Pengaruh Organisasi Pembelajar Dan Inovasi Terhadap Peningkatan Kinerja Ukm Sektor Pertanian Di Kota Bogor.

PENGARUH ORGANISASI PEMBELAJAR DAN INOVASI
TERHADAP PENINGKATAN KINERJA UKM SEKTOR
PERTANIAN DI KOTA BOGOR

MANUEL LEONARD SIRAIT

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Organisasi
Pembelajar dan Inovasi terhadap Peningkatan Kinerja UKM Sektor Pertanian di
Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015

Manuel Leonard Sirait
NRP H251124061

RINGKASAN
MANUEL LEONARD SIRAIT. Pengaruh Organisasi Pembelajar dan Inovasi
Terhadap Peningkatan Kinerja UKM Sektor Pertanian di Kota Bogor. Dibimbing
oleh ANGGRAINI SUKMAWATI dan I MADE SUMERTAJAYA.
Pentingnya peran SDM untuk keberlanjutan bisnis seringkali tidak disadari
oleh UKM. Kurangnya pengetahuan dan penguasaan akan teknologi yang sedang
berkembang dapat menghambat UKM dalam memperbaiki kualitas produk dan
kinerja mereka. UKM dalam menghadapi MEA pada akhir tahun 2015 akan
memberikan ancaman tersendiri karena masuknya pesaing dari luar negeri.
Masuknya pesaing dari luar negeri akan mempengaruhi daya tahan UKM sektor
pertanian di Kota Bogor karena persaingan yang semakin ketat sehingga UKM
perlu untuk memperbaiki kualitas SDM agar dapat bersaing dan meningkatkan
kinerja UKM.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis pengaruh organisasi

pembelajar terhadap inovasi yang dihasilkan oleh UKM sektor pertanian Kota
Bogor, (2) Menganalisis pengaruh organisasi pembelajar terhadap kinerja UKM
sektor pertanian di Kota Bogor, dan (3) Menganalisis pengaruh inovasi terhadap
kinerja UKM sektor pertanian di Kota Bogor. Penelitian dilakukan pada UKM di
Kota Bogor pada Januari 2015 hingga Maret 2015.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam dan wawancara
terstruktur dengan menggunakan kuesioner sedangkan data sekunder diperoleh
dari studi pustaka dan data yang terkait dengan UKM di Kota Bogor. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik multi stage sampling
yaitu gabungan dari teknik stratified sampling dan proportional sampling.
Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 46 sampel UKM dari tiga jenis usaha
UKM, yaitu UKM kerajinan, UKM makanan dan minuman, dan UKM aneka
industri dan 149 sampel responden yang terdiri atas pemilik dan karyawan UKM.
Metode pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif, dan analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan pendekatan
Partial Least Square (PLS).
Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa organisasi pembelajar
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap inovasi dimana proses
pembelajaran dalam UKM akan meningkatkan kemampuan dan kreativitas pelaku

UKM dalam menciptakan proses produksi dan produk yang inovatif. Organisasi
pembelajar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja UKM dimana
UKM yang melakukan proses pembelajaran secara berkelanjutan dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelaku UKM sehingga dapat
berpengaruh terhadap kinerja UKM. Inovasi memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja UKM dimana UKM yang berinovasi akan
menciptakan proses produksi dan produk yang inovatif sehingga dapat
meningkatkan kinerja UKM sektor pertanian di Kota Bogor.
Kata kunci: organisasi pembelajar, inovasi, SEM, UKM

SUMMARY
MANUEL LEONARD SIRAIT. The Influence of Learning Organization and
Innovation towards Performance Improvement of SMEs Agricultural Sector in
Bogor. Supervised by ANGGRAINI SUKMAWATI and I MADE
SUMERTAJAYA.
The importance of the role of human resources for business sustainability
often not realized by SMEs. Lack of knowledge and mastery of developing
technology could hinder SMEs in improving their product quality and
performance. SMEs in the face of MEA at the end of 2015 would gave a threat
because of the entry of foreign competitors. The entry of foreign competitors will

affect the durability of the agricultural sector SMEs in Bogor because competition
increasingly tight so that SMEs need to improve the quality of human resources in
order to compete and improve the performance of SMEs.
The goal of this research are: (1) To analyze the effect of learning
organization toward innovation produced by SMEs agricultural sector in Bogor,
(2) To analyze the effect of learning organization toward performance of SMEs
agricultural sector in Bogor, (3) To analyze the effect of innovation toward
performance of SMEs agricultural sector in Bogor. This research was conducted
in Bogor SMEs started from January until March 2015. The type of data used in
this research that is primary and secondary data. Primary data gained by both
personal interview and structural interview by using questionnaire while
secondary data gained from index study and parallel data related with Bogor
SMEs. The sampling technique conducted by using multi stage sampling
technique namely the combination of stratified sampling technique and
proportional sampling. The amount of samples on this research is 46 samples
SMEs from three types of industry SMEs, namely crafting SMEs, food and
beverage SMEs, and various industry SMEs and 149 respondent samples that
consist of owner and employees. The processing and analyzing method on this
research used descriptive analyzing, and Structural Equation Modelling (SEM)
analyzing with the approach of Partial Least Square (PLS).

The result of SEM analyzing showed that learning organization gives
significant effect towards innovation where the learning process in SMEs will
increase the ability and creativity of SMEs actor in creating production processes
and innovative products. Learning organization gives significant effect towards
performance of SMEs where SMEs would perform the process of learning
sustainably can increase the knowledge and skills of SMEs actor so that it can
affect on the performance of SMEs. Innovation gives significant effect towards
performance of SMEs where SMEs would innovate will create production process
and innovative products so it can increase the performance of SMEs agriculutral
sector in Bogor.
Keyword: learning organization, innovation, SEM, SMEs

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGARUH ORGANISASI PEMBELAJAR DAN INOVASI
TERHADAP PENINGKATAN KINERJA UKM SEKTOR
PERTANIAN DI KOTA BOGOR

MANUEL LEONARD SIRAIT

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Drs. Sukiswo Dirdjosuparto


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
anugerah, kasih, dan pertolonganNya sehingga penelitian yang berjudul Pengaruh
Organisasi Pembelajar dan Inovasi terhadap Peningkatan Kinerja UKM Sektor
Pertanian di Kota Bogor berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Anggraini Sukmawati,
MM dan Bapak Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si selaku komisi pembimbing atas
segala arahan, saran, dan bimbingannya yang membantu penulis dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Dinas Koperasi dan UKM (KUKM) Kota Bogor, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Bogor, dan kepada setiap UKM di Kota Bogor yang bersedia
menjadi responden atas segala bantuannya selama penulis melaksanakan
penelitian. Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada keluarga terkasih, Ayah Bachtiar Sirait, Ibu Rosdiana Manurung, S.Pd,
Kak Kristin Eva Elisabeth Sirait, S.TP dan Kak Bertua Handayani Sirait, S.Pi atas
seluruh doa, dukungan, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis selama
menjalani pendidikan di IPB. Terima kasih juga kepada teman-teman
Pascasarjana Ilmu Manajemen IPB Angkatan 2012 Genap dan pihak sekretariat
Ilmu Manajemen atas segala kebersamaan dan bantuannya selama ini,

