Penelitian tentang struktur komunitas lamun beserta biota laut yang berasosiasi telah banyak dilakukan di Indonesia dan terus menunjukkan
peningkatan dalam satu dekade terakhir ini Tomascik 1997. Namun, penelitian biota asosiasi yang dilakukan di daerah lamun ini, umumnya hanya mencakup
spesies-spesies yang hidup di atas permukaan substrat saja epifauna. Adapun jenis-jenis biota asosiasi yang hidup di dalam substrat infauna, belum banyak
diteliti, sehingga informasi tentang struktur komunitas biota asosiasi infauna ini masih sedikit diketahui Vonk 2008.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian tentang struktur komunitas lamun beserta biota asosiasinya, baik yang mencakup spesies-spesies
makrozoobentos yang hidup di permukaan substrat epifauna maupun spesies- spesies makrozoobentos yang hidup di dalam substrat infauna.
1.2 Perumusan Masalah
Karakteristik habitat
lamun terutama ditentukan oleh kondisi geomorfologi dan topografi dasar perairan di mana komunitas lamun tersebut tumbuh.
Perbedaan kedalaman, arus, pasang surut dan faktor alam lainnya, menyebabkan timbulnya habitat lamun dengan karakteristik lingkungan yang khas. Beberapa
contoh tipe habitat lamun tersebut adalah: habitat lamun dengan substrat berpasir, berbatu atau pecahan karang rubble. Adanya variasi habitat, mendorong biota
yang hidup beasosiasi dengan lamun untuk beradaptasi lebih jauh, sehingga terbentuk cara hidup yang unik di antara berbagai jenis biota asosiasi.
Berdasarkan cara hidupnya, Hemminga dan Duarte 2000, membagi organisme yang berasosiasi dengan lamun menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Infauna: kelompok hewan yang hidup di dalam sedimen seperti berbagai jenis udang, kepiting, cacing laut, sipunculida, ikan Goby dan lain-lain.
2. Epifauna: kelompok hewan yang hidup di permukaan sedimen serta di antara kanopi lamun seperti teripang, sponges, anemon dan lili laut.
3. Epibentik: kelompok hewan berukuran besar yang bergerak bebas di antara berbagai jenis kanopi lamun seperti berbagai jenis ikan.
Kelompok makrozobentos
infauna yang hidup meliang di dalam substrat
umumnya terdiri dari: cacing laut Polychaeta, kerang Bivalvia, keong
Gastropoda, udang dan kepiting Malacostraca, bulu hati Echinodermata dan ikan gobi Actinopterygii. Organisme epifauna yang umum ditemukan di daerah
lamun meliputi jenis-jenis: kerang Bivalvia, keong Gastropoda, sponges Porifera, bulu babi, bintang laut, bintang mengular Echinodermata dan anemon
Anthozoa. Jenis hewan epibentik yang umum ditemukan di daerah lamun diantaranya adalah kelompok ikan Actinopterygii.
Penelitian bio-ekologi
makrozoobentos di Indonesia Hadijah 2000; Matsuura et al. 2000; Irawan 2003; Vonk 2008, umumnya hanya mencakup
spesies-spesies permukaan epifauna yang populasinya diestimasi menggunakan transek atau plot. Sedangkan untuk populasi makrozoobentos yang hidup di dalam
substrat, estimasi dilakukan menggunakan sediment core. Kedua metode ini diketahui memiliki keterbatasan dalam menjangkau organisme bentos yang hidup
jauh di dalam substrat. Hal ini menyebabkan informasi ekologi yang diperoleh, masih memiliki kekurangan dan belum menggambarkan struktur komunitas
makrozoobentos secara keseluruhan Eleftheriou dan McIntyre 2005. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian tentang struktur
komunitas makrozoobentos di daerah padang lamun Pulau Bone Batang. Pada penelitian ini, terpal plastik plastic foil dipilih sebagai alat yang digunakan untuk
mengambil contoh sampel makrozoobentos Kneer, Priosambodo, Asmus 2010a. Terpal
plastik memiliki kelebihan dibandingkan dengan sediment core, dalam menyampling organisme infauna yang hidup membenamkan diri jauh di
dalam sedimen. Luasan area sampling yang diteliti juga lebih luas, dibandingkan dengan metode lain. Dengan demikian, diharapkan bahwa kelompok organisme
makrozoobentos yang memiliki populasi sedikit kurang umumuncommon atau sulit diamati seperti udang-udangan, ikan Goby atau bulu hati heart urchin dapat
tersampling dan terwakili dengan baik dalam analisis struktur komunitas. Beberapa informasi ekologi yang ingin diketahui dalam penelitian ini, meliputi:
1. Struktur komunitas lamun di Pulau Bone Batang meliputi: komposisi jenis, dominansi, pola sebaran, keanekaragaman jenis, keseragaman dan
kesamaan jenis lamun dari tiap-tiap stasiun. 2. Struktur komunitas makrozoobentos, seperti: komposisi jenis, dominansi
dan sebaran spasial makrozoobentos di daerah lamun Pulau Bone Batang.
3. Karakteristik habitat lamun dan makrozoobentos di Pulau Bone Batang mencakup: suhu, karakteristik substrat, kandungan bahan organik dalam
substrat, paparan ombak dan gelombang laut exposure, kedalaman dan ketebalan sedimen.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian