Perancangan Teknologi Resapan Air Hujan Skala Unit Rumah Di Kawasan Lingkar Kampus IPB, Darmaga

1

PERANCANGAN TEKNOLOGI RESAPAN AIR
HUJAN SKALA UNIT RUMAH DI KAWASAN
LINGKAR KAMPUS IPB, DARMAGA

ZAEHUL AKBAR MURDIONO
F44100079

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan Teknologi
Resapan Air Hujan Skala Unit Rumah Di Kawasan Lingkar Kampus IPB,

Darmaga adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Zaehul Akbar Murdiono
NIM F44100079

ABSTRAK
ZAEHUL AKBAR MURDIONO. Perancangan Teknologi Resapan Air Hujan
Skala Unit Rumah di Kawasan Lingkar Kampus IPB, Darmaga. Dibimbing oleh
SATYANTO K. SAPTOMO.
Perubahan tata guna tanah di daerah resapan akibat pembangunan untuk
pengembangan permukiman, industri dan fasilitas perkotaan diperkirakan telah
mengganggu rantai siklus hidrologi. Penelitian ini merupakan salah satu bagian
dari ide perancangan teknologi LID (Low Impact Development) dalam
pengelolaan air hujan dan air limbah domestik. Tujuan penelitian ini adalah

merancang teknologi resapan air hujan yang mudah diaplikasikan dan mengetahui
kualitas air hujan setelah filtrasi. Metode penelitian yang dilakukan adalah
mengukur permeabilitas tanah, laju infiltrasi, dan menguji kualitas air hujan
sebelum dan setelah melewati resapan. Data laju infiltrasi diperoleh dari
pembuatan prototipe rancangan resapan. Hasil pengukuran laju infiltrasi adalah
2.6x10-4 m/detik dan permeabilitas adalah 3.5x10-8 m/detik. Selain itu, limpasan
yang terjadi setelah PAH adalah 0.48 m3/hari, dan debit pada rancangan resapan
adalah sebesar 4.36 m3/hari yang mampu masuk ke dalam resapan. Untuk kualitas
air, resapan berhasil dalam mengubah nilai atau konsentrasi parameter pada air
hujan menjadi lebih baik setelah melewati filter.
Kata Kunci : Air hujan, Filter, LID, limpasan, resapan

ABSTRACT
ZAEHUL AKBAR MURDIONO. Design Of Rain Infiltration Technology To
Household At IPB Campus Area, Darmaga. Supervised by SATYANTO K.
SAPTOMO.
The Changes of land use in the infiltration area due the construction for residential
development, industrial and urban facilities are estimated to have disrupted the
hydrological cycle. This research is a part of design LID (Low Impact
Development) technology in the management of rain water and domestic waste

water. The purpose of this research is to design rain infiltration system that is
easy to apply and to determine the quality of rain water after passing through the
infiltration. The method in this research are including to measure soil
permeability, infiltration rate, and test the quality of rain water before and after
filtration. The Infiltration rate data is obtained from experiment using the
designed infiltration system. The results of measurements of the infiltration rate is
2.6x10-4 m/s and the permeability is 3.5x10-8 m/s. The runoff that is expected
from PAH is 0.048 m3/day, and the designed infiltration discharge is at 4.36
m3/day, therefore all overflow was able to get into the infiltration. For the water
quality, infiltration succeeded in changing the parameter value or the
concentration in rain water for the better after passing through the filters.
Keywords: Precipitation, Filters, LID, runoff, The Infiltration.

5

PERANCANGAN TEKNOLOGI RESAPAN AIR
HUJAN SKALA UNIT RUMAH DI KAWASAN
LINGKAR KAMPUS IPB, DARMAGA

ZAEHUL AKBAR MURDIONO


Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

7

Judul Skripsi : Perancangan Teknologi Resapan Air Hujan Skala Unit Rumah Di
Kawasan Lingkar Kampus IPB, Darmaga
Nama
: Zaehul Akbar Murdiono
NIM

: F44100079

Disetujui oleh

Dr. Satyanto K. Saptomo, STP, MSi
Dosen Pembimbing

Diketahui Oleh

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M. Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur diucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa
dengan rahmat-Nya dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Perancangan Teknologi Resapan Air Hujan Skala Unit Rumah Di
Kawasan Lingkar Kampus IPB, Darmaga”. Penelitian yang merupakan salah

satu bagian dari Konsep Teknologi Low Impact Development Dalam Manajemen
Air Hujan dan Air Limbah Domestik.
Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Satyanto K. Saptomo, STP, MSi selaku pembimbing
akademik yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan masukan
yang bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Machmud A. Raimadoya, Msc dan Bapak Dr. Chusnul Arif,
STP, Msi sebagai dosen Penguji yang telah meluangkan waktunya untuk
menghadiri sidang skripsi ini.
3. Asep Suryadi dan Rizqah Wahidah Pangestu selaku teman yang telah
banyak membantu, memberi saran, motivasi, dan juga menemani dalam
pengumpulan data penelitian.
4. Sukma Yusuf, Sakina A. Rahman, dan Isnaini Halim yang telah
menemani dan
selalu memberikan dorongan untuk menyelesaikan
penelitian ini.
5. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang tua dan rekanrekan lain yang telah memberikan dukungan dan masukan dalam
penyelesaian skripsi ini.
Semoga isi dari skripsi ini dapat diterima dengan baik dan dalam
penerapannya dapat berjalan dengan lancar serta dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Agustus 2014

Zaehul Akbar Murdiono

9

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2


Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

METODOLOGI ...................................................................................................... 2
Waktu dan Tempat Penelitian

3

Alat dan Bahan


3

Pengumpulan Data

3

Pengolahan Data dan Analisis Data

4

Tahapan penelitian

6

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 7
Infiltrasi dan Permeabilitas Tanah

7

Resapan


8

Kualitas Air

10

Efisiensi Kinerja Resapan

15

Simpulan dan Saran............................................................................................... 17
Simpulan

17

Saran

17


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
LAMPIRAN .......................................................................................................... 19
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 25

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Daya serap berbagai kondisi lahan.
Rekapitulasi pengkuran kualitas air.
Hasil Perhitungan Debit.
Efisiensi resapan terhadap kualitas air.

