Analisis dan Desain Bangunan Resapan Air Hujan di Sekitar Jalan Meranti-Tanjung Kampus IPB Darmaga, Bogor

ANALISIS DAN DESAIN BANGUNAN RESAPAN AIR HUJAN
DI SEKITAR JALAN MERANTI-TANJUNG KAMPUS IPB
DARMAGA, BOGOR

ANGGA NUGRAHA

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis dan Desain
Bangunan Resapan Air Hujan di Sekitar Jalan Meranti-Tanjung Kampus IPB
Darmaga, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen Pembimbing
Akademik dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana
pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Angga Nugraha
NIM F44100012

ABSTRAK
ANGGA NUGRAHA. Analisis dan Desain Bangunan Resapan Air Hujan di Sekitar
Jalan Meranti-Tanjung Kampus IPB Darmaga, Bogor. Dibimbing oleh BUDI
INDRA SETIAWAN.
Permasalahan limpasan dan genangan air masih sering terjadi di sekitar Jalan
Meranti-Tanjung Kampus IPB Darmaga Bogor. Titik lokasi genangan terparah
berada di jalan dekat gedung kuliah CCR, area Fakultas Kehutanan, dan jalan depan
SMA Kornita. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk mengurangi
permasalahan genangan di lokasi tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui jumlah dan dimensi bangunan resapan dalam mengurangi volume
genangan dan aliran permukaan di lokasi penelitian dengan konsep zero run-off
serta menentukan besarnya nilai efektivitas pengurangan limpasan. Metode
penelitian yang dilakukan yaitu identifikasi masalah, studi pustaka, pengumpulan
data, analisis dan perencanaan desain. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa

besarnya volume andil banjir total di daerah tersebut sebesar 6 911.47 m3, sehingga
perlu dibangunnya sumur resapan dan rorak. Kedua bangunan tersebut berdasarkan
perhitungan matematis mampu mengurangi volume andil banjir total sebesar
5 006.25 m3 atau 72.43%. Sisa volume andil banjir yang tidak teresap akan dialirkan
dan ditampung oleh saluran drainase yang sudah ada.
Kata kunci: genangan, IPB Darmaga, limpasan, rorak, sumur resapan

ABSTRACT
ANGGA NUGRAHA. The Analysis and Design of Raindrop Infiltration Structure
in around Jalan Meranti-Tanjung, IPB Darmaga, Bogor. Supervised by BUDI
INDRA SETIAWAN.
Run-off and inundation problem are still common in around Meranti-Tanjung
Street, IPB Darmaga, Bogor. The location of the worst inundation was beside CCR
building, Faculty of Forestry area, and the road ahead SMA Kornita. Therefore,
need a research to reduce the problems of inundation at that location. The purpose
of this research is to determine the numbers and dimension of infiltration structure
to reduce inundation volume and run-off at the research location with the concept
of zero run-off and determines the effectiveness of run-off reduction. The
methodology of research is the identification of the problem, literature review, data
collection, data analysis, and the plan of design. The results indicate that the

magnitude of the total flooding volume in that location is 6 911.47 m3, so it needs
the construction of infiltration wells and perforated ditch. Both buildings are based
on the calculation of flooding can reduce the total volume of 5 006.25 m3 or
72.43%. Then, the flood volume contribution is not absorbed is expected to be
accommodated by the existing drainage channel.
Keywords: infiltration wells, IPB Darmaga, inundation, perforated ditch, runoff

ANALISIS DAN DESAIN BANGUNAN RESAPAN AIR HUJAN
DI SEKITAR JALAN MERANTI-TANJUNG KAMPUS IPB
DARMAGA, BOGOR

ANGGA NUGRAHA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Analisis dan Desain Bangunan Resapan Air Hujan di
Sekitar Jalan Meranti-Tanjung Kampus IPB Darmaga,
Bogor
: Angga Nugraha
: F44100012

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr
Pembimbing


Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr
Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga karya tulis ilmiah yang berjudul “Analisis dan
Desain Bangunan Resapan Air Hujan di sekitar Jalan Meranti-Tanjung Kampus
IPB Darmaga, Bogor” ini dapat diselesaikan. Karya tulis ini dibuat sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil
dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan karya tulis ini, terutama kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan masukan serta bimbingan dalam penyusunan karya
ilmiah ini.

2. Kedua orang tua tercinta (Bapak Kasdi dan Ibu Sugiharti), atas segenap
dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama ini, baik dalam bentuk
moril maupun materiil.
3. Teman-teman sebimbingan (Muhammad Ihsan, Cindhy Ade Hapsari, Hendy
Kusuma Rajasa, M. Chandra Yuwana dan Dodi Wijaya) yang telah bersamasama berjuang baik suka maupun duka selama pelaksanaan penelitian hingga
penyusunan karya tulis ini.
4. Teman-teman Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 2010 dan
semua pihak terkait yang telah banyak memberi semangat, saran, maupun
bantuan dalam penyusunan karya tulis ini.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bogor, Juni 2014
Angga Nugraha

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

2


Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

METODE PENELITIAN

2

Waktu dan Tempat

2


Peralatan dan Bahan

3

Prosedur Penelitian

3

Prosedur Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Arah Limpasan dan Daerah Tangkapan Air (DTA)

9
9

Hujan, Volume Banjir, dan Genangan


10

Permeabilitas Tanah

12

Sumur Resapan

13

Parit Berorak dan Lubang Resapan Biopori

16

Rencana Anggaran Biaya (RAB)

17

Efektivitas Resapan dan Kapasitas Saluran


17

SIMPULAN DAN SARAN

17

Simpulan

17

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

36

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Periode ulang untuk tipologi kota tertentu
Koefisien limpasan (C) untuk metode rasional
Klasifikasi kemampuan permeabilitas tanah
Daya serap tanah di berbagai kondisi lahan
Hujan rencana untuk periode ulang tertentu
Luas genangan di lokasi penelitian
Volume genangan di lokasi penelitian
Nilai permeabilitas untuk setiap sub DTA
Jumlah dan volume sumur resapan untuk masing-masing sub DTA
Jumlah dan volume tampungan parit berorak di setiap saluran utama

6
6
7
7
10
11
11
13
14
16

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Lokasi penelitian
Diagram alir penelitian
Topografi di lokasi penelitian
Genangan di Jalan Meranti-Tanjung
Laju infiltrasi terukur dan model infiltrasi Philips di sub DTA 1B
Halaman di gedung kuliah CCR dan TFIC

3
4
9
11
12
14

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Pengukuran permeabilitas tanah
Data curah hujan harian maksimum 1 Januari – 15 April 2014
Nilai C berdasarkan tata guna lahan di lokasi penelitian
Laju infiltrasi di masing-masing sub DTA
Deskripsi kondisi fisik sub Daerah Tangkapan Air (DTA)
Jumlah sumur dan volume banjir yang mampu di serap per gedung
Contoh perhitungan volume banjir dan jumlah sumur resapan
Contoh perhitungan parit berorak dan efektifitas bangunan resapan
Rencana anggaran biaya (RAB) bahan sumur resapan
Analisa harga satuan pekerjaan sumur resapan
Rencana anggaran biaya (RAB) bahan parit berorak
Denah dan potongan 3D konstruksi sumur resapan
Potongan A-A konstruksi sumur resapan
Denah parit berorak
Potongan A-A parit berorak
Denah titik-titik lokasi penempatan sumur resapan berdasarkan
volume genangan aktual

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk yang semakin besar menyebabkan aktivitas
penduduk dan perkembangan kota menjadi semakin pesat. Hal ini berdampak pada
semakin banyaknya jumlah gedung dan permukiman-permukiman baru yang
dibangun, sehingga berakibat pada semakin berkurangnya daerah resapan air hujan
yang menyebabkan air hujan terkumpul pada saluran drainase yang ada. Kondisi
tersebut akan menimbulkan meningkatnya volume air permukaan yang masuk ke
saluran drainase dan meluapnya air pada saluran yang dapat menyebabkan
terjadinya genangan atau bahkan banjir.
Drainase merupakan salah satu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan
air di suatu kawasan agar kawasan tersebut dapat berfungsi optimal (Yuliani dan
Hari 2007). Adapun konsep drainase yang banyak diterapkan di kota-kota di
Indonesia adalah sistem drainase pengaturan kawasan yaitu seluruh air hujan di
suatu wilayah harus secepat-cepatnya dibuang ke sungai. Konsep tersebut dapat
mengakibatkan sungai menerima beban melampaui kapasitasnya apabila air yang
masuk mengalami kenaikan debit puncak dan pemendekan waktu mencapai debit
puncak.
Beberapa upaya penanganan drainase seperti normalisasi sungai dan saluran
atau perbaikan dan penambahan saluran hanya dapat menanggulangi permasalahan
drainase untuk jangka pendek (Suripin 2004). Penanganan yang baik seharusnya
dapat menangani permasalahan drainase secara terintegrasi. Perencanaan drainase
perlu memperhatikan fungsi drainase yang dilandaskan pada konsep pembangunan
yang berwawasan lingkungan. Konsep ini berkaitan dengan upaya konservasi
sumber daya air dengan memperlambat aliran limpasan air hujan dan
mengendalikan agar dapat meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan baik
buatan maupun alami seperti kolam tandon, sumur-sumur resapan, biopori, dan
lainnya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, diperlukan adanya penelitian di wilayah
Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga yang berdasarkan survei dan
observasi langsung di beberapa titik lokasi masih sering mengalami banjir kecil atau
genangan. Salah satu titik lokasi genangan terparah terdapat di sekitar Jalan
Meranti-Tanjung tepatnya di dekat Gedung Sekolah Kornita, Gedung Kuliah
Common Class Room (CCR) dan Gedung Fakultas Kehutanan. Kondisi tersebut
dapat menyebabkan terganggunya lalu lintas kendaraan bermotor ataupun aktivitas
pejalan kaki, jalan menjadi berlubang dan rusak.
Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk mengurangi permasalahan
genangan di lokasi tersebut dengan menganalisis dan merencanakan desain
bangunan hidrolika dengan konsep zero run-off seperti sumur resapan air hujan,
parit berorak, dan lainnya agar limpasan air hujan dapat meresap lebih banyak ke
dalam tanah sehingga genangan yang ditimbulkan dapat diminimalisasi serta
mampu meningkatkan cadangan air tanah.

2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah
menganalisis perencanaan desain bangunan resapan air hujan di lokasi penelitian.
Jenis bangunan resapan air hujan seperti apa yang cocok dan paling efektif
diterapkan di lokasi penelitian, sehingga air limpasan yang masuk ke daerah
tersebut tetap berada di wilayah itu tanpa mengakibatkan terjadinya genangan atau
banjir melainkan terserap ke dalam tanah.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan dimensi bangunan
resapan dalam mengurangi volume genangan dan aliran permukaan di lokasi
penelitian dengan konsep zero run-off serta menentukan besarnya nilai efektivitas
pengurangan limpasan.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat dijadikan masukan
bagi pihak terkait khususnya pihak Kampus IPB untuk mengatasi masalah limpasan
air yang dapat mengakibatkan terjadinya genangan di Kampus IPB Darmaga.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengamatan arah aliran permukaan dan
genangan yang terjadi di lokasi penelitian. Kemudian dilakukan analisis untuk
menentukan arah aliran berdasarkan peta topografi, hubungannya terhadap curah
hujan maksimum harian rata-rata, volume genangan, nilai permeabilitas tanah,
perencanaan bangunan resapan yang sesuai untuk wilayah tersebut, rencana
anggaran biaya (RAB) untuk bahan pembuat bangunan resapan serta menentukan
kapasitas volume resapannya.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yang dimulai pada tanggal 10
Februari sampai 23 April 2014. Penelitian dilaksanakan di sekitar Jalan MerantiTanjung Kampus IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian terletak diantara 6º33’10”
- 6º33’25” LS dan 106º43’32” - 106º43’55” BT.

3

Gambar 1 Lokasi penelitian

Peralatan dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat ukur panjang
(tapping), GPS, stop watch, bor biopori, Total Station (TS), alat tulis, kalkulator,
kamera, dan laptop yang dilengkapi dengan perangkat lunak AutoCAD, Surfer 10,
Google Earth, Google Sketchup, ArcGIS 10, dan Microsoft Office. Bahan yang
digunakan berupa data primer dan data sekunder seperti data curah hujan
maksimum bulanan tahun 2004-2013, data curah hujan tiap jam bulan FebruariApril 2014, site plan Kampus IPB Darmaga, dan dimensi saluran serta sumur
resapan di lokasi penelitian.

Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan pertama kali dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan survei lapangan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi. Setelah
itu dilakukan studi pustaka untuk mengetahui cara-cara penyelesaian masalah yang
yang terjadi di lapangan. Kemudian dilakukan pengumpulan data berupa data
primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengukuran dan survei langsung
di lapangan yaitu lokasi dan volume genangan, topografi lahan, dimensi saluran dan
sumur resapan, serta permeabilitas tanah. Data sekunder diperoleh dari jurnal, buku,

4

internet maupun referensi lainnya. Adapun diagram alir penelitian ditunjukkan pada
Gambar 2 berikut.
Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Pustaka

Pengumpulan Data

Data Primer :
- Lokasi dan Volume Genangan
- Topografi Lahan
- Dimensi Saluran
- Permeabilitas Tanah

Data Sekunder :
- Curah Hujan Maksimum Bulanan
- Curah Hujan Setiap Jam
- Peta Site Plan Kampus IPB Darmaga

Pengolahan dan Analisis Data

Perancangan Bangunan Resapan

Tidak

Sesuai terhadap Tujuan/Target
Ya
Selesai

Gambar 2 Diagram alir penelitian

Prosedur Analisis Data
Prosedur pengolahan data yang dilakukan berturut-turut adalah sebagai
berikut:
1. Perhitungan curah hujan rencana (R24)
Perhitungan curah hujan rencana menggunakan data curah hujan dengan
periode ulang tertentu yang dihitung dengan 4 metode distribusi frekuensi yaitu:
1. Distribusi Normal
2. Distribusi Log Normal
3. Distribusi Log Pearson III
4. Distribusi Gumbel
Distribusi frekuensi digunakan untuk mengetahui hubungan besarnya
kejadian hidrologis ekstrim seperti banjir dengan jumlah kejadian yang telah
terjadi sehingga peluang kejadian ekstrim terhadap waktu dapat diprediksi

