Penelitian Terdahulu Studi Empiris

II-23 X 7 INTWO = 1 jika pendapatan bersih dua tahun terakhir negative 0 untuk kondisi lainnya X 8 OENEG = 1 jika total utang total aset; 0 untuk kondisi sebaliknya X 9 CHIN = Ni t -Ni t-1 |Ni t |+|Ni t-1 |, dimana Ni t adalah pendapatan bersih untuk periode tahun yg diteliti Namun Ohlson 1980 menjelaskan bahwa model ini tidak menentukan cut-off point tertentu dalam menentukan batasan yang menyatakan perusahaan tersebut bangkrut atau tidak bangkrut. Model ini memperbolehkan peneliti untuk menentukan sendiri tingkat toleransi yang akan digunakan. Makin tinggi rendah probability cut-off, maka makin besar kemungkinan untuk salah mengklasifikasikan perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut. Ohlson sendiri menggunakan cut-off point sebesar 0,5. Tingkat ketepatan predikasi dari model ini sebagai mana dikemukakan John Stephen dan Michael T. Dugan dalam jurnal berjudul Re-Estimation of the Zmijewsi and Ohlson Bankrupcy Prediction Model 2003 adalah sebesar 99. Unggul dibandingkan model Z-score yang dikemukakan Altman 1968 yang hanya sebesar 95, dan model X-score Zmijewsi 1983 sebesar 98.

II.3. Penelitian Terdahulu Studi Empiris

Penelitian mengenai financial distress untuk mengetahui potensi kebangkrutan suatu perusahaan merupakan topik yang sangat menarik untuk diteliti. Penelitian awal mengenai financial distress mulanya dilakukan oleh Ramsey dan Foster 1931, Fizpatrick 1932, Winakor dan Smith 1942. Penelitian ketiganya berfokus pada perbandingan antara rasio keuangan perusahan gagal dan perusahaan tidak gagal Afriyeni, 2012. Kemudian di tahun 1966 William Beaver mulai melakukan studi dengan menggunakan analisis variabel tunggal univariat, namun model yang dipakai Beaver ternyata tidak dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan perusahaan secara simultan Subagyo, 2007 sehingga Altman 1968 kemudian mengembangkan penelitian menggunakan pendekatan variabel ganda multivariate, serupa dengan model yang dikembangkan oleh Springate 1978, dan Zmijewski 1984. II-24 Keterbatasan pada penelitian terdahulu membuat peneliti selanjutnya melakukan pengembangan dalam hal keragaman variable-variabel yang digunakan. Hal ini dilakukan agar akurasi daya ramal mengenai financial distress semakin akurat. Oleh karena itu, Ohlson 1980 dalam penelitian Financial Ratios And The Probabilistic Prediction Of Bankruptcy menggunakan analisis regresi logistik dalam mempediksi kebangkrutan untuk menghindari asumsi-asumsi ketat pada Multiple Discriminant Analysis MDA. Ohlson dalam Permatasari, 2008 mengklaim tingkat akurasi prediksinya sebesar 96,12. Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa model prediksi Ohlson memiliki tingkat akurasi yaitu: 95 Wang dan Campbell, 2010, dan 65 Nikmah dan Sulestari. Di Indonesia, penelitian mengenai prediksi financial distress menggunakan analisis regresi logistik tidak sebanyak penelitian menggunakan analisis diskriminan. Beberapa peneliti yang melakukan analisis regresi logistik diantaranya Qurriyani 2000, Widodo 2001, Almilia dan Kristiaji 2003, Hadad,dkk 2004, Subagyo 2007, Purbayati 2010, Fauzi 2011, Puryati dan Savitri 2012. II-25 Tabel II.2 Studi Empiris Prediksi Financial Distress Menggunakan Regresi Logistik No Peneliti: Judul Variabel Penelitian Hasil 1 Qurriyani 2000: Deteksi Dini Potensi Kebangkrutan Bank Melalui Analisis Rasio Keuangan dan Market Effect CAR Capital Adequacy Ratio, Asset Quality, Manajemen, dan Likuiditas Rasio Keuangan CAR dan Risk Asset Rasio, serta Market Effect Earning mampu menjelaskan tingkat kesehatan Bank dan sekaligus menjadi alat untuk memprediksi potensi kebangkrutan bank. 2 Widodo 2001: Penggunaan Rasio Keuangan untuk Memprediksi Probabilitas Kebangkrutan Bank RORA, NRFF Net Revenue From Fund, FBI, CAR Capital Adequacy Ratio, LCDR, HS Hasil Kredit, PTK Variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan bank adalah NRFF Net Revenue From Fund untuk enam model dan HS Hasil Kredit untuk lima model. Model Prediksi dua tahun sebelum kebangkrutan mempunyai presentasi akurasi lebih tinggi dibanding model prediksi satu tahun sebelum kebangkrutan. 3 Almilia dan Kristiaji 2003: Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta CFCL, TLFA gross profitsales, OIsales, NIsales, CAinventory, OITL, NWsales, CLNW, dan NWTL. Rasio keuangan yang paling dominan dalam menentukan financial distress suatu perusahaan adalah: • Rasio profit margin NIS. • Rasio financial leverage CLTA. • Rasio likuiditas CACL. II-26 4 Hadad,dkk 2004: Model Prediksi Kepailitan Bank Umum di Indonesia Rasio modal, Risiko Keuangan dan Variasi Waktu Model Prediksi 3 bulan sebelum pailit MP3 merupakan model yang paling layak digunakan untuk memprediksi kepailitan Bank Umum. 5 Subagyo 2007: Model Prediksi Financial Distress di Indonesia Era Globalisasi Financial ratios, industry relative ratios, dan sensitivitas terhadap indikator ekonomi Financial ratios, industry relative ratios, dan sensitivitas terhadap indikator ekonomi baik secara parsial maupun secara simultan mampu digunakan sebagai predictor financial distress perusahan go public di Indonesia. Model 4 merupakan model terbaik untuk memprediksi, dengan daya prediksi sebesar 77,1. 6 Purbayati 2010: Analisis Faktor Penyebab Probabilitas Kebangkrutan Bank CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR, Stock Price, Composite Index, Inflation Rate, Interest Rate, dan Money Supply Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap probabilitas kebangkrutan bank adalah BOPO terhadap pendapatan operasional dan sensitivitas bank terhadap tingkat suku bunga SBI 7 Fauzi 2011: Analisis Kinerja Keuangan Performance dan Pengaruhnya Terhadap Kesulitan Keuangan Financial Distress Perbankan di Indonesia ROA, ROE, NPM, OPM, TDTA, EQTA, SLWC, NIM Variabel ROA, ROE, SLWC, dan OPM masuk ke dalam model, dan secara signifikan dapat menjelaskan 50,2 kondisi kesulitan keuangan fianancial distress pada perbankan. 49,8 lainnya dijelaskan oleh variabel di luar model. II-27 8 Puryati dan Savitri 2012: Model Financial Distress Vs. Altman Z-Score: Analisa Perbandingan Prediksi Kebangkrutan di Industri Perbankan yang Terdaftar di BEI Current Ratio, Growth Ratio, Financial Leverage, dan Profit Margin Terdapat perbedaan antara kedua model. Menurut hasil analisis model Financial Distress 4 Bank dinyatakan menglami kondisi tidak sehat, sedangkan menurut Diskriminan model Altman, semua bank dinyatakan sehat. Sumber: dirangkum dari berbagai sumber

II.4. Kerangka Penelitian