PENDAHULUAN Implementasi Metode Taḥfīẓul Quran abaq, Sabqi, Manzil Di Marhalah Mutawasithah Dan Tsanawiyah Putri Pondok Pesantren Imam Bukhari Tahun Pelajaran 2010-2014.

(1)

1

Al-Qur’an ialah kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril, diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir, membaca terhitung sebagai ibadah dan tidak akan ditolak kebenarannya.1

Menghafal al-Qur’an merupakan kebutuhan umat Islam sepanjang zaman. Sebuah masyarakat tanpa menghafal al-Qur’an akan sepi dari suasana Al-Qur’an yang semarak. Oleh karena itu, pada zaman Rasulullah mereka mendapatkan kedudukan khusus sampai ketika mereka sudah menjadi syuhada’. Dan umat Islam tidak akan meraih izzah-nya kecuali dengan kembali kepada al-Qur’an secara utuh.2

Kaum muslimin semakin jauh dari al-Qur’an, maka akibatnya Allah Swt akan mencabut kebesaran dan kejayaan dari tangan mereka, dan tidak ada jalan lain untuk meraih kembali kejayaan tersebut kecuali dengan kembali kepada al-Qur’an secara integral. Rasulullah Saw telah bersabda:

نيرخآ هب عضي و اماوقأ باتكلا اذه عفري ه ّنإ

(

ملسم هاور

)

Artinya“Sesungguhnya Allah Swt mengangkat derajat beberapa kaum dengan al-Qur’an dan merendahkan yang lain dengan al-Qur’an.” (HR. Muslim).

1Ahsin W. al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Alqur’an, (Jakarta : Bumi

Aksara, 2005), Cet. 3, hlm. 1.

2Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafizh, (Bandung: Syamil, 2004),


(2)

Allah Swt telah memuliakan Ahlul Qur’an baik pembaca, penghafal, maupun pengamalnya dengan keistimewaan yang banyak sekali di dunia dan akhirat. Rasulullah Saw memberikan spesifikasi khusus bagi pengemban al-Qur’an dalam sabdanya: “Ahlu Qur’an adalah Ahlullah (yang dekat kepada Allah Swt) dan orang-orang yang khusus (pilihan)-Nya.” (HR. An-Ẓasaa’i dan Ibnu Majah). Ahlul Qur’an adalah orang-orang yang dekat dengan Allah Swt, demikian agung kedudukan mereka karena mereka mempelajari seagung-agung dan setinggi-tingginya ilmu, serta semulia-mulianya kedudukan di dalam Islam.

Berkata Imam Nawawi: Hal pertama (yang harus diperhatikan seorang penuntut ilmu) adalah menghafal al-Qur’an, karena ia adalah ilmu yang terpenting, bahkan para ulama salaf tidak akan mengajarkan hadiṡ dan fiqh kecuali bagi siapa yang telah hafal al-Qur’an. Kalau sudah hafal al-Qur’an jangan sekali-kali menyibukkan diri dengan hadiṡ dan fiqh atau materi lainnya, karena menyebabkan hilangnya sebagian atau seluruh hafalan al-Qur’an.3

Ibnu Abbas meriwayatkan hadis secara marfu’, bahwasannya Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang tidak mempunyai hafalan al-Qur’an sedikitpun adalah seperti rumah kumuh yang akan runtuh.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits ini hasan shahih). Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang Rasulullah Saw gambarkan bagi orang yang mahir membaca al-Qur’an dalam sabdanya: “Orang yang membaca al-Qur’an sementara dia mahir, maka

3


(3)

dia bersama para malaikat yang baik (yang mulia lagi berbakti), sedangkan orang yang membaca al-Qur’an dan terbata-bata membacanya lagi sulit baginya maka dia mendapat dua pahala.” (HR. Bukhari Muslim)

Awal dari ilmu adalah menghafalkan kitabullah dan memahaminya, sedangkan al-Qur’an adalah pokok dari semua ilmu, siapa yang menghafalkannya sebelum usia baligh, kemudian meluangkan waktunya untuk mempelajari apa yang dapat membantu memahaminya yaitu bahasa arab, maka hal itu adalah penolong terbesar untuk mencapai tujuan dalam menghafal dan memahami al-Qur’an dan Sunnah nabi Muhammad Saw .4

Al-Qur’an memiliki kemampuan untuk menggerakkan dan menggetarkan hati manusia yang hidup dan merasakan takut terhadap apa yang akan dihadapinya di akhirat nanti, berupa kabar gembira dan ancaman yang dijanjikan Allah Swt dalam al-Qur’an. Karena itu, sudah seharusnya bagi orang yang beriman untuk membacanya berulang-ulang sampai hafal. Bagi mereka yang kontinyu mendapatkan nasihat dan peringatan dari ayat-ayat Allah Swt maka hidupnya akan lebih baik dan terarah.

Menghafal al-Qur’an dalam pandangan ulama pada zaman dahulu merupakan hal yang pokok. Untuk itulah mereka tidak pernah ragu memulai pendidikan mereka dimulai dengan menghafal al-Qur’an. Menghafal al -Qur’an menjadi ciri khas yang tampak di masyarakat ulama dan penuntut

4Yazid Bin Abdul Qadir Jawwas, Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga,


(4)

ilmu. Sebagian salaf bahkan menganggap aib jika penuntut ilmu tidak hafal al-Qur’an.5

Tradisi menghafal al-Qur’an sudah berjalan semenjak diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw kurang lebih 14 abad yang lampau. Pada masa tersebut para sahabat nabi berlomba-lomba dalam menghafalkan al-Qur’an. Setiap kali sebuah ayat turun, maka ayat tersebut dihafal dalam dada dan ditempatkannya dalam hati. Hal itu karena umumnya mereka buta huruf, sehingga dalam penulisan berita-berita, syair-syair, dan silsilah mereka dilakukan dengan catatan di hati mereka. Tercatat dalam sejarah para huffadz pada masa Nabi Muhammad Saw, antara lain: Ibn Mas’ud, Abu Bakar as-Siddiq, Zaid bin Tsabit, Ibn Abbas, Abdullah bin Umar dan sahabat-sahabat yang lain, kemudian para sahabat mengajarkannya kepada para tabi’in, dan demikianlah seterusnya. Al-Qur’an diajarkan secara turun temurun dalam keadaan asli tanpa terkurangi huruf-hurufnya, kalimat-kalimatnya, bahkan sampai teknis bacaannya.

Para ulama menyebutkan beberapa faedah menghafal al-Qur’an yang diantaranya adalah menajamkan ingatan dan mencemerlangkan pemikiran, karena itu para penghafal al-Qur’an lebih cepat mengerti dan teliti karena banyak latihan untuk mencocokkan ayat serta membandingkan dengan ayat lain. Para penghafal juga akan lebih fasih dalam berbicara, dan dapat mengeluarkan fonetik Arab dari landasannya secara Tabi’i (alami).6

5Ibid, hlm. 104

6Abdurrab Nawabuddin, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: Sinar Baru


(5)

Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi masa mendatang dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan. Pendidikan dalam maknanya yang luas senantiasa menstimulir dan menyertai perubahan-perubahan dan perkembangan manusia. Upaya pendidikan senantiasa menghantar dan membimbing perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan umat manusia.7

Pendidikan al-Qur’an dikalangan umat Islam di Indonesia pada dasarnya telah ada dan berkembang pesat sejalan dengan perkembangan syariat Islam baik di pondok pesantren, masjid-masjid, maupun rumah-rumah yang digunakan tempat menghafal al-Qur’an. Hanya saja, lembaga pendidikan Al-Qur’an tersebut masih sangat sederhana dan belum mempunyai program-program tertentu serta petunjuk-petunjuk praktis. Di samping itu, menghafal Al-Qur’an yang mereka terapkan biasanya bersifat alami tanpa metode khusus, sehingga ada yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat menghafal al-Qur’an.

Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memajukkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

7Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta:


(6)

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Mengacu tujuan pendidikan di atas, dalam implementasinya lembaga pendidikan harus meningkatkan mutu pendidikan yang berbasis agama. Hal ini merupakan sebuah tuntutan yang sangat mendesak seiring bergulirnya program pemerintah tentang pendidikan berkarakter dan tantangan era pasar bebas (MEA). Pondok pesantren dituntut untuk menjadi lembaga yang berkualitas, berkarakter, dan mandiri yang menyiapkan peserta didiknya tidak hanya mampu menguasai sains dan teknologi, namun tetap dengan identitas keislamannya.

Pondok pesantren di Indonesia merupakan lembaga tempat penyebaran agama sekaligus sebagai lembaga pendidikan Islam yang relatif tua yang mampu bertahan dan berkembang hingga saat ini. Pondok pesantren secara langsung berusaha meningkatkan kecerdasan rakyat dan kepribadian bangsa. Mereka biasanya menyelenggarakan pendidikan formal sekaligus pendidikan Islam terutama menghafal al-Qur’an, salah satu lembaga pendidikan tersebut adalah Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar.

Salah satu program yang menjadi unggulan di Pondok Pesantren Imam Bukhari adalah program hafalan al-Qur’an. Dengan didukung oleh tenaga pendidik yang berpengalaman. Santri lulusan Pondok Pesantren Imam Bukhari diharapkan dapat menyelesaikan hafalan 20 juz selama menimba ilmu di Marhalah Mutawasithah sampai Tsanawiyah, dengan rincian selama 3 tahun di Marhalah Mutawasithah (setingkat SMP) target hafalan 10 juz dan


(7)

Marhalah Tsanawiyah (setingkat SMA) target hafalan 10 juz. Akan tetapi, tidak jarang mereka dapat menyelesaikan hafalan 30 juz selama kurun waktu 6 tahun pendidikan di marhalah ini.

Pondok Pesantren Imam Bukhari memiliki kurang lebih 1500 santri putra dan putri, yang mana jumlah santri putri lebih banyak dibandingkan putra. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi Pondok Pesantren Imam Bukhari untuk mencetak para penghafal al-Qur’an dari para santri putri. Sebagai calon ibu yang akan mendidik dan membimbing anak-anaknya menjadi penerusnya pada masa yang akan datang. Keutamaannya adalah orang tua akan memperoleh pahala khusus, jika anaknya menjadi penghafal al-Qur’an. Rasulullah Saw bersabda: “Dari Buraidah Al-Aslami, Ia berkata bahwasannya ia mendengar Rasulullah Saw bersabda:

“Barang siapa yang membaca al-Qur’an dan mempelajarinya serta mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari. Kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: Mengapa kami dipakaikan jubah ini? dijawab: Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari al-Qur’an”. (HR. Al Hakim).

Penerapan metode “Sabaq, Sabqi, Manzil” sudah lama dilaksanakan di Pondok Pesantren Imam Bukhari, namun pada kenyataannya beberapa santri putri mengalami kesulitan dalam menghafal al-Qur’an. Hal ini terbukti dari beberapa santri belum mampu menyelesaikan target hafalan yang ditetapkan oleh pondok pesantren. Permasalahan ini dimungkinkan karena beberapa hal diantaranya perbedaan persepsi pengampu terkait dengan metode “Sabaq, Sabqi, Manzil”. Selain itu, terbatasnya waktu dan banyaknya jumlah santri di


(8)

setiap halaqāh8 al-Qur’an tidak sebanding dengan jumlah pengampu hafalan al-Qur’an yang membimbing hafalan dan memperbaiki bacaan santri, sehingga hal ini turut mempengaruhi perkembangan hafalan agar sesuai dengan target dan tujuan pembelajaran Ta f ul Qur’an di Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar.

Penerapan metode yang efektif dan efisien menjadi salah salah satu faktor keberhasilan santri dalam menghafal al-Qur’an. Dengan menggunakan metode Sabaq, Sabqi, Manzil” para santri termotivasi dan terpacu untuk berlomba-lomba menghafal al-Qur’an.

Metode ini adalah adaptasi dari metode hafalan al-Qur’an yang diterapkan di Pakistan. Sabaq adalah penambahan hafalan baru yang wajib disetorkan santri setiap harinya, Sabaq yang telah dihafalkan kemudian disetorkan kembali dalam bentuk gabungan dari beberapa Sabaq yang mana belum mencapai satu juz, hal ini kita sebut Sabqi. Sedangkan, Manzil adalah hafalan Sabqi yang telah mencapai satu juz kemudian disetorkan setiap harinya kepada pengampu halāqah nya masing-masing.

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih dalam metode pembelajaran Ta f ul Qur’an yang dilaksanakan di marhalah Mutawasithah dan Tsanawiyah putri Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar dengan mengangkat judul Tesis tentang

8

Secara bahasa halaqoh artinya lingkaran, sedangkan secara istilah berarti pengajian dimana orang yang ikut dalam pengajian itu duduk melingkar, jumlah kelompoknya biasanya berkisar antara 5-10 orang dan dipimpin oleh seorang narasumber.


(9)

“Implementasi Metode Ta f ul Qur’an “Sabaq, Sabqi, Manzil” di Marhalah9 Mutawasithah dan Tsanawiyah Putri Pondok Pesantren Imam Bukhari 2010-2014”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi program Ta f ul Qur’an “Sabaq, Sabqi, Manzil” di marhalah Mutawasithah dan Tsanawiyah putri Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar?

2. Bagaimana implikasi metode pembelajaran Ta f ul Qur’an “Sabaq, Sabqi, Manzil” di marhalah Mutawasithah dan Tsanawiyah putri Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian Tesis ini adalah:

1. Merumuskan implementasi dalam pelaksanaan Ta f ul Qur’an “Sabaq, Sabqi, Manzil” di marhalah Mutawasithah dan Tsanawiyah putri Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar.

9Marhalah berasal dari kata

ra a la dalam bahasa arab, artinya derajat, phase, tingkatan. Bagi yang pernah mengenyam pendidikan pesantren pada umumnya hal ini bukanlah hal yang asing.


(10)

2. Mengeksplorasi hasil metode pembelajaran Ta f ul Qur’an “Sabaq, Sabqi, Manzil” di marhalah Mutawasithah dan Tsanawiyah putri Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar.

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan Islam.

2. Secara Praktis

a. Bagi penulis dapat menambah wawasan pengalaman tentang pendidikan Islam.

b. Bagi Pondok Pesantren Imam Bukhari dapat memberi masukan dan motivasi dalam upaya mengembangkan strategi belajar mengajar sehingga tercipta proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

c. Bagi peneliti berikutnya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut serta sebagai referensi terhadap penelitian sejenis.

