7. Mahasiswa mampu mengindentifikasi jenis fungsi injektif, surjektif, dan
bijektif 8.
Mahasiswa mampu membutkikan sifat-sifat fungsi fungsi injektif, surjektif, dan bijektif
9. Mahasiswa mampu mengaplikasikan sifat-sifat fungsi fungsi injektif,
surjektif, dan bijektif dalam bidang matematika
6.2. Relasi Hubungan. Relasi
atau hubungan antara himpunan merupakan suatu aturan pengawanan antar himpunan tersebut, sebagai contohnya kalimat “ a adalah ayah
b ” atau kalimat “ 4 habis dibagi 2” dan sebgainya. Relasi dapat menyangkut tidak
hanya dua himpunan, tetapi bisa tiga atau lebih. Relasi yang menyangkut dua himpunan dari semestanya disebut relasi binair.
Secara simbolis kalimat “ a berada dalam relasi R dengan b” dapat disajikan dengan
“aRb” atau “
R b
a
, ”.
Relasi R antara himpunan A dan B merupakan himpunan bagian A× B. Demikian juga, sebarang subhimpunan A
B merupakan relasi dari A ke B.
Himpunan A disebut domain R yang ditulis D
R
, himpunan B disebut kodomain R
ditulis C
R
, dan daerah hasil R atau range R yang ditulis RA adalah
rangeR =
aRb A
a B
b
. A
B a
1 b
2 c
3 d
4 5
Contoh 6.2.1. Pada diagram di atas relasi R adalah himpunan
R =
. 2
, ,
4 ,
, 3
, ,
1 ,
d c
c a
Berarti aR1, cR3, cR4, dan dR2. Daerah hasil R, rangeR =
4 3,
2, 1,
, domain relasi D
R
=
a, b, c, d , kodomain C
R
=
5 ,
4 3
2 1
, ,
, .
Contoh 6.2.2.
Pengaitan f dari ℝ ke ℝ dengan definisi
1
x x
untuk x yang mungkin menunjukkan D
f
= ℝ, C
f
= ℝ, dan range f = f ℝ = [ 0, .
Untuk x 1, tidak dapat ditemukan y ℝ yang memenuhi x, y f .
6.3. Relasi Invers dan Komposisi Relasi
Misalkan f relasi dari A ke B. Relasi invers
A B
f
:
1
adalah himpunan
. ,
a ,
f b
a A
B b
Pada diagram relasi f berikut diperoleh relasi
1
f :
A f
B B
1
f A
a 1
1 a
b 2
2 b
c 3
3 c
d 4
4 d
5 5
domain
1
f adalah
,
1
B D
f
kodomain
1
f adalah
,
1
A C
f
dengan
. ,
4 ,
, 3
, ,
2 ,
, 1
1
c c
d a
f
Contoh 6.3.1.
Pada Contoh 6.2.2 relasi invers f dari ℝ ke ℝ dengan definisi
1
x x
, adalah relasi
1
f dari
ℝ ke ℝ dengan aturan
1
2
x
x
dan
, 1
1
f range
. Selanjutnya, dua buah relasi, yaitu relasi f dari A ke B dan relasi g dari B
ke C dapat dikomposisikan menjadi relasi f
g
, dengan definisi
. ,
, .
, C
B c
b B
A b
a B
b C
A c
a f
g
Sebagai ilustrasi diberikan diagram sebagai berikut:
A f
B B
g C a
1 1
I b
2 2
c 3
3 II
d 4
4 III
III ,
, III
, ,
I ,
d b
a f
g
karena dapat ditemukan
, 2
, 1
B
yang memenuhi:
g f
a
I
, 1
dan 1
, ;
; III
, 2
dan 2
, g
f b
g f
d
III
, 2
dan 2
, .
Contoh 6.3.2.