5

(Bhim 2012). Analisis data yang dilakukan pada keempat metode tersebut
meliputi rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi, koefisien skewness
(kecondongan/kemencengan) dan koefisien kurtosis. Adapun parameter statistik
untuk analisis distribusi frekuensi adalah sebagai berikut :
a. Rata-rata ( x )
(1)
x = ∑ni= xi
n

b. Simpangan baku (s)
∑�= ��−�

=√

(2)



c. Koefisien Variasi (Cv)
�� =


(3)

d. Koefisien Skewness / Kemencengan (Cs)
� =

∑�= ��−�


(4)



e. Koefisien Kurtosis (Ck)
� =



∑�= ��−�




(5)

Hasil yang didapat untuk keempat metode tersebut, kemudian dilakukan
uji kecocokan dengan metode Smirnov-Kolmogorov atau uji kesesuaian nonparametrik. Uji kecocokan ini digunakan untuk menentukan nilai curah hujan
rancangan dari keempat metode ditribusi frekuensi yang paling cocok digunakan
di lokasi penelitian. Perhitungan hujan rancangan setiap metode distribusi untuk
periode ulang tertentu menggunakan persamaan berikut.
a. Distribusi Normal
XT = x̅ + K T s
(6)
b. Distribusi Log Normal
XT = log �̅ + K T s

c. Distribusi Log-Pearson III
log XT = log x̅ + K s

d. Distribusi Gumbel
� = �̅ + . �

Keterangan :
XT
= Hujan rencana periode T tahun
̅

= Harga rata-rata sampel
K
= Faktor probabilitas
KT
= Faktor probabilitas (dari tabel reduksi Gauss)
S
= Standar deviasi simpangan baku

(7)
(8)

(9)

6

Penentuan periode ulang untuk hujan rancangan yang digunakan di lokasi
penelitian disajikan pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1 Periode ulang untuk tipologi kota tertentu
Daerah Tangkapan Air (ha)
Tipologi Kota
500
Kota Metropolitan
2 Tahun 2-5 Tahun 5-10 Tahun
10-25 Tahun
Kota Besar
2 Tahun 2-5 Tahun
2-5 Tahun
5-20 Tahun
Kota Sedang
2 Tahun 2-5 Tahun
2-5 Tahun
5-10 Tahun
Kota Kecil
2 Tahun
2 Tahun
2 Tahun
2-5 Tahun
Sumber : SNI 03-2453-2002

2. Perhitungan arah limpasan dan daerah tangkapan air (DTA)
Arah limpasan ditentukan berdasarkan topografi lahan. Pengukuran
topografi lahan dilakukan dengan menggunakan alat ukur total station (TS)
untuk mengetahui nilai elevasi berdasarkan koordinat di beberapa titik lokasi
pengamatan. Data yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam software surfer
sehingga kontur tanah dan arah aliran air dilokasi pengamatan dapat terlihat.
Hasil kontur dan arah aliran yang telah didapat kemudian dijadikan acuan untuk
menentukan jumlah daerah tangkapan air (DTA) di lokasi penelitian yang diolah
menggunakan software ArcGIS 10.
3. Perhitungan tata guna lahan dan koefisien limpasan.
Penentuan luas tutupan lahan menggunakan software Google Earth dan
ArcGIS 10 dengan menghitung luas tutupan lahan per DTA yang kemudian
digunakan untuk menentukan besarnya nilai koefisien limpasan (C) di lokasi
penelitian. Koefisien limpasan merupakan perbandingan antara limpasan dan
curah hujan (Rajil 2011). Adapun nilai koefisien limpasan berdasarkan faktor
penggunaan lahan disajikan pada Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2 Koefisien limpasan (C) untuk Metode Rasional
Koefisien Limpasan, C = Ct + Cs + Cv
Topografi, Ct
Tanah, Cs
Vegetasi, Cv
Datar ( 12.5
cm/jam
Sumber : Arsyad (2010)

Dalam pengukuran kapasitas atau laju infiltrasi digunakan model Philips,
yang secara empiris model tersebut dituliskan dalam persamaan berikut.
� − . +�

=
Keterangan :
f(t) = Fungsi laju infiltrasi terhadap waktu (cm/det)
S
= Daya serap tanah
K
= Konduktivitas hidrolik/permeabiltas tanah

(10)

Besarnya nilai daya serap tanah untuk model Philips ditentukan
berdasarkan kondisi lahan di lokasi penelitian. Adapun nilai daya resap tanah
untuk berbagai kondisi lahan disajikan pada Tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4 Daya serap tanah di berbagai kondisi lahan
Tata Guna Lahan (Land Use)
Daya Serap Tanah terhadap Air Hujan
(%)
Daerah Hutan/Pekarangan Lebat
80-100
Daerah Taman Kota
75-95
Jalan Tanah
40-85
Jalan Aspal, Lantai Beton
10-15
Daerah dengan Bangunan Terpencar
30-70
Daerah Pemukiman agak Padat
15-30
Daerah Pemukiman Padat
10-30
Sumber : Kusnaedi (2006)

5. Perhitungan volume andil banjir total
Sistem penampungan dan peresapan air hujan merupakan suatu sistem
drainase untuk mengurangi aliran permukaan akibat hujan. Konsep dasar sistem
ini pada hakekatnya adalah memberi kesempatan pada air hujan untuk meresap
ke dalam tanah dengan cara menampung air tersebut pada suatu sistem resapan.
Beberapa sistem penampungan dan peresapan air hujan diantaranya adalah
sumur resapan (berupa sumur resapan individu, kolam resapan, dan parit
berorak) atau lubang biopori.
Adapun tata cara perencanaan sumur resapan air hujan mengacu pada SNI
03-2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk
Lahan Pekarangan, yaitu dengan menggunakan persamaan berikut.

8

� = 0.85 � � � � �
Keterangan :
Vab = Volume andil banjir (lt)
C
= Koefisien limpasan
A
= Luas daerah pengaliran (m2)
R
= Tinggi hujan harian rata-rata (lt/m2 hari)

(11)

� = � ����
Keterangan :
Vrsp = Volume air hujan yang meresap (m3)
te
= Durasi hujan = 0.9 R0.92 / 60 (jam)
A
= Luas permukaan sumur (m2)
K
= Koefisien permeabilitas tanah (m/hari)

(12)

Vstorasi = Vab - Vrsp

(13)



n=



=




��

� �

�ℎ

� � �� �

(14)
(15)

Keterangan :
Vstorasi = Volume penampungan (m3)
Htotal = Kedalaman total sumur (m)
Ah
= Luas alas sumur (m2)
n
= Jumlah sumur yang dibutuhkan
6. Perencanaan dimensi dan jumlah bangunan resapan serta efisiensi pengurangan
limpasan
Perencanaan desain bangunan resapan mengikuti tata cara perencanaan
sumur resapan air hujan mengacu pada SNI 03-2453-2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. Banyaknya
jumlah bangunan resapan ditentukan berdasarkan volume andil banjir yang akan
ditampung dan diresapkan ke dalam bangunan resapan tersebut seperti limpasan
dari atap, lahan parkiran, jalan dan lainnya. Besarnya nilai efektivitas
pengurangan limpasan didapat dari jumlah limpasan yang mampu diserap oleh
bangunan resapan dibagi volume andil banjir total.
7. Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB)
Perhitungan rencana anggaran biaya ini hanya mencakup harga bahan.
Perhitungan RAB mengacu pada SNI 6897-2008 tentang Tata Cara
Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Dinding untuk Konstruksi Bangunan
Gedung dan Perumahan, SNI 7394-2008 tentang Tata Cara Perhitungan Harga
Satuan Pekerjaan Beton untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan,
serta Harga Satuan Bahan Bangunan, Konstruksi dan Interior Kabupaten Bogor
Tahun 2014.

