II-21
• Bila 1.11 Z 2.6 = Zone “Abu-abu” Pada kondisi ini,
perusahaan mengalami financial distress yang harus ditangani dengan penanganan managemen yang tepat. Jika terlambat, dan
tidak tepat penanganannya, perusahaan dapat mengalami kebangrutan. Jadi pada grey area ini ada kemungkinan perusahaan
bangkrut atau survive dari masa financial distress
• Bila Z 1.11 = Zone “Distress” Pada kondisi ini, perusahaan
mengalami financial distress dan berisiko tinggi mengalami kebangkrutan
Altman mengklaim tingkat akurasi formulanya sebesar 95 untuk periode prediksi satu tahun, dengan potensi error antara 10-15.
2.2.2. Model Zmijewski X-Score
Perluasan studi dalam prediksi kebangkrutan dilakukan oleh Zmijewski 1983 dengan menambah validitas rasio keuangan sebagai alat
deteksi kegagalan keuangan perusahaan. Zmijewski melakukan studi dengan menelaah ulang studi bidang kebangkrutan hasil riset sebelumnya selama dua
puluh tahun. Beberapa rasio keuangan dipilih dari rasio –rasio keuangan
penelitian terdahulu dan diambil sampel sebanyak 75 perusahaan yang bangkrut, serta 3573 perusahaan sehat selama tahun 1972 sampai dengan
1978, indikator F-test terhadap rasio –rasio kelompok, Rate of Return,
liquidity, leverage, turnover, fixed payment coverage, trends, firm size, dan stock return volatility, menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara
perusahaan yang sehat dan yang tidak sehat. Berikut ini adalah model yang dirumuskan oleh Zmijewski:
X-score = -4,3 – 4,5X + 5,7X - 0,004X
Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Zmijewski yaitu:
X = EAT Total Assets x 100 Return On Asset X = Total Debt Total Asset x 100 Debt Ratio atau Leverage
X = Current Asset Current Liabilities Current Ratio atau Likuiditas
II-22
Klasifikasi perusahaan model zmijewski ini didasarkan pada nilai cut- off point sebesar 0 nol. Apabila nilai X-Score dibawah cut-off point, maka
perusahaan berada pada kondisi yang sehat. Namun, X-Score berada diatas
cut-off point maka perusahaan berada pada kondisi financial distress. 2.2.3.
Model Ohlson Y-Score
Prediksi kebangkrutan metode Y-score ini dikemukakan oleh James A. Ohlson 1980 dalam jurnalnya berjudul Financial Ratio dan the
Probabilistic Prediction of Bankruptcy. Sampel yang digunakan merupakan perusahaan yang terdapat di industri manufaktur pada periode tahun 1970
hingga tahun 1976. Dimana 105 perusahaan adalah bangkrut dan 258
perusahaan merupakan perusahaan yang tidak bangkrut.
Ohlson menggunakan analisis logistik untuk menghindari masalah tentang asumsi-asumsi pada model Multiple Discriminant Analysis MDA
yang dilakukan Altman, yaitu data yang diuji memerlukan persyaratan normalitas data. Tidak seperti kebanyakan model prediksi yang dilakukan
peneliti terdahulu, model ini memasukan variabel ukuran perusahaan sebagai variabel penelitian. Ohlson berasumsi bahwa perusahaan besar memiliki
kemungkinan kesulitan keuangan financial distress yang lebih kecil karena perusahaan besar biasanya berkembang dan beroperasi dengan baik dan
relatif stabil Nikmah dan Sulestari, 2014. Persamaan model Ohlson adalah sebagai berikut:
Y-score = - 1,32 – 0,407
SIZE
+ 6,03
TLTA
- 1,43
WCTA
+ 0,0757
CLCA
- 2,37
NITA
- 1,83
FUTL
+ 0,285
INTWO
- 1,72
OENEG
- 0,52
CHIN
Keterangan: X SIZE
= Log total asset indeks tingkat harga PNB X TLTA
= Total utang total aset X WCTA
= Modal kerja total aset X
4
CLCA = Utang lancar aset lancar
X
5
NITA = Pendapatan bersih total aset
X
6
FUTL = Dana dari kegiatan operasi total utang
II-23
X
7
INTWO = 1 jika pendapatan bersih dua tahun terakhir negative 0 untuk kondisi lainnya
X
8
OENEG = 1 jika total utang total aset; 0 untuk kondisi sebaliknya X
9
CHIN = Ni
t
-Ni
t-1
|Ni
t
|+|Ni
t-1
|, dimana Ni
t
adalah pendapatan bersih untuk periode tahun yg diteliti
Namun Ohlson 1980 menjelaskan bahwa model ini tidak menentukan cut-off point tertentu dalam menentukan batasan yang
menyatakan perusahaan tersebut bangkrut atau tidak bangkrut. Model ini memperbolehkan peneliti untuk menentukan sendiri tingkat toleransi yang
akan digunakan. Makin tinggi rendah probability cut-off, maka makin besar kemungkinan untuk salah mengklasifikasikan perusahaan yang bangkrut dan
tidak bangkrut. Ohlson sendiri menggunakan cut-off point sebesar 0,5. Tingkat ketepatan predikasi dari model ini sebagai mana dikemukakan
John Stephen dan Michael T. Dugan dalam jurnal berjudul Re-Estimation of the Zmijewsi and Ohlson Bankrupcy Prediction Model 2003 adalah sebesar
99. Unggul dibandingkan model Z-score yang dikemukakan Altman 1968 yang hanya sebesar 95, dan model X-score Zmijewsi 1983 sebesar 98.
II.3. Penelitian Terdahulu Studi Empiris
Penelitian mengenai financial distress untuk mengetahui potensi kebangkrutan suatu perusahaan merupakan topik yang sangat menarik untuk
diteliti. Penelitian awal mengenai financial distress mulanya dilakukan oleh Ramsey dan Foster 1931, Fizpatrick 1932, Winakor dan Smith 1942.
Penelitian ketiganya berfokus pada perbandingan antara rasio keuangan perusahan gagal dan perusahaan tidak gagal Afriyeni, 2012. Kemudian di tahun 1966
William Beaver mulai melakukan studi dengan menggunakan analisis variabel tunggal univariat, namun model yang dipakai Beaver ternyata tidak dapat
digunakan untuk memprediksi kegagalan perusahaan secara simultan Subagyo, 2007 sehingga Altman 1968 kemudian mengembangkan penelitian
menggunakan pendekatan variabel ganda multivariate, serupa dengan model yang dikembangkan oleh Springate 1978, dan Zmijewski 1984.