Teknologi Bahan Konstruksi bab II

BAB I
PERENCANAAN CAMPURAN BETON
(SNI-03-2847-2002)
(MIX DESIGN)

A. PENDAHULUAN
Tujuan utama mempelajari sifat-sifat dari beton adalah untuk perencanaan
dari campuran (mix design ), yaitu pemilihan dari bahan-bahan beton yang memadai
serta menentukan kuantitas masing-masing bahan untuk menghasilkan beton yang
seekonomis mungkin. Apabila tidak tersedia cukup data yang menunjukkan bahwa
suatu campuran beton tertentu yang diharapkan dapat menghasilkan mutu beton yang
disyaratkan dan atau bahwa Deviasi Standart Rencana yang diusulkan benar-benar
akan tercapai dalam pelaksanaan yang sesungguhnya, maka harus diadakan
percobaan pendahuluan. Sebagai persiapannya dianjurkan untuk mengadakan dulu
percobaan-percobaan di laboratorium.
Perencanaan campuran merupakan bagian yang terpenting dari suatu
pelaksanaan struktur beton. Sebelum diadakan perencanaan campuran, semua bahan
dasar dari semen, pasir, kerikil, atau batu pecah dan air harus diperiksa terlebih
dahulu mutunya.
Suatu campuran beton harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
memenuhi syarat-syarat berikut:

a. Campuran yang seekonomis mungkin.
Masalah ekonomi berkaitan dengan suatu pelaksanaan pembuatan campuran
beton. Dalam pembuatan campuran beton diharapkan mempunyai ruang pori
adukan yang minimum, karena makin minimum ruang porinya makin sedikit
pasta yang dipergunakan, sehingga kebutuhan juga berkurang. Oleh karena
itu yang paling menentukan perencanaan campuran beton adalah bahan atau
material.
Dengan melihat harga semen yang lebih mahal dari pada harga agregat maka
dengan mengurangi kadar semen suatu faktor penting dalam menurunkan
biaya pembuatan beton. Hal ini dilakukan dengan cara memakai slump yang
rendah sesuai dengan batas yang diizinkan, memakai ukuran butir maksimum
agregat dan bila perlu dipakai bahan admixture . Keuntungan yang diperoleh
1

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

dengan menggunakan nilai slump yang rendah yaitu dapat mengurangi

terjadinya penyusutan beton dan panas hidrasi rendah. Tetapi apabila kadar
semen terlalu rendah akan dapat menurunkan kekuatan awal beton.
b. Campuran mudah dikerjakan pada saat masih muda (workabilitas).
Dalam desain yang baik campuran harus mudah dikerjakan dalam dipadatkan
sesuai peralatan yang tersedia. Kemampuan penyelesaian akhir harus
ditingkatkan sehingga segregasi (pemisahan agregat dengan pasta semen) dan
bleeding (keluarnya air yang berlebihan) dapat dikurangi. Kebutuhan air

untuk workabilitas yang minimun dengan menambah mortar semen sedikit
dari pada penambahan banyak air atau agregat halus.
c. Memenuhi kekuatan karakteristik yang dikehendaki dan keawetannya.
Yang dimaksud dengan kekuatan karakteristik adalah kekuatan tekan, dimana
dari sejumlah besar hasil pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya
kekuatan tekan yang kurang dari itu terbatas sampai 5% saja. Pada umumnya
spesifikasi beton akan memerlukan kekuatan tekan yang minimum. Ini
penting untuk menjaga supaya kebutuhan ini tidak bertentangan satu dengan
yang lain. Spesifikasi ini juga menghendaki bahwa beton harus persyaratan
keawetan yang dikehendaki, seperti perlawanan terhadap pembekuan dan
pencairan atau terhadap serangan bahan kimia pertimbangan ini selanjutnya
memberikan batas penentuan untuk faktor air semen atau kadar air semen.


B. PERENCANAAN CAMPURAN ADUKAN BETON
Perencanaan campuran atau perbandingan campuran beton yang lebih dikenal
sebagai Mix Design merupakan suatu proses yang meliputi dua tahap yang saling
berkaitan, yaitu:
1. Pemilihan terhadap bahan-bahan yang sesuai untuk pembuatan campuran
beton seperti, semen, agregat halus, agregat kasar dan lain-lain.
2. Penentuan jumlah relatif dari bahan-bahan campuran untuk menghasilkan
beton yang baik.

2

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Data Perencanaan
a. Tegangan Karakteristik Rencana


: 18 MPa (Silinder)

b. Jenis Pekerjaan

: Kolom

c. Umur

: 28 hari

d. Kemungkinan Gagal

: 5%

e. Jenis Semen

: Tipe 1, yaitu semen biasa yang cepat
mengeras

f. Jenis Agregat Kasar


: Batu Pecah (dari stone crusher )

g. Berat Jenis Agregat Kasar

: 2,70 kg/cm3

h. Ukuran Agregat Kasar

: 40 mm (Zona I)

i. Jenis Agregat Halus

: Pasir Katunun

j. Berat jenis Agregat Halus

: 2,57 kg/cm3

k. Ukuran Agregat Halus


: Pasir Halus (Zona III)

1. Kuat Tekan Karakteristik ( )
Yaitu kuat tekan yang disyaratkan, kuat tekan beton karakteristik umur 28
hari yang jumlah cacat tidak lebih dari 5% artinya kekuatan yang ada hanya
5% yang diperbolehkan dari jumlah yang ditest.
Nilai f’c =18 MPa

2. Deviasi Standar (Sd)
Deviasi

standar

ditetapkan

berdasarkan

tingkat


mutu

pengendalian

pelaksanaan pencampuran betonnya, makin baik mutu pelaksanaan makin
kecil nilai deviasinya.
a. Jika pelaksana tidak mempunyai data pengalaman atau mempunyai
pengalaman kurang dari 15 buah benda uji, maka nilai deviasi standar
diambil dari tingkat pengendalian mutu pekerjaan pada tabel di bawah ini.
Mutu Pekerjaan dengan Deviasi Standar dapat dilihat pada Tabel 1.1
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Mutu Pekerjaan Diukur dengan Deviasi Standar
Tingkat Pengendalian

Standar Deviasi

Mutu Pekerjaan

(MPa)


Memuaskan

2,8

Sangat Baik

3,5
3

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Baik

4,2

Cukup


5,6

Jelek

7,0

Tanpa Kendali

8,4

b. Jika pelaksana mempunyai data pengalaman pembuatan beton serupa
minimum 30 buah silinder yang diuji kuat tekan rata-ratanya pada umur
28 hari, maka jumlah data dikoreksi terhadap nilai deviasi standar dengan
suatu faktor pengali.
Sd = √

Rumus:
Dimana:




x

= tegangan untuk benda uji (MPa)

n

= jumlah data

̅

...........................................(1.1)

Untuk Faktor pengali Deviasi Standar dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2 Faktor pengali Deviasi Standar Bila Data Hasil Uji yang
Tersedia Kurang dari 30
Jumlah Data