D. Telaah Pustaka

Penelitian-penelitian yang sejenis telah dilakukan, akan tetapi dalam hal tertentu menunjukan perbedaan. Berikut ini adalah penelitian sebelumnya yang dapat penulis dokumentasikan sebagai kajian pustaka:

1. Margiono Suyitno dalam penelitian Tesis yang berjudul Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Menghafal al-Qur’an Siswa Kelas 1 Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIP) Al-Madinah Cepogo Boyolali menyimpulkan


(11)

bahwa pelaksanaan manajemen pembelajaran menghafal al-Qur’an siswa kelas 1 SDIP Al-Madinah Cepogo Boyolali sangat bagus, yaitu meliputi: (1) Pelaksanaan manajemen pembelajaran menghafal al-Qur’an siswa kelas 1 SDIP Al-Madinah Cepogo meliputi: manajemen siswa, manajemen guru, manajemen metode, manajemen kurikulum, manajemen waktu, dan manajemen orangtua. (2) Hambatan yang terjadi pada pelaksanaan manajemen pembelajaran menghafal al-Qur’an siswa kelas 1 SDIP Al-Madinah Cepogo antara lain: kemampuan siswa yang berbeda-beda, sering terlambat, tidak konsentrasi, tidak muraja’ah, sering lupa ayat mutasyabihat dan kurangnya guru pengajar. (3) Solusi dari hambatan tersebut adalah pengaturan siswa, memperbanyak mengulang, kreativitas dan profesionalisme guru, perhatian pada ayat-ayat serupa dan efektifitas buku muraja’ah.10

2. Ekom dalam penelitiannya yang berjudul Implementasi Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Ta f ulQur’an Abu Bakar As-Shidiq menyimpulkan bahwa penerapan metode yang digunakan adalah metode pemahaman makna, pengulangan, talaqi dan takrir. Prosesnya adalah para santri menghafal al-Qur’an dengan metode pemahaman makna atau pengulangan lalu memperdengarkannya kepada seorang pembimbing ta f . Penerapan metode ini sudah baik dan lancar. Faktor pendukung dalam menghafal yaitu sering mendengar bacaan al-Qur’an, tekun dan rajin, manajemen waktu, izin orangtua, memiliki perhatian terhadap hafalan, tempat

10

Margiono Suyitno, Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Menghafal Al-Qur’an Siswa Kelas 1 Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIP) Al-Madinah Cepogo Boyolali, (Surakarta: Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2012)


(12)

kondusif, dan istiqomah. Adapun faktor penghambatnya yaitu tidak mampu membaca al-Qur’an dengan baik, lanjut usia, ayat serupa.11

3. Maksur dalam penelitiannya berjudul Problematika Pembelajaran Ta f ul Qur'an pada Siswa Kelas II Mts Al Irsyad Tengaran Semar ang Tahun 2007/2008. Menyimpulkan bahwa beberapa problematika dalam pembelajaran Ta f ul Qur'an diantaranya problem dari pihak siswa, guru, metode, materi, waktu dan media pembelajaran (sarana). Di akhir penelitian, penulis memberikan beberapa solusi terhadap problematika yang ada sehingga dapat ditindak lanjuti oleh pengelola atau tenaga pengajar yang bersangkutan.12

4. Wiyarto dalam penelitiannya berjudul Motivasi Menghafal Al Qur’an Pada Mahasantri Pondok Pesantren Ta f ul Qur’an Di Surakarta menyimpulkan bahwa motivasi para mahasantri dibagi menjadi dua yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internalnya adalah ingin memperoleh banyak manfaat, sebagai dasar agama, meraih derajat kemuliaan, mewujudkan cita-cita, dan melaksanakan kewajiban. Sedangkan motivasi eksternalnya karena dorongan orang lain berupa saran orang tua. Kondisi yang dirasakan mahasantri dalam menghafal al-Qur’an

11

Ekom, Implementasi Metode Menghafal Al-Qur’andi Pondok Tahfizhul Qur’an Abu Bakar As-Shidiq, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2010)

12Maksur, Problematika Pembelajaran Tahfizhul Qur'an pada Siswa Kelas II Mts Al

Irsyad Tengaran Semarang Tahun 2007/2008, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008)


(13)

antara lain tenang, senang, nikmat, iman meningkat, optimis, semangat ketika mendapati kemudahan, dan jiwa lebih hidup.13

Berdasar pada penelitian yang sudah terpapar di atas, memang sudah ada penelitian-penelitian yang serupa dengan yang akan penulis teliti. Akan tetapi, dari lokasi dan studi kasus penelitiannya jelas berbeda. Penelitian ini lebih fokus terhadap efektifitas pencapaian target hafalan yang ditetapkan pondok pesantren dalam mengimplementasikan metode “Sabaq, Sabqi, Manzil” di marhalah Mutawasithah dan Tsanawiyah Putri dari tahun 2010-2014, Dalam kurun 5 tahun terakhir kita dapat menyimpulkan peningkatan dan penurunan yang terjadi ketika menerapkan metode ini. Dengan demikian, penelitian ini telah memenuhi unsur pembaharuan.

E. Kerangka Teoritik

Kerangka teori merupakan batasan-batasan tentang teori yang selanjutnya digunakan dalam penulisan penelitian. Berisikan relevansi uraian teoritis yang digunakan sebagai instrumen untuk menganalisis masalah yang dihadapi. Pembahasan kerangka teori penting sebagai alur dasar dalam menjawab permasalahan-permasalahan dalam penelitian.

1. Ta f ulQur’an

Langkah awal sebelum menghafal al-Qur’an adalah membetulkan bacaan al-Qur’an, hal ini dikarenakan al-Qur’an tidaklah sampai kepada kita melainkan dengan turun-temurun atau talaqi. Rasulullah Saw telah

13Wiyarto, Motivasi Menghafal Al Qur’an Pada Mahasantri Pondok Pesa

ntren


(14)

mencontohkan bagaimana beliau membetulkan bacaan al-Qur’an beliau kepada Malaikat Jibril setiap bulan Ramadhan, bahkan nabi membacakannya dua kali pada tahun diwafatkannya beliau. Padahal kita melihat nabi adalah orang Arab yang sangat fasih melafalkan bahasa Arab. Hal ini juga yang dilakukan nabi ketika mengajarkan al-Qur’an kepada para sahabatnya.

Ta f berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti memelihara, menjaga, menghafal. Kata ta f mempunyai dua arti. Pertama, ta f bisa berarti proses mengajarkan hafalan al-Qur’an. Kedua, ta f bisa diartikan mengulang-ulang bacaan al-Qur’an, sehingga bacaan tersebut bisa dihafal di luar kepala tanpa melihat mushaf. Sedangkan hafalan itu sendiri adalah sesuatu yang sudah masuk ingatan dan dapat diucapkan dengan tidak harus melihat surat yang dibacakan atau buku. Menghafal berarti aktivitas menghayati sesuatu dengan sengaja dan dikehendaki dengan sadar dan sungguh-sungguh.

Sarana yang paling penting ketika menghafal al-Qur’an adalah mengulang hafalan. Yaitu seorang penghafal al-Qur’an wajib mengulan g-ulang hafalannya setiap hari tanpa melihat mushaf. Artinya seseorang yang menghafal al-Qur’an, tetapi tidak pernah mengulang-ulang bacaan tersebut merupakan suatu hal yang mustahil. Waktu terbaik untuk mengulang hafalan Al-Qur’an adalah ketika shalat tahajjud (shalat malam), hal ini dikarenakan hati manusia yang tenang dari kesibukan dunia dan jiwanya dalam keadaan bersih.


(15)

2. Marhalah Mutawasithah dan Tsanawiyah

Marhalah Mutawasithah dan Tsanawiyah adalah istilah untuk sekolah agama tingkat menengah (SMP) dan tingkat atas (SMA). Dengan masa pendidikan masing-masing 3 tahun. Pada masa ini anak mengalami masa pubertas yang ditandai dengan pergeseran pemikiran dari konkrit menjadi abstrak dan mulai berpikir dewasa. Pada masa ini anak-anak jauh lebih mandiri dan banyak menghabiskan waktu di luar rumah baik di sekolah ataupun aktivitas bersama teman sebayanya.

Implikasinya penyelenggara pendidikan dituntut dapat menyesuaikan keberadaan peserta didik untuk bisa mengembangkan potensi yang dimilikinya, karena potensi akan berkembang ketika layanan pendidikan tepat sesuai dengan tahap perkembangan dan pertumbuhan peserta didik. Salah satunya adalah metode yang tepat dalam menghafal al-Qur’an.

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai, digunakan dan diterapkan untuk membantu mempermudah santri dalam proses pembelajaran ta f ulQur’an.

Penerapan metode bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat serta melakukan evaluasi. Hal ini merupakan langkah yang tepat untuk mencapai proses pembelajaran ta f ulQur’an yang baik.

Tujuan penulis dalam penulisan tesis ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan metode ta f ul Qur’an “sabaq, sabqi, manzil” yang diterapkan Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung atau penghambat dalam pelaksanaan


(16)

pembelajaran ta f ul Qur’an tersebut, kemudian dari data yang ada kita akan mengetahui hasil pembelajaran ta f ul Qur’an yang telah dilaksanakan. Dalam pembelajaran hafalan al-Qur’an Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar menggunakan metode pembelajaran “sabaq, sabqi, manzil” yang merupakan metode hafalan yang diterapkan dalam sistem pembelajaran hafalan al-Qur’an yang ada di negara Pakistan, namun dalam penerapannya masih disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.14

2. Subjek penelitian dan sumber data a. Subjek penelitian

Subyek penelitian adalah tempat memperoleh informasi yang dapat diperoleh dari seseorang maupun sesuatu yang mengenainya agar diperoleh keterangan.15 Adapun yang dijadikan subyek (informan) dalam penelitian ini adalah:

1) Pengasuh Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar 2) Koordinator hafalan al-Qur’an Mutawasithah dan Tsanawiyah 3) Ustadzah pengampu hafalan al-Qur’an

14Moleong Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

2000), hlm.3

15


(17)

4) Santri putri marhalah Mutawasithah dan Tsanawiyah b. Sumber data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.16 Sumber data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti langsung dari objek berupa wawancara, observasi dan kuesioner (daftar pertanyaan). Sedangkan, data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objeknya tetapi melalui sumber lain baik lisan ataupun tertulis berupa dokumen dan catatan.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Observasi yaitu untuk mengkaji proses dan perilaku dengan menggunakan mata dan telinga sebagai jendela untuk merekam data.17 Pengamatan terhadap gejala-gejala subyek yang diteliti ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung dalam situasi yang sebenarnya atau situasi buatan.18 Sedangkan yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi secara langsung dan bersifat non partisipatif dalam situasi yang sebenarnya. Metode ini digunakan

16Suharsini Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Pr aktik.(Jakarta:

Rineka Cipta, 1992), hlm. 114

17Suwartono, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Andi, 2014), hlm. 41 18


(18)

dalam mengamati kegiatan-kegiatan di Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan terwawancara (yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.19 Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara bebas terpimpin, yaitu wawancara yang pelaksanaanya pewawancara membawa garis besar hal-hal yang akan ditanyakan.20

Metode wawancara dalam penelitian ini digunakan penulis untuk mengambil data tentang implementasi metode hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar bagi santri putri Mutawasithah dan Tsanawiyah dalam menyelesaikan target hafalan yang ditetapkan pondok. Wawancara juga dilakukan kepada pengampu hafalan, santri, dan pengurus pondok pesantren.

c. Metode dokumentasi

Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal yang variabelnya berupa catatan-catatan, transkip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.21 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang struktur organisasi, tenaga pendidikan,

19Ibid, hlm. 186 20Ibid, hlm. 27 21


(19)

jumlah santri halāqah al-Qur’an, dan data lain yang diperlukan dalam penelitian.

4. Analisis data

Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode penelitian, karena dengan analisa data dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Analisa data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan menamai populasinya serta menyingkatkan data sehingga mudah dibaca.22 Langkah utama dalam analisis data adalah pengumpulan data, perbaikan kerangka data sehingga lebih akurat, menyusun unsur-unsur data yang lemah secara empiris sehingga lebih bermakna.

Orientasi umum penelitian ini terletak pada aspek bagaimana implementasi metode hafalan “Sabaq, Sabqi, Manzil” di Pondok Pesantren Imam Bukhari dapat memotivasi santri putri menyelesaikan hafalan al-Qur’an, untuk itu metode yang digunakan untuk menganalisa data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan data-data yang telah dihimpun yang kemudian diseleksi, disusun secara sistematis, serta dianalisa dengan mengaitkan data satu dengan lainnya yang kemudian ditarik sebuah kesimpulan, dengan metode:

a. Deduktif, suatu paragraph yang kalimat utamanya terletak di awal paragaraf. Paragraf ini diawali dengan pernyataan yang bersifat umum

22


(20)

dan kemudian dilengkapi dengan penjelasan-penjelasan.23 Dalam penelitian ini penulis menganalisis data dengan metode deduktif yaitu memberikan penjelasan bersifat umum tentang bagaimana implementasi metode hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren Imam Bukhari, kemudian diikuti penjelasan-penjelasan hasil pencapaian metode tersebut.

b. Induktif, kalimat utama paragraph induktif terletak pada bagian akhir paragraph. Paragraph ini diawali dengan kalimat-kalimat penjelas yang berupa fakta, contoh-contoh, rincian khusus maupun bukti-bukti yang kemudian disimpulkan atau digeneralisasikan ke dalam satu kalimat pada akhir paragraph.24

Dalam penelitian ini penulis memberikan analisis dengan menggunakan metode induktif yaitu diawal paragraf dipaparkan dan penjelasan berupa contoh-contoh atau bentuk penerapan metode hafalan Al-Qur’an di Pondok Pesantren Imam Bukhari kemudian disimpulkan di bagian akhir kalimat.

G. Sistematika Penulisan

Umumnya sebuah Tesis akan lebih sistematis jika disusun dengan sistematika yang sesuai dengan kaidah yang baik, maka dalam Tesis ini penulis mencantumkan garis besar sistematika penulisan sebagai berikut:

23Hadi Sutrisno, Metode Research. (Yogyakarta : Andi Offest, 2000), hlm36 24


(21)

BAB I PENDAHULUAN

Pembahasan dalam bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan tentang pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian yaitu: a) Tinjauan tentang metode pengajaran meliputi pengertian metode pengajaran, pentingnya memilih metode b) Ta f ul Qur’an meliputi: Pengertian ta f , keutamaan menghafal al-Qur’an, hukum menghafal al-Qur’an, pengajar ta f , penghafal al-Qur’an c) Membuat metode ta f yang efektif dan efisien, metode ta f , strategi, evaluasi, faktor pendukung dan penghambat.

BAB III IMPLEMENTASI METODE TA F UL QUR’AN “SABAQ, SABQI, MAẒZIL” DI MARHALAH MUTAWASITHAH DAN TSANAWIYAH PUTRI PONDOK PESANTREN IMAM BUKHARI TAHUN 2010–2014

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar dan metode hafalan al-Qur’an yang diterapkan meliputi: a) Gambaran umum berisi sejarah berdirinya, Letak geografis, visi dan misi, tujuan dan target Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar, struktur organisasi Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar, profil santri dan pondok, sarana dan


(22)

prasarana, jumlah santri dan asatidzah, program pendidikan, kurikulum, kegiatan-kegiatan santri. b) Implementasi metode hafalan “sabaq, sabqi, manzil di Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar meliputi: tujuan, struktur organisasi program ta f , metode, program ta f di marhalah Mutawasithah, program ta f di marhalah Tsanawiyah, faktor pendukung dan penghambat, dan usaha untuk mengatasi hambatan tersebut.

BAB IV ANALISA DATA

Bab ini merupakan inti dari penulisan ini, analisa berupa data yang sudah dideskripsikan pada bab-bab sebelumnya untuk menjawab pokok permasalahan pada penelitian. Yaitu analisa mengenai implementasi metode Ta f ul Qur’an “Sabaq, Sabqi, Manzil” di Marhalah Mutawasithah dan Tsanawiyah Putri Pondok Pesantren Imam Bukhari 2010-2014.

BAB V PENUTUP


(1)

4) Santri putri marhalah Mutawasithah dan Tsanawiyah b. Sumber data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.16 Sumber data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti langsung dari objek berupa wawancara, observasi dan kuesioner (daftar pertanyaan). Sedangkan, data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objeknya tetapi melalui sumber lain baik lisan ataupun tertulis berupa dokumen dan catatan.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Observasi yaitu untuk mengkaji proses dan perilaku dengan menggunakan mata dan telinga sebagai jendela untuk merekam data.17 Pengamatan terhadap gejala-gejala subyek yang diteliti ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung dalam situasi yang sebenarnya atau situasi buatan.18 Sedangkan yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi secara langsung dan bersifat non partisipatif dalam situasi yang sebenarnya. Metode ini digunakan

16Suharsini Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Pr aktik.(Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 114

17Suwartono, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Andi, 2014), hlm. 41 18


(2)

dalam mengamati kegiatan-kegiatan di Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan terwawancara (yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.19 Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara bebas terpimpin, yaitu wawancara yang pelaksanaanya pewawancara membawa garis besar hal-hal yang akan ditanyakan.20

Metode wawancara dalam penelitian ini digunakan penulis untuk mengambil data tentang implementasi metode hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar bagi santri putri Mutawasithah dan Tsanawiyah dalam menyelesaikan target hafalan yang ditetapkan pondok. Wawancara juga dilakukan kepada pengampu hafalan, santri, dan pengurus pondok pesantren.

c. Metode dokumentasi

Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal yang variabelnya berupa catatan-catatan, transkip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.21 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang struktur organisasi, tenaga pendidikan,

19Ibid, hlm. 186 20Ibid, hlm. 27 21


(3)

jumlah santri halāqah al-Qur’an, dan data lain yang diperlukan dalam penelitian.

4. Analisis data

Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode penelitian, karena dengan analisa data dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Analisa data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan menamai populasinya serta menyingkatkan data sehingga mudah dibaca.22 Langkah utama dalam analisis data adalah pengumpulan data, perbaikan kerangka data sehingga lebih akurat, menyusun unsur-unsur data yang lemah secara empiris sehingga lebih bermakna.

Orientasi umum penelitian ini terletak pada aspek bagaimana implementasi metode hafalan “Sabaq, Sabqi, Manzil” di Pondok Pesantren Imam Bukhari dapat memotivasi santri putri menyelesaikan hafalan al-Qur’an, untuk itu metode yang digunakan untuk menganalisa data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan data-data yang telah dihimpun yang kemudian diseleksi, disusun secara sistematis, serta dianalisa dengan mengaitkan data satu dengan lainnya yang kemudian ditarik sebuah kesimpulan, dengan metode:

a. Deduktif, suatu paragraph yang kalimat utamanya terletak di awal paragaraf. Paragraf ini diawali dengan pernyataan yang bersifat umum

22


(4)

dan kemudian dilengkapi dengan penjelasan-penjelasan.23 Dalam penelitian ini penulis menganalisis data dengan metode deduktif yaitu memberikan penjelasan bersifat umum tentang bagaimana implementasi metode hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren Imam Bukhari, kemudian diikuti penjelasan-penjelasan hasil pencapaian metode tersebut.

b. Induktif, kalimat utama paragraph induktif terletak pada bagian akhir paragraph. Paragraph ini diawali dengan kalimat-kalimat penjelas yang berupa fakta, contoh-contoh, rincian khusus maupun bukti-bukti yang kemudian disimpulkan atau digeneralisasikan ke dalam satu kalimat pada akhir paragraph.24

Dalam penelitian ini penulis memberikan analisis dengan menggunakan metode induktif yaitu diawal paragraf dipaparkan dan penjelasan berupa contoh-contoh atau bentuk penerapan metode hafalan Al-Qur’an di Pondok Pesantren Imam Bukhari kemudian disimpulkan di bagian akhir kalimat.

G. Sistematika Penulisan

Umumnya sebuah Tesis akan lebih sistematis jika disusun dengan sistematika yang sesuai dengan kaidah yang baik, maka dalam Tesis ini penulis mencantumkan garis besar sistematika penulisan sebagai berikut:

23Hadi Sutrisno, Metode Research. (Yogyakarta : Andi Offest, 2000), hlm36 24


(5)

BAB I PENDAHULUAN

Pembahasan dalam bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan tentang pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian yaitu: a) Tinjauan tentang metode pengajaran meliputi pengertian metode pengajaran, pentingnya memilih metode b) Ta f ul Qur’an meliputi: Pengertian ta f , keutamaan menghafal al-Qur’an, hukum menghafal al-Qur’an, pengajar ta f , penghafal

al-Qur’an c) Membuat metode ta f yang efektif dan efisien, metode ta f , strategi, evaluasi, faktor pendukung dan penghambat.

BAB III IMPLEMENTASI METODE TA F UL QUR’AN “SABAQ,

SABQI, MAẒZIL” DI MARHALAH MUTAWASITHAH DAN

TSANAWIYAH PUTRI PONDOK PESANTREN IMAM BUKHARI TAHUN 2010–2014

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar dan metode hafalan al-Qur’an yang diterapkan meliputi: a) Gambaran umum berisi sejarah berdirinya, Letak geografis, visi dan misi, tujuan dan target Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar, struktur organisasi Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar, profil santri dan pondok, sarana dan


(6)

prasarana, jumlah santri dan asatidzah, program pendidikan, kurikulum, kegiatan-kegiatan santri. b) Implementasi metode hafalan

“sabaq, sabqi, manzil di Pondok Pesantren Imam Bukhari Karanganyar meliputi: tujuan, struktur organisasi program ta f , metode, program ta f di marhalah Mutawasithah, program ta f di marhalah Tsanawiyah, faktor pendukung dan penghambat, dan usaha untuk mengatasi hambatan tersebut.

BAB IV ANALISA DATA

Bab ini merupakan inti dari penulisan ini, analisa berupa data yang sudah dideskripsikan pada bab-bab sebelumnya untuk menjawab pokok permasalahan pada penelitian. Yaitu analisa mengenai implementasi metode Ta f ul Qur’an “Sabaq, Sabqi, Manzil” di Marhalah Mutawasithah dan Tsanawiyah Putri Pondok Pesantren Imam Bukhari 2010-2014.

BAB V PENUTUP


Dokumen yang terkait

NASKAH PUBLIKASI Implementasi Metode Taḥfīẓul Quran abaq, Sabqi, Manzil Di Marhalah Mutawasithah Dan Tsanawiyah Putri Pondok Pesantren Imam Bukhari Tahun Pelajaran 2010-2014.

0 7 19

IMPLEMENTASI METODE TAḤFĪẒUL QUR’AN “SABAQ, SABQI, Implementasi Metode Taḥfīẓul Quran abaq, Sabqi, Manzil Di Marhalah Mutawasithah Dan Tsanawiyah Putri Pondok Pesantren Imam Bukhari Tahun Pelajaran 2010-2014.

0 5 26

DAFTAR PUSTAKA Implementasi Metode Taḥfīẓul Quran abaq, Sabqi, Manzil Di Marhalah Mutawasithah Dan Tsanawiyah Putri Pondok Pesantren Imam Bukhari Tahun Pelajaran 2010-2014.

0 2 4

TEKNIK PEMBINAAN KEDISIPLINAN SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN PUTRI IMAM SYUHODO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Teknik Pembinaan Kedisiplinan Santriwati Di Pondok Pesantren Putri Imam Syuhodo Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 5 19

TEKNIK PEMBINAAN KEDISIPLINAN SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN PUTRI IMAM SYUHODO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Teknik Pembinaan Kedisiplinan Santriwati Di Pondok Pesantren Putri Imam Syuhodo Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 3 16

METODE PEMBELAJARAN TAḤFĪẒ AL-QURAN DALAM MENINGKATKAN HAFALAN SISWA KELAS VIII Metode Pembelajaran Taḥfīẓ Al-Quran Dalam Meningkatkan Hafalan Siswa Kelas VIII Di Pondok Pesantren Imam Bukhari Putri Selokaton, Gondangrejo, Karanganyar.

0 5 13

METODE PEMBELAJARAN TAḤFĪẒ AL-QURAN DALAM MENINGKATKAN HAFALAN SISWA KELAS VIII Metode Pembelajaran Taḥfīẓ Al-Quran Dalam Meningkatkan Hafalan Siswa Kelas VIII Di Pondok Pesantren Imam Bukhari Putri Selokaton, Gondangrejo, Karanganyar.

0 9 17

BAB 1 PENDAHULUAN Metode Pembelajaran Taḥfīẓ Al-Quran Dalam Meningkatkan Hafalan Siswa Kelas VIII Di Pondok Pesantren Imam Bukhari Putri Selokaton, Gondangrejo, Karanganyar.

0 3 5

PENERAPAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DI PONDOK PESANTREN IMAM BUKHARI PENERAPAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DI PONDOK PESANTREN IMAM BUKHARI KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 16

PENDAHULUAN PENERAPAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DI PONDOK PESANTREN IMAM BUKHARI KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 1 15