Pengaruh Penciptaan Pengetahuan Terhadap Inovasi Pada Usaha Kecil Dan Menengah (Ukm) Cluster Kuliner Kota Bogor

PENGARUH PENCIPTAAN PENGETAHUAN TERHADAP
INOVASI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH
(UKM) CLUSTER KULINER KOTA BOGOR

RESA DWI LARASATI

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Penciptaan
Pengetahuan terhadap Inovasi pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Cluster
Kuliner Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015

Resa Dwi Larasati
NIM H24110113

2
ABSTRAK
RESA DWI LARASATI. Pengaruh Penciptaan Pengetahuan terhadap Inovasi pada Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) Cluster Kuliner Kota Bogor. Dibimbing oleh ANGGRAINI
SUKMAWATI.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) kuliner merupakan salah satu usaha yang
kegiatan produksinya menghasilkan produk yang inovatif. Penciptaan pengetahuan dan
inovasi mempunyai peranan penting terhadap peningkatan produktivitas UKM cluster
kuliner. Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi sumber-sumber inovasi yang
diperoleh UKM Cluster Kuliner di Bogor 2) Mengidentifikasi permasalahan dalam UKM
cluster kuliner di Bogor 3) Menganalisis pengaruh penciptaan pengetahuan terhadap
inovasi UKM cluster kuliner di Bogor. Pada penelitian ini menggunakan teknik
pemilihan sampel convenience sampling dengan responden dari 18 UKM. Metode

analisis data pada penelitian ini menggunakan diagram ishikawa untuk mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi oleh UKM, dan Structural Equation Modeling (SEM) untuk
menganalisis pengaruh proses penciptaan pengetahuan terhadap inovasi UKM. Hasil
analisis menunjukkan masih terdapat karyawan yang kurang berpengalaman sehingga
kurangnya keterampilan dan kesigapan, serta tingkat turn over yang tinggi. Pengaruh
proses penciptaan pengetahuan terhadap inovasi UKM menunjukkan bahwa penciptaan
pengetahuan yang didapatkan oleh UKM Kuliner Kota Bogor berasal dari sumber
eksternalisasi, sumber inovasi dari internal, pemecahan masalah yang dilakukan secara
konsensus, dan bentuk inovasi yang dilakukan oleh UKM Kuliner Kota Bogor adalah
inovasi pada proses. Sementara itu hasil analisis menunjukkan proses penciptaan
pengetahuan tidak memiliki pengaruh terhadap bentuk inovasi pada UKM kuliner Kota
Bogor.
Kata kunci: inovasi, penciptaan pengetahuan, UKM
ABSTRACT
RESA DWI LARASATI. The Influence of Innovation in Knowledge Creation of
Culinary SMEs in Bogor. Supervised by ANGGRAINI SUKMAWATI.
Culinary SMEs is a cluster enterprise that produced innovation product.
Knowledge creation and innovation have important role to increase the productivity of
culinary SMEs. The purpose of this study were to (1) Analyze the sources of innovation
obtained culinary SMEs in Bogor, (2) Identify the problems occured in culinary SMEs in

Bogor, and (3) analyze the effect of knowledge creation on innovation SMEs culinary in
Bogor. In this study, the sampling technique used is convenience sampling with 18 SEMs
respondents. Methods of data analysis used are Ishikawa Diagram to identify the
problems faced by SMEs, and Structural Equation Modeling (SEM) to analyze the
influence of the knowledge creation process innovation of SMEs. The analysis result
using Ishikawa Diagram indicates that there are still less experienced employees that lack
of skills and alertness, and turnover rate is high. The effect of the knowledge creation
gained by SMEs culinary Bogor come from externalization sources, innovation of
internal sources, problem solving done by consensus, and innovation forms done by
SMEs culinary in Bogor are innovation process. Meanwhile, the analysis result indicates
knowledge creation has no effect on innovation forms of culinary SMEs in Bogor.
Keyword : Innovation, knowledge creation, SMEs

3

PENGARUH PENCIPTAAN PENGETAHUAN TERHADAP
INOVASI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH
(UKM) CLUSTER KULINER KOTA BOGOR

RESA DWI LARASATI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

4

5
Judul Skripsi : Pengaruh Penciptaan Pengetahuan terhadap Inovasi pada Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) Cluster Kuliner Kota Bogor.
Nama
: Resa Dwi Larasati

NIM
: H24110113

Disetujui oleh

Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhammad Najib, STP MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

6

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah
Pengaruh Penciptaan Pengetahuan terhadap Inovasi pada Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) Cluster Kuliner Kota Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM
selaku pembimbing. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak/Ibu pemilik
dan karyawan UKM cluster kuliner Kota Bogor, Dinas Koperasi dan UKM Kota
Bogor, dan Dinas Perindustian dan Perdagangan Kota Bogor yang telah
membantu selama proses pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, serta seluruh teman-teman,
sahabat-sahabat manajemen 48 atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2015
Resa Dwi Larasati

7

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Penciptaan Pengetahuan
Inovasi
Usaha Kecil Menengah (UKM)
Penelitian Terdahulu
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Tahapan Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengambilan Sampel
Pengolahan dan Analisis

PEMBAHASAN
Permasalahan pada UKM Cluster Kuliner Kota Bogor
Karakteristik Responden
Karakteristik UKM Cluster Kuliner Kota Bogor
Persepsi Karyawan Cluster Kuliner Kota Bogor
Analisis Penciptaan Pengetahuan Terhadap Inovasi UKM
dengan Pendekatan Partial Least Square (PLS)
Implikasi Manajerial
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
2

2
3
3
3
3
3
5
5
5
6
6
7
8
8
8
8
10
10
12
12

13
14
18
19
19
19
20
22
25

8

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6


Pertumbuhan UKM Kota Bogor tahun 2011-2014
Penelitian terdahulu
Karakteristik UKM Cluster kuliner Kota Bogor
Persepsi karyawan UKM cluster Kuliner Kota Bogor
Hasil evaluasi outer dan inner model 1 dan 2
Hasil inner model pada analisis SmartPLS

2
5
13
14
15
17

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Model SECI
Kerangka Pemikiran
Tahapan penelitian
Diagram Ishikawa
Model 1 Pengaruh penciptaan pengetahuan terhadap inovasi
Model 1I Pengaruh penciptaan pengetahuan terhadap inovasi
Diagram Ishikawa UKM cluster kuliner Kota Bogor
Karakteristik responden
Model Awal Outer Model II
Hasil OuterModel II
Hasil Boostrapping Analisis Inner Model II

4
6
7
9
10
10
11
12
15
16
16

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Model Awal Outer Model I
Hasil Outer Model I
Hasil Boostrapping Analisis Inner Model I