Diketahui relasi f dari ℝ ke ℝ dengan definisi
1
x x
untuk x yang mungkin dan g dari
ℝ ke
, dengan definisi
2
2
x
x
untuk x yang mungkin.
Dapat ditentukan, bahwa
2 ,
dan 1
1 ,
2
x
x x
g x
x - x
f ,
sehingga
1 1
,
x x
x f
g
.
Teorema 6.3.3.
Diketahui
B A
f
:
dan C
B g
:
relasi. 1.
Jika
D C
h
:
relasi, maka
. f
g h
f g
h
2.
.
1 1
1
g
f f
g
Bukti.
1.
h d
c f
g c
a C
c D
A d
a f
g h
, ,
. ,
h d
c g
c b
f b
a B
b C
c D
A d
a
,
, ,
. ,
h d
c g
c b
f b
a B
b C
c D
A d
a
,
, ,
,
h d
c g
c b
f b
a C
c B
b D
A d
a
,
, ,
,
h d
c g
c b
C c
f b
a B
b D
A d
a
,
, ,
. ,
h d
c g
c b
C c
f b
a B
b D
A d
a
,
, ,
. ,
. ,
, .
, f
g h
g h
d b
f b
a B
b D
A d
a
2.
f g
c a
A C
a c
f g
, ,
1
g c
b f
b a
B b
A C
a c
, ,
. ,
1 1
, ,
. ,
g b
c f
a b
B b
A C
a c
= .
1 1
g f
Definisi 6.3.3 . Suatu relasi R dikatakan determinatif pada A atau antara
anggota-anggota A jika dan hanya jika kalimat “aRb” adalah kalimat deklaratif
untuk setiap a, b dalam A. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: R determinatif
a, b A.
R b
a R
b a
,
, 6.4. Relasi Ekuivalensi
. Berikut diberikan beberapa sifat dari relasi binair.
Definisi 6.4.1 . Diketahui A himpunan tidak kosong. Relasi R pada A dari A ke A
disebut refleksif jika jika dan hanya jika untuk setiap anggota dari semestanya
berlaku aRa. Secara matematis dinyatakan dengan notasi, R refleksif
a A.aRa. Misalnya relasi mencintai antara orang-orang adalah relasi yang refleksif,
sebab tidak ada orang yang tidak mencintai dirinya sendiri. Contoh 6.4.2.
1. Relasi kesejajaran antara garis-garis lurus pada bidang ℝ
2
refleksif, sebab a sejajar dengan a sendiri, untuk setiap garis a.
2. Relasi R pada ℝ dengan definisi untuk setiap a, b ℝ, aRb jika
b a
, merupakan relasi refleksif
3. Diketahui
m
ℕ, dengan 1
m
. Pada ℤ didefinisikan relasi modulo m,
ditulis “mod m” dengan definisi
a b
m m
b a
mod ,
, yaitu terdapat k
ℤ, sehingga
. km
a b
Relasi
m mod
reflesif. Notasi lain untuk
m b
a mod
,
adalah
m b
a mod
Suatu relasi R pada A disebut non-refleksif jika sekurang-kurangnya ada
satu a A tidak berada dalam relasi R dengan dirinya sendiri,
R b
a A
a
,
Contoh 6.4.3.
1. Relasi R pada ℝ dengan definisi untuk setiap a, b ℝ, aRb jika
b a
, merupakan relasi non-refleksif, sebab
, 1
1 jadi
R
1 ,
1
2. Didefinisikan relasi R pada ℝ dengan definisi untuk setiap a, b ℝ,
, ,
b a
R b
a
dengan
b
bilangan bulat terbesar yang tidak lebih dari b. Relasi R non- refleksi.
Definisi 6.4.4 . Relasi R pada A disebut irrefleksi jika untuk setiap a
A berlaku:
R a
a
,
. Notasi matematisnya, R irrefleksif
a,b A.
R a
a
,
. Contoh 6.4.5.
1. Relasi R pada ℝ dengan definisi untuk setiap a, b ℝ, aRb jika
b a
, merupakan relasi irrefleksif, sebab
, a
a
untuk setiap .
A a
2.
Relasi R pada ℝ di Contoh 6.4.3 nomor 2 bukan relasi irrefleksi sebab untuk a
ℤ⊂ ℝ,
a a
. Akibatnya
. ,
R a
a
3. Relasi “ ” pada himpunan semua garis di
ℝ
2
atau ℝ
3
irrefleksif, sebab untuk setiap garis g pasti tidak tegak lurus dengan g sendiri.
Jenis relasi berikutnya berkaitan erat dengan kesimetrisan relasi antara dua elemen himpunan.
Definisi 6.4.6.
Relasi R pada A disebut simetris jika untuk setiap a,b dari
semestanya berlaku: aRb bRa. Notasi matematisnya,
R simetris a,b A.aRb bRa.
Contoh 6.4.7.
1. Relasi kesejajaran antara garis-garis lurus di ℝ
2
atau ℝ
3
bersifat simetris, sebab g sejajar h, maka h pasti juga sejajar g.
2. Relasi R pada ℝ dengan definisi aRb jika
a b
b a
2 2
2 2
merupakan relasi simetris, sebab jika
a b
b a
2 2
2 2
dapat dipastikan
b a
a b
2 2
2 2
.
3. Relasi “
m mod
” pada Contoh 6.4.2. bersifat simetris, sebab jika
m b
a mod
,
, maka terdapat k ℤ, sehingga
. km
a b
Akibatnya terdapat
–kℤ, sehingga
. m
k a
b b
a
Selanjutnya, jika sekurang-kurangnya terdapat satu pasang a, b A
sedemikian hingga
R b
a
,
dan
R b
a
,
, maka R dikatakan non-simetris.
Misalnya relasi mencintai pada himpunan semua manusia. Contoh
6.4.8.
1. Diketahui
X
∅. Relasi “⊂” pada himpunan kuasa
X P
bersifat non simetris, sebab jika
B A
, maka B
A
2. Diketahui
X
∅. Relasi “” pada himpunan kuasa
X P
bersifat non simetris, sebab untuk
X A
X
, berlaku
X A
, yang berarti
X A
. 3.
Pada himpunan Mℝ yang memuat semua matriks
d c
b a
atas ℝ,
didefinisikan relasi R; untuk semua A, B Mℝ,
R B
A
,
jika
AB . Relasi R bersifat non simetris, sebab
1
1 1
tetapi
1
1 1
1
Definisi 6.4.9. Relasi R pada himpunan A dikatakan antisimetris jika
b a
bRa aRb
A b
a
,
Contoh 6.4.10. 1.
Diketahui
X ∅. Relasi “” pada himpunan kuasa
X P
bersifat anti simetris, sebab jika
B A
dan
A B
, maka B
A
2. Pada himpunan ℤ didefinisikan relasi P dengan definisi
k a
b k
aPb 7
. ,
1 ,
Relasi P anti simetris, jika
k a
b 7
dan
m b
a 7
, dengan
k
m,
ℕ⋃
, maka
k
m
, sehingga
. a
b
Definisi 6.4.11. Relasi R pada himpunan A dikatakan asimetris jika untuk setiap
A b
a
,
berlaku, jika
R b
a
,
pastilah
R a
b
,
. Dengan kata lain R asimetris
⇔
R a
b R
b a
A b
a
, ,
,
. Salah satu contoh relasi asimetris yang sudah dikenal dengan baik dalam
pelajaran matematika mulai dari SD, SMP, dan SMA adalah relasi lebih kecil “ “
pada himpunan semua bilangan real. Contoh-contoh relasi asimetris yang lain diberikan sebagai berikut.
Contoh 6.4.12.
1. Pada himpunan ℤ didefinisikan relasi P dengan definisi
k a
b k
aPb 7
. ,
2 ,
1
Relasi P asimetris. 2.
