UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK PADA MATERI ARITMRTIKA SOSIAL DI KELAS VII SMP NEGERI 27 MEDAN.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK
PADA MATERI ARITMETIKA SOSIAL DI
KELAS VII SMP NEGERI 27 MEDAN

Oleh :
Nur Mahrani Lubis
NIM 4113311035
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015


i

ii

RIWAYAT HIDUP
Nur Mahrani Lubis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Lahir di
Medan, tanggal 06 Oktober 1993. Ayah bernama Ridoan Lubis dan Ibu bernama
Alm.Emi Sukesi. Pada tahun 1999 penulis masuk SD Negeri 116254 Rantau jior
dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan sekolah di SMP
Swasta Graha Kirana Medan dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis
melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Rantau Prapat dan lulus pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan.

iv

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karuniaNya yang memberikan kesehatan, kesempatan, dan kemudahan

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
Skripsi ini berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Dengan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Pada Materi Aritmetika Sosial Di Kelas VII SMP Negeri 27 Medan T.A
2014/2015”, disusun untuk melengkapi syarat memperoleh gelar sarjana
Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIMED.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran-saran yang membangun kepada penulis
sejak penyusunan proposal, peneliti sampai dengan selesainya penulisan skripsi
ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd,
M.Pd, Bapak Mulyono, S,Si, M.Si, Bapak Drs. M.Panjaitan, M.Pd selaku Dosen
Penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang membangun mulai
dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, selaku
Pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran
perkuliahan. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED,
Bapak Prof.Drs.Motlan, M. Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr.

Edy Surya, M.Si, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan Bapak Drs. Zul Amry, M.Si,
Ph.D selaku ketua jurusan, sekretaris jurusan, dan ketua program studi pendidikan
matematika FMIPA UNIMED serta seluruh Bapak,Ibu Dosen dan Staf Pegawai
Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membatu penulis. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Hj. Masraya, S.Pd selaku Kepala
Sekolah SMP Negeri 27 Medan, Ibu Ari Jumaini Sinaga S.Pd selaku guru bidang
studi matematika SMP Negeri 27 Medan, guru,staf, pegawai, dan siswa-siswi
SMP Negeri 27 Medan yang namanya tidak memungkinkan penulis untuk
menyebutkan satu persatu, terima kasih atas segala arahan bantuan dan kerjasama
yang diberikan kepada penulis.
Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayhanda Ridoan
Lubis dan Ibunda Alm. Emi Sukesi serta untuk Adek-adek tersayang Syafrijal
Wanda Lubis dan Sari Hidayah Lubis yang telah banyak member kasih
saying,semangat,nasehat,doa, dan materi sehingga perkuliahan dan penyusunan
skripsi ini dapat terlaksana dengan baik. Tak lupa penulis juga mengucapkan

v

terima kasih kepada sahabat-sahabat Indah Nurlia, Rizky Purnama Sari,Astri
Widya Syaputi dan Syarifah Wahyuni Simamora yang selama ini menjadi sahabat

yang luar biasa bagi penulis serta rekan-rekan seperjuangan kelas EKS 2011
Dinaria Ambarita, Mohd. Zulfahri Fadli Ritonga, Miska Aini Harahap, (erna dkk),
rina, feby, dita, (yuni dkk), (chintia dkk). Dan terima kasih juga buat kakanda
terkasih Oni Suryo Sadewo yang telah banyak membantu dan memberikan
semangat kepada penulis dan untuk semua sahaba-sahabat yang tidak bisa penulis
antumkan namanya satu persatu namun senantiasa memberikan semanagat dan
motivasi kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari dan masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi
ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilu pendidikan.

Medan,

Juni 2015

Penulis,

Nur Mahrani Lubis

NIM. 4113311035

iii

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL INVESTIGASI
KELOMPOK PADA MATERI ARITMETIKA SOSIAL
KELAS VII SPM NEGERI 27 MEDAN
T.A 2014/2015
Nur Mahrani Lubis (NIM : 4113311035)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui strategi untuk meningkatkan
model pembelajaran kooperatif tipe Investigasi Kelompok dalam meningkatkan
kemapuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP Negeri 27 Medan
pada materi Aritmetika Sosial, (2) Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa kelas
VII-8 SMP Negeri 27 Medan ketika diterapkan pembelajaran Investigasi Kelompok,
(3) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa kelas VII-8 SMP Negeri 27 Medan pada materi Aritmetika Sosial setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Investigasi Kelompok. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian yaitu siswa kelas