21
21
22

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan usaha yang didirikan oleh
masyarakat berdasarkan pengembangan kreativitas yang dimiliki maupun inisiatif
untuk membuka lapangan pekerjaan. Pada dasarnya UKM menggunakan tenaga
kerja dari masyarakat sekitar dimana UKM itu berdiri. Bagi Indonesia, UKM
memiliki peran dan kontribusi yang besar bagi perekonomian nasional, tidak saja
bagi negara sedang berkembang tetapi juga oleh negara maju.
Keunggulan UKM bisa dalam berbagai aspek, seperti dapat unggul di pasar
dalam negeri, yakni mampu mengalahkan pesaing dari luar negeri atau impor,
dapat berkembang pesat seperti meningkatkan skala usaha, membuka cabangcabang perusahaan, penjualan atau output dapat tumbuh semakin pesat dan lainlain. Jika tantangan-tantangan tersebut tidak dapat dimanfaatkan atau dihadapi
sebaik-baiknya karena perusahaan menghadapi banyak kendala seperti
keterbatasan modal, teknologi dan SDM berkualitas tinggi, maka tantangantantangan tersebut yang ada menjadi ancaman (Tambunan, 2014).
Kota Bogor merupakan salah satu kota wisata yang banyak dikunjungi oleh
wisataan pada saat akhir pekan. Pada tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan sebesar 10,5 persen dari tahun 2013 dikarenakan banyak
wisatawan dari luar kota yang berkunjung ke Kota Bogor untuk menikmati wisata
alamn maupun kulinernya yang terkenal dengan beragam keunikan dan
inovasinya.
Kota Bogor memiliki beberapa keunggulan dengan fungsi unggulan seperti
pengembangan jasa, pariwisata, dan perdagangan. Kepariwisataan dikembangkan
agar mampu mendorong kegiatan ekonomi, serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal, serta memberikan perluasan kesempatan kerja dengan
memanfaatkan potensi wisata yang ada serta pengembangan usaha kecil dan
menengah (UKM) diarahkan agar menjadi pelaku ekonomi yang berbasis iptek
dan berdaya saing khususnya dalam menyediakan barang dan jasa kebutuhan
masyarakat sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan dan
memperkual perekonomian lokal. Untuk itu pengembangan UKM dilakukan
melalui peningkatan kompetensi perkuatan kewirausahaan dan peningkatan
produktivitas yang didukung dengan upaya peningkatan adaptasi terhadap
kebutuhan pasar, pemanfaatan hasil, inovasi dan penerapan teknologi dalam iklim
usaha yang sehat hal ini dinyatakan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Kota Bogor 2005-2025.
Berdasarkan data Dinas Koperasi UMKM kota bogor jumlah pertumbuhan
UKM Kota Bogor pada tahun 2011-2014 cenderung menunjukan peningkatan
baik pada usaha kecil maupun usaha menengah. Berikut data pertumbuhan UKM
Kota Bogor.

2
Tabel 1 Pertumbuhan UKM Kota Bogor tahun 2011-2014
Kategori Usaha
Usaha kecil (unit)
Usaha menengah (unit)
Jumlah UKM (unit)
Pertumbuhan UKM(%)

2011
4 936
1 646
6 582
-

2012
5 139
1 710
6 849
4,06

Tahun
2013
5 155
1 485
6 640
-3,05

2014
5 176
1 501
6 677
0,56

Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor (2015)

Perkembangan kuliner di Kota Bogor cukup pesat, dilihat dari banyaknya
kuliner-kuliner yang inovatif bermunculan baik bagi usaha yang baru berdiri
maupun usaha yang sudah lama berdiri. UKM yang ingin usahanya semakin
berkembang harus beradaptasi dengan lingkungan, baik dari pesaing usaha sejenis
maupun usaha berbeda, maka dibutuhkanlah inovasi yang dapat mendukung
perkembangan bagi UKM itu sendiri. Salah satu penunjangnya adalah adanya
peranan manajemen pengetahuan. Manajemen pengetahuan erat kaitannya dengan
penggunaan pengetahuan sebagai basis untuk melahirkan inovasi dan
meningkatkan produktifitas dan kompetensi karyawan. Tujuan dari manajemen
pengetahuan adalah untuk mengembangkan dan mempertahankan dinamika dan
daya saing perusahaan yang bertumpu kepada sumber daya, khususnya proses
penciptaan pengetahuan.
Penciptaan pengetahuan organisasi dapat dipahami sebagai sebuah proses
dimana organisasi memperluas atau memperbesar penciptaan pengetahuan yang
diciptakan oleh anggota organisasi. Pengetahuan yang telah tercipta tersebut
selanjutnya dikristalisasi sebagai bagian dari jaringan pengetahuan organisasi.
Penjustifikasian terhadap pengetahuan yang telah terbentuk tersebut diperlukan
untuk menentukan apakah pengetahuan tersebut layak dan dapat diakui sebagai
pengetahuan organisasi sehingga dapat digunakan untuk mengkreasikan inovasiinovasi baru dalam organisasi (Sangkala 2007).
Berdasarkan uraian di atas, penciptaan pengetahuan dan inovasi mempunyai
peranan penting terhadap peningkatan produktivitas UKM, maka penyusun
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penciptaan
Pengetahuan Terhadap Inovasi pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Cluster
Kuliner Kota Bogor.

Perumusan Masalah
UKM cluster kuliner memiliki beberapa masalah, antara lain belum baiknya
pelayanan oleh UKM cluster kuliner kepada pelanggannya. UKM hanya fokus
pada produksi dan menciptakan berbagai inovasi pada produknya, akan tetapi
belum memperhatikan kualitas layanan yang diberikan kepada konsumen, kualitas
layanan tersebut tergantung pada keterampilan dan perilaku pada sumber daya
manusia (SDM) yang dimiliki. Oleh karena itu muncul permasalahan yang dikaji
sebagai berikut:
1. Bagaimana permasalahan yang dihadapi oleh UKM Cluster Kuliner di Bogor?
2. Apakah penciptaan pengetahuan memiliki pengaruh terhadap inovasi UKM
Cluster Kuliner di Bogor?

3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, adapun tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi permasalahan dalam UKM di Bogor.
2. Menganalisis pengaruh penciptaan pengetahuan terhadap inovasi UKM Cluster
Kuliner Kota Bogor.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Pengusaha UKM
Bahan pertimbangan dan bahan evaluasi dalam pengembangan UKM Cluster
Kuliner di Bogor
2. Bagi Akademisi
Bahan informasi dan bahan rujukan penelitian bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada pengaruh langsung yang
diberikan dari penciptaan pengetahuan, sumber inovasi, pemecahan masalah dan
bentuk inovasi, dan pengaruh penciptaan pengetahuan sebagai penunjang dalam
peningkatan produktivitas dan inovasi karyawan UKM Kluster Kuliner di Bogor.
Objek penelitian ini adalah sumber daya manusia (SDM) dari UKM Cluster
Kuliner di Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA
Penciptaan Pengetahuan
Penciptaan pengetahuan organisasi dapat dipahami sebagai sebuah proses
di mana organisasi memperluas atau memperbesar penciptaan pengetahuan yang
diciptakan oleh anggota organisasi. Pengetahuan yang telah tercipta tersebut
selanjutnya dikristalisasi sebagai bagian dari jaringan pengetahuan organisasi.
Proses perluasan pengetahuan yang sudah terkristalisasi tersebut selanjutnya
diperluas untuk mendapatkan justifikasi, baik pada tingkat internal organisasi
maupun ke tingkat antar organisasi. Penjustifikasian terhadap pengetahuan yang
telah terbentuk tersebut, diperlukan untuk menentukan apakah pengetahuan benarbenar layak dan diakui sebagai pengetahuan organisasi sehingga dapat digunakan
untuk mengkreasikan inovasi-inovasi baru dalam organisasi (Nawawi 2012).
Terdapat dua jenis pengetahuan, yaitu explicit knowledge dan tacit
knowledge atau pengetahuan terbatinkan (Nonaka dan Takeuchi 1995) disitasi
oleh Nawawi (2012). Pengetahuan eksplisit, ditunjukkan dalam kata-kata, angka,
formula ilmiah, spesifikasi, prosedur operasi standar, bagan, serta manual- manual.
Pengetahuan jenis ini dapat segera diteruskan dari satu individu ke individu lain

4
secara formal dan sistematis. Sementara, pengetahuan tacit, ada dalam benak
manusia, sangat personal dan sulit dirumuskan, sehingga membuatnya sulit untuk
dikomunikasi kan atau disampaikan pada orang lain. Perasaan pribadi, intuisi,
bahasa tubuh, pengalaman fisik, petunjuk praktis (rule-of-thumb) termasuk dalam
jenis pengetahuan terbatinkan. Pengetahuan terbatinkan adalah pengetahuan
paling strategis karena belum atau sulit dieksplisitkan, sehingga sulit pula untuk
ditiru. Pengetahuan diciptakan melalui konversi antara tacit knowledge dan
explicit knowledge memungkinkan melahirkan empat postulat model konversi
pengetahuan.

Gambar 1 Model SECI penciptaan dan pemanfaatan pengetahuan
Model pertama, yaitu tacit untuk tacit (Sosialisasi). Pengubahan
pengetahuan dari tacit knowledge ke tacit knowledge memungkinkan pengetahuan
dari tacit diubah melalui interaksi antar individu. Seseorang dapat memperoleh
tacit knowledge tanpa harus dengan bahasa. Kunci untuk mendapatkan tacit
knowledge yaitu dengan pengalaman. Tanpa cara berbagi pengalaman akan sulit
bagi orang yang memiliki tacit knowledge tersebut mentransfer ke orang lain. Hal
ini sangat terkait dengan unsur-unsur emosional dan konteks maupun nuansa.
Model kedua, yaitu eksplisit untuk eksplisit (Kombinasi). Pengubahan
pengetahuan explicit knowledge ke explicit knowledge terjadi melalui proses
pengombinasian beragam explicit knowledge yang dimiliki oleh seseorang.
Seseorang mempertukarkan dan mengombinasikan pengetahuan melalui semacam
satu mekanisme pertukaran seperti pertemuan dan percakapan melalui telepon.
Rekonfigurasi informasi yang ada tersebut selanjutnya disortir, ditambahkan,
dikategorikan dan dikontekstualisasikan kembali menjadi pengetahuan baru.
Model ketiga, yaitu proses pengubahan tacit knowledge ke explicit
knowledge dan model keempat melalui aktivitas perubahan explicit knowledge ke
tacit knowledge. Proses ini berlangsung melalui aktivitas menangkap ide-ide dari
tacit knowledge dan explicit knowledge. Keduanya saling melengkapi dan
diperluas melalui suatu proses saling berinteraksi. eksternalisasi adalah proses
mengartikulasikan diam-diam pengetahuan menjadi explisit knowledge,
pengetahuan menjadi mengkristal dengan demikian dapat dibagi oleh orang lain
menjadi dasar dari pengetahuan baru dan Internalisasi merupakan proses
mewujudkan explisit knowledge menjadi pengetahuan kuat, memiliki kaitan erat
dengan belajar dengan mengerjakan. Internalization melalui sebagian ilmu
pengetahuan yang telah diciptakan dibagi di seluruh organisasi (Nonaka dan
Nishiguchi 2001).

5
Inovasi
Inovasi memiliki dua tipologi yaitu inovasi yang bersumber dari internal
(internal-sourced) dan inovasi yang berasal dari eksternal (external-sourced).
Semakin explicit, autonomous, dan sederhana suatu pengetahuan, pengetahuan
tersebut terkait dengan inovasi external-sourced. Sebaliknya, semakin tacit,
sistematis, dan kompleks suatu pengetahuan, pengetahuan tersebut terkait dengan
inovasi internal-sourced (Gopalakrishnan dan Bierly 2001).

Usaha Kecil dan Menengah ( UKM )
Badan Pusat Statistik (BPS) dan memberikan definisi UKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah
tenaga kerja 5-19 orang, sedangkan usaha menengah memiliki tenaga kerja 20 99 orang.

Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dengan menggunakan variabel penciptaan
pengetahuan dan inovasi dengan tipologi inovasi dan pemecahan masalah
sebagai variabel perantara. Hasil pada penelitian tersebut adalah bahwa sumber
inovasi yang didapat berasal dari sumber internal dan hasil analisis dengan SEM
adalah terdapat pengaruh antara pemecahan masalah dengan bentuk inovasi yang
dihasilkan. Proses penciptaan pengetahuan tidak memiliki pengaruh langsung
terhadap inovasi dan harus ada variabel perantara yaitu tipologi inovasi dan
pemecahan masalah. Sedangkan pada penelitian pada cluster kuliner di Kota
Bogor, menyatakan bahwa dengan menggunakan variabel yang sama yaitu
variabel penciptaan pengetahuan dan inovasi dengan sumber inovasi dan
pemecahan masalah sebagi variabel perantara, hasilnya menunjukan bahwa tidak
adanya pengaruh langsung antara penciptaan pengetahuan dengan inovasi dan
variabel pemecahan masalah tidak berpengaruh langsung terhadap inovasi dan
harus ada variabel perantara yaitu sumber inovasi.
Tabel 2 Penelitian terdahulu
Peneliti
Meilina, 2012
(Skripsi)

Variabel
Aset pengetahuan,
proses penciptaan
pengetahuan

Alat
Analisis
korelasi
Rank
Spearman

Hasil penelitian
Aset pengetahuan eksperiensial
memiliki korelasi yang lebih besar
terhadap proses eksternalisasi dan
kombinasi. Aset pengetahuan
konseptual memiliki korelasi lebih
besar terhadap proses sosialisasi
dan
internalisasi.
aset
pengetahuan sistemik dan aset
pengetahuan
rutin
memiliki
korelasi lemah terhadap proses
penciptaan pengetahuan.

6
Lanjutan Tabel 2
Peneliti

Variabel

Alat
Analisis
SEM Lisrel

Sukmawati et
al, 2008
(Jurnal)

Penciptaan
pengetahuan,
inovasi

Dewi, 2014
(Skripsi)

Penciptaan
pengetahuan,
Tipologi inovasi

SEM PLS

Hasil penelitian
Inovasi yang terjadi berhubungan
erat
dengan
kemampuan
pemecahan
masalah
dan
pengambilan
keputusan,
sedangkan konversi pengetahuan
tidak
terbukti
berpengaruh
terhadap inovasi.
Inovasi berasal dari sumber
internal atau sumberdaya manusia
itu sendiri

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Upaya efektivitas inovasi UKM cluster kuliner di Bogor

Identifikasi permasalahan yang dihadapi UKM cluster kuliner
di Bogor dengan diagram ishikawa
Proses Penciptaan Pengetahuan
(Nonaka dan Taekuchi 1995) :
Penciptaan Pengetahuan
(Sosialisasi dan Eksternalisasi),
Pemanfaatan Pengetahuan
(Kombinasi dan Internalisasi)

Sumber Inovasi
(Gopalakrishnan dan
Bierly, 2001)
1. Internal-sourced
2. External-sourced

Pemecahan Masalah (Soo et al.2005)
1. Konsensus
2. Kreativitas
3. Comprehensiveness

1.
2.
3.

Inovasi (Nasution, 2005)
Manajemen
Produk
Proses

Permodelan SEM dengan PLS

Implikasi Manajerial

Gambar 2 Kerangka Pemikiran

7
Gambar 2 menjelaskan kerangka pemikiran dari penelitian ini. UKM cluster
kuliner di Bogor merupakan UKM yang paling pesat perkembangannya dengan
wisata kulinernya baik tradisional maupun modern. Penelitian mengenai
penciptaan pengetahuan terhadap inovasi di UKM Kuliner diharapkan mempunyai
manfaat sebagai bahan pertimbangan dan juga masukan dalam upaya peningkatan
kinerja organisasi terkait. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dan sebagai bahan rujukan dan pertimbangan kepada UKM untuk meningkatkan
inovasi dan kinerja UKM. Tahap pertama penelitian ini yaitu mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi UKM cluster kuliner Kota Bogor dengan
menggunakan diagram tulang ikan atau fishbone chart. Selanjutnya mengkaji
persepsi karyawan di UKM kuliner di Bogor terhadap penciptaan pengetahuan
dan inovasi. Kemudian mengkaji dan menganalisis pengaruh penciptaan
pengetahuan, yaitu sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi
(Nonaka dan Takeuchi, 1995), serta indikator dalam sumber inovasi yaitu internal
dan eksternal (Gopalakrishnan dan Bierly, 2001). Tahap terakhir yaitu
menganalisis dampak penciptaan pengetahuan terhadap efektivitas inovasi UKM.

Tahapan Penelitian
Identifikasi minat penelitiandan
pemilihan topik penelitian

Penentuan topik penelitain

Studi pustaka dan diskusi

Analisis data

Rancangan kebutuhan data
Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data

Identifikasi masalah UKM
dengan metode fish bone
(diagram ikan)

Penyusunan model SEM
dengan SmartPLS
Implikasi Manajerial

Gambar 3 Tahapan Penelitian

Pengumpulan dan Analisis Data

Data sekunder
1. Studi literatur
2. Internet
3. Data dari instansi terkait

Data Primer
1. Kuesioner
2. Wawancara

Pra Penelitian

Penentuan Rumusan Masalah
1. Berasal dari mana sumber-sumber inovasi pada UKM Cluster Kuliner di Bogor?
2. Permasalahan apakah yang dihadapi oleh UKM Cluster Kuliner di Bogor?
3. Apakah penciptaan pengetahuan memiliki pengaruh terhadap inovasi UKM
Cluster Kuliner di Bogor?

8
Tahap penelitian dimulai dari identifikasi permasalahan yang dihadapi
oleh UKM cluster kuliner lalu mencari studi pustaka dan literatur, barulah
penentuan topik penelitian dan didapatkan tiga perumusan masalah, agar
mendapatkan jawaban dari masalah yang diteliti, dibutuhkan identifikasi data dan
metode pengumpulan data baik secara primer maupun sekunder. Pada tahap
analisis data, untuk menjawab permasalahan pada UKM kuliner Kota Bogor,
menggunakan diagram fishbone lalu untuk mengetahui persepsi dari responden
atau karyawan menggunakan alat analisis SmartPLS, dan hasil dari pembahasan
tersebut dibuatlah implikasi manajerial agar kedepannya dapat terjadi peningkatan
pada UKM cluster kuliner di Kota Bogor.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di UKM Cluster Kuliner yang berada di Kota
Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2015 sampai
April 2015.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner yang diisi oleh
karyawan dan pemilik UKM di Bogor. Data sekunder diperoleh dari buku, jurnal,
artikel, skripsi yang relevan dengan penelitian ini dan internet.
Metode Pengambilan Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Pada penelitian ini
digunakan metode convenience sampling dalam memilih UKM yang akan
dijadikan sampel. UKM yang akan dijadikan sampel adalah UKM Cluster Kuliner.
Populasi pada cluster kuliner di kota bogor adalah sebanyak 65 UKM dengan
menggunakan teori Gay dan Diehl (1992), dibutuhkan sampel sebanyak 20% dari
jumlah populasi, sehingga dalam penelitian ini terdapat 18 UKM yang dijadikan
sampel dan 61 orang yang dijadikan responden.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif,
diagram Ishikawa (fishbone) untuk menentukan akar penyebab dari suatu
permasalahan serta menemukan akar penyebab terjadinya masalah dan analisis
structural equation modelling (SEM). Analisis data menjelaskan cara
menganalisis atau teknik mengolah data yang digunakan untuk menarik simpulan
dari hasil kajian dari topik yang diteliti. Untuk disertasi dengan pola rangkaian
penelitian, Metode diuraikan secara terpisah-pisah sesuai dengan subjudul
penelitian.

9

Analisi Deskriptif
Analisis ini berisi tentang bahasan secara deskriptif mengenai tanggapan
yang diberikan responden pada kuisioner. Statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menyusun dan menyajikan data dari data yang telah
dikumpulkan dalam penelitian serta mempelajari cara melakukan pengukuran
nilai-nilai statistik, seperti mean, median, modus, standar deviasi, dan lain-lain.
Data yang telah dikumpulkan dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.
Sesuai dengan ruang lingkupnya, analisis deksriptif meliputi penyajian data, baik
dalam bentuk tabel maupun grafik, serta pengukuran nilai-nilai statistik (Suliyanto
2005).
Diagram Ishikawa
Diagram Ishikawa atau diagram tulang ikan (fishbone) merupakan sebuah
diagram yang diciptakan oleh Dr Kaoru Ishikawa. Menurut Gasperz dan Fontana
(2011) konsep dasar dari diagram tulang ikan adalah permasalahan mendasar
diletakan di bagian kanan dan penyebab permasalahan digambarkan pada sirip
dan durinya. Kategori penyebab permasalahan yang sering digunakan adalah
bahan baku (materials), mesin (machines and equipment), lingkungan (mother
nature), metode (methods), pengukuran (measurement), dan manusia (manpower).