5
15
16
16

DAFTAR GAMBAR
1 Rancangan besar penilitian tentang teknologi LID
2 Tahapan penelitian
3 Laju Infiltrasi sebagai fungsi waktu untuk tanah kering dan basah
4 Perbandingan Laju Infiltrasi Terukur dan Model Infiltrasi Philips.
5 Konstruksi Resapan
6 Hasil uji coba kekeruhan (NTU)
7 Hasil pengukuran DHL (µSiemens/cm)
8 Hasil pengukuran pH
9 Hasil pengukuran Konsentrasi Nitrit (mg/l)
10 Hasil pengukuran Konsentrasi Nitrat (mg/l)
11 Hasil uji TDS (mg/l)
12 Hasil uji TSS (mg/l)
13 Hasil pengukuran konsentrasi COD (mg/l)

3
6
7
8
9
10
11
12
12
13
13
14
14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Hasil Perhitungan Permeabilitas Tanah
Prototipe Resapan.
Dokumentasi Penelitian.
Rekapitulasi Kualitas Air.
Gambar Teknik.

20
21
22
23
24

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berbagai aktivitas manusia dan maraknya pembangunan yang berkembang
pesat, mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan terhadap lahan.
Pengembangan rumah merupakan suatu kebutuhan dari setiap penghuni kawasan
perumahan sejalan penambahan jumlah anggota keluarga atau untuk kebutuhan
lain. Perubahan penggunaan lahan akibat pembangunan perumahan, secara tidak
langsung dapat merusak kawasan resapan air, padahal kawasan resapan air sangat
penting untuk menunjang ketersediaan air tanah.
Perubahan tata guna tanah di daerah resapan akibat pembangunan untuk
pengembangan permukiman, industri dan fasilitas perkotaan diperkirakan telah
mengganggu rantai siklus hidrologi. Pesatnya pembangunan fisik sebagai dampak
secara bersama dari pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, pertumbuhan
ekonomi, dan perkembangan pariwisata yang pesat, menyebabkan tutupan lahan
oleh bangunan-bangunan kedap air (beton, aspal, dan sejenisnya) akan
menyebabkan berkurangnya resapan air hujan ke dalam tanah, dan bertambah
besarnya larian permukaan (surface runoff).
Air tanah sebagai salah satu sumber air bersih perkotaan seringkali hanya
dimanfaatkan, masih kurang dilakukan upaya-upaya konservasi. Belum
terkendalinya pemanfaatan air tanah mengakibatkan penurunan debit dan kualitas
air tanah. Untuk kawasan yang letaknya dekat dengan pantai sangat rawan
terhadap masuknya air laut ke dalam lapisan akuifer (intrusi air asin). Disamping
itu, kekosongan lapisan akuifer bebas dapat mengakibatkan terjadinya penurunan
permukaan tanah, yang berbahaya bagi kehidupan dan infrastruktur.
Cadangan air tanah menjadi sangat berkurang, karena larian permukaan ini
akan dengan cepat menuju ke saluran drainase dan langsung terbuang ke sungai.
Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Bagi manusia air adalah salah
satu kebutuhan utama. Besarnya pertambahan jumlah penduduk dan laju
pertumbuhannya, maka akan semakin besar tingkat pemanfaatan sumber – sumber
air. Peningkatan pemanfaatan air dapat merubah kualitas air, sehingga pengukuran
kualitas air baik secara fisik maupun kimia sangat diperlukan untuk menjamin
bahwa air tersebut layak untuk digunakan sesuai keperluan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbesar volume air
yang meresap ke dalam tanah yakni dengan membangun sumur resapan. Sumur
resapan merupakan sumur atau lubang pasa permukaan tana yang dibuat untuk
menampung air hujan agar dapat meresap kedalam tanah (Kusnaedi 1996). Akan
tetapi, halaman yang sempit untuk setiap rumah tidak memenuhi persyaratan jarak
yang ada pada SNI 03-2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur
Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan.
Berdasarkan latar belakang ini, maka dilakukan penelitian perancangan
teknologi pengendalian limpasan air hujan dengan resapan air hujan yang tidak
hanya mampu mengurangi larian permukaan, tetapi juga mampu meningkatkan
kapasitas air tanah dengan kualitas air yang lebih baik.

2

Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah
menganalisis apakah penggunaan resapan pada area pemukiman diterapkan.
Sehingga dapat mengurangi limpasan dan mampu mengurangi kualitas buruk
limpasan air hujan setelah diresapkan.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah merancang teknologi resapan air hujan yang
mudah diaplikasikan dan mengetahui kualitas air hujan setelah filtasi.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat mengurangi
limpasan yang terjadi pada skala unit rumah dan dapat meningkatkan cadangan air
tanah beserta kualitas air tanah.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian antara lain adalah limpasan yang terjadi setelah
melewati tampungan air. Kemudian nilai permeabilitas tanah yang digunakan, dan
laju infiltrasi resapan beserta kualitas air sebelum dan setelah diresapkan.

