II-11
lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan
pengadilan.
2.1.4. Kategori Financial Distress
Irham Fahmi 2004 mengemukakan bahwa secara kajian umum,
terdapat 4 empat jenis ketegori financial distress yang dapat dibuat, yaitu: 1.
Pertama, financial distress kategori A atau sangat tinggi
Kondisi ini benar-benar membahayakan kelangsungan hidup perusahaan. Kategori ini memungkinkan perusahaan dinyatakan untuk
berada pada posisi bangkrut atau pailit. Pada kondisi ini memungkinkan pihak perusahaan melaporkan ke pihak terkait seperti
pengadilan bahwa perusahaan telah berada dalam keadaan bangkrut, dan meyerahkan berbagai urusan untuk ditangani oleh pihak luar
perusahaan.
2. Kedua, financial distress kategori B atau tinggi
Kondisi ini dianggap berbahaya karena pada posisi ini perusahaan harus memikirkan berbagai solusi realistis dalam menyelamatkan
berbagai asset yang dimiliki, seperti sumber-sumber yang ingin dijual dan tidak dijualdipertahankan. Termasuk mempertahankan berbagai
dampak jika dilaksanakan keputusan merger penggabungan dan akuisisi pengambilalihan. Salah satu dampak nyata terlihat pada
kondisi ini adalah perusahaan mulai melakukan PHK Pemutusan Hubungan Kerja dan pension dini pada beberapa karyawannya yang
dianggap tidak layak infeasible lagi untuk dipertahankan.
3. Ketiga, financial distress kategori C atau sedang
Perusahaan dianggap masih mampubisa menyelamatkan diri dengan
tindakan tambahan dana yang bersumber dari internal dan eksternal. Namun perusahaan harus melakukan perombakan berbagai kebijakan
dan konsep manajemen yang diterapkan selama ini, bahkan jika perlu melakukan perekrutan tenaga ahli baru yang memiliki kompetisi yang
tinggi untuk ditempatkan di posisi posisi strategis yang bertugas
II-12
mengendalikan dan
menyelamatkan perusahaan,
termasuk meningkatkan perolehan laba dengan cara membeli kembali saham
yang telah dijual kepada publik stock repurchase atau buy back
4. Keempat, financial distress kategori D atau rendah.
Pada kategori ini perusahaan dianggap hanya mengalami fluktuasi financial temporer yang disebabkan oleh berbagai kondisi eksternal
dan internal, termasuk lahirnya dan dilaksanakan keputusan yang kurang begitu tepat. Kondisi ini umumya bersifat jangka pendek,
sehingga bisa cepat diatasi seperti mengeluarkan cadangan keuangan financial reserve yang dimiliki, atau mengambil dari sumber-sumber
dana yang selama ini memang dialokasikan untuk mengatasi persoalan-persoalan seperti itu.
Penentuan kategori perusahaan yang mengalami financial distress ini tentunya harus melalui penelitian lebih lanjut dikarenakan penggolongannya
bersifat subjektif. Setiap peneliti tentunya memiliki perbedaan presepsi dan sudut pandangnya masing-masing dalam menginterpretasikan kondisi
financial distress yang dialami oleh perusahaan yang diteliti.
2.1.5. Indikasi Financial Distress