Gambar 4 Diagram Ishikawa
Structural Equation Modelling (SEM)
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode analisis struktural
equation modelling (SEM). SEM merupakan teknik analisis gabungan dari dua
metodologi disiplin ilmu yaitu perspektif ekonometrika yang memfokuskan pada
prediksi dan psychometrika yang mampu untuk menggambarkan konsep model
dengan variabel laten atau variabel yang tidak dapat diukur secara langsung akan
tetapi diukur melalui indikator-indikatornya (Ghazali dan latan 2014).
Model yang diuji pada penelitian ini terdiri dari dua model yang
menganalisis pengaruh dari penciptaan pengetahuan terhadap inovasi UKM
kuliner Kota Bogor. Model yang dijelaskan pada Gambar 5 dan 6 membangun
hipotesis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
H1: Sumber inovasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Proses
penciptaan pengetahuan.
H2: Penciptaan pengetahuan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
pemecahan masalah.
H3: Sumber inovasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
Pemecahan masalah.

10
H4: Pemecahan masalah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
bentuk inovasi.
H5: Proses penciptaan pengetahuan memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap bentuk inovasi.

Gambar 5 Model I Pengaruh Penciptaan Pengetahuan terhadap Inovasi

Gambar 6 Model II Pengaruh Penciptaan Pengetahuan terhadap Inovasi

HASIL DAN PEMBAHASAN
Permasalahan pada UKM Cluster Kuliner di Kota Bogor
Permasalahan yang terdapat pada UKM kuliner Kota Bogor dijelaskan pada
diagram Ishikawa (Fishbone Chart) dimana penyebab utama digambarkan pada
ekor ikan, penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan duri, bagiaan
kepala dari kerangka tulang ikan menggambarkan penyebab dari permasalan yang
ada.

11

Gambar 7 Diagram Ishikawa UKM Kuliner Kota Bogor
Inovasi tidak efektif pada UKM Kuliner disebabkan karena beberapa faktor
yaitu faktor SDM, lingkungan, mesin, pengukuran, dan material. Pada faktor
SDM masih terdapat karyawan yang kurang berpengalaman sehingga kurangnya
keterampilan dan kesigapan pun masih banyak terdapat di UKM kuliner, selain itu
tingkat turnover yang tinggi pun masih dialami oleh UKM kuliner. Pemilik UKM
pun kurang memberikan pelatihan diluar kepada karyawannya sehingga mereka
tidak dapat menggembangkan kemampuannya secara optimal bagi produk yang
diproduksi oleh tempat mereka bekerja, perkembangan yang terjadi kepada
karyawan hanyalah yang sebelumnya tidak mengerti cara bekerja menjadi
mengetahui apa yang harus dilakukan.
Faktor lingkungan, Kota Bogor memang dikenal sebagai kota hujan
dikarenakan curah hujan yang terjadi ini cukup sering sehingga banyak pemilik
UKM yang menggeluhkan cuaca ini sebagai salah satu penyebab turunnya jumlah
pembelian produk disaat hujan. Selain itu, tempat UKM untuk memasarkan
produknya masih kurang strategis, sehingga UKM perlu program pemasaran yang
lebih baik agar konsumen dapat mengetahui dimana saja dapat membeli produk
UKM tersebut.
Faktor mesin, masih banyak UKM menggunakan tenaga manual sehingga
untuk menaikan jumlah produksi UKM perlu menambah tenaga kerjanya atau
tidak menambah jumlah produksi sama sekali. Mesin yang digunakan pun hanya
mesin standar sehingga UKM perlu mesin yang dapat meningkatkan jumlah
produksi.
Faktor pengukuran, UKM tidak menetapkan minimal tingkat pendidikan
bagi karyawannya, syaratnya hanya dengan mau bekerja maka sudah dapat
menjadi karyawan didalam UKM. Terkadang UKM merasakan sedikit hambatan
saat akan menerapkan SOP atau menaikan standar.
Faktor material, banyak UKM yang mengalami kesulitan dalam
mendapatkan modal atau pinjaman modal. Pemerintah biasanya memberikan
hibah berupa alat atau mesin kepada UKM, sedangkan yang dibutuhkan UKM
adalah modal untuk lebih mengembangkan lagi usahanya dan produksinya.

12
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah karyawan dari 18 UKM cluster
kuliner di Kota Bogor yang berjumlah 61 orang responden. Analisis deskriptif
digunakan untuk mengidentifikasi karyawan berdasarkan jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan, status pernikahan, penghasilan perbulan, jumlah tanggungan,
dan lama bekerja. Karakteristik karyawan pada UKM kuliner dapat dilihat pada
Gambar 9 dengan pie chart.

Gambar 8 Karakteristik Responden
Karakteristik karyawan pada UKM cluster kuliner Kota Bogor yaitu pada
tingkat pendidikan didominasi pendidikan terakhir SMA/sederajat yaitu 35
responden dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 42 responden dari 61 responden.
Sedangkan dari usia, banyak karyawan yang rentang usianya 16-25 tahun
sehingga sebagian karyawan telah berada pada usia produktif untuk bekerja dan
pendidikan yang layak.
Status pernikahan, sebanyak 43 responden belum menikah dan 25
responden memiliki 1-2 orang sebagai tanggungan. Berdasarkan penghasilan,
rentang Rp 760.000 – Rp 1.000.000 yang paling banyak diterima oleh 20
karyawan UKM kuliner Kota Bogor, sebanyak 25 responden mempunyai 1-3
tahun lamanya mereka bekerja tetapi sebanyak 21 responden pun mempunyai
lama bekerja yang kurang dari satu tahun.

Karakteristik UKM
Usaha kecil adalah perusahaan atau industri yang memiliki jumlah tenaga
kerja 5 - 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan perusahaan atau
industri yang memiliki tenaga kerja 20 - 99 orang (Tambunan 2009). UKM
kuliner Kota Bogor yang menjadi sampel penelitian berjumlah 18 UKM.

13
Karakteristik UKM dilihat dari 2 sisi yaitu jumlah karyawan dan skala UKM.
Dapat di lihat pada tabel 3 karakteristik UKM yang menjadi responden penelitian.
Tabel 3 Karakteristik UKM Cluster Kuliner Kota Bogor
Produk Makanan
Skala Usaha
Aneka kue kering
Kecil
Roti manis
Kecil
Aneka Zuppa
Kecil
Roti gambang
Kecil
Roti bakar
Menengah
Brownis
Kecil
Aneka Mochi
Menengah
Brownis talas
Menengah
Aneka pia
Kecil
Aneka Sop Ayam
Menengah
Aneka Brownis
Kecil
Aneka Martabak
Menengah
Aneka pasta
Kecil
makanan dan minuman
Kecil
Aneka susu
Menengah
Surabi
Kecil
Aneka duren
Menengah
Aneka roti manis
Menengah
Total

Responden
4
3
3
2
3
6
9
5
2
2
2
2
2
2
2
2
5
5
61 responden

Sumber : Data diolah (2015)

