4. Permasalahan
Permasalahan yang timbul dari perajin kecil adalah keterbatasan modal. Selain mendapatkan pekerjaan orderan dari perajin besar, para
perajin kecil juga memerlukan modal untuk membeli bahan baku pembuatan perak. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Nazaludin
sebagai berikut : “Kendala saya ya tergantung modal, karena untuk membuat cincin
saya harus beli perak dulu mbak, soalnya sekarang kalo ada orderan itu kadang bahan baku dari saya sendiri. Tetapi ada juga
teman saya ngasih orderan ke saya hanya mengasih bahan baku seumpuma order ½ kg cuma ngasih 2 ons dan saya tetap harus
nambahi.” wawancara 8 Mei 2009.
Dalam menghadapi permasalahan modal tersebut, para perajin kecil hanya melakukan pemanfaatan modal yang telah ada semaksimal
mungkin dengan cara tetap menjaga keberlangsungan siklus atau perputaran modal usaha, serta berusaha menyisihkan sebagian keuntungan
yang didapatkan untuk dijadikan tambahan modal, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Anto sebagai berikut :
“Alhamdulillah sampai sekarang saya nggak pernah pinjam- pinjam modal mbak, kalo pesenan banyak ada uang sisa saya
sisihkan untuk beli perak.” wawancara 28 April 2009.
Sebenarnya masalah permodalan tersebut dapat diatasi dengan meminjam ke bank, akan tetapi pada kenyataannya masih ada perajin yang
masih takut berhubungan dengan bank, karena tidak berani menanggung resiko apabila tidak bisa mengembalikan pinjaman. Hal ini seperti apa
yang disampaikan Bapak Anto sebagai berikut :
“Kalau saya kesulitan modal biasanya saya pinjam teman, kalau pinjam bank saya belum berani takutnya nanti nggak bisa angsur.”
wawancara 28 April 2009
Dengan keterbatasan dan pengetahuan yang minim tentang bagaimana untuk memperoleh dana pinjaman atau modal, membuat
perajin kecil sulit untuk berkembang. Mereka hanya mengandalkan pada modal awal. Modal awal ini mereka dapatkan dari juragan, selama mereka
bekerja sebagai buruh tetap di tempat juragan pada saat itu.
D. Persamaan dan Perbedaaan Pola Hubungan Patron-Klien Antara Perajin
Besar Juragan dan Buruh, dan Pola Hubungan Kerja Antara Perajin Kecil dan Buruh
1. Persamaan a. Pola hubungan patron-klien sama-sama terbentuk karena adanya
sifat pertukaran secara timbal balik antara juragan dan buruh, serta perajin kecil dan buruhnya. Dalam hubungan timabl balik tersebut
tercermin dalam hubungan kerja dan hubungan sosial yang dilakukan antar keduanya. Dimana patron memberikan pekerjaan
tetap sebagai jaminan subsitensi dasar kepada klien, dan jaminan krisis subsisten disaat klien terkena musibah dan adanya keperluan
keluarga. Untuk membalasnya klien juga memberikan bantuan berupa tenaga serta keahliannya kepada patron.
b. Untuk merekrut buruh, dalam usaha yang dimiliki juragan sama dengan perajin kecil, yaitu dengan cara mengajak dan syarat yang