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2015

Manuel Leonard Sirait

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
4
5
5
5

2 TINJAUAN PUSTAKA
Organisasi Pembelajar
Inovasi
Kinerja Organisasi
Organisasi Pembelajar, Inovasi, dan Kinerja Organisasi
Usaha Kecil Menengah
Penelitian Terdahulu


6
6
9
9
11
12
13

3 METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengambilan Sampel
Metode Pengolahan dan Analisis Data

15
15
17
17

17
20

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif
Analisis Pengaruh Organisasi Pembelajar dan Inovasi Terhadap
Peningkatan Kinerja UKM Sektor Pertanian di Kota Bogor
Implikasi Manajerial

24
24

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

41
41
41

DAFTAR PUSTAKA

42

LAMPIRAN

47

RIWAYAT HIDUP

62

34
39

DAFTAR TABEL
1 Perkembangan UKM Indonesia periode 2008-2012
2 PDRB dan LPE Kota Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009-2013
3 Kriteria UKM menurut UU No. 20 tahun 2008
4 Penelitian terdahulu
5 Populasi IKM Kota Bogor berdasarkan jenis usaha
6 Jumlah target sampel UKM sektor pertanian Kota Bogor
7 Target dan realisasi jumlah sampel UKM
8 Nilai rentang skala
9 Karakteristik responden
10 Karakteristik usaha
11 Karakteristik organisasi pembelajar pada tiga kluster UKM berdasarkan
nilai rata-rata setiap indikator
12 Karakteristik inovasi pada tiga kluster UKM berdasarkan nilai rata-rata
setiap indikator
13 Karakteristik kinerja UKM pada tiga kluster UKM berdasarkan nilai
rata-rata setiap indikator
14 Nilai koefisien determinasi (R2)
15 Nilai koefisien jalur (path coefficients) antar peubah laten
16 Implikasi manajerial

1
2
12
13
17
18
19
21
24
26
28
31
32
36
37
39

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram Ishikawa UKM Sektor Pertanian di Kota Bogor
2 Kerangka Pemikiran
3 Model Penelitian SEM PLS
4 Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan Jenis Usaha
5 Omzet UKM per Tahun Berdasarkan Jenis Usaha
6 Outer Model Peubah Laten Organisasi Pembelajar Berdasarkan Nilai
t-hitung
7 Outer Model Peubah Laten Inovasi Berdasarkan Nilai t-hitung
8 Outer Model Peubah Laten Kinerja UKM Berdasarkan Nilai t-hitung
9 Inner Model Berdasarkan Nilai Koefisien Determinasi

4
16
23
26
27
35
35
36
37

DAFTAR LAMPIRAN
1 Definisi Operasional dari Setiap Peubah Laten
2 Kuesioner Penelitian
3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
4 Model Outer dan Model Inner Keseluruhan Berdasarkan Nilai t-hitung
5 Hasil Outer Weights (MEAN, STDEV, T-values) Setiap Peubah Laten

48
52
59
60
61

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015
diarahkan pada pembentukan sebuah integrasi ekonomi kawasan dengan
mengurangi biaya transaksi perdagangan, memperbaiki fasilitas perdagangan dan
bisnis, serta meningkatkan daya saing sektor UMKM (Depkop 2014). Dengan
adanya MEA, memberikan peluang dan tantangan bagi perusahaan atau pelaku
usaha di Indonesia dalam hal ini adalah Usaha Kecil Menengah (UKM) di era
globalisasi saat ini. Peluang bagi UKM Indonesia dengan adanya MEA adalah
adanya kesempatan bagi UKM untuk dapat memasuki pasar baru sehingga UKM
dapat memperluas pangsa pasar mereka juga meningkatkan penjualan UKM
sedangkan tantangan bagi UKM Indonesia yaitu memperbaiki kualitas produk
mereka supaya dapat bersaing di pasar dalam negeri dan luar negeri dalam hal ini
negara ASEAN. Persaingan yang terjadi akan semakin ketat di pasar dalam
negeri sebagai akibat masuknya produk-produk dari negara-negara ASEAN yang
memiliki kualitas yang lebih baik serta persaingan dengan produk lokal di
Indonesia.
Hubeis (2011) menjelaskan bahwa UKM memiliki peran penting dalam
sistem perekonomian nasional, yaitu dapat mempercepat pemerataan pertumbuhan
ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja,
peningkatan pendapatan masyarakat, serta ikut berperan dalam meningkatkan
perolehan devisa, dan memperkokoh struktur ekonomi nasional. UKM sendiri
memberikan sumbangan terhadap PDB Indonesia sebesar 9.90 persen dan
menyerap tenaga kerja sebanyak 107 657 509 orang pada tahun 2012. Pada Tabel
1 ditampilkan Perkembangan UKM Indonesia periode 2008 sampai 2012.
Tabel 1 Perkembangan UKM Indonesia periode 2008-2012
No.
Indikator
1
Jumlah UMKM
(Unit)
2
Jumlah Tenaga
Kerja UMKM
(Orang)
3
Sumbangan
PDB UMKM
(harga konstan
dalam
Rp.
Miliar)
4
Pertumbuhan
sumbangan
PDB UMKM
(Persen)

2008
51 409
612
94 024
278

2009
52 764
603
96 211
332

2010
53 823
732
99 401
775

2011
55 206
444
101 722
458

2012
56 534
592
107 657
509

1 165
753.20

1 212
599.30

1 282
571.80

1 369 326

1 504
928.20

6.04

4.02

5.77

6.76

9.90

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (2012)
Permasalahan yang dihadapi oleh UKM harus dapat diatasi agar dapat
bersaing baik dengan pelaku usaha lokal maupun dari anggota ASEAN sebagai
akibat dari adanya MEA. Permasalahan UKM yang menyebabkan rendahnya