Dari 18 UKM yang menjadi sampel penelitian, 10 diantaranya berskala
kecil dan 8 UKM berskala menengah dan karyawan yang dijadikan responden
berjumlah 61 orang. UKM yang dijadikan sampel adalah ukm kuliner dengan
berbagai macam jajanan ringan serta makanan dan minuman.
Persepsi Karyawan UKM
Karyawan pada UKM kuliner Kota Bogor memiliki nilai terkait variabel
sumber inovasi, penciptaan pengetahuan, pemanfaatan pengetahuan, pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan, serta bentuk inovasi. Pada sumber inovasi,
variabel eksternal memperoleh nilai terbesar yaitu 52,89 persen. Hal ini
menunjukan bahwa sumber inovasi penting bagi karyawan. Pada variabel
penciptaan pengetahuan, persentasi tertinggi adalah variabel eksternalisasi yang
mempunyai nilai sebesar 53,28 persen. Hal ini beranggapan bahwa pada
penciptaan pengetahuan, variabel yang sangat mempengaruhi adalah variabel
eksternalisasi.
Pada pemecahan masalah dan pengambil keputusan memperoleh nilai 53,83
persen oleh variabel konsensus. Hal ini menunjukan bahwa variabel konsensus
mempunyai pengaruh pada pemecahan masalah. Pada variabel bentuk inovasi,
variabel produk memperoleh persentasi nilai yang paling tinggi yaitu 62,30 persen
sehingga menunjukan adanya inovasi terhadap produk mempengaruhi kemajuan

14
UKM cluster kuliner di Kota Bogor. Persentase persepsi karyawan UKM kuliner
Kota Bogor pada variabel sumber inovasi dijelaskan Tabel 4.
Tabel 4 Persepsi karyawan UKM kuliner Kota Bogor.
Variabel
Persentase
(%)
Sumber Inovasi
Penciptaan
Pengetahuan

Pemecahan
masalah dan
pengambil
keputusan
Bentuk inovasi

1.
2.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.

Internal
Eksternal
Sosialisasi
Eksternalisasi
Kombinasi
Internalisasi
Konsensus
Kreativitas
Comprehensiveness

1. Manajemen
2. Produk
3. Proses
Sumber: Data diolah (2015)

Keterangan

52,89
54,10
50,82
53,28
49,18
50,27
53,83
52,79
50,82

Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju

54,55
62,30
54,64

Setuju
Setuju
Setuju

Analisis Pengaruh Penciptaan Pengetahuan terhadap Inovasi UKM dengan
Pendekatan Partial Least Square (PLS)
Menurut Chin disitasi Ghozali (2008) suatu indikator dianggap valid jika
memiliki nilai korelasi di atas 0.70. Namun untuk loading factor 0.50 sampai 0.60
masih dapat diterima dengan melihat output korelasi antara indikator dengan
konstruknya daan composite reliability akan menunjukkan nilai yang memuaskan
jika di atas 0.7. Terdapat dua model pada penelitian ini, maka model yang
mempunyai nilai T-hitung paling besar lah yang akan digunakan.
Tabel 5 Hasil evaluasi outer dan inner model 1 dan 2
Kriteria

Standar
MODEL I
penilaian
1. Loading Factor Nilai Loading Seluruh variabel telah
Factor > 0.50
memiliki
loading
factor > 0.5 maka
seluruh variabel valid.
2.Average
Nilai AVE > Bentuk inovasi (0.728),
Variance
0.50
Pemecahan
Masalah
Extracted
(0.780),
Penciptaan
Pengetahuan (0.651),
Sumber
Inovasi
(0.647),
seluruh
variabel valid

MODEL II
Seluruh variabel telah
memiliki
loading
factor > 0.5 maka
seluruh variabel valid.
Inovasi
(0.727),
Pemecahan
Masalah
(0.779),
Penciptaan
Pengetahuan (0.650),
Sumber
inovasi
(0.695),
seluruh
variabel valid

15
Lanjutan Tabel 5
Kriteria
3.Composite
Reability

4. Signifikansi

5. R-Square

Standar
penilaian
Nilai > 0.7

MODEL I

Bentuk inovasi
(0.889),
Pemecahan
Masalah
(0.914),
Penciptaan
Pengetahuan (0.848),
Sumber
inovasi
(0.801), maka seluruh
variabel realibel
Nilai t-statistik Pemecahan
Masalah
> 1.96 (5%)
terhadap
Bentuk
Inovasi
(5.759),
Penciptaan
Pengetahuan terhadap
Pemecahan
Masalah
(0.968),
Sumber
Inovasi
terhadap
Pemecahan
Masalah
(1.749),
Sumber
inovasi
terhadap
Penciptaan
Pengetahuan (2.871)
Nilai
square R
Square
Bentuk
terletak
pada inovasi
(0.332),
rentang 0-1
Pemecahan
Masalah
(0.106),
Penciptaan
Pengetahuan (0.101)

MODEL II
Inovasi (0.889),
Pemecahan
Masalah
(0.914),
Penciptaan
Pengetahuan (0.847),
Sumber
inovasi
(0.820),
seluruh
variable realibel
Pemecahan
Masalah
terhadap
Bentuk
Inovasi
(4.521),
Penciptaan
Pengetahuan terhadap
Bentuk Inovasi (1.262),
Penciptaan
Pengetahuan terhadap
Pemecahan
Masalah
(1.077),
Sumber
inovasi
terhadap
Penciptaan
Pengetahuan (3.263)
R
Square
Bentuk
Inovasi
(0.378),
Pemecahan
masalah
(0.045),
Penciptaan
Pengetahuan (0.104)

Sumber: Data diolah (2015)

Tabel 5 menyatakan hasil analisis yang menunjukan evaluasi model I dan model
II. Pada penelitian ini model yang dipilih adalah model kedua. Untuk menguji valid
dan reliabel menggunakan nilai AVE 0.50 dan Composite reability 0.70 dikarenakan
kedua model telah memenuhi nilai tersebut. Model kedua melihat pengaruh tidak
langsung penciptaan pengetahuan terhadap inovasi dengan tipologi inovasi dan
pemecahan masalah sebagi variabel perantara dan penciptaan pengetahuan tidak
berpengaruh langsung dengan pemecahan masalah.

16
Gambar 9 Model Awal Outer Model II
Gambar 9 menunjukan model awal outer model 2, pada model ini masih
terdapat nilai loading factor yang masih kurang dari 0.5 maka loading factor
tersebut harus di reduksi untuk mendapatkan nilai lebih dari 0.7.

Gambar 10 Hasil Outer Model II
Gambar 10 indikator yang direduksi adalah indikator kombinasi, sehingga
tidak ada lagi loading factor yang kurang dari 0.5 maka evaluasi outer model dapat
dilanjutkan ke tahap selanjutnya.

