuai dengan nomor berapa?
Penilaian Citra Tubuh
(4)
(5)
Lampiran 5...
KUISIONER
A. Kuisioner perilaku makan yang mengontrol diet diadaptasi dari skala
restrained-DEBQ
1. Jikalau kamu telah merasa gemuk, apakah kamu makan lebih sedikit dari yang biasanya kamu makan?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Ya
2. Apakah kamu mencoba makan lebih sedikit pada saat-saat makan daripada yang ingin kamu makan?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Ya
3. Seberapa sering kamu menolak makanan dan minuman yang telah dipesan karena kamu memperhatikan berat badan kamu ?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Ya
4. Apakah kamu benar-benar mempertimbangkan apa yang kamu makan ?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Ya
5. Apakah kamu dengan sengaja makan makanan yang membuat langsing?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Ya
6. Ketika kamu sudah makan sangat banyak, apakah kamu makan lebih sedikit dari yang biasanya pada keesokan harinya?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Ya
7. Apakah kamu sengaja makan sedikit supaya tidak menjadi lebih gemuk?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Ya
8. Seberapa sering kamu mencoba untuk tidak makan diantara jam makan karena kamu memperhatikan berat badan kamu?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Ya
9. Seberapa sering di malam hari kamu mencoba untuk tidak makan karena kamu memperhatikan berat badan kamu?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Ya
10. Apakah kamu memperhitungkan berat badan kamu dengan apa yang kamu makan?
(6)