15 Oleh karena itu, apabila pada akuifer ini dilakukan pengeboran, maka akan
timbul pancaran air spring karena air yang keluar dari pengeboran ini berusaha mencapai ketinggian hidrolik tersebut.
2.5.2. Asal Mula Airtanah
Jumlah airtanah yang besar yang disimpan di bawah permukaan bumi dapat digambarkan oleh penaksiran Shimer 1968 yang menggambarkan bahwa jika
semua airtanah di Amerika Utara dibawa ke permukaan, ia akan menutupi lahan sampai kedalaman 2,5 m lebih, yang setara dengan beberapa kali presipitasi
tahunan. Air ini tentunya harus berasal dari suatu tempat. Secara praktis semua air bawah permukaan berasal dari presipitasi. Akan tetapi, jumlah airtanah yang
secara relatif kecil, berasal dari sumber-sumber lain. Waktu rata-rata yang diperkirakan oleh suatu tetes hujan untuk berjalan dari hujan ke laut kurang lebih
adalah sekitar 400 tahun Gelhar, 1972. Asal muasal airtanah juga dipergunakan sebagai konsep dalam menggolongkan
airtanah ke dalam 4 tipe yang jelas Todd, 1995, yaitu: 1 Air meteorik: air ini berasal dari atmosfer dan mencapai zona kejenuhan baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan: a secara langsung oleh infiltrasi pada permukaan tanah b secara tidak langsung oleh perembesan
influen dimana kemiringan muka airtanah menyusup di bawah aras air permukaan – kebalikan dari efluen dari danau, sungai, saluran buatan, dan
lautan c secara langsung dengan cara kondensasi uap air dapat diabaikan. 2 Air juvenil: air ini merupakan air baru yang ditambahkan pada zona kejenuhan
dari kerak bumi yang dalam. Selanjutnya, air ini dibagi lagi menurut sumber spesifikasinya ke dalam: a air magmatic b air gunung api dan air kosmik
yang dibawa oleh meteor. 3 Air diremajakan rejuvenated: air yang untuk sementara waktu telah
dikeluarkan dari siklus hidrologi oleh pelapukan, maupun oleh sebab-sebab lain, kembali ke siklus lagi dengan proses-proses metamorfisme, pemadatan,
atau proses-proses yang serupa 4 Air konat: air yang dijebak pada beberapa batuan sedimen atau gunung pada
asal mulanya. Air tersebut biasanya sangat termineralisasi dan mempunyai salinitas yang lebih tinggi dari pada air laut.
16 Untuk lebih memahami proses terbentuknya airtanah, pertama kali harus
diketahui tentang gaya-gaya yang mengakibatkan terjadinya gerakan air di dalam tanah. Uraian tentang infiltrasi telah secara lengkap menunjukkan proses dan
mekanisme perjalanan air dalam tanah. Juga telah disebutkan bahwa semakin dalam, jumlah dan ukuran pori-pori tanah menjadi semakin kecil. Lebih lanjut,
ketika air tersebut mencapai tempat yang lebih dalam, air tersebut sudah tidak berperan dalam proses evaporasi atau transpirasi. Keadaan tersebut menyebabkan
terbentuknya wilayah jenuh di bawah permukaan tanah yang kemudian dikenal sebagai airtanah.
2.5.3. Distribusi Vertikal Airtanah