MENINGKATKAN RASA EMPATI KEPADA SESAMA TEMAN DALAM MENGURANGI PERILAKU BULLYING MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI DI KELAS XI IPS SMA YAPIM AIR BERSIH MEDAN TAHUN AJARAN 2015/2016.
MENINGKATKAN RASA EMPATI KEPADA SESAMA TEMAN DALAM MENGURANGI PERILAKU BULLYING MELALUI
BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI DI KELAS XI IPS DI SMA YAPIM
AIR BERSIH MEDAN TAHUN AJARAN
2015/2016 SKRIPSI
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh : Berma Tarigan NIM 1113151005
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
i
BERMA TARIGAN, NIM : 1113151005. “Meningkatkan Rasa Empati Kepada Sesama Teman Dalam Mengurangi Perilaku Bullying Melalui Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi di Kelas XI IPS SMA YAPIM Air Bersih Medan Tahun Ajaran 2015/2016”. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan, 2015.
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah dengan meningkatkan rasa empati kepada sesama teman dapat mengurangi perilaku bullying di kelas XI IPS SMA YAPIM Air Bersih Medan tahun ajaran 2015∕2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan meningkatkan rasa empati pada sesama teman dapat mengurangi perilaku bullying di kelas XI IPS SMA YAPIM Air Bersih Medan Tahun Ajaran 2015-2016. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan desain PTBK (Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling) dengan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II yang terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, refleksi dan evaluasi. Pengumpulan data dilakukan melalui tekhnik wawancara, angket dan observasi. Subjek dari penelitian ini adalah 6 orang siswa yang memiliki perilaku bullying dan empati yang kurang. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan rasa empati dari sebelum dan sesudah pemberian layanan. Subjek penelitian yang awalnya 6 orang yang memiliki empati rendah dan sering membullying, setelah diberikan layananbimbingan kelompok menjadi memiliki empati yang meningkat dan menjadi jarang membullying. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dapat diterima yaitu melalui meningkatkan rasa empati pada sesama teman, maka perilaku bullying dapat berkurang di kelas XI IPS 1 SMA YAPIM Air Bersih Medan Tahun Ajaran 2015-2016.
(7)
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat dan karuniaNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu sehingga skripsi yang berjudul “Meningkatkan Rasa Empati
Kepada Sesama Teman Dalam Mengurangi Perilaku Bullying di Kelas XI IPS di SMA YAPIM Air Bersih Medan Tahun Ajaran 2015∕2016” bias selesai tepat pada waktunya.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari hambatan dan banyak kesulitan dalam menyelesaikannya. Namun berkat kerja keras dan bantuan dari segala pihak terutama kepada dosen Pembimbing Skripsi ibu Prof. Dr. Rosmala Dewi, M.Pd, Kons. yang temah memberikan bimbingan, motivasi dan saran-saran kepada penulis sejak awal penulisan skripsi sampai skripsi ini selesai. Penulis menyadari banyak mendapat bantuan, motivasi dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Unimed.
2. Bapak Dr. Nasrun, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan beserta Prof. Dr. Yusnadi, MS selaku Wakil Dekan I, Bapak Drs. Aman Simare-mare, MS selaku Wakil Dekan II, dan Bapak Drs. Edidon Hutasuhut, M.Pd selaku Wakil Dekan III.
3. Ibu Dra. Zuraida Lubis, M.Pd, Kons., selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling dan Ibu Dra. Nurarjani, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan
(8)
Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.
4. Ibu Prof. Dr. Rosmala Dewi, M.Pd, Kons., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak membimbing penulis selama ini.
5. Ibu Prof. Dra. Nurarjani, M.Pd, Ibu Dr. Nuraini, MS, dan Ibu Dra. Rahmulyani, M.Pd, Kons., selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberi masukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan yang telah berjasa memberikan pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
7. Seluruh Staf dan Pegawai Tata Usaha dan Pegawai Perpustakaan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan atas kerjasama dan bantuan kepada peneliti terutama dalam usaha surat-menyurat dan mendukung peneliti agar cepat menyelesaikan skripsi ini serta Pegawai Perpustakan Digital Library Universitas Negeri Medan.
8. Bapak Drs. Samson Sitorus, M.Pd selaku Kepala Sekolah YAPIM Air Bersih Medan beserta wakilnya, guru-guru khususnya koordinator BK Bapak Dianson Sinaga,S.Pd. beserta para guru BK serta Staf Pegawai Tata Usaha YAPIM Air Bersih Medan yang telah membantu penulis selama penelitian.
9. Teristimewa penulis ucapkan kepada kedua orang tua saya tercinta, Ayahanda Batu Tarigan dan Ibunda Sadna br Barus yang telah mendidik, mendukung, dan memberikan motivasi serta arahan dalam penyelesaian
(9)
iv
skripsi ini. Melihat senyum bahagia kalian adalah alasan saya untuk tetap berjuang meskipun banyak rintangan yang menghadang. Untuk Abang-abang saya yang ganteng maksimal Betman Tarigan, S.Pd, Baik Tarigan, S.Pd, dan Berton Tarigan, S.Kom yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada saya adiknya agar penyelesaian skripsi berjalan dengan lancar.
10. Seluruh Mahasiswa BK terutama stambuk 2011 baik Reguler A 2011 kelas penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang selalu bersama berbagi suka duka selama masa perkuliahan akhir masa studi, Reguler B, Ekstensi A dan Ekstensi B 2011, yang seperjuangan dan turut memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas doa dan kasih sayang yang kalian berikan selama ini.
11. Buat teman-teman Perdana F Jawak, Alfi Syahriani, Dear Alfan al-Ashar, Dian Juan Nababan, Diantono JV Sinaga, Khairani S Sitorus, Laila Sutari, dan Stephanie FS yang telah menyemangati penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan juga teman-teman satu Bimbingan Skripsi yaitu Ade, Asmi, Desi, Jan Fredi dan Rahmayani. Teman seperjuangan PPLT SMA N 1 Bandar. Edwin S Rajagukguk yang selalu bersedia menerima kehadiran saya di kostnya untuk beristirahat dan berbagi cerita, serta adikku ito kece badai Astina Purba yang selalu ada untuk menghibur disaat sedang kesulitan dalam menyelesaikan revisi.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini. Namun, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa.
(10)
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Februari 2016
(11)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah... 7
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI... 9
A. Kerangka Teori... 9
1. Rasa Empati ... 9
2. Perilaku Bullying ... 18
3. Bimbingan Kelompok ... 22
4. Meningkatkan Rasa Empati Kepada Sesama Teman Untuk Mengurangi Perilaku Bullying ... 27
B. Kerangka Konseptual ... 31
C. Hipotesis ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
A. Jenis Penelitian ... 33
B. Subjek Penelitian ... 33
C. Defenisi Operasional Variabel ... 33
D. Desain Penelitian ... 34
E. Metode Pengumpulan Data ... 43
F. Analisis Data ... 46
G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 48
H. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Keadaan Fisik Lingkungan Sekolah SMA YAPIM Air Bersih Medan ... 51
(12)
B. Perijinan Penelitian ... 51
C. Hasil Penelitian ... 52
1. Pra Siklus ... 53
2. Deskripsi Siklus I ... 57
3. Deskripsi Siklus II ... 66
D. Pembahasan Penelitian ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
5.1 Kesimpulan ... 78
5.2 Saran ... 79
(13)
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Skor Alternatif Jawaban Likert ... 44
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Empati setelah Valid ... 45
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 50
Tabel 4.1 Skor Angket Korban Bullying ... 53
Tabel 4.2 Varians Butir Angket Empati ... 55
Tabel 4.3 Skor Angket Empati ... 56
Tabel 4.4 Jadwal Pelaksanaan Siklus I ... 57
Tabel 4.7 Alat Penilaian Meningkatkan Rasa Empati Siklus I ... 61
Tabel 4.8 Hasil Verbatim Siklus I …. ... 62
Tabel 4.9 Skor angket Siklus I ... 64
Tabel 4.10 Jadwal Penelitian Siklus II ... 66
Tabel 4.11 Alat Penilaian Meningkatkan Empati Siklus II ... 69
Tabel 4.12 Hasil Verbatim Siklus II ... 71
Tabel 4.13 Skor Angket Siklus II ... 72
(14)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas ... 35 Gambar 4.1 Histogram Kondisi Awal dan Akhir Setiap Siklus ... 74
(15)
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Uji Coba Angket Empati... 81
Lampiran 2 Tabel Validitas dan Reliabilitas Angket ... 84
Lampiran 3 Perhitungan Validitas Angket Empati ... 85
Lampiran 4 Perhitungan Reliabilitas Empati ... 84
Lampiran 5 Angket Empati Setelah Valid ... 91
Lampiran 6 Lembar Kerja Siklus I pertemuan I... 94
Lampiran 7 Daftar Hadir Kegiatan Siklus I pertemuan I ... 106
Lampiran 8 Lembar Kerja Siklus I pertemuan II ... 107
Lampiran 9 Daftar Hadir Kegiatan Siklus I pertemuan II ... 114
Lampiran 10 Kertas Tindakan Siklus I...…... 115
Lampiran 11 Lembar Kerja Siklus II Pertemuan I ... 117
Lampiran 12 Daftar Hadir Kegiatan Siklus II pertemuan I ... 127
Lampiran 13 Lembar kerja Siklus II pertemuan II ... 128
Lampiran 14 Daftar Hadir Kegiatan Siklus II pertemuan II ... 137
Lampiran 15 Kertas Tindakan Siklus II ... 138
Lampiran 16 RPL Pertemuan I ... 140
Lampiran 17 RPL Pertemuan II ... 148
Lampiran 18 Alat PenilaianObservasi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 156
Lampiran 19 Alat PenilaianObservasi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 159
Lampiran 20 Catatan Lapangan ... 162
(16)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu masa pekembangan dimana manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungan adalah pada masa remaja.
Masa remaja merupakan masa perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis. Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai tingkat kesulitan permasalahan, sehingga dengan mengetahui tugas-tugas perkembangannya, remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja itu sendiri dalam keseharian yang terkadang meresahkan masyarakat. Pada masa remaja ini kondisi psikis remaja sangat labil. Karena masa remaja merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau diketahuinya dari lingkungan sekitarnya, mulai lingkungan keluarga, sekolah, teman sepermainan dan masyarakat.
Semua pengetahuan yang baru diketahuinya baik yang bersifat positif maupun negatif akan diterima dan ditanggapi oleh remaja sesuai dengan kepribadian masing-masing. Remaja dituntut untuk menentukan dan membedakan yang terbaik dan yang buruk dalam kehidupannya. Disinilah
(17)
2
peran lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk membentuk kepribadian seorang remaja.
Dalam berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan orang lain, muncul benturan dengan kebutuhan dan keinginan orang banyak. Penyebabnya adalah kekurangpahaman seseorang dengan keinginan dan kebutuhan orang lain. Pemahaman terhadap keinginan, perasaan, dan kebutuhan orang lain mutlak dibutuhkan untuk dapat hidup sukses di lingkungannya.
Empati merupakan dasar dari semua keterampilan sosial, sehingga memiliki peranan yang sangat besar bagi seorang remaja baik sebagai pribadi maupun kelompok sosialnya. Dengan empati, seseorang dapat menguasai kecakapan sosialnya yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Alhasil, seseorang yang bersikap empati lebih disukai teman-teman dan lebih berhasil di lingkungan sekitarnya. Tidak mengherankan bila mereka yang bersikap empati menjalin hubungan yang akrab dengan teman-teman di sekitarnya. Goleman (2003: 136) mengatakan bahwa keharmonisan sosial berawal dari setiap hubungan yang merupakan akar kepedulian yang berasal dari penyesuaian emosional dan dari kemampuan untuk berempati. Maka dari itu empati dianggap lebih penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Fenomena bullying di sekolah merupakan dampak dari rendahnya penyesuaian emosional dan kemampuan empati remaja. Bullying adalah suatu bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan teman sebaya kepada seseorang (anak) yang lebih „rendah‟ atau lebih lemah untuk mendapatkan keuntungan atau kepuasan tertentu. Biasanya bullying terjadi berulang kali. Bahkan ada yang dilakukan secara sistematis. Bullying secara sederhana
(18)
diartikan sebagai penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau kelompok sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya. Pelaku bullying di sekolah akan dijauhi dan dibenci oleh teman-temannya. Hal ini sangat berakibat buruk terhadap perkembangan potensi siswa. Setiap remaja sebenarnya memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkan mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam lingkungannya, namun potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan optimal jika tidak ditunjang oleh faktor fisik dan faktor lingkungan yang memadai. Oleh karena itu pendidik adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing. Pendidik ini bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan pelajaran kepada siswa tetapi juga membentuk kepribadian siswa yang bernilai tinggi khususnya penguasaan emosional siswa.
Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga muncul pada para korban. Mereka ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan kalaupun mereka masih berada di sekolah itu, mereka biasanya terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah, yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri. Berbagai perilaku menyimpang yang dilakukan peserta didik disebabkan kurangnya pemahaman anak terhadap nilai diri yang positif sehingga berdampak pula pada kurangnya pemahaman moral atau nilai yang di terimanya, seperti akrab dengan kekerasan, kebohongan, licik dan sebagainya yang merupakan perilaku negatif. Dalam
(19)
4
bertindak, bukan berarti anak tidak tau apa yang dilakukan salah tapi pemahaman baik buruk anak masih mengacu pada suatu tingkah laku benar bila tidak dihukum dan salah bila dihukum.
Penelitian tentang fenomena bullying yang dilakukan oleh Yayasan Semai Jiwa Amini pada tahun 2008 dalam Wiyani (2012:18) mengungkapkan bahwa 10-60% siswa di Indonesia melaporkan mendapat ejekan, cemoohan, pengucilan, pemukulan, tendangan, ataupun dorongan sedikitnya sekali dalam seminggu.
Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Semai Jiwa Amini dalam Wiyani (2012:18) tentang bullying di tiga kota besar di indonesia, yaitu di Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta mencatat terjadinya tingkat kekerasan sebesar 67,9% di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), kekerasan yang dilakukan siswa tercatat sebanyak 43,7% dengan kategori tertinggi kekerasan psikologis berupa pengucilan. Peringkat kedua ditempati kekerasan verbal (mengejek) dan terakhir kekerasan fisik (memukul).
Adapun dalam mengurangi masalah bullying yang terjadi, peneliti memiliki beberapa alternatif atau solusi untuk mengurangi perilaku bullying. Adapaun solusi yang ditawarkan yaitu : 1) meningkatkan konsep diri positif siswa dan 2) meningkatkan rasa empati kepada sesama teman.
Mengingat pentingnya upaya untuk menanggulangi perilaku bullying di kalangan siswa, maka perlu adanya solusi yang efektif untuk menanggulanginya. Sehingga peneliti mengambil salah satu solusi yang dapat dilakukan ialah melalui meningkatkan rasa empati kepada sesama teman. Empati adalah suatu suasana sikap psikologis pribadi yang berusaha untuk
(20)
menempatkan diri pada suasana psikologis orang lain (saleh,2012:117) Penyampaiannya adalah dengan cara memberikan kepada siswa peningkatan rasa empati kepada sesama teman. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami dan menafsirkan perannya masing-masing, serta pencarian solusi terhadap masalah yang dihadapi. Dalam pelaksanaannya peneliti berperan sebagai fasilitator, serta membantu siswa membina hubungan dengan orang lain, mengembangkan empati, bertanggung jawab, dan mengendalikan diri.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi, konselor, dan siswa di sekolah Yapim Air Bersih Medan tahun 2015 ada beberapa siswa yang sering melakukan perilaku bullying. Dalam hal ini, sikap empati perlu ditanamkan pada siswa tersebut. Seeorang yang memiliki keterampilan berempati cenderung memiliki perilaku prososial. Perilaku prososial adalah tindakan sosial, rasa perhatian, kasih sayang, kesetiaan, serta bantuan yang diberikan dan dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun atau perasaan melakukan kebaikan. Siswa harus dibimbing untuk memiliki dan menanamkan kebaikan terhadap sesama terutama di lingkungan sekolah. Hal ini sangant membutuhkan dukungan dari elemen-elemen yang terkait disekitar sekolah yaitu konselor sekolah, guru bidang studi, dan siswa. Oleh karean itu, sikap empati sangat penting ditingkatkan.
Untuk meningkatkan sikap empati siswa, sekolah sebagai objek lingkungan tempat sosialisasi siswa yang dapat mempengaruhi sikap empati siswa terhadap siswa lain. Konselor sekolah atau guru bimbingan konseling
(21)
6
memiliki tanggung jawab dalam pengembangan kepribadian dan moral siswa untuk meningkatkan sikap empati terhadap sesama teman.
Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut, maka perlu diambil penanganan yang serius terhadap rendahnya rasa empati anak tunggal. Dalam meningkatkan rasa empati anak, maka perlu diberikan layanan bimbingan kelompok sebagai salah satu pilihan. Menurut Tohirin (2013: 170) “bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada seseorang individu melalui kegiatan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.”
Berdasarkan paparan diatas dan fakta yang telah ditemui, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Rasa Empati Kepada Sesama Teman Dalam Mengurangi Perilaku Bullying Melalui Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi di Kelas XI IPS SMA YAPIM Air Bersih Medan Tahun Ajaran 2015-2016”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan diatas, banyak faktor yang mempengaruhi perilaku bullying dan cara menanganinya. Oleh sebab itu dalam tulisan ini, maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
a. Kurangnya kesadaran bersosialisasi antara pihak yang terlibat (antara pelaku dengan korban).
b. Kurangnya kepedulian guru dan orang tua terhadap perilaku bullying. c. Perilaku bullying yang dilakukan secara terus-menerus kepada orang yang
(22)
d. Sikap dan hubungan sosial yang kurang bagus (mengejek, menindas dan memalak) antar siswa.
e. Rendahnya sikap simpati antara satu siswa dengan siswa yang lain. f. Rendahnya sikap empati antara satu siswa dengan siswa yang lain.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka perlu kiranya dilakukan pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi pada peningkatan rasa empati dan tindakan dibatasi pada perilaku bullying yang berjumlah 6 orang siswa kelas XI IPS SMA YAPIM Air Bersih Medan Tahun Ajaran 2015-2016.
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan batasan masalah di atas maka dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah peningkatan rasa empati kepada sesama teman dapat mengurangi perilaku bullying di kelas XI IPS SMA Yapim Air Bersih Medan Tahun Ajaran 2015-2016”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di kemukakan, maka tujuan utama dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah dengan meningkatkan rasa empati kepada sesama teman dapat mengurangi perilaku bullying di kelas XI IPS SMA YAPIM Air Bersih Medan Tahun Ajaran 2015-2016.
F. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat dan menjadi acuan untuk peneliti lain dalam meneliti masalah bullying.
(23)
8
Bagi konselor, dapat meningkatkan rasa empati siswa kepada sesama teman untuk mengurangi pelaku bullying.
Bagi siswa terkhusus pelaku bullying, dapat mengembangkan rasa menghargai, empati, menghormati, memiliki sikap pengendalian diri yang baik, serta dapat bersosialisasi dengan baik.
(24)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Rasa empati kepada sesama teman dari siswa harus ditingkatkan agar perilaku bullying berkurang dan pelaku tindakan bullying dapat dikurangi dengan memberikan bimbingan mengenai rasa empati dan dengan memahami apa itu empati dengan otomatis maka mereka akan kehilangan perilaku bullying yang mereka miliki.
2. Subjek penelitian berjumlah 6 orang siswa dengan kategori angket rasa empati kepada sesama teman yang rendah, kemudian dikurangi dengan tindakan pada siklus I, tindakan yang dilakukan dapat mengurangi pelaku tindakan bullying dengan persentasi sebesar 66%. Terdapat 3 orang siswa mengalami perubahan yaitu 1 orang siswa kategori rendah menjadi tinggi dan 2 orang lagi kategori rendah menjadi sedang. Pada siklus II tindakan yang dilakukan dapat mengurangi pelaku tindakan bullying dengan persentasi sebesar 83%. Peningkatan persentasi tersebut terjadi pada 5 orang siswa., yaitu 2 orang siswa kategori rendah menjadi tinggi, 3 orang siswa kategori rendah menjadi sedang dan 1 orang siswa kategori rendah menjadi rendah dan tidak ada perubahan. Persentasi yang diperoleh pada siklus II ini sudah berhasil dan melebihi terget,dimana persentasi keberhasilan dalam meningkatkan rasa empati untuk mengurangi perilaku bullying siswa yang ditargetkan sebelumnya adalah 75%.
