MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK - TALK - WRITE (TTW) PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII SMP NEGERI 16 MEDAN.

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE THINK - TALK - WRITE (TTW) PADA MATERI PECAHAN DI KELAS

VII SMP NEGERI 16 MEDAN

Oleh:

Rifi Andini Ariani Ritonga NIM. 408111093

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2013


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah_Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think - Talk - Write (TTW) pada Materi Pecahan di Kelas VII SMP Negeri 16 Medan”. Skripsi ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Matematika Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor beserta staf-stafnya di Universitas Negeri Medan. Ucapan terima ksih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D, selaku Dekan beserta staf-stafnya di FMIPA Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga diucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Matematika dan pegawai di Jurusan Matematika yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan berkas-berkas untuk wisuda.

Ucapan terima kasih juga diucapkan kepada Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Zul Amry, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. B. Sinaga, M.Pd, Ibu Dra. Nerly Khairani, M.Si, Bapak Drs. Syafari, M.Pd, dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku dosen pemberi saran dan penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini dan kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pagawai Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Medan.

Teristimewa penulis mengucapkan banyak terima kasih kapada Ayahanda Pardamean Ritonga dan Ibunda Dahliyah yang menjadi sumber


(4)

motivasi dan senantiasa mendukung, memberikan doa, dorongan moril dan materil kepada penulis selama mengikuti pendidikan sampai dengan selesai. Terima kasih juga disampaikan kepada adik penulis Mohd. Zulfachri Fadli Ritonga yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Irnawati, M.M selaku kepala sekolah SMP Negeri 16 Medan, Ibu Yanni Zairina selaku guru bidang studi matematika SMP Negeri 16 Medan dan guru-guru yang telah memberikan izin, bantuan dan informasi bagi penulis selama melakukan penelitian.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat selama perkuliahan, The Narsiez (Ade, Winta, Yuni, Hetty, Irda, Lisa, Ningsih), Sri Rejeki, Nita, Ijam, Sabtri, Bukhari dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan khususnya DIK B ’08 yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis dan teman-teman yang ada DIK A ’08 dan seluruh teman-teman di jurusan matematika. Terima kasih juga diucapkan kepada teman-teman PPLT SMA Negeri 3 Tebing Tinggi 2011 ( Kartika Warman, Elisda, Rangga, Wina, Iis, Wiranda, dll) dan terima kasih kepada teman-teman di kost, kak Ayu, Evi, dan Fiza yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi. Dan terspesial penulis mengucapkan terima kasih kepada Feri Ferdiansyah Lubis yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan dan doa kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi para guru matematika dalam menambah khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Januari 2013 Penulis

Rifi Andini Ariani Ritonga NIM. 408111093


(5)

iii

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE THINK - TALK - WRITE (TTW) PADA MATERI PECAHAN DI KELAS

VII SMP NEGERI 16 MEDAN Rifi Andini Ariani Ritonga (408111093)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi pecahan di kelas VII SMP Negeri 16 Medan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-C SMP Negeri 16 Medan tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 32 orang. Objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pecahan di kelas VII SMP Negeri 16 Medan tahun ajaran 2012/2013.

Pengambilan data dilakukan dengan tes awal, tes kemampuan pemecahan masalah pada akhir siklus dan lembar observasi untuk tiap kali pertemuan. Kemampuan pemecahan masalah mengalami peningkatan. Hal ini dilihat dari peningkatan rata-rata pemecahan masalah matematika siswa dari tes awal, siklus I, dan siklus II, yakni dari 44,97 (44,97%) dengan tingkat kemampuan sangat rendah di tes awal menjadi 66,33 (66,33%) dengan tingkat kemampuan sedang di siklus I dan menjadi 83,89 (83,89%) dengan tingkat kemampuan tinggi di siklus II.

