KEPEMIMPINAN DALAM MUHAMMADIYAH (BAGIAN 4: TANTANGAN DAN AGENDA)

BINGKAI

KEPEMIMPINAN D
ALAM
DALAM
MUHAMMADIY
AH
MUHAMMADIYAH
(BAGIAN 4: TANTANGAN DAN AGENDA)
DR. H HAEDAR NASHIR, M.SI.

pd

fsp

litm
erg
er.
co
m)


dari gerbongnya, serta senantiasa menjaga keseimbangan dan
kepentingan organisasi dari berbagai tarikan kepentingan dan
dinamika dari luar. Pemimpin Muhammadiyah harus mampu
memobilisasi dan mengembangkan seluruh potensi Persyarikatan
secara optimal, sehingga meletakkan kebesaran organisasi di
atas segalanya. Pemimpin Muhammadiyah harus tetap istiqamah
menjaga prinsip-prinsip gerakan Muhammadiyah yang selama
ini menjadi kekuatan idealisme yang memelihara kelangsungan
organisasi Islam ini, termasuk menegakkan khittah dan
kepribadian secara konsisten tanpa terjebak pada kepentingankepentingan politik sesaat. Pemimpin Muhammadiyah di seluruh
tingkatan harus bersifat transformasional (membawa pada
perubahan ke arah kemajuan) demi memajukan Persyarikatan
sehingga mampu memberi kemaslahatan yang optimal bagi
kemajuan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan.
Mesikupun kepemimpinan Muhammadiyah bercorak kolektifkolegial dan bersifat sistem, tidak kalah pentingnya harus didukung
oleh kualitas para personal pimpinan yang lebih unggul. Diperlukan
para personal pimpinan yang berkomitmen tinggi, bekerja keras,
berpikiran maju dan inovatif, responsif terhadap perkembangan,
serta mampu mengembangkan organisasi secara dinamis sesuai
dengan hukum-hukum perubahan dan tantangan-tantangan

zaman. Personal Pimpinan Muhammadiyah di seluruh tingkatan
memerlukan penguatan dan pengembangan kualitas dalam
memimpin gerakan sebagaimana layaknya pemimpin organisasi
Islam modern yang besar. Memimpin Muhammadiyah haruslah
serba melintasi sejalan dengan luasnya usaha dan daya jelajah
Muhammadiyah. Urusan memimpin Muhammadiyah tidak
sekadar mengaji atau mengurus pengajian sebagaimana sering
dipersepsikan secara sempit. Karena Muhammadiyah
merupakan gerakan Islam yang luas dan besar seluas ranah
gerakan dakwah dan tajdid di berbagai bidang kehidupan.
Memimpin Muhammadiyah memerlukan kapasitas dan kualitas
yang multiaspek dengan orientasi kepemimpinan yang
mencerahkan, yakni membebaskan, memberdayakan, dan
memajukan kehidupan sebagaimana terkandung dalam pesan
utama Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua.

De
mo
(


Vi
sit

htt
p:/
/w
w

w.

K

epemimpinan Muhammadiyah saat ini maupun ke depan
di seluruh tingkatan memiliki tantangan yang tidak ringan,
baik dalam menghadapi masalah lokal, nasional, maupun
global yang serba kompleks. Namun manakala dikerjakan secara
kolektif-kolegial dan tersistem maka tidak ada yang tidak dapat
dipecahkan dan diagendakan untuk kemajuan Persyarikatan
Muhammadiyah. Karena itu, tidak perlu terlalu dirisaukan mengenai
figur kepemimpinan Muhammadiyah mendatang. Berbagai sosok

dengan kualitas yang beragam baik yang menonjol kualitas
cendekiawan, ulama-khusus keagamaan, adminstrator, kalangan
profesional, maupun praktisi organisasi semuanya dapat saling
komplementer atau saling melengkapi dalam satu bangunan sistem
kepemimpinan kolektif-kolegial Muhammadiyah. Hal penting yang
diperlukan ialah menyatukan secara sinergi seluruh potensi dan
kualitas kepemimpinan itu secara tersistem, optimal, bersinergi,
dan kohesif sehingga melahirkan kekuatan kepemimpinan kolektifkolegial yang progresif dan produktif.
Sebagaimana tercermin dalam hasil keputusan Muktamar
ke-46 tantangan Muhammadiyah sangatlah besar. Dalam hal
organisasi diperlukan pengembangan kualitas tatakelola, termasuk
tatakelola keuangan, dan hubungan dengan berbagai pihak sesuai
prinsip dakwah. Dalam hal program baik umum maupun perbidang
diperlukan realisasi visi strategis lima tahun yang bertumpu pada
mobilisasi dan revitalisasi yang bersifat peningkatan dan
pengembangan. Dalam revitalisasi gerakan difokuskan pada
penguatan Cabang dan Ranting, anggota dan kader, pendidikan,
dan kualitas amal usaha yang unggul. Dalam menghadapi isu-isu
strategis diperlukan pemahaman, penyikapan, dan langkah yang
cerdas. Dalam pemikiran harus mengembangkan Islam yang

berkemajuan dan orientasi gerakan pencerahan yang
membebaskan, memberdayakan, dan memajukan sebagaimana
Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua. Para pimpinan
Muhammadiyah harus memahami keputusan Muktamar yang
penting dan strategis tersebut, sehingga tidak berjalan sendiri
berdasarkan kemauan dan pemahaman sendiri.
Muhammadiyah di tengah dinamika zaman yang sarat
tantangan yang harus dihadapi, memerlukan kualitas dan dinamika
kepemimpinan yang memiliki komitmen yang tinggi, ikhlas, kata
sejalan dengan tindakan, berpikiran maju, dan berkhidmat untuk
memimpin secara optimal dan penuh pertanggungjawaban.
Pemimpin Muhammadiyah baik secara individu maupun kolektif
di berbagai tingkatan harus mengintegrasikan diri ke dalam sistem
gerakan Persyarikatan, sehingga tidak seperti lokomotif yang lepas

12

12 - 24 RABIULAWAL 1432 H

Agenda Pimpinan

Muhammadiyah saat ini dan ke depan sarat agenda. Masalah
keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal menjadi
agenda besar Muhammadiyah. Hasil Muktamar ke-46 mendaftar
sejumlah masalah strategis yakni tentang Kemiskinan

BINGKAI

pd

fsp

litm
erg
er.
co
m)

ciri dan watak kepemimpinan Muhammadiyah. Musyawarahkan
setiap langkah penting, jangan berjalan sendirian. Lokomotif yang
baik, ialah yang mampu membawa gerbong dalam satu rangkaian

gerak yang menyatu dan berirama dalam satu alur, jalur, dan
tujuan yang sama. Pemimpin yang bijak dan umat yang taat serta
penuh pengkhidmatan merupakan perpaduan yang utama dalam
kepemimpinan suatu gerakan Islam sebagaimana Muhammadiyah.
Pemimpin atau Pimpinan Muhammadiyah juga memerlukan
kecerdasan dan kearifan dalam memimpinkan organisasi.
Pemimpin juga harus mau mendengar kritik, masukan, dan saran
siapapun sehingga mampu menunaikan amanat dengan baik.
Rusaknya negara karena pemimpin tidak mau atau alergi kritik
atau masukan. Dengan menutup kritik, masukan, dan saran maka
pimpinan akan kehilangan kontrol ketika melakukan kekeliruan atau
kesalahan yang diyakininya benar. Sesempurna apa pun langkah
selalu terbuka celah kelemahan, seunggul apa pun kualitas pimpinan
akan selalu ada kelemahan. Karena itu, jadikan kritik atau masukan
sebagai wujud penciptaan keseimbangan sekaligus penyelamatan
dari keliru atau salah jalan. Insya Allah roda kepemimpinan dan
organisasi akan berjalan sebagaimana mestinya, di samping
memperoleh manfaat dan diberkahi Allah SwT.
Selain nilai-nilai dan akhkak Islam yang menjadi fondasi, para
pimpinan maupun anggota Muhammadiyah perlu bersikap sesuai

Kepribadian Muhammadiyah. Kepribadian Muhammadiyah
menggariskan sepuluh sifat yakni: (1) Beramal dan berjuang untuk
perdamaian dan kesejahteraan, (2) Memperbanyak kawan dan
mengamalkan ukhuwah Islamiyah, (3) Lapang dada, luas
pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam, (4) Bersifat
keagamaan dan kemasyarakatan, (5) Mengindahkan segala
hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara
yang sah, (6) Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan
serta menjadi contoh teladan yang baik, (7) Aktif dalam
perkembangan masyarakat dengan maksud islah dan
pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam, (8) Kerjasama
dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan
dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya,
(9) Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan
lain dalam memelihara dan membangun negara mencapai
masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah, dan (1) Bersifat
adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana.
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam memimpin ialah keikhlasan. Bahwa segala hal yang dilakukan tidak lain wujud ibadah
untuk meraih ridla dan karunia Allah secara tulus hati lillahi ta’ala.
Memimpin itu amanat maka tunaikanlah dengan sepenuh hati.

Tapi keikhlasan itu bukanlah retorika atau sebatas keindahan lisan,
yang paling penting dalam tindakan secara konsisten. Ikhlas itu
tidak cukup diceramahkan kepada orang lain, tetapi dipraktikkan
dalam tindakan. Ujian ikhlas itu manakala ada masalah, tidak memperoleh posisi, dan kehilangan sesuatu yang menyenangkan dalam organisasi yang diterima dengan lapang hati. Hal yang penting
dan luhur berlaku dalam tradisi Muhammadiyah guna mewujudkan keikhlasan dan pengkhidmatan ialah prinsip “jangan mencari
atau meminta jabatan, tetapi manakala diberikan maka jangan
ditolak dan tunaikanlah dengan amanah”. Inilah, wujud keikhlasan
yang otentik, yang lahir dalam spirit kata sejalan dengan tindakan
dari para Pimpinan Muhammadiyah.l

De
mo
(

Vi
sit

htt
p:/
/w

w

w.

Kepemimpinan, Komoditisasi Agama, Konservatifisme dan
Formalisme Agama, Kemajemukan Agama, Keadilan Gender,
Revitalisasi Karakter Bangsa, Pemberantasan Korupsi,
Reformasi Lembaga Penegakan Hukum, Perlindungan dan
Kesejahteraan Pekerja, Sistem Suksesi Kepemimpinan Nasional,
Reformasi Birokrasi, Krisis Kemanusiaan Modern, Krisis Pangan
dan Energi , Krisis Ekonomi Global, Krisis Lingkungan dan
Perubahan Iklim, Islamofobia, Migrasi Global, dan Dialog Antar
Agama dan Peradaban.
Sementara itu keputusan Muktamar yang tidak kalah
pentingnya untuk dilaksanakan pertama, Keputusan Umum yakni
Masalah-masalah Organisasi yang intinya menuntut adanya
penataan dan pengembangan kualitas tatakelola organisasi,
keuangan, amal usaha, kepemimpinan, dan hubungan ke luar.
Termasuk menjalin hubungan yang baik dengan pemerintah.
Kedua, menyangkut Program Muhammadiyah (Umum dan

Perbidang) yang mengandung visi lima tahun ke depan. Ketiga,
Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua, yang harus
dijadikan kerangka pandangan seluruh anggota dalam memasuki
masa depan dengan orientasi gerakan pencerahan. Keempat,
Revitalisasi Kader dan Anggota, Revitalisasi Cabang dan Ranting,
serta Revitalisasi Pendidikan, yang harus dijadikan pegangan
sekaligus dilaksanakan dalam ikhtiar memajukan gerakan.
Karena demikian besar dan berat agenda yang harus
dijalankan pasca Muktamar Satu Abad maka betapa berat dan
besar pula tugas Pimpinan Muhammadiyah dari Pusat hingga
Ranting. Tugas utama pimpinan yang memperoleh amanat bukan
memberikan ceramah atau pengajian, kalaupun hal itu penting.
Pimpinan Muhammadiyah memiliki peran dan tugas penting untuk
memimpinkan pelaksanaan Muktamar sehingga terlaksana
dalam satu periode. Peran dan tugas memimpinkan yakni
memotivasi, mengarahkan, membimbing, menunjukkan cara,
mengelola, mengatur, mengontrol, mengevaluasi, membukakan
jaringan, mensinergikan, hingga mencontohkan bagaimana
amanat Muktamar itu dijalankan. Pimpinan Muhammadiyah harus
menyeimbangkan antara tugas pelayanan umat dengan
melakukan regulasi organisasi dan pelaksanaan program hingga
menjalankan fungsi-fungsi strategis keumatan, kebangsaan, dan
dunia kemanusiaan universal.
Di sinilah pentingnya setiap anggota Pimpinan Muhammadiyah
di mana pun memahami keputuasn-keputusan Muktamar maupun hasil musyawarah lainnya dan bagaimana cara melaksanakannya. Bacalah, simaklah, dan cermatilah setiap butir keputusan
Muktamar dan musyawarah lainnya untuk kemudian bagaimana
melaksanakannya secara kolektif dan tersistem sesuai dengan
job-kerja masing-masing dalam satu kesatuan, selain tugas umum
selaku pimpinan organisasi besar seperti Muhammadiyah.
Memimpinkan Muhammadiyah tidak dapat berdasarkan selera
masing-masing. Cara melaksanakannya pun harus berada dalam
koridor organisasi secara sistem, bukan perorangan sesuai minat
masing-masing. Inilah cara berorganisasi.
Karena demikian berat agenda pimpinan, maka seyogyanya
para Pimpinan Muhammadiyah memusatkan perhatian pada
pelaksanaan amanat secara serius dan tersistem. Bahas dan
pilihlah kebijakan mana yang terpenting dari yang penting, yang
penting dari yang rutin. Tidak kalah penting menyatukan langkah
secara bersama dalam semangat kolektif-kolegial yang menjadi

SUARA MUHAMMADIYAH 04 / 96 | 16 - 28 FEBRUARI 2011

13