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Arah Limpasan dan Daerah Tangkapan Air (DTA)
Penentuan arah limpasan air yang terjadi di lokasi penelitian dihasilkan dari
peta topografi lahan yang didapat dari pengukuran langsung di lapangan
menggunakan alat ukur total station (TS). Pengukuran topografi ini dilakukan
dengan mengukur sebanyak mungkin titik di lapangan sehingga kontur lahan yang
didapat mendekati kondisi topografi lahan sebenarnya. Data hasil pengukuran
kemudian diolah menggunakan software Surfer 10 dan ArcGIS sehingga didapatkan
peta topografi lahan seperti terlihat pada Gambar 3.
Peta topografi tersebut menunjukkan bahwa arah aliran air di lokasi penelitian
menuju ke arah barat laut yaitu ke arah Sungai Ciapus, hal ini sesuai dengan kondisi
topografi aktual di lapangan. Berdasarkan peta topografi yang ada, daerah
tangkapan air (DTA) di lokasi penelitian dibagi menjadi 2 DTA dengan setiap DTA
dibagi lagi menjadi sub DTA yaitu DTA 1 memiliki 5 sub DTA sedangkan DTA 2
memiliki 3 sub DTA. Pembagian ke dalam sub DTA ini dikarenakan inlet dari
setiap saluran beragam sehingga diperlukan analisis yang lebih detail, salah satunya
dengan membagi DTA ke dalam sub DTA. Adapun titik-titik genangan yang sering
terjadi di lokasi penelitian ketika hujan tiba berada di sub DTA 1B (jalan disamping
gedung kuliah Common Class Room, sub DTA 1D (depan gedung kuliah KSHE
Fakultas Kehutanan) dan sub DTA 2A (jalan depan SMA Kornita).

Gambar 3 Topografi di lokasi penelitian

10

Hujan, Volume Banjir dan Genangan
Penentuan curah hujan rancangan untuk lokasi penelitian menggunakan data
curah hujan maksimum harian rata-rata selama 10 tahun (tahun 2004-2013) yang
didapat dari Stasiun Darmaga, Bogor. Data curah hujan yang telah diperoleh
kemudian dianalisis dengan empat metode distribusi frekuensi yaitu metode
Normal, Log Normal, Log Pearson III dan Gumbel. Hasil dari keempat metode
tersebut dilakukan uji kecocokan menggunakan uji Smirnov-Kolmogorov dan
analisis parameter statistik sehingga dapat diketahui distribusi frekuensi untuk
hujan rancangan yang sesuai digunakan di lokasi penelitian. Adapun nilai curah
hujan rancangan untuk berbagai periode ulang tertentu disajikan pada Tabel 5
berikut.
Tabel 5 Hujan rencana untuk periode ulang tertentu
Periode
Ulang

Analisis Frekuensi Curah Hujan Rencana (mm/hari)
Normal
Log Normal
Gumbel
Log Pearson III

Tr2

128.16

126.93

125.68

128.76

Tr5

143.57

143.78

147.58

144.13

Tr10

151.65

153.47

162.09

151.71

Tr25

159.54

163.59

180.41

159.35

Tr50

165.78

172.05

194.01

164.01

Hasil yang didapat dari analisis curah hujan maksimum harian rata-rata
adalah curah hujan yang menggunakan metode Gumbel. Hal ini didasarkan pada
uji kecocokan dan analisis parameter statistik yang menunjukkan bahwa metode
Gumbel memenuhi semua syarat untuk kedua analisis tersebut. Berdasarkan peta
topografi pada Gambar 3, cakupan luas lahan di lokasi penelitian dengan jenis
tipologi setara tipologi kota sedang, memiliki luas total DTA sebesar 14.82 ha
sehingga digunakan nilai curah hujan rencana (R24) periode ulang 2 tahun, yaitu
sebesar 125.68 mm/hari (Tabel 5).
Tata guna lahan di lokasi penelitian sangat beragam yang umumnya berupa
gedung kuliah, asrama, jalan beraspal dan lahan hijau. Proporsi penggunaan lahan
baik untuk ruang terbangun maupun ruang terbuka akan sangat mempengaruhi
besarnya nilai koefisien limpasan (C). Nilai C di lokasi penelitian adalah 0.434,
nilai ini didasarkan atas tata guna lahan di lokasi penelitian yang disajikan pada
Tabel dalam Lampiran 3. Nilai-nilai yang telah didapat seperti nilai R24, luas DTA
dan koefisien limpasan tersebut kemudian dapat digunakan untuk menentukan
besarnya nilai volume andil banjir total sebesar 6 911.47 m3 (Persamaan 11).
Data aktual yang terjadi di lokasi penelitian berdasarkan observasi dan
pengukuran langsung di lapangan terdapat genangan air yang cukup tinggi di
beberapa titik lokasi. Genangan terparah terdapat di jalan samping gedung kuliah
Common Class Room (CCR) di sub DTA 1B, area Fakultas Kehutanan di sub DTA
1D, dan jalan di depan SMA Kornita di sub DTA 2A.

11

Gambar 4 Genangan di Jalan Meranti-Tanjung
Adapun besarnya luas dan volume genangan disajikan pada Tabel 6 dan 7
dibawah ini.
Tabel 6 Luas genangan di lokasi penelitian
Bulan

Tanggal

Curah Hujan
(mm)

Februari

25
16
17
19
27
5

10.6
13.2
27.2
40.2
54.6
113

Maret

April

Luas Genangan Air
Lokasi 1
Lokasi 2
Lokasi 3
(m2)
(m2)
(m2)
6.954
60.729
72.001
8.660
35.625
72.001
17.321
106.079
72.001
26.375
147.531
79.200
35.822
137.782
131.495
74.400
162.920

Tabel 7 Volume genangan di lokasi penelitian
Bulan
Februari

Tanggal

25
16
Maret
17
19
27
April
5
Keterangan : Lokasi 1
Lokasi 2
Lokasi 3

Volume Genangan Air
Lokasi 1
Lokasi 2
Lokasi 3
(m3)
(m3)
(m3)
10.6
0.765
0.379
13.2
2.184
0.953
0.279
27.2
2.449
1.905
1.864
40.2
3.233
2.901
4.789
54.6
3.900
3.940
4.918
113
8.404
8.184
8.920
= Jalan di samping Gedung Kuliah Common Class Room
= Jalan di dekat Fakultas Kehutanan
= Jalan di depan SMA Kornita

Curah Hujan
(mm)

Hasil tersebut menunjukkan bahwa genangan terparah selama pengamatan
yang dilakukan di lokasi penelitian terjadi pada tanggal 5 April 2014 dengan tinggi
curah hujan sebesar 113 mm. Luas dan volume genangan yang terjadi di 3 titik

12

lokasi yang diamati berbanding lurus dengan besarnya curah hujan, semakin besar
hujan maka semakin besar pula luas dan volume genangannya.

Permeabilitas Tanah
Pengukuran permeabilitas tanah dilakukan pada masing-masing sub DTA
agar dapat diketahui variasi nilai permeabiltas tanahnya. Hal ini dikarenakan
adanya bangunan baru yang dibangun di lokasi penelitian seperti gedung kuliah
Common Class Room (CCR), Teaching Lab, dan Gedung Tanoto Forestry
Information Center (TFIC) sehingga terdapat banyak tanah-tanah baru hasil
pengurugan dan pemadatan yang menyebabkan karakteristik tanah di lokasi
tersebut tidak bisa diasumsikan semuanya seragam. Pengukuran ini dilakukan
dengan membuat lubang tanah menggunakan bor biopori berdiameter 10 cm dan
kedalaman 30 cm. Lubang tersebut diisi air sampai penuh dan dicatat waktu
penurunan muka air tanahnya. Pengukuran ini dilakukan sebanyak mungkin hingga
waktu penurunan muka air tanah mendekati konstan.
Hasil pengukuran yang telah didapat diolah ke dalam Software Ms. Excel
yang kemudian dibandingkan dengan model Infiltrasi Philips (Persamaan 10).
Kondisi lahan secara umum merupakan daerah dengan bangunan terpencar
sehingga daya resap tanah di lokasi penelitian diasumsikan sebesar 0.3 (Tabel 4).
Perhitungan dilakukan dengan trial and error nilai permeabilitas tanah yang ada
pada model infiltrasi Philips. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan,
didapatlah kurva perbandingan nilai laju infiltrasi terukur dan model infiltrasi
Philips seperti pada Gambar 5 dibawah ini.
Infiltrasi Terukur

Model Philips

0.040
0.035
Laju Infiltrasi (cm/s)

0.030
0.025
0.020
0.015
0.010
0.005
0.000
0

50

100

150
Waktu

200

250

300

)

(s1/2

Gambar 5 Laju infiltrasi terukur dan model infiltrasi Philips di sub DTA 1B
Grafik pada gambar diatas menunjukan bahwa nilai laju infiltrasi hasil
pengukuran dan perhitungan dengan model infiltrasi Philips hampir berimpit saat
keadaan tanah mulai jenuh setelah selang waktu tertentu. Hasil dari grafik tersebut
dapat diketahui besarnya nilai permeabilitas tanah yang dapat digunakan untuk
merencanakan dan merancang sumur resapan air hujan. Besarnya nilai koefisien

13

permeabilitas tanah untuk sub DTA 1B seperti terlihat pada Gambar 5 adalah
sebesar 6.213 x 10-4 cm/detik atau 2.237 cm/jam. Nilai tersebut telah memenuhi
syarat untuk dibangun sumur resapan dengan syarat besarnya nilai koefisien
permeabilitas tanah harus ≥ 2 cm/jam. Apabila dibandingkan dengan kondisi aktual
di lapangan saat hujan, lokasi sub DTA 1B sering terjadi banyaknya genangan air
yang cukup mengganggu disebabkan oleh limpasan dari atap, jalan ataupun
perkerasan lainnya sehingga sangat diperlukan adanya bangunan resapan air hujan
seperti sumur resapan. Adapun nilai permeabilitas tanah hasil perhitungan untuk
setiap sub DTA disajikan pada Tabel 8 dibawah ini.

DTA

1

2

Tabel 8 Nilai permeabilitas untuk setiap sub DTA
Permabilitas Tanah
Permeabilitas Tanah
Sub DTA
(cm/detik)
(cm/jam)
-4
1A
6.213 x 10
2.237
1B
6.213 x 10-4
2.237
-4
1C
6.213 x 10
2.237
-4
1D
6.213 x 10
2.237
-4
1E
5.825 x 10
2.097
-4
2A
5.571 x 10
2.006
-4
2B
6.459 x 10
2.325
-4
2C
6.458 x 10
2.325

Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai permeabilitas tanah di semua sub
DTA memiliki nilai diatas 2.0 cm/jam dan termasuk kedalam kelas tanah dengan
permeabilitas sedang (Arsyad 2010). Berdasarkan SNI 03-2453-2002,
permeabilitas tanah di lokasi tersebut telah memenuhi syarat teknis untuk
mendesain sumur resapan.

Sumur Resapan
Perencanaan bangunan resapan air hujan yang akan dirancang di lokasi
penelitian adalah sumur resapan dan parit berorak. Hal ini didasarkan pada
perancangan sumur resapan yang tidak terlalu membutuhkan lahan yang cukup
luas, kontruksi yang tidak rumit dan biaya yang relatif murah. Perancangan parit
berorak dilakukan karena dapat memanfaatkan saluran drainase yang sudah ada di
lokasi penelitian dalam pembuatannya. Sumur resapan merupakan sumur atau
lubang pada permukaan tanah yang digunakan untuk menampung air hujan agar
dapat meresap ke dalam tanah (Dwi 2008). Sumur resapan ini dapat menampung
air hujan melalui atap bangunan atau aliran permukaan yang tidak teresap oleh
permukaan tanah (Iriani et al 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, luas atap di lokasi penelitian
memiliki ukuran yang sangat beragam. Hal ini dikarenakan bangunan di lokasi ini
sebagian besar adalah gedung-gedung perkuliahan dan asrama mahasiswa. Selain
itu, gedung-gedung di lokasi ini pun memiliki halaman yang cukup luas terutama
di area gedung kuliah Common Class Room (CCR) dan gedung Tanoto Forestry

14

Information Center (TFIC) sehingga memungkinkan untuk dibangunnya sumur
resapan individu sesuai dengan persyaratan yang ada pada SNI 03-2453-2002.

Gambar 6 Halaman di gedung kuliah CCR dan TFIC
Kondisi lahan yang berada di lokasi penelitian seperti terlihat pada gambar
diatas, memiliki luas lahan yang cukup luas salah satunya halaman gedung kuliah
Common Class Room (CCR) dan gedung Tanoto Forestry Information Center
(TFIC). Kondisi lahan yang relatif datar dan luas sehingga memenuhi syarat untuk
dibangun sumur resapan. Adapun sumur resapan yang didesain difungsikan untuk
meresapkan limpasan air dari atap bangunan ke dalam tanah. Nilai koefisien
limpasan (C) dari atap dipilih sebesar 0.95, maka untuk luas atap yang beragam dan
nilai curah hujan (R24) sebesar 125.68 mm/hari, didapatlah besarnya volume andil
banjir (Vab) dari masing-masing atap bangunan seperti terlihat pada Tabel 9.
Direncanakan sumur resapan dengan diameter 1 m dan kedalaman 2.5 m untuk
setiap sub DTA dengan besarnya nilai permeabilitas tanah disesuaikan pada
masing-masing lokasi, didapatlah jumlah sumur resapan yang harus dibangun dan
volume andil banjir yang mampu diserap.
Tabel 9 Jumlah dan volume sumur resapan untuk masing-masing sub DTA
Sub DTA

Luas Bangunan
(m3)

1A
1B
1C
1D
1E
2A
2B
2C
Jumlah Total

7170
3210
10060
11080
2460
2530
1590
7590
45690

Jumlah
Sumur Resapan
373
167
523
576
128
132
83
395
2377

Volume Yang Diserap
(m3)
731.94
327.69
1026.96
1131.09
251.13
258.27
162.31
774.81
4664.20

Hasil pada Tabel 9 menunjukkan bahwa semakin besar luas atap bangunan,
maka semakin besar volume andil banjirnya sehingga diperlukan sumur resapan
dengan jumlah yang cukup banyak. Hasil tersebut didasarkan pada total luas atap

15

bangunan yang ada di masing-masing sub DTA, sehingga jumlah sumur resapan
yang harus dibangun di setiap sub DTA agar dapat mengurangi limpasan dari atap
bangunan harus dibangun dengan jumlah sumur sebanyak jumlah hasil perhitungan
pada Tabel 9. Adapun jumlah sumur resapan yang harus dibangun secara rinci atau
per gedung dapat dilihat pada Lampiran 6.
Perhitungan pada Tabel 9 mengacu pada hujan rancangan di lokasi penelitian
dengan volume andil banjir total atau besarnya volume hujan secara keseluruhan
yang jatuh di lokasi penelitian yang dapat menyebabkan terjadinya genangan atau
banjir. Selain perhitungan sumur resapan yang mengacu pada besarnya volume
andil banjir total yang terjadi di lokasi penelitian, perhitungan sumur resapan juga
dihitung berdasarkan data genangan aktual yang terjadi selama pengamatan
langsung di lapangan. Lokasi genangan terparah terjadi di 3 titik lokasi yaitu di
jalan samping gedung kuliah CCR (sub DTA 1B), area Fakultas Kehutanan (sub
DTA 1D) dan jalan depan SMA Kornita (sub DTA 2A).
Besarnya luas dan volume genangan yang digunakan untuk menentukan
banyaknya sumur resapan yang harus dibangun adalah genangan maksimum yang
terjadi selama pengamatan berlangsung di lapangan yaitu pada tanggal 5 April
2014. Besarnya volume genangan di sub DTA 1B adalah sebesar 8.404 m3, sub
DTA 1D sebesar 8.184 m3 dan sub DTA 2A sebesar 8.920 m3. Hasil tersebut
kemudian dianalisis dan dihitung berdasarkan SNI 03-2453-2002 sehingga
didapatlah banyaknya sumur resapan yang harus dibangun di sub DTA 1B sebanyak
5 buah, sub DTA 1D sebanyak 5 buah dan sub DTA 2A sebanyak 5 buah sehingga
total sumur resapan yang harus dibangun berdasarkan data genangan aktual yang
terjadi di lokasi penelitian adalah sebanyak 15 buah sumur resapan.
Adapun desain sumur resapan yang dibuat dapat dilihat pada pada gambar
dalam Lampiran 12 dan 13 serta denah untuk titik-titik lokasi penempatan sumur
resapan dapat dilihat pada Lampiran 16. Sumur resapan yang dibuat harus berada
pada lahan yang datar (tidak curam, tidak pada tanah yang berlereng/labil). Sumur
resapan ditempatkan minimal 1 m dari pondasi bangunan, 5 meter dari septic tank
dan 3 meter dari sumur air bersih. Desain sumur resapan (Lampiran 12 dan 13),
perancangan konstruksinya terdiri dari penutup sumur, dinding sumur atas dan
bawah serta pengisi sumur.
Konstruksi penutup sumur dibuat dari plat beton bertulang dengan tebal 10
cm campuran semen, pasir, kerikil (perbandingan 1:2:3). Dinding sumur digunakan
batu bata merah campuran semen dan pasir tanpa di plester (perbandingan 1:5) yang
disusun berongga dengan jarak rongga adalah 10 cm. Konstruksi untuk pengisi
sumur bagian bawah digunakan batu pecah ukuran 10-20 cm dan ijuk. Hal ini
difungsikan untuk meredam energi aliran air yang mengalir dari atap sehingga tidak
merusak kontruksi bangunan sumur. Pengaliran air dari atap ke dalam sumur
resapan digunakan pipa PVC berdiameter 110 mm. Selain itu, perancangan sumur
resapan juga dihubungkan melalui pipa penyalur ke saluran drainase untuk
membuang kelebihan air apabila air hujan dari atap tidak mampu ditampung oleh
sumur resapan.

16

Parit Berorak dan Lubang Resapan Biopori
Salah satu bangunan resapan air hujan yang juga memungkinkan untuk dibuat
di lokasi sekitar jalan Meranti-Tanjung Kampus IPB Darmaga Bogor adalah parit
berorak yang merupakan jenis sumur resapan yang meresapkan air melalui paritparit atau saluran drainase. Adapun dimensi rorak yang direncanakan memiliki
kedalaman 2 m dan panjang serta lebar disesuaikan dengan lebar alas parit. Rorak
direncanakan berbentuk persegi panjang sehingga volume tampung per rorak
dihitung berdasarkan rumus volume persegi panjang ( p × l × t) dengan volume
resap dihitung menggunakan rumus pada Persamaan 12, sehingga volume
tampungan total untuk setiap rorak adalah volume rorak ditambah dengan volume
resap. Hasil perhitungan jumlah dan volume tampungan parit berorak untuk setiap
sub DTA disajikan pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10 Jumlah dan volume tampungan parit berorak di setiap saluran utama
Volume
Lebar
Panjang
Volume Total
Sub
Jumlah
DTA
per Rorak
Saluran Saluran
Rorak
DTA
Rorak
3
(m3)
(m )
(m)
(m)
1A
0.622
0.5
182.71
34
20.66
1B
0.416
0.4
193
36
14.88
1
1C
0.868
0.6
157
29
24.33
1E
1.835
0.9
502.8
86
156.39
2A
0.406
0.4
137.8
26
10.37
2
2B
0.627
0.5
134
25
15.26
2C
1.490
0.8
390
68
100.16
Jumlah Volume Total Air yang Mampu Diserap
342.05
Sub DTA 1D tidak direncanakan dibuat parit berorak karena pada sub DTA
ini tidak memiliki saluran utama sehingga tidak memungkinkan untuk dibuat parit
berorak. Jumlah parit berorak yang beragam di setiap sub DTA mampu mengurangi
volume andil banjir sebanyak 342.05 m3. Konstruksi parit berorak secara umum
tidak berbeda jauh dengan sumur resapan yang dibangun untuk meresapkan
limpasan dari atap. Perbedaannya hanya pada bagian penutup atas, untuk sumur
resapan menggunakan plat beton bertulang sedangkan parit berorak menggunakan
plat besi penyaring dengan tujuan agar aliran air pada saluran dapat langsung masuk
ke rorak (Lampiran 14 dan 15). Selain parit berorak, terdapat satu sistem cara yang
dapat diterapkan di lokasi penelitian yaitu dengan dibuatnya lubang resapan biopori
(LRB). Biopori merupakan salah satu teknologi eko-drainase yang berupa lubang
berdiameter 10-30 cm dengan kedalaman 80-100 cm (R. Kamir 2009). LRB ini
dapat ditempatkan dibeberapa titik lokasi genangan meskipun sistem LRB kurang
efektif untuk mengurangi limpasan total akan tetapi konstruksinya sangat sederhana
untuk dibuat dengan biaya yang relatif murah sehingga dapat menjadi alternatif
pilihan sistem resapan di lokasi penelitian.

17

Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Pembuatan rencana anggaran biaya ini dibuat untuk mengetahui perkiraan
biaya pembuatan sumur resapan dan parit berorak yang hanya mencakup harga
bahan. Besarnya biaya yang diperlukan untuk membuat 1 buah sumur resapan
adalah sebesar Rp 3 100 000.00. Berdasarkan data genangan aktual yang terjadi di
lapangan, banyaknya sumur resapan yang dibutuhkan untuk mengurangi genangan
yang terjadi di beberapa titik lokasi genangan adalah sebanyak 15 buah, sehingga
besarnya biaya total untuk pembangunan semua sumur diperlukan biaya sebesar
Rp 46 500 000.00. Adapun detail rencana anggaran biaya (RAB) untuk sumur
resapan dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10, sedangkan untuk RAB parit berorak
dapat dilihat pada Lampiran 11.

Efektivitas Resapan dan Kapasitas Saluran
Besarnya nilai efektivitas dengan adanya bangunan sumur resapan dan parit
berorak yang berdasarkan hujan rancangan dan luas DTA secara keseluruhan dapat
mengurangi total volume andil banjir sebesar 5 006.25 m3. Total volume andil
banjir yang terdapat di lokasi penelitian sebesar 6 911.47 m3, maka kedua bangunan
resapan tersebut mampu mengurangi sekitar 72.43% dari total limpasan yang
terjadi. Adapun sisa limpasan sebanyak 27.57% atau sebesar 1 905.49 m3 ini akan
dialirkan melalui saluran drainase yang sudah ada. Kapasitas volume total saluran
drainase yang sudah ada di lokasi penelitian adalah sebesar 2 112.24 m3. Jumlah ini
cukup untuk menampung sisa limpasan yang tidak mampu teresap oleh bangunan
resapan.
Perencanaan sumur resapan dan parit berorak berdasarkan hujan rancangan
dan luas DTA ini dibuat untuk memanen keseluruhan hujan yang jatuh di lokasi
penelitian. Perencanaan sumur resapan yang lebih direkomendasikan adalah sumur
resapan yang dibuat berdasarkan volume genangan aktual yang terjadi di lokasi
penelitian (jalan samping gedung kuliah common class room, area Fakultas
Kehutanan dan jalan depan SMA Kornita). Hal ini dikarenakan jumlah sumur
resapan yang perlu dibangun tidak terlalu banyak yaitu sebanyak 5 buah sumur
resapan di masing-masing titik genangan dengan besarnya efektivitas resapan
sebesar 100%.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Perancangan bangunan resapan air hujan dengan konsep zero run-off di
sekitar jalan Meranti-Tanjung Kampus IPB Darmaga, Bogor dengan membangun
sumur resapan air hujan dan parit berorak mampu mengurangi volume andil banjir
total sebesar 5 006.25 m3. atau 72.43%. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan
konsep zero run-off di lokasi penelitian cukup efektif dengan curah hujan rencana
sebesar 125.68 mm/hari. Selain itu, berdasarkan data genangan aktual yang terjadi

18

di lokasi penelitian tepatnya di sub DTA 1B, 1D dan 2A, pengurangan genangan
dapat diminimalisasi dengan dibangunya sumur resapan sebanyak 5 buah di
masing-masing sub DTA (1B, 1D dan 2A) dengan diameter sumur 1 m dan
kedalaman sumur sebesar 2.5 m. Hal ini tentunya sangat berpengaruh dalam
mengurangi genangan yang sering terjadi di sekitar jalan Meranti-Tanjung tersebut.

Saran
1. Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji coba sumur
resapan untuk mengetahui secara pasti besarnya efektivitas sumur dalam
meresapkan air hujan.
2. Perlu adanya perawatan saluran drainase dan sumur resapan yang sudah ada di
lokasi penelitian seperti pengerukan sedimen dan sampah setiap beberapa bulan
sekali sehingga saluran drainase dan sumur resapan tidak mengalami
pendangkalan dan penyumbatan yang dapat menyebabkan terjadinya genangan
air.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Revisi. Bogor (ID) : IPB Press
Bhim S, et al. 2012. Probability Analysis for Estimation of Annual One Day
Maximum Rainfall of Jhalarapatan Area of Rajasthan, India. Plant
Archives. 12 (2) : 1093-1100. ISSN : 0972-5210.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia Nomor 032453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan
Untuk Lahan Pekarangan. Jakarta (ID): BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. Standar Nasional Indonesia Nomor
6897-2008 tentang Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan
Dinding untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan. Jakarta (ID):
BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. Standar Nasional Indonesia Nomor
7394-2008 tentang Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton
untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan. Jakarta (ID): BSN.
Dwi T, Sabariah M, M Baharudin R. A Study on Artificial Recharge Well as a Part
of Drainge System and Water Supply in UHTM. National Seminar on
Environment, Development & Sustainability, 1 : 106-111.
Indramaya, Eka A dan Ig.L. Setiawan P. 2012. Rancangan Sumur Resapan Air
Hujan sebagai Salah Satu Usaha Konservasi Air Tanah di Perumahan
Dayu Baru Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
Iriani, Kurnia dkk. 2013. Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Konservasi
Air Tanah di Daerah Permukiman (Studi Kasus di Perumahan RT.II, III,
dan IV Perumnas Lingkar Timur Bengkulu). Jurnal Inersia Vol. 5 No. 1
April 2013.

19

Kusnaedi. 2006. Sumur Resapan untuk Permukiman Perkotaan dan Perdesaan.
Jakarta (ID) : Penebar Swadaya
R. Kamir B. 2009. Lubang Resapan Biopori untuk Mitigasi Banjir, Kekeringan dan
Perbaikan. Prosiding Seminar Lubang Biopori (LBR) di Gedung BPPT,
Jakarta.
Rajil P, Uma E, Shyla J. 2011. Rainfall-Run0ff Analysis of a Compacted Area.
Agricultural Engineering International : The CIGR Journal. 13 (1) : 1-11.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta :
Penerbit Andi.
Yuliani, Sri dan Hari Yuliarso. 2007. Konsep Eko-Arsitektur pada Desain Drainase
Lingkungan (Studi Kasus di Dusun Ngebrak, Gentan, Baki, Sukoharjo).
Jurnal Gema Teknik Nomor 1/Tahun X Januari 2007.

20

Lampiran 1 Pengukuran permeabilitas tanah

LAMPIRAN

21

Lampiran 2 Data curah hujan harian maksimum 1 Januari – 15 April 2014
Tanggal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Januari
10
2.2
0.2
2.2
4
0
6.4
34.4
0
4.2
57.4
73.4
6.4
1.4
23.8
16.6
86.8
33.6
21.6
20.4
41.2
6.2
10
18.6
0.2
1.4
3.4
34.2
37
2.4
4.4

Curah Hujan (mm)
Bulan
Februari
Maret
0
35.4
16.6
0.4
31.2
0
10.6
0
13.8
6.2
1.2
1.8
0.2
19.8
6.8
3
22.4
0
22.4
0
0
0
0
0
0
2.8
0
0
2.2
0
3.8
13.2
0.4
27.2
0
5.2
0
40.2
0.8
23
5.2
1.6
25.8
0
12.4
14.4
19.2
7.8
10.6
1.6
21.2
0
1.4
56
14.8
14.8
10.4
0
4.8

Sumber : Stasiun Cuaca Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

April
9.2
4
0.4
5.6
113.4
6.2
0.2
0
0.4
1.6
0.8
0
1.2
1.6
0

22

Lampiran 3 Nilai C berdasarkan tata guna lahan di lokasi penelitian
DTA

Sub DTA

Sub DTA 1A

Sub DTA 1B

DTA Sub DTA 1C
1

Sub DTA 1D

Sub DTA 1E

Sub DTA 2A

DTA Sub DTA 2B
2

Sub DTA 2C

Tata Guna
Lahan

Luas
(ha)

Luas
Total
(ha)

Koefisien Limpasan
C1

Cs

Cv

C

CxA

Aspal/Paving

0.387

0.08

0.26

0.28

0.62

0.240

Bangunan

0.717

0.08

0.26

0.28

0.62

0.445

Lahan Kosong

0.359

0.08

0.08

0.28

0.44

0.158

Vegetasi

0.227

0.08

0.08

0.21

0.37

0.084

Aspal/Paving

0.249

0.08

0.26

0.28

0.62

0.154

Bangunan

0.321 1.224

0.08

0.26

0.28

0.62

0.199

Vegetasi

0.654

0.08

0.08

0.21

0.37

0.242

Aspal/Paving

0.069

0.03

0.26

0.28

0.57

0.039

Bangunan

1.006 2.134

0.03

0.26

0.28

0.57

0.574

Vegetasi

1.059

0.03

0.08

0.21

0.32

0.339

Aspal/Paving

0.046

0.03

0.26

0.28

0.57

0.026

Bangunan

1.108 1.856

0.03

0.26

0.28

0.57

0.631

Vegetasi

0.702

0.03

0.08

0.21

0.32

0.225

Aspal/Paving

0.049

0.08

0.26

0.28

0.62

0.030

Bangunan

0.246

0.08

0.26

0.28

0.62

0.152

Lahan Kosong

0.737

0.08

0.08

0.28

0.44

0.324

Vegetasi

2.800

0.08

0.08

0.04

0.20

0.560

Aspal/Paving

0.004

0.08

0.26

0.28

0.62

0.003

Bangunan

0.253

0.08

0.26

0.28

0.62

0.157

Vegetasi

0.366

0.08

0.08

0.21

0.37

0.135

Aspal/Paving

0.010

0.08

0.26

0.28

0.62

0.006

Bangunan

0.159

0.08

0.26

0.28

0.62

0.099

Vegetasi

0.909

0.08

0.08

0.21

0.37

0.336

Aspal/Paving

0.114

0.08

0.26

0.28

0.62

0.071

Bangunan

0.759 2.379

0.08

0.26

0.28

0.62

0.470

Vegetasi

1.506

0.08

0.08

0.04

0.20

0.301

1.691

3.832

0.623

1.078


CxA

C

0.927

0.548

0.595

0.486

0.952

0.446

0.882

0.475

1.067

0.278

0.295

0.473

0441

0.409

0.842

0.354

23

Lampiran 4 Laju infiltrasi di masing-masing sub DTA

Laju Infiltrasi di sub DTA 1E

Laju Infiltrasi di sub DTA 1A
Infiltrasi Terukur

Model Philips

Infiltrasi Terukur
Laju Infiltrasi (cm/s)

Laju Infiltrasi (cm/s)

0.050
0.045
0.040
0.035
0.030
0.025
0.020
0.015
0.010
0.005
0.000
0

50

100

150

200

250

0.040
0.035
0.030
0.025
0.020
0.015
0.010
0.005
0.000

300

0

50

100

Waktu (s1/2)

Infiltrasi Terukur

Model Philips

0.020
Laju Infiltrasi (cm/s)

Laju Infiltrasi (cm/s)

Model Philips

0.015
0.010
0.005
0.000

50

100

150
Waktu

200

250

300

0

Infiltrasi Terukur

)

100

Infiltrasi Terukur

Model Philips

150

200

250

300

0

50

100

Infiltrasi Terukur

Model Philips
Laju Infiltrasi (cm/s)

200
Waktu (s1/2)

150

200

250

Laju Infiltrasi di sub DTA 2C

0.070
0.060
0.050
0.040
0.030
0.020
0.010
0.000
100

Model Philips

Waktu (s1/2)

Laju Infiltrasi di sub DTA 1D

0

200

0.100
0.090
0.080
0.070
0.060
0.050
0.040
0.030
0.020
0.010
0.000

Waktu (s1/2)

Infiltrasi Terukur

150

Laju Infiltrasi di sub DTA 2B

Laju Infiltrasi (cm/s)

50

100
Waktu (s1/2)

0.030
0.025
0.020
0.015
0.010
0.005
0.000
0

50

(s1/2

Laju Infiltrasi di sub DTA 1C

Laju Infiltrasi (cm/s)

200

Laju Infiltrasi di sub DTA 2A

0.040
0.035
0.030
0.025
0.020
0.015
0.010
0.005
0.000
0

Laju Infiltrasi (cm/s)

150

Waktu (s1/2)

Laju Infiltrasi di sub DTA 1B
Infiltrasi Terukur

Model Philips

300

Model Philips

0.070
0.060
0.050
0.040
0.030
0.020
0.010
0.000
0

100

200
Waktu

(s1/2)

300

24

Lampiran 5 Deskripsi kondisi fisik sub Daerah Tangkapan Air (DTA)
Sub Daerah
Tangkapan
Deskripsi
Air (DTA)
Sub DTA 1A
Kondisi topografi relatif bergelombang, kondisi tanah
lempung berpasir dan vegetasi yang terdapat di lokasi adalah
padang berumput dan terdapat bangunan di sekitar DTA.
Sub DTA 1B

Kondisi topografi relatif datar, sebagian besar penggunaan
lahannya adalah vegetasi jenis padang rumput dan lahan
terbangun.

Sub DTA 1C

Kondisi topografi relatif datar, jenis tanah lempung berpasir
dan sebagian besar digunakan untuk lahan terbangun. Bukan
merupakan drainase utama karena sebagian aliran ditampung
pada sumur resapan.

Sub DTA 1D

Kondisi topografi