Penggunaan Tepung Daun Jati (Tectona grandiss. Linn. f.) dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Puyuh Coturnix coturnix japonica.

PENGGUNAAN TEPUNG DAUN JATI (Tectona grandiss
Linn. f.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS
TELUR PUYUH Coturnix coturnix japonica

NELY NURUL FA’IZAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Tepung
Daun Jati (Tectona grandiss. Linn. f.) Dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur
Puyuh Coturnix coturnix japonica adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Nely Nurul Fa’izah
NIM D24100084

ABSTRAK
NELY NURUL FA‟IZAH. Penggunaan Tepung Daun Jati (Tectona grandiss
Linn. f.) dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Puyuh Coturnix coturnix
japonica. Dibimbing oleh YULI RETNANI dan ASEP TATA PERMANA.
Telur puyuh merupakan produk peternakan yang menjadi salah satu
alternatif akan pemenuhan kebutuhan protein hewani. Oleh karena itu perlu
dilakukan peningkatan terhadap produksi dan kualitasnya. Penelitian ini bertujuan
mengevaluasi taraf penggunaan tepung daun jati dalam ransum terhadap kualitas
telur puyuh. Penelitian ini menggunakan 180 ekor puyuh betina berumur 40 hari,
dan semua puyuh dibagi ke dalam 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan tersebut
terdiri atas : R0 (ransum kontrol), R1 (kontrol + 3% tepung daun jati) R2 (kontrol
+ 6% tepung daun jati, dan R3 (kontrol + 9% tepung daun jati). Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Parameter yang diukur
adalah kualitas telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot telur, bobot putih
telur, bobot kuning telur, bobot kerabang telur, dan haugh unit nyata (P0.05), but shell thickness, and yolk color were not

significant. Utilization of Tectona grandis Linn. f. leaves meal up to 6% can
increased the quality of quails egg.
Keywords : egg quail, egg quality, Tectona grandiss Linn. f. leaves meal.

PENGGUNAAN TEPUNG DAUN JATI (Tectona grandiss
Linn. f.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS
TELUR PUYUH Coturnix coturnix japonica

NELY NURUL FA’IZAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi : Penggunaan Tepung Daun Jati (Tectona grandiss. Linn. f.) dalam
Ransum Terhadap Kualitas Telur Puyuh Coturnix coturnix
japonica.
Nama
: Nely Nurul Fa‟izah
NIM
: D24100084

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc
Pembimbing I

Ir Asep Tata Permana, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Penggunaan Tepung
Daun Jati (Tectona grandiss. Linn. f.) dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur
Puyuh Coturnix coturnix japonica berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penulisan skripsi ini berdasar pada keinginan penulis untuk menggali
potensi hasil ikutan pohon jati yaitu daun jati (Tectona grandiss. Linn. f.) sebagai
salah satu alternatif imbuhan pakan ternak yang dijadikan ke dalam bentuk
tepung. Hal tersebut dilakukan karena penulis melihat pemanfaatan daun jati
belum terlalu optimal. Penulis menyusun skripsi ini berdasarkan hasil penelitian

yang dilaksanakan sejak bulan Juni hingga September 2013.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skipsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik, saran, dan masukan yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan
dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Nely Nurul Fa’izah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Bahan
Alat
Waktu dan Lokasi Penelitian

Prosedur Penelitian
Pembuatan Tepung Daun Jati
Persiapan Kandang
Pemeliharaan
Pengambilan Telur
Analisis Data
Perlakuan
Rancangan Percobaan
Peubah yang Diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Telur
Bobot Putih Telur
Bobot Kuning Telur
Kerabang Telur
Warna Kuning Telur
Haugh Unit
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMA KASIH

xii
xii
xii
1
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4

5
5
6
7
8
9
10
11
12
12
12
12
14
18
18

DAFTAR TABEL
1 Hasil analisis proksimat dan beta karoten tepung daun jati
2 Hasil analisis kandungan nutrien ransum penelitian
3 Hasil isolasi warna dan jenis pigmen daun jati

4 Rataan kualitas telur puyuh umur 6-12 minggu

2
2
3
6

DAFTAR GAMBAR
1 Kurva rataan bobot telur
2 Kurva rataan bobot putih telur
3 Kurva rataan bobot kuning telur
4 Kurva rataan bobot kerabang telur
5 Grafik skor warna kuning telur

7
8
9
10
11


DAFTAR LAMPIRAN
1 Pengolahan data konsumsi puyuh
2 ANOVA bobot telur
3 Uji jarak berganda Duncan bobot telur
4 Uji Polinomial Ortogonal bobot telur
5 ANOVA bobot putih telur
6 Uji jarak berganda Duncan bobot putih telur
7 Uji Polinomial Ortogonal bobot putih telur
8 ANOVA bobot kuning telur
9 Uji jarak berganda Duncan bobot kuning telur
10 Uji Polinomial Ortogonal bobot kuning telur
11 ANOVA bobot kerabang telur
12 Uji jarak berganda Duncan bobot kerabang telur
13 Uji Polinomial Ortogonal bobot kerabang telur
14 ANOVA tebal kerabang telur
15 ANOVA warna kuning telur
16 ANOVA haugh unit
17 Uji jarak berganda Duncan haugh unit
18 Uji Polinomial Ortogonal haugh unit


14
14
14
14
14
15
15
15
15
15
16
16
16
16
16
17
17
17

PENDAHULUAN
Pangan yang bernilai gizi tinggi menjadi tuntutan kebutuhan masyarakat
saat ini. Salah satunya adalah kebutuhan pangan sumber protein hewani. Data
Survei Sosial Ekonomi Nasional menunjukkan, bahwa rata-rata konsumsi protein
hewani asal daging, telur dan susu masyarakat Indonesia pada tahun 2012 masingmasing 2.92 dan 2.94 g kapita-1 hari-1. Saliem et al. (2001) mengatakan bahwa
masyarakat lebih banyak mengonsumsi telur dibandingkan konsumsi hasil produk
ternak besar lainnnya. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya rata-rata
konsumsi protein hewani asal telur dan susu menjadi 3.08 g kapita -1 hari-1 pada
tahun 2013 (BPS 2013). Diantara ketiga jenis pangan hewani tersebut yang paling
terjangkau harganya adalah telur, selain itu telur juga mudah didapatkan, memiliki
kandungan gizi dan asam amino yang lengkap dan sempurna.
Telur puyuh dapat menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi
kebutuhan pangan sumber protein hewani. Menurut Tunsaringkarn (2013), telur
puyuh merupakan sumber nutrisi yang baik untuk kesehatan manusia.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan (2012) populasi puyuh di
Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga pada tahun 2012
tercatat sebanyak 7 840 880 ekor. Ternak puyuh merupakan ternak unggas
penghasil telur yang cukup potensial. Kemampuan seekor burung puyuh dalam
menghasilkan telur adalah 250-300 butir ekor-1 tahun-1. Spesies yang umum
digunakan adalah Coturnix coturnix japonica karena produktivitasnya cukup baik.
Produk peternakan puyuh yang menghasilkan telur diharapkan mampu
memberikan kontribusi yang besar terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Oleh
karena itu perlu dilakukan peningkatan produksi dan kualitas terhadap produk
tersebut.
Kualitas menjadi salah satu prioritas utama konsumen dalam memilih
produk hasil peternakan. Keberlangsungan sektor peternakan tidak terlepas dari
ketersediaan pakan yang merupakan kebutuhan dasar setiap ternak. Kelengkapan
nutrisi dalam pakan berpengaruh terhadap produksi dan kualitas telur. Pakan yang
baik adalah pakan yang mampu memenuhi kebutuhan nutrisi ternak, dalam
aplikasinya banyak penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan dengan
memanfaatkan hasil ikutan pertanian yaitu dengan menambahkan tepung daun
singkong sebanyak 10% mampu meningkatkan skor warna kuning telur hingga 10
(Siregar 2008), penggunaan tepung daun mengkudu sebanyak 6% ke dalam
ransumnya mampu meningkatkan skor warna hingga 7 (Nastiti 2013) dan
penelitian Subekti et al. (2008) dengan penggunaan tepung daun katuk 9%
meningkatkan skor kuning telur hingga 7. Pemanfaatan hasil ikutan pertanian
seperti tepung daun di atas sudah umum digunakan, oleh karena itu penelitian ini
mencoba memanfaatkan hasil ikutan tanaman kehutanan berupa daun jati untuk
meningkatkan kualitas telur puyuh.
Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India yang dikenal
dengan sebutan jati genjah yang mempunyai nama ilmiah Tectona grandiss Linn.
f. Beberapa pengusaha bibit jati menamakan jati genjah dalam nama dagang jati
super, jati unggul, dan jati emas (Sumarna 2003). Daun jati merupakan tanaman
yang memiliki kandungan pigmen alami yang terdiri atas beta karoten,
pheophiptin, pelargonidin 3-glukosida, pelargonidin 3,7-diglukosida, klorofil, dan

2
antosianin (Ati et al. 2006). Selain itu daun jati juga mengandung senyawa aktif
flavonoid, saponin, tanin, fenolik, alkaloid, triterpenoid, glikosida (Afiyah 2013)
antrakuinon, dan tetrakuinon (Purushotham et al. 2010).
Penggunaan daun jati telah banyak dimanfaatkan untuk ternak ruminansia
sebagai pengganti hijauan, sedangkan pemanfaatan dalam campuran ransum
unggas masih terbatas. Adanya pigmen karotenoid pada daun jati diharapkan
mampu meningkatkan kualitas kuning telur. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengevaluasi taraf penggunaan tepung daun jati dalam ransum terhadap
kualitas telur puyuh.

METODE PENELITIAN
Bahan

Ransum
Ransum yang digunakan merupakan ransum komersial burung puyuh
periode layer ditambah dengan tepung daun jati. Daun jati yang berasal dari kebun
jati Sukabumi dijemur sampai kering kemudian digiling menjadi tepung. Hasil
Analisis proksimat tepung daun jati diperlihatkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil analisis proksimat dan β-karoten tepung daun jati
Analisis proksimat*
β-karoten**
BK Abu
PK
SK
LK
BetaCa
P
EB
(ppm)
(%) (%)
(%)
(%)
(%) N (%) (%) (%) (kkal
kg-1)
89.90 8.11 11.01 22.01 3.80 44.97 1.38 0.25 2910
22.96
* Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2013);
** Laboratorium Pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
(2013); BK: bahan kering, PK: protein kasar, SK: serat kasar, LK: lemak kasar, EB: energi bruto.

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari PT Sinta
Prima feed mill. Kandungan nutrien ransum penelitian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil analisis kandungan nutrien ransum penelitian
Nutrien
Bahan kering (%)
Abu (%)
Protein kasar (%)
Serat kasar (%)
Lemak kasar (%)
Ca (%)
P (%)
Energi bruto (kkal kg-1)

P0*
89.39
12.47
21.42
4.36
5.14
5.46
0.93
3739

P1**
89.41
12.34
21.11
4.89
5.10
5.34
0.91
3714

P2**
89.42
12.21
20.80
5.42
5.06
5.21
0.89
3689

P3**
89.44
12.08
20.48
5.95
5.02
5.09
0.87
3664

* Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2013);
** Hasil perhitungan; P0: ransum kontrol, P1: ransum kontrol + tepung daun jati 3%, P2: ransum
kontrol + tepung daun jati 6%, P3: ransum kontrol + tepung daun jati 9%.

3
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah puyuh betina yang
berumur 40 hari dan berjumlah sebanyak 180 ekor. Puyuh tersebut diperoleh dari
peternakan Slamet Quail Farm.
Alat
Kandang yang digunakan adalah kandang koloni sebanyak 12 petak yang
terbuat dari kawat. Masing-masing petak dilengkapi dengan tempat pakan dan
tempat air minum. Peralatan lain yang digunakan diantaranya timbangan digital,
thermometer, dan egg tray. Alat yang digunakan untuk analisa kualitas telur
terdiri atas: meja kaca, cawan petri, tripod micrometer, timbangan digital, roche
yolk colour fan, alkohol, dan gunting.
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Juni sampai
September 2013. Pemeliharaan puyuh di lakukan di Peternakan Slamet Quail
Farm Sukabumi, Analisis kualitas telur dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak
Unggas, Analisis pakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan-Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Prosedur Penelitian
Pembuatan Tepung Daun Jati
Daun jati yang berada pada tangkai ke tiga sampai lima dari bawah
diambil dari tanaman jati yang berumur ± 7 tahun. Pembuatan tepung daun jati
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: daun jati yang sudah diambil dari
tanaman jati dipisahkan antara daun dengan batang daun. Daun yang sudah
terpisah lalu diiris dengan ukuran panjang ± 5 cm menggunakan pisau, kemudian
dijemur di bawah sinar matahari. Daun jati yang sudah kering dihancurkan dan
digiling sampai halus menggunakan mesin giling (hammer mill), sehingga
dihasilkan tepung daun jati yang halus dan bersih. Hasil isolasi warna pada tabel
3. menunjukkan nilai Rf tertinggi adalah warna oranye yang diduga merupakan
pigmen karotenoid. Sehingga pada penelitian ini hanya pigmen beta karoten yang
dianalisis secara kuantitatif dengan nilai 22.96 ppm.
Tabel 3 Hasil isolasi warna dan jenis pigmen daun jati
Warna
Nilai Rf
Jenis pigmen
Oranye
0.94-0.97
Beta karoten
Abu-abu
0.76-0.79
Pheophiptin
Merah darah
0.71-0.74
Pelargonidin 3-glukosida
Merah tua
0.63-0.66
Pelargonidin 3,7-diglukosida
Coklat
0.13-0.23
Klorofil
Merah hati
0.10-0.12
Antosianin
Merah coklat
0.06-0.09
Antosianin
Sumber: Ati et al. (2006)

4
Persiapan Kandang
Sebelum puyuh dimasukkan ke dalam kandang dilakukan pembersihan
kandang terlebih dahulu dari kotoran. Peralatan kandang dicuci dengan
desinfektan kemudian dilakukan fumigasi kandang.
Pemeliharaan
Puyuh yang berumur 40 hari dimasukkan dalam kandang, setiap kandang
terdapat 15 ekor puyuh yang diambil secara acak. Ransum dan air minum
diberikan Ad libitum setiap pagi dan sore. Pemberian air minum pada puyuh yang
baru dimasukkan dalam kandang ditambah dengan Vitachick®. Selama penelitian
berlangsung dilakukan pencatatan suhu dalam kandang. Penimbangan sisa ransum
dilakukan setiap minggu sekali dan penimbangan bobot badan ternak dilakukan
dua kali yaitu pada minggu pertama dan minggu terakhir pemeliharaan.
Pengambilan Telur
Telur diambil sebanyak 4 butir dari setiap ulangan kemudian dilakukan
analisis kualitas telur setiap 2 minggu sekali. Analisis kualitas telur dilakukan
sejak puyuh mulai bertelur hingga puyuh berumur 12 minggu.
Analisis Data
Perlakuan
Perlakuan yang diberikan adalah :
P0 = Ransum komersial 100% + tepung daun jati 0 % dari pakan (kontrol)
P1 = Ransum komersial 97% + tepung daun jati 3 % dari pakan
P2 = Ransum komersial 94% + tepung daun jati 6 % dari pakan
P3 = Ransum komersial 91% + tepung daun jati 9 % dari pakan
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Setiap unit percobaan terdiri
atas 15 ekor puyuh. Data dianalisis menggunakan program SPSS untuk analisis
sidik ragam (ANOVA). Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata diuji lanjut
dengan uji Duncan dan uji Polinomial Orthogonal (Steel dan Torrie 1993).
Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yij = μ + τi + εij
Keterangan :
Yij
= Perlakuan pengolahan ke-i dan ulangan ke-j
Μ
= Rataan umum
τi
= Pengaruh perlakuan ke-i
εij
= Eror (galat) perlakuan ke-i ulangan ke-j
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah kualitas telur yakni
meliputi bobot telur, bobot putih telur, bobot kuning telur, bobot kerabang telur,
tebal kerabang telur, warna kuning telur, dan haugh unit.

5
Bobot telur (g butir-1). Bobot telur diperoleh dengan cara menimbang
setiap butir telur yang sudah dikelompokkan berdasarkan setiap perlakuan dari
masing-masing ulangan.
Bobot putih telur (Kul dan Seker 2004). Bobot putih telur (g) diperoleh
dari selisih antara bobot telur dengan penjumlahan bobot kuning (g) dan bobot
kerabang (g). Persentase bobot putih telur dihitung menggunakan rumus:
o o p ih l
o o p ih l =
o o l
Bobot kuning telur (Kul dan Seker 2004). Bobot kuning telur (g)
diperoleh dengan cara menimbang kuning telur yang telah dipisahkan dari putih
telur. Persentase bobot kuning telur dihitung menggunakan rumus:
o o k nin l
o o k nin l =
o o l
Bobot kerabang telur (Kul dan Seker 2004). Bobot kerabang telur (g)
diperoleh dengan cara menimbang kerabang telur setelah dipisahkan dari isi telur.
Persentase bobot kerabang telur dihitung menggunakan rumus:
o o k a an l
o o k a an l =
o o l
Tebal kerabang telur (Kul dan Seker 2004). Tebal kerabang telur
diperoleh dengan cara mengukur tebal kerabang menggunakan micrometer dan
dilakukan pengukuran pada bagian ujung tumpul, tengah, dan ujung lancip telur
kemudian di rata-ratakan.
Warna kuning telur (Wiradimadja 2007). Skor warna kuning telur
diamati dengan cara membandingkan warna kuning telur dengan roche yolk
colour fan pada skala 1-15.
Haugh Unit (HU) (Tri Yuwanta 2007). Haugh unit digunakan untuk
menentukan kesagaran putih telur berdasarkan hubungan logaritma tinggi putih
telur (mm) dengan berat telur (g). Tinggi putih telur diukur menggunakan tripod
micrometer, dihitung menggunakan rumus:
HU = 100 log (H + 7,57 – 1,7W0,37)
Keterangan :
W = bobot telur (g)
H = tinggi putih telur (mm)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas merupakan prioritas utama seorang konsumen dalam memlilih
produk pangan. Penilaian baik atau tidaknya ransum yang diberikan pada ternak
terlihat dari produk yang dihasilkan yakni telur puyuh. Kualitas telur adalah
sesuatu yang dinilai dan diamati pada telur secara baik secara eksterior maupun
interior sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan konsumen. Analisis kualitas
telur sangat penting dilakukan untuk menentukan kecukupan zat makanan yang
dikonsumsi oleh ternak. Hasil analisis kualitas telur pada penelitian ini
ditampilkan pada Tabel 4.

6
Tabel 4 Rataan kualitas telur puyuh umur 6-12 minggu
Perlakuan

Peubah
Bobot telur (g)

P0
10.38 ± 0.26a

P1
11.10 ± 0.27b

P2
11.29 ± 0.27b

P3
10.91 ± 0.12b

Bobot putih telur
(g)
(%)

5.71 ± 0.18a
55.01 ± 0.54

6.20 ± 0.14b
55.86 ± 0.05

6.14 ± 0.21b
54.39 ± 1.00

5.91 ± 0.10ab
54.17 ± 1.07

Bobot kuning telur
(g)
(%)

3.40 ± 0.09a
32.75 ± 0.42

3.53 ± 0.15a
31.81 ± 1.10

3.76 ± 0.03b
33.34 ± 0.57

3.52 ± 0.10a
32.26 ± 0.37

Bobot kerabang telur
(g)
(%)

1.26 ± 0.01a
12.14 ± 0.26

1.37 ± 0.06b
12.34 ± 0.34

1.39 ± 0.03b
12.31 ± 0.02

1.39 ± 0.04b
12.74 ± 0.17

0.16 ± 0.00

0.16 ± 0.01

0.16 ± 0.00

0.17 ± 0.00

Tebal kerabang telur (mm)

Warna kuning telur
6.94 ± 0.38
7.60 ± 0.44
7.83 ± 0.16
7.52 ± 0.32
Haugh unit
94.42 ± 0.25ab 93.58 ± 0.91a 95.33 ± 0.59b 94.29 ± 0.49ab
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh nyata tiap perlakuan dengan
(P