II-18
Beaver 1968. Pada saat itu penelitian Beaver menghasilkan persamaan yang hanya bisa memprediksi kebangkrutan pada suatu perusahaan tertentu dengan
menggunakan rasio-rasio akuntansi pada saat itu saja sehingga tidak bisa diaplikasikan secara umum.
Kelemahan penelitian Beaver itulah yang disempurnakan oleh Altman dengan “Z-Score”nya yang menggunakan teknik analisis diskriminan milik
Fisher 1936. Hasilnya Z-score mampu memprediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan secara kontinu dan bersifat umum.
1. Model Altman Pertama 1968
Model yang dinamakan Z-score oleh Altman untuk pertama kalinya merupakan model linear dengan rasio keuangan yang diberi bobot untuk
memaksimalkan kemampuan model tersebut dalam membuat prediksi
kebangkrutan. Sampel yang digunakan Altman 1968 berjumlah 66
perusahaan, yaitu 33 perusahaan yang dianggap bangkrut dan 33 perusahaan sehat. Pada awalnya, Altman mengumpulkan 22 rasio
perusahaan yang mungkin bisa berguna untuk memprediksi kebangkrutan. Dari 22 rasio tersebut dilakukan pengujian-pengujian untuk memilih rasio
mana saja yang akan digunakan salam membuat model. Rasio-rasio yang
terpilih ditunjukkan dalam persamaan berikut: Z-score = 1,2 X
1
+ 1,4 X
2
+ 3,3 X
3
+ 0,6 X
4
+ 0,999 X
5
Keterangan: X
1
= working capital total asset X
2
= retained earnings total asset X
3
= earning before interest and taxestotal asset X
4
= market value of equity book value of total debt X
5
= sales total asset. Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis
MDA. Menurut Altman, terdapat angka-angka cut off nilai z yang dapat menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak
pada masa mendatang dan ia membaginya ke dalam tiga kategori, yaitu:
II-19
• Bila Z 2.99 = Zone “Aman” Pada kondisi ini, perusahaan
berada pada kondisi yang sehat sehingga kecil kemungkinan terjadi kebangkrutan
• Bila 1.81 Z 2.99 = Zone “Abu-abu” Pada kondisi ini,
perusahaan mengalami financial distress yang harus ditangani dengan penanganan managemen yang tepat. Jika terlambat, dan
tidak tepat penanganannya, perusahaan dapat mengalami kebangrutan. Jadi pada grey area ini ada kemungkinan perusahaan
bangkrut atau survive dari masa financial distress
• Bila Z 1.81 = Zone “Distress” Pada kondisi ini, perusahaan
mengalami financial distress dan berisiko tinggi mengalami kebangkrutan
2. Model Altman Revisi 1983
Model yang dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang
dilakukan agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan manufaktur yang go public melainkan juga dapat diaplikasikan
untuk perusahaan-perusahaan di sektor swasta. Model yang lama mengalami perubahan pada salah satu variabel yang digunakan. Altman
mengubah pembilang Market Value Of Equity pada X4 menjadi book value of equity karena perusahaan privat tidak memiliki harga pasar untuk
ekuitasnya. Berikut ini adalah model altman revisi:
Z-score = 0,717 X
1
+ 0,847 X
2
+ 3,108 X
3
+0,42 X
4
+ 0,988 X
5
Keterangan: X
1
= working capital total asset X
2
= retained earnings total asset X
3
= earning before interest and taxestotal asset X
4
= book value of equity book value of total debt X
5
= sales total asset. Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z-
score model Altman 1983, yaitu:
II-20
• Bila Z 2.9 = Zone “Aman” Pada kondisi ini, perusahaan
berada pada kondisi yang sehat sehingga kecil kemungkinan
terjadi kebangkrutan • Bila 1.23 Z 2.9 = Zone “Abu-abu” Pada kondisi ini,
perusahaan mengalami financial distress yang harus ditangani dengan penanganan managemen yang tepat. Jika terlambat, dan
tidak tepat penanganannya, perusahaan dapat mengalami kebangrutan. Jadi pada grey area ini ada kemungkinan perusahaan
bangkrut atau survive dari masa financial distress
• Bila Z 1.23 = Zone “Distress” Pada kondisi ini, perusahaan
mengalami financial distress dan berisiko tinggi mengalami kebangkrutan
3. Model Altman Modifikasi 1995