30


25

20

15

< 15

Faktor Pengali

1,0

1,03

1,08

1,16

Tidak boleh

Sumber: TBK Mix Design, 2007

Karena tidak mempunyai data pengalaman diambil Sd = 7 MPa
3. Nilai Tambah Margin (M)
Nilai tambah margin yang tergantung dari hasil kali deviasi Standar dimana
faktor k tergantung dari banyaknya cacat dan jumlah benda uji.
M = 1,64 . Sd …….....……………………... (1.2)
Dimana:
M = Nilai tambah
Sd = Standar Deviasi
k = Konstanta Kegagalan 5% = 1,64

Rumus di atas berlaku jika pelaksana

mempunyai data pengalaman

pembuatan beton yang diuji kuat tekannya pada umur 28 hari.
Jika data tidak tersedia, berdasarkan Tabel 1.3, untuk

= 26 MPa

digunakan: M = 7 MPa

4

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Tabel 1.3 Kuat tekan rata-rata jika data tidak tersedia
Persyaratan Kuat Tekan

(MPa)

Kuat Tekan rata – rata perlu,

Kurang dari 21

+7,0

21 sampai dengan 35

+8,5

Lebih dari 35

+7,0

(MPa)

Sumber: SNI-03-2847-2002

4. Kuat Tekan Rata-rata (

)
=

Dimana:

+M

……………………….(1.3)

= Kekuatan tekan rata-rata (MPa)
= Kekuatan tekan karakteristik (MPa)

Maka f’cr

= 26,0 + 7,0 = 25 MPa

5. Menetapkan Jenis Semen
Menurut SII 003-81 semen Portland dibagi menjadi lima jenis:
Jenis I

: Semen untuk penggunaan umum, tidak memerlukan
persyaratan khusus

Jenis II

: Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi
sedang

Jenis III

: Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat
mengeras)

Jenis IV

: Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah

Jenis V

: Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat

Semen yang digunakan semen Portland termasuk semen Tipe 1.

6. Jenis Agregat
Tentukan jenis agregat kasar dan agregat halus. Adapun jenis agregat
dibedakan menjadi dua yaitu agregat alami (tak dipecah) dan batu pecah.
Jenis agregat halus adalah pasir dan agregat kasar adalah batu pecah.

7. Faktor Air Semen
Faktor air semen rencana diperoleh dari ketiga cara, yaitu:

5

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Cara Pertama

Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata – rata perlu pada
umur tertentu, ditetapkan nilai faktor air semen dengan dengan melihat
Gambar1.1 Langkah penetapannya dilakukan dengan cara berikut ini:
a. Pada sumbu vertikal tetapkan nilai

. Lalu tarik ke kanan sampai

memotong kurva yang sesuai.
b.

Dari titik potong tersebut tarik lah garis ke bawah, dibaca nilai FAS yang
dicari.

Gambar 1.1 Hubungan FAS dan Kuat Tekan Silinder Beton
Untuk

= 25 MPa dan Umur 28 hari dan Jenis semen Tipe I maka,

Faktor air semen didapat sebesar 0,562
Cara Kedua

a. Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan Tabel
1.3 sesuai dengan semen dan agregat yang akan dipakai.
b. Lihat Gambar 1.2.
c. Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5 sampai
memotong kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir b di atas.
d. Buat kurva mengikuti grafik dibawah titik pertemuan pada poin c.
e. Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan sampai
memotong kurva yang ditentukan poin d di atas.
f. Tarik garis tegak lurus ke bawah melalui titik potong tersebut untuk
mendapatkan faktor air semen yang diperlukan.
6

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Tabel 1.4
Jenis Semen

KELOMPOK
XXIV

Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) Dengan f.a.s 0,5
Jenis Agregat

Kuat Tekan (MPa) Pada Umur
3

7

Hari

Hari

Semen Portland Alami

17

(Tipe I, II, III)

Kasar

28 Hari

91 Hari

23

33

40

19

27

37

45

Semen Portland Alami

21

28

38

44

(Tipe III)

25

33

44

48

Batu Pecah

Batu Pecah

Sumber: SNI 03-2834-2000

Untuk Umur 28 Hari , Jenis Semen Tipe I didapat Kuat Tekan 37 MPa.

Gambar 1.2. Hubungan Antara Kekuatan Tekan Beton dan Faktor Air Semen
untuk umur 28 Hari dan

= 25 MPa

Faktor air-semen didapatkan dari Gambar 1.2 untuk Umur 28 Hari dan
Kuat Tekan 25 MPa, sebesar 0,63

7

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Cara ketiga

Menggunakan Faktor Air Semen Maksimum

Nilai faktor air semen dengan melihat persyaratan untuk berbagai
pembetonan dan lengkungan khusus, beton yang berhubungan dengan air
tanah mengandung sulfat, dan untuk beton bertulang terendam air. Ketiga hal
tersebut terlihat dari Tabel 1.4, 1.5 dan 1.6 berikut ini:
Tabel 1.5 Beton terkena pengaruh lingkungan khusus
Jumlah Semen
Deskripsi

Min. Dalam 1m³

FAS

beton (kg)
Beton didalam ruang bangunan:
a. Keadaan Keliling Non Korosif.

275

0,60

b. Keadaan Keliling Korosif, disebabkan

325

0,52

325

0,60

275

0,60

325

0,55

-

-

oleh kondensasi atau uap korosif.
Beton diluar Ruang Bangunan:
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung.
b. Terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung.
Beton yang masuk dalam tanah:
a. Mengalami keadaan basah dan kering
berganti –ganti.
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari
tanah atau air tanah.
Beton yang terus menerus berhubungan
dengan air
a. Air Tawar

-

b. Air Laut

-

Sumber: SNI 03-2834-2000

Jadi, dengan cara ketiga dengan keadaan beton non korosif maka
didapatkan jumlah Semen Min. Dalam 1m³ beton (kg) 275 dan FAS 0,60

8

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Tabel 1.6 Beton pada lingkungan yang mengandung sulfat
Sulfat
(SO4)
Kuat
dalam
tekan
Sulfat
tanah
FAS
minimum
(SO4)
yang
maksimum
(MPa)
Lingkungan
dalam air
Jenis
dapat
(untuk
(untuk
sulfat
(micron
semen
larut
beton
beton
gram per
dalam air
normal)
normal
gram)
(%
dan
terhadap
ringan
berat)
Ringan
0,00-0,10
0-150
II,IP
(MS),
IS (MS),
P (MS),
150I
Sedang
0,10-0,20
0,50
28
1.500
(PM)(MS)
I
(SM)(MS)
(ASTM C
595)
1.500Berat
0,20-2,00
V
0,45
31
10.000
Sangat
V+
> 2,00
> 10.000
0,45
31
berat
pozzoland
Sumber: SNI 03-2834-2000

Tabel 1.7 Kandungan ion klorida maksimum
Ion klorida terlarut (CI-) pada
beton (% terhadap semen)
0,06

Jenis komponen struktur
Beton prategang
Beton bertulang yang terpengaruh
klorida selama masa layannya
Beton bertulang yang mungkin
kering atau terlindung dari air
selama masa layannya
Konstruksi beton bertulang lainnya

0,15
1,00
0,30

Sumber: SNI 03-2834-2000

8. Faktor Air Semen Maksimum
Nilai FAS yang digunakan adalah nilai terendah dari nilai fas rencana dan fas
maksimum.
Cara

1

2

3

FAS

0,562

0,63

0,6

Jadi, nilai FAS yang di gunakan adalah yang terendah yaitu 0,562
9

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

9. Nilai Slump Beton
Nilai slump beton yang akan digunakan untuk memeriksa kekentalan suatu
adukan beton. Nilai slump juga dapat ditentukan sebelumnya, tetapi bila tidak
ditentukan nilai slump dapat diperoleh dari Tabel 1.8.
Tabel 1.8 Penetapan Nilai Slump
No

Uraian

1
2

Slump (cm)
Max

Min

Dinding plat pondasi telapak bertulang

12,5

5,0

Pondasi telapak tidak bertulang, kaison,

9,0

2,5

dan konstruksi bawah tanah
3

Plat, balok, kolom, dan dinding

15,0

7,5

4

Pengerasan jalan

7,5

5,0

5

Pembetonan missal

7,5

2,5

Untuk penggunaan beton (Kolom) dari tabel diambil Nilai Slump dengan
rentang antara 75 - 150 mm.

10. Ukuran Maksimum Agregat
Penetapan butir maksimum diperoleh melalui pengayakan, dan tidak boleh
melebihi ketentuan-ketentuan berikut ini:
a. ¾ kali jarak bersih minimum antar tulangan atau berkas baja tulangan atau
tandon prategang atau selongsong.
b. 1/3 kali tebal plat
c. 1/5 jarak terkecil antara bidang samping cetakan
Untuk penetapan butir maksimum dapat menggunakan diameter maksimum
40 mm, 20 mm, dan 10 mm.
Dari Analisa saringan didapatkan ukuran maksimum agregat 40 mm.

11. Kebutuhan Air
Kebutuhan air ditentukan sebagai berikut:
a. Agregat tak dipecah dan dipecah (jenis agregat sama) dapat dipergunakan
Tabel 1.9
Ukuran Max
Agregat kasar
(mm)
10

Tabel 1.9 Penentuan Kebutuhan Air
Kebutuhan air per m3 beton (liter)
Slump (mm)
Jenis Agregat
0 – 10
10 – 30 30 - 60 60 – 180
Alami
150
180
205
225
10

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Batu Pecah
Alami
Batu Pecah
Alami
Batu Pecah

20
40

180
135
170
115
155

KELOMPOK
XXIV

205
160
190
140
175

230
180
210
160
190

250
190
225
175
205

Sumber: SNI 03-2834-2000

b. Agregat campuran (Jenis agregat berbeda) dihitung menurut:
A = 2/3 Ah + 1/3 A .................................(1.4)

Dimana:
A

= Kebutuhan air

Ah = perkiraan jumlah air untuk agregat halus
Ak = perkiraan jumlah air agregat kasar pada Tabel 1.9

Nilai kadar air bebas dari Tabel 1.9 berbeda karena digunakan agregat
halus dan agregat kasar dari jenis yang berbeda (alami dan pecahan) maka
digunakan persamaan, A = 2/3 Ah + 1/3 Ak
Dimana:
Kadar air bebas agregat halus (alami) = 175 liter/m3.
Kadar air bebas agregat kasar (pecahan) = 205 liter/m3.
Kadar air bebas agregat campuran = 2/3 x 175 + 1/3 x 205 = 185 liter/m3.
Sehingga didapatkan kebutuhan air 185 liter/m3.

12. Kebutuhan Semen Rencana
Kadar semen merupakan jumlah semen yang dibutuhkan per m 3 beton sesuai
faktor air semen yang didapat dari membagi kadar air bebas dengan faktor air
semen. Nilai kebutuhan semen rencana dapat dihitung berdasarkan rumus
berikut: ksr 

kb

........................................ (1.5)

f .a .s

Dimana:
ksr = kebutuhan semen rencana (kg/m3)
kb = kebutuhan air (kg/m3)
f.a.s = faktor air semen
ksr 

1
kb
=
f .a .s

= 329,181 kg/m3 = 330 kg/m3 (dibulatkan)

Maka Kebutuhan semen rencana 330 kg/m3

11

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

13. Kebutuhan Semen Minimum
Kadar semen minimum ditetapkan berdasarkan Tabel 1.10 antara lain untuk
menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus misalnya
lingkungan korosif, air payau dan air laut.
Tabel 1.10 Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan
dan Lingkungan Khusus
Jumlah Semen Minimum

Uraian

Per m3 Beton (kg/m3)

1. Beton di dalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non korosif
b. Keadaan keliling korosif disebabkan
kondensasi atau uap-uap korosif

275
325

2. Beton di luar ruang bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung
b. Terlindung

dari

hujan

dan

terik

matahari langsung

325

275

3. Beton yang masuk kedalam tanah
a. Mengalami keadaan basah dan kering
berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari
tanah atau air tanah
4. Beton yang kontinu berhubungan dengan
air tawar/ payau / laut

325

lihat Tabel 1.11

lihat Table 1.10

Sumber: SNI 03-2834-2000

Dari Tabel 1.10 didapatkan kebutuhan semen minimum 275 kg/m3

Untuk mengetahui kandungan semen minimum beton bertulang dalam air
dapat dilihat Tabel 1.11 dan untuk kandungan semen minimum untuk beton
yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat dapat dilihat
Tabel 1.12 berikut:

12

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Tabel 1.11 Kandungan Semen Minimum Beton Bertulang dalam Air
Ukuran Agregat

Berhubungan

(mm)

Tipe Semen

dengan

Air Tawar

Semua Tipe I – IV

Air Payau

a.

Tipe I + Pozolan(15%-

40

20

280

300

340

380

290

330

330

370

40%) atau S.P.Pozolan
b.

Air Laut

Tipe II atau V

Tipe II atau V

Sumber: SNI 03-2834-2000

Tabel 1.12 Kandungan Semen Minimum untuk Beton yang berhubungan
dengan Air tanah yang Mengandung Sulfat
Konsentrasi Sulfat (SO3)

Kandungan Semen

Dalam Tanah

Minimum (kg/m3)

SO3 Dalam

SO3 dlm

< 1,0

0,2 – 0,5 1,0 – 1,9

Ukuran Agregat

(g/l)

air : tanah =2 : 1

< 0,2

Jenis Semen

Air Tanah

Total SO3 % campuran (g/l)

40

< 0,3

Tipe I, dgn atau
Pozolan(15%-40%)

0,3 – 1,2

Tipe I tanpa Pozolan

0,5 – 1,0 1,9 – 3,1

1,2 – 2,5

1,0 – 2,0 3,1 – 5,6
> 2,0
> 5,6

2,5 – 5,0
> 5,0

tanpa

Tipe I + Pozolan (15%-40%)
atau S.P.Pozolan
Tipe II atau V
Tipe I + Pozolan (15%-40%)
atau S.P.Pozolan
Tipe II atau V
Tipe II atau V
Tipe II atau V dan Lapisan
Pelindung

20

10

280 300

350

290 330

380

250 290
340 380

430
430

290 330
330 370
330 370

380
420
420

Sumber: SNI 03-2834-2000

14. Kebutuhan Semen Yang Dipakai
Untuk menetapkan kebutuhan semen, yang dipakai adalah harga terbesar dari
kadar semen rencana dan kadar semen minimum.
Karena Kebutuhan semen rencana lebih besar dari kebutuhan semen
minimum, maka kebutuhan semennya 330 kg/m3.

13

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

15. Penyesuaian Jumlah Air atau Faktor Air-Semen
Tentukan faktor air semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah,
maka faktor air semen harus diperhitungkan kembali dengan:
a. Jika akan menurunkan faktor air semen, maka faktor air semen dihitung
lagi dengan cara jumlah air dibagi jumlah semen minimum.
b. Jika akan menaikkan jumlah air, maka jumlah semen minimum dikalikan
faktor air semen.
Karena kebutuhan semen tidak berubah maka tidak perlu penyesuaian,
jadi nilai f.a.s 0,562 dan kebutuhan air sebesar 185 Liter/m3.

16. Gradasi Agregat Halus
Tentukan gradasi agregat halus melalui analisa saringan. Dalam SK-SNI-T15-1990-03 kekasaran pasir dibagi menjadi 4 daerah yaitu:
a. Daerah I

: pasir kasar

b. Daerah II

: pasir agak kasar

c. Daerah III

: pasir agak halus

d. Daerah IV

: pasir halus
Tabel 1.13 Gradasi Pasir
Persen Lolos Saringan

Lubang
Ayakan (mm)

Daerah I

Daerah II

Daerah III

Daerah IV

10,0

100

100

100

100

4,80

90 - 100

90 - 100

90 - 100

95 - 100

2,40

60 - 95

75 - 100

85 - 100

95 - 100

1,20

30 - 70

55 - 90

75 - 100

90 - 100

0,50

15 - 34

35 - 59

60 - 79

80 - 100

0,30

5 - 20

8 - 30

12 - 40

15 - 50

0,15

0 – 10

0 – 10

0 – 10

0 – 15

Sumber: SNI 03-2834-2000

14

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Tabel 1.14 Analisa Saringan Agregat Halus
Lubang
Ayakan
(mm)

Pasir
Berat
Tertinggal
(gram)

2,4
1,2
0,6
0,3
0,15
Pan
Jumlah

33,5
52,5
288
428
170,5
27,5
1000

Berat
Kumulatif
Tertinggal
33,500
86,000
374,000
802,000
972,500
1.000,000

Persen
Kumulatif
Berat
Tertinggal
(%)
3,350
8,600
37,400
80,200
97,250
100,000

Persen
Lolos
(%)

96,650
91,400
62,600
19,800
2,750
0,000

Sumber: Hasil Pemeriksaan Lab Struktur dan Material ULM

Analisa Saringan Agregat Halus
Persentasi (%) Lolos Saringan

100
90

A1

80

B1

70

A2

60

B2

50

A3

40

B3

30

A4

20

B4

10

Saringan

0
0

2

4
6
Lubang Ayakan (mm)

8

10

Gambar 1.3 Gradasi pasir daerah 1,2,3, dan 4.
Dari gambar didapat untuk agregat halus termasuk daerah 3 (Pasir Agak
Halus)

15

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Tabel 1.15 Analisa Saringan Agregat Kasar

Sumber: Hasil Pemeriksaan Lab Struktur dan Material ULM

Dari perhitungan didapat untuk agregat kasar termasuk Daerah 1

17. Presentasi Agregat Halus
Presentase agregat halus terhadap agregat keseluruhan untuk ukuran
butir maksimum 40 mm dapat dilihat pada Gambar 1.4 berikut:

Gambar 1.4 Grafik Persentase agregat hakus terhadap agregat
keseluruhan untuk ukuran butir maksimum 40 mm
Dari Gambar 1.4 diatas proporsi pasir untuk nilai slump 75 – 150
mm berada pada grafik 60 – 180 mm dan Ukuran Maksimum agregat 40
mm didapat presentase agregat halus sebesar 32%.

16

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

18. Berat Jenis Relatif Agregat Gabungan
Berat jenis relatif agregat ditentukan sebagai berikut:
a. Apabila tidak ada data maka agregat alami (tak dipecah) 2,6 t/m 3 dan
untuk agregat dipecah 2,7 t/m3.
b. Apabila memiliki data (dari hasil uji) dapat menggunakan rumus:
BJ Ag.Gabungan = (% Agr. Halus x BJ Agr. Halus) +
(% Agr. Kasar x BJ Agr. Kasar)
Presentasi agregat halus

= 32%

Presentasi agregat kasar

= 100% - 32% = 68%

BJ SSD Agregat halus

= 2,57

BJ SSD Agregat kasar

= 2,70

BJ Ag.Gabungan

= (0,32 x 2,57) + (0,68 x 2,7) = 2,66 t/m3

Maka BJ Agr Gabungan untuk jenis agregat gabungan adalah 2,66 t/m3.

19. Berat Jenis Beton
Tentukan berat jenis beton menurut Grafik pada Gambar 1.5 sesuai
dengan kadar air bebas yang sudah ditentukan dan berat jenis relatif agregat
gabungan.

Gambar 1.5 Grafik hubungan kandungan air, berat jenis agregat campuran
dan berat beton
17

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Untuk kebutuhan air 185 Liter dan BJ Agr.Gabungan 2,66 t/m 3didapat BJ
Beton 2415 kg/m3.

a. Kebutuhan Agregat Gabungan (Berat Pasir + Berat Kerikil)
Kag = Bjb – Ks – Ka ....... (Pers. 1.5)
Dimana:

Kag

: Kebutuhan agregat gabungan (kg)

Bjb

: Berat jenis beton basah (kg)

Ks

: Kebutuhan semen (kg)

Ka

: Kebutuhan air (kg)

Maka:
Kag= 2415 – 330 – 185 = 1900 Kg

b. Kebutuhan Agregat Halus
Kah= Kag x % Ah ....... (Pers. 1.6)
Dimana:

Kah

: Kebutuhan agregat halus (kg)

Kag

: Kebutuhan agregat gabungan (kg)

% Ah

: Prosentase Agregat Halus (kg)

Maka:
Kah= 1900 Kg x 32 % = 608 Kg

c. Kebutuhan Agregat Kasar
Kak= Kag– Kah....... (Pers. 1.7)
Dimana:

Kak

: Kebutuhan agregat kasar (kg)

Kag

: Kebutuhan agregat gabungan (kg)

Kah

: Kebutuhan Agregat halus (kg)

Maka:
Kebut. Agr. Kasar

= 1900 Kg – 608 Kg = 1292 Kg

Jadi perbandingan berat (SSD) bahan dari pengecoran:
a. Semen

= 330

kg/m3

b. Air

= 185

Liter/m3

c. Agregat Halus (Pasir)

= 608

kg/m3

d. Agregat Kasar (Batu pecah)

= 1292

kg/m3

20. Koreksi Terhadap Kondisi Bahan
Koreksi ini dilakukan minimal sekali sehari, karena pasir dan kerikil
dianggap dalam keadaan jenuh kering (SSD), padahal biasanya di lapangan
18

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

tidak dalam keadaan jenuh kering, maka perhitungan dikoreksi dengan
rumus:
Air

= A–

Pasir

= B +

Kerikil = C +

Ah  A1

100

Ah  A1

100

x B –

Ak  A2
100

x C

x B

Ak  A2
x C
100

Dimana:
A

= Jumlah kebutuhan air (L/m3)

B

= Jumlah kebutuhan pasir (kg/m3)

C

= Jumlah kebutuhan kerikil (kg/m3)

Ah

= Kandungan air dalam pasir (%)

Ak

= Kandungan air dalam kerikil (%)

A1

= Kandungan air pada pasir jenuh kering muka (%)

A2

= Kandungan air pada kerkil jenuh kering muka (%)

Adapun untuk koreksi terhadap kondisi bahan dapat dilihat pada Tabel 1.16
berikut:
Tabel 1.16 Koreksi terhadap kondisi bahan
Bahan (kg/m3)
Absorption (%)
Kadar Air (%)
Semen = 330

-

-

Air

= 180

-

-

Pasir

= 608

2,88

5,80

Kerikil = 1292

0,50

1,50

* Nilai absorption dan kadar air didapat dari perhitungan hasil
pemeriksaan lab struktur dan material ULM

Jadi bahan – bahan yang diperlukan:
a.

Semen

= 330 kg/m3

b.

Pasir

=

Ah  A1

100

x B

=

5,80 – 2,88
100

x 608

= 18 kg/m3
Kebutuhan pasir

= 608 + 18
= 626 kg/m3
19

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

c.

Batu Pecah

=

Ak  A2
100

KELOMPOK
XXIV

= 1,50 – 0,50 x 1292
100

x C

= 13 kg/m3
Kebutuhan Kerikil

= 1292 + 13
= 1305 kg/m3

d.

= 185 Liter/m3

Air

21. Koreksi Terhadap Kondisi Bahan
Untuk percobaan diperlukan 6 benda uji, maka Volume benda uji:
Silinder

= 6 (1/4*π*D2*t) = 6(1/4*3,14*0,152*0,3)= 0,0318 m3

Dalam pelaksanaan ditambah 20% dari jumlah total untuk menjaga
kemungkinan susut, jadi diperlukan material = (0,2 x 0,0318) + 0,0318
= 0,0382 m3= 38,2 liter
Maka bahan yang diperlukan untuk benda uji adalah sebagai berikut:
a. Semen
b. Pasir
c. Kerikil
d. Air

= 0,0382  330
= 0,0382  626

= 0,0382  1305
= 0,0382  185

= 17,797 kg
= 24,736 kg
= 40,359 kg
= 7,749

liter

22. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan di atas, maka didapat jumlah bahan sebelum
koreksi untuk 6 buah benda uji silinder tanpa menggunakan zat aditif sebagai
berikut:
a. Semen

= 10

kg

b. Air

= 6

Liter

c. Agregat Halus (Pasir)

= 19

kg

d. Agregat Kasar (Batu pecah)

= 41

kg

Sedangkan iumlah bahan sesudah koreksi untuk 6 buah benda uji
silinder tanpa menggunakan zat aditif adalah sebagai berikut:
a. Semen

= 13

kg

b. Air

= 7

Liter

c. Agregat Halus (Pasir)

= 24

kg

d. Agregat Kasar (Batu pecah)

= 50

kg
20

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

PERENCANAAN CAMPURAN BETON
Kelompok: XXIV

1.

Pekerjaan: Kolom

Tegangan Karakteristik

:

18,0

MPa

Kegagalan = 5

%

2.

Standart Deviasi

:

7,0

MPa

3.

Margin

:

7,0

MPa

4.

Rencana tegangan rata-rata

:

25

MPa

5.

Type semen

:

Tipe I (Portland)

6.

Type agregat kasar

:

Batu pecah

7.

Type agregat halus

:

Pasir katunun

8.

Faktor Air Semen maks.

:

0,60

9.

Faktor Air Semen Rencana

:

0,562

10. Slump

:

7,5 – 15

Cm

11. Ukuran agregat maks.

:

40

Mm

12. Kebutuhan air bebas

:

185

kg/m3

13. Kadar Semen Rencana

:

330

kg/m3

14. Kadar Semen minimal

:

275

kg/m3

15. Berat jenis gabungan kondisi SSD

:

2,66

16. Berat jenis Beton basah

:

2415

kg/m3

17. Berat agregat total

:

1900

kg/m3

18. Grade agregat halus

:

Daerah III

19. Persen agregat halus

:

32

%

20. Berat agregat halus

:

626

kg/m3

21. Berat agregat kasar

:

1305

kg/m3

22. Keausan

:

15,20

%

Komposisi
Campuran

1 3 beton
6 benda uji
Perbandingan Jumlah Bahan

Semen
(Kg)

Air
(Liter)

Ag.Halus
(Kg)

Ag.Kasar
(Kg)

330
13
1

185
7

1305
50
4

626
24
2

21

BAB II
PERCOBAAN SLUMP BETON

A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan slump beton merupakan
ukuran kekentalan beton segar. Sehingga akan diketahui apakah sampel yang dibuat
telah memenuhi slump yang telah ditentukan pada perhitungan sebelumnya (pada
Bab I).

B. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan untuk percobaan slumb beton adalah sebagai
berikut:
1. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm,
bagian atas 10 cm, dan tinggi 30 cm, bagian atas dan bagian bawah terbuka.
2. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujung dibulatkan
dan sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.
3. Pelat logam dengan permukaan yang kokoh rata dan kedap air (talam).
4. Sendok cekung.
5. Cetok.
6. Alat ukur penurunan, bisa menggunakan mistar atau roll meter.

C. BAHAN
Bahan yang dipergunakan untuk percobaan slumb beton adalah contoh beton
segar sebanyak-banyaknya sama dengan isi cetakan.

D. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan Slump beton dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah
2. Letakkan cetakan diatas pelat
3. Isi cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapisan, tiap lapisan
berisi kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat
pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara bagian bawah tiap-tiap lapisan.
22

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Pemadatan lapisan pertama pemasukan bagian tepi tongkat dimiringkan
sesuai dengan kemiringan cetakan.
4. Setelah selesai pemadatan, segera ratakan permukaan benda uji dengan
tongkat, tunggu selama setengah menit. Dan dalam jangka waktu ini semua
kelebihan beton segar di sekitar cetakan harus dibersihkan.
5. Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
6. Balikkan cetakan dan letakan perlahan-lahan di samping benda uji.
7. Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan
dengan tinggi rata-rata dari benda uji.

E. PERHITUNGAN
Berikut merupakan hasil prcobaan Test Slump Beton:
Tabel 2.1 Hasil percobaan Test Slump Beton
Percobaan

Penurunan (cm)

Keterangan

1

0

Tidak sesuai

2

4

3

12,6

Tidak sesuai
Sesuai dengan slump yang
direncanakan yaitu 7,5 cm – 15 cm

Sumber: Hasil Praktikum di Laboratorium

F. KESIMPULAN
Percobaan uji slump dilakukan sebanyak 3 kali. Percobaan pertama pengujian
slump gagal atau hasil uji tidak memenuhi dari batas yang disyaratkan, hal ini
dikarenakan kekurangan air dalam adukan. Setelah ditambahkan air sebanyak 1000
ml adukan beton diaduk kembali, hasil uji tidak memenuhi dari batas yang
disyaratkan yaitu 4 cm. Hal ini disebabkan adukan beton yang kurang merata.
Setelah adukan beton diaduk, maka uji slump kembali dilakukan sehingga
didapatkan nilai slump sebesar 12,6 cm dan telah memenuhi persyaratan slump yang
direncanakan, yaitu antara 7,5 cm - 15 cm untuk kolom.

23

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

G. GAMBAR
Adapun gambar langkah-langkah dalam percobaan Test Slump Beton pada
Gambar 2.1 – 2.4 berikut:

Gambar 2.1 Pengadukan Bahan

Gambar 2.3 Pemadatan beton

Gambar 2.2 Pengecoran

Gambar 2.4 Pembacaan Slump

24

B A B III
PEMERIKSAAN BERAT ISI BETON
DAN BANYAKNYA BETON PER ZAK SEMEN

A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan

ini dimaksudkan untuk menentukan berat

isi beton dan

banyaknya beton per zak semen.

B. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan untuk pemeriksaan berat isi beton adalah
sebagai berikut:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.
2. Tongkat pemadat, dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujungnya
dibulatkan dan sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.
3. Alat perata.
4. Takaran dengan kapasitas dan penggunaannya sebagai berikut :
Kapasitas 6 liter

: Ukuran maksimum agregat kasar 25 mm

Kapasitas 10 liter

: Ukuran maksimum agregat kasar 37,5 mm

Kapasitas 14 liter

: Ukuran maksimum agregat kasar 50 mm

Kapasitas 28 liter

: Ukuran maksimum agregat kasar 50 mm

Didalam percobaan ini menggunakan agregat ukuran maksimal 40 mm jadi
digunakan takaran/bohler dengan kapasitas 28 liter. Hasil pengukuran volume
takaran adalah 2830 cm3.

C. BAHAN
Bahan yang dipergunakan untuk pemeriksaan berat isi beton adalah contoh
beton segar sebanyak-banyaknya dengan kapasitas takaran/bohler.

D. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur pemeriksaan berat isi beton dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Timbang dan catat berat takaran (W1).

25

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

2. Isilah takaran dengan benda uji dalam tiga lapis, dalam tiap lapis dipadatkan
dengan 25 kali tusukan secara merata.
3. Setelah selesai pemadatan, ketuklah sisi takaran perlahan-lahan sampai tidak
tampak gelembung-gelembung udara.
4. Ratakan permukaan pada benda uji dan tentukan beratnya ( W2).

E. HASIL PERCOBAAN
1. Berat beton segar + bohler

W2

= 10000 gr

= 10,000 kg

2. Berat bohler

W1

= 3880 gr

= 3,880 kg

= 2830 cm3

= 0,00283 m3

= 50000 gr

= 50,000 kg

3. Volume bohler

V

4. Berat per zak semen

F. PERHITUNGAN
Perhitungan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Berat Isi Beton:
γ non aditif

=
=

(
(1

-

1)

)

-3
3

= 2162,544 kg/ m3 = 2163 kg/ m3 (dibulatkan)

2. Banyaknya Beton Per Zak Semen:
- Berat isi beton basah (A)

= 2163 kg/m3

- Kadar semen rencana (B)

= 330 kg/m3

Berat Beton Per Zak Semen (50 kg) :
=

(

p

= 33

)

1 3

= 327, 727 kg = 328 kg (dibulatkan)
Banyaknya beton per zak semen:
=
=

(

on p

)

3
1 3

= 0,152 kg
26

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Banyaknya semen per m3:
1

=
=

on p

n

1
1

= 6,579 zak/ m3

G. KESIMPULAN
Dalam percobaan ini didapat data sebagai berikut:

1. Berat isi beton

=

2163 kg/m3.

2. Berat beton per zak semen

=

328 kg.

3. Banyaknya beton per zak semen

=

0,152 kg.

4. Banyaknya semen per m3

=

5,579 zak/ m3.

H. GAMBAR
Adapun gambar dalam percobaan pemeriksaan berat isi beton dapat dilihat
pada Gambar 3.1 – 3.2 berikut:

Gambar 3.1 Menimbang Bohler

Gambar 3.2 Menimbang Bohler
+ Beton

27

BAB IV
PEMERIKSAAN KEKUATAN TEKAN BETON
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan beton
berbentuk kubus dan silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium. Kekuatan
tekan adalah beban persatuan luas yang menyebabkan beton hancur.

B. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton adalah
sebagai berikut:
1. Silinder diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
2. Vibrator.
3. Tongkat pemadat diameter 16 mm, panjang 60 cm dengan ujung dibulatkan
dan terbuat dari baja anti karat.
4. Bak pengaduk beton kedap air dengan mesin pengaduk.
5. Timbangan dengan ketelitian 0.3 % dari berat contoh.
6. Mesin tekan, kapasitas sesuai dengan keruntuhan.
7. Satu set alat pemeriksaan slump.
8. Satu set alat pemeriksaan berat isi beton.

C. BAHAN
Bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton adalah
sebagai berikut:
1. Air bersih.
2. Agregat halus (Pasir).
3. Agregat kasar (Kerikil).
4. Semen Portland Type I.

D. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur pemeriksaan kekuatan tekan beton dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut:
1. Pembetonan Beton Segar
28

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

a. Timbang bahan-bahan tersebut di atas seperti tercantum dalam
perencanaan campuran.
b. Pengadukan bisa dilakukan dengan menggunakan mesin pengaduk atau
secara manual. Pada pelaksanaannya kami menggunakan cara manual.
c. yaitu dengan memasukkan agregat kasar dan halus serta semen ke dalam
talam besar kemudian diaduk dengan menggunakan cangkul sampai
campuran merata.
2. Penentuan Slump
a. Tentukan nilai slump dengan range slump 75-150 mm.
b. Apabila nilai slump telah memenuhi range 75-150 mm, berarti kekentalan
beton segar telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
c. Apabila belum memenuhi, maka ulangi pekerjaan pengadukan sampai
memenuhi nilai slump yang direncanakan.
3. Pencetakan dan Persiapan Benda Uji
a. Cetakan diolesi dengan oli terlebih dahulu supaya pada saat pelepasan
benda uji dari cetakannya lebih mudah.
b. Isilah cetakan dengan adukan dalam tiga lapisan dipadatkan dengan
tusukan 25 kali secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan
pertama, tongkat pemadat boleh mengenai dasar cetakan. Pada saat
pemadatan lapisan kedua serta ketiga tongkat pemadat boleh masuk
antara 25,4 mm kedalam lapisan pertama atau bawahnya. Tempatkan
cetakan di atas alat penggetar atau gunakan alat penggetar ( Vibrator ) dan
getarkan sampai gelembung dan rongga-rongga udara tidak ada lagi.
Ratakan permukaan beton dan tempatkan cetakan di tempat yang lembab,
kemudian diamkan selama 24 jam.
c. Setelah 24 jam bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.
d. Rendam benda uji di dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi
syarat untuk perawatan selama waktu yang dikehendaki.
4. Persiapan Pengujian
a. Ambillah benda uji yang akan ditentukan kekuatannya dari bak pertama.
b. Tentukan berat dan ukuran benda uji.

29

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

5. Pengujian
a. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris.
b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan.
c. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah
beban maksimum yang terjadi selama pemerikasaan benda uji.

E. PERHITUNGAN
Rumus kekuatan tekan beton:  
Dimana : P

P
kg/cm2
A

= beban maksimum (kg)
= Luas penampang benda uji (cm2)

A

Tabel 4.1 Pemeriksaan Kuat Tekan Beton
TANGGAL
NO

BUAT

TEST

UMUR

BERAT

(hari)

(kg)

LUAS
KODE

(cm2)

BEBAN
MAX
(kg)

FAKTOR

HARI

TEKANAN

UMUR

TEST

1

2/12/16

16/11/16

28

13,26

I

176,625

28.000

1,00

158,52

MPa
28 HARI
(HT/FU)
15,852

2

2/12/16

16/11/16

28

13,30

II

176,625

29.000

1,00

164,50

16,450

3

2/12/16

16/11/16

28

13,42

III

176,625

35.000

1,00

198,52

19,852

4

2/12/16

16/11/16

28

13,38

IV

176,625

31.000

1,00

175,51

17,551

5

2/12/16

16/11/16

28

13,60

V

176,625

32.000

1,00

181,51

18,151

6

2/12/16

16/11/16

28

13,22

VI

176,625

30.000

1,00

169,85

16,985

(kg/cm2)

Sumber; Hasil Perhitungan kelompok XXIV

Tabel 4.3 Tabel Perhitungan Simpangan Beton Normal
(MPa)

=



= 17,474

( - )2

15,852

(MPa)
17,474

2,629

16,450

17,474

1,048

19,852

17,474

5,657

17,551

17,474

0,006

18,151

17,474

0,459

16,985
Σ = 104,841

17,474

0,239
Σ=1

3

Sumber; Hasil Perhitungan kelompok XXIV

30

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Sd =





1
=√

-1

3
-1

KELOMPOK
XXIV

= 1,42 MPa

Mutu beton untuk benda uji yang dirawat di laboratorium dianggap
memenuhi syarat apabila:
1. Rata-rata tiga buah benda uji tidak boleh < f’c
3 =

1

3 =

1

1

1

3

1 1 1
3

1

=1 3

1

(

n

)

1

=1

1

(

n

)

2. Rata-rata dua buah benda uji tidak boleh  f’c – 3,5 Mpa (14,5 Mpa)
=

1

1

=

1

1

=

1 1 1

1

1

=1 1 1

1

(

n

)

=1

1

(

n

)

=1

1

(

n

)

Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan hasil bahwa mutu beton yang
didapat sesuai rencana berdasarkan perhitungan rata-rata dua buah benda uji tidak
boleh < f’c – 3,5 Mpa (14,5 MPa).
F. KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Sesuai SNI-03-2847-2002 Pasal 7.6 Kuat tekan suatu mutu beton dapat
dikategorikan memenuhi syarat jika dua hal berikut dipenuhi:
a. Setiap nilai rata-rata dari tiga uji kuat tekan yang berurutan mempunyai
nilai yang sama atau lebih besar dari

.

b. Tidak ada nilai uji kuat tekan yang dihitung sebagai nilai rata-rata dari
dua hasil uji contoh silinder mempunyai nilai dibawah

melebihi dari

3,5 MPa.

31

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

2. Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat dikesimpulan bahwa hasil uji kuat
tekan beton yang telah dilakukan memenuhi persyaratan (1.b) dari SNI-032847-2002 Pasal 7.6.
G. GAMBAR
Adapun gambar dalam percobaan Kuat Tekan Beton dapat dilihat

pada

Gambar 4.1- 4.3 sebagai berikut:

Gambar 4.1 Sebelum Pengujian
Kuat Tekan Beton

Gambar 4.2 Setelah Pengujian Kuat
Kuat Tekan Beton

Gambar 4.3 Mesin Tekan

32

BAB V
TEGANGAN REGANGAN PADA BETON
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan grafik perbandingan antara
tegangan dengan regangan dari sampel beton.

B. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan untuk percobaan tegangan dan regangan pada
beton adalah sebagai berikut:
1. Silinder beton diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
2. Mesin tekan, kapasitas sesuai dengan keruntuhan.
3. Dial pembaca perpendekan sampel.

C. BAHAN
Bahan yang dipergunakan untuk percobaan tegangan dan regangan pada
beton adalah sebagai berikut:
1. Air bersih.
2. Agregat halus (Pasir Katunun).
3. Agregat kasar (Batu Pecah).
4. Semen Portland Tipe I.

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Persiapan Pengujian tegangan regangan adalah sebgai berikut:
a. Ambillah benda uji yang akan ditentukan kekuatannya dari bak pertama
kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab.
b. Tentukan berat dan ukuran benda uji.
2. Prosedur Pengujian regangan adalah sebgai berikut:
a. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris
b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar
antara 2-4 km/cm3 per detik.
c. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah nilai
perpendekan setiap kenaikan 2000 kg beban yang terjadi selama
pemerikasaan benda uji.
33

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

E. PERHITUNGAN

Rumus tegangan pada beton : 
Dimana : P

= Beban maksimum (kg)
= Luas penampang benda uji (cm2)

A

Rumus regangan pada beton : ε =
ΔL
L

Gambar 5.1 Sketsa Beton mengalami Regangan
Dimana : ΔL
L

= Perpendekan (mm)
= Tinggi Awal (mm)

Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Tegangan Regangan pada Sampel Beton Pertama
Luas
Beban
Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
penampang
Kg
cm2
Mm
Mm
kg/cm2
0
176.63
1.10
300
0.00
0.004
2000
176.63
1.70
300
11.32
0.006
4000
176.63
2.00
300
22.65
0.007
6000
176.63
2.50
300
33.97
0.008
8000
176.63
2.60
300
45.29
0.009
10000
176.63
2.90
300
56.62
0.010
12000
176.63
3.00
300
67.94
0.010
14000
176.63
3.30
300
79.26
0.011
16000
176.63
3.80
300
90.58
0.013
18000
176.63
5.00
300
101.91
0.017
20000
176.63
5.80
300
113.23
0.019
22000
176.63
7.00
300
124.55
0.023
24000
176.63
9.80
300
135.88
0.033
26000
176.63
20.00
300
147.20
0.067
28000
176.63
21.00
300
158.52
0.070
Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok XXIV

34

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan
pada Gambar 5.2 sebagai berikut:
180

Tegangan (Kg/cm2)

160
140
120
100

80
60
40
20

0
0.00

0.01

0.02

0.03

0.04
0.05
Regangan

0.06

0.07

0.08

Gambar 5.2 Grafik Tegangan Regangan pada Sampel Beton Pertama
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Tegangan Regangan pada Sampel Beton Kedua
Beban Luas penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg
cm2
mm
mm
kg/cm2
0
176.63
0.10
300
0.00
0.000
2000
176.63
0.30
300
11.32
0.001
4000
176.63
0.40
300
22.65
0.001
6000
176.63
0.50
300
33.97
0.002
8000
176.63
0.70
300
45.29
0.002
10000
176.63
0.80
300
56.62
0.003
12000
176.63
0.85
300
67.94
0.003
14000
176.63
0.90
300
79.26
0.003
16000
176.63
1.00
300
90.58
0.003
18000
176.63
1.10
300
101.91
0.004
20000
176.63
1.20
300
113.23
0.004
22000
176.63
1.30
300
124.55
0.004
24000
176.63
1.80
300
135.88
0.006
26000
176.63
5.40
300
147.20
0.018
28000
176.63
6.00
300
158.52
0.020
29000
176.63
7.50
300
164.19
0.025
Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok XXIV

