55 1 Strategi penegakkan hukum dengan memanfaatkan petugas pengawas
perikanan dan ditempatkan pada PPS, TPI, dan wilayah hutan mangrove untuk pengendalian penangkapan udang dan eksploitasi mangrove.
2 Strategi pengembangan kawasan ekonomi masyarakat pesisir dengan memanfaatkan investasi dan kredit usaha dari pemerintah, dunia usaha dan
perbankan untuk penguatan modal dan diversifikasi usaha nelayan dan masyarakat pesisir.
3 Strategi pengelolaan perikanan tangkap udang terpadu dan penerapan sistem perikanan tangkap udang yang baik, ramah lingkungan dan menerapkan
manajemen mutu terpadu dengan memanfaatkan TPI dan PPS yang telah dibangun.
4 Strategi rehabilitasi mangrove dan ekosistem perairan untuk memperbaiki, mempertahankan dan meningkatkan kuantitas hutan mangrove dan ekosistem
perairan. 5 Strategi peningkatan daya dukung lingkungan dan sumberdaya udang dalam
rangka memperbaiki kualitas lingkungan untuk dapat mempertahankan populasi udang.
4.5 Prioritas Strategi Pengelolaan Sumberdaya Udang
Beberapa strategi pengelolaan sumberdaya udang yang telah diperoleh dari hasil analisis SWOT, selanjutnya dipilih prioritas strategi. Penentuan prioritas
strategi dilaksanakan dengan Analytical Hierarchy Process AHP.
4.5.1 Dekomposisi Masalah
Tahapan dalam penyusunan AHP dimulai dengan dekomposisi masalah. Dekomposisi masalah meliputi menentukan tujuan goal yang akan dicapai,
menentukan permasalahan problems yang dihadapai, menentukan aktor actor yang memungkinkan untuk dapat menyelesaikan permasalahan dan menentukan
strategi strategy penyelesaian permasalahan. Tujuan goal yang akan dicapai adalah optimalisasi hasil tangkapan udang
di Kabupaten Cilacap. Permasalahan problems yang dihadapi untuk mencapai tujuan tersebut telah diidentifikasi dengan menggunakan diagram tulang ikan
Bab IV Sub Bab 4.3 yang terdiri dari SDM nelayan, kapal dan alat tangkap, populasi udang, metode penangkapan, dan mangrove.
56 Hasil identifikasi terhadap aktor actors yang diharapkan dapat
menyelesaikan permasalahan adalah: 1
Pemerintah, sebagai aktor yang paling berpengaruh terhadap penyusunan dan penerapan kebijakan;
2 Masyarakat, yaitu nelayan penangkap udang, dan masyarakat umum yang
berinteraksi langsung dengan lingkungan dan mangrove; 3
Pelaku usaha, yaitu pemilik kapal, pengusaha perbekalan, pembeli dan pemasar udang hasil tangkapan, dan pengusaha pengolahan udang;
4 Lembaga Swadaya Masyarakat, sebagai lembaga kontrol sosial terhadap
kebijakan maupun kegiatan yang terkait dengan sumberdaya udang maupun sumberdaya alam yang mendukungnya;
5 Akademisi, sebagai pihak yang berperan meneliti sumberdaya maupun
kebijakan yang disusun dan diterapkan pemerintah. Penentuan strategi strategy untuk penyelesaian permasalahan telah
diidentifikasi dengan menggunakan analisis SWOT Bab IV Sub Bab 4.3. Hasil dekomposisi masalah selengkapnya sebagaimana Gambar 22.
Gambar 22 Diagram AHP untuk pengelolaan sumberdaya udang di Cilacap
57
4.5.2 Hasil Penilaian Elemen dan Analisis Kebijakan
Tahap penilaian atau perbandingan antar elemen yaitu perbandingan antar kriteria dan perbandingan antar pilihan untuk setiap kriteria. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk menentukan bobot pada masing-masing kriteria, disamping itu tahapan ini juga bertujuan untuk menentukan bobot suatu pilihan terhadap suatu
kriteria. Dalam analisis ini, terdapat 4 level pengambilan keputusan, yakni fokus pengelolaan; permasalahan; aktor dan strategi kebijakan yang mungkin
dilaksanakan. Berdasarkan perhitungan nilai tiap tingkat AHP diperoleh hasil sebagai berikut:
1 Permasalahan
Elemen permasalahan dalam pengambilan keputusan kebijakan pengelolaan udang berkelanjutan di Kabupaten Cilacap dibagi berdasarkan 5 elemen.
Pentingnya peranan masing-masing permasalahan dalam penentuan alternatif kebijakan menurut AHP disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Prioritas masalah berdasar akar permasalahan pada pengelolaan udang berkelanjutan
No Permasalahan
Nilai
1. Kapal dan Alat Tangkap
0.045 2. Sumberdaya
Nelayan 0.473
3. Sumberdaya Mangrove
0.148 4. Metode
Penangkapan 0.084
5. Sumberdaya Udang
0.251
Dari Tabel 12 diketahui, bahwa permasalahan Sumberdaya nelayan 0,473 dan Sumberdaya Udang 0,251 merupakan permasalahan prioritas yang perlu
dicari solusinya. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan keterbatasan sumberdaya nelayan baik berupa kemampuan modal, ketersediaan teknologi tepat
guna dan keterbatasan kepemilikan sarana dan prasarana dan menurunnya daya dukung sumberdaya udang perlu segera dicari solusi pemecahan
permasalahannya. Hasil lebih lengkap mengenai prioritas permasalahan dengan menggunakan AHP dapat dilihat pada Gambar 23.
58 Gambar 23 Urutan prioritas permasalahan berdasar tujuan yang ingin dicapai
pada pengelolaan udang berkelanjutan Berdasarkan hasil analisis AHP untuk level permasalahan diperoleh nilai
inconsistency sebesar 0,07. Hasil perhitungan ini mempengaruhi tingkat-tingkat
pengembilan keputusan selanjutnya. 2
Peranan Aktor. Peranan kelima aktor dalam pengambilan keputusan pengelolaan udang
berkelanjutan studi kasus udang tangkap Cilacap. Pentingnya peranan masing- masing aktor dalam penentuan alternatif kebijakan menurut AHP disajikan pada
Tabel 13. Tabel
13 Prioritas permasalahan berdasar aktor pada pengelolaan udang berkelanjutan
No Aktor
Permasalahan Global
1 2
3 4
5 Priority
1 Pemerintah 0,02 0,184 0,065 0,04 0,11
0.419
2 Masyarakat 0,012 0,134 0,037 0,020 0,06
0.263
3 Pelaku Usaha
0,007 0,085 0,02 0,015 0,05 0.160
4 LSM 0,002 0,049 0,004 0,002 0,005
0.062
5 Akademisi 0,004 0,053 0,012 0,008 0,02
0.097
Keterangan Permasalahan: 1 = Kapal dan Alat Tangkap; 2 = Sumberdaya Nelayan; 3 = Sumberdaya Mangrove; 4 = Metode Penangkapan; 5 = Sumberdaya
Udang.
Dari Tabel 13 diketahui, bahwa peranan kebijakan pemerintah dalam memecahkan permasalahan ”Keterbatasan sumberdaya nelayan” dan
”Menurunnya daya dukung sumberdaya udang” merupakan hal yang paling menentukan 0,419. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah memiliki peranan
yang sangat penting dalam pengelolaan udang secara berkelanjutan yaitu stabilisasi hasil tangkapan udang. Hasil lebih lengkap mengenai prioritas aktor
dalam pengelolaan udang berkelanjutan dapat dilihat pada Gambar 24.
59 Gambar 24 Urutan prioritas aktor berdasar tingkat kepentingan pada pengelolaan
udang berkelanjutan Berdasarkan hasil analisis AHP untuk level aktor diperoleh nilai
inconsistency sebesar 0,02. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa level aktor
mempengaruhi tingkat pengembilan keputusan selanjutnya, yaitu level strategi. 3
Hierarki strategi berdasarkan aktor pengelolaan Penentuan hirarki strategi kebijakan pengelolaan udang berkelanjutan
ditentukan berdasarkan aktor pengelolaan. Dari Tabel 14 diketahui bahwa kebijakan Peningkatan Daya Dukung Lingkungan dan Sumberdaya Udang
0.487, Rehabilitasi Mangrove dan Ekosistem Pesisir 0.250 dan Penegakan Hukum 0,216 dipandang sebagai strategi kebijakan yang paling memungkinkan
untuk dilaksanakan karena masing-masing memberikan nilai tertinggi. Peranan Pemerintah dan Masyarakat memiliki peranan paling penting agar penerapan
strategi kebijakan tersebut memberikan hasil manfaat lebih baik, yaitu stabilisasi hasil tangkapan udang dalam pengelolaan udang berkelanjutan.
Tabel 14
Hierarki strategi kebijakan pengelolaan udang berkelanjutan berdasarkan aktor
No Strategi
Aktor Global
1 2
3 4
5 Priority
1 Penegakan Hukum
0,109 0,045 0,030 0,013 0,019 0.216
2 Rehabilitasi Mangrove dan
Ekosistem Perairan 0,1 0,072 0,04 0,017
0,022 0.250
3 Peningkatan Daya
Dukung Lingkungan Sumberdaya
Udang 0,223 0,13 0,07 0,026
0,038 0.487
4 Sistem Pengelolaan
Perikanan Tangkap Udang Terpadu
0,045 0,02 0,012 0,004 0,01 0.091
5 Pengembangan Kawasan
Ekonomi Masyarakat Pesisir 0,02 0,02 0,012
0,004 0,01
0,046
Keterangan Permasalahan: 1 = Pemerintah; 2 = Masyarakat; 3 = Pelaku Usaha; 4 = LSM; 5 = Akademisi.
60 Berdasarkan hasil analisis AHP untuk level strategi diperoleh nilai
inconsistency sebesar 0,04. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa level
strategi pengelolaan yang dibuat dipengaruhi oleh level-level sebelumnya.
Gambar 25 Urutan prioritas strategi berdasar level aktor pada pengelolaan udang berkelanjutan
4.6 Strategi dan Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan Udang Berkelanjutan