b Service failures c Maintenance failures.
5 Failure Range. R J M. Sutherland Partner Harris Sutherland, London, England, “ Structural
safety and Failure – An Overview”, International Conference on Structural Failure, ICSF 87, Singapore, 30-31 March 1987:
Failure range from total collapses, local fractures, excessive deflections and uncomfortable vibration to premature decay and unexpectedly high
maintenance.
Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat betapa kompleks permasalahan yang dihadapi dalam menentukan definisi dari “Kegagalan Bangunan” Building
Failure karena terdapat banyak istilah yang harus didefinisikan juga sebelum mendefinisikan “Kegagalan Bangunan” itu sendiri. Oleh karena itu
maka pada rapat-rapat dengan berbagai Asosiasi Profesi yang diadakan di LPJKN Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional pada tahun 2005 yang lalu
disepakati bahwa pembahasan selanjutnya harus bertolak dari definisi yang telah ditentukan dalam UU-RI No.18 Tahun
1999 Tentang Jasa Konstruksi, karena merubah Undang Undang bukan hal yang mudah disamping membutuhkan waktu yang panjang. Untuk mengatasi
permasalahan yang sangat kompleks tersebut maka banyak negara berlindung dibalik “Code and Standards”.
2.3.2 Investigasi dan Analisis Kegagalan Bangunan Gedung
Tujuan dari investigasi dan analisis kegagalan struktur bangunan: 1 Mengidentifikasi kegagalan struktur
a Pengamatan visual,dilakukan pada tahap awal dari seluruh rangkaian kegiatan di lapangan.
b Gambaran secara umum tentang tingkat kerusakan. c Kategori kerusakan kerusakan berat,kerusakan sedang,kerusakan ringan .
d Kerusakan beton secara visual dapat berupa retak- retak halus,retakan
besar,meletusnya spalling beton di titik- titik tertentu, perubahan warna elemen, maupun pengelupasan beton.
2 Pengukuran dimensi
a Mengukur dan memeriksa dimensi elemen- elemen struktur yaitu kolom,balok,plat lantai termasuk jarak kolom dan tinggi lantai.
b Pengukuran dilakukan pada setiap lantai. c Hasil pengukuran beserta sifat bahan merupakan bahan masukan untuk
analisis ulang struktur pasca kegagalan. Penyebab kegagalan dari struktur bangunan gedung :
1 Perencanaan Pada waktu perencanaan struktur ini harus memperhitungkan mutu beton dan
mutu baja yang digunakan. Agar dikemudian hari tidak terjadi permasalahan struktur karena dapat berakibat pada keamanan dan fungsi dari bangunan tersebut.
Mutu yang rendah akan mengkibatkan beton tersebut tidak kedap terhadap air. Walaupun beton bertulang sulit untuk dapat kedap air secara sempurna.
Kesalahan perencanaan dapat berupa kesalahan hitung, pendetailan dan kesalahan lainnya.
a Kesalahan hitung yang berasal dari : Sistem mekanika yang salah
Pembebanan kombinasi Lendutan yang terlalu besar
b Kesalahan pendetailan : Kekurangan tulangan
Tulangan terlalu rapat Persyaratan selimut tidak terpenuhi
Toleransi pendetailan tidak terpenuhi Pendetailan yang tidak jelas, sulit bahkan tidak mungkin dilaksanakan
c Kesalahan lainnya,misalnya : Serangan fisik kimia yang tidak diperkirakan
Investigasi tanah yang minim Akibat deformasi struktur yang tidak diperkirakan.
Dan perencanapun harus memperhatikan daerah beton yang akan terkena air, sehingga dapat direncanakan untuk memberi pelindung berupa water
proofing. Hal ini dapat memperkecil merembesnya air kedalam struktur beton bertulang.
2 Pelaksanaan Konstruksi Pelaksanaan konstruksi sangat menentukan dalam keberhasilan suatu proyek
pembangunan fisik, walaupun perencanaannya telah sesuai dengan standar dan melalui proses perhitungan yang tepat. Kesalahan pelaksanaan dapat berupa :
a Bahan dan komposisinya Semen yang tidak memadai kurang atau berlebih
Agregat yang reaktif, yang peka terhadap alkali Bahan yang mengandung sulfat, bahan organik dsb
Faktor air semen terlalu tinggi b Acuan
Kurang stabil dan deformasi besar Kurang pembasahan
Kebocoran Penyambungan yang buruk
c Pengerjaan Kurang pemadatan sarang kerikil, gelembung udara
Segregasi tinggi jatuh Bleeding, penurunan setting
d Perawatan pasca Kurang perawatan retak susut
Pembongkaran acuan yang terlalu cepat Perbaikan yang tidak baik
3 Kesalahan Penggunaan Saat bangunan mulai beroperasi, dapat terjadi kesalahan dalam penggunaan, yang
disebabkan antara lain karena bangunan dibebani pengaruh yang dalam tahap perencanaan tidak diperhitungkan, misalnya :
a Beban yang lebih tinggi b Pembuatan lobang bukaan
c Penambahan struktur
Pada dasarnya suatu bangunan tidak terlepas dari kerusakan- kerusakan yang terjadi, baik yang disebabkan oleh karena kesalahan- kesalahan perencanaan,
pelaksanaan, penggunaan maupun pengaruh eksternal lingkungan dan waktu. Kerusakan,baik jenis maupun penyebabnya perlu diketahui secara dini dan tepat.
Banyak jenis dan penyebab kerusakan yang dapat diketahui secara visual dengan mata langsung maupun dengan peralatan. Dengan diketahuinya jenis dan penyebab
kerusakan akan dapat ditangani perbaikannya dengan metode yang tepat dan waktu yang tidak terlambat. Di dalam pelaksanaan konstruksi beton bertulang harus ketat
dalam pengawasan material dan metoda pelaksaan yang diterapkan harus sesuai dengan ketentuan teknik sipil yang telah dituangkan oleh perencana dalam dokumen
perencanaan. Material yang jelek dapat menurunkan kualitas bangunan sehingga bangunan tidak layak fungsi selama umur rencana.
Untuk melakukan pemeriksaan terhadap struktur secara detail perlunya alat investigasi. Peralatan investigasi terbagi 2 dua :
1 Non destructive apparatus alat uji tidak merusak Mekanik, optik, kimia, elektronik, dinamik, termik, suara.
2 Destructive apparatus alat uji merusak
Mekanik, optik, kimia, elektronik, dinamik, termik Secara umum, semua bangunan sipil dirancang untuk sesuai dengan fungsi
tujuan dengan mengindahkan persyaratan- persyaratan kekuatan, kekakuan, kestabilan, daktalitas dan ketahanan terhadap kondisi lingkungan. Namun setelah
bangunan berdiri, terjadi kerusakan yang berakibat persyaratan- persyaratan tersebut tidak terpenuhi lagi. Jika bangunan tidak segera ditangani perbaikan atau
perkuatannya, kerusakan dapat berlanjut lebih parah lagi. Agar bangunan yang sudah rusak dapat terus difungsikan, diperlukan tindakan
rehabilitasi yang dapat berupa perbaikan retrofit atau perkuatan strengthening . Dengan dilaksanakannya repair pada bangunan tersebut diharapkan bangunan dapat
berfungsi dengan baik selama umur layanan dan dapat bertahan untuk waktu yang relatif lama, dengan catatan bangunan harus selalu diperhatikan dan dipelihara dengan
baik termasuk pemeliharaan lingkungan disekitarnya.
2.3.3 Kegagalan Bangunan Jalan dan Jembatan