2

kinerja UKM dipengaruhi oleh banyaknya rintangan UKM dalam melakukan
transaksi, terutama akses keuangan, teknologi, dan keterampilan serta kesenjangan
informasi dan berbagai kesulitan dengan kualitas produk dan pemasaran (Aldaba
2012). Salah satu permasalahan dasar dan serius yang dihadapi oleh UKM adalah
keterbatasan sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki (Hubeis 2011).
Sumberdaya manusia yang dimiliki oleh UKM seringkali kurang memiliki
pengetahuan mengenai produksi, manajerial, pengawasan mutu, teknologi, serta
informasi mengenai perkembangan pengetahuan dan teknologi yang sedang
berkembang saat ini yang tentu saja akan sangat berpengaruh bagi proses dan
hasil produksi UKM. Permasalahan pada UKM di Kota Bogor juga mengalami
permasalahan yang sama dengan permasalahan UKM pada umumnya tetapi
memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Kota Bogor. Pertumbuhan
ekonomi di Kota Bogor dipengaruhi oleh adanya peran penting dari UKM dalam
memberikan kontribusi untuk pendapatan daerah.
Perkembangan ekonomi di Kota Bogor mengalami perkembangan yang
cukup signifikan dari tahun ke tahun dimana salah satu indikator utama
perkembangan ekonomi suatu daerah dilihat dari Laju Pertumbuhan Ekonomi
(LPE) yang menunjukkan pertumbuhan atau perkembangan produk yang
dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di daerah tersebut pada kurun waktu
tertentu (BPS 2012).
Laju Pertumbuhan Ekonomi sendiri dilihat dari
pertumbuhan nilai Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor (PDRB).
Pertumbuhan nilai PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Konstan 2000 pada tahun
2013 adalah Rp5 710 336.54 dimana mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar
5.86 persen dibandingkan pada tahun 2012. Penggunaan PDRB Atas Harga
Konstan lebih menggambarkan perkembangan ekonomi Kota Bogor yang ditinjau
dari peningkatan output produksi yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di
Kota Bogor (BPS Kota Bogor 2013). Berikut ini adalah jumlah PDRB dan LPE
Kota Bogor Atas Dasar Harga Konstan tahun 2009 sampai tahun 2013 yang
ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2 PDRB dan LPE Kota Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 20092013
Tahun
PDRB Atas Dasar
Laju Pertumbuhan
Harga Konstan (Rp)
Ekonomi (%)
2009
4.508.705,07
2010
4.785.434,36
6.14
2011
5.081.482,69
6.19
2012
5.394.303,88
6.16
2013 *
5.710.336,54
5.86
*) Angka Sementara
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2013)

Menghadapi MEA tentu akan mempengaruhi UKM di Kota Bogor
terutama UKM sektor pertanian dan memberikan ancaman tersendiri karena
masuknya pesaing dari luar negeri yang akan mempengaruhi daya tahan UKM
terhadap persaingan yang semakin ketat. Selain itu, dalam memperbaiki kualitas
SDM pada UKM dan memberikan kontribusi untuk peningkatan ekonomi Kota
Bogor penting bagi UKM sektor pertanian di Kota Bogor untuk menjadi
organisasi pembelajar dimana baik pelaku usaha dan karyawan terus melakukan

3

pembelajaran yang berkesinambungan untuk meningkatkan kemampuan dan
wawasan mereka akan pengetahuan dan teknologi yang terbaru. Organisasi
pembelajar merupakan sebuah organisasi yang selalu dapat memperbaiki kinerja
secara berkesinambungan dengan kemampuan yang mereka miliki (Tjakraatmadja
dan Lantu 2006). Ortenblad (2001) menjelaskan bahwa organisasi pembelajar
merupakan bentuk dari suatu organisasi yang melakukan proses belajar dengan
berbagai cara dan merupakan proses perubahan yang berkelanjutan, adaptasi, dan
pembelajaran dalam organisasi. Purnama dan Budiharjo (2008) menjelaskan
bahwa dengan menciptakan organisasi pembelajar dapat membuat karyawan,
kelompok, maupun organisasi secara konstan mengembangkan kapasitasnya
untuk mencapai hasil yang optimal atau kinerja. Proses pembelajaran dalam
organisasi harus terkait dengan inovasi dimana sebuah organisasi yang baik dalam
melakukan pengembangan pengetahuan maka akan baik juga menghasilkan
proses dan produk yang inovatif.
Pembelajaran dalam suatu organisasi mencerminkan bahwa organisasi
mempelajari yang harus mereka pelajari sehingga organisasi tersebut memiliki
kinerja yang lebih dari pesaingnya (Ellitan dan Anatan 2009). UKM merupakan
suatu organisasi bisnis dan penting untuk menjadi organisasi pembelajar. Hal
tersebut penting dikarenakan dunia bisnis semakin bergerak ke arah internasional
dan memasuki era globalisasi dimana organisasi harus tetap bersaing dan relevan
dengan persaingan yang ada (Som et al. 2012). Inovasi terkait dengan SDM
dikarenakan SDM dalam UKM merupakan pelaku atau aktor yang menciptakan
inovasi tersebut dan dalam menciptakan inovasi dibutuhkan SDM yang memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang baik. Penelitian dari Purcarea et al. (2013)
terdapat delapan tipe yang menjadi penghambat inovasi dalam UKM, yaitu
persepsi terhadap resiko, biaya yang tinggi, keterbatasan dana, kurangnya potensi
inovasi, keterbatasan karyawan yang berkualitas, keterbatasan informasi, sikap
pemilik dan karyawan terhadap perubahan dan peraturan, serta standar dan
regulasi. UKM yang berinovasi akan mempengaruhi kinerja UKM dikarenakan
inovasi dapat meningkatkan market share, peningkatan efisiensi produksi dan
pertumbuhan produksi serta dapat meningkatan penerimaan UKM (Shefer &
Frenkel 2005 yang disitasi Salim dan Sulaiman 2011).
Inovasi memberikan pengaruh dan hubungan yang positif terhadap kinerja
organisasi (Salim dan Sulaiman 2011; Wang, et al. 2010; Siswanto 2014).
Inovasi yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan keperluan pelangggan
akan menjadi pembeda dengan para pesaing dan meningkatkan kinerja keuangan
UKM (Bigliardi 2013). Adanya inovasi maka UKM dapat menghasilkan suatu
produk maupun proses yang baru baik itu penambahan fitur yang berbeda dari
produk dan proses yang sudah ada sebelumnya maupun produk dan proses yang
benar-benar baru sehingga dapat meningkatkan daya saing dan ciri khas dari
UKM tersebut dan diharapkan UKM terutama UKM di Kota Bogor siap
menghadapi MEA dan bersaing dengan kompetitor yang lain serta meningkatkan
kinerja UKM. Berdasarkan uraian di atas, maka dianggap penting untuk
melakukan penelitian mengenai pengaruh dari organisasi pembelajar dan inovasi
terhadap kinerja UKM sektor pertanian di Kota Bogor.

4

Perumusan Masalah
Pentingnya peran SDM untuk keberlanjutan bisnis seringkali tidak disadari
oleh UKM. Kurangnya pengetahuan dan penguasaan akan teknologi yang sedang
berkembang saat ini dapat menghambat UKM untuk dapat memperbaiki kualitas
produk mereka. Permasalahan yang dihadapi oleh UKM sektor pertanian di Kota
Bogor tersebut dapat mengakibatkan rendahnya kinerja UKM. Berdasarkan
wawancara mendalam kepada pemilik UKM, permasalahan yang dihadapi UKM
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sumberdaya manusia (SDM),
material, pemasaran, pengukuran, dan pemerintah seperti pada yang ditunjukkan
pada diagram Ishikawa yang dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1 Diagram Ishikawa UKM Sektor Pertanian di Kota Bogor
Permasalahan SDM merupakan faktor utama, yaitu kompetensi SDM yang
cukup rendah pada UKM di Kota Bogor menunjukkan bahwa keterampilan dan
pengetahuan SDM pada UKM Kota Bogor masih belum baik sehingga UKM
Kota Bogor kurang memiliki karyawan yang ahli. Kurangnya update akses
informasi dan penguasaan akan teknologi, penyerapan pengetahuan terbaru oleh
SDM dalam UKM akan berpengaruh terhadap penciptaan inovasi di dalam UKM.
Kekurangan tenaga kerja yang disebabkan banyaknya karyawan yang keluar dari
UKM karena beberapa faktor, seperti masalah keluarga, gaji yang diterima, dan
sebagainya. Selain itu, sulitnya mencari tenaga kerja untuk bekerja dalam UKM
mengakibatkan kurangnya karyawan yang dimiliki UKM.
UKM sektor pertanian di Kota Bogor dalam menghadapi MEA dan
bersaing dengan pesaing lokal maka UKM sektor pertanian di Kota Bogor harus
dapat memperbaiki kualitas SDM agar dapat meningkatkan kinerja UKM. UKM
harus dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi juga kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini. UKM harus terus melakukan proses
pembelajaran dalam organisasi dikarenakan perubahan yang terus menerus terjadi
dalam lingkungan bisnis menghasilkan kebutuhan dengan kecepatan akuisi
pengetahuan, distribusi, interpretasi, dan menanamkan hal tersebut ke dalam

5

sistem organisasi untuk memungkinkan penggunaan yang lebih baik dari
peningkatan tersebut (Sampe 2012). Selain itu, UKM juga harus inovatif tidak
hanya pada produk tetapi juga pada proses produksi mereka sehingga dapat
meningkatkan kinerja UKM itu sendiri. Budaya inovasi harus diciptakan dalam
UKM dengan cara mendorong perilaku individu dalam menciptakan produk
inovatif yang lebih unggul dari pesaing mereka (Ellitan dan Anatan 2009).
Berdasarkan hal tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana pengaruh dari organisasi pembelajar terhadap inovasi UKM
sektor pertanian di Kota Bogor?
2. Apakah organisasi pembelajar berpengaruh terhadap kinerja UKM sektor
pertanian Kota di Bogor?
3. Apakah inovasi berpengaruh terhadap kinerja UKM sektor pertanian di Kota
Bogor?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh organisasi pembelajar terhadap inovasi yang
dihasilkan oleh UKM sektor pertanian di Kota Bogor.
2. Menganalisis pengaruh organisasi pembelajar terhadap kinerja UKM sektor
pertanian di Kota Bogor.
3. Menganalisis pengaruh inovasi terhadap kinerja UKM sektor pertanian di
Kota Bogor.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mencapai dua sudut pandang manfaat
penelitian, yaitu:
1. Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat membantu UKM dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi terkait dengan konsep organisasi
pembelajar dan inovasi sehingga dapat meningkatkan kinerja UKM sektor
pertanian Kota Bogor.
2. Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
maupun penggunaan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan organisasi
pembelajar, inovasi, dan kinerja UKM.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian mengenai pengaruh dari organisasi pembelajar
dan inovasi terhadap kinerja UKM sektor pertanian di Kota Bogor. Kelompok
UKM yang menjadi lingkup penelitian ini yaitu UKM sektor pertanian dan
memiliki ancaman yang cukup dengan adanya MEA, antara lain kelompok
makanan dan minuman, kerajinan, dan aneka industri.

6

2 TINJAUAN PUSTAKA
Organisasi Pembelajar
Garvin (1993) yang disitasi Tjakaraatmadja dan Lantu (2006) menjelaskan
bahwa organisasi pembelajar memiliki kemampuan untuk menciptakan dan
membangun pengetahuan organisasi melalui proses transformasi pengetahuan dari
kompetensi individual menjadi pengetahuan organisasi atau proses berbagi
pengetahuan. Harper dan Glew (2008) menjelaskan organisasi pembelajar
merupakan suatu perusahaan yang berkomitmen untuk meningkatkan kinerja
perusahaan dengan menemukan hal-hal baru untuk dilakukan dan jalan atau cara
yang baru untuk melakukan hal-hal tersebut. Transfer pengetahuan dalam
organisasi pembelajar harus berada diantara individu dalam organisasi dimana
individu dalam organisasi terhubung dengan organisasi melalui visi bersama dan
dengan perspektif yang utuh (Ortenblad 2001). Selain itu, Ortenblad (2001) juga
menjelaskan bahwa organisasi pembelajar merupakan individu-individu yang
belajar dimana pengetahuan tersimpan di dalam dan di luar individu.
Sifat dasar dari organisasi pembelajar pada faktanya adalah untuk
mempromosikan inovasi dan pengembangan yang berkelanjutan di dalam
organisasi melalui pembelajaran organisasi (Wen 2014). Senge (1990) yang
disitasi Tjakaraatmadja dan Lantu (2006) menjelaskan bahwa organisasi
pembelajar membutuhkan lima disiplin belajar, antara lain:
1. Personal Mastery
Disiplin dalam penguasaan pribadi yang merupakan kegiatan belajar untuk
meningkatkan kapasitas pribadi, menciptakan hasil yang paling diinginkan,
dan menciptakan suatu lingkungan organisasi yang mendorong semua
anggotanya untuk mengembangkan diri ke arah sasaran dan tujuan organisasi.
2. Shared Visions
Disiplin shared visions membuat organisasi dapat membangun rasa komitmen
bersama dengan menetapkan gambaran-gambaran tentang masa depan yang
diciptakan bersama dan penetapan prinsip-prinsip jangka panjang sebagai
arahan tindakan anggota organisasi.
3. Mental Models
Menjelaskan bagaimana seseorang berpikir sehingga dapat menjelaskan
mengapa dan bagaimana seseorang atau organisasi menetapkan suatu
keputusan atau melakukan tindakan.
4. Team Learning
Keahlian dari para anggota organisasi untuk melakukan proses berpikir
kolektif dan sinergi, serta mampu melakukan proses dialog dan berbagi
pengetahuan.
5. System Thinking
Menggambarkan kemampuan untuk melihat organisasi sebagai satu-kesatuan
diri dari seluruh komponen yang membentuk atau mempengaruhinya
sehingga para anggota organisasi mampu melihat gambaran yang lebih besar
dari organisasi sebagai kesatuan yang dinamis.

7

Purnama dan Budiharjo (2008) menjelaskan bahwa dengan adanya
organisasi pembelajar maka perusahaan akan mendorong karyawan mereka untuk
terus-menerus melakukan pembelajaran dan senantiasa melakukan perubahan
terus-menerus di dalam perusahaan. Ellitan dan Anatan (2009) menjelaskan
bahwa organisasi pembelajar merupakan kemampuan organisasi dalam
menciptakan, memperoleh, dan menstransfer pengetahuan, serta memodifikasi
perilaku untuk merefleksikan pengetahuan dan pandangan baru. Huang dan Shih
(2011) menjelaskan terdapat empat model dalam menerapkan pembelajaran dalam
organisasi yaitu:
1. Intuisi
Pembelajaran dalam tingkat individual termasuk pada pembelajaran intuisi
yang mana merupakan bagian dari pengalaman individu, tacit knowledge, dan
keahlian.
2. Interpretasi
Sumber interpretasi berasal dari komunikasi, berbicara, dan tindakan dimana
setiap individu menjelaskan mengenai ide orang lain, tindakan, dan lain-lain.
3. Integrasi
Perkembangan dari “komunikasi praktek” didukung oleh adanya ide dari
integrasi.
4. Institusi
Penempatan dari semangat organisasi belajar ke dalam sistem kelembagaan,
struktur, dan strategi.
Watkins dan Marsick (2003) yang disitasi Chajnacki (2007) menjelaskan
model dari organisasi pembelajar yang terdiri dari tujuh Dimensions of Learning
Organization Questionnare (DLQQ) sebagai berikut:
1. Create Continous Learning Opportunities
Mengembangkan pembelajaran yang berkesinambungan melalui perencanaan
yang lebih efektif untuk pembelajaran informal, bagaimana caranya belajar,
dan just-in-time learning.
2. Promote Inquiry and Dialogue
Dialog yang efektif dapat membuka pikiran dan komunikasi dan sekaligus
mempertanyakan pertanyaan yang melibatkan berbagai asumsi.
3. Encourage Collaboration and Team Learning
Melalui kelompok, orang akan belajar bagaimana bekerja secara kolaborasi,
memperluas kapasitas organisasi untuk menerima tindakan terpadu terhadap
tujuan umum
4. Establish Systems to Capture and Share Learning
Membangun kapasitas organisasi atau menerapkan suatu sistem untuk
pemikiran baru yang kemudian tertanam dan berbagi dengan orang lain.
5. Empower People Toward a Collective Vision
Setiap individu dalam organisasi mempunyai ide dari seperti apa gambaran
atau visi itu terlihat, mengetahui bagaimana untuk menyelesaikan sesuatu,
memiliki anggaran untuk melakukan suatu tindakan, dan memiliki
pengetahuan bagaimana saling mempengaruhi satu sama lain. Proses
organisasi untuk membangun dan mensosialisasikan visi bersama dan
mendapatkan umpan balik dari anggotanya (Anggraeni 2006).

8

6.

7.

Connect the Organization to its Community and Environment
Terhubung dengan lingkungan internal menjadi lebih responsif terhadap
anggota organisasi dan kebutuhan kehidupan kerja mereka. Anggraeni
(2006) menjelaskan bahwa organisasi harus memperlihatkan pemikiran global
dan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menghubungkan organisasi
dengan lingkungan eksternal dan internalnya.
Provide Strategic Leadership for Learning
Model kepemimpinan, menjadi pemenang dalam mengiplementasikan ide dan
perilaku yang baru, dan mendukung pembelajaran dimana kepemimpinan
menggunakan strategi pembelajaran untuk hasil bisnis.
Bagian ini
memperlihatkan sejauh mana pemimpin berpikir secara strategis dalam
memanfaatkan pembelajaran dalam menciptakan perubahan dan membawa
organisasi kepada tujuan atau pasar baru (Anggraeni 2006).

Watkins dan Marsick merupakan model yang terintegrasi karena
organisasi pembelajar menggabungkan tingkat individu dan kelompok belajar ke
dalam misi dan hasil kinerja organisasi. Ortenblad (2002) menjelaskan bahwa
teori dari Watkins dan Marsick satu-satunya yang memenuhi atau mencakup
keempat perspektif dari type of understanding of the “learning organization”.
Keempat perspektif itu adalah:
1. Old Organization Learning
Merupakan penyimpanan pengetahuan dalam ingatan organisasi.
2. Learning at work
Merupakan organisasi dimana karyawan belajar saat bekerja.
3. Learning Climate
Organisasi memfasilitasi karyawan untuk belajar.
4. Learning Structure
Merupakan suatu organisasi yang fleksibel.
Anggraeni (2006) menjelaskan bahwa teori organisasi pembelajar dari
Watkins dan Marsick memiliki beberapa karakteristik khusus, antara lain:
1. Memiliki definisi dari konsep organisasi pembelajar yang sangat jelas dan
menyeluruh dari perspektif budaya organisasional dan menyediakan skala
pengukuran yang memadai.
2. Setiap dimensi pada organisasi pembelajar dari Watkins dan Marsick
dimasukkan pada semua level organisasi. Seperti yang dijelaskan Redding
(1997) yang disitasi Anggraeni (2006) yang melakukan review dari beberapa
alat pengukuran organisasi pembelajar dan menyarankan penggunaan
kerangka kerja dari teori Watkins dan Marsick yang mencakup seluruh level
organisasi (individu, tim, dan sistem).
3. Terintegrasi dengan kerangka berpikir teoritis dengan merinci hubungan
diantara dimensi utama organisasi pembelajar dengan kerangka berpikir.
Kerangka berpikir seperti ini tidak hanya menyediakan petunjuk bermanfaat
untuk pengembangan instrumen dan validasi namun juga memberikan saran
untuk studi organisasional lebih lanjut.
4. Perspektif dalam model organisasi pembelajar Watkins dan Marsick
menghasilkan perspektif budaya yang konsisten dalam konsep dan
menyarankan beberapa langkah yang dapat diambil untuk membangun
organisasi pembelajar.

9

Inovasi
Inovasi menurut Ellitan dan Anatan (2009) mengacu pada pembaharuan
suatu produk, proses, dan jasa baru. Inovasi merupakan suatu proses dalam
menghasilkan produk, jasa, proses bisnis, cara baru, kebijakan, dan lain-lain yang
merupakan suatu hal baru sebagai hasil dari pemikiran dan pengimplementasian
pemikiran tersebut (Ancok 2012). Inovasi sendiri terdiri dari konsep novelty,
komersialisasi dan implementasi (Popadiuk dan Choo 2006). Inovasi terdiri dari
empat tipe berdasarkan penelitian dari Varis dan Littunen (2010), yaitu produk,
proses, pasar, dan organisasi. Inovasi didorong oleh kemampuan untuk melihat
koneksi, melihat peluang, dan mendapatkan keunggulan dari hal tersebut (Tidd et
al. 2005). Terdapat empat kategori inovasi dalam Tidd et al. (2005) yaitu:
1. Inovasi produk
Merupakan perubahan dalam berbagai hal (produk/jasa) yang ditawarkan oleh
organisasi.
2. Inovasi proses
Merupakan perubahan dalam cara dimana produk/jasa tersebut diciptakan dan
mengirimkan produk/jasa tersebut (distribusi).
3. Inovasi posisi
Merupakan perubahan dalam konteks dimana produk/jasa diperkenalkan
kepada konsumen.
4. Inovasi paradigma
Merupakan perubahan yang mendasari model mental yang ada didalam
kerangka organisasi.
Menurut Afuah (1998) yang disitasi Popadiuk dan Choo (2006), inovasi
sebagai suatu pengetahuan baru yang tergabung dalam produk, proses, dan jasa
dan mengklasifikasikan inovasi ke dalam tiga bagian yaitu:
1. Inovasi teknologi merupakan pengetahuan dari komponen, hubungan antara
komponen, metode, proses, dan teknik yang menjadi produk atau jasa.
Inovasi teknologi terdiri dari inovasi produk, proses, atau jasa. Inovasi produk
atau jasa harus merupakan produk atau jasa terbaru yang bertujuan untuk
memuaskan kebutuhan pasar tertentu sedangkan inovasi proses terkait dengan
pengenalan akan elemen baru dalam operasi organisasi seperti bahan input,
spesifikasi tugas pekerjaan dan mekanisasi aliran informasi.
2. Inovasi pasar merupakan pengetahuan baru yang terkandung dalam saluran
distribusi, produk, aplikasi, serta harapan pelanggan, preferensi, kebutuhan,
dan keinginan. Inovasi pasar terdiri dari 4 bauran pemasaran yaitu produk,
harga, tempat, dan promosi.
3. Inovasi administrasi atau manajemen terkait dengan strategi, struktur, sistem,
atau orang dalam organisasi.

Kinerja Organisasi
Kinerja organisasi menurut Salim dan Sulaiman (2011) terdiri dari 2 aspek
yaitu kinerja keuangan dan kinerja pasar. Kinerja keuangan merujuk kepada
peningkatan kinerja organisasi dalam profitabilitas relatif, return of investment
(ROI), dan total pertumbuhan penjualan. Kinerja pemasaran merujuk pada

10

peningkatan kinerja organisasi dalam pangsa pasar, rasio keuntungan, dan
kepuasan konsumen. Power dan Waddel (2004) dalam penelitiannya
menggunakan empat pengukuran untuk kinerja yaitu: knowledge performance,
customer satisfaction, financial performance, dan turnover. Power dan Waddel
(2004) menjelaskan bahwa efektivitas UKM dapat diukur dari kinerja keuangan,
turnover, dan kepuasan pelanggan juga kinerja dari organisasi pembelajar dapat
diukur oleh kinerja pengetahuan dan keuangan. Pengertian kinerja organisasi
menurut investor, pelanggan, karyawan, supplier, regulator, dan masyarakat antara
lain (Sampe 2012):
1. Bagi Investor
Kinerja organisasi berarti tingkat pengembalian modal yang tinggi (ROC),
tingkat deviden yang tinggi, dan kepercayaan yang tinggi pada kemampuan
dari tim manajemen.
2. Bagi Pelanggan
Kinerja organisasi berarti harga yang sesuai atau pantas, kualitas produk dan
jasa yang tinggi, dan pengiriman yang cepat.
3. Bagi Karyawan
Kinerja organisasi berarti paket kompesasi yang bagus, dukungan, rasa
hormat, dan perlakuan yang adil.
4. Bagi Pemasok
Kinerja organisasi berarti bisnis yang berulang, peningkatan penjualan, dan
umpan balik dari kinerja.
5. Bagi Regulator
Kinerja organisasi berarti kepatuhan pada aturan, keterbukaan dan kejujuran.
6. Bagi Masyarakat
Kinerja organisasi berarti karyawan lokal, tanggung jawab dan kemakmuran
bagi anggota masyarakat.
Sampe (2012) meringkas dimensi dari kinerja organisasi dari berbagai
teori mengenai kinerja organisasi, antara lain: kinerja keuangan, pasar, kualitatif,
biaya, kualitas proses dan produk, fleksibilitas, delivery, inovasi, dan
pengembangan produk. Sampe (2012) juga membagi dua perspektif dari kinerja
organisasi yaitu para pemegang saham dan para stakeholders. Perspektif
pemegang saham fokus kepada memaksimalkan pekerjaan internal dari bisnis
untuk kepentingan para pemegang saham dan diukur dari kinerja keuangan
organisasi dengan indikator seperti pertumbuhan penjualan, pertumbuhan profit,
dan return of equity (ROE) serta return of assets (ROA) (Neely 2002; Hubbard
2009 yang disitasi Sampe 2002) sedangkan perspektif stakeholder mencakup
semua stakeholder yaitu investor, pelanggan, para perantara, karyawan, pemasok,
regulator, dan masyarakat. Chajnacki (2007) menjelaskan terdapat empat tema
utama pada kinerja organisasi yaitu:
1. Peningkatan kinerja perlu untuk diukur karena peningkatan hanya dapat
diterapkan melalui output kinerja dan perubahan pada output hanya dapat
dinilai melalui beberapa bentuk pengukuran.
2. Peningkatan kinerja perlu diukur pada berbagai tingkatan dalam organisasi
dimana kinerja individu seperti keterampilan, pengetahuan, dan sikap sudah
lama dikenal akan tetapi yang menjadi tantangan adalah pada model
hubungan yang serupa yang menjelaskan pada peningkatan kinerja dalam
sistem terbuka seperti organisasi.

11

3.

4.

Peningkatan kinerja perlu untuk diukur dengan berbagai dimensi kinerja. Jika
satu dimensi kinerja dipelajari secara mendalam yang terkadang menutupi
kondisi lain yang membutuhkan perhatian yang sebaliknya dinyatakan
dengan beragam pegukuran.
Peningkatan kinerja harus praktis karena ciri khas pengukuran hasil kinerja
mencakup indikator keuangan seperti ROI atau profitabilitas yang membantu
dalam lingkup pengembangan sumberdaya manusia.