35

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan
pada Gambar 5.3 sebagai berikut:
180

Tegangan (Kg/cm2)

160
140
120
100
80
60
40
20

0
0.00

0.01

0.01

0.02
Regangan

0.02

0.03

0.03

Gambar 5.3 Grafik Tegangan Regangan pada Sampel Beton Kedua
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Tegangan Regangan pada Sampel Beton Ketiga
Beban Luas penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg
cm2
mm
mm
kg/cm2
0
176.63
300
0.00
2000
176.63
300
11.32
4000
176.63
300
22.65
6000
176.63
300
33.97
8000
176.63
300
45.29
10000
176.63
300
56.62
12000
176.63
300
67.94
14000
176.63
300
79.26
16000
176.63
300
90.58
18000
176.63
300
101.91
20000
176.63
300
113.23
22000
176.63
300
124.55
24000
176.63
300
135.88
26000
176.63
300
147.20
28000
176.63
300
158.52
30000
176.63
300
169.85
32000
176.63
300
181.17
34000
176.63
300
192.49
35000
176.63
300
198.15
Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok XXIV

36

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan
pada Gambar 5.4 sebagai berikut:
180

Tegangan (Kg/cm2)

160
140
120
100
80
60
40
20

0
0.00

0.01

0.01

0.02
Regangan

0.02

0.03

0.03

Gambar 5.4 Grafik Tegangan Regangan pada Sampel Beton Ketiga
Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Tegangan Regangan pada Sampel Beton Keempat
Beban Luas penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg
cm2
mm
mm
kg/cm2
0
176.63
1.2
300
0.00
0.004
2000
176.63
1.4
300
11.32
0.005
4000
176.63
1.5
300
22.65
0.005
6000
176.63
1.6
300
33.97
0.005
8000
176.63
1.7
300
45.29
0.006
10000
176.63
1.8
300
56.62
0.006
12000
176.63
1.9
300
67.94
0.006
14000
176.63
2
300
79.26
0.007
16000
176.63
2.2
300
90.58
0.007
18000
176.63
2.4
300
101.91
0.008
20000
176.63
2.6
300
113.23
0.009
22000
176.63
2.7
300
124.55
0.009
24000
176.63
2.9
300
135.88
0.010
26000
176.63
3.1
300
147.20
0.010
28000
176.63
3.3
300
158.52
0.011
30000
176.63
3.5
300
169.85
0.012
31000
176.63
4.3
300
175.51
0.014
Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok XXIV

37

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan
pada Gambar 5.5 sebagai berikut:
200
180
Tegangan (Kg/cm2)

160
140
120
100
80
60
40

20
0
0.00

0.00

0.00

0.01

0.01
0.01
Regangan

0.01

0.01

0.02

Gambar 5.5 Grafik Tegangan Regangan pada Sampel Beton Keempat
Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Tegangan Regangan pada Sampel Beton Kelima
Beban Luas penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg
cm2
mm
mm
kg/cm2
0
176.63
0.10
300
0.00
0.000
2000
176.63
0.20
300
11.32
0.001
4000
176.63
0.30
300
22.65
0.001
6000
176.63
0.40
300
33.97
0.001
8000
176.63
0.50
300
45.29
0.002
10000
176.63
0.60
300
56.62
0.002
12000
176.63
0.70
300
67.94
0.002
14000
176.63
0.80
300
79.26
0.003
16000
176.63
1.00
300
90.58
0.003
18000
176.63
1.10
300
101.91
0.004
20000
176.63
1.30
300
113.23
0.004
22000
176.63
1.40
300
124.55
0.005
24000
176.63
1.50
300
135.88
0.005
26000
176.63
1.70
300
147.20
0.006
28000
176.63
2.10
300
158.52
0.007
30000
176.63
2.60
300
169.85
0.009
32000
176.63
3.90
300
181.17
0.013
Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok XXIV

38

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan
pada Gambar 5.6 sebagai berikut:
200
180
Tegangan (Kg/cm2)

160
140
120
100
80
60
40
20

0
0.00

0.00

0.00

0.01
0.01
Regangan

0.01

0.01

0.01

Gambar 5.6 Grafik Tegangan Regangan pada Sampel Beton Kelima
Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Tegangan Regangan pada Sampel Beton Keenam
Beban Luas penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg
cm2
mm
mm
kg/cm2
0
176.63
300
0.00
0.000
2000
176.63
300
11.32
4000
176.63
300
22.65
6000
176.63
300
33.97
8000
176.63
300
45.29
10000
176.63
300
56.62
12000
176.63
300
67.94
14000
176.63
300
79.26
16000
176.63
300
90.58
18000
176.63
300
101.91
20000
176.63
300
113.23
22000
176.63
300
124.55
24000
176.63
300
135.88
26000
176.63
300
147.20
28000
176.63
300
158.52
30000
176.63
300
169.85
Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok XXIV

39

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KELOMPOK
XXIV

Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan
pada Gambar 5.7 sebagai berikut:
180

Tegangan (Kg/cm2)

160
140
120
100
80
60
40
20

0
0.00

0.01

0.01

0.02
Regangan

0.02

0.03

0.03

Gambar 5.7 Grafik Tegangan Regangan pada Sampel Beton Keenam
F. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pemeriksaan tegangan dan regangan beton adalah
bahwa sampel pertama, kedua, dan kelima terdapat peningkatan nilai tegangan dan
regangan di tengah pemeriksaan atau pengujian sedangkan pada sampel beton ketiga
terjadi peningkatan tegangan regangan yang relatif. Hal ini menandakan bahwa nilai
tegangan regangan yang terjadi masing-masing tergantung dari nilai kuat tekan
karakteristik yang dicapai.

G. GAMBAR
Adapun gambar dalam percobaan Tegangan Regangan paada Beton dapat
dilihat pada Gambar 5.4 sebagai berikut:

Gambar 5.4 Sampel Beton dan Alat Dial Pembaca Perpendekan Sampel
40

Dokumen yang terkait

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tembakau Dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada PT Mangli Djaya Raya

3 126 8

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)

0 72 56

IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN MENGENAL UNSUR BANGUN DATAR KELAS II SDN LANGKAP 01 BANGSALSARI

1 60 18

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA Pengembangan Profesi Guru Sains melalui Penelitian dan Karya Teknologi yang Sesuai dengan Tuntutan Kurikulum 2013

6 77 175

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Tinjauan Atas Perencanaan Dan Pengendalian Anggaran Kas Pada Lembaga Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung

6 69 56

Konstruksi Makna Gaya Blusukan (studi Fenomenologi Tentang Konstruksi Makna Gaya Blusukan Gubenur Joko Widodo Bagi Masyarakat Jakarta Pusat)

1 65 112

TINJAUAN TENTANG ALASAN PERUBAHAN KEBIASAAN NYIRIH MENJADI MEROKOK DI KALANGAN IBU-IBU DI DUSUN TRIMO HARJO II KELURAHAN BUMI HARJO KECAMATAN BUAY BAHUGA KABUPATEN WAY KANAN

3 73 70

TEKNIK REAKSI KIMIA II

0 26 55