METODOLOGI
Penelitian “Perancangan Teknologi Resapan Air Hujan di Lingkar
Kampus IPB, Darmaga” dilaksanakan pada Maret hingga Juli 2014. Pengambilan
dan analisis data dilakukan di sekitar kampus Institut Pertanian Bogor. Penelitian
ini dalam alur kegiatan yang telah dirancang sebelumnya masih pada tahap
pengumpulan data. Adapun lokasi penelitian dilakukan pada daerah lingkar
kampus IPB, Dramaga, Bogor, Laboratorium Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, dan Laboratorium Wageningen IPB.
Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari ide perancangan teknologi
LID (Low Impact Development) dalam pengelolaan air hujan dan air limbah
domestik. Latar belakang munculnya ide ini didasarkan pada kurangnya
pemanfaatan air hujan sebagai sumber air yang gratis dan isu lingkungan yang
disebabkan pencemaran limbah domestik ke badan air. Perencanaan teknologi
LID ini dibagi menjadi tiga fokus topik yang masing-masing akan dikerjakan oleh
orang yang berbeda. Adapun fokus topik tersebut meliputi pemanfaatan kembali
air hujan dengan membangun sebuah tampungan di dalam tanah, pengembalian
air ke dalam tanah dengan membangun resapan, dan peningkatan kualitas air
limbah domestik dengan dilakukan penyaringan.

3

Gambar 1 Rancangan besar penelitian tentang teknologi LID
Adapun fokus penelitian yang akan penulis lakukan adalah pengadaan
resapan yang menjadi bagian yang penting dalam terjadinya limpasan dari bak
penampung air hujan. Kualitas air hujan sebelum dan setelah diserapkan akan
dianalisis guna memberi pengetahuan tambahan tentang kualitas air resapan
menggunakan filter pada resapan.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian “Perancangan Teknologi Resapan Air Hujan di Lingkar
Kampus IPB, Darmaga” dilaksanakan pada Maret hingga Juli 2014. Pengambilan
dan analisis data dilakukan di sekitar kampus Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : Prototipe resapan
berupa PVC 4 inch sepanjang 2 meter, lem paralon, penggaris, keran air, dan
selang transparan. Permeabilitas tanah berupa Falling Head Permaemeter. Untuk
kualitas air berupa seperangkat alat laboratorium. Adapun alat pendukung lainnya
adalah kalkulator, meteran, stopwatch, kamera, alat tulis dan seperangkat
komputer yang dilengkapi dengan software Surfer, AutoCad, SkecthUp, dan
software pendukung seperti Microsoft Office, Microsoft Excel, dan lain – lain.
Untuk bahan yang diperlukan antara lain berupa sampel air hujan, kerikil,
ijuk, dan tanah. Bahan lain yang dibutuhkan adalah data primer dan data sekunder.
Data-data tersebut antara lain data debit limpasan, laju infiltrasi, koefisien
permeabilitas tanah, baku mutu kualitas air, dan sampel air resapan.
Pengumpulan Data
Pengumpulan terdiri dari studi literatur dan studi lapangan. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh data primer dan sekunder. Data primer merupakan

4

data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari lapangan,
sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi literatur.
Literatur yang menjadi acuan berasal dari buku teks, karya tulis dan jurnal ilmiah.
Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis data yang telah ada untuk menjawab
tujuan dari penelitian yang dilakukan.
Data primer yang dibutuhkan berupa data kualitas air hujan, laju infiltrasi,
koefisien permeabilitas tanah, dan kualitas air dari resapan. Untuk data sekunder
salah satunya adalah Data Curah Hujan Stasiun Klimatologi Bogor.
Pengolahan Data dan Analisis Data
Teknik Pengolahan data dilakukan secara beturut – turut adalah sebagai
berikut :
1. Menentukan nilai koefisien Permeabilitas Tanah. Kemudian disubtitusikan
pada model infiltrasi Philips (pers. 1) untuk dibandingkan dengan laju
infiltrasi terukur.
2. Menentukan laju infiltrasi dari resapan dengan menggunakan
miniatur/prototipe resapan.
3. Menguji kualitas air hujan sebelum melalui resapan di laboratorium.
4. Menganalisis kualitas air setelah melalui resapan di laboratorium.
5. Membandingkan kualitas air hujan sebelum dan setelah resapan.
Langkah awal yang dilakukan untuk perancangan resapan yaitu mengukur
laju infiltrasi dan permeabilitas tanah resapan. Pengambilan sampel tanah
dilakukan untuk memperoleh nilai permeabilitas tanah dengan menggunakan
metode Falling Head di laboratorium. Pengukuran laju infiltrasi dilakukan dengan
membuat miniatur/prototipe dari rancangan resapan. Kemudian dilanjutkan
dengan pengukuran kualitas air di laboratorium.
Pada awal infiltrasi, laju infiltrasi sangat tinggi, kemudian menurun hingga
akhirnya konstan pada laju minimum. Pada awal infiltrasi gaya yang bekerja
adalah gaya gravitasi dan gaya sedotan matrik tanah, semakin basah, gaya matrik
semakin berkurang, akhirnya mencapai nilai 0 (nol) pada saat tanah jenuh. Pada
kondisi demikian, gaya yang bekerja hanya gaya gravitasi. Dalam pengukuran laju
ini, digunakan model infitrasi Philips. Geonadi et al. (2012) menjelaskan bahwa
model infiltrasi Philips cukup sesuai digunakan untuk prediksi limpasan
permukaan. Secara empiris persamaan/model infiltrasi Philips dapat dituliskan
sebagai berikut.
.................................................................................(1)

Keterangan :
f(t)
= fungsi laju infiltrasi terhadap waktu (cm/s)
S
= Daya serap tanah
K
= Konduktivitas hidrolik/permeabilitas tanah
Kemudian nilai daya serap dapat dilihat pada tabel 1.