Organisasi Pembelajar, Inovasi, dan Kinerja Organisasi
Proses pembelajaran dalam suatu organisasi akan memberikan potensi
kreatif dari pengetahuan yang didapatkan dalam inovasi sehingga organisasi dapat
memperbaiki kinerja dan menjadi organisasi yang inovatif. Selain itu, menurut
Ellitan dan Anatan (2009), proses pembelajaran pada suatu organisasi yang
melibatkan setiap individu sampai level organisasional dan inter-organisasional
dipengaruhi oleh strategi organisasi tersebut. Perusahaan harus memiliki kemauan
untuk terus belajar dan menjadi organisasi pembelajar dikarenakan pembelajaran
organisasi yang berhasil akan meningkatkan kemampuan dan kapasitas dari
organisasi lebih inovatif sehingga perusahaan dapat mengadopsi dan
mengimplementasikan ide-ide baru, proses, atau produk dengan sukses. Inovasi
akan gagal jika hubungan antara inovasi dan proses dalam pembelajaran yang
dilakukan oleh perusahaan tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja
perusahaan tersebut.
Ancok (2012) menjelaskan bahwa dengan membuat batas organisasi yang
fleksibel akan memudahkan setiap orang berinteraksi dari satu unit ke unit lain
juga setiap orang belajar dalam tim dan antar tim dan berbagi pengetahuan yang
menjadi dasar untuk menciptakan atau terbentuknya pengetahuan baru sebagai
dasar sebuah inovasi. Tung dan Wu (2012) menyatakan bahwa hasil dari
pembelajaran dalam organisasi adalah inovasi yang membantu karyawan untuk
datang dengan solusi dari permasalahan yang mempengaruhi pekerjaan mereka
dari hari ke hari sehingga meningkatkan produktivitas dan kepuasan pelanggan.
Calantone, et al. (2002) yang disitasi Alipour dan Karimi (2011)
menjelaskan bahwa organisasi pembelajar dapat meningkatkan kemampuan
inovasi dengan tiga cara, yaitu dengan menggunakan teknologi modern dalam
inovasi, menjaga peluang yang diciptakan oleh permintaan dari pasar yang sedang
berkembang, dan memiliki kemampuan inovasi lebih besar dari pesaing.
Organisasi pembelajar menurut Alipour dan Karimi (2011) memfasilitasi
penciptaan dan transfer pengetahuan maupun inovasi yang pada akhirnya
meningkatkan kinerja organisasi. Peningkatan kinerja organisasi tersebut antara
lain:
1. Peningkatan adaptasi
Peningkatan adaptasi dengan organisasi pembelajar jika sesuai dengan
perubahan lingkungan dan meningkatkan level dari inovasi organisasi yang
berhubungan dengan proses kerja, produk, dan aplikasi dan perkembangan
teknologi.

12

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Peningkatan komitmen karyawan
Komitmen organisasi terjadi ketika karyawan mengadopsi tujuan, sasaran,
dan nilai-nilai perusahaan organisasi dan mempertahankan kepercayaan yang
tinggi karyawan terhadap organisasi yang dapat dijadikan hasil dari organisasi
pembelajar.
Daya saing perusahaan
Organisasi pembelajar dapat memperlengkapi karyawan dengan pengetahuan
yang relevan dan efisien untuk mengatasi situasi baru mereka sehingga tetap
kompetitif dalam dunia bisnis.
Peningkatan pengetahuan organisasi
Organisasi pembelajar membantu untuk mendapatkan, menganalisis,
menyimpan, dan menyebarkan dalam jumlah besar pengetahuan ke dalam
organisasi serta menghasilkan akses cepat kepada karyawan dalam
menghadapi masalah yang lebih mendesak dan menyulitkan.
Retensi pelanggan
Organisasi pembelajar dapat mempertahankan pelanggan perusahaan dengan
menghasilkan keterampilan, kompetensi, dan iklim yang memenuhi
persyaratan dari pelanggan yang sudah ada dan membantu untuk menarik
pelanggan baru dan pasar.
Pertumbuhan karyawan profesional/ahli
Organisasi pembelajar berusaha dengan keras untuk menghasilkan peluang
dan sumberdaya untuk menjaga keseimbangan antara pribadi karyawan dan
pertumbuhan kebutuhan karyawan profesional/ahli dan mendorong karyawan
untuk menggunakan keterampilan baru secara inovatif.
Peningkatan profitabilitas
Organisasi pembelajar dapat memperbaiki kinerja paling bawah dalam
organisasi dengan meningkatkan kualitas output dari semua level.

Usaha Kecil Menengah
Kriteria dari UKM menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 pasal 6
ayat 2 dan 3 yang ditampilkan pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 Kriteria UKM menurut UU No. 20 tahun 2008
No.
1
2

Uraian
Usaha Kecil
Usaha Menengah

Asset
> 50 juta - ≤ 500 juta
> 500 juta - ≤ 10 M

Kriteria
Hasil Penjualan (per tahun)
> 300 juta - ≤ 2,5 M
> 2,5 M - ≤ 50 M

Badan Pusat Statistik yang disitasi Hubeis (2011) menjelaskan UKM adalah
perusahaan atau industri dengan pekerja antara 5 sampai 9 orang. Menurut Bank
Indonesia (BI), UKM merupakan perusahaan atau industri yang memiliki omzet
tahunan lebih kecil atau sama dengan 1 miliar rupiah. Pengertian UKM menurut
Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 pasal 1 ayat 2 dan 3 antara lain:
1. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah

13

2.

atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil
atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Penelitian Terdahulu
Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang menjadi referensi bagi
dalam penelitian ini yang ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Penelitian terdahulu
Peneliti dan
tahun

Judul Penelitian

Alat Analisis

Hasil Penelitian

Power dan
Waddell,
2004

The Link Between
Self-Managed Work
Teams(SMWTs) and
Learning
Organizations using
Performance
Indicators

Analisis Regresi
Berganda

Anggraeni,
2006

Tinjauan Penerapan
Learning
Organization di
Bank X

Analisis Deskriptif
dan Uji Beda

Organisasi pembelajar dan
SMWTs memiliki hubungan
yang signifikan dengan kinerja
UKM (kinerja keuangan,
pengetahuan, kepuasan
pelanggan, dan turnover
karyawan) tetapi SMWTs
hubungan yang tidak signifikan
dengan organisasi pembelajar
Organisasi (Bank X) telah
menerapkan seluruh dimensi
dari learning organization
menurut teori Watkins dan
Marsick untuk seluruh
karyawan pada Bank tersebut
dan tidak ada perbedaan yang
signifkan dalam menilai setiap
dimensi organisasi pembelajar
oleh karyawan pada semua
level.

