Pertumbuhan Dan Kualitas Daging Ikan Patin Siam Yang Diberi Pakan Dengan Kadar Protein Berbeda Dan Diperkaya Hormon Pertumbuhan Rekombinan

PERTUMBUHAN DAN KUALITAS DAGING IKAN PATIN
SIAM YANG DIBERI PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN
BERBEDA DAN DIPERKAYA HORMON PERTUMBUHAN
REKOMBINAN

RENI AGUSTINA LUBIS

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Pertumbuhan dan
Kualitas Daging Ikan Patin Siam yang Diberi Pakan dengan Kadar Protein
Berbeda dan Diperkaya Hormon Pertumbuhan Rekombinan” adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2016

Reni Agustina Lubis
NIM C151140461

RINGKASAN
RENI AGUSTINA LUBIS. Pertumbuhan dan Kualitas Daging Ikan Patin Siam
yang Diberi Pakan dengan Kadar Protein Berbeda dan Diperkaya Hormon
Pertumbuhan Rekombinan. Dibimbing oleh ALIMUDDIN dan NUR BAMBANG
PRIYO UTOMO
Ikan patin siam Pangasianodon hypophthalmus adalah salah satu komoditas
budidaya ikan air tawar yang memerlukan waktu relatif lama untuk mencapai
ukuran konsumsi. Produksi induk dan benih unggul dapat dilakukan
menggunakan metode hibridisasi, triploidisasi, seleksi ikan, dan transgenesis
tetapi memerlukan waktu relatif lama karena regenerasi induk ikan patin yang
cukup lama. Alternatif lain adalah pemberian hormon pertumbuhan rekombinan
(recombinant growth hormone/rGH). Aplikasi rGH dapat dilakukan menggunakan

metode injeksi, perendaman dan melalui pakan. Aplikasi rGH melalui pakan
lebih praktis dengan jumlah ikan yang lebih banyak. Pemberian rGH pada pakan
dengan kadar protein berbeda diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan
melalui protein sparing effect. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
mengevaluasi penggunaan hormon pertumbuhan rekombinan pada pakan dengan
kadar protein berbeda terhadap kinerja pertumbuhan dan kualitas daging ikan
patin siam.
Protein rGH yang telah disalut (coating) dengan kuning telur ayam
dicampur dengan pakan komersial berkadar protein berbeda (23%, 28%, dan
32%) dengan dosis kering 2 mg/kg pakan masing-masing perlakuan, dan kontrol
tanpa penambahan rGH. Setiap perlakuan memiliki 3 ulangan. Ikan patin (bobot
awal : 110.66 ±0.66 g) diberi pakan mengandung rGH 2 kali seminggu (bulan
pertama dan bulan ketiga), dua kali sehari. Feeding rate yang digunakan adalah
3% dari biomassa ikan. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 4 bulan pada kolam
beton berukuran 200 m2 yang dipasang hapa berukuran 2x1x1.5 m3 dengan padat
tebar 20 ekor per hapa. Parameter yang diuji meliputi pertambahan bobot, laju
pertumbuhan spesifik (LPS), jumlah konsumsi pakan (JKP), rasio konversi pakan
(RKP), tingkat kelangsungan hidup (TKH), retensi protein (RP) dan lemak (RL),
indeks hepatosomatik (IHS), karkas, dan lemak perut. Analisis data dengan tabel sidik
ragam dilakukan menggunakan software statistik Minitab 16. Ekspresi gen growth

hormone (GH) dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan rGH pada perlakuan
pakan berprotein berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kadar
lemak tubuh (P0,05).
Analisis semi-kuantitatif PCR menunjukkan bahwa ekspresi gen GH di otak
ikan saat 24 jam pasca perlakuan rElGH lebih tinggi dibandingkan kontrol. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa pemberian rElGH menginduksi ekspresi GH
endogen. Namun demikian, peningkatan ekspresi GH endogen tidak
mempengaruhi pertumbuhan ikan patin (P>0,05). Pada penelitian ini penyebab
ekspresi GH endogen lebih tinggi pada perlakuan pakan 23% daripada 28% belum
diketahui. Namun demikian, kadar lemak ikan perlakuan pakan 23% dan 28%
yang disuplementasi rElGH menurun dibandingkan kontrolnya. Sebagai
kesimpulan, pemberian pakan berkadar protein 28% dan diperkaya rElGH
memberikan kinerja pertumbuhan dan kualitas daging yang baik pada pembesaran
ikan patin.
Kata kunci: protein pakan, ikan patin siam, pembesaran, rGH

SUMMARY
RENI AGUSTINA LUBIS. Growth Performance and Flesh Quality of Striped
Catfish Fed Diets with Different Protein Level and Enriched by Recombinant Fish

Growth Hormone. Supervised by ALIMUDDIN and NUR BAMBANG PRIYO
UTOMO
Striped catfish Pangasianodon hypophthalmus is one of the freshwater fish
farming commodities that requires a relatively long time to reach consumption
size. Broodstock and superior seed production can be performed using
hybridization, triploidyzation, selection, and transgenesis but require a relatively
long time for regeneration. Another alternative ways is administration of
recombinant growth hormone (recombinant growth hormone/rGH). Application of
rGH can be done by injection, immersion and feed supplementation. The
application of rGH using feed supplementation is more practically in large
quantities of fish. Supplementation of rGH on feed with different protein levels
are expected to increase growth rate through protein sparing effect. Therefore, this
study aimed to evaluate application of rGH on feed with different protein levels
on growth performance and product quality striped catfish.
The rGH coated with chicken egg yolk at a dry-based dose of 2 mg/kg of feed
was sprayed onto commercial feed with different protein levels (23%, 28%, and 32%).
Each treatment has a control without rGH supplementation and three replications.
Striped catfish (initial weight: 110.66 ± 0.66 g) was fed diets containing rGH
2 times a week (first month and third month) and two times a day. Feeding rate
was 3% of fish biomass. Fish were reared in concrete pond 200 m2 insulated with

nets measuring 2x1x1.5m3 with a density of 20 fish nets-1 for 4 months. Test
parameters were observed including weight gain, specific growth rate, feed
consumption, feed conversion ratio, survival rate, protein retention, lipid retention,
hepatosomatic index, edible portion, belly fat and growth hormone gene
expression. All data were further analyzed statistically using ANOVA with
Minitab 16.0 statistical software. Growth hormone expression was analyzed
descriptively.
The results showed that rGH supplementation on different protein level in
feed have different effects (P 0.05).
Analysis of semi-quantitative PCR showed that the GH gene expression in
the brain at 24 hours post-treatment rElGH group higher than the control group.

This indicated that administration of rElGH induces the expression of endogenous
GH. However, the increasing of endogenous GH does not affect the growth of
catfish (P>0.05). In this study is not known yet the cause of increasing of
endogenous GH gene expression in treatment 23% protein diet compared to
treatment 28% protein diet. However, the fat content of fish fed treatment 23%
and 28% protein diet supplemented rElGH decreased compared to controls.
In conclusion, feeding 28% protein diet with rElGH supplementation provides
good growth performance and flesh quality in grow-out of striped catfish.

Keywords: feed protein level, striped catfish, grow-out, rGH

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERTUMBUHAN DAN KUALITAS DAGING IKAN PATIN
SIAM YANG DIBERI PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN
BERBEDA DAN DIPERKAYA HORMON PERTUMBUHAN
REKOMBINAN

RENI AGUSTINA LUBIS

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Dosen Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah Tesis ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
dilaksanakan sejak bulan November 2015 sampai Mei 2016 dengan tema tentang
rekayasa budidaya ikan patin siam. Judul penelitian ini adalah “ Pertumbuhan dan
kualitas daging ikan patin siam yang diberi pakan dengan kadar protein berbeda
dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan penelitian ini
tidak semata didapatkan sendiri, namun tidak terlepas dari segala bantuan dan

dukungan berbagai pihak, baik ide, pemikiran, tenaga, moril dan material. Oleh
karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih mendalam kepada
Dr. Alimuddin, S.Pi, M.Sc dan Dr. Ir. Nur Bambang Priyo Utomo, M.Si sebagai
komisi pembimbing atas waktu dan bimbingannya mulai dari penyusunan
proposal, pelaksanaan penelitian sampai pada penulisan tesis. Penulis juga
menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc sebagai
dosen penguji luar komisi dan Dr. Mia Setiawati, M.Si sebagai komisi program
studi yang telah memberikan saran dan masukan dalam ujian sidang tesis ini.
Terima kasih kepada Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT)
Jambi ketika penulis memulai studi S2 yang telah memberikan nasehat, motivasi
dan dukungan dalam penyelesaian studi S2 yang penulis lakukan. Terima kasih
disampaikan kepada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan
Perikanan (BPSDM-KP) yang telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk
melanjutkan studi S2 di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis haturkan kepada
ayahanda H. Pardamean Lubis (alm) dan Ibunda Hj. Rabiah Nasution atas doa,
dukungan dan semangatnya. Kepada suamiku, Janu Dwi Kristianto, M.IL yang
selalu memberikan dukungan, doa, kesabaran dan kasih sayang yang sangat
berarti dan kepada anakku (Fakhrie Zhafran Khairy Husen) yang menjadi
penyemangat dan harapan penulis. Terima kasih kepada Ayah mertua Edi Junaidy

Husen (alm), Ibu mertua Pamiarsih atas segala semangat dan doa yang diberikan.
Kepada adikku M. Riza Zulfi Lubis, SE dan H. M. Yahdinin Lubis, S.HI; kakak
ipar Novie Karunia Sari, A.Md serta adik ipar Dede Tri Kurniawan, M.Pd; terima
kasih untuk semua cinta, doa dan perhatiannya.
Terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu
Akuakultur Angkatan 2014 atas kebersamaan, kekompakan, kerjasama serta
motivasinya dalam menempuh studi. Kepada Suardi Laheng, M.Si,
Hasan Nasrullah, Sulasy Rohmy, Megawati W, Sucly Aldis, Sumitro, Ainun Putri
Saribanun K, Anny Hary Ayu, Ibu Lina Mulyani, Mba Retno, Bapak Wasjan serta
Bapak Henda atas kebersamaan dan kerjasamanya selama penelitian.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyelesaian karya
ilmiah ini. Dengan harapan, karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
para pembaca pada umumnya.
Bogor, Desember 2016
Reni Agustina Lubis

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1. PENDAHULUAN
Latar belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2
2
2
3
3
3

3
4
4
7

2

METODE
Waktu dan Tempat
Produksi rGH
Pakan Uji
Pemeliharaan Ikan dan Pengambilan Data
Parameter Uji
Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan

7
7
11

4

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

14
14
14

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

15
18
38

DAFTAR TABEL

1
2

3

4

5

Komposisi proksimat pakan uji (bobot kering)
3
-1
Bobot akhir (Bt, g individu ), penambahan bobot tubuh
(g individu1), laju pertumbuhan spesifik (LPS, % hari-1), jumlah
konsumsi pakan, (JKP, g individu-1), dan rasio konversi pakan
(RKP, %)
8
Kadar air, protein dan lemak tubuh ikan patin siam (% bobot
basah), serta retensi protein (%) dan retensi lemak (%) yang diberi
pakan perlakuan hormon pertumbuhan rekombinan
8
Kualitas daging (filet, % ) dan lemak perut (belly fat, %) ikan patin
siam yang diberi pakan dengan penambahan hormon pertumbuhan
rekombinan
9
Indeks hepatosomatik (HIS), kadar air, lemak, dan glikogen hati
ikan patin siam
10

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4

Prosedur analisis proksimat
Prosedur analisis kadar glikogen hati
Prosedur analisis ekspresi gen GH
Hasil uji ANOVA

19
21
22
23

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan patin siam Pangasianodon hypophthalmus merupakan komoditas
budidaya ikan air tawar yang berkembang cukup pesat di Indonesia. Kenaikan
rata-rata produksi ikan patin Indonesia dari Tahun 2010-2014 mencapai 31,63%
(SIDATIK 2015). Kendala umum yang dihadapi pembudidaya ikan antara lain
harga pakan ikan yang meningkat dengan harga jual ikan yang tetap stabil. Ikan
patin memiliki pertumbuhan yang lambat, dibutuhkan waktu 6-7 bulan untuk
mencapai ukuran 400-600 gram dengan ukuran tebar awal 5-8 cm (SNI 2002).
Masa pemeliharaan yang cukup lama dengan harga pakan yang terus meningkat
berimbas pada biaya produksi yang cukup tinggi dan terbatasnya margin
keuntungan yang diterima pembudidaya ikan. Tepung ikan merupakan salah satu
sumber protein utama. Secara umum kualitas pakan dilihat dari kandungan
proteinnya. Semakin tinggi kandungan protein, maka harga pakan tersebut
semakin mahal terkait dengan harga tepung ikan yang relatif tinggi saat ini. Pakan
merupakan komponen biaya yang paling besar dalam menunjang keberhasilan
usaha budidaya ikan. Pada sistem budidaya semi-intensif, biaya pakan berkisar
30-60% dari total biaya produksi (Hasan 2010).
Protein merupakan bahan utama yang dibutuhkan dalam pertumbuhan
(Halver & Hardy 2002). Protein dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan apabila
kandungan lemak dan karbohidrat seimbang, jika tidak maka protein akan
digunakan untuk energi dibandingkan untuk pertumbuhan (Craigh & Helfich
2002). Dengan kata lain, penambahan nutrien non-protein sebagai penghasil
energi dapat menurunkan penggunaan protein sebagai sumber energi (protein
sparing effect) sehingga dapat meningkatkan fungsi protein dalam menunjang
pertumbuhan ikan (Hasan & Khan 2013).
Upaya lain untuk menghasilkan benih berkualitas tinggi adalah melalui
aplikasi rekayasa genetik, diantaranya aplikasi protein rekombinan, hibridisasi,
triploidisasi, seleksi dan teknologi transgenesis. Salah satu pendekatan yang
terbukti mampu meningkatkan laju pertumbuhan adalah pendekatan bioteknologi
molekuler antara lain melalui aplikasi hormon pertumbuhan rekombinan
(recombinant growth hormone; rGH). Hormon pertumbuhan adalah hormon
peptida yang berasal dari kelenjar pituitari bagian anterior berperan dalam
pengaturan pertumbuhan dan metabolisme serta kesetimbangan energi (Bartke
2005).
Pemberian rGH dapat dilakukan melalui pakan, penyuntikan/injeksi dan
melalui perendaman. Pemberian rGH secara oral melalui pakan lebih praktis
dengan jumlah ikan yang lebih banyak. Penelitian mengenai penambahan rGH
pada pakan terbukti mampu meningkatkan laju pertumbuhan ikan channel catfish
(Silverstein et al. 2000), ikan baronang Siganus sp. (Funkenstein et al. 2005),
ikan sidat Anguilla sp. (Handoyo et al. 2012), ikan nila Oreochromis niloticus
(Muhammad et al. 2013), dan ikan gurami Osphronemus goramy (Budi et al.
2014).
Evaluasi mengenai suplementasi rGH pada pakan untuk meningkatkan
pertumbuhan telah dilakukan peneliti sebelumnya. Hasil penelitian Budi et al.

2
(2014) menunjukkan pemberian pakan dengan kadar protein berbeda yang
diperkaya rGH mampu meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pemanfaatan
protein pada benih ikan gurami. Selanjutnya Rasmussen et al. (2001) menyatakan
bahwa pemberian rGH dapat menurunkan kadar lemak dan meningkatkan sintesis
protein dalam tubuh, kandungan lemak yang lebih rendah pada ikan dengan laju
pertumbuhan yang lebih cepat menunjukkan protein sparing effect yang terjadi
seiring dengan meningkatnya level GH. Kobayashi et al. (2007) juga
menyebutkan bahwa hormon pertumbuhan dapat meningkatkan retensi dan
penyerapan protein serta mereduksi ekskresi amonia. Hal ini memberikan
informasi penting dalam rangka meningkatkan efisiensi penggunaan pakan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek penggunaan hormon
pertumbuhan rekombinan pada pakan dengan kadar protein berbeda terhadap
pertumbuhan dan kualitas daging ikan patin siam.

Perumusan Masalah
Pembesaran ikan patin siam untuk mencapai ukuran ikan konsumsi
membutuhkan waktu relatif lama. Hal ini berdampak pada kebutuhan pakan yang
meningkat yang berimbas kepada biaya produksi yang tinggi. Permasalahan yang
dihadapi oleh pembudidaya ikan patin, kenaikan harga pakan tidak diikuti dengan
peningkatan harga jual ikan sehingga banyak dari pembudidaya menggunakan
pakan murah yang umumnya dengan kadar protein rendah. Dampak yang
ditimbulkan dari penggunaan pakan tersebut diduga menyebabkan pertumbuhan
ikan yang lambat serta konversi pakan tinggi. Salah satu pendekatan molekuler
yang dikembangkan dalam meningkatkan laju pertumbuhan adalah melalui
aplikasi hormon pertumbuhan rekombinan. Pemberian rGH pada pakan dengan
kadar protein berbeda pada pembesaran ikan patin diharapkan mampu
memberikan hasil yang lebih baik pada pakan berkadar protein lebih rendah
melalui protein sparing effect pada pakan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek penggunaan hormon
pertumbuhan rekombinan pada pakan dengan kadar protein berbeda terhadap
kinerja pertumbuhan dan kualitas daging ikan patin siam

Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan informasi kadar protein pakan yang
disuplementasi dengan rGH yang menghasilkan performa pertumbuhan terbaik
dalam pembesaran ikan patin di kolam air tenang.

3

2 METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai Mei 2016.
Penyiapan pakan mengandung rGH ikan kerapu kertang (rElGH) dan analisa
ekspresi gen GH dilakukan di Laboratorium Reproduksi & Genetika Organisme
Akuatik Departemen Budidaya Perairan, dan pemeliharaan ikan dilakukan di
Kolam Percobaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Analisis proksimat
dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan. Analisis kualitas air dilakukan di
Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan FPIK IPB.

Produksi rGH
Produksi rElGH dalam bentuk protein total dilakukan dengan menggunakan
bakteri Escherichia coli strain BL21 yang mengandung vektor ekspresi protein
pCold/rElGH. Metode kultur bakteri dan metode koleksi rGH dilakukan seperti
dijelaskan oleh Alimuddin et al. (2010).
Pakan Uji
Pakan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan komersial
dengan kadar protein berbeda, yaitu pakan A (protein 23%), pakan B (protein
28%), dan pakan C (protein 32%). Hasil analisis proksimat pakan uji disajikan
pada Tabel 1. Sebanyak 2 mg rElGH (kering) dilarutkan dalam 15 ml PBS
(phosphate buffer saline) dan dicampurkan dengan 20 mg kuning telur ayam yang
berfungsi sebagai pengikat (binder). Setelah dihomogenisasi menggunakan vortex,
campuran kuning telur dengan rElGH disemprotkan merata pada 1 kg pakan
(Hardiantho et al. 2012). Penyalutan pakan dengan kuning telur dan PBS juga
dilakukan pada pakan kontrol. Setiap perlakuan pakan memiliki kontrol tanpa
penambahan rElGH. Setiap perlakuan dan kontrol diulang sebanyak tiga kali.
Tabel 1. Komposisi proksimat pakan uji (bobot kering)
Pakan Perlakuan
Parameter
23%+
28%+
23%
28%
32%
rGH
rGH
Protein (%)
23,71
24,36
26,95
27,83
31,90
Lemak (%)
2,20
2,65
5,63
6,20
6,44
Abu (%)
8,26
7,91
9,48
9,40
10,92
Serat Kasar (%) 7,54
8,34
6,72
6,45
3,85
BETN
58,29
56,74
51,23
50,92
46,89
GE (kkal/kg)
3924,53 3939,79 4138,57 4184,63 4313,78
C/P (kkal/g)
16,55
16,17
15,36
15,48
13,52

32%+
rGH
33,42
6,35
10,80
3,97
45,46
4332,29
12,96

Ket : BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen; GE = energi protein 5,6 kkal/g; lemak 9,4 kkal/g; karbohidrat
4,1 kkal/g (Watanabe, 1988); CP = Rasio energi protein; 23% = Pakan protein 23%; 23%+rGH : Pakan
protein 23 % dengan penambahan rElGH.

4
Pemeliharaan Ikan dan Pengambilan Data
Benih ikan patin siam (bobot awal: 110,66±1,32 g) dipelihara di kolam
beton ukuran 200 m2 menggunakan hapa berukuran 2×1×1,5 m3 dengan padat
tebar 20 ekor/hapa. Benih ikan patin siam yang digunakan berasal dari Balai
Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang. Pada awal
pemeliharaan dilakukan proses aklimatisasi selama dua minggu. Pada akhir
aklimatisasi, ikan dipuasakan selama 24 jam untuk menghilangkan pengaruh sisa
pakan dalam tubuh ikan. Kemudian ikan ditimbang untuk mengetahui bobot awal.
Tiga ekor ikan diambil untuk uji proksimat tubuh ikan awal.
Ikan dipelihara selama 4 bulan, dan diberi pakan dengan feeding rate 3%
dari biomassa ikan, dua kali sehari (pagi dan sore). Pemberian pakan mengandung
rElGH dilakukan dua kali seminggu dengan interval waktu 3 hari pada bulan
pertama dan bulan ketiga, dan pakan tanpa rElGH pada hari lainnya. Sampling
bobot ikan dilakukan setiap 20 hari sekali. Pada akhir pemeliharaan, ikan
dipuasakan selama 24 jam, selanjutnya jumlah ikan dihitung dan bobot ditimbang.
Setelah penimbangan bobot akhir, sampel ikan diambil secara acak 3 ekor tiap
ulangan untuk analisis proksimat tubuh dan daging, karkas, lemak perut dan
indeks hepatosomatik (IHS). Kualitas air kolam pemeliharaan selama penelitian,
yaitu suhu air berkisar 29-34C, pH 7,05-7,51, DO (dissolved oxygen) berkisar
4,20-7,60 mg L-1 dan TAN (total ammonium nitrogen) 0,12-0,80 mg L-1.
.
Parameter Uji
Parameter yang dievaluasi pada penelitian ini adalah pertambahan bobot,
laju pertumbuhan spesifik (LPS), jumlah konsumsi pakan (JKP), rasio konversi
pakan (RKP), tingkat kelangsungan hidup (TKH), analisis proksimat pakan, tubuh
dan daging ikan, indeks hepatosomatik (IHS), lemak hati, lemak perut, karkas,
dan analisis ekspresi gen penyandi hormon pertumbuhan (GH, growth hormone).
Pertambahan Biomassa, LPS, dan RKP
Bobot tubuh ikan diukur setiap 20 hari sampai akhir percobaan.
Pertambahan biomassa dihitung berdasarkan persamaan:
Pertambahan biomassa = Bt−B0
Keterangan:
Bt = Biomassa pada akhir perlakuan (g)
B0 = Biomassa pada awal perlakuan (g)
Laju pertumbuhan spesifik (LPS) ikan uji dihitung berdasarkan persamaan yang
dikemukakan oleh Huisman (1987), yaitu:

LPS (%) =
Keterangan:
LPS = Laju pertumbuhan spesifik (% hari-1)

5
Wt = Rata-rata bobot individu pada waktu akhir pemeliharaan (g)
W0 = Rata-rata bobot individu pada waktu awal pemeliharaan (g)
t
= Lama waktu pemeliharaan (hari)
Rasio konversi pakan (RKP) dihitung dengan menggunakan persamaan yang
dikemukakan oleh Guillaume et al. (1999), yaitu:

RKP =
Keterangan:
RKP = Rasio konversi pakan
P
= Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g)
Wt
= Biomassa ikan pada waktu akhir pemeliharaan (g)
W0
= Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)
Wm = Bobot ikan yang mati selama pemeliharaan (g)
Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)
Tingkat kelangsungan hidup (TKH) dihitung menggunakan rumus (Asdari
et al. 2011), yaitu:

TKH (%) =
Keterangan :
TKH = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt
= Jumlah ikan pada akhir pengamatan (ekor)
N0
= Jumlah ikan pada awal pengamatan (ekor)
Retensi Protein dan Retensi Lemak
Nilai retensi protein dihitung berdasarkan persamaan (Takeuchi, 1988)
RP (%) =
Keterangan :
RP
= Retensi protein (%)
Fp
= Kandungan protein tubuh pada pada akhir percobaan (g)
I
= Kandungan protein tubuh pada pada awal percobaan (g)
P
= Jumlah protein yang dikonsumsi (g)
Nilai retensi lemak dihitung berdasarkan persamaan (Takeuchi, 1988)
RL (%) =
Keterangan :
RL
= Retensi lemak (%)

6
Fl
I
L

= Kandungan lemak tubuh pada pada akhir percobaan (g)
= Kandungan lemak tubuh pada pada awal percobaan (g)
= Jumlah lemak yang dikonsumsi (g)

Analisis Proksimat
Analisis proksimat (Lampiran 1 dan 2) dilakukan terhadap pakan dan
daging ikan pada awal dan akhir masa pemeliharaan dengan cara mengambil
sebanyak tiga ekor ikan secara acak setiap perlakuan. Analisis proksimat untuk
kadar air menggunakan metode pemanasan dalam oven bersuhu 105-110ºC, serat
kasar menggunakan metode pelarutan contoh dengan asam dan basa lemah, dan
pemanasan; protein kasar menggunakan metode Kjeldahl; lemak kering
menggunakan metode Soxchlet; lemak basah menggunakan metode Folch; kadar
abu dengan pemanasan dalam tanur bersuhu 600 ºC (Takeuchi, 1988)

Bobot Karkas dan Lemak Perut
Untuk pengukuran karkas, dan lemak perut dilakukan dengan cara
mengambil sebanyak tiga ekor ikan secara acak dari setiap perlakuan dan kontrol
pada akhir pemeliharaan.

× 100

Bobot Karkas (%) =

Lemak perut atau lemak bagian perut dihitung pada akhir penelitian berdasakan
bobot lemak perut (g) dibagi dengan bobot tubuh ikan (g) (Suryaningrum et al.
2010) dengan menggunakan rumus :
Lemak perut (%) =

× 100

Analisis Organ Hati
Pada akhir masa penelitian, sebanyak tiga ekor ikan dari setiap perlakuan
diambil secara acak untuk dilakukan analisis kadar air, lemak dan IHS (indeks
hepatosomatik). IHS diukur dengan menimbang bobot hati ikan dibandingkan
dengan bobot tubuh
ikan patin hasil perlakuan. IHS dihitung dengan
menggunakan rumus (Kiritnikom 2012), yaitu:

IHS (%)

=

7
Analisis Ekspresi Gen Penyandi Pertumbuhan (GH )
Analisis ekspresi gen penyandi pertumbuhan (GH). dilakukan untuk
mendapatkan informasi tentang ekspresi gen GH akibat pemberian rGH eksogen
dengan cara mengambil sampel hipofisa dari tiga ekor ikan patin siam pada
masing-masing perlakuan dan digabung (Lampiran 3). Pengambilan sampel
dilakukan di akhir perlakuan, yaitu setelah pemberian pakan rGH diberhentikan
selama 4 minggu. Pemberian pakan yang mengandung rGH dan pakan kontrol
dilakukan setelah ikan dipuasakan sehari (untuk mengosongkan isi lambung
sebelum pemberian GH). Hipofisa diambil pada jam ke-24 setelah perlakuan.
Tahapan ekstraksi RNA dan sintesis cDNA GH dilakukan seperti yang dijelaskan
Safir (2012)

Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial dengan dua faktor, yaitu
pemberian hormon pertumbuhan rekombinan dan pakan dengan kadar protein
berbeda. Setiap perlakuan memiliki 3 ulangan. Data yang diperoleh ditabulasi
dengan Ms. Excel 2013 dan uji ANOVA dianalisis dengan menggunakan program
MINITAB 16. Perlakuan yang berbeda nyata diuji lanjut dengan uji Tuckey. Data
kualitas air dan ekspresi gen GH dianalisis secara deskriptif.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pertumbuhan dan kelangsungan hidup
Hasil penelitian selama 4 bulan pemeliharaan menunjukkan pertumbuhan
ikan patin siam relatif lebih tinggi pada perlakuan pakan berprotein berbeda yang
diberi rElGH (Tabel 2). Pertambahan bobot dan LPS tertinggi serta RKP terendah
terjadi pada pakan berprotein 32% yang diperkaya dengan rElGH, sedangkan
pertambahan bobot dan LPS terendah serta RKP tertinggi terjadi pada perlakuan
pakan berprotein 23% tanpa penambahan rElGH. Pertambahan bobot ikan, LPS,
JKP dan RKP pada perlakuan pakan berprotein 28% diperkaya rGH tidak berbeda
nyata dengan perlakuan pakan berprotein 32% yang diperkaya rGH, dan
perlakuan pakan berprotein 32% tanpa rGH (P>0,05). Selain itu, pertambahan
bobot dan LPS terendah serta RKP tertinggi diperoleh pada perlakuan pakan
berprotein 23% tanpa penambahan rGH dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan
pakan berprotein 23% dengan penambahan rGH. Selanjutnya respons
pertambahan bobot, LPS, dan RKP menunjukkan tidak ada interaksi antara kadar
protein pakan dan penambahan rElGH (P>0,05; Lampiran 4). Tingkat
kelangsungan hidup (TKH) ikan untuk semua perlakuan selama berlangsungnya
pemeliharaan adalah sama (100%).

8
Tabel 2 Bobot akhir (Bt, g individu-1), penambahan bobot tubuh (g individu-1),
laju pertumbuhan spesifik (LPS, % hari-1), jumlah konsumsi pakan (JKP,
g individu-1), dan rasio konversi pakan (RKP, %)
Parameter Uji
Perlakuan
Pertambahan
pakan
Bobot akhir
LPS
JKP
RKP
bobot
23%

4
tanpa rGH 1418,67±44,43b
rGH
436,60±29,87b

308,00±44,48b
325,92±29,95b

1,11±0.09c 537,33±20.06c
1,15±0.06bc 553,67±72.63bc

28%

tanpa rGH 547,71±20,52ab
rGH
646,81±57,22a

437,06±20,52ab
536,13±57,23a

1,34±0.03ab 604,07±37.31abc 1,38±0.06bc
1,48±0.07a 685,43±52.67ab 1,28±0.07c

497,80±74,69a
580,26±65,28a

1,43±0.11a 664,73±36.71abc 1,35±0.14c
1,54±0.08a 700,28±76.04a 1,21±0.00c

P