Rekruitmen Tenaga Kerja Pembayaran Upah

a. Rekruitmen Tenaga Kerja

Untuk merekrut buruh, perajin kecil hampir sama dengan perajin besar yaitu dengan cara mengajak teman atau tetangga dekat di sekitar rumahnya untuk bekerja sama dengannya. Pemberian pekerjaan tersebut didasarkan atas dasar tolong-menolong, karena melihat keadaan teman yang tidak mempunyai pekerjaan atau modal untuk bekerja. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak Anto sebagai berikut : “Saya mengajak mereka bekerja di tempat saya karena keadaan mbak, dia tidak punya modal dan alat-alat kemudian saya ajak bekerja di sini membantu saya.” wawancara 28 April 2009 Untuk merekrutnya perajin kecil juga tidak membutuhkan skill atau kemampuan dari buruhnya, yang terpenting adalah kemauan dan kepercayaan. Hampir semua buruh yang dimiliki dari perajin kecil, berasal dari nol atau tidak bisa dalam membuat kerajinan. Dengan arahan dan pengajaran yang diberikan langsung oleh majikan, akhirnya mereka bisa mengerjakan kerajinan perak. Selama mereka bekerja sama, majikan tidak memberikan kebebasan kepada buruh untuk menerima pesanan atau orderan dari perajin lain.

b. Pembayaran Upah

Pemberian upah bagi perajin kecil tidak bersifat tertulis. Namun, besar kecilnya upah yang diterima sudah merupakan kesepakatan dari majikan dan buruh. Pembayaran upah dilakukan setiap seminggu sekali atau 7 hari sekali. Besarnya upah rata-rata yang diterima buruh yang bekerja pada perajin kecil adalah Rp.20.000,00- Rp.25.000,00 per hari. Upah yang diberikan tersebut bisa berubah- ubah menyesuaikan dengan kondisi permintaan pasar. Apabila permintaan pasar sedang mengalami penurunan, maka besarnya upah yang diterima buruh juga akan berkurang. Sebaliknya bila permintaan pasar sedang meningkat, maka besarnya upah yang diterima buruh juga akan bertambah. Berikut penuturan dari Bapak Muh. Nazaludin : “Pengupahan setiap seminggu sekali, dihitung per harinya Rp.20.000,00. Apabila lembur saya berikan Rp.40.000,00 sehari itu sampai jam 7 malam mbak.” wawancara 8 Mei 2009. Pengupahan juga dilakukan oleh perajin kecil dengan sistem harian. Hal ini dilakukan, karena pesanan atau orderan itu tidak selalu ada tiap hari. Apabila pesanan sepi, para buruh juga tidak bekerja. Hal ini dituturkan oleh Bapak Anto sebagai berikut : “Di tempat saya pengupahan itu harian mbak. Per harinya itu saya hitung Rp.23.500,00. Kalau pesenan banyak, biasanya saya memberikan Rp.30.000,00 perhari tapi itu nanti harus lembur sampai jam7 malam. Kalau pesanan sepi buruh saya ya nggak bekerja mbak. “ wawancara 28 April 2009. Lain halnya dengan sistem pengupahan borongan. Biasanya sistem borongan diperoleh perajin kecil apabila mereka mendapatkan orderan arau pesanan dari perajin besar. Dalam sistem borongan ini, perajin kecil mendapatkan upah Rp.3.500,00 per cincin untuk kerajinan cincin dari perajin besar. Agar pekerjaan cepat selesai, perajin kecil juga menerapkan sistem pengupahan borongan kepada buruhnya apabila permintaan yang diterima sedang meningkat. Dalam sistem borongan tersebut perajin kecil memberikan upah borongan pada buruhnya Rp.500,00 per cincin. Hal ini dituturkan oleh Bapak Anto sebagai berikut : “Untuk upah borongan saya memberikan upah Rp.500,00 per cincin, itu saya suruh membawa pulang kerjakannya dan hanya tinggal finishing saja.” wawancara 18 Mei 2009. Upah tersebut akan berubah apabila perajin besar meminta pesanan jadi dalam waktu yang cepat. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Anto sebagai berikut : “Apabila pesanan itu meminta cepat harus jadi, ya saya bisa meminta ongkos bisa 3 kali lipat dari upah biasanya” wawancara 28 April 2009.

c. Pembagian Pekerjaan