Salim dan
Sulaiman,
2011

Organizational
Learning, Innovation
and Performance:
A Study of Malaysian
Small and Medium
Sized Enterprises
The Influence of
Organizational
Learning on
Performance in
Indonesia SMEs

Sampe, 2012

Korelasi Pearson
dan Regresi
berganda

Pembelajaran organisasi
memberikan pengaruh terhadap
kemampuan inovasi dan inovasi
memiliki hubungan positif
dengan kinerja UKM.

Structural Equation
Modelling
(SEM)dengan
AMOS

Pembelajaran organisasi
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja
organisasi UKM juga terdapat
hubungan yang kuat antara
budaya organisasi,
kepemimpinan tranformasional,
dan empowerment sebagai
peubah antesenden dari
pembelajaran organisasi.

14

Lanjutan Tabel 4
Peneliti dan tahun
Siswanto,
2014

Judul Penelitian

Peran Manajemen
Pengetahuan dan
Pembelajaran
Organisasi Terhadap
Inovasi Produk pada
Usaha Kecil
Menengah Olahan
Pangan di Bogor

Alat Analisis

Analisis Deskriptif
dan Partial Least
Square (PLS)

Hasil Penelitian

Terdapat hubungan yang
signifikan antara manajemen
pengetahuan dan pembelajaran
organisasi dan pengaruh yang
signifikan antara pembelajaran
organisasi terhadap inovasi
produk UKM olahan pangan di
Bogor.

Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini menjelaskan
mengenai proses pembelajaran organisasi pada organisasi pembelajar memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja organisasi dan berpengaruh terhadap
kemampuan inovasi dalam UKM (Power dan Waddell 2004 dan Sampe 2012) dan
inovasi memberikan pengaruh dan hubungan yang positif terhadap kinerja
organisasi (Salim dan Sulaiman 2011; Siswanto 2014). Pada penelitian dari
Siswanto (2014) melihat hubungan dari empat dimensi manajemen pengetahuan
dan empat dimensi pembelajaran organisasi terhadap tiga inovasi produk di UKM
Olahan Pangan Kota Bogor dimana peubah manajemen pengetahuan memliki
pengaruh tidak langsung terhadap inovasi produk dengan melalui peubah
pembelajaran organisasi. Power dan Waddell (2004) dalam penelitiannya
menggunakan peubah organisasi pembelajar dari teori Watkins dan Marsick
dengan tujuh dimensi organisasi pembelajar dan peubah SMWTs untuk melihat
hubungannya dengan kinerja 200 UKM di Australia dengan menggunakan empat
indikator kinerja yaitu: kinerja pengetahuan, kepuasan pelanggan, kinerja
keuangan, dan turnover karyawan.
Anggraeni (2006) dan Sampe (2012) juga menggunakan tujuh dimensi
organisasi pembelajar dari teori Watkins dan Marsick, pada penelitian Anggraeni
didapatkan bahwa pada Bank X sudah menerapkan organisasi pembelajar pada
seluruh karyawan Bank X. Salim dan Sulaiman (2011) pada penelitiannya
menggunakan empat dimensi pembelajaran organisasi yang memberikan pengaruh
pada tiga dimensi inovasi dan inovasi memiliki hubungan terhadap peningkatan
kinerja UKM di Malaysia (kinerja keuangan dan pasar). Penelitian dari Sampe
(2012) dilakukan pada UKM di Indonesia dimana organisasi pembelajar
memberikan pengaruh yang signifikan pada kinerja UKM dengan 10 indikator
kinerja yang digunakan pada penelitian tersebut. Organisasi pembelajar memiliki
hubungan dengan budaya organisasi, kepemimpinan transformasi, dan
empowerment sebagai peubah antesenden pada penelitian Sampe (2012). Dari
penelitian terdahulu digunakan beberapa peubah dan indikator yang sesuai dengan
tujuan dari penelitian ini.

15

3 METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Permasalahan dasar yang dihadapi oleh UKM salah satunya adalah
masalah SDM. Sumberdaya manusia di UKM seringkali kurang memiliki
pengetahuan dan penguasaan teknologi terbaru sehingga mengakibatkan
rendahnya kualitas produk dan produktivitas yang dihasilkan. Kurangnya
pengetahuan akan pasar, teknis, serta manajerial mengakibatkan kinerja UKM
rendah. Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan serta memiliki
pengetahuan yang sedang berkembang saat ini dari SDM yang terdapat di UKM
maka UKM harus menjadi organisasi pembelajar. Proses pembelajaran dalam
UKM tidak lepas dari peran pemilik dan karyawan UKM yang mau terus belajar
dalam mengadopsi dan mengakuisisi ilmu pengetahuan yang terkait dengan bisnis
yang dijalankan akan meningkatkan dan penguasaan pengetahuan serta dalam
penggunaan teknologi terbaru yang berguna untuk perbaikan kualitas produk dan
peningkatan produksi yang akan meningkatkan kinerja UKM. Proses
pembelajaran yang terus menerus dilakukan akan menghasilkan inovasi dalam
UKM. Inovasi sendiri didorong oleh kemampuan dari SDM pada UKM untuk
melihat peluang yang ada sehingga dapat menghasilkan keunggulan UKM sebagai
hasil dari inovasi yang dilakukan. Dengan adanya inovasi, maka UKM dapat
bersaing dengan pesaingnya dan meningkatkan kinerja UKM.
Penelitian ini menggunakan peubah dan indikator yang diadaptasi dari
teori-teori pada penelitian terdahulu. Organisasi pembelajar mengadaptasi dari
DLQQ teori Watkins dan Marsick (2003) yaitu: create continous learning
opportunities, promote inquiry and dialogue, encourage collaboration and team
learning, establish systems to capture and share learning, empower people
toward a collective vision, connect the organization to its community and
environment, provide strategic leadership for learning dengan merujuk pada
penelitian dari Power dan Waddel (2014), Anggraeni (2006), Chajnacki (2007),
dan Sampe (2012). Inovasi dibangun dari teori Afuah (1998) dimana inovasi
terdiri dalam tiga bagian, yaitu: inovasi teknologi, inovasi pasar, dan inovasi
manajemen. Kinerja UKM yang digunakan dalam penelitian ini dibangun dari
dimensi kinerja pada Power dan Waddel (2004) dan Sampe (2012) yaitu: kinerja
keuangan, kinerja pasar, kinerja pengetahuan, dan kepuasan karyawan. Setiap
indikator pada peubah akan digunakan dalam kuesioner yang dibagikan kepada
responden dan setelah data diperoleh maka akan dilakukan pengolahan data
dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM