47
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum DAS Ciliwung
4.1.1. Bentuk dan Wilayah Daerah Aliran Sungai Ciliwung
DAS  Ciliwung  membentang  dari  kaki  Gunung  Pangrango  sampai  Teluk Jakarta meliputi areal seluas 347 km
2
, dengan panjang sungai utamanya 117 km. Menurut toposekuensnya DAS Ciliwung dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: hulu,
tengah  dan  hilir,  masing-masing  dengan  stasiun  pengamatan  arus  sungai  di Bendung  Katulampa  Bogor,  Ratujaya  Depok,  dan  Pintu  Air  Manggarai  Jakarta
Selatan.  Masing-masing  bagian  tersebut  mempunyai  karakteristik  fisik, penggunaan  lahan, dan sosial ekonomi  masyarakat  yang  sedikit  banyak  berbeda.
Distribusi penutupan lahan di DAS Ciliwung dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Keadaan Penutupan Lahan di DAS Ciliwung Tahun 2009
Berdasarkan  wilayah  administrasi,  DAS  Ciliwung  dari  hulu  sampai  hilir melingkupi  Kab.  Bogor,  Kota  Bogor,  Kota  Depok,  dan  Propinsi  DKI  Jakarta
dengan deliniasi wilayah sebagai berikut : a.  Bagian  hulu  DAS  Ciliwung  sebagian  besar  termasuk  wilayah
Kabupaten  Bogor  Kecamatan  Megamendung,  Cisarua  dan  Ciawi
48 dan  sebagian  kecil  Kota  Bogor  Kecamatan  Kota  Bogor  Timur  dan
Kota Bogor Selatan. b.  Bagian  tengah  DAS  Ciliwung  termasuk  wilayah  Kabupaten  Bogor
Kecamatan Sukaraja, Cibinong, Bojonggede dan Cimanggis,  Kota Bogor  Kecamatan  Kota  Bogor  Timur,  Kota  Bogor  Tengah,  Kota
Bogor  Utara,  dan  Tanah  Sareal  dan  Kota  Administratif  Depok Kecamatan Pancoran Mas, Sukmajaya dan Beji.
c.  Bagian  hilir  sampai  dengan  Pintu  Air  Manggarai  termasuk  wilayah administrasi  pemerintahan  Kota  Madya  Jakarta  Selatan  dan  Jakarta
Pusat,  lebih  ke  hilir  dari  Pintu  Air  Manggarai,  termasuk  saluran buatan  Kanal  Barat,  Sungai  Ciliwung  ini  melintasi  wilayah  Kota
Madya Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara.
4.1.2. Topografi dan Curah Hujan
4.1.2.1. Bagian Hulu
Bagian  hulu  DAS Ciliwung  mencakup areal  seluas 146 km2  yang  merupakan daerah pegunungan dengan elevasi antara 300  m  sampai 3.000  m dpl.  Di  bagian
hulu  paling  sedikit  terdapat  7  Sub  DAS,  yaitu:  Tugu,  Cisarua,  Cibogo, Cisukabirus,  Ciesek,  Ciseuseupan,  dan  Katulampa.  Bagian  hulu  dicirikan  oleh
sungai  pegunungan  yang  berarus  deras,  variasi  kemiringan  lereng  yang  tinggi, dengan  kemiringan  lereng  2-15  70,5  km
2
,  15-45    52,9  km
2
,  dan  sisanya lebih dari 45.  Di bagian hulu masih banyak dijumpai mata air yang bergantung
pada komposisi litografi dan porositas batuan. Curah  hujan  rata-rata  tahunan  selama  periode  1989-2001  adalah  3.636  mm
dengan rata-rata hujan bulanan 303 mm. Sebaran waktu time distribution hujan di bagian hulu disajikan dalam Gambar 12.
Batas  musim  kemarau  dengan  musim  penghujan  di  bagian  hulu  tidak  jelas, kecuali  daerah  Citeko  dimana  musim  kemarau  terjadi  pada  bulan  Juni  sampai
dengan  September,  dan  musim  penghujan  pada  bulan  Oktober  sampai  dengan bulan  Mei  Antoro  dan  Fahmiza,  2002.  Debit  sungai  rata-rata  selama  periode
1989-2001 di Bendung Katulampa disajikan dalam Gambar 13.
49
Gambar 12.  Distribusi Curah hujan bulanan di DAS Ciliwung
Gambar 13. Rata-rata Debit Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa 4.1.2.2.
Bagian Tengah
Bagian tengah Bagian tengah mencakup areal seluas 94 km2 merupakan daerah bergelombang dan berbukit-bukit dengan variasi elevasi antara 100 m sampai 300
m dpl. Di  bagian Tengah terdapat dua anak sungai,  yaitu: Cikumpay dan Ciluar, yang keduanya bermuara di sungai Ciliwung. Bagian tengah Ciliwung didominasi
area  dengan  kemiringan  lereng  2-15.    Curah  hujan  rata-rata  tahunan  selama periode  1989-2001  adalah  3.910  mm  dengan  rata-rata  hujan  bulanan  326  mm.
100 200
300 400
500 600
700
Jan Feb M ar Apr M ei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
C H
m m
Bulan
G. M as Kat ulampa
Depok
Grafik Hubungan Debit Katulampa terhadap Waktu Periode Tahun 1992 - 2002
10 20
30 40
50 60
19 92
-0 1
19 92
-0 7
19 93
-0 1
19 93
-0 7
19 94
-0 1
19 94
-0 7
19 95
-0 1
19 95
-0 7
19 96
-0 1
19 96
-0 7
19 97
-0 1
19 97
-0 7
19 98
-0 1
19 98
-0 7
19 99
-0 1
19 99
-0 7
20 00
-0 1
20 00
-0 7
20 01
-0 1
20 01
-0 7
20 02
-0 1
Bulan D
e b
it m
3 d
e ti
k
Debit
50 Sebaran  waktu  time  distribution  hujan  di  beberapa  stasiun  pengamatan  DAS
Ciliwung disajikan dalam Gambar 14.
Sumber : diolah dari Antoro dan Fahmiza 2002
Gambar 14. Distribusi Curah Hujan Bulanan di DAS Ciliwung Tengah 4.1.2.3.
Bagian Hilir
Bagian  Bagian  hilir  sampai  stasiun  pengamatan  Kebon  BaruManggarai  pada elevasi  8  m  dpl  mencakup  areal  seluas  82  km
2
merupakan  dataran  rendah bertopografi  landai  dengan  elevasi  antara  0  m  sampai  100  m  dpl.  Bagian  hilir
didominasi    area    dengan    kemiringan    lereng  0-2  ,  dengan  arus  sungai  yang tenang.  Bagian  lebih  hilir  dari  Manggarai  dicirikan  oleh  jaringan  drainase,  yang
sudah dilengkapi dengan Kanal Barat yang berupa saluran kolektor.  Curah hujan rata-rata  tahunan  selama  periode  1989-2001  adalah  2.126  mm  dengan  rata-rata
hujan  bulanan  177  mm.  Sebaran  waktu  time  distribution  hujan  di  bagian  hilir disajikan dalam Gambar 15.
Daerah  hilir  yang  umumnya  berada  di  Jakarta  dan  Tangerang  batas  antara musim  kemarau  dan  musim  penghujan  tampak  jelas.  Musim  penghujan  mulai
jatuh pada bulan Desember dan berakhir  pada bulan  Maret. Secara umum hujan di bagian hilir ini paling kering dibandingkan dengan hujan di bagian tengah dan
hulu DAS.
51
Sumber : diolah dari Antoro dan Fahmiza 2002
Gambar 15. Distribusi Curah Hujan Bulanan di DAS Ciliwung Hilir 4.1.3.
Karakteristik Lahan dan Tata Ruang Wilayah DAS Ciliwung 4.1.3.1.
Penguasaan Lahan dan Penggunaan Lahan
Penguasaan  lahan  di  bagian  hulu  dapat  dikelompokkan  menjadi  lahan negara, hak milik dan hak guna usaha.  Lahan negara dalam bentuk kawasan hutan
dikelola  oleh  pemerintah  c.q  Balai  Taman  Nasional  Gede-Pangrango  Kawasan Taman  Nasional,  Balai  Konservasi  Sumberdaya  Alam  Kawasan  Hutan  Cagar
Alam  Telaga  Warna  Departemen  Kehutanan,  dan  Perum  Perhutani  Kawasan Lindung dan Produksi. Lahan dalam bentuk situ dan badan sungai dikelola oleh
Pemda  dan  pemerintah  c.q  Balai  Pengelolaan  Sumberdaya  Air,  Departemen Pemukiman  dan  Prasarana  Wilayah.  Lahan  milik  umumnya  digunakan  untuk
kebun,  sawah  tadah  hujan  dan  teknis,  tegalanladang,  pemukiman  dan  tempat rekreasi. Sedangkan lahan dalam bentuk hak guna usaha digunakan sebagai kebun
PT. Gunung Mas dan PT. Ciliwung.  Lahan milik umumnya dimiliki oleh orang yang bertempat tinggal di luar lahan milik tersebut.
Penguasaan  lahan  di  bagian  tengah  seperti  halnya  di  bagian  hulu  dapat dikelompokkan  menjadi  lahan  negara,  hak  milik  dan  hak  guna  usaha.    Lahan
negara  dalam  bentuk  kawasan  hutan  dikelola  oleh  pemerintah  c.q.  Perum Perhutani Kawasan Lindung dan Produksi. Lahan dalam  bentuk situ dan badan
sungai  dikelola  oleh  Pemda  dan  pemerintah  c.q  Balai  Pengelolaan  Sumberdaya Air,  Departemen  Pemukiman  dan  Prasarana  Wilayah.  Lahan  milik  umumnya
digunakan  untuk  kebun,  sawah  tadah  hujan,  dan  teknis,  tegalanladang, pemukiman dan tempat rekreasi. Sedangkan  lahan dalam  bentuk hak guna usaha
52 digunakan  sebagai  kebun.    Penggunaan  lahan  di  bagian  hilir  didominasi  oleh
lahan  hunian  build  up  areas,  jaringan  jalan,  badan  sungai  dan  saluran  drainase lainnya, sedikit lahan hijau dalam bentuk taman.
Kondisi penggunaan lahan, dalam hal ini tingkat penutupan lahan land cover- merupakan indikator penting dalam mengenali kondisi keseluruhan DAS. Hal ini
berkaitan  dengan  terpeliharanya  daerah  resapan  air,  pengurangan  aliran permukaan  serta  pengendalian  erosi  saat  musim  penghujan  dan  mencegah
kekeringan saat musim kemarau.
4.1.3.2. Perubahan  Penggunaan  Lahan  dan  tata  Ruang  Wilayah  DAS
Ciliwung
Berdasarkan hasil kajian Direktorat Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, Ditjen  RRL,  Dephut  1997,  pola  penggunaan  lahan  di  wilayah  DAS  Ciliwung
bagian  hulu  dan  bagian  tengah  secara  garis  besar  dibedakan  menjadi  4  empat jenis pemanfaatan lahan yaitu hutan, pertanian, pemukiman termasuk diantaranya
industri, perdagangan, dll, dan  lain-lain termasuk situ.  Baik DAS bagian hulu maupun  bagian  tengah  masih  didominasi  oleh  kawasan  pertanian  yaitu  masing-
masing sebesar 63,9 dan 72,2.  Akan tetapi, DAS bagian hulu masih terdapat kawasan  hutan  sekitar  25    sedangkan  DAS  bagian  tengah  sudah  tidak
mempunyai kawasan hutan sama sekali. Kawasan  hutan  yang  ada  di  DAS  Ciliwung  bagian  hulu  sebagian  besar
merupakan  hutan  lindung  yang  berstatus  hutan  negara.    Kawasan  hutan  ini didominasi  oleh  vegetasi  hasil  suksesi  alami  dan  menurut  data  pada  BPDAS
Citarum  Ciliwung  2012,  kerapatan  vegetasi  pada  hutan  lindung  tersebut  makin lama  makin  berkurang.    Pada  wilayah  hutan  lindung,  penyebaran  vegetasinya
tidak  merata,  sehingga  terdapat  daerah  gundul  tanah  kosong  yang  perlu  segera direhabilitasi. Sekitar 28  kawasan hutan di DAS bagian hulu merupakan hutan
produksi yang didominasi oleh tanaman Pinus sp. yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat  setempat  dan  tanpa  pengelolaan  yang  baik  sehingga  keberadaan
tanaman Pinus makin berkurang, penutupan hutan tersebut sebesar 25  dari total DAS bagian hulu.  Kawasan pertanian di DAS Ciliwung bagian hulu, didominasi
oleh  persawahan  25,4    yang  hampir  seluruhnya  menggunakan  sistem pengairan baik teknis, maupun pengairan sederhana dan hanya sekitar 5  yang
53 menggunakan  sistem  tadah  hujan.  Perkebunan  yang  ada  di  wilayah  ini  16,2
didominasi oleh perkebunan teh dan cengkeh. Untuk  DAS  Ciliwung  bagian  tengah,  lahan  pertanian  yang  paling  banyak
dijumpai  adalah  kebun  campuran  31    yang  merupakan  kebun  yang  dimiliki oleh  perorangan  yang  fungsinya  selain  untuk  pertanian  juga  sebagai  tempat
hunian.  Meskipun demikian, lahan pertanian untuk persawahan juga masih cukup luas 24,8 .
Data pemilikanpenguasaan tanah pertanian di  Ciliwung  menunjukkan  adanya kecenderungan  ke  arah  menyempitnya  luas  lahan  yang  dikuasai  oleh  petani.
Perubahan  yang  paling  mencolok  dalam  hal  penggunaan  lahan  di  wilayah  hulu dan  tengah  adalah  pada  proporsi  lahan  yang  digunakan  untuk  kawasan
pemukiman.   Areal  pemukiman di wilayah tengah  mencapai  luasan  sebesar 29,6 sedangkan di DAS Ciliwung bagian hulu hanya sekitar 7,4 . Pola penggunaan
lahan di wilayah DAS Ciliwung hulu dan tengah disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Pola Penggunaan Lahan di Wilayah DAS Ciliwung
Sub DAS Jenis Pemanfaatan
Lahan Luas
ha Hulu
Kawasan Hutan 4,274
28.8 Kawasan Pertanian
9,503 63.9
Perkebunan 2,407
16.2 Kebun campuran
1,775 11.9
Tegalan  ladang 1,543
10.4 Sawah
3,777 25.4
Kawasan Pemukiman 1,099
7.4 Lain-lain
Jumlah 14,876
100 Tengah
Kawasan Hutan Kawasan Pertanian
9,923 72.1
Perkebunan Kebun campuran
5,560 40.4
Tegalan  ladang 2,070
15.0 Sawah
2,244 16.3
Alang-alangsemak 49
0.4 Kawasan non Pertanian
3,701 26.9
Pemukiman 2,796
20.3 Komplek
214 1.6
Real estate 636
4.6 Industri
58 0.4
Lain-lain situ 135
0.8 Jumlah
13,763 100
Sumber :  BPDAS Citarum Ciliwung, 2012
54 Pola  pemukiman  di  wilayah  hulu  berbeda  dengan  pola  yang  ada  di  kawasan
tengah. Pola pemukiman di DAS Ciliwung bagian tengah membentuk akumulasi- akumulasi  hunian  yang  cenderung  terpusat  di  Kotamadya  Bogor,  di  Cibinong
sebagai  ibukota  Kabupaten  Tk.  II  Bogor  dan  di  Kota  Administratif  Depok sebagai pusat kota baru terdekat dengan Jakarta.  Pemukiman di kawasan tengah
jauh  lebih  tertata  dan  memang  berfungsi  sebagai  tempat  tinggal.  Selain  untuk hunian,  penggunaan  lahan  pemukiman  di  wilayah  DAS  Ciliwung  bagian  tengah
juga  banyak  berubah  fungsi  menjadi kawasan  industri dan kawasan perdagangan maupun  perkantoran.  Di  wilayah  DAS  bagian  tengah  ini  terdapat  akumulasi
industri  yang  terletak  di  sepanjang  jalan  Raya  Bogor  dan  di  sebagian  pinggir Sungai Ciliwung.
Berbeda  dengan  DAS  Ciliwung  bagian  tengah,  pemukiman  di  bagian  hulu cenderung  menyebar  meskipun  ada  juga  kecenderungan  memusat  ke  arah
sepanjang  jalan  raya  Ciawi  -  Cisarua.      Kawasan  pemukiman  di  daerah  hulu  ini cenderung  meningkat  pesat  dari  tahun  ke  tahun  baik  jumlah  maupun  jenisnya,
akan  tetapi  kecenderungan  tersebut  mengarah  pada  berkembangnya  daerah  ini menjadi kawasan wisata.
Kawasan  pemukiman  di  wilayah  DAS  Ciliwung  bagian  hulu  tidak  hanya berfungsi  sebagai  tempat  tinggal  hunian  tapi  juga  berfungsi  sebagai  tempat
peristirahatan yang hanya dihuni pada saat-saat tertentu saja. Selain itu, sebagian pemukiman  penduduk  setempat  masih  mencerminkan  tipe  pemukiman  pedesaan
yaitu tempat tinggal yang digabung dengan kebun. Dari pola penggunaan lahannya, dapat dikatakan bahwa DAS Ciliwung tengah
sudah  lebih  mengalami  proses  urbanisasi  dibandingkan  dengan  DAS  Ciliwung hulu. Pola penggunaan lahan di Ciliwung hulu masih dapat dikatagorikan wilayah
pertanian  dengan  fungsi  khusus  sebagai  daerah  pariwisata  dan  konservasi. Perkembangan ini dapat terjadi karena adanya pengaruh urbanisasi dari Jakarta ke
arah  Bogor  yang  dipercepat  oleh  jalan  tol  Jagorawi  hingga  Gadok.    Selain  itu, adanya  akumulasi  industri  di  Ciliwung  bagian  tengah  ini  juga  mempercepat
terjadinya urbanisasi.
55
Tabel 11. Perubahan Tipe Penggunaan Lahan di DAS Ciliwung
Tipe Penggunaan Lahan 1981 – 1985
1985 – 1990 Hlb hutan lebat belukar
  Lt, Hs, Kt, Kc   Kt
Hb hutan belukar   Lt
  Lt, Kc Hs semak
  Kr, Kc, Lt, Sw, Pk, Kt   Hlb
  Kr Kc kebun campuran
  Sw, Pk, Kr, Lt   Hlb, Hs
  Kr, Lt   Tg, Hb, Kt
Kt kebun teh   Hlb, Sw, Hs
  Hlb, Kc, Lt   Pk
Kr kebun karet   Hs, Kc
  Kc, Hs, Kt Pk pemukiman
  Sw, Kc, Tg, Hs   Sw, Tg, Kc, Kt, Kr
Lt lahan tebuka   Hs, Kc, Hlb, Hb, Tg
  Hb, Kc, Kt Tg tegalan
  Pk, Lt, Sw   Sw, Kc
  Pk Sw sawah
  Pk, Kt, Tg   Hs, Kc
  Tg, Pk
Sumber :  Anonim 1997 Ket :
  Luasan areal berkurang, terkonversi menjadi   Luasan areal bertambah, berasal dari
Berdasarkan data pada Tabel 11 dan Tabel 12 dapat dikemukakan bahwa pada
kurun  waktu  1981-1985  telah  terjadi  perubahan  penggunaan  lahan  yang  cukup cepat, yaitu meningkatnya areal pemukiman dan lahan terbuka serta berkurangnya
areal tegalan, hutan lebat belukar, semak dan hutan belukar. Luas areal pemukiman meningkat sebesar 943 ha dalam DAS Ciliwung bagian
hulu.  Areal  pemukiman  mencakup  kampung  dan  penggunaan  non-pertanian lainnya seperti sarana dan prasarana daerah wisata.  Perubahan ini terutama terjadi
pada  daerah-daerah  dengan  tingkat  aksesibilitas  yang  tinggi  atau  mempunyai sarana  perhubungan  yang  baik.    Sebelum  menjadi  areal  pemukiman,  daerah
tersebut  merupakan  sawah,  kebun  campuran,  tegalan,  semak  dan  hutan.    Lahan terbuka  juga  menunjukan  peningkatan  luas  yaitu  534  ha  dalam  DAS  Ciliwung
hulu  yang  sebelumnya  merupakan  hutan  semak,  kebun  campuran,  hutan  lebat belukar, hutan belukar dan tegalan.
Hutan lebat belukar memiliki struktur vegetasi yang baik dan penutupan yang tinggi hingga sangat tinggi.  Hutan belukar memiliki struktur penutupan vegetasi
yang  kurang  baik  dibandingkan  dengan  hutan  lebat  belukar.  Kebun  campuran umumnya  terdiri  dari  kombinasi  tanaman  semusim  dan  tanaman  keraskayu.
Tegalan  umumnya  diusahakan  untuk  tanaman  semusim.    Perubahan  dari  hutan lebat  belukar  menjadi  hutan  belukar  atau  bahkan  menjadi  kebun  campuran
56 maupun  tegalan  akan  sangat  mempengaruhi  sistim  tata  air  hidrologi  DAS
Ciliwung. Selama  1985-1990,  perubahan  penggunaan  lahan  yang  cukup  cepat  adalah
berkurangnya  areal  persawahan,  hutan  lebat  belukar  dan  lahan  terbuka  serta bertambahnya  areal  kebun  teh,  hutan  belukar  dan  tegalan.    Areal  persawahan
berkurang  seluas  1.734  ha  terkonversi  menjadi  tegalan  dan  pemukiman, sedangkan  hutan  lebat  belukar  berkurang  seluas  654  ha  terkonversi  seluruhnya
menjadi  kebun  teh,  dan  lahan  terbuka  berkurang  seluas  458  ha  terkonversi menjadi  hutan  belukar,  kebun  campuran  dan  kebun  teh.  Hal  ini  merupakan
indikasi  adanya  desakan  penduduk  terhadap  lahan  di  kawasan  hutan,  disamping indikasi dari upaya-upaya reboisasi yang masih belum berjalan optimal.
Dalam  kurun  waktu  1985-1990,  kebun  teh  menunjukan  perluasan  areal  yang sangat cepat yaitu seluas 1.338 ha, berasal dari areal yang sebelumnya merupakan
hutan  belukar, kebun campuran dan  lahan terbuka.   Di sisi  lain, areal kebun teh juga sedikit terkonversi menjadi pemukiman.  Kebun teh ini meliputi areal dengan
tanaman yang lebih produktif maupun areal yang masih baru ditanami. Perubahan yang menarik dalam kurun waktu 1985-1990 adalah konversi seluruh areal kebun
karet  seluas  200  ha  menjadi  pola  penggunaan  kebun  campuran,  hutan  dan pemukiman,  karena  umur  karet  sudah  tidak  produktif.    Penebangan  pohon  karet
diikuti  oleh  perubahan  ke  pola  penggunaan  lainnya.  Kenaikan  areal  pemukiman dalam  kurun  waktu  1985-1990  sebesar  269  ha  jauh  lebih  kecil  dibandingkan
kurun waktu 1981-1985. Dari  uraian  di  atas  dapat  dikatakan  bahwa  perubahan  pola  penggunaan  lahan
yang  terjadi  di  DAS  Ciliwung  bagian  hulu  mempunyai  kecenderungan  yang meningkat dari tahun ke tahun kearah penggunaan  yang karakteristik resapannya
lebih  kecil  dan  mengakibatkan  berkurangnya  fungsi  konservasi  dari  areal Ciliwung  bagian  hulu.    Berkurangnya  luasan  hutan  menjadi  areal  lain  terutama
lahan  terbuka,  pemukiman  dan  penggunaan  lain  menyebabkan  fungsi  hidrologis terganggu.
4.1.4. Jenis Tanah di DAS Ciliwung
Jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Sub DAS Ciliwung Bagian Hulu meliputi jenis  komplek  Aluvial  Kelabu,  Andosol  Coklat  dan  Regosol  Coklat,  Andosol
57 Coklat,  Latosol  Coklat,  Latosol  Coklat  Kemerahan  dan  Latosol  Coklat.  Hal  ini
didasarkan atas Peta Tanah Tinjau untuk Kabupaten Bogor dan Kota Bogor skala 1  :  20.000.000  dari  Pusat  Penelitian  Tanah  Bogor.  Dari  jenis-jenis  tanah  diatas,
jenis  tanah  yang  tersebar  luas  di  DAS  Ciliwung  Bagian  Hulu  adalah  Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat sebesar 32,89  dari total luas areal DAS
Ciliwung  Bagian  Hulu.  Jenis  tanah  Latosol  dan  asosiasinya  memiliki  sifat  tanah yang baik yaitu tekstur liat berdebu hingga lempung berliat, struktur granular dan
remah, kedalaman efektif umumnya  90 dan agak tahan terhadap erosi serta sifat kimia  tanah  pada  dasarnya  tergolong  baik  dengan  PH  tanah  agak  netral  serta
kandungan bahan organik biasanya rendah atau sedang.
Sumber : Pusat Penelitian Tanah Bogor, 2002
Gambar 16. Peta Sebaran Jenis Tanah di DAS Ciliwung
4.1.5. Tinggi  Muka  Airtanah  dan  Jejaring  Aliran  Airtanah  Flownet  di