Diketahui
X ∅. Relasi “” pada himpunan kuasa
X P
bersifat asimetris.
3. Pada Contoh 6.4.8, relasi R pada Mℝ bersifat non simetris, tapi
tidak asimetris , sebab
1
1
dan
1
1
.
Definisi 6.4.13 . Relasi R pada A dikatakan transitif jika untuk setiap tripel a,b,c
di A berlaku apabila aRb dan bRc maka aRc. Notasi matematisnya, R transitif
a, b, cA.aRb bRc aRc. Relasi transitif sangat banyak dijumpai dalam konsep-konsep matematika.
Semua sistem bilangan seperti
ℕ, ℤ, ℚ, ℝ, dan ℂ mengenal relasi “urutan parsial
” yang salah satu syaratnya harus transitif. Demikian juga dalam aljabar, dikenal istilah semigrup terurut, lapangan terurut parsial, dan grup kuosien yang
proses pembentukannya menggunakan relasi ekuivalensi.
Contoh 6.4.14 .
1. Relasi kesejajaran antara garis-garis lurus di ℝ
2
atau ℝ
3
bersifat transitif.
2. Relasi R pada ℝ dengan definisi
a b
b a
aRb 2
2
2 2
merupakan relasi transitif 3.
Relasi “
m mod
” pada Contoh 6.4.2. bersifat transitif, sebab jika
m c
b b
a mod
, ,
,
, maka terdapat h, k ℤ, sehingga
. km
a b
dan
. hm
b c
Akibatnya terdapat m+k ℤ, yang memenuhi
. m
k h
km hm
a b
b c
a c
Jadi
. mod
, m
a c
Bentuk ingkaran dari relasi transitif memberi syarat keanggotaan untuk terbentuknya relasi jenis lain. Syarat tersebut menyatakan, jika pada himpunan A
dapat ditemukan triple a, b, dan c elemen A, sehingga aRb dan bRc tetapi aRc,
maka R dikatakan non-transitif. Dengan kata lain: Definisi 6.4.15.
Relasi R pada himpunan A dikatakan non-transitif jika
R c
a R
c b
R b
a A
c b
a
, ,
, ,
,
Contoh relasi non-simetris banyak dijumpai dalam bidang matematika dan kehidupan sehari-
hari. Relasi “menyukai” atau “bersahabat” pada semesta himpunan semua manusia menunjukkan kondisi yang non-transitif, sebab jika A
menyukai B dan B menyukai C, tidak selalu berakibat A menyukai C. Ada beberapa kasus yang secara ekstrim justru menunjukkan A tidak menyukai C.
Contoh 6.4.16. 1.
Relasi “ ” pada himpunan semua garis di ℝ
3
non transitif, sebab dapat ditemukan garis g = h : sumbu OX dan l : sumbu OY yang
memenuhi
h g
h l
l g
tetapi ,
dan
. Namun jika diambil g sumbu OX, h sumbu OY, dan l sumbu OZ,
diperoleh
h g
h l
l g
dan
, ,
2. Diambil
3 ,
2 ,
1
X
. Relasi “” pada himpunan kuasa
X P
bersifat non transitif, sebab
2 ,
1 3
, 2
, 3
, 2
1
, tetapi
2 ,
1 1
.
Definisi 6.4.17. Relasi R pada himpunan A dikatakan intransitif jika
R c
a R
c b
R b
a A
c b
a
, ,
, ,
,
Contoh 6.4.18.
1. Dari Contoh 6.4.16, keduannya bukan relasi intransitif.
2. Relasi “ ” pada himpunan semua garis di
ℝ
2
merupakan relasi intransitif, sebab jika
h g
h g
h l
l g
atau
maka ,
dan
. Definisi 6.4.19
. Relasi R pada himpunan A yang sekaligus memiliki sifat refleksif,
simetris, dan transitif disebut relasi ekuivalensi.
Dalam matematika relasi ekuivalensi memegang peranan penting. Contoh- contoh relasi ekuivalensi adalah :
1. Relasi kesejajaran antara garis – garis lurus pada bidang datar.
2. Relasi kesebangunan antara segitiga-segitga dalam bidang datar.
Contoh 6.4.20.
1. Relasi R pada ℝ dengan definisi
a b
b a
aRb 2
2
2 2
merupakan relasi ekuivalensi 2.
Relasi “
m mod
” pada Contoh 6.4.2. bersifat ekuivalensi, sebab : 1.
Sifat refleksif dipenuhi: a - a = 0.m, sehingga a amod m. 2.
Sifat simetris dipenuhi: Jika a – b = k.m, maka b – a = -km, suatu kelipatan -k dari m, sehingga untuk setiap a, b berlaku, jika a
bmod m maka b
amod m. 3.
Sifat transitif dipenuhi, sebab jika a bmod m dan b cmod m, maka a
– b = km dan b – c = lm, untuk suatu bilangan bulat k dan l, sehingga jika dijumlahkan diperoleh a
– c = k + lm, dengan k + l bilangan bulat. Jadi a
cmod m. Selanjutnya diberikan suatu teorema yang memegang peranan penting
dalam matematika, khususnya di bidang aljabar abstrak. Untuk itu sebelumnya
didefiniskan pengertian partisi himpunan. Definisi 6.4.21.
Diketahui A himpunan tak kosong dan K = { H
i
| i I } koleksi
subhimpunan A. Koleksi K disebut partisi A jika
i
H I
i
,
A H
i I
i
, dan
j i
H H
j i
Contoh 6.4.22. 1.
Diketahui
19 ,
13 ,
10 ,
8 ,
6 ,
3 ,
1
H
. Keluarga himpunan
13 ,
10 ,
8 ,
3 ,
19 ,
6 ,
1
K
merupakan partisi H 2.
Pada himpunan bilangan real ℝ, 2.1.
bulat bilangan
1 n
n, n
L
merupakan partisi ℝ.
2.2.
bulat bilangan
1 ,
2 1
, 2
1 n
n, n
n n
M
merupakan partisi
ℝ.
Teorema 6.4.23
. Relasi ekuivalensi antara anggota-anggota himpunan A, mengakibatkan terbentuk partisi penggolongan di dalam A.
Partisi dalam himpunan A membagi A ke dalam himpunan bagian- himpunan bagian kelas-kelas yang masing-masing tidak kosong dan saling
asing, sehingga setiap anggota dari A berada dalam salah satu dan hanya satu kelas A.
Bukti
. Misalkan relasi di atas disebut R. Karena ekuivalensi, maka R memenuhi sifat refleksif, simetris dan transitif. Semua elemen
– elemen yang berelasi R dengan a, dikumpulkan dalam suatu hmpunan,sebut S
a
. Jadi S
a
= { x S | xRa }.
Himpunan S
a
tidak kosong sebab R refleksif, jadi aRa, sehingga a S
a
dan S
a
mempunyai sekurang-kurangnya satu anggota. Daapat disimpulkan bahwa setiap anggota pasti berada dalam sekurang-kurangnya satu kelas, yaitu yang memuat ia
sendiri. Selanjutnya, misalkan S
a
dan S
b
beririsan tidak kosong, dengan salah satu elemen irisannya c. Karena c
S
a
, maka cRa; dan karena R simetris maka aRc. Selain itu karena c
S
b
maka berlaku juga cRb. Dari aRc dan cRb, sehingga dengan menggunakan sifat transitif diperoleh aRb, sehingga a
S
b
. Selanjutnya
untuk setiap p S
a
berlaku pRa dan karena aRb, dengan menggunakan R transitif, maka pRb. Jadi p
S
b
, sehingga terbukti, S
a
S
b.
Dengan cara yang analog dapat dibuktikan S
b
S
a
, sehingga berlaku S
a
= S
b
. Dengan demikian terbukti bahwa relasi ekuivalensi akan menyebabkan terbentuknya kelas-kelas yang disebut kelas ekuivalensi.
Akibat 6.4.24 . Diambil m
ℕ lebih besar daripada 1. Terhadap relasi modulo m, himpunan
ℤ terpartisi menjadi kelas-kelas : 1.
, 2
, ,
, ,
2 ,
m m
m m
n m
n
2.
, 1
2 ,
1 ,
1 ,
1 ,
1 2
, 1
1
m m
m m
n m
n
3.
, 2
, ,
, ,
2 ,
i m
i m
i i
m i
m i
n m
n i
4.
, 1
2 ,
1 ,
1 ,
1 ,
1 2
, 1
1
m
m m
m m
n m
n m
Himpunan kelas-kelas:
1 ,
, 2
, 1
,
m
. Teorema 6.4.25
. Terhadap relasi
m mod
pada ℤ berlaku:
1.
m d
b c
a m
d c
m b
a mod
mod mod
2.
m bd
ac m
d c
m b
a mod
mod mod
Relasi mod m juga disebut dengan relasi kongruensi. Definisi 6.4.26.
Relasi R pada A disebut relasi urutan parsial lemah jika
memenuhi refleksif, antisimetris, dan transitif. Himpunan A yang dilengkapi
urutan parsial lemah disebut himpunan terurut lemah. Contoh 6.4.27.
1. Pada ℝ didefinisikan relasi lebih kecil atau sama dengan “≤”. Relasi
“≤” bersifat refleksif, antisimetris, dan transitif. 2.
Diketahui
X ∅. Relasi “” pada himpunan kuasa
X P
bersifat refleksi, anti simetris, dan transitif. Jadi relasi urutan lemah
3. Pada himpunan ℤ didefinisikan relasi P dengan definisi
,
4 ,
2 ,
a
b aPb
merupakan relasi refleksif, anti sinetris, dan transitif. Jadi P urutan parsial lemah
4. Pada himpunan ℝ
n
=
n i
x x
x x
i n
, ,
2 ,
1 real,
bilangan ,
, ,
2 1
didefinisikan relasi R, dengan
n
a a
a ,
,
1
,
n
b b
b ,
,
1
ℝ
n
n n
b a
b a
aRb
, ,
1 1
Relasi R merupakan urutan parsial lemah. Selanjutnya, jika R relasi urutan parsial lemah pada A, dengan merujuk
notasi “≤” pada contoh 1 di atas, maka “
aRb
” dapat ditulis dengan “
b a
” atau “
b a
R
”. Relasi lain yang berkaitan langsung dengan urutan lemah dan banyak digunakan di bidang analisis dikenal dengan relasi urutan parsial tegas.
Definisi 6.4.28. Relasi R pada A disebut relasi urutan parsial tegas jika
memenuhi irrefleksif, asimetris, dan transitif. Himpunan A yang dilengkapi urutan
parsial tegas disebut himpunan terurut tegas.
Contoh 6.4.29.
1. Pada ℝ didefinisikan relasi lebih kecil “”. Relasi “” bersifat irrefleksif,
asimetris, dan transitif. Berarti merupakan urutan parsial tegas. 2.
Diketahui
X
∅. Relasi subhimpunan sejati “” pada himpunan kuasa
X P
bersifat irrefleksi, asimetris, dan transitif. Jadi relasi urutan parsial tegas.
3. Pada himpunan ℤ didefinisikan relasi P dengan definisi
,
4 ,
2
a b
aPb
merupakan relasi irrefleksif, asinetris, dan transitif. Jadi P urutan parsial tegas
4. Pada himpunan ℝ
n
=
n i
x x
x x
i n
, ,
2 ,
1 real,
bilangan ,
, ,
2 1
didefinisikan relasi R, dengan
n
a a
a ,
,
1
,
n
b b
b ,
,
1
ℝ
n
i i
n n
b a
n i
b a
b a
aRb
, ,
2 ,
1 ,
,
1 1
Relasi R memenuhi: 1.
Irrefleksif:
Tidak mungkin ditemukan j, n
j
1
yang memenuhi
j j
a a
, sehingga
R a
a
,
2. Asimetris:
Jika
i i
n n
b a
n i
b a
b a
aRb
,
, 2
, 1
, ,
maka ,
1 1
. Akibatnya tidak mungkin ditemukan j,
n j
1
yang memnuhi
j j
b a
. Jadi
R b
a
,
3. Transitif:
Jika
aRb
dan
bRc
maka
i i
n n
b a
n i
b a
b a
, ,
2 ,
1 ,
,
1 1
, dan
j j
n n
c b
n j
c b
c b
, ,
2 ,
1 ,
,
1 1
. Akibatnya untuk semua l,
n l
1
, memnuhi
l l
l
c b
a
,
l l
i
c b
a
, dan
j j
j
c b
a
. Jadi
R c
a
,
Selanjutnya, jika R relasi urutan parsial tegas pada A, dengan merujuk notasi “” pada contoh 1 di atas, maka “
aRb
” dapat ditulis dengan “
b a
” atau “
b a
R
”.
Salah satu jenis relasi yang disebut urutan trivial adalah relasi R dengan
definisi
aRb
jika a = b. Relasi ini merupakan relasi urutan parsial lemah. Hubungan antara relasi urutan lemah dan relasi urutan tegas nampak dalam
teorema berikut ini.
Teorema 6.4.30. Diketahui R relasi pada himpunan A.
1. Jika R relasi urutan parsial lemah di A, maka relasi
R
dengan definisi
b aR
⇔
b a
b a
R
merupakan relasi urutan tegas. 2.
Jika R relasi urutan parsial tegas di A, maka relasi
R
dengan definisi
b aR
⇔
b a
b a
R
merupakan relasi urutan lemah.
Contoh 6.4.31.
Pada himpunan ℝ
n
=
n i
x x
x x
i n
, ,
2 ,
1 real,
bilangan ,
, ,
2 1
didefinisikan relasi “
”, “
1
”, dan “
” dengan
n
a a
a ,
,
1
,
n
b b
b ,
,
1
ℝ
n
i i
n n
b a
n i
b a
b a
b a
, ,
2 ,
1 ,
,
1 1
1
n n
b a
b a
b a
, ,
1 1
.
, ,
1 1
n n
b a
b a
b a
1. Relasi “
” dan “
1
” merupakan urutan parsial lemah; sedangkan “
” merupakan relasi urutan parsial tegas,
2. Jika didefinisikan relasi “
” dengan definisi
b a
jika
b a
dan
b a
, maka “
” merupakan relasi urutan tegas; dan berlaku
. b
a b
a
3. Jika didefinisikan relasi “
” dengan definisi
b a
jika
b a
atau
b a
, maka “
” merupakan relasi urutan parsial lemah; dan berlaku
. b
a b
a
Dari uraian tersebut jelas, bahwa
1
dan
1
. Selanjutnya, dalam matematika dapat ditemukan himpunan terurut parsial
A terhadap relasi urutan R yang di dalamnya terdapat sepasang elemen a dan b yang tidak dapat “dibandingkan” artinya
,
R
b a
dan
,
R
a b
. Demikian juga dapat ditemukan contoh urutan parsial lemah R pada A yang memenuhi
a b
b a
A b
a
R R
,
Relasi urutan yang memenuhi sifat ini dinamakan relasi urutan total lemah.
Pengayaan:
Menurut anda apakah himpunan kosong itu merupakan relasi dari A ke B ? Jelaskan menggunakan logika matematika
6.5. Fungsi Pemetaan.