II  TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rayap
Menurut Yusuf dan Utomo 2006 rayap merupakan serangga primitif yang sangat  dekat  kekeluargaannyadengan  kecoa.  Di  alam,  rayap  sangat  berguna
mengubah kayumati dan bahan organik lainnya yang mengandung selulosa untuk dijadikan  humus.  Dari  aspek  tersebut,  rayap  merupakan  serangga  yang  sangat
bergunan  namun  apabila  manusia  mulai  membangun  gedung  dengan  komponen kayu  sebagai  bahan  bakunya,  maka  mulailah  rayap  merusak  bangunan  tersebut
untuk mencari makannya Menurut  Nandika  2003,  rayap  merusak  bangunan  tanpa  mempedulikan
kepentingan  manusia.  Rayap  mampu  merusak  bangunan  gedung,  bahkan  juga menyerang  dan  merusak  mebeler  di  dalam  nya.  Nandika  2003  mengemukakan
sejak tahun 1982, kasus serangan rayap pada bangunan gedung di Indonesia telah mulai  banyak  dilaporkan.  Pada  saat  ini  perhatian  terhadap  ancaman  rayap  pada
bangunan gedung di Indonesia terasa meningkat dengan sangat mengesankan. Hal ini dapat dimengerti mengingat beberapa jenis rayap telah seringkali menunjukan
daya  serang  yang  luar  biasa  terhadap  perumahan,  kantor  dan  bangunan  gedung lain sehingga mengakibatkan kerugian ekonomis yang cukup besar.
2.2. Pestisida Hama Rayap
Pestisida untuk mengendalikan rayap disebut termitisida. Termitisida dibagi kedalam  dua  jenis  yaitu  termitisida  nonrepelen  dan  termitisida  repelen.
Termitisida  nonrepelen  adalah  racun  yang  menyebabkan  kematian  pelan-pelan bagi  rayap  yang  melewati  daerah  tanah  yang  sudah  diberi  perlakuan  dan  rayap
tersebut tidak bisa menghindarinya. Rayap masuk kedaerah perlakuan, kemudian mereka  terkontaminasi  oleh  bahan  aktif  yang  digunakan  yang  menyebabkan
kematian perlahan-lahan dimungkinkan yang disebabkan oleh kematian mikroba. Untuk  selanjutnya,  racun  tersebut  dibawa  kedalam  sarangnya  dengan  adanya
proses pergantian kulit dan trofalaksis. Termitisida jenis repelen adalah termitisida yang  bersifat  racun  syaraf  yang  mematikan  dengan  cepat,  mempunyai  bau  yang
keras sehingga rayap enggan memasuki daerah tersebut Yusuf dan Utomo, 2006.
2.3. Kointegrasi
Regresi dari dua  variabel  yang  non-stasioner akan  menyebabkan terjadinya spurios  regression  sehingga  proses  diferensiasi  harus  terlebih  dahulu  dilakukan
Engle  dan  Granger,  1987.  Tetapi,  proses  ini  justru  akan  menghilangkan hubungan  jangka  panjang  yang  mungkin  terdapat  dalam  variabel-variabel  time
series  yang  diteliti  dan  hanya  memberikan  hubungan  jangka  pendek  time  series. Disinilah  penting  nya  proses  kointegrasi  dimana  konsep  ini  membantu
memberikan  informasi  mengenai  hubungan  jangka  panjang  yang  ada  dengan menggunakan time series non-stasioner.
Dengan  kata  lain  konsep  ini  mengatakan  bahwa  apabila  terdapat  dua  atau lebih  time  series  yang  tidak  stasioner  mempunyai  unit  roots  dan  terintegrasi
pada orde yang sama serta residunya bersifat stasioner sehingga tidak ada korelasi seri di dalamnya white nose, maka time series tersebut dinamakan terkointegrasi.
Didalam  konsep  kointegrsi  ini  terdapat  beberapa  hal  penting  yang  perlu diperhatikan, yaitu: Enders, 2004
1. Kointegrasi merupakan kombinasi linear dari dua atau lebih dari time series
yang tidak stasioner. Vektor kointegrasi dari kombinasi linear tersebut tidak unik karena dengan suatu konstanta yang tidak nol λ, maka λβ juga benar
sebagai  vektor  kointegrasi.  Oleh  karena  itu,  biasanya  salah  satu  besaran digunakan  untuk  normalisasi  vektor  kointegrasi  dengan  menetapkan
koefisiennya menjadi satu. 2.
Semua variabel harus terintegrasi pada orde yang sama. Tetapi tidak semua variabel yang terintegrasi pada orde yang sama terkointegrasi.
3. Bila  vektor
�
mempunyai  n  komponen,  maka  akan  ada  n-1  vektor kointegrasi  linear  yang  tidak  tergantung  satu  dengan  yang  lainnya.  Jumlah
vektor kointegrasi ini dinamakan peringkat kointegrasi cointegration rank, biasanya dilambagkan dengan r.
Sifat  penting  yang  terdapat  dalam  variabel-variabel  yang  terkointegrasi adalah  perjalanan  waktu  variabel-variabel  tersebut  dipengaruhi  oleh  perubahan
atas  hubungan  keseimbangan  jangka  panjangnya.  Dengan  kata  lain,  variabel- variabel  non-stasioner  yang  terintegrasi  pada  orde  yang  sama  dan  terkointegrasi
akan menjadi stasioner dalam jangka panjang Enders, 2004.
2.4. Vector Autoregression VAR Model