After-ripening period and responses to seed dormancy-breaking treatments in brown rice and hybrid rice (Oryza sativa L)

PERIODE AFTER-RIPENING DAN RESPON PERLAKUAN
PEMATAHAN DORMANSI PADA BENIH PADI MERAH DAN
PADI HIBRIDA (Oryza sativa L.)

INTAN GILANG CEMPAKA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Periode After-Ripening
dan Respon Perlakuan Pematahan Dormansi pada Benih Varietas Padi Merah dan
Padi Hibrida (Oryza sativa L.) adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.


Bogor,

Agustus 2011

Intan Gilang Cempaka
A254090025

ABSTRACT
INTAN GILANG CEMPAKA. After-ripening Period and Responses to Seed
Dormancy-breaking Treatments in Brown Rice and Hybrid Rice (Oryza sativa L).
under direction of TATIEK KARTIKA SUHARSI and ENDANG MURNIATI.

Randomized block design was used in this research with two factors i.e
after-ripening period (1-9 week) and breaking dormancy treatments i.e untreated
control, soaking in water 24 h and soaking in 3% KNO3 for 24 h. The objective of
this research were: 1) to study after-ripening period of brown rice and hybrid rice;
2) to find out effective methods for breaking seed dormancy. The seven varieties
choosen and dried below to 14% moisture content. Persistance of seed dormancy
in each cultivar was determined based on the time needed to reach a minimum of
80% germination capacity. The results of the experiment showed that viability and

vigor of brown rice and hybrid rice seed were increased in line with after-ripening
period. After-ripening period was different in each variety i.e 4 weeks in Aek
Sibundong, SL-8 and Bernas Rokan; 7 weeks in Bah Butong, Lokal Batang and
Bernas Prima; and 9 weeks in TEJ. Soaking in 3% KNO3 for 24 h was the most
effective method for breaking dormancy of Aek Sibundong, Bah Butong, Lokal
Batang, TEJ, SL-8 and Bernas Rokan, except Bernas Prima, none of the methods
were effective.
Keywords: brown rice seed, hybrid rice seed, after-ripening, breaking dormancy

RINGKASAN
INTAN GILANG CEMPAKA. Periode After-Ripening dan Respon Perlakuan
Pematahan Dormansi pada Benih Padi Merah dan Padi Hibrida (Oryza sativa L.).
di bawah bimbingan TATIEK KARTIKA SUHARSI dan ENDANG MURNIATI.

Benih padi, pada umumnya mengalami after-ripening yaitu suatu kasus
dormansi pada benih yang membutuhkan penyimpanan kering selama periode
tertentu untuk mematahkan dormansi. Periode penyimpanan kering yang
dibutuhkan sangat tergantung dari varietasnya mulai dari 1 minggu sampai 20
minggu.
Periode after-ripening pada benih padi merah dan padi hibrida belum

banyak dipelajari, sehingga diperlukan penelitian tentang periode after-ripening
pada padi merah dan padi hibrida. Pemecahan dormansi yang efektif juga sangat
diperlukan untuk mendapatkan hasil pengujian daya berkecambah yang benar
untuk menghindari penundaan sertifikasi yang dapat menurunkan vigor.
Diharapkan waktu yang diperlukan untuk pengujian benih menjadi lebih singkat.
Penelitian bertujuan untuk: 1) mengetahui periode after-ripening pada benih
beberapa varietas padi merah dan hibrida; 2) mendapatkan metode pematahan
dormansi benih pada beberapa varietas padi merah dan padi hibrida; 3)
mendapatkan informasi bagaimana pematahan dormansi dapat memperpendek
periode after-ripening. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Benih IPB mulai bulan Oktober 2010 hingga Maret 2011.
Penelitian terdiri atas tujuh percobaan terpisah, yang masing-masing
percobaan menggunakan satu varietas padi merah atau padi hibrida. Rancangan
percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split-plot) dengan rancangan
lingkungan berupa Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Petak utama
adalah pematahan dormansi yang terdiri atas tiga perlakuan yaitu perlakuan
kontrol, perlakuan perendaman KNO3 3% selama 24 jam dan perlakuan
perendaman air selama 24 jam. Jumlah anak petak (periode after-ripening)
berbeda-beda untuk setiap varietas padi merah atau padi hibrida. Benih padi
merah yang digunakan adalah varietas Aek Sibundong, Bah Butong dan Lokal

Batang. Benih padi hibrida yang digunakan adalah varietas Bernas Prima, TEJ,
SL-8 dan Bernas Rokan. Varietas Aek Sibundong, Bah Butong dan Bernas Prima
terdiri dari delapan taraf perlakuan anak petak yaitu 0 minggu, 1 minggu, 2
minggu, 3 minggu dan 4 minggu , 5 minggu, 6 minggu dan 7 minggu. Varietas
Lokal Batang terdiri dari 3 perlakuan anak petak yaitu 5 minggu, 6 minggu dan 7
minggu. Varietas TEJ terdiri dari tujuh taraf perlakuan anak petak yaitu 2 minggu,
3 minggu dan 4 minggu, 5 minggu, 6 minggu, 7 minggu, 8 minggu dan 9 minggu.
Varietas SL-8 dan Bernas Rokan terdiri dari lima taraf perlakuan anak petak yaitu
0 minggu, 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu. Pengamatan dilakukan
terhadap beberapa tolok ukur yaitu kadar air (KA), potensi tumbuh maksimum
(PTM), daya berkecambah (DB), intensitas dormansi (ID), persistensi dormansi
(PD), indeks vigor (IV) dan kecepatan tumbuh (KCT).
Hasil percobaan menunjukkan bahwa dormansi benih semua varietas yang
diujikan patah secara alami terjadi pada minggu ke-4 sampai minggu ke-9 yang

2

ditunjukkan dengan daya berkecambah di atas 80%. Kisaran periode afterripening tersebut terjadi antar varietas.
Varietas yang diuji patah dormansi secara alami pada periode after ripening
4 minggu (Aek Sibundong, SL-8 dan Bernas Rokan), 7 minggu (Bah Butong,

Lokal Batang dan Bernas Prima), 9 minggu (TEJ). Varietas yang diuji patah
dormansi dengan perlakuan KNO3 3% pada periode after ripening 1 minggu (Aek
Sibundong, SL-8 dan Bernas Rokan), 2 minggu (Bah Butong), 3 minggu (TEJ), 6
minggu (Lokal Batang). Varietas yang diuji patah dormansi dengan perlakuan air
pada periode after ripening 1 minggu (Aek Sibundong), 2 minggu (SL-8), 3
minggu (TEJ, Bernas Rokan), 6 minggu (Bah Butong), 7 minggu (Lokal Batang).
Perlakuan KNO3 3% dan air selama 24 jam menurunkan intensitas dormansi
benih. Benih yang diuji patah dormansi dengan tolok ukur DB >80%, pada
periode yang sama persentase ID