VII-8 SMP Negeri 27 Medan yang berjumlah 30 siswa. Objek penelitian adalah
upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika melalui penerapan
model pembelajaran Investigasi Kelompok pada materi Aritmetika Sosial dikelas VII8 SMP Negeri 27 Medan Tahun Pelajaran 2014/2015.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2
siklus, masing-masing terdiri dari dua pertemuan. Hasil dari PTK ini mertupakan
tindakan. Sebelum melakukan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes diagnostic dan
setiap siklus akhir diberikan tes kemampuan pemecahan masalah. Pada pembelajaran
tindakan pada siklus I melalui pemberian tes kemampuan pemecahan masalah
matematika sudah termasuk criteria sedang, yaitu nilai rata-rata 68,25 dan 18 siswa
(60%) dari 30 siswa telah mencapai criteria kemampuan pemecahan masalah,
sedangkan 12 siswa lainnya (40%) belum mencapai criteria kemampuan pemecahan
masalah. Pada siklus I ini, kemampuan pemecahan masalh siswa secara klasikal
belum tercapi karena masih 60% siswa yang mencapai kemampuan pemecahan
masalah ≥ 65, sehingga pembelajaran dilanjutkan ke siklus II.
Pada siklus II diperoleh bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah mengalami peningkatan dan termasuk kriteria tinggi, yaitu nilai rata-rata
84,75 dan 26 siswa (86,67%) dari 30 siswa telah mencapai kriteria kemampuan
pemecahan masalah. Pada siklus II ini, kemampuan pemecahan masalah siswa secara
klasikal sudah tercapai kemampuan pemecahan masalah ≥ 65, maka tindakan
dihentikan.

Berdasarkan hasil kemampuan pemecahan masalah siswa dari siklus I ke
siklus II disimpulkan bahwa dengan model Pembelajaran Investigasi Kelompok, dapat

iv

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi poko
Aritmetika Sosial kelas VII-8 SMP Negeri 27 Medan.

x

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Langkah-langkah Mpdel Pembelajaran Kooperatif

18

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

46


Tabel 3.2 Tingkat Penguasaan Pemecahan Masalah Siswa

49

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah Mtematika

50

Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Pada Tes Awal

54

Tabel 4.2 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Awal

55

Tabel 4.3 Persentase Ketuntasan Siswa Pada Siklus I

71


Tabel 4.8 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Pada
TKPM I

74

Tabel 4.9 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika I
Tabel 4.11 Persentase Ketuntasan Siswa Pada Siklus II

75
93

Tabel 4.16 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah II

96

Tabel 4.19 Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Dalam Segi Aspek/Lngkah-langkah Pemecahan Masalah
Matematika


100

Tabel 4.20 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Setiap Siklus

102

ix

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Letak Kesalahan Siswa Soal No. 1

4

Gambar 1.2 Letak Kesalahan Siswa Soal No.2

4


Gambar 2.1 Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas

41

Gambar 4.1 Diagram Tindakan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Pada Tes Awal

54

Gambar 4.2 Diagram Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa TKPM I

72

Gambar 4.3 Diagram Tingkat Kemampuan Pemecahn Masalah
Matematika Siswa TKPM II

94

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23
Lampiran 24
Lampiran 25
Lampiran 26
Lampiran 27
Lampiran 28
Lampiran 29
Lampiran 30
Lampiran 31
Lampiran 32
Lampiran 33
Lampiran 34
Lampiran 35

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP) Siklus I
120
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP) Siklus I
128
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (RPP) Siklus II
134
Rencana Pelaksanaan Pembelajarn IV (RPP) Siklus II
130
Lembar Aktifitas Siklus I
137
Lembar Aktifitas Siswa II
145
Lembar Aktifitas Siswa III
154
Lembar Aktifitas Siswa IV
162
Alternatif Penyelesaian Lembar Aktifitas I
170
Alternatif Penyelesaian Lembar Aktifitas II
174
Alternatif Penyelesaian Lembar Aktifitas III
179
Alternatif Penyelesaian Lembar Aktifitas IV
183
Tabel Kisi-kisi Tes Diagnostik
187
Tes Matematika (Diagnostik)
188
Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik
189
Lembar Validitas Tes Diagnostik
192
Tabel Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah I
194
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
195
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I
197
Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I
203
Pedomana Penskroran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika I
205
Tabel Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
206
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
207
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah II
208
Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 214
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika
216
Lembar Observasi Guru Siklus I
217
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
220
Lembar Observasi Siklus II
222
Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus II
225
Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
227
Tabulasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I berdasarkan
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
228
Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
231
Tabulasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II berdasarkan
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
231
Dokumentasi Penelitian
235

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Abdurrahman (2012:204) Matematika merupakan salah satu
pelajaran yang sudah diberikan sejak pendidikan dasar, menengah dan bahkan
sampai pada tingkat pendidikan tinggi dimana pada tingkat pendidikan dasar dan
menengah waktu yang dialokasikan untuk mempelajari matematika cenderung
lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Ada banyak alasan
tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cornelius (Abdurrahman,
2009:253) mengemukakan bahwa:
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pol-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas
dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan
budaya.
Melihat pentingnya peranan matematika tersebut pemerintah terus
berusaha untuk meningkatkan penyempurnaan kurikulum, pelatihan guru dan
perbaikan sarana dan prasarana sekolah. Walaupun demikian masih dihadapkan
pada masalah rendahnya hasil belajar siswa yang menyebabkan rendahnya mutu
pendidikan. Menurut Cockroft (Abdurrahman, 2012:204) mengemukakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berfikir
logis, ketel itian, dan kesadaran keruangan dan, (6) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Masalah dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya
prestasi siswa. Rendahnya hasil belajar dan kemampuan matematika ini
disebabkan masih banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
matematika, kurang berminat, dan selalu menganggap matematika sebagai ilmu

2

yang sukar, sehingga menimbulkan rasa takut untuk belajar matematika. Menurut
Paling (2012:205) mengemukakan bahwa:
ide manusia tentang matematika berbeda-beda, tergantung pada
pengalaman dan pengetahuan masing-masing. (1) informasi yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi, (2) pengetahuan tentang bilangan, bentuk
dan ukuran, (3) kemampuan untuk menghitung, dan (4) kemampuan untuk
mengingat dan menggunakan hubungan-hubungan.
Salah satu fokus pembelajaran saat ini adalah meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa melalui pembelajaran yang berawal dari suatu
pengalaman siswa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi pada
kenyataanya, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan
masalah matematika. Siswa selalu mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
yang berkaitan dengan pemecahan masalah.
Menurut Sanjaya (2010:214) mengemukakan bahwa:
Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka pembelajaran
berbasis masalah merupakan salah satu strategi pembelajaran yang
digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran. Siswa untuk dapat
menyelesaikan masalah kurang diperhatika guru. . akibatnya, manakalah
siswa menghadapi masalah, walaupun masalah itu dianggap sepele,
banyak siswa yang tidak dapat menyelesaikan masalah dengan baik.
Kesulitan terletak pada siswa untuk menyelesaikan soal cerita matematika
serta kurangnya petunjuk langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membuat
kalimat matematika. Abdurrahman (2012:209) mengemukakan bahwa “Dalam
menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami banyak kesulitan.
Kesulitan tersebut tampak terkait dengan pengajaran yang menuntut anak
membuat kalimat matematika tanpa terlebih dahulu memberikan petunjuk tentang
langkah-langkah

yang

harus

ditempuh”.

Kesulitan

belajar

matematika

mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah siswa rendah. Siswa cenderung
menghafalkan konsep-konsep matematika dan hanya mencatat, meskipun mereka
tidak memahami apa yang mereka hapal dan catat sehingga sewaktu siswa diberi
masalah matematika mereka tidak mengerti bagaimana cara untuk menyelesaikan
dengan konsep yang telah diberikan. Menurut Aunurrahman (2012:199-200)
mengemukakan bahwa:

3

Secara spesifik masalah yang bersumber dari faktor internal berkaitan
dengan; (1) karakteristik siswa, (2) sikap terhadap belajar, (3) motivasi
belajar, (4) konsentrasi belajar, (5) kemampuan mengolah bahan belajar,
(6) kemampuan menggali hasil belajar, (7) rasa percaya diri, (8) kebiasaan
belajar, (9) sedangkan faktor dari eksternal, masalah belajar dipengaruhi
oleh, (a) faktor guru, (b) lingkungan sosil, terutama termasuk teman
sebaya, (c) kurikulum sekolah, (d) sarana dan prasarana.
Hal ini didukung dari hasil survey peneliti (tanggal 14 Januari 2015)
berupa pemberian test diaknostik kepada siswa kelas VII-8 SMP Negeri 27
Medan, test yang diberi berupa 2 soal dalam bentuk esai test ini dilakukan untuk
melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi
Aritmetika social.
Berdasarkan hasil test yang diberikan terhadap 30 orang siswa kelas VII-8
SMP Negeri 27 Medan, hanya 4 siswa atau 13,33% dari jumlah siswa yang
mendapatkan skor sedang, dan 26 siswa atau 86,67% dari jumlah siswa
memperoleh skor sangat rendah. Melihat hasil tes kemampuan awal tersebut dapat
diketahui bahwa hanya 13,33% dari jumlah siswa yang mengikuti tes dapat
mencapai minimal TKPM sedang sehingga belum memenuhi kriteria tingkat
pemecahan masalah. Dari hasil test tersebut, kesulitan siswa terletak pada aspek
memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan
memeriksa prosedur serta melakukan perhitungan.
Berikut adalah soal tes awal kemampuan pemecahan masalah yang
diberikan kepada siswa dengan pokok bahasan Aritmatika :
1.

Linda mempunya modal Rp. 500.000,-, uang itu digunakan untuk membeli
dua lusin pakaian anak. Jika linda menjual pakaian anak dengan harga Rp.
20.500,-, per buah. Hitunglah berapa untung atau rugi linda?

4

Gambar 1.1 Jawaban Tes Awal Siswa 1
Dalam menjawab soal no.1 terlihat bahwa siswa tidak menuliskan apa
yang diketahui dan yang ditanya. Hal ini menunjukkan siswa kurang memahami
masalah. Di samping itu, siswa juga masih kurang memahami memahami konsep
Aritmetika, terlihat dari jawabannya yang salah. Begitu juga pada soal no.2,
pemahaman terhadap masalah juga sangat kurang, sehingga siswa tidak mampu
untuk merencakan dan melaksakan penyelesaiannya.
2.

Dina membeli 100 butir telur seharga Rp. 100.000,-. Kemudian dijual 80 butir
dengan harga Rp. 1500,- per butir, setelah satu minggu telur tidak laku terjual
dan ternyata ada 20 butir busuk. Berapakah persentase untung Dina?
Pada kertas jawaban siswa berikut terlihat kesalahan – kesalahan siswa

dalam mengerjakan soal.

Gambar 1.2 Jawaban Tes Awal Siswa 2

5

Kesulitan yang sama juga dialami oleh siswa yang lain, seperti terlihat
pada gambar 1.2, dimana pada soal no.1 siswa hanya mampu menyelesaikan tanpa
mempresentasikan hasil yang benar yang terdapat pada soal sehingga siswa tidak
mampu untuk menjawab soal tersebut ini menunjukkan bahwa siswa tersebut
masih tidak memahami masalah yang ada. Pada soal no.2, siswa menuliskan
jawaban, namun tidak terlihat adanya perencanaan dan penyelesaiannya.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa banyaknya siswa
yang tidak mampu menyelesaikan soal dikarenakan proses belajar yang kurang
bermakna sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan siswa memecahkan
masalah matematika.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Guru matematika
kelas VII SMP Negeri 27 Medan (Ibu Ari Jumaini Sinaga) mengatakan :
Dalam proses pembelajaran matematika siswa banyak mengalami
kesulitan dalam mempelajarinya. Siswa kurang mampu memahami soalsoal penerapan sehingga siswa kesulitan dalam menentukan apa yang
diketahui dan ditanya pada soal, siswa kesulitan dalam membuat rencana
penyelesaian sosl-soal matematika sehingga siswa tidak mampu
menyelesaikan soal-soal berbetuk pemecahan masalah dan menerjemahkan
soal-soal kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika, dan siswa
sering tidak teliti dalam perhitungan.
Setelah melihat, ditemukan berbagai penyebab tingkat kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas VII-8 SMP Negeri 27 Medan yang masih rendah.
Rendahnya kemampuan matematika siswa disebabkan oleh metode pembelajaran
yang masih berpusat pada guru. Seperti model pembelajaran yang kurang
bervariasi dan cenderung monoton yang melibatkan siswa pasif dan tidak
termotifasi. Sehingga siswa merasa jenuh dan bosan

yang menyebabkan

pencapaian kemampuan hasil belajar tidak optimal. Oleh karena itu, guru harus
dituntut untuk menciptakan dan menerapkan suatu strategi dalam pembelajaran
yang mampu membangkitkan aktifitas siswa dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Menurut Aunurrahman (2012:200) mengemukakan bahwa:
Keberhasilan belajar merupaka muara dari seluruh aktifitas yang dilakukan
guru dan siswa dalam proses pembelajaran, maka setiap guru harus
berupaya secara optimal memahami berbagai faktor yang dapat

6

menyebabkan terjadinya hambatan-hambatan di dalam proses belajar dam
pembelajaran. Demikian pula berupaya secara terus menerus mengkaji
dan mencoba berbagai bentuk pendekatan dan tehnik-tehnik inovatif guna
mengatasi keadaan yang dapat menghambat tercapainya tujuan belajar
tersebut.
Faktor yang menyebabkan ketidakmampuan siswa memecahkan masalah
matematika yang paling dominan adalah cara mengajar guru. Guru-guru masih
mengajar dengan cara lama, dimana guru ataupun peneliti menyampaikan materi
dengan metode ceramah, kemudian siswa mencatat materi dan mengerjakan soalsoal rutin. Terbiasanya siswa mengerjakan soal-soal rutin membuat siswa tidak
dapat memecahkan suatu masalah apabila diberikan soal-soal yang berbentuk
nonrutin. Mereka tidak terbiasa untuk memecahkan suatu masalah secara bebas
dan mencari solusi penyelesaian dengan cara mereka sendiri. Mereka hanya bias
mengerjakan soal-soal yang bentuknya sama dengan contoh soal yang diberikan
guru. Apabila soalnya berbeda mereka mulai kebingungan karena mereka tidak
memahami

langkah-langkah

dalam

memecahkan

suatu

masalah

(Anggraini,dkk(2010)).
Menurut Abdurrahman (2012:7) mengemukakan bahwa:
Untuk mencapai prestasi akademik yang memuaskan seseorang anak
memerlukan penguasaan keterampilan prasyarat. Anak yang memperoleh
prestasi belajar yang rendah karena kurang menguasi keterampilan
prasyarat, umumnya dapat mencapai prestasi tersebut setelah menguasi
kegiatan prasyarat. Untuk dapat menyelesaikan soal matematika bentuk
cerita misalnya, seorang anak harus menguasai lebih dahulu keterampilan
membaca pemahaman. Untuk dapat membaca, seorang anak harus sudah
berkembang kemampuannya dalam melakukan diskriminasi visual
maupun auditif, ingatan visual maupun auditoris, dan kemampuan untuk
memusatkan perhatian.
Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu system
pembelajaran yang bermakna, yaitu pembelajaran yang mengaitkan materi dengan
kehidupan nyata dan melibatkan peran siswa secara aktif. Karena pembelajaran
yang bermakna membuat siswa selalu ingat pada pelajaran tersebut.
Menurut Abdurrahman (2012:28) mengemukakan bahwa:
Hasil belajar yang dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dicurahkan,
inteligensi, dan kesempatan yang diberikan kepada anak, pada gilirannya

7

berpengaruh pada konsentrasi dan hasil belajar tersebut. Konsentrasi tersebt
dapat intrinsik dan dapat pula ekstrinsik.
Aritmetika sosial merupakan salah satu materi yang diajarkan di kelas VII.
Konsep

aritmetika sangat banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,

misalnya dalam kegiatan perdagangan. Namun pada kenyataannya masih banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan persoalan menyangkut
aritmetika soaial. Model pembelajaran investigasi kelompok yang memberikan
masalah yang dekat dengan dunia siswa sangat cocok untuk materi aritmetika
sosial ini karena simulasi transaksi jual beli dekat dengan kehidupan sehari-hari
siswa. Materi aritmetika social selalu berhubungan dengan untung, rugi,
persentase untung dan rugi,

rabat(diskon), bruto, tara, dan netto didalam

kehidupan sehari-hari
Menurut Nuharini (2008:137)Mengemukakan bahwa:
Harga beli adalah harga barang yang dipabrik, grosir, atau tempat lainnya.
Harga beli sering disebut modal. Dalam situasi tertentu, modal adalah harga
beli ditambah dengan ongkos atau biaya lainnya. Harga jual adalah harga
barang yang ditetapkan oleh pedagang kepada pembeli. Untung atau laba
adalah selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian jika harga
penjualan lebih dari harga pembelian.
Menurut Aunurrahman (2009:176) keberhasilan proses pembelajaran
merupakan muara dari seluruh aktifitas yang dilakukan guru dan siswa. Artinya
apapun bentuk kegiatan-kegiatan guru, mulai dari merancang pembelajaran,
memilih dan menentukan materi, pendekatan, strategi dan metode pembelajaran,
memilih dan menentukan tehnik evaluasi, semuanya diarahkan untuk mencapai
keberhasilan belajar siswa.
Keberhasilan proses pembelajaran siswa tidak terlepas dari kemampuan
guru menerapkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan
intensitas keterlibatan siswa secara efektif didalam proses pembelajaran.
Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar
secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan
prestasi yang optimal. (Aunurrahman 2009:149) menyatakan belajar bersama

8

dapat membantu siswa mengembangkan berbagai dimensi kemampuannya yang
sangat di butuhkan dalam proses belajar.
Joice, dkk (dalam Aunurrahman, 2009:148) mendeskripsikan empat
kategori model mengajar, yaitu kelompok model sosial (social family), kelompok
pengolahan informasi (informasi proceeding family), kelompok model personal
(personal family), dan kelompok model system perilaku (behavioral systems
family). Adapun yang termasuk dalam kelompok model social yaitu, Grup
Investigation (Investigasi Kelompok, Role Playing (Bermain Peran) dan
Jurisprodential Inquiri (Model Penelitian Yurisprudensi).
Model investigasi kelompok merupaka salah satu pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Model investigasi kelompok
diperluas dan diperbaiki oleh shara dan kawan – kawannya dari Universitas Tel
aviv (dalam Rusman, 2012:220). Model investigasi kelompok melibatkan siswa
sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajarinnya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok.
Menurut killen (dalam Aunurrahman, 2009:152) memaparkan beberapa ciri
essensial investigasi kelompok sebagai pendekatan pembelajaran adalah: (a) para
siswa bekerja secara kelompok-kelompok kecil dan memiliki independasi
terhadap guru; (b) kegiatan-kegiatan siswa terfokus dalam upaya menjawab
pertanyaan yang telah dirumuskan; (c) kegiatan belajar siswa akan selalu
mempersaratkan mereka untuk mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya
dan mencapai beberapa kesimpulan; (d) siswa akan menggunkan pendekatan yang
beragam didalam belajar; (e) hasil-hasil penelitian siswa dipertukarkan diantara
seluruh siswa.
Model investigasi kelompok dikembangkan untuk membangun semua aspek
kemampauan siswa baik di bidang kognitif, psikomotor, dan afektif (Wiranata,
2013). Model investigasi kelompok ideal diterapkan dalam pembelajaran sains.
Topik – topik materi yang ada mengarah pada metode ilmiah yang dimulai dari
identifikasi masalah, merumuskan masalah, studi pustaka, menyusun hipotesis,

9

melaksanakan penelitian dan menyimpulkan hasil penelitian sehingga mampu
mengembangkan pengalaman belajar siswa.
Istikomah dkk (dalam Wiranata, 2013) penelitiannya membuktikan bahwa
model investigasi kelompok dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Sikap
ilmiah juga berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Model ini
mengarahkan

siswa

untuk

mengkonstruksikan

sendiri

pengetahuannya

berdasarkan aktivitas dan pengalaman belajar sains. Siswa memilih topic,
melakukan

penyelidikan,

menarik

kesimpulan,

dan

mengkritisi

hasil

penyelidikannya sehingga siswa terlatih untuk tekun, teliti, jujur, terbuka, dan
bersikap ingin tahu untuk memperoleh data yang akurat.
Manfaat dari model investigasi kelompok ini dapat melatih siswa menerima
pendapat orang lain, bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakangnya,
membantu memudahkan menerima materi pelajaran, meningkatkan kemampuan
berpikir dalam memecahkan masalah dan meningkatkan keterampilan proses sains
siswa. Komunikasi yang terjadi antara anggota – anggota kelompok dalam
menyampaikan

pengetahuan

serta

pengalamannya

dapat

meningkatkan

pengetahuan, hubungan social setiap anggota kelompok, dan hasil belajar.
Menurut Trianto (2011:79) mengemukakan bahwa:
Dalam implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok
disini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatn
atau minat yang sama dalam topik tertentu.
Salah satu cara yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa adalah model pembelajaran Investigasi Kelompok, Menurut Isjoni “Model
Investigasi Kelompok adalah model pembelajaran koopertaif yang kompleks
karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang
berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokratis. Model ini dapat
melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan
siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir
pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam
gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan siswa yang salah
sehingga guru dapat memperbaiki kesalahannya.

10

Sehingga peneliti, ingin lebih lanjut meneliti tentang pembelajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan model
pembelajaran investigasi kelompok. Oleh karena itu, penulis tertarik

untuk

melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Model Pembelajaran
Investigasi Kelompok pada Materi Aritmetika Sosial di Kelas VII SMP
Negeri 27 Medan”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuaraikan diatas, ada beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi :
1. Siswa tidak tertarik belajar matematika.
2. Rendahnya prestasi siswa dalam pembelajaran matematika.
3. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang.
4. Model pembelajaran yang masih berpusat pada guru.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup masalah, serta keterbatasa waktu, maka
perlu adanya pembatasan masalah yaitu pembelajaran matematika pada materi
Aritmatika social di kelas VII-8 SMP Negeri 27 Medan dengan model investigasi
kelompok sebagai upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa dan untuk mengetahui kesulitan – kesulitan yang dihadapi
siswa dalam mengerjakan soal – soal Aritmetika sosial.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1.

Bagaimana strategi meningkatkan Pembelajaran Investigasi Kelompok dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII SMP Negeri
27 Medan pada materi Aritmetika Sosial?

2.

Bagaimana aktifitas belajar siswa kelas VII SMP Negeri 27 Medan ketika
diterapkan Pembelajaran Investigasi Kelompok pada materi Aritmetika
Sosial?

11

3.

Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
kelas VII SMP Negeri 27 Medan pada materi Aritmetika Sosial setelah
diterapkan pembelajaran investigasi kelompok?

1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.

Untuk mengetahui strategi penerapan Pembelajaran Investigasi Kelompok
dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
kelas VII SMP Negeri 27 Medan.

2.

Untuk mengetahui aktifitas belajar siswa kelas VII SMP Negeri 27 Medan
ketika diterapkan Pembelajaran Investigasi Kelompok pada materi Arimetika
Sosial.

3.

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa setelah diterapkannya model pembelejaran investigasi kelompok pada
materi Aritmetika Sosial di kelas VII SMP Negeri 27 Medan.

1.6 Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka diperoleh manfaat
penelitian sebagai berikut :
1.

Sebagai masukan bagi guru maupun calon guru agar dapat menerapkannya
dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa.

2.

Sebagai sumber informasi bagi sekolah tentang kecenderungan kendala
belajar siswa sehingga dapat dirancang suatu pendekatan pembelajaran guna
meningkatkan mutu pemdidikan.

3.

Siswa menemukan pembelajaran yang menarik dan bermakna sehingga dapat
mencapai prestasi belajara matematika yang lebih baik.

4.

Sebagai bahan perbandingan atau refrensi bagi peneliti lain dalam mengkaji
penggunaan model pembelajaran investigasi kelompok dalam pembelajaran
matematika.

105

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Strategi meningkatkan model pembelajaran Investigasi Kelompok adalah :
a. memaksimalkan diskusi kelompok dengan pengawasan yang lebih pada
kelompok yang belum maksimal dalam proses diskusi.
b. Memberikan LAS kepada siswa agar lebih mudah dalam berdiskusi.
c. Memberi reward bagi siswa yang aktif.
2. Aktivitas belajar siswa ketika diterapkan model pembelajaran Investigasi
Kelompok adalah :
a. keaktifan siswa dalam bertanya mengalami perubahan kearah yang lebih baik.
Sudah banyak siswa yang berani bertanya karena guru memberi nilai tambah
kepada siswa yang aktif.
b. Ketika siswa mengerjakan LAS mengalami perubahan kearah yang lebih baik.
c. Diskusi dalam kelompok mengalami perubahan kearah yang lebih baik.siswa
berdiskusi aktif dalam kelompoknya karena satu anggota kelompok yang
nilainya bagus membantu temannya dalam mengerjakan soal.
d. Perhatian siswa ketika kelompok penyaji mempresentasikan hasil diskusinya
mengalami perubahan kearah yang lebih baik.
e. Dalam menanggapi hasil diskusi kelompok penyaji mengalami perubahan.
Banyak kelompok yang ingin memberi tanggapan.
3. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan
menerapkan model pembelajaran Investigasi Kelompok meningkat dilihat dari
hasil pada siklus I rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa diperoleh
68,25 dan meningkat pada siklus II 84,75 sehingga diperoleh peningkatan ratarata kemampuan pemecahan masalah siswa sebesar 16,5 . selain itu, diperoleh
peningkatan kemampuan pemecahan masalah sebanyak 8 siswa (26,67%), yaitu

106

dari 18 siswa (60%) pada siklus I meningkat menjadi 26 siswa (86,67%) pada
siklus II. kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi Aritmetika sosial di
kelas VII-8 SMP Negeri 27 Medan.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti memberika
beberapa saran sebagai berikut :
1. Kepada

guru

matematika

dalam

mengajarkan

materi

pembelajaran

matematika disarankan guru menggunakan Model pembelajaran Investigasi
Kelompok sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa.
2. Kepada siswa SMP Negeri 27 Medan khususnya siswa yang berkemampuan
pemecahan masalah matematika rendah agar lebih banyak berlatih, membaca
dan

tidak

sungkan-sungkan

untuk

melakukan

pemecahan

masalah

matematikanya baik secara lisan maupun tulisan dalam pembelajaran
matematika.
3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan objek yang sama
dengan penelitian ini supaya memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada
dalam penelitian ini yaitu siswa yang dibentuk dalam kelompok jangan terlalu
banyak agar setiap kelompok diskusi tersebut ikut terlibat sehingga akan
memudahkan guru dalam penguasaan kelas. Hal ini dikarenakan dengan
adanya penguasaan kelas yang baik maka diharapkan pembelajaran dengan
Model pembelajaran Investigasi Kelompok dapat berlangsung dengan efektif
dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

107

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Al-Khowarizmi, (2009), Kemampuan Pemecahan Masalah, (http://lela-alkhowarizmi.blogspot.com)(diakses januari 2015)
Amustofa, (2009), Strategi Pemecahan Masalah dalam
http://amustofa70.wordpress.com(diakses januari 2015)

Matematika,

Anggraini,L., Rusdy A., Ratu I., (2010), Penerapan Model Pembelajaran
Investigasi Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Kelas VIII-4 Smp Negeri 27 Palembang,
http://3_Lela_Anggraini_33-44_2(diakses januari 2015)
Arikunto, S., (2011), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Arikunto, S., Suhardjono, Supardi, (2010), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi
Aksara, Jakarta.
Aunurrahman, (2012), Belajar dan pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2010), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian
Kependidikan, FMIPA Unimed, Medan.
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,
IKIP Malang, Malang.
Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Isratani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inivatif, Media Persada, Medan.
Slavin, R., (2011), Cooperative Learning Teori, Riset dan praktik, Penerbit Nusa
Media, Bandung.
Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Preda Media.
Trianto, (2009), Mendesign Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta.

108

Slameto. (2010). Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: PT
Rineka Cipta

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN DI KELAS VII SMP NEGERI 4 MEDAN T.A. 2016/ 2017.

0 2 27

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK PADA MATERI SEGI EMPAT DI KELAS VII-8 SMP NEGERI 27 MEDAN.

0 3 31

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDAR HULUAN T.A 2014/2015.

0 2 23

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK PADA MATERI BILANGAN BULAT DI KELAS VII SMP NEGERI 1 TARUTUNG.

0 2 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA POKOKBAHASAN SEGIEMPAT DI KELAS VII SMP NEGERI 4 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 3 15

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATERI ARITMETIKA SOSIAL DI KELAS VII SMP PERGURUAN AL-HIDAYAH MEDAN T.A. 2013/2014.

0 3 24

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK PADA MATERI ARITMETIKA SOSIAL KELAS VII MTS AL-JIHAD MEDAN.

0 2 26

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK - TALK - WRITE (TTW) PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII SMP NEGERI 16 MEDAN.

0 5 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DI KELAS VII SMP PENCAWAN MEDAN T.A. 2013/2014.

0 0 20

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP

0 0 15