(25)
79
3. Untuk meningkatkan rasa empati untuk mengurangi perilaku bullying dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan yang ada didalamnya yaitu : pertama, langkah-langkah menumbuhkan empati, kedua cara untuk lebih menghargai orang lain, yang ketiga keuntungan berempati dengan orang lain dan yang keempat cara berempati yang baik dengan orang lain. Tahapan tersebut diberikan untuk menumbuhkan rasa empati dan menghargai. Dengan meningkatnya rasa empati pada sesama teman, maka perilaku bullying akan berkurang, dan dengan berkurangnya perilaku bullying, maka pelaku bullying akan berkurang. Oleh karena itu, dengan meningkatkan rasa empati pada sesama teman, maka perilaku bullying akan berkurang
B. SARAN
Dan berikut saran dari peneliti kepada berbagai pihak yang dapat mengurangi perilaku bullying siswa disekolah :
1. Guru BK dapat mengurangi perilaku bullying dengan cara meningkatkan empati pada sesama teman dari siswa
2. Pihak sekolah perlu memperhatikan masalah siswa terutama perilaku bullying, karena perilaku bullying adalah hal yang sering terlihat di dalam sekolah seperti mengejek dan mendorong, hal ini dapat merusak mental pelajar dari pelaku maupun korban.
3. Dan siswa diharapkan agar lebih mengedepankan rasa menghargai dari pada menguasai, karna orang akan lebih menghargai kita jika kita bisa menghargai mereka.
(26)
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Ponny Retno. 2008. Meredam Bullying : 3 cara efektif menanggulangi kekerasan pada anak. Jakarta: Grasindo.
Dewi, Rosmala. 2013. Profesionalisasi Guru BK Melalui PTBK. Medan: UNIMED.
Ginting, A. O. (2009). Hubungan Empati dengan Cooperative Learning pada Proses Belajar Siswa di SMP Negeri 10 Medan. Skripsi Jurusan Psikologi Universitas Sumatera Utara. Tidak diterbitkan.
Goleman, Daniel. 1998. Emosional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
https://handpy.wordpress.com/2010/06/21/empati/ (diakses 24 Februari 17:44)
http://psikologi-untar.blogspot.com/2012/09/cara-menumbuhkan-empati-nia-christy.html (diakses 2 Maret 12:30)
Pangaribuan, S.E. (2014). Meningkatkan Sikap Empati Terhadap Sesama Teman yang Mengalami Kesulitan Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Tekhnik Diskusi Kelas XI di SMA N I Balige T.A 2013/2014. Skripsi Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Negeri Medan. Tidak diterbitkan.
Prayitno & Amti. 2008. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Priyatna, Andri. 2010. Let’s End Bullying : Memahami, Mencegah dan Mengatasi Bullying. Jakarta: Gramedia.
Sudjana. 2012. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sumartono. 2004. Komunikasi Kasih Sayang. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Tohirin. 2013. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wiyani, Novan Ardy. 2012. Save Our Children From School Bullying. Jogjakarta: Ar-Russ Media.
(1)
memiliki tanggung jawab dalam pengembangan kepribadian dan moral siswa
untuk meningkatkan sikap empati terhadap sesama teman.
Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut, maka perlu diambil penanganan
yang serius terhadap rendahnya rasa empati anak tunggal. Dalam
meningkatkan rasa empati anak, maka perlu diberikan layanan bimbingan
kelompok sebagai salah satu pilihan. Menurut Tohirin (2013: 170) “bimbingan
kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada seseorang individu
melalui kegiatan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan sarana untuk
menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan
dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya
sendiri.”
Berdasarkan paparan diatas dan fakta yang telah ditemui, peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul “
Meningkatkan Rasa Empati Kepada
Sesama Teman Dalam Mengurangi Perilaku Bullying Melalui Bimbingan
Kelompok Teknik Diskusi di Kelas XI IPS SMA YAPIM Air Bersih Medan
Tahun Ajaran 2015-2016
”.
B.
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan diatas, banyak faktor yang
mempengaruhi perilaku bullying dan cara menanganinya. Oleh sebab itu dalam
tulisan ini, maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
a.
Kurangnya kesadaran bersosialisasi antara pihak yang terlibat (antara
pelaku dengan korban).
b.
Kurangnya kepedulian guru dan orang tua terhadap perilaku bullying.
c.
Perilaku bullying yang dilakukan secara terus-menerus kepada orang yang
(2)
d.
Sikap dan hubungan sosial yang kurang bagus (mengejek, menindas dan
memalak) antar siswa.
e.
Rendahnya sikap simpati antara satu siswa dengan siswa yang lain.
f.
Rendahnya sikap empati antara satu siswa dengan siswa yang lain.
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka perlu kiranya dilakukan
pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi pada peningkatan rasa empati dan
tindakan dibatasi pada perilaku bullying yang berjumlah 6 orang siswa kelas
XI IPS SMA YAPIM Air Bersih Medan Tahun Ajaran 2015-2016.
D.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan batasan masalah di atas maka dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
“Apakah
peningkatan rasa empati kepada sesama
teman dapat mengurangi perilaku bullying di kelas XI IPS SMA Yapim Air
Bersih Medan Tahun Ajaran 2015-2016
”.
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di kemukakan, maka tujuan
utama dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah dengan meningkatkan
rasa empati kepada sesama teman dapat mengurangi perilaku bullying di kelas
XI IPS SMA YAPIM Air Bersih Medan Tahun Ajaran 2015-2016.
F.
Manfaat Penelitian
a.
Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan bagi masyarakat dan menjadi acuan untuk peneliti lain dalam
meneliti masalah bullying.
(3)
Bagi konselor, dapat meningkatkan rasa empati siswa kepada
sesama teman untuk mengurangi pelaku bullying.
Bagi siswa terkhusus pelaku bullying, dapat mengembangkan rasa
menghargai, empati, menghormati, memiliki sikap pengendalian
diri yang baik, serta dapat bersosialisasi dengan baik.
(4)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.
Rasa empati kepada sesama teman dari siswa harus ditingkatkan agar
perilaku bullying berkurang dan pelaku tindakan bullying dapat dikurangi
dengan memberikan bimbingan mengenai rasa empati dan dengan
memahami apa itu empati dengan otomatis maka mereka akan kehilangan
perilaku bullying yang mereka miliki.
2.
Subjek penelitian berjumlah 6 orang siswa dengan kategori angket rasa
empati kepada sesama teman yang rendah, kemudian dikurangi dengan
tindakan pada siklus I, tindakan yang dilakukan dapat mengurangi pelaku
tindakan bullying dengan persentasi sebesar 66%. Terdapat 3 orang siswa
mengalami perubahan yaitu 1 orang siswa kategori rendah menjadi tinggi
dan 2 orang lagi kategori rendah menjadi sedang. Pada siklus II tindakan
yang dilakukan dapat mengurangi pelaku tindakan bullying dengan
persentasi sebesar 83%. Peningkatan persentasi tersebut terjadi pada 5
orang siswa., yaitu 2 orang siswa kategori rendah menjadi tinggi, 3 orang
siswa kategori rendah menjadi sedang dan 1 orang siswa kategori rendah
menjadi rendah dan tidak ada perubahan. Persentasi yang diperoleh pada
siklus II ini sudah berhasil dan melebihi terget,dimana persentasi
keberhasilan dalam meningkatkan rasa empati untuk mengurangi perilaku
bullying siswa yang ditargetkan sebelumnya adalah 75%.
(5)
3.
Untuk meningkatkan rasa empati untuk mengurangi perilaku bullying
dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan yang ada didalamnya yaitu :
pertama, langkah-langkah menumbuhkan empati, kedua cara untuk lebih
menghargai orang lain, yang ketiga keuntungan berempati dengan orang
lain dan yang keempat cara berempati yang baik dengan orang lain.
Tahapan tersebut diberikan untuk menumbuhkan rasa empati dan
menghargai. Dengan meningkatnya rasa empati pada sesama teman, maka
perilaku bullying akan berkurang, dan dengan berkurangnya perilaku
bullying, maka pelaku bullying akan berkurang. Oleh karena itu, dengan
meningkatkan rasa empati pada sesama teman, maka perilaku bullying
akan berkurang
B.
SARAN
Dan berikut saran dari peneliti kepada berbagai pihak yang dapat mengurangi
perilaku bullying siswa disekolah :
1.
Guru BK dapat mengurangi perilaku bullying dengan cara meningkatkan
empati pada sesama teman dari siswa
2.
Pihak sekolah perlu memperhatikan masalah siswa terutama perilaku
bullying, karena perilaku bullying adalah hal yang sering terlihat di dalam
sekolah seperti mengejek dan mendorong, hal ini dapat merusak mental
pelajar dari pelaku maupun korban.
3.
Dan siswa diharapkan agar lebih mengedepankan rasa menghargai dari
pada menguasai, karna orang akan lebih menghargai kita jika kita bisa
menghargai mereka.
(6)