3 4
Apa yang diperlukan untuk pengelolaan optimum sumberdaya udang di Cilacap?;
Dalam penelitian ini, sumberdaya udang Penaidae spp dibatasi pada spesies udang jerbung Penaeus merguensis dan udang dogol Metapenaeus endevouri
dan Metapenaeus ensis sebagai spesies mayoritas yang tertangkap di Cilacap. Unit usaha penangkapan udang dibatasi menggunakan alat tangkap trammel net.
Pemetaan kawasan ekologi wilayah pesisir dibatasi dengan pemetaan kawasan mangrove.
1.4 Tujuan Penelitian.
Kondisi penurunan hasil tangkapan udang yang terjadi jika tidak ditangani dengan baik, akan merugikan nelayan dan mengganggu keberlanjutan sumberdaya
udang. Untuk itu maka perlu diformulasikan suatu model pengelolaan yang tepat agar kerusakan dapat dihentikan dan kondisi perikanan udang dapat diperbaiki.
Penelitian ini dilakukan di Cilacap dengan tujuan untuk menyusun model pengelolaan sumberdaya udang di Cilacap. Secara rinci penelitian ini bertujuan:
1 Menentukan potensi lestari maksimum sumberdaya udang di Cilacap;
2 Menyusun peta kawasan mangrove di Cilacap.
3 Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan
udang di Cilacap; 4
Menyusun model pengelolaan sumberdaya udang di Cilacap;
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi aparat pengambil kebijakan dan bagi pelaku usaha, yaitu:
1 Sebagai bahan masukan untuk pengambilan kebijakan pengelolaan perikanan
udang khususnya oleh pemerintah daerah setempat dalam hal: 1 pengelolaan sumberdaya udang yang baik, lestari dan berkelanjutan;
2 pengelolaan kawasan pesisir khususnya kawasan mangrove sehingga dapat terjadi sinergi antara pemanfaatan sumberdaya udang secara lestari dan
berkelanjutan, pemenuhan kebutuhan penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi.
2 Sebagai bahan penunjang bagi kegiatan perikanan udang sehingga efektif,
efisien dan tetap menguntungkan pelaku usaha.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumberdaya Udang
Sumberdaya alam natural resources pada dasarnya mempunyai pengertian segala sesuatu yang berada di bawah atau di atas bumi, termasuk tanah itu sendiri
Suparmoko 1998. Dengan kata lain, sumberdaya alam adalah sesuatu yang masih terdapat di dalam maupun di luar bumi yang sifatnya masih potensial dan
belum dilibatkan dalam proses produksi. Pengertian ini berbeda dengan barang sumberdaya resources commodity, karena merupakan sumberdaya alam yang
sudah diambil dari dalam atau di atas bumi dan siap dipergunakan atau dikombinasikan dengan faktor produksi lainnya untuk menghasilkan produk baru
yang dapat dimanfaatkan oleh konsumen maupun produsen. Udang merupakan bagian dari sumberdaya alam. Wilayah perairan pantai
selatan Jawa memiliki potensi sumberdaya udang yang tinggi, khususnya wilayah Cilacap sebagai sentra produksi udang. Di Cilacap banyak sekali ditemukan
berbagai jenis udang dengan komoditas utama adalah udang Penaeid. Udang sebagai sumberdaya hayati akuatik, meskipun bersifat dapat pulih
renewable, bukanlah berarti tidak terbatas. Sumberdaya udang perlu dikelola dengan baik sehingga tetap lestari dan bermanfaat secara ekonomi bagi nelayan.
Dengan pengelolaan yang baik diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan dan berkontribusi bagi perekonomian daerah. Pengelolaan sumberdaya
udang harus dilaksanakan secara terpadu dengan lingkungan pendukung dan sumberdaya lain yang mempengaruhinya.
Menurut Kusumastanto 2002, permasalahan pada pengelolaan perikanan, antara lain meliputi masalah biologi dan masalah ekonomi. Masalah biologi
seperti ancaman berkurangnya stok, dan masalah ekonomi seperti borosnya tenaga kerja dan modal. Dalam kapasitas penangkapan yang berlebih serta pendapatan
yang menurun, dapat diatasi dengan sistim Individual Transferable Quota ITQ. Namun sistim ITQ dirasakan kurang sesuai untuk diterapkan di Indonesia,
sehingga menyarankan kepada pemerintah agar mempertimbangkan model Territorial Used Right
yang dipandang lebih realistis bagi Indonesia dalam memasuki era otonomi daerah. Pengelolaan dilakukan melalui pendekatan
5 Community Based Management
maupun Co-management, sehingga akan semakin besar kesempatan bagi nelayan lokal, untuk berpartisipasi dalam proses
pengelolaan sumberdaya perikanan dan akan menguntungkan masyarakat dan generasi di masa datang.
Perikanan tangkap termasuk industri primer karena memanfaatkan sumber daya ikan sebagai kekayaan alam lautan. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui
pengumpulan dan pengambilan sumberdaya ikan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan pangan atau lainnya. Ikan yang menjadi tujuan
penangkapan adalah ikan bersirip, udang, cumi-cumi, hewan karang, kekerangan, atau hewan sejenis moluska termasuk juga benda seperti mutiara, rumput laut dan
lain-lain. Jumlah produksi hasil laut yang diambil oleh nelayan tidak boleh melebihi kapasitas produksi yang terkandung dalam potensi sumber daya setiap
jenisnya. Udang Penaeid adalah termasuk jenis Decapoda yang melepaskan telurnya
ke laut secara demersal segera setelah dibuahi, sedangkan jenis-jenis Decapoda lainnya membawa telurnya sampai menetas menjadi larva. Daur hidup dari udang
Penaeid dibagi menjadi dua fase, yaitu fase lautan dan fase muara sungai. Udang betina memijah di laut terbuka. Telur-telur dilepaskan secara demersal dan setelah
24 jam menetas menjadi larva tingkat pertama nauplius. Selanjutnya setelah 3-8 kali moulting berubah menjadi protozoea, mysis dan pasca larva. Saat pasca
larva merupakan tingkatan yang sudah mencapai daerah asuhan di pantai dan mulai menuju dasar perairan. Larva bergerak dari daerah pemijahan di tengah laut
ke teluk-teluk dan muara-muara sungai. Kemudian berubah menjadi yuwana, makan dan tumbuh di daerah asuhan 3-4 bulan menjadi udang muda, mulai
berupaya ke laut dan menjadi udang dewasa kelamin, kawin dengan udang betina kemudian memijah. Yuwana banyak ditemukan di muara sungai dan biasanya
pada perairan yang ada mangrovenya. Ruaya udang dikenal sebagai inshore- offshore migration
yaitu dari pantai ke tengah laut dan sebaliknya, sepanjang pantai dan secara vertikal dalam kolom air, dan setelah menetas, larva udang
bergerak secara pasif dari daerah pemijahan ke arah pantai dan muara sungai, dan pada fase yuwana meninggalkan lingkungan muara sungai dan memasuki perairan
pantai yang lebih dalam Kirkegaard et al. 1970.
6 Menurut Munro 1968 dalam Naamin 1984 dan 1992, life cycles atau daur
hidup udang jerbung terbagi menjadi dua fase yaitu fase laut dan fase muara sungai Gambar 1 dengan tahapan sebagai berikut:
1 Udang jerbung bertelur dan menetas menjadi larva di laut.
Telur udang jerbung akan menetas menjadi larva stadium nauplius menurut Teng 1971 dalam Dall et al. 1990 dalam waktu 0,48 hari dan menurut Raje
dan Ranade 1972 dalam Dall et al. 1990 dalam waktu 0,88 hari serta menurut Motoh dan Buri 1979 dalam Dall et al. 1990 dalam waktu kurang
dari 1 hari. 2
Larva berkembang menjadi post larva masuk ke muara sungai. Menurut Munro 1968 dalam Naamin 1984 dan 1992, perkembangan larva
udang penaeid terdiri dari beberapa stadium yaitu mulai dari nauplius menjadi protozoea dan berkembang menjadi mysis dan selanjutnya menjadi post larva.
Menurut Garcia dan Le Reste 1981, waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan nauplius menjadi post larva adalah selama sekitar 3 minggu,
menurut Raje dan Ranade 1972 dalam Dall et al. 1990 membutuhkan waktu sekitar 13,88 hari dan menurut Motoh dan Buri 1979 dalam Dall et al. 1990
membutuhkan waktu sekitar 9,24 hari. 3
Post larva berkembang menjadi udang remaja kembali ke laut. Menurut Garcia dan Le Reste 1981 dalam Naamin 1984, udang tumbuh
dari stadium post larva menjadi stadium yuana juvenil di muara dan membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan dan kemudian baru mulai
meninggalkan lingkungan muara sungai dan memasuki perairan pantai sebagai udang muda yuana dan kemudian migrasi ke laut.
4 Udang remaja berkembang menjadi udang dewasa dan matang telur serta
kemudian memijah di laut. Menurut Dall et al. 1990, udang muda bermigrasi ke laut yang lebih dalam,
menjadi dewasa, kawin dan memijah. Waktu yang diperlukan untuk menjadi dewasainduk sekitar 8-20 bulan.
Secara singkat pertumbuhan udang adalah telur, nauplius, protozoea, mysis, post larva, yuana juvenil, udang muda yuana dan udang dewasainduk.
Pertumbuhan dari telur sampai menjadi udang dewasainduk membutuhkan waktu satu sampai dua tahun.
7 Gambar 1 Daur hidup udang Penaeid Farley 2002
Udang Penaeid termasuk dalam kelas Crustacea. Klasifikasi udang Penaeidae spp
adalah sebagai berikut: Phylum: Arthropoda
Class: Crustacea Sub class: Malacostraca
Series: Eumalacostraca Superorder: Eucarida
Order: Decapoda Sub Order: Natantia
Section: Penaeidea Family: Penaeidae
Sub Family: Penaeinae Genus: Penaeus
Spesies: Penaeus merguensis Genus: Metapenaeus
Spesies: - Metapenaeus endevouri - Metapenaeus ensis
Habitat dan biologi udang Penaeid, benthic hidup di berbagai jenis lingkungan di dasar laut seperti di batu, lumpur, pasir dsb. Pada golongan
Penaeus, proses pemijahan berlangsung di lepas pantai, dengan kedalaman antara 10 dan 80 m. Kantung sperma betina berada pada thelycum alat kelamin yang
berada pada kaki bagian belakang yang digunakan ketika telur luruh. Setelah pembuahan, telur akan menetas dalam beberapa jam. Planktonic larvae akan
dibawa oleh arus menuju pantai selama sekitar 3 minggu, dengan ukuran 6 sampai 14 mm. Perkembangan menuju dewasa akan berlangsung di air payau, mulut
sungai, danau, daerah mangrove dan diakhiri dengan migrasi di lepas pantai untuk pemijahan kembali Bianchi 1985.
8 Udang Penaeid adalah jenis udang yang berjenis heteroseksual. Kelamin
bisa dibedakan dari luar setelah tingkat pasca larva terakhir selesai. Petasma alat kelamin jantan terletak antara pasangan pertama kaki renang, sedangkan thelycum
alat kelamin betina terletak antara pasangan keempat dan kelima kaki jalan. Udang dewasa memperlihatkan perbedaan ukuran yang jelas untuk umur, karena
udang betina lebih besar dari udang jantan pada umur yang sama. Udang Penaeid tidak mempunyai pasangan seks tertentu promiscuos. Pembuahan terjadi di luar,
udang betina kulitnya harus dalam keadaan lunak, sedangkan udang jantan kulitnya harus dalam keadaan keras untuk menempelkan impregnation kantong
sperma spermatophores. Telur yang dilepaskan oleh seekor induk udang diperkirakan sekitar 100.000 telur pada setiap kali memijah Tuma 1967.
2.2 Wilayah Pesisir Cilacap 2.2.1 Kondisi Umum Wilayah Pesisir Cilacap