Gambar 11 Hasil Boostrapping Analisis Inner Model II
Gambar 11 menerangkan bahwa konversi
pada proses penciptaan
pengetahuan di UKM terjadi secara eksternalisasi, proses eksternalisasi adalah
proses yang mengartikulasikan suatu tacit knowledge menjadi suatu konsep yang
jelas (Nawawi 2012). Hal ini menyatakan bahwa karyawan sudah dapat
mentransfer pengetahuan yang mereka miliki kepada karyawan lainnya dan
mendorong karyawan untuk belajar dari satu sama lain. Sumber inovasi yang
terjadi pada UKM Kuliner Kota Bogor berasal dari internal, sistem yang ada pada
UKM dapat menghasilkan sumber inovasi bagi UKM itu sendiri karena pemilik

17
UKM selalu memberikan bimbingan terhadap karyawannya sehingga karyawan
menjadi lebih inovatif.
Pemecahan masalah yang dilakukan secara konsensus, faktor konsensus
merupakan faktor yang merujuk pada kemampuan mengatasi hambatan sosial,
karena merupakan refleksi keharmonisan dan komitmen bersama untuk mencapai
sasaran (Sukmawati et al 2008). Karyawan mengetahui adanya kesepakatan yang
kuat antara para pengambil keputusan. Bentuk inovasi yang dilakukan oleh UKM
Kuliner Kota Bogor yaitu inovasi pada proses, sehingga adanya proses penciptaan
atau modifikasi barang atau jasa untuk meningkatkan kualitas, citra, fungsi, dan
sebagainya dari barang atau jasa. Gambar 12 juga memberikan penjelasan bahwa
Pemecahan Masalah berpengaruh signifikan terhadap Bentuk Inovasi sebesar
4.521 dan Sumber Inovasi berpengaruh signifikan terhadap Penciptaan
Pengetahuan sebesar 3.263 (T statistik > 1.96).
Tabel 6 menunjukan hasil analisis inner model dari smartPLS. Nilai original
sample (O) untuk melihat hubungan positif atau negatif antar variabel sedangkan
T-statistik untuk melihat adanya pengaruh yang signifikan atau tidak. Hasil
analisis menunjukan nilai T-statistik pada model kedua dan menjawab hipotesis
yang diajukan pada penelitian ini. Jika T hitung > dari T tabel yaitu 1.96 untuk
tingkat error 5%.
Tabel 6 Hasil inner model pada analisis smartPLS

Sumber Inovasi
terhadap
Penciptaan
Pengetahuan
Penciptaan
Pengetahuan
terhadap Bentuk
Inovasi
Penciptaan
Pengetahuan
terhadap
Pemecahan
Masalah
Pemecahan
Masalah
terhadap Bentuk
Inovasi

Original Sampel
Sample
Mean
(O)
(M)
0.532
0.536

Standard
Error
(STERR)
0.118

T Statistics
(|O/STER
R|)
3.263

P
Value

Kesimpulan

0.000

Terima H1

0.216

0.245

0.171

1.262

0.208

Tolak H2

0.212

0.223

0.197

1.077

0.282

Tolak H4

0.323

0.367

0.099

4.521

0.001

Terima H5

Sumber : Data diolah (2015)

H1 : Sumber inovasi terhadap penciptaan pengetahuan memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan dimana t-statistik sebesar 3.263. Nilai T hitung > dari
T tabel, maka terima H1.
H2 : Penciptaan pengetahuan terhadap pemecahan masalah memiliki pengaruh
yang positif dan tidak signifikan dimana t-statistik sebesar 1.077. Nilai T
hitung < dari T tabel, maka tolak H2.

18
H4 : Pemecahan masalah terhadap inovasi masalah memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan dimana t-statistik sebesar 3.263. Nilai T hitung > dari
T tabel, maka terima H4.
H5 : Penciptaan pengetahuan terhadap inovasi memiliki pengaruh yang positif dan
tidak signifikan dimana t-statistik sebesar 1.262. Nilai T hitung < dari T
tabel, maka tolak H5.
Pada UKM kuliner, proses penciptaan pengetahuan tidak berpengaruh pada
pemecahan masalah dikarenakan proses ini belum terjadi atau belum dilakukan,
dimana pengelola UKM tidak melibatkan karyawan untuk bersama-sama berfikir
bagaimana mengatasi masalah yang terjadi pada UKM kuliner di Kota Bogor.
Proses penciptaan pengetahuan terhadap inovasi pun tidak berpengaruh pada
UKM kuliner, peran karyawan dalam menciptakan atau mendapatkan inovasi pun
belum terjadi, banyak karyawan yang mempunyai banyak ide akan tetapi tidak
dipraktekan, hal ini menyebabkan belum adanya keterlibatan karyawan pada
penciptaan inovasi UKM kuliner. Penciptaan pengetahuan terhadap inovasi dapat
terjadi pada UKM apabila UKM dapat beradaptasi dengan lingkungan dan suatu
organisasi mampu memperdayakan sumber daya manusianya. Pengetahuan
merupakan aset yang paling penting dalam suatu organisai, maka UKM perlu
belajar lebih banyak bagaimana cara merubah pengetahuan yang dimiliki menjadi
inovasi dan dapat menguntungkan.
Berdasarkan penelitian, proses penciptaan pengetahuan tidak memiliki
pengaruh terhadap inovasi UKM cluster kuliner Kota Bogor, maka diperlukan
variabel perantara yaitu sumber inovasi dan pemecahan masalah. Hasil ini telah
sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Dewi (2014) bahwa penciptaan
pengetahuan tidak berpengaruh terhadap bentuk inovasi dan diperlukan dua
variabel perantara. Akan tetapi pada penelitian ini penciptaan pengetahuan tidak
berpengaruh terhadap pemecahan masalah dan inovasi, maka tidak perlu adanya
proses pemecahan masalah agar UKM dapat membuat inovasi.

Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, meningkatnya efektivitas
inovasi tentu menjadi tujuan utama bagi UKM kuliner Kota Bogor, akan tetapi
pada saat ini UKM memiliki beberapa faktor yang menyebabkan inovasi tidak
efektif. Bagi UKM, penciptaan pengetahuan merupakan subsitusi pendidikan,
dimana dengan bertukar informasi atau pengetahuan dengan karyawan lainnya,
sudah dapat dikatakan bahwa proses penciptaan pengetahuan sudah terjadi di
dalam UKM tersebut, hal ini perlu diperhatikan oleh pengelola UKM yaitu
dengan menyediakan sarana informasi agar karyawan dapat mengembangkan
pengetahuannya tidak hanya pengetahuan didalam UKM saja tetapi juga
pengetahuan di luar UKM, sehingga karyawan dapat saling bertukar informasi
untuk pengembangan UKM.
Karyawan dapat lebih kreatif dan terampil apabila adanya pelatihan yang
mendukung, seperti mentoring dengan yang memberikan pelatihan secara rutin
baik dari luar atau dari dalam UKM. Pengelola UKM sebaiknya sering
memberikan motivasi bagi karyawannya, hal ini dapat membuat karyawan tidak
hanya merasa sebagai pekerja akan tetapi merasa memiliki UKM itu sendiri.

19
Pada UKM kuliner, sebaiknya lebih fokus menghasilkan inovasi pada bagian
proses berupa pelayanan yang lebih cepat dengan mempertimbangkan ketepatan
waktu, maka untuk meningkatkan kualitas pelayanan dibutuhkan penyusunan
SOP yang baik dan sesuai dengan kondisi UKM itu sendiri.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Permasalahan yang dimiliki oleh UKM kuliner Kota Bogor adalah dilihat
dari faktor SDM, kurangnya karyawan yang berpengalaman dan terampil. Faktor
material, sulitnya mendapatkan pinjaman modal. Faktor pengukuran, masih
rendahnya standar untuk penerimaan karyawan. Faktor mesin, belum ada mesin
yang dapat menaikkan jumlah produksi. Faktor lingkungan, kondisi cuaca Kota
Bogor yang tidak menentu sepeti turunnya hujan yang tidak dapat diprediksi.
Berdasarkan hasil pada analisis Structural Equation Modelling (SEM),
Proses penciptaan pengetahuan tidak memiliki pengaruh terhadap bentuk inovasi
dan pemecahan masalah pada UKM kuliner Kota Bogor. Proses penciptaan
pengetahuan yang didapatkan oleh UKM Kuliner Kota Bogor berasal dari
eksternalisasi, artinya karyawan UKM sudah dapat mentrasfer pengetahuannya
kepada karyawan lainnya. Sumber inovasi yang terjadi pada UKM Kuliner Kota
Bogor berasal dari internal, sistem yang ada pada UKM dapat menghasilkan
sumber inovasi bagi UKM itu sendiri karena pemilik UKM selalu memberikan
bimbingan terhadap karyawannya sehingga karyawan menjadi lebih inovatif.
Pemecahan masalah yang dilakukan secara konsensus, karyawan mengetahui
adanya kesepakatan yang kuat antara para pengambil keputusan. Bentuk inovasi
yang dilakukan oleh UKM Kuliner Kota Bogor yaitu inovasi proses, sehingga
adanya perbaikan proses penciptaan atau modifikasi produk atau jasa untuk
meningkatkan kualitas, citra, fungsi, dan sebagainya dari produk atau jasa.
Saran
Sumber daya manusia pada UKM cluster kuliner Kota Bogor dapat
dijadikan peranan yang penting agar efektivitas pada inovasi menjadi maksimal,
untuk itu SDM sebaiknya memiliki keterampilan dan pengalaman yang baik
dan komitmen kuat untuk bekerja agar tidak terjadinya turn over karyawan
yang tinggi.
2.
Para pelaku usaha, sebaiknya lebih mempertimbangkan pendidikan
minimal untuk karyawan yang akan bekerja, selain itu karyawan lebih sering
diberikan pelatihan, baik kepemimpinan maupun yang lainnya agar lebih
berkembang lagi dan mengikut sertakan karyawannya untuk mendapatkan
pelatihan diluar agar karyawan dapat lebih mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya.
3.
Pelaku usaha sebaiknya melibatkan karyawan dalam mengatasi
permasalahan yang terjadi pada UKM dengan mendengarkan masukan dari
karyawan.

1.

20
4.

Adanya dukungan yang kuat dari pemerintah terhadap perkembangan
UKM, pelatihan tidak hanya kepada pemilik UKM tetapi juga kepada
karyawan UKM agar lebih terampil dan dapat mengasah kemampuan dan
pemikiriannya untuk meningkatkan efektivitas inovasi di UKM kuliner.
5.
Dukungan pemerintah untuk pengembangan UKM cluster kuliner yaitu
dengan memberikan modal yang sesuai dengan kebutuhkan UKM.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi AH. 2014. Pengaruh Penciptaan Pengetahuan terhadap Inovasi pada Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) Klaster Kerajinan Tanggan Kota Bogor. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
[DINKOP UMKM] Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor. 2015. Pertumbuhan
UKM Kota Bogor tahun 2011-2014. Bogor (ID): Kantor Koperasi dan UMKM
Kota Bogor.
Ferdinand A. 2003. Structural Equation Modelling dalam Penelitian Manajemen.
Universitas Diponegoro.Semarang.
Gaspersz, V, Fontana A. 2011. Integrated Management Problem Solving Panduan
bagi Praktisi Bisnis dan Industri. Jakarta:Penerbit Vinchristo Publication.
Gopalakrishnan S, Bierly P. 2001. Analyzing Innovation Adopting Using a
Knowledge-based Apporoach. Elsevier Science B.V. 107-130
Ghozali I. 2008. Structural Equation modeling Metode Alternatif dengan Partial
Least Square. Edisi 2. Semarang [ID] : Universitas Diponegoro.
Ghozali I, Latan H. 2015. Partial Least Squre Konsep, Teknik dan Aplikasi
Menggunakan Program SmartPLS 3.0. Semarang [ID] : Universitas
Diponegoro.
Ginting E, Aji P. 2013. Economic trends developing Asia: Southest Asia. Asian
Develop Outlook. 222-226.
Gunawan T, Dewi K I, Mulyawati S L. 2014. Identifikasi Wisata Kuliner Kota
Bogor. Universitas Pakuan.
Hasmita H. 2014. Pengaruh Penciptaan dan Proses Pemanfaatan Pengetahuan
terhadap Inovasi di UKM Rizky Food Kabupaten Sukabumi. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Meilina M. 2012. Analisis Aset Pengetahuan Dalam Memfasilitasi Proses
Penciptaan Pengetahuan Organisasi (Studi Kasus Pusat Penelitian Ekonomu
Lembaga Pengetahuan Indonesia). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Michalko M. 2001. Cracking Creativity The Secret of Creative Genius.
diterjemahkan Dwi Prabantini. 2010. Yogyakarta (ID): PT ANDI. Bogor [ID]:
Institut Pertanian Bogor.
Nawawi I. 2012. Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management). Bogor:
Ghalia Indonesia.
Nonaka I, Nishiguchi T. Knowledge Emergence: Sosial, Techical, and
Evolutionary Dimensions of Knowledge Creation. Oxford University Press
Pfeffer M. 1996. The Art to Maintance Human Resources. New York: Mc.GrawHill Company.

21
Sangkala. 2007. Knowledge Management. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sedarmayanti. 2001. SDM dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV Mandar Maju
Soo CW, Devinney T M, Midgley D F. 2002. Knowledge Creation in
Organizations: Exploring Firm and Context Specific Effects. Fontainebleau
(FR): Insead
Suharsaputra U. 2012. Metode penelitian Kuantitafif, Kualitatif, dan Tindakan.
Bandung: PT Refika Aditama
Suharso, Puguh. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis. Jakarta: PT
Indeks
Sukmawati A, Ma’arif MS, Marimin, Mudikdjo K, Hardjomidjojo H, Indrasti NS.
2008. Pembentukan Model Penciptaan Pengetahuan (Knowledge Creation)
dalam Mendorong Inovasi pada Koperasi Susu di Indonesia: Suatu Studi
Konfirmatori. Journal of Animal Science and Technology. 31(3): 212-224.
Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. ED ke-1. Bogor (ID):
Ghalia Indonesia.
Tambunan T. 2009. UMKM di Indonesia. Cetakan Pertama. Bogor (ID): Ghalia
Indonesia.
Tambunan T. 2014. UMKM Indonesia Rangkuman Hasil Sejumlah Penelitian.
Jakarta (ID): Universitas Trisakti
Umar H. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta (ID): PT
Raja
Grafindo
Persada.

22

LAMPIRAN

23

Model Awal Outer Model I
menunjukan hasil perhitungan pada model 1. Pada gambar tersebut
menunjukan model perhitungan awal. Dimana masih terdapat nilai loading factor
yang kurang dari 0,5.

Gambar 12 Mo