5

Tabel 1 Daya serap berbagai kondisi lahan.
Tata Guna Lahan (Land Use)
Daerah hutan/pekarangan lebat
Daerah taman kota
Jalan tanah
Jalan aspal, lantai beton
Daerah dengan bangunan terpencar
Daerah pemukiman agak padat
Daerah pemukiman padat

Daya Serap Tanah Terhadap
Air Hujan (%)
80-100
75-95
40-85
10-15
30-70
15-30
10-30

Sumber: Kusnaedi 2006

Permeabilitas tanah secara kuantitatif diartikan sebagai kecepatan
bergeraknya suatu cairan pada suatu media berpori dalam keadaan jenuh.
Koefisien permeabilitas tanah tergantung pada ukuran rata-rata pori yang
dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah.
Menurut Arsyad (2010) permeabilitas tanah dapat dikelompokan sebagai berikut :
P1 = lambat
: kurang dari 0.5 cm/jam
P2 = agak lambat : 0.5-2.0 cm/jam
P3 = sedang
: 2.0-6.25 cm/jam
P4 = agak cepat : 6.25-12.5 cm/jam
P5 = cepat
: lebih dari 12.5 cm/jam
Untuk menentukan tingkat penurunan kualitas parameter air atau persentasi
dari kualitas air hujan sebelum dan setelah melewati filter, yakni dengan
menggunakan rumus efisiensi sebagai berikut:
.......................................................................(2)
Keterangan :
= Efisiensi (%).
Inlet = Nilai kualitas dari parameter air sebelum melewati filter.
Outlet = Nilai kualitas dari parameter air setelah melewati filter.

6

Tahapan penelitian

Gambar 2 Tahapan penelitian

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Infiltrasi dan Permeabilitas Tanah
Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan
tanah secara vertikal. Sedangkan banyaknya air yang masuk melalui permukaan
tanah persatuan waktu dikenal dengan laju infiltrasi. Nilai laju infiltrasi sangat
tergantung pada kapasitas infiltrasi, yaitu kemampuan tanah untuk melewatkan air
dari permukaan tanah.
Pada saat tanah tidak jenuh, infiltrasi yang terjadi pada umumnya akibat
tarikan hisapan matriks dan gravitasi. Dengan masuknya air lebih dalam dan
makin dalamnya profil tanah basah, maka main lemah tarikan hisapan matriks.
Kondisi ini akan menyebabkan laju infiltrasi akan semakin berkurang sejalan
dengan bertambahnya waktu.

Gambar 3 Laju Infiltrasi sebagai fungsi waktu untuk tanah kering dan basah
(Sumber : Suripin 2004 ).

Laju infiltrasi diukur pada prototipe di dalam laboratorium. Berdasarkan
hasil pengukuran yang dilakukan, nilai rataan infiltrasi terukur adalah sebesar
0.026 cm/detik atau 2.6x10-4 m/detik. Nilai permeabilitas tanah atau konduktivitas
hidrolika adalah nilai yang menunjukkan kemudahan air secara bebas mengalir
melalui tanah. Penentuan nilai permeabilitas tanah dilakukan dengan menguji
langsung di laboratorium menggunakan metode tanan jenuh. Metode ini
menggunakan Falling Head permeameter sebagai alat uji untuk menentukan nilai
konduktivitas hidrolika tanah. Berdasarkan hasil pengujian, nilai permeabilitas
tanah adalah sebesar 3.5x10-6 cm/detik atau 3.5x10-8 m/detik atau 0.013 cm/ jam.
Laju infiltrasi terukur kemudian dibandingkan dengan laju infiltrasi
terhitung. Laju infiltrasi terhitung diperoleh dari perhitungan dengan
menggunakan persamaan (1). Adapun hasil dari laju infiltrasi terukur dan laju
infiltrasi yang diperoleh dari hasil perhitungan dapat dilihat pada gambar 4.

8

0.500
0.450
Laju Infiltrasi ( cm/detik )

0.400
0.350
0.300
0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
0

50

100

150

200

250

300

350

400

Waktu (detik)
Laju Infiltrasi Terukur

Model Infiltrasi Philips

Gambar 4 Perbandingan Laju Infiltrasi Terukur dan Model Infiltrasi Philips.
Berdasarkan gambar 4, diperlihatkan grafik antara laju infiltrasi terukur
dengan model infiltrasi philips mendekati sumbu X. Nilai error rata-rata antara laju
infiltrasi terukur dan permodelan Philips yang terjadi saat itu adalah sekitar 0.0005
cm/detik. Berdasarkan hasil tersebut, jika dibandingkan dengan kelompok
permeabilitas tanah menurut Arsyad (2010), maka tanah di wilayah perumahan
lingkar kampus IPB, Darmaga termasuk kedalam tanah dengan permeabilitas lambat.
Resapan
Hasil observasi lapangan menunjukan bahwa rumah di perumahan pada
area lingkar kampus rata-rata memiliki kavling yang tidak cukup luas. Halaman
yang dimiliki tiap rumah pun sangat sempit. Kondisi ini tidak dimungkinkan
dibangun sumur resapan individu pada setiap rumah di wilayah tersebut karena
tidak memenuhi persyaratan jarak yang ada pada SNI 03-2453-2002 tentang Tata
Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. Pada
ukuran dan ketinggian antara resapan yang dirancang sesuai dengan Standar
pembangunan Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan efisiensi dan tinggi muka air tanah area lingkar
kampus yang hanya berkisar 3-6 meter.
Resapan ini memiliki fungsi yang sama dengan sumur resapan pada
umumnya karena alas pada resapan menggunakan kerikil dan ijuk sebagai
peredam energi yang masuk ke resapan, serta sebagai penyaring air hujan.
Pembuatan resapan merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan
cadangan air tanah yang memiliki kualitas air yang lebih berfungsi untuk
mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan.

