Varietas Maro Effects of invigoration treatments on seed viability and yield of rice (Oryza sativa L.)

sebab akibat antara dua parameter atau lebih. Besaran dari koefisien korelasi tidak mengambarkan hubungan sebab akibat antara dua parameter atau lebih tetapi semata-mata menggambarkan keterkaitan antara parameter. Parameter pengamatan laboratorium panjang plumula nyata berkorelasi positif pada taraf 5 dengan parameter lapang jumlah gabah per malai r = 0.356 . Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi panjang plumula semakin tinggi pula hasil padi berdasarkan jumlah gabahmalai karena dengan tingginya panjang plumula daun tanaman dilapang juga panjang untuk fotosintesis. Kim et al. 1994 meyatakan bahwa untuk memprediksi pertumbuhan bibit di lapang secara lebih efektif, diperlukan berbagai petunjuk vigor.

2. Varietas Maro

Hasil analisis korelasi pada Tabel 18 menunjukkan bahwa parameter laboratorium varietas Maro daya berkecambah DB, indeks vigor IV, panjang plumula PP, panjang akar PA dan berat kering kecambah normal BKKN tidak berkorelasi dengan parameter lapang jumlah daun per rumpun, jumlah anakan per rumpun, umur berbunga 50, umur berbunga 100, jumlah gabah per malai, jumlah gabah bernas permalai, berat gabah per malai, berat gabah bernas per malai, berat basah gabahplot, berat kering gabahplot dan bobot 1000 butir. Tabel 18. Koefisien Korelasi Parameter Laboratorium dan Lapang Varietas Maro Perlakuan DB IV PP PA BKKN LPK Laboratorim Lapang JDR 0.243 tn 0.135 tn -0.026 tn 0.095 tn -0.300 tn -0.207 tn JAR 0.249 tn 0.127 tn 0.005 tn 0.016 tn -0.246 tn -0.189 tn B1 0.045 tn 0.072 tn 0.105 tn -0.186 tn 0.284 tn -0.109 tn B2 0.298 tn 0.054 tn -0.023 tn 0.137 tn -0.094 tn 0.117 tn JGM -0.02 tn -0.219 tn 0.043 tn 0.176 tn 0.212 tn 0.312 JGBM 0.045 tn -0.267 tn 0.076 tn 0.135 tn 0.163 tn 0.175 tn BGTM 0.109 tn -0.242 tn 0.052 tn 0.205 tn 0.157 tn 0.251 tn BGBM 0.089 tn -0.239 tn 0.050 tn 0.163 tn 0.106 tn 0.210 tn BBGP -0.093 tn -0.171 tn -0.094 tn 0.271 tn -0.068 tn -0.039 tn BKGP -0.144 tn -0.110 tn -0.190 tn -0.041 tn 0.025 tn -0.108 tn BS 0.160 tn -0.016 tn -0.209 tn -0.275 tn -0.056 tn 0.012 tn Keterangan : = Berkorelasi sangat nyata pada α = 0.01, = berkorelasi nyata pada α 0.05, DB= daya berkecambah, IV= indeks vigor, PP= panjang plumula, PA= panjang akar, BKKN= berat kering kecambah normal, LPK= laju pertumbuhan kecambah, JDR= jumlah daun per rumpun, JAR = jumlah anakan per rumpun, B1 = umur berbunga 50, B2= umur berbunga 100, JGM jumlah gabahmalai, JGBM= jumlah gabah bernas per malai, BGTM= berat gabah total per malai , BGBM= berat gabah bernas per malai, BBGP= berat basah gabah per plot, BKGP= berat kering gabah per plot, BS = Bobot 1000 butir. Parameter laboratorium laju pertumbuhan kecambah LPK memiliki korelasi positif yang nyata pada taraf 5 untuk variabel pengamatan lapang jumlah gabahmalai r = 0.312 . Fenomena ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan kecambah LPK pertumbuhan tanaman semakin cepat sehingga dapat meningkatkan hasil padi melalui jumlah gabahmalai. 3. Varietas Limboto Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa hampir semua parameter laboratorium memiliki korelasi negatif dengan parameter lapang Tabel 19. Tabel 19. Koefisien Korelasi Parameter Laboratorium dan Lapang Varietas Limboto. Perlakuan DB IV PP PA BKKN LPK Laboratorium Lapang JDR 0.000 tn -0.003 tn 0.018 tn 0.180 tn 0.040 tn -0.224 tn JAR 0.045 tn -0.036 tn -0.041 tn 0.130 tn 0.156 tn -0.221 tn B1 0.065 tn -0.023 tn 0.162 tn -0.170 tn 0.160 tn 0.238 tn B2 -0.165 tn -0.112 tn 0.107 tn 0.206 tn -0.039 tn -0.086 tn JGM -0.257 tn -0.233 tn 0.274 tn 0.404 0.053 tn -0.004 tn JGBM -0.410 -0.331 0.283 tn 0.280 tn -0.004 tn -0.092 tn BGTM -0.284 tn -0.220 tn 0.271 tn 0.475 0.136 tn 0.037 tn BGBM -0.289 tn -0.206 tn 0.237 tn 0.380 0.189 tn 0.055 tn BBGP -0.177 tn -0.100 tn -0.051 tn 0.009 tn -0.126 tn -0.114 tn BKGP -0.020 tn -0.015 tn -0.23 tn -0.202 tn -0.050 tn -0.219 tn BS -0.102 tn 0.002 tn 0.022 tn 0.251 tn -0.061 tn -0.282 tn Keterangan : = Berkorelasi sangat nyata pada α = 0.01, = berkorelasi nyata pada α 0.05, DB= daya berkecambah, IV= indeks vigor, PP= panjang plumula, PA= panjang akar, BKKN= berat kering kecambah normal, LPK= laju pertumbuhan kecambah, JDR= jumlah daun per rumpun, JAR = jumlah anakan per rumpun, B1 = umur berbunga 50, B2= umur berbunga 100, JGM jumlah gabah permalai, JGBM= jumlah gabah bernas per malai, BGTM= berat gabah total per malai , BGBM= berat gabah bernas per malai, BBGP= berat basah gabah per plot, BKGP= berat kering gabah per plot, BS = Bobot 1000 butir. Pada parameter panjang akar terdapat korelasi positif yang sangat nyata pada taraf 1 terhadap parameter jumlah gabah per malai r = 0.404 , berat gabah totalmalai r = 0.475 dan pada parameter berat gabah bernas per malai nyata berkorelasi positif pada taraf 5 r = 0.38 . Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi panjang akar semakin tinggi pula hasil padi karena semakin banyak unsur hara yang diserap oleh tanaman melalui akar maka produksi yang dihasilkan akan tinggi. SIMPULAN 1. Penurunan tingkat viabilitas benih varietas Ciherang dari daya berkecambah 94 menjadi 70 - 80 dapat di lakukan dengan perlakuan pengusangan cepat secara kimiawi mengunakan uap etanol 96 selama 75 menit. 2. Perlakuan invigorasi dengan KH 2 PO 4 dapat meningkatkan daya berkecambah benih varietas Ciherang. Pada varietas Maro semua perlakuan invigorasi dapat meningkatkan indeks vigor kecuali perlakuan GA 3 150 ppm. 3. Perlakuan invigorasi dengan KH 2 PO 4 100 ppm dan 200 ppm dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif varietas Ciherang dan Maro berdasarkan parameter tinggi tanaman, jumlah anakan dan jumlah daun. 4. Perlakuan invigorasi dengan GA 3 100 ppm dapat meningkatkan hasil padi melalui peningkatan jumlah gabah per malai. 5. Parameter viabilitas benih di laboratorium berkorelasi nyata dengan parameter pertumbuhan tanaman dan hasil di lapang. S A R A N Perlu dikakukan pengujian penurunan viabilitas benih secara kimiawi dengan mengunakan berbagai metode pada kurun waktu deraan yang lebih lama dengan mengunakan berbagai varietas padi sawah dan padi gogo untuk mendapatkan metode penurunan viabilitas yang lebih akurat. Penelitian mengunakan zat - zat pengatur tumbuh lainnya yang efektif perlu dilakukan untuk meningkatkan viabilitas dan hasil padi yang signifikan. DAFTAR PUSTAKA Addai, Kantanka S. 2006. Evaluation of Screening Method for Improved Storability of Soybean Seed. International Journal of Botany 2 2: 152- 155 Andreoli C, Khan AA. 1993. Improving Papaya Seedling Emergence by Matriconditioning and Gebberellin Treatment. Hort Sci. 287:708-709 [Anonim] 2009. Seeds of Life. Annual Research Report Ministry of Agriculture and Fisheries MAF Timor Leste. p. 81-85 [AOSA] Association of Official Seed Analysts. 1983. Seed Vigor Testing Handbook. The seed vigor test committee of the association of official seed analysts. Contribution No. 32 Bewley JD, Black. 1985. Seed Phisiology of Development and Germination. Plenum Press. New York. 367p. [BPS] Badan Pusat Statistik 2009. Produksi Tanaman Pangan 2008-2009. httpwww.bps.go.id [14 Desember 2009] Copeland LO, McDonald MB. 2001. Principle Of Seed Science and Technology. Fourth Edition. Chapman Hall. New York. 408 p. Copeland LO. 1976. Principles of Seed Science and Technology. Burges Publ. Co., Menneapolis. Munnesota.369p Dahamarudin L. 2011. Perlakuan Invigorasi Benih untuk Meningkatkan Viabilitas dan Hasil Padi Gogo Oryza satiza L.. [Tesis]. Bogor: Magister Profesional Perbenihan. Institut Pertanian Bogor. Dona S. 2008. Kajian perkembangan dan dormansi pada biji padi Oryza sativa L. Varietas Ariza dan Sungal serta pemecahannya. Tesis Universitas Sumatra Utara. 83 hal. Erinnovita, Sari M, Guntoro D. 2008. Invigorasi Benih untuk Memperbaiki Perkecambahan Benih Kacang Panjang Vigna unguiculata Hask. ssp. sesquipedalis pada Cekaman Salinitas. Bul Agron 36 3 : 214-220. Fujikura YLA, Kraakh S, Basra, Karssen CM. 1993. Hydropriming, a simple and inexpensive priming method. Seed Sci. Technol. 21: 411- 415. Halimursyadah. 2007 Studi Penanganan Benih Rekalsitran Avicennia Marina Forsk Vierlia: Desikasi Penyimpanan dan Viabilitas. [tesis]. Bogor : Program Pascasarjana.Institut Pertanian Bogor Hasanah M, Sukarman, Rusmin D. 2002. Lack of effect of pretreatment on the viability of macadamia Macadamia integri-folia seed. Indonesian Journal of Agriculture Science 3 2 : 58-61 Ilmiyah RN. 2009. Pengaruh Priming Menggunakan Hormon GA3 Terhadap Viabilitas Benih Kapuk Ceiba petandra Gaertn [Skripsi] Malang : Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Ilyas S. 1994. Matriconditioning of pepper Capsicum annuum L. seeds to improve seed performance. Keluarga Benih 5 1: 59-67. [ISTA] International Seed Testing Association. 2008. Seed Science and Technology . International Rules for Seed Testing. Zurich: International Seed Testing Association. Justice OL, Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih Terjemahan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. hlm. 11-42. Kamil J. 1982. Teknologi Benih I. PT. Angkasa Raya. Padang. Khan AAH. Miura J, Prasinki, Ilyas S. 1990. Matriconditioning of Seed to Improve Emergence. Proceedings of : Population Based Threshold Germinationmodel . The Seed Biology Place Khan AA. 1992. Preplant Physycological seed conditioning. p. 131 – 181. In J Janick, J ed. Hortikultural Review. Wiley and sons. NY. Kim SH, Choe ZR, Kang JH, Copeland LO, Elias SG. 1994. Multiple Seed Vigour Index to Predict Field Emergence and Performance of Barley. Seed Sci. Technol. 22:59-68. Madiki A. 1998. Deteksi dini sifat toleransi dan peranan perlakuan invigorasi benih dalam mengatasi cekaman oksigen pada berbagai varietasgalur padi sawah Oryza sativa L. Tesis. Ilmu dan Teknologi Benih. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 54 hal. Makarim AK, Suhartatik E. 2009. Morfologi dan Fisiologi tanaman padi Oryza sativa L.. Laporan Akhir. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 17 hal Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2000. Racnangan Percobaan. Bogor. IPB.Press. Moeljono RANS, Sadjad S, Somaatmadja S, Widajati E. 1986. Sifat Daya Simpan Benih Kedelai Glycine max L. Merr. berbagai Varietas dengan Deteksi Pengusangan Cepat Etil Alkohol.[Skripsi] Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Munthe OO. 1992. Pengaruh perlakuan P anorganik terhadap nilai viabilitas dan pengunaan asam fitat selama perkecambahan benih kacang tanah Arachis hypogeae L. [Skripsi]. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 44 hal Murniati E, Karika T, Saenong S. 1984. Pengaruh Giberelic Acid pada Benih Jagung Zea mays L. yang Didera dan tidak Didera Etanol Terhadap Daya Berkecambah Benih dan Aktivitas Enzym α-Amilase. Bul Agro Vol XVI NO 1.1984. 27 hal Murniati E, Yullianda 2005. Pengaruh Antioksidan sebagai Perlakuan Invigorasi Benih Sebelum Simpan terhadap Daya Simpan Benih Bunga Matahari Helianthus annuus L.. Hayati 4 12 : 145- 150 hal Murray GA, Wilson DO. 1987. Priming Seed for improved vigor. University of Idaho College of Agriculture, Moscow Indaho Bull 67:55-75 Nafarin 1992. Pengaruh osmoconditioning dengan P anorganik terhadap nilai nilai viabilitas dan kandungan asam fitat benih padi selama perkecambahan. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian Bogor. Bogor.64 hal Nascimento WM, West SH. 2003. Priming and seed orientation affect emergence and seed coat adherence and seedling development of muskmelon transplants. Hort. Sci., 33: 847 –848 Notohadiprawiro T. 1983. Teknik dan kebijakan pemanfaatan sumberdaya tanah dan air untuk menunjang produksi pangan yang meningkat dan lestari. Ceramah Lokakaria Wartawan Nasional mengenai Ekologi Pembangun- an.UNPAD. Bandung. Tidak di Publikasikan. Perry DA. 1972. Seed Vigour and Field Establishment Horticultural Abtracts 42: 334 - 342 Pian ZA. 1981. Pengaruh Uap Etil Alkohol terhadap Viabilitas Benih Jagung Zea mays L. dan Pemanfaatannya untuk Menduga Daya Simpan. [disertasi]. Bogor : Program Pascasarjana.Institut Pertanian Bogor. Prawiranata WS, Harran, Tjondronegoro P. 1989. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jilid II. Dep. Botani. IPB. Bogor. 681P Sadjad S. 1989. Konsepsi Steinbauer-Sadjad sebagai landasan pengembangan matematika benih di Indonesia. IPB. Bogor. 35 hal Sadjad S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia. Jakarta. . 1994. Kuantifikasi Metabolisme. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. 145 hal. Singh HB, Kumar J, Amritphale. 1993. Varibility and Correlations of Field vigour with some Laboratory Indices and Seed Traits in Maize Zea mays. L. Seed Tech. News, 24:99. Siregar H. 1987. Budidaya Tanaman Padi Di Indonesia. Gatra Hudaya. Jakarta 138 hal. Suartini W, Ilyas S. 1996. Improving Seed Quality, Seedling Growth and Yield of Yard-long Bean Vigna unguiculata L. Walp. By Seed Conditioning and Gibberellic Acid Treatment. In: A.G. Taylor and Xue-Lin Huang eds Progress in Seed Research: Proceeding of the Second International Conference on Seed Science and Technology, Guangzhou, China. Sudjindro dan Febria C.I. 1999. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas Benih dan Pertumbuhan Tanaman Kenaf Hibiscus cannabinus L.. Jurnal Penelitian Tanaman Industri 46 : 191-195 Taiz L, Zeiger E. 1991. Plant Physiology. Massachusetts: Sinauer Associates, Inc. Publishers Takaki M, Toledo JC. 1991. Effect of pre-imbibition and scarification on the sensitivity to water stress in seed of Oryza sativa L. Seed Sci. Technol. 19:263-268. Utomo B. 2006. Ekologi Benih. Karya Ilmiah Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara Medan. http:repository.usu.ac.idbitstream 123456789 1088 106006997.pdf Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 100-106 hal. Watkins J, Cantliffe DJ, Sachs M. 1983. Temperature and gibberellin induced respiratory changes in Capsicum annuum during germination at varying oxygen concentrations. J. Am. Soc. HortScience 108:356-359. Widajati E. 1999. Deteksi Vigor Biokimiawi dan Vigor Fisiologi untuk Fenomena Pemulihan Vigor pada Tingkat Awal Deteriorasi dan Devigorasi Benih Kedelai Glycine Max L. Merr Melalui Proses Invigorasi. [Disertasi] Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Wirawan B, Wahyuni S. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Padi, Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau . Penebar Swadaya, Jakarta. L A M P I R A N Percobaan pendahuluan Metode pengusangan cepat terpilih 75 menit Tingkat viabilitas T1 dan T2 Percobaan pengusangan cepat pada varietas Ciherang dengan perlakuan kimia uap ethanol 96. 0..30, 60,65, 70,75, 90…180 mnt Percobaan II Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap hasil padi di lapang 1. Pengamatan fase vegetatif: 1. Jumlah anakanrumpun. 2. Tinggi tanaman rumpun 3. Jumlah daun rumpun 2.Pengamatan fase generatif: 1.Umur berbunga 50 plot 2. Umur berbunga 100 plot 3. Jumlah gabahmalai 4. Jumlah gabah bernasmalai. 5. Berat gabah totalmalai gr.. 6. Berat gabah bernasmalai gr 7. Bobot 1000 butirplots gr.

8. Berat basah gabahplot kg