Langkah-langkah pemecahan masalah matematika siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada langkah memahami masalah meningkat dari 80,21 (80,21%) dengan tingkat kemampuan tinggi menjadi 94,17 (94,17%) dengan tingkat kemampuan sangat tinggi. Pada langkah merencanakan pemecahan masalah meningkat dari 63,13 (63,13%) dengan tingkat kemampuan rendah menjadi 81,77 (81,77%) dengan tingkat kemampuan tinggi. Pada langkah menyelesaikan pemecahan masalah meningkat dari 61,56 (61,56%) dengan tingkat kemampuan rendah menjadi 80,42 (80,42%) dengan tingkat kemampuan tinggi. Pada langkah memeriksa kembali meningkat dari 70,21 (70,21%) dengan tingkat kemampuan sedang menjadi 84,79 (84,79%) dengan tingkat kemampuan tinggi.

Kelebihan penerapan model pembelajaran ini adalah dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan soal pemecahan masalah melalui kegiatan berdiskusi dan siswa menjadi berani dalan mengeluarkan pendapat serta tampil di depan kelas menuliskan hasil pekerjaannya.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi pecahan di kelas VII SMP Negeri 16 Medan.


(6)

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar isi vi

Daftar gambar xi

Daftar tabel x

Daftar grafik xii

Daftar lampiran xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 6

1.3. Batasan Masalah 6

1.4. Rumusan Masalah 6

1.5. Tujuan Penelitian 7

1.6. Manfaat Penelitian 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8

2.1. Kerangka Teoritis 8

2.1.1. Pengertian Belajar 8

2.1.2. Pengertian Hasil Belajar 9

2.1.3. Pemecahan Masalah Matematika 10 2.1.4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 12

2.1.5. Pembelajaran Kooperatif 15

2.1.5.1. Unsur - unsur Pembelajaran Kooperatif 16 2.1.5.2. Langkah - langkah Pembelajaran Kooperatif 18 2.1.5.3. Jenis - jenis Model Pembelajaran Kooperatif 19 2.1.5.4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif 20 2.1.6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (TTW) 22


(7)

vii

2.2. Teori - Teori Belajar Yang Mendukung Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think- Talk-Write (TTW) 29

2.3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 31

2.4. Materi Pecahan 33

2.5. Kerangka Konseptual 38

2.6. Penelitian yang Relevan 39

2.7. Hipotesis Penelitian 40

BAB III. METODE PENELITIAN 41

3.1. Jenis Penelitian 41

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 41

3.3. Subjek dan Objek Penelitian 41

3.3.1. Subjek Penelitian 41

3.3.2. Objek Penelitian 41

3.4. Prosedur dan Rancangan Penelitian 42

3.4.1. Siklus I 42

3.4.2. Siklus II 45

3.5. Teknik Pengumpulan Data 48

3.5.1. Tes Pemecahan Masalah 49

A. Validitas Tes 51

B. Reabilitas Tes 53

C. Analisis Tingkat Kesukaran 54

D. Daya Pembeda 55

3.5.2. Observasi 56

3.6. Teknik Analisis Data 56

3.6.1. Reduksi Data 56

3.6.2. Paparan data 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 59

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 59


(8)

viii

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 77

4.2 Pembahasan dan Hasil Penelitian 90

4.2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 91 4.2.2 Kemampuan Peneliti Mengelola Pembelajaran 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 98

5.1 Kesimpulan 98

5.2 Saran 98


(9)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Alternatif Pemberian Skor Pemecahan Masalah 14 Tabel 2.2. Model Pembelajaran Kooperatif 18 Tabel 2.3. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write

(TTW) 26

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Tes Awal 50

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 50 Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 51 Tabel 3.4. Validitas Butir Soal Tes awal 52 Tabel 3.5. Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 52 Tabel 3.6. Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 52

Tabel 3.7. Kelas Interval 58

Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Awal 60 Tabel 4.2. Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 63 Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Observasi Siswa Siklus I 64 Tabel 4.4. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siklus I (Memahami Masalah) 65 Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siklus I (Merencanakan

Pemecahan Masalah) 65

Tabel 4.6. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus I (Melaksanakan

Pemecahan Masalah) 66

Tabel 4.7. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siklus I (Memeriksa Kembali) 67 Tabel 4.8. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siklus I 68 Tabel 4.9. Kajian Hasil Refleksi pada Siklus I 72 Tabel 4.10. Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 80 Tabel 4.11. Deskripsi Hasil Observasi Siswa Siklus II 81


(10)

xi

Tabel 4.12. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siklus II (Memahami Masalah) 82 Tabel 4.13. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siklus II (Merencanakan

Pemecahan Masalah) 83

Tabel 4.14. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus II (Melaksanakan

Pemecahan Masalah) 83

Tabel 4.15. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus II (Memeriksa Kembali) 84 Tabel 4.16. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siklus II 85 Tabel 4.17. Kajian Hasil Refleksi pada Siklus II 86 Tabel 4.18. Hasil Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Tiap Tes 91 Tabel 4.19. Peningkatan Nilai Siswa dari Siklus I ke Siklus II 96


(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Hasil Kerja Siswa 4

Gambar 3.1. Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas 48 Gambar 4.1. Kesulitan Siswa pada Langkah Memahami Masalah 70 Gambar 4.2. Kesulitan Siswa pada Langkah Merencanakan Pemecahan

Masalah 70

Gambar 4.3. Kesulitan Siswa pada Langkah Menyelesaikan Pemecahan

Masalah 71


(12)

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan Masalah

pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika I 67 Grafik 4.2. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 68 Grafik 4.3. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan Masalah

pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika II 84 Grafik 4.4. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 85 Grafik 4.5. Hasil Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah 92 Grafik 4.6. Rata-rata Kemampuan Langkah-langkah Pemecahan masalah 93


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak lepas dari peranan matematika. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA dan bahkan juga di Perguruan Tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cornelius (dalam Abdurrahman 2009 : 253) mengemukakan :

”Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.”

Sedangkan Paling (dalam Abdurrahman 2009 : 252) mengemukakan bahwa :

”Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan mengunakan hubungan-hubungan.”

Matematika disadari sangat penting peranannya. Namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika siswa. Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi matematika kurang menggembirakan. Pemerintah, khususnya Departemen Pendidikan Nasional telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya pendidikan matematika, baik melalui peningkatan kualitas guru matematika melalui penataran-penataran, maupun peningkatan prestasi belajar siswa melalui peningkatan standar minimal nilai Ujian Nasional untuk kelulusan pada mata pelajaran matematika. Namun ternyata prestasi belajar matematika siswa masih jauh dari harapan. Dari hasil TIMMS 2007


(14)

2

http://litbang.kemdikbud.go.id/), skor siswa-siswa SMP kelas VIII di bidang matematika berada di bawah rata-rata internasional (urutan ke-36 dari 49 negara peserta). Posisi itu jauh di bawah Malaysia yang berada di urutan ke- 20 atau bahkan Singapura yang berjaya di urutan ke-3. Selain itu menurut catatan UNDP (http://hdr.undp.org/en/statistics/), pada tahun 2011 HDI (Human Development Index) Indonesia menempati peringkat 124, bandingkan dengan Singapura ke-26, Brunei ke-33, Malaysia ke-61, Srilangka ke-97, Thailand ke-103.

Kenyataan yang kurang memuaskan di atas, salah satunya disebabkan karena kemampuan pemecahan matematika siswa masih rendah. Kemampuan memecahkan masalah perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran matematika, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret sehingga dengan pengalaman tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah serupa. Dalam hal kemampuan pemecahan masalah Bruner (dalam Trianto, 2009 : 91) mengatakan bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Arends (dalam Trianto, 2009 : 90) mengatakan bahwa dalam mengajar guru menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah. Pembelajaran dilakukan secara mekanistik dengan penekanan pada latihan mengerjakan soal atau drill dengan mengulang prosedur, menggunakan rumus atau algoritma tertentu. Bila siswa diberikan soal yang berbeda dengan soal latihan, mereka kebingungan karena tidak tahu harus mulai dari mana mereka bekerja.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika dalam aspek pemecahan masalah matematika masih rendah. Trianto (2009 : 5) menyebutkan di lain pihak secara empiris berdasarkan analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional. Pola pengajaran terlalu banyak


(15)

3

didominasi oleh guru, khususnya dalam transformasi pengetahuan kepada anak didik. Siswa diposisikan sebagai obyek, siswa dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa, sementara guru memposisikan diri sebagai sumber yang mempunyai pengetahuan. Selain itu hambatan maupun kekurangan yang sering didapatkan diantaranya kurang tepatnya guru dalam memilih strategi pembelajaran dalam menyampaikan materi, dimana guru sering menggunakan strategi yang sama dan tidak bervariasi. Hal ini mengakibatkan siswa merasa jenuh dan acuh pada pelajaran matematika dan tidak dapat menunmbuhkembangkan pengetahuannya melalui lisan dan tulisan serta keinginannya untuk lebih mendalami matematika terbuang jauh sehingga nantinya hasil belajar matematika siswa rendah. Disamping itu penggunaan buku ajar matematika belum tertata dengan baik, cenderung hanya memperhatikan struktur perkembangan kognitif anak. Masih banyak ditemukan buku matematika yang belum didesain semenarik mungkin dengan menggunakan fitur – fitur yang menarik dan berwarna serta belum ditemukan berbagai contoh melalui gambar, poster atau karikatur yang beraneka ragam. Untuk itu guru harus dapat menjelaskan dan memberikan contoh konkrit bukan abstrak kepada siswa.

Berdasarkan hasil observasi awal (tanggal 3 Mei 2012) dengan pemberian tes kepada siswa kelas VII di SMP Negeri 16 N Medan. Dari hasil tes yang telah dilaksanakan diperoleh bahwa permasalahan siswa di kelas VII ada pada materi pecahan khususnya dalam memecahkan masalah.

Sebagai contoh, Tuti membawa selayang kue bolu ke sekolahnya untuk dibagi-bagi di kelasnya pada saat ulang tahunnya. Pembagiannya sebagai berikut, untuk gurunya 1/6 bagian, untuk siswa perempuan 5/8 bagian dan sisanya untuk siswa laki-laki. Tentukan bagian kue untuk siswa laki-laki?


(16)

4

Hasil kerja siswa dapat dilihat dari contoh siswa dalam menjawab soal cerita berikut:

Gambar 1.1 Hasil Kerja Siswa

Dari soal di atas siswa diharapkan menuliskan terlebih dahulu langkah-langkahnya sebelum menyelesaikan permasalahan. Oleh sebab itu diperlukan upaya untuk pemecahan masalah tersebut. Hal ini mengharuskan kita sebagai guru berupaya memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan dapat mengurangi kesalahan tersebut. Guru sebagai pengajar mata pelajaran matematika di sekolah, tentu saja tidak bisa dipersalahkan secara sepihak jika masih ada siswa yang bersikap negatif terhadap matematika.

Untuk mengantisipasi kondisi yang demikian, model pembelajaran di kelas perlu direformasi. Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi tetapi sebagai pendorong siswa belajar agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah, penalaran dan berkomunikasi sebagai wahana pelatihan berpikir kritis dan kreatif. Disamping pendekatan, guru mempunyai model pembelajaran yang merupakan pegangan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan kemampuan


(17)

5

pemecahan masalah matematika siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write dimulai dengan bagaimana siswa memikirkan suatu tugas kemudian diikuti dengan mengkomunikasikan hasil pemikirannya dan akhirnya melalui diskusi siswa dapat menuliskan kembali hasil pemikiran tersebut. Aktivitas berpikir (think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks matematik atau berisi cerita matematik kemudian membuat catatan apa yang telah mereka baca. Membuat catatan berarti menganalisis tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis yang dapat mempertinggi pemahaman siswa bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis.

Setelah tahap “think” selesai dilanjutkan dengan tahap berikutnya “talk” yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Fase berkomunikasi pada strategi ini memungkinkan siswa untuk trampil berbicara. Keterampilan berkomunikasi dapat mempercepat kemampuan siswa mengungkapkan idenya melalui tulisan. Hal ini bisa terjadi ketika siswa diberi kesempatan berdialog atau berbicara sekaligus mengkonstruksi berbagai ide untuk dikemukakan.

Selanjutnya fase “write” yaitu menuliskan hasil diskusi/dialog pada lembar kerja yang disediakan (Lembar Kegiatan Siswa). Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran yaitu pemahaman siswa tentang materi yang ia pelajari.

Dengan melihat fenomena tersebut, materi yang cocok untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) adalah pecahan. Karena pecahan merupakan materi yang erat kaitannya dengan lingkungan sekitar. Sebagai contoh, Jumlah murid kelas VII di SMP Mandala adalh 75 anak,

5 2

diantaranya adalah murid laki-laki. Berapa banyak murid laki-laki di kelas tersebut?


(18)

6

Berdasarkan masalah diatas penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (TTW) Pada Materi Pecahan di Kelas VII SMP N 16 Medan.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan di atas diperoleh beberapa identifikasi masalah maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih tergolong rendah sehingga hasil belajar matematika siswa juga rendah.

2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang efektif dan kurang bervariasi.

3. Siswa kurang dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika secara lisan atau tulisan.

4. Pola pengajaran terlalu banyak di dominasi oleh guru

5. Adanya anggapan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional lebih efektif digunakan dari pembelajran lain.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan identifikasi masalah, agar penelitian ini lebih terarah maka perlu dibuat batasan terhadap masalah yang ingin dicari penyelesaiannya. Adapun batasan masalah yang dikaji dalam rencana penelitian ini dibatasi pada rendahnya hasil belajar pemecahan masalah matematika siswa pada materi pecahan dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW).

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan maka rumusan maslahnya adalah : ”Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi pecahan?”


(19)

7

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penelitian adalah : ”Untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi pecahan.”

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut:

1. Bagi siswa diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan memberikan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.

2. Bagi guru dapat menjadi gambaran tentang bagaimana menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write dalam kaitannya dengan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika. Dan guru dapat mengelola bagaimana cara mengajar matematika serta sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan menyetujui pembelajaran dengan menggunakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW).

4. Bagi peneliti sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan pembelajaran dengan menggunakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dalam menjalankan tugas sebagai pengajar kelak dan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang lebih baik.


(20)

99

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :

1. Berdasarkan analisis data, diperoleh bahwa langkah-langkah pemecahan masalah matematika siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada langkah memahami masalah meningkat dari 80,21 (80,21%) dengan tingkat kemampuan tinggi menjadi 94,17 (94,17%) dengan tingkat kemampuan sangat tinggi. Pada langkah merencanakan pemecahan masalah meningkat dari 63,13 (63,13%) dengan tingkat kemampuan rendah menjadi 81,77 (81,77%) dengan tingkat kemampuan tinggi. Pada langkah menyelesaikan pemecahan masalah meningkat dari 61,56 (61,56%) dengan tingkat kemampuan rendah menjadi 80,42 (80,42%) dengan tingkat kemampuan tinggi. Pada langkah memeriksa kembali meningkat dari 70,21 (70,21%) dengan tingkat kemampuan sedang menjadi 84,79 (84,79%) dengan tingkat kemampuan tinggi..

2. Berdasarkan analisis penelitian diperoleh bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi pecahan di kelas VII SMP Negeri 16 Medan.

5.2. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah:

1. Kepada guru, khususnya guru matematika, menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) ini dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, khususnya materi pecahan dan perlu juga di uji coba untuk materi lainnya.


(21)

99

2. Disarankan kepada guru untuk menggunakan metode pembelajaran diskusi karena dapat meningkatkan kemampuan sosial anak dalam berdiskusi dan bertanya, salah satu pertimbangan yang penting adalah pembentukan kelompok yang dapat membantu siswa dalam penyelesaian kemampuan pemecahan masalah dan membuat suatu media agar siswa tertarik untuk belajar.

3. Kepada siswa SMP Negeri 16 Medan disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, dapat mempergunakan seluruh perangkat pembelajaran sebagai acuan, dan siswa akan lebih efektif karena guru lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran.

4. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) pada materi pecahan dan materi yang lain dan dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.


(22)

121

DAFfAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesu/itan Be/ajar,

Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Ahmadi, Rike, (2009), Efektivitas Media Software Autograph Menggunakan Model Pembe/ajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada Pokok Pembe/ajaran Persamaan Garis Lurus Di Kelas VIII SMP N 1 Tanjung Pura Tahun Ajaran 2008-2009, Skripsi, FMIP A, Unimed, Medan

Ansari, B.I, (2009), Komunikasi Matematik. Banda Aceh: Yayasan PeNA. Arikunto, dkk, (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Arikunto, S, (2006), Prosedur Pene/itian, Penerbit Rineka Cipta,

Jakarta.

Arsyad, Azhar, (2005), Media Pembe/ajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Djamarah, S., (2006), Strategi Be/ajar Mengajar, Penerbit Rieneka Cipta, Jakarta. Ester, R, (2006), Pengaruh PEmbe/ajaran Kooperatif dengan TPS terhadap

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Siswa, Tesis, UPI, Bandung. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,

(2007), Buku Pedoman Penu/isan Skripsi Mahasiswa dan Standar (SOP) Kepembimbingan Skripsi Program Studi Pendidikan, FMIP A Unimed. Hamalik, Oemar, (2010), Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Hudojo, H, (1998), Metode Mengajar Matematika. Jakarta: Rineka Cipta Ishjoni, H., (2009), Pembe/ajaran Kooperatif, Penerbit Pustaka Pe1ajar, Jakarta .

.

Kunandar, ( 2010 ), Langkah Mudah Pene/itian Tindakan Kelas, Rajawali Pers, Jakarta.

Manurung, S.L, (2010), Peningkatan Kemampuan Pemahaman Siswa dan

Berpikir Kritis Siswa Me/alui Penerapan Model P Embalajaran Creative Probleme Solving (CPS) dengan Menggunakan Software Autograph,

Tesis, PPS UNIMED, Medan

Munir, (2008), Kurikulum Berbasis Tekno]ogi Informasi dan Komunikasi, Bandung: Alfabeta.


(23)

122

NCTM, (2000), Principles and Evaluation Standards for school Mathematics.

Reston, VA: NCTM

W., (2008), Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi, Kencana, Jakarta.

A.M., (2006), Interaksi dan Motivasi Be/ajar Be/ajar Mengajar,

Pers, Jakarta.

Be/ajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta:

atifllnnl Psychology. Theories and Practice Fourth Edition

and Bacon Publishers. Soegito, E., dan

Universitas

Kemampuan Dasar Mengajar, Penerbit

Sudjana, N., (2009),

Rosdakarya, Bandung.

Be/ajar Mengajar, Penerbit PT. Remaja

Trianto, (2009), Mendesain Model Landasan, dan Jmplementasinya Pendidilcan (KTSP), Kencana, Jakarta.

Salatiga Press, Salatiga. '""''""''# - Progresif Konsep,

Tingkat Satuan

Turmudi, (2008), Landasan Filsafat dan Teori PPIInhPfnll

Penerbit Leuser Cita Pustaka, Jakarta Usman, Uzer., (20 1 0), Menjadi Guru Profesional,

Rosdakarya, Bandung.

Zahari, Cut L, (2010), MeningkatkanKemampuan Komunikasi dan

Pemaha'!'an Matematika Siswa dengan Media Autograph pada Kelas XII IPA SMA Sswasta Iistiqlal Delitua Tahun Ajaran. 200912010,

Tesis, Program Pasca Sarjana, Unimed, Medan

http://www.republikbm.blogspot.com/2007/11/membangun-media-belajar-berbasis-ict.html (Accessed : September 2011)


(1)

Berdasarkan masalah diatas penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (TTW) Pada Materi Pecahan di Kelas VII SMP N 16 Medan.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan di atas diperoleh beberapa identifikasi masalah maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih tergolong rendah sehingga hasil belajar matematika siswa juga rendah.

2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang efektif dan kurang bervariasi.

3. Siswa kurang dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika secara lisan atau tulisan.

4. Pola pengajaran terlalu banyak di dominasi oleh guru

5. Adanya anggapan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional lebih efektif digunakan dari pembelajran lain.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan identifikasi masalah, agar penelitian ini lebih terarah maka perlu dibuat batasan terhadap masalah yang ingin dicari penyelesaiannya. Adapun batasan masalah yang dikaji dalam rencana penelitian ini dibatasi pada rendahnya hasil belajar pemecahan masalah matematika siswa pada materi pecahan dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW).

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan maka rumusan maslahnya adalah : ”Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi pecahan?”


(2)

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penelitian adalah : ”Untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi pecahan.”

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut:

1. Bagi siswa diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan memberikan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.

2. Bagi guru dapat menjadi gambaran tentang bagaimana menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write dalam kaitannya dengan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika. Dan guru dapat mengelola bagaimana cara mengajar matematika serta sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan menyetujui pembelajaran dengan menggunakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW).

4. Bagi peneliti sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan pembelajaran dengan menggunakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dalam menjalankan tugas sebagai pengajar kelak dan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang lebih baik.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :

1. Berdasarkan analisis data, diperoleh bahwa langkah-langkah pemecahan masalah matematika siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada langkah memahami masalah meningkat dari 80,21 (80,21%) dengan tingkat kemampuan tinggi menjadi 94,17 (94,17%) dengan tingkat kemampuan sangat tinggi. Pada langkah merencanakan pemecahan masalah meningkat dari 63,13 (63,13%) dengan tingkat kemampuan rendah menjadi 81,77 (81,77%) dengan tingkat kemampuan tinggi. Pada langkah menyelesaikan pemecahan masalah meningkat dari 61,56 (61,56%) dengan tingkat kemampuan rendah menjadi 80,42 (80,42%) dengan tingkat kemampuan tinggi. Pada langkah memeriksa kembali meningkat dari 70,21 (70,21%) dengan tingkat kemampuan sedang menjadi 84,79 (84,79%) dengan tingkat kemampuan tinggi..

2. Berdasarkan analisis penelitian diperoleh bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi pecahan di kelas VII SMP Negeri 16 Medan.

5.2. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah:

1. Kepada guru, khususnya guru matematika, menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) ini dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, khususnya materi pecahan dan perlu juga di uji coba untuk materi lainnya.


(4)

2. Disarankan kepada guru untuk menggunakan metode pembelajaran diskusi karena dapat meningkatkan kemampuan sosial anak dalam berdiskusi dan bertanya, salah satu pertimbangan yang penting adalah pembentukan kelompok yang dapat membantu siswa dalam penyelesaian kemampuan pemecahan masalah dan membuat suatu media agar siswa tertarik untuk belajar.

3. Kepada siswa SMP Negeri 16 Medan disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, dapat mempergunakan seluruh perangkat pembelajaran sebagai acuan, dan siswa akan lebih efektif karena guru lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran.

4. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) pada materi pecahan dan materi yang lain dan dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.


(5)

DAFfAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesu/itan Be/ajar,

Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Ahmadi, Rike, (2009), Efektivitas Media Software Autograph Menggunakan

Model Pembe/ajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada Pokok Pembe/ajaran Persamaan Garis Lurus Di Kelas VIII SMP N 1 Tanjung Pura Tahun Ajaran 2008-2009, Skripsi, FMIP A, Unimed, Medan

Ansari, B.I, (2009), Komunikasi Matematik. Banda Aceh: Yayasan PeNA.

Arikunto, dkk, (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Arikunto, S, (2006), Prosedur Pene/itian, Penerbit Rineka Cipta,

Jakarta.

Arsyad, Azhar, (2005), Media Pembe/ajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Djamarah, S., (2006), Strategi Be/ajar Mengajar, Penerbit Rieneka Cipta, Jakarta.

Ester, R, (2006), Pengaruh PEmbe/ajaran Kooperatif dengan TPS terhadap

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Siswa, Tesis, UPI, Bandung. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,

(2007), Buku Pedoman Penu/isan Skripsi Mahasiswa dan Standar (SOP)

Kepembimbingan Skripsi Program Studi Pendidikan, FMIP A Unimed.

Hamalik, Oemar, (2010), Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Hudojo, H, (1998), Metode Mengajar Matematika. Jakarta: Rineka Cipta

Ishjoni, H., (2009), Pembe/ajaran Kooperatif, Penerbit Pustaka Pe1ajar, Jakarta .

.

Kunandar, ( 2010 ), Langkah Mudah Pene/itian Tindakan Kelas, Rajawali Pers,

Jakarta.

Manurung, S.L, (2010), Peningkatan Kemampuan Pemahaman Siswa dan

Berpikir Kritis Siswa Me/alui Penerapan Model P Embalajaran Creative Probleme Solving (CPS) dengan Menggunakan Software Autograph,

Tesis, PPS UNIMED, Medan

Munir, (2008), Kurikulum Berbasis Tekno]ogi Informasi dan Komunikasi, Bandung: Alfabeta.


(6)

NCTM, (2000), Principles and Evaluation Standards for school Mathematics.

Reston, VA: NCTM

W., (2008), Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi, Kencana, Jakarta.

A.M., (2006), Interaksi dan Motivasi Be/ajar Be/ajar Mengajar,

Pers, Jakarta.

Be/ajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta:

atifllnnl Psychology. Theories and Practice Fourth Edition

and Bacon Publishers. Soegito, E., dan

Universitas

Kemampuan Dasar Mengajar, Penerbit

Sudjana, N., (2009),

Rosdakarya, Bandung.

Be/ajar Mengajar, Penerbit PT. Remaja

Trianto, (2009), Mendesain Model

Landasan, dan Jmplementasinya Pendidilcan (KTSP), Kencana, Jakarta.

Salatiga Press, Salatiga. '""''""''# - Progresif Konsep,

Tingkat Satuan

Turmudi, (2008), Landasan Filsafat dan Teori PPIInhPfnll

Penerbit Leuser Cita Pustaka, Jakarta

Usman, Uzer., (20 1 0), Menjadi Guru Profesional,

Rosdakarya, Bandung.

Zahari, Cut L, (2010), MeningkatkanKemampuan Komunikasi dan

Pemaha'!'an Matematika Siswa dengan Media Autograph pada Kelas XII IPA SMA Sswasta Iistiqlal Delitua Tahun Ajaran. 200912010,

Tesis, Program Pasca Sarjana, Unimed, Medan

http://www.republikbm.blogspot.com/2007/11/membangun-media-belajar-berbasis-ict.html (Accessed : September 2011)


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS CERPEN

3 21 111

“Pengaruh Pembelajaran Think-Talk-Write Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa”.

0 5 247

Meningkatkan hasil belajar IPA melalui pembelajaran kooperatif tipe think talk write (ttw) pada siswa kelas IV Mi Al Ishlahat Jatiuwung Kota Tangerang

0 10 0

Perbedaan hasil belajar ekonomi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran TTW (Think Talk Write) dan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) di SMA Nusa Putra Tangerang

1 6 154

Pengaruh strategi pembelajaran think-talk write (TTW) tehadap hasil belajar fisika siswa : kuasi eksperimen di SMA Negeri 3 Rangkasbitung

2 16 103

Pengaruh Strategi Think-Talk-Write (TTW) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa : studi ekperimen di MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan

0 5 225

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP SWASTA TAMAN HARAPAN MEDAN.

2 10 19

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE (TTW) PADA MATERI PROGRAM LINEAR DI KELAS X-AK 1 SMK-BM PAB 3 MEDAN ESTATE.

1 3 27

PENGEMBANGAN MODUL UNTUK MEMBELAJARKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PECAHAN MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) SMP.

0 2 34

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW (THINK TALK WRITE).

0 1 42