9

Gambar 5 Konstruksi Resapan

10

Pada Standar pembangunan Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan
Umum menetapkan data teknis sumur resapan air (Dalam Iriani 2013) sebagai
berikut:
1. Ukuran maksimum diameter 1.4 meter.
2. Ukuran pipa masuk diameter 110 mm.
3. Ukuran pipa pelimpah diameter 110 mm.
4. Ukuran kedalaman 1.5 sampai dengan 3 meter. dan lain - lain
Berdasarkan data teknik tersebut dan dengan pertimbangan efisiensi kavling
rumah yang tidak terlalu luas. Maka dirancanglah resapan berdiameter 0.5 m,
tinggi 2.2 m. Pada gambar 5, bagian resapan yang bertindak sebagai filtrasi air
berisi kerikil, ijuk dan tanah dan 0.2 m bertindak sebagai spasi atau jarak selang
saluran pelimpah dan saluran yang menghubungkan dengan bak tampungan air
hujan ke filtrasi resapan. Pembangunan resapan diperkirakan efektif dalam
mengurangi debit limpasan yang terjadi pada skala unit rumah. Sehingga mampu
mencegah terjadinya banjir di kawasan perumahan dan mampu menanggulangi
limpasan yang berasal dari rumah individu.
Kualitas Air
Pengukuran parameter fisik dan parameter kimia untuk menentukan kualitas
air yang sering dilakukan adalah berupa BOD, COD, Nitrit, Nitrat, TDS, TSS,,
kekeruhan, Daya Hantar Listrik (DHL), dan pH. Pada penelitian ini hanya COD,
Nitrit, Nitrat, Total Dissolved Solid (TDS), Total Suspended Solid (TSS),
kekeruhan, Daya Hantar Listrik (DHL), dan pH yang diukur.
Kekeruhan

Konsentrasi Kekeruhan ( NTU )

6
5
4
3
2
1
0

Sebelum
Percobaan ke-1

Tengah

Setelah

Percobaan ke-2

Gambar 6 Hasil uji coba kekeruhan (NTU)
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik bersifat
anorganik maupun yang bersifat organik (Soemirat, 1996). Zat organik, biasanya

11

berasal lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari
lapukan tanaman dan hewan. Untuk air yang memiliki tingkat kekeruhan yang
rendah dapat dihilangkan dengan proses penyaringan dengan menggunakan
saringan pasir. Nilai batas maksimum kekeruhan air untuk keperluan minum
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 adalah sebesar
5 NTU.
Berdasarkan gambar 6, nilai kekeruhan mengalami kenaikkan setelah
melewati kerikil dan ijuk. Hal ini disebabkan oleh partikel–partikel debu dan
pelukan pada kerikil-ijuk. Akan tetapi, nilai kekeruhan kembali menurun setelah
melewati tanah karena partikel tersebut dapat ditahan pada permukaan dan lapisan
tanah pada resapan.

DHL ( µSiemens/cm )

Daya Hantar Listrik (DHL)
150
140
130
120
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Sebelum
Percobaan ke-1

Tengah

Setelah

Percobaan ke-2

Gambar 7 Hasil pengukuran DHL (µSiemens/cm)
Daya hantar listrik menunjukkan kemampuan air untuk menghantar listrik
(Saeni 1989). Konduktivitas air tergantung dari konsentrasi ion dan suhu air,
sehingga kenaikan padatan terlarut mempengarhi kenaikan DHL. Air hujan
merupakan elektrolit lemah dan tidak dapat menghantarkan listrik dengan baik.
Elektrolit lemah merupakan elektrolit yang dalam larutannya sedikit
menghasilkan ion, sehingga daya hantar listriknya kurang baik.
Berdasarkan gambar 7 nilai rata-rata DHL air hujan sebelum diresapkan
adalah 134 µSiemens/cm. Setelah melalui resapan nilai DHL adalah 81
µSiemens/cm. Hal ini menunjukkan bahwa bahan resapan dapat mengurangi nilai
DHL pada air hujan. Tanah merupakan tempat perombakan aseli dan sekaligus
tempat pembentukan senyawa baru. Senyawa aseli berupa mineral yang berasal
dari litosfer dan berupa bahan organik yang berasal dari biosfer. Dengan air
hidrosfer dan udara dari atmosfer, senyawa tersebut dirombak menjadi senyawa
baru (Notohadiprawiro 2006). Hal inilah yang menyebabkan penurunan nilai
DHL setelah melalui resapan.Nilai DHL yang baik untuk dikonsumsi adalah
relatif sangat kecil atau tidak mengandung DHL sama sekali.

12

pH
7

Konsentrasi pH

6
5
4
3
2
1
0
Sebelum
Percobaan 1

Tengah

Setelah

Percobaan 2

Gambar 8 Hasil pengukuran pH
Nilai pH menunjukkan suatu keseimbangan antara asam dan basa dalam
air (Saeni, 1989). Keadaan netral pH bernilai pH = 7, tambahan asam akan
mengurangi nilai pH dan tambahan basa akan menambah nilai pH. Batas
minimum dan maksimum nilai pH untuk air yang digunakan sebagai air minum
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 adalah
sebesar 6.5 – 8.5.
Pada Gambar 8 terlihat kecenderungan nilai pH rata – rata sebelum
melalui resapan adalah 7.42 yang artinya air hujan bersifat basa. Sedangkan nilai
pH setelah melalui resapan adalah 6.8. Penurunan nilai pH pada gambar di atas
juga menunjukkan penurunan nilai pH setelah diresapkan. Tanah yang bersifat
asam merupakan salah satu faktor yang menyebabkan nilai pH tersebut.

Konsentrasi Nitrit ( mg/l )

Nitrit
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0

Sebelum
Percobaan ke-1

Tengah

Setelah

Percobaan ke-2

Gambar 9 Hasil pengukuran Konsentrasi Nitrit (mg/l)
Nitrit merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat ( nitrifikasi )
dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi) akibat terjadi mikroba dalam

13

menguraikan sampah yang mengandung nitrogen pada kondisi anaerob.
Berdasarkan gambar 9, nilai konsentrasi nitrit menunjukkan adanya pengurangan
hingga 38.62%. Berbeda dengan nitrat, nitrit memiliki sifat relatif tidak stabil
sehingga konsentrasi nitrit pada tanah tidak terakumulasi dengan air resapan.

Konsentrasi Nitrat ( mg/l )

Nitrat
1.8
1.6
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0

Sebelum
Percobaan ke-1

Tengah

Setelah

Percobaan ke-2

Gambar 10 Hasil pengukuran Konsentrasi Nitrat (mg/l)
Nitrat merupakan bentuk nitrogen yang berperan sebagai nutrient utama
bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air
dan memiliki sifat yang relatif stabil. Berdasarkan gambar 10, nilai konsentrasi
nitrat bertambah hingga 0.94 mg/l. Hal ini disebabkan nitrat sangat mudah larut
dalam air, sehingga konsentrasi nitrat yang ada pada tanah terakumulasi dalam air
ketika diresapkan.

Konsentrasi TDS ( ppm )

Total Dissolved Solid (TDS)
75
70
65
60
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Sebelum
Percobaan Ke-1

Tengah

Setelah

Percobaan ke-2

Gambar 11 Hasil uji TDS (mg/l)
Total Dissolved Solid atau kandungan unsur mineral dalam air adalah
bahan-bahan terlarut yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain.

14

Menurut DEPKES RI melalui PERMENKES: 492/Menkes/Per/IV/2010, standar
TDS maksimum adalah 500 mg/liter. Berdasarkan gambar 11, nilai konsentrasi
TDS berkurang hingga 39.55%. Hal ini disebabkan berkurangnya unsur mineral
setelah melawati resapan.
Total Suspended Solid (TSS)

Gambar 12 Hasil uji TSS (mg/l)
TSS adalah bahan-bahan tersuspensi yang terdiri dari lumpur dan pasir
halus serta jasad-jasad renik yang merupakan bahan-bahan anorganik atau dapat
pula berupa bahan-bahan organik yang melayang-layang dalam air, yang terutama
disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa kebadan air (Effendi
2003). Berdasarkan gambar 12 di atas, menunjukkan bahwa isi resapan berhasil
mengurangi Total Suspended Solid (TSS) hingga 99.88% dari nilai TSS awal
sebesar 5783 mg/l.
Chemical Oxygen Demand (COD)
Konsentrasi COD ( mg/l )

3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0

Sebelum

Tengah

Setelah

Nilai Konsentrasi COD

Gambar 13 Hasil pengukuran konsentrasi COD (mg/l)
Chemical Oxygen Demand (COD) diuji untuk mengetahui kadar toksik yang
terdapat pada air sehingga dapat dilakukan remediasi atau pemulihan kualitas air.

15

COD dapat mengoksidasi bahan – bahan organik yang tidak terpengaruh oleh
reaksi biologi dan mikroorganisme. Semakin besar nilai konsentrasi COD maka
air tersebut memliki kualitas yang buruk. Pada gambar 13, menunjukkan adanya
penurunan konsentrasi COD setelah melalui resapan. Berdasarkan analisis,
konsentrasi COD berkurang hingga 80%.
Tabel 2 Rekapitulasi pengukuran kualitas air.
Parameter
pH
DHL
Kekeruhan
Nitrat
Nitrit
TDS
TSS
COD

Hasil Pengukuran Kualitas
Baku Mutu
PerMenKes RI No.
Air Hujan
Sebelum Tengah Setelah
492/2010
pH meter
6.5 - 8.5
7.42
7.14
6.88
μSiemens/cm Konduktimeter
20 - 150
134.50 102.50
81.00
NTU
Turbidimeter
5
4.23
5.23
4.51
mg/l
Spektrofotometri
50
0.60
1.14
1.54
mg/l
Spektrofotometri
3
0.73
0.47
0.45
mg/l
TDS meter
500
67
51
41
mg/l
Gravimetri
400
5783
469
7
PPRI No. 82/2001
Kelas I = 6, kelas II = 4,
mg/l
Volumetrik
2.63
1.32
0.53
kelas III = 3, kelas IV =
0. ( Batas minimum air)
Satuan

Alat / Metode
Pengukuran

Sumber : Analisis 2014

Pada tabel 2, diperlihatkan hasil pengukuran kualitas air. Berdasarkan tabel
2, beberapa parameter air sebelum diresapkan tidak lulus baku mutu. Hal ini juga
terjadi pada sebagian parameter yang melewati parameter ketika melalui resapan
lapisan kerikil dan ijuk. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadi sebuah masalah
karena setiap parameter yang telah melewati resapan yang berisi tanah membuat
setiap parameter lulus baku mutu. Dengan demikian, resapan ini berhasil dalam
mengurangi konsentrasi atau nilai parameter yang tidak lulus baku mutu menjadi
lebih baik dan lulus baku mutu.

Efisiensi Kinerja Resapan
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk
rancangan teknologi resapan air hujan ini, telah efektif dalam mengurangi
limpasan yang terjadi setelah bak tampungan air hujan. Adapun nilai dari
limpasan atau voleme air yang tidak dapat ditampung oleh bak tampungan air
untuk perharinya yakni sebesar 0.48 m3/hari (Analisi Data PAH 2014). Nilai
tersebut merupakan analisis data yang dilakukan pada Perancangan Teknologi
PAH Skala Unit Rumah Di Kawasan Lingkar Kampus IPB, Darmaga. Sedangkan
debit pada rancangan resapan adalah sebesar 4.36 m3/hari yang mampu masuk dan
mengalir ke dalam resapan. Hal ini menunjukkan bahwa resapan mampu
mengurangi limpasan yang terjadi ketika bak tampungan air hujan tidak mampu
lagi menampung air hujan. Rincian debit aliran air dapat dilihat pada tabel 3.

16

Tabel 3 Hasil Perhitungan Debit.
Debit
Q limpasan
Q prototipe
Q desain

m3/detik
0.0000056
0.0000021
0.0000504

Satuan
m3/jam
0.020
0.007
0.182

m3/hari
0.48
0.18
4.36

Sumber : Perhitungan Limpasan Bak Tampungan Air Hujan dan Analisis 2014

Pada proses filtrasi air hujan pada rancangan resapan , banyak zat pencemar
dalam air yang harus dikurangi untuk memperoleh kualitas air yang lebih baik
sebelum diresapkan ke dalam tanah. Agar kualitas air tanah menjadi lebih baik
dari air hujan sebelum melewati filter. Untuk mengetahui kinerja dari filter
resapan yang dirancang, maka dilakukan perhitungan efisiensi filtrasi untuk tiaptiap parameter air dengan menggunakan persamaan 2. Adapun hasil perhitungan
efisiensi filtrasi resapan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Efisiensi filtrasi terhadap kualitas air.
No.
1
2
3
4
5
6
7
8

Parameter
Kekeruhan
pH
DHL
Nitrit
Nitrat
COD
TDS
TSS

Satuan
NTU
µSiemens/cm
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

Efisiensi Kinerja Filtrasi ( % )
Sebelum Tengah Sebelum Tengah
Setelah
Setelah
-23.67
13.68
-6.75
3.709
3.711
7.28
23.79
20.98
39.78
34.55
6.21
38.62
-88.51
-35.62
-155.66
50
60
80
23.88
20.59
39.55
91.89
98.51
99.88

Sumber : Analisis 2014

Pada tabel 4 di atas, menunjukkan hasil pengujian kualitas air sebelum dan
setelah melewati resapan. Tabel 4 juga menunjukkan persentasi kinerja resapan
terhadap air yang melalui resapan. Beberapa parameter memiliki kualitas yang
lebih baik setelah melalui resapan. Akan tetapi, beberapa nilai persentasi kinerja
resapan bertanda negative yang disebabkan adanya pertambahan konsentrasi atau
nilai setelah melalui resapan. Sedangkan untuk nilai persentasi kinerja resapan
yang nilainya positive, menunjukkan bahwa ada pengurangan nilai atau
konsentrasi setelah melalui resapan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
resapan berhasil dalam mengubah nilai atau konsentrasi parameter pada air hujan
menjadi lebih baik setelah melewati filter pada resapan .

17

Simpulan dan Saran
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, rancangan resapan berdiameter 0.5 m, tinggi 2
m dan berisi kerikil, ijuk dan tanah. Pembangunan resapan skala unit rumah ini
efektif dalam mengurangi debit limpasan yang terjadi pada skala unit rumah.
Sehingga mampu mencegah terjadinya banjir di kawasan perumahan dan mampu
menanggulangi limpasan yang berasal dari rumah indinvidu.
Debit (Q) pada rancangan resapan adalah sebesar 4.36 m3/hari yang
mampu masuk ke dalam resapan. Hal ini menunjukkan bahwa resapan mampu
mengurangi limpasan yang terjadi ketika bak tampungan air hujan tidak mampu
lagi menampung air hujan. Filter pada resapan pun berhasil dalam mengurangi
konsentrasi atau nilai parameter yang tidak lulus baku mutu menjadi lebih baik
dan lulus baku mutu.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, dan lebih luas lagi. Sehingga dapat
diketahui informasi yang lebih mendetail dari resapan seperti sifat fisik tanah,
tekstur tanah, dan volume andil banjir. Lebih fokus pada penerapan dan
perancangan harus lebih spesifik. Agar teknologi resapan ini dapat mencegah
banjir lebih efektif dan kualitas air yang melewati filter resapan menjadi lebih
baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Revisi. Bogor (ID): IPB Press.
[BSN] Badan Standar Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia Nomor 032453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan Untuk
Lahan Pekarangan. Jakarta (ID): BSN.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan perairan. Yogyakarta(ID) : Kanisius.
Fakhrudin, M. 2010. Kajian sumur resapan sebagai pengendali banjir dan
kekeringan di Jabodetabek. LIMNOTEK 17(1):8-16.
Geonadi S, Mawardi M, Ritawati S. 2012. Kesesuaian model infiltrasi Philips
untuk prediksi limpasan permukaan menggunakan metode bilangan kurva.
AGRITECH 32(3):331
Iriani, Kurnia, dkk. April 2013. Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan Untuk
Konservasi Air Tanah Di Daerah Pemukiman. Jurnal Inersia Vol. 5 No 1.
Kusnaedi. 1996. Sumur Resapan untuk Pemukiman Perkotaan dan Pedesaan.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya
Kusnaedi. 2006. Sumur Resapan untuk Pemukiman Perkotaan dan Pedesaan.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Mulyana, Rachmat.1998. Penentuan Tipe Konstruksi Sumur Resapan Berdasarkan

18
Sifar – Sifat Fisik Tanah dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kawasan
Puncak[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mulyani, Rima. 2013. Efektivitas Pembangunan Sumur Resapan Dalam
Pengendalian Limpasan Di DAS Pesanggaran [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2006. Tanah dan Lingkungan. Repro : Universitas
Gajah Mada.
Peraturan Menteri. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
PPRI. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.
Ridhoatmaji, Dinda. 2013. Analisis Bangunan H idrolika Dengan Konsep Zero
Runoff Di perumahan Taman Sari Persada, Bogor [skripsi]. Bogor (ID):Institut
Pertanian Bogor.
Saeni, M.S. 1989. Kimia Lingkungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendididkan Tinggi Pusat Antar Universitas Hayat. IPB,
Bogor.

19

LAMPIRAN

20
Lampiran 1 Hasil Perhitungan Permeabilitas Tanah
PERMEABILITAS TANAH
Diameter Atas
Diameter Ring
Tinggi Ring

a
A
l
h1
h2
Garis tabung

RING

Jarak ( cm )

A42

1
2
3
4
5
6
7
7

RING

Jarak ( cm )

E13

1
2
3
4
5
6
7
7.5

RING

Jarak ( cm )

A6

1
1.7

0.76
4.99
5.11
17
7
10

cm
cm2
cm
cm
cm
cm

Detik
789
2127
3324
4778
6847
9573
13185
14400

WAKTU
Menit
13.150
35.450
55.400
79.633
114.117
159.550
219.750
240.000

Detik
2825
3950
4965
6075
7757
9329
11549
14400

WAKTU
Menit
47.083
65.833
82.750
101.250
129.283
155.483
192.483
240.000

Detik
4767
14400

WAKTU
Menit
79.45
240

Hasil Akhir

luas
Luas

Jam
0.219
0.591
0.923
1.327
1.902
2.659
3.663
4.000

Jam
0.785
1.097
1.379
1.688
2.155
2.591
3.208
4.000

0.453416
19.5465785

cm/Detik
0.00000910
0.00000697
0.00000692
0.00000665
0.00000602
0.00000538
0.00000477
0.00000436

kT
cm/Menit
0.00055
0.00042
0.00041
0.00040
0.00036
0.00032
0.00029
0.00026

cm/Jam
0.033
0.025
0.025
0.024
0.022
0.019
0.017
0.016

cm/Detik
0.00000254
0.00000375
0.00000463
0.00000523
0.00000532
0.00000552
0.00000544
0.00000478

kT
cm/Menit
0.00015
0.00023
0.00028
0.00031
0.00032
0.00033
0.00033
0.00029

cm/Jam
0.009
0.014
0.017
0.019
0.019
0.020
0.020
0.017

kT
Jam
cm/Detik
cm/Menit
cm/Jam
1.324166667 1.50579E-06 9.03471E-05 0.005420827
4
8.66312E-07 5.19787E-05 0.003118725

cm/Detik
0.0000035

kT
cm/Menit
0.00020832

cm/Jam
0.0125

21

Lampiran 2 Prototipe Resapan.

22
Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian.

23

Lampiran 4 Rekapitulasi Kualitas Air.
500.0

*Sebelum : TDS = 5783 mg/l

450.0

400.0

Nilai atau angka konsentrasi)

350.0

300.0

250.0

200.0

150.0

100.0

50.0

0.0

Sebelum

Tengah

Setelah

pH

DHL ( microsiemens/cm)

Kekeruhan (NTU)

Nitrat ( mg/l)

Nitrit (mg/l)

TDS (mg/l)

TSS (mg/l)

COD (mg/l)

24

Lampiran 5 Gambar Teknik.

25

RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara. Lahir di PomalaA pada tanggal 19 Februari
1991 dari pasangan Hi. Abdul Karim dan Hj. Nur Alam.
Penulis memulai pendidikan tingkat menengah di SMP
Negeri 1 Buli-Maba, Halmahera Timur pada tahun 2003
dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Maba,
Halmahera Timur, Maluku Utara dan lulus pada tahun
2009. Pada tahun yang sama, penulis mendapatkan
beasiswa dari PT. Antam Tbk sehingga dapat mengikuti
Program Pra-Universitas Beasiswa Utasan Daerah
(PPU-BUD) di Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2010, secara resmi menjadi
mahasiswa Institut Pertanian Bogor di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan,
Fakultas Teknologi Pertanian dan lulu pada tahun 2014.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif terlibat dalam berbagai
organisasi kemahasiswaann seperti UKM Karate IPB, Himpunan Keprofesian,
Badan Pengawas Himpunan Keprofesian, dan Organisasi Mahasiswa Daerah.
Penulis juga aktif diberbagai kepanitiaan kegiatan mahasiswa seperti Sponsorship
IPB Karate CUP III, Dana Usaha Civil Expo 2011, dan Ketua Dana Usaha pada
IPB Civil and Enviromental Festival 2012. Selain itu, pada tahun 2013 penulis
melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di perusahaan air baku Cilegon,
Banten yaitu di PT Krakatau Tirta Industri.