Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT

di

BADAN PELAYANAN KESEHATAN

RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

Disusun oleh :

Bintang Sulastri Aruan, S.Farm 073202113

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2009


(2)

Lembar Pengesahan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT

di

BADAN PELAYANAN KESEHATAN

RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan

Disusun oleh:

Bintang Sulastri Aruan, S.Farm 073202113

Medan, Februari 2009 Disetujui Oleh Pembimbing:

Drs. Saiful Bahri M.S, Apt. Drs. Juangga Tobing, Apt. Staf Pengajar Fakultas Farmasi Staf IFRS RSU Dr. Pirngadi USU Medan Kota Medan

Diketahui oleh:

Dra. Azwinar, Apt

Ka. Instalasi Farmasi RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP. 131 283 716


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia yang dilimpahkanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Latihan Kerja Profesi di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan dan dalam menyusun laporan ini.

Latihan kerja Profesi ini merupakan salah satu program pendidikan di tingkat Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan dalam menyelesaikan studinya. Selesainya latihan kerja profesi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan tarima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan arahan selama melakukan Latihan Kerja Profesi Apoteker di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi kota Medan lepada:

1. Bapak Dr. Sjahrial R. Anas, MHA. Sebagai Kepala BPK RSU Dr. Pirngadi kota Medan yang telah berkenan memberikan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan Latihan Kerja Profesi.

2. Ibu Dra. Azwinar, Apt. Sebagai Kepala Instalasi sekaligus pembimbing dari Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi kota Medan yang telah memberikan fasilitas, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama melakukan Latihan Kerja Profesi.

3. Bapak Drs. Syaiful Bahri MS, Apt. Sebagai pembimbing dari Fakultas Farmasi USU yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama melakukan Ltihan Kerja Profesi dan proses penyusunan laporan ini.

4. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. Sebagai Dekan Fakultas Farmasi USU Medan dan Bapak Drs. Wiryanto MS, Apt. Sebagai koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU Bintang Sulastri Aruan : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah


(4)

Medan yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan Latihan Kerja Profesi.

5. Bapak dan Ibu Apoteker, Staf, dan karyawan Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah memberikan petunjuk dan bantuan selama melaksanakan Latihan Kerja Profesi.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas budi baik Bapak dan Ibu. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat menjadi kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, Februari 2009


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL……… i

LEMBAR PENGESAHAN……… ii

KATA PENGANTAR……… iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT... 3

2.1 Defenisi Rumah Sakit... 3

2.2 Tugas Rumah Sakit... 3

2.3 Fungsi Rumah Sakit... 4

2.4 Klasifikasi Rumah Sakit... 6

2.5 Rekam Medik... 8

2.6 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)... 10

2.7 Sistem Formularium... 11

2.8 Instalasi farmasi Rumah Sakit... 11

2.8.1 Pelayanan Farmasi Minimal... 12

2.8.2 Pelayanan Farmasi Klinis... 17

2.9 Central Sterilization Supply Department (CSSD)... 19

BAB III TINJAUAN KHUSUS BPK RSU Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN………... 21

3.1 Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan………. 21

3.2 Struktur Organisasi………. 21

3.3 Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan ……….. 22

3.3.1 Sub Instalasi Perbekalan……….. 22

3.3.2 Sub Instalasi Distribusi……… 25

3.3.2.1 Pelayanan Farmasi Rawai Inap/ Rawat Jalan…… 27

3.3.2.2 Pelayanan Farmasi untuk Pasien Askes/ Jamkesmas Rawat Inap... 30

3.3.2.3 Pelayanan Farmasi untuk Pasien Askes/ Jamkesmas Rawat Jalan... 34

Bintang Sulastri Aruan : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah 3.3.2.4 Pelayanan Farmasi Instalasi Gawat Darurat... 34


(6)

3.3.2.5 Pelayanan Farmasi Central Operation Theatre

(COT)/ Instalasi Bedah Sentral (IBS)... 38

3.3.2.6 Distribusi Ruangan………...39

3.3.3 Sub Instalasi Farmasi Klinis... 40

3.3.4 Sub Instalasi Farmasi Administrasi... 44

3.4 Central Sterilization Supply Department (CSSD)... 49

3.5. Sistem Formularium BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan...50

BAB IV PEMBAHASAN………. 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 55

5.1 Kasimpulan………. 55


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

Proses pelayanan kesehatan melibatkan interaksi antara pasien dengan praktisi kesehatan meliputi dokter, perawat, apoteker dan tenaga kesehatan lainnya. Dalam hal ini apoteker merupakan praktisi kesehatan yang berkaitan dengan penerapan terapi dengan menyediakan produk obat yang perlu untuk pengobatan berdasarkan diagnosis dokter dan memastikan penggunaan obat yang tepat. Selain itu, apoteker juga memberikan informasi tentang obat kepada pasien dan melalukan pemantauan penggunaan obat (Siregar,2004).

Pelayanan farmasi rumah sakit dikelola oleh Instalasi Farmasi Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan yang merupakan sarana pelayanan kesehatan berkewajiban untuk mengadakan, menyiapkan, meracik, mendistribusikan obat yang aman dan rasional di rumah sakit, di bawah pimpinan seorang apoteker, yang bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

Mengingat pentingnya pelayanan farmasi rumah sakit, maka calon apoteker perlu memahami dan mengenal peranan apoteker di rumah sakit, khususnya pada Instalasi Farmasi. Hal ini penting sebagai bekal bagi lulusan Program Pendidikan Profesi Apoteker apabila bekerja di rumah sakit. Dengan pertimbangan ini, Fakultas Farmasi USU Medan bekerjasama dengan Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan mengadakan Latihan Kerja Profesi bagi calon apoteker.

Latihan Kerja Profesi ini meliputi:

1. Pemberian materi tentang Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan.


(8)

2. Melihat langsung aktivitas dan peranan apoteker secara umum di BPK RSU Dr. Pirngadi Medan, khususnya di bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

3. Diskusi dengan Kepala dan Staf di Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan.

4. Melakukan pemberian obat dan informasi terhadap pasien di pelayanan farmasi rawat inap dan rawat jalan.

Tujuan Latihan Kerja Profesi ini adalah agar para calon apoteker dapat melihat secara langsung pelaksanaan tugas dan fungsi apoteker di rumah sakit sehingga diharapkan kelak mampu mengelola Instalasi Farmasi rumah sakit dan meningkatkan peranan apoteker di rumah sakit pada masa yang akan datang.


(9)

BAB II

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

2.1. Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Siregar, 2004).

2.2. Tugas Rumah Sakit

Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan (Siregar, 2004).


(10)

2.3. Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pelayanan rujukan upaya kesehatan, administrasi umum dan keuangan.

Maksud dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan perawatan penderita sakit dan terluka. Sehubungan dengan fungsi dasar ini, rumah sakit melakukan pendidikan bagi mahasiswa, dan penelitian juga merupakan fungsi yang penting, dan fungsi yang keempat yaitu pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan juga telah menjadi fungsi rumah sakit. Jadi empat fungsi dasar rumah sakit adalah pelayanan penderita, pendidikan, penelitian dan kesehatan masyarakat.

Pelayanan Penderita

Pelayanan penderita yang langsung di rumah sakit terdiri atas pelayanan medis, pelayanan farmasi, dan pelayanan keperawatan. Pelayanan penderita melibatkan pemeriksaan dan diagnosa, pengobatan penyakit atau luka, pencegahan, rehabilitasi, perawatan dan pemulihan kesehatan.

Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan sebagai suatu fungsi rumah sakit terdiri atas 2 bentuk utama: 1. Pendidikan dan/atau pelatihan profesi kesehatan.

Yang mencakup dokter, apoteker, perawat, personel rekam medik, ahli gizi, teknisi sinar-x, laboran dan administrator rumah sakit.

2. Pendidikan dan/atau pelatihan penderita.

Merupakan fungsi rumah sakit yang sangat penting dalam suatu lingkup yang jarang disadari oleh masyarakat. Hal ini mencakup:


(11)

b. Pendidikan khusus dalam perawatan kesehatan, misalnya: mendidik penderita diabetes, atau penderita kelainan jantung untuk merawat penyakitnya.

c. Pendidikan tentang obat untuk meningkatkan kepatuhan, mencegah penyalahgunaan obat dan salah penggunaan obat, dan untuk meningkatkan hasil terapi yang optimal dengan penggunaan obat yang sesuai dan tepat.

Penelitian

Rumah sakit melakukan penelitian sebagai suatu fungsi dengan maksud utama, yaitu: 1. Memajukan pengetahuan medik tentang penyakit dan peningkatan/perbaikan

pelayanan rumah sakit.

2. Ditujukan pada tujuan dasar dari pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi penderita. Misalnya: pengembangan dan penyempurnaan prosedur pembedahan yang baru.

Kesehatan Masyarakat

Tujuan utama dari fungsi rumah sakit sebagai sarana kesehatan masyarakat adalah membantu komunitas dalam mengurangi timbulnya kesakitan dan meningkatkan kesehatan umum penduduk.

Apoteker rumah sakit mempunyai peluang memberi kontribusi pada fungsi ini dengan mengadakan brosur informasi kesehatan, pelayanan pada penderita rawat jalan dengan memberi konseling tentang penggunaan obat yang aman dan tindakan pencegahan keracunan.

Pelayanan Rujukan Upaya Kesehatan

Yaitu suatu upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah yang timbul kepada pihak yang mempunyai fasilitas lebih lengkap dan mempunyai kemampuan lebih tinggi (Siregar, 2004).


(12)

2.4. Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut: 1. Berdasarkan kepemilikan

2. Berdasarkan jenis pelayanan 3. Lama tinggal

4. Kapasitas tempat tidur 5. Afilasi pendidikan 6. Status akreditasi

Klasifikasi berdasarkan kepemilikan

Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas Rumah Sakit pemerintah; terdiri dari: Rumah Sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan, Rumah Sakit pemerintah daerah, Rumah Sakit militer, Rumah Sakit BUMN, dan Rumah Sakit swasta yang dikelola oleh masyarakat.

Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanan

Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri atas: Rumah Sakit Umum, memberi pelayanan kepada pasien dengan beragam jenis penyakit dan Rumah Sakit Khusus, memberi pelayanan pengobatan khusus untuk pasien dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah. Contoh: rumah sakit kanker, rumah sakit bersalin.

Klasifikasi berdasarkan lama tinggal

Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas rumah sakit perawatan jangka pendek yang merawat penderita kurang dari 30 hari dan rumah sakit perawatan jangka panjang yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih.


(13)

Rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan kapasitas tempat tidurnya sesuai pola berikut ; di bawah 50 tempat tidur, 50-99 tempat tidur, 100-199 tempat tidur, 200-299 tempat tidur, 300-399 tempat tidur, 400-499 tempat tidur, 500 tempat tidur atau lebih.

Klasifikasi berdasarkan afiliasi pendidikan

Rumah sakit berdasarkan afilasi pendidikan terdiri atas 2 jenis, yaitu: Rumah Sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi dan Rumah Sakit non pendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak memiliki hubungan kerjasama dengan universitas.

Klasifikasi berdasarkan status akreditasi

Berdasarkan status akreditasi terdiri atas rumah sakit yang telah diakreditasi dan rumah sakit yang belum diakreditasi. Rumah sakit telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan tertentu.

Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah

Rumah sakit Umum Pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi Rumah sakit kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan.

1. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas.


(14)

2. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik terbatas.

3. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

4. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

2.5. Rekam Medik

Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat dari kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik. Setiap rumah sakit dipersyaratkan mengadakan dan memelihara rekam medik yang memadai dari setiap pasien, baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.

Suatu rekam medik yang lengkap mencakup data identifikasi dan sosiologi, sejarah famili pribadi, sejarah kesakitan yang sekarang, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus, seperti konsultasi, data laboratorium klinis, pemeriksaan sinar X dan pemeriksaan lain, diagnosa kerja, penanganan medik atau bedah, patologi mikroskopik dan nyata, kondisi pada waktu pembebasan, tindak lanjut, dan temuan otopsi (Siregar, 2004).

Kegunaan rekam medik;

1. Digunakan sebagai dasar perencanaan dan keberlanjutan perawatan penderita. 2. Merupakan suatu sarana komunikasi antara dokter dan setiap profesional yang

berkontribusi pada perawatan penderita.

3. Melengkapi bukti dokumen terjadinya/penyebab penyakit penderita dan penanganan/pengobatan selama dirawat di rumah sakit.


(15)

4. Digunakan sebagai dasar untuk kaji ulang studi dan evaluasi perawatan yang diberikan kepada penderita.

5. Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit dan praktisi yang bertanggung jawab.

6. Menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan.

7. Sebagai dasar perhitungan biaya, dengan menggunakan rekam medik, bagian keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan seorang penderita (Siregar, 2004).

2.6. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

PFT adalah organisasi yang berada di bawah komite medik rumah sakit yang diketuai oleh dokter dan dibantu seorang sekretaris yaitu apoteker dari IFRS. Anggota PFT terdiri dari dokter yang mewakili Staf Medik Fungsional (SMF) dan apoteker sebagai sekretaris yang mewakili farmasi serta tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit.

PFT rumah sakit bertugas membantu direktur rumah sakit dalam menentukan kebijakan pengobatan dan penggunaan obat.

Fungsi dan ruang lingkup PFT adalah:

1. Menyusun formularium rumah sakit sebagai pedoman utama bagi para dokter dalam memberi terapi kepada pasien. Pemilihan obat untuk dimasukkan ke dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus meminimalkan duplikasi produk obat yang sama. PFT berdasarkan kesepakatan dapat menyetujui atau menolak produk obat atau dosis obat yang diusulkan oleh SMF.

2. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit


(16)

3. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan meneliti rekam medik kemudian dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.

4. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.

5. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan perawat.

6. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional (Siregar, 2004)

2.7. Sistem Formularium

Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik di suatu rumah sakit untuk mengevaluasi, menilai dan memilih produk obat dianggap paling berguna dalam perawatan penderita. Obat yang ditetapkan dalam formularium harus tersedia di IFRS (Siregar, 2004).

Sistem formularium merupakan sarana penting dalam memastikan mutu penggunaan obat dan pelegalisasian harganya. Sistem formularium menetapkan pengadaan, penulisan, dan pemberian suatu obat dengan nama dagang atau obat dengan nama generik apabila obat itu tersedia dalam dua nama tersebut.

Kegunaan sistem formularium di rumah sakit:

1. Membantu menyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat dalam rumah sakit.

2. Sebagai bahan edukasi bagi staf medik tentang terapi obat yang benar. 3. Memberi ratio manfaat yang tinggi dengan biaya yang minimal (Siregar,


(17)

2.8. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian di rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker sesuai dengan surat keputusan Menteri Kesehatan RI No. 547/MenKes/SK/VI/1994 dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian (Siregar, 2004).

Menuru keputusan menteri kesehatan RI No. 983/ MenKes/SK/XI/1992 tentang pedoman organisasi rumah sakit umum bab IV pasal 41, instalasi merupakan fasilitas penyelenggara palayanan penunjang medis, kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan dan pemeliharaan sarana rumah sakit. Instalasi Rumah Sakit meliputi instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, instalasi gawat darurat, bedah sentral, perawatan intensif, radiologi, farmasi, gizi, patologi dan pemeliharaan sarana rumah sakit.

A dapun tugas seorang apoteker di rumah sakit adalah melaksanakan kegiatan kefarmasian seperti mengawasi pembuatan, pengadaan, pendistribusian obat/ perbekalan farmasi serta berperan dalam program pendidikan dan penelitian, pembinaan kesehatan masyarakat melalui pemantauan keamanan, efektifitas, efisiensi biaya dan ketepatan penggunaan obat oleh pasien. Dengan demikian apoteker di rumah sakit dapat membantu tercapainya suatu pengobatan yang aman dan rasional yang berorientasi pada pasien dan bukan hanya berorientasi pada produk.

Pelayanan kefarmasian dibagi menjadi 2 bagian yaitu pelayanan farmasi minimal dan pelayanan farmasi klinis.

2.8.1. Pelayanan Farmasi Minimal

Dalam pelaksanaannya, pelayanan farmasi minimal dibagi atas:


(18)

a. Perbekalan

Perbekalan dilaksanakan oleh unit pelaksana Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang meliputi pengadaan dan penyimpanan perbekalan farmasi. Pengadaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi. Pengadaan bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan dan anggaran serta menghindari kekosongan obat.

Pedoman perencanaan berdasarkan:

1. Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) / formularium, standar terapi rumah sakit dan ketentuan setempat yang berlaku.

2. Data catatan medik. 3. Anggaran yang tersedia. 4. Penetapan prioritas. 5. Siklus penyakit. 6. Sisa stok.

7. Data pemakaian periode lalu. 8. Perencanaan pengembangan.

Pengadaan perbekalan farmasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan.

Pembelian perbekalan farmasi berpedoman pada:

1. Surat pesanan yang ditanda tangani oleh apoteker.

2. Barang harus berasal dari sumber dan jalur distribusi yang resmi. 3. Perjanjian pembayaran.


(19)

Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan kegiatan pengaturan sediaan farmasi di dalam ruang penyimpanan, dengan tujuan untuk:

1. Menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuaikan dengan sifat obat, misalnya dalam hal suhu, kelembaban.

2. Memudahkan dalam pencarian, misalnya disusun berdasarkan abjad.

3. Memudahkan pengawasan persediaan/stok dan barang kadaluarsa, yaitu disusun berdasarkan FIFO (First In First Out).

4. Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.

Pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit berdasarkan KePres No. 80 tahun 2003 yaitu:

1. Pelelangan

Nilai di atas Rp 100.000.000, rekanan yang memenuhi syarat lebih dari tiga, dilakukan sistem pascakualifikasi (seleksi perusahaan dilaksanakan bersamaan dengan seleksi penawaran).

2. Pemilihan langsung

Nilai Rp 50.000.000 – Rp 100.000.000 dengan rekanan lebih dari tiga, dilakukan sistem prakualifikasi (seleksi dilaksanakan sebelum pengajuan penawaran).

3. Penunjukan langsung

Nilai Rp 5.000.000 – Rp 50.000.000 dengan rekanan lebih dari satu. 4. Pengadaan langsung melalui order

Nilai kurang dari Rp 5.000.000, pembelian tidak harus kepada rekanan. 5. Sumbangan atau hibah


(20)

Perbekalan farmasi yang berasal dari sumbangan seringkali tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan jarang didukung dengan pedoman untuk siapa sja pedoman ini dapat digunakan.

b. Distribusi

Distribusi merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran obat-obatan dan alat kesehatan.

Distribusi obat rumah sakit dilakukan untuk melayani: 1. Pasien rawat jalan

Pasien/keluarga pasien langsung menerima obat dari Instalasi Farmasi sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter. Keadaan ini memungkinkan diadakannya konseling pada pasien/keluarga pasien.

2. Pasien rawat inap

Ada 3 sistem pendistribusian pada pasien rawat inap, yaitu: a.Resep perorangan (Individual Prescription)

Sistem ini memungkinkan semua resep dokter dapat dianalisis langsung oleh apoteker dan terjalin kerja sama antara dokter, apoteker, perawat dan pasien. Keuntungan sistem ini adalah:

1. Resep dapat dikaji lebih dahulu oleh apoteker 2. Ada interaksi antara apoteker, dokter dan perawat 3. Adanya legalisasian persediaan

Kelemahan sistem ini adalah:

1. Bila obat berlebih maka pasien harus membayarnya 2. Obat dapat terlambat ke pasien


(21)

b. Floor stock

Pada sistem ini perbekalan farmasi diberikan kepada masing-masing unit perawatan sebagai persediaan. Sistem ini memungkinkan perbekalan farmasi tersedia bila diperlukan. Misalnya untuk persediaan obat-obat emergensi.

Keuntungan sistem ini adalah:

1. Obat yang dibutuhkan cepat tersedia.

2. Meniadakan obat yang return.

3. Pasien tidak harus membayar obat yang lebih. 4. Tidak perlu tenaga yang banyak.

Kelemahan sistem ini adalah:

1. Sering terjadi kesalahan, seperti kesalahan peracikan oleh perawat atau adanya kesalahan penulisan etiket.

2. Persediaan obat di ruangan harus banyak.

3. Kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar. c.Unit dose

Didefinisikan sebagai obat-obatan yang diminta, disiapkan, digunakan dan dibayar dalam unit dosis tunggal, yang berