3.4 Parameter Lingkungan 3.4.1 Analisis Struktur Sedimen
Pada tiap-tiap stasiun penelitian, dilakukan pengambilan sampel sedimen sebanyak 6 kali ulangan 6 replikat menggunakan sediment corer dengan
diameter 15,7 cm dan tinggi 25 cm. Analisis struktur sedimen ini bertujuan untuk membandingkan komposisi persentase dari ukuran butiran sedimen yang
menjadi substrat lamun pada masing-masing stasiun. Sebanyak 2 sendok makan sampel sedimen yang melekat pada rhizome
lamun diambil dicuplik dari bagian tengah corer. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 70⁰ C, selama 14 hari hingga kering dan beratnya
konstan. Setelah kering, sedimen ditimbang dan dimasukkan ke dalam seri saringan bertingkat yang digerakkan secara mekanis JEL 200 T, J. Engelmann
AG; dengan ukuran mata saringan 2000, 1000, 500, 250, 125 dan 60 µm.
Gambar 9 Searah jarum jam: analisis struktur sedimen
Sedimen yang telah terpisah kemudian ditimbang untuk menentukan tekstur sedimen, berdasarkan persentase berat dari butiran sedimen yang memiliki ukuran
berbeda-beda. Selanjutnya sedimen dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 500⁰ C selama 4 jam untuk menentukan kadar kandungan bahan organiknya Gambar 9.
Klasifikasi struktur sedimen dilakukan berdasarkan modifikasi dari skala Wenworth yang direkomendasikan oleh Erftemeijer dan Koch dalam Short dan
Coles 2003 yang membagi ukuran butiran sedimen substrat lamun menjadi kerikil atau gravel 2mm, pasir atau sand 0,063-2 mm, lanaulumpur atau silt
4-63 µm dan lempung atau clay 4 µm Lampiran 4.
3.4.2 Paparan Ombak dan Gelombang Water Exposure
Pengukuran pergerakan air water exposure dilakukan dengan bola gypsum plaster ball, berdasarkan teknik yang dikembangkan oleh Komatsu dan Kawai
1992 dalam Short dan Coles 2003. Tujuan pengukuran pergerakan air ini adalah untuk membandingkan kekuatan arus yang mempengaruhi kondisi
hidrodinamika dari masing-masing stasiun di Pulau Bone Batang. Pengukuran dilakukan dengan memasang 16 bola dari Gypsum sebesar bola tenis selama 72
jam di setiap stasiun penelitian. Pemasangan bola dilakukan pada saat surut terendah lowest spring tide di
sekitar bulan mati atau bulan baru. Waktu tersebut dipilih, karena aktifitas pasang surut dan pergerakan massa air yang paling tinggi dalam setiap bulannya, terjadi
saat bulan baru atau bulan purnama penuh. Menurut Erftemeijer dan Herman 1994, kondisi hidrodinamika atau pergerakan arus pada saat pasang tertinggi dan
surut terendah memberikan pengaruh yang paling besar terhadap komunitas lamun. Dengan demikian, penempatan bola gypsum pada waktu tersebut,
diharapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi pergerakan air dari masing-masing stasiun penelitian di Pulau Bone Batang.
Pemasangan bola Gypsum ini dilakukan sebanyak 3 kali pada bulan Januari, April dan Juli 2010. Penentuan kuat lemahnya arus dari tiap-tiap stasiun
penelitian, ditentukan berdasarkan rata-rata persentase penyusutan berat dari bola gypsum yang dipasang selama 3 hari atau 72 jam.
Pembuatan bola gypsum diawali dengan mempersiapkan bola tenis sebagai alat cetaknya. Bola tenis terlebih dahulu dibelah 2 tepat di bagian tengah
menggunakan gergaji hingga tersisa 13 bagian dari keliling bola. Pada bagian atas bola tenis, dibuat 3 buah lubang yang letaknya sejajar menggunakan bor
listrik. Selanjutnya bagian dalam bola tenis dibersihkan. Bola tenis kemudian ditangkupkan kembali dan direkatkan menggunakan lakbanplastic tape seperti
yang digunakan untuk menjilid buku. Setelah tertangkup rapat, bola tenis siap untuk digunakan mencetak bola gypsum Gambar 10.
Gambar 10 Searah jarum jam: pembuatan bola gypsum
Bola gypsum dibuat dengan mencampurkan 250 ml bubuk gypsum Super dental plaster tipe 6000 dengan air sebanyak 150 ml. Campuran tersebut
kemudian diaduk dengan cepat secara merata agar tidak mengeras. Setelah tercampur sempurna, adonan gypsum kemudian diisikan ke dalam bola tenis
melalui lubang dengan menggunakan spoit. Pengisian ini harus dilakukan dengan cepat untuk menghindari mengerasnya adonan Gambar 10.
Untuk memastikan bola gypsum terbentuk bulat sempurna, maka adonan harus dimasukkan ke dalam bola tenis hingga meluap keluar dari lubang yang
telah dibuat. Hal ini bertujuan agar udara yang masih terjebak di dalam bola tenis keluar seluruhnya. Kemudian pensil kayu ditancapkan ke dalam lubang bagian
tengah bola tenis yang telah terisi penuh adonan gypsum sedalam 4.5 cm. Bola tenis kemudian dibiarkan selama 30 menit hingga mengeras Gambar 10.
Setelah mengeras, plaster yang melilit bola tenis dibuka, dan bola gypsum yang sudah tercetak dikeluarkan dari bola tenis dengan hati-hati agar pensil yang
telah melekat pada bola gypsum tersebut tidak patah. Beberapa bagian yang menonjol dari cetakan bola gypsum seperti alurgaris yang terbentuk dari celah
bola tenis, diratakan menggunakan pisau scalpel atau cutter. Untuk memastikan bola gypsum tersebut benar-benar kering, maka bola gypsum dimasukkan ke
dalam oven pada suhu 70⁰ C selama 7 x 24 jam atau hingga beratnya konstan.
Gambar 11 Bola gypsum sebelum dan sesudah di pasang selama 72 jam
Bola gypsum yang telah jadi kemudian dipasang pada bilah bambu yang telah diruncingkan. Pada tiap-tiap stasiun stasiun di daerah lamun dan Stasiun
kontrol, dipasang 3 buah bola gypsum yang dibiarkan selama 3 x 24 jam 72 jam. Selanjutnya, setelah terpasang selama 3 hari, bola gypsum diambil kembali
dan dikeringkan oven pada suhu 70⁰C, selama 7 x 24 jam atau hingga beratnya konstan. Bola kemudian ditimbang kembali untuk menentukan besarnya kadar
persentase penyusutan. Stasiun dengan kondisi arus yang kuat dapat dilihat dari besarnya tingkat penyusutan bola gypsum.
3.4.3 Pengukuran Kedalaman Kolom Air dan Sedimen
Pengukuran kedalaman kolom air dan sedimen dilakukan secara manual dengan menggunakan meteran gulung, pipa PVC dan tongkat besi. Hasil
pengukuran dibandingkan dengan tabel pasang surut yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal serta dibandingkan dengan patok permanen yang dipasang pada saat
surut terendah dan pasang tertinggi sebagai “reference marker”.
Gambar 12 Pengukuran kedalaman dan ketebalan sedimen
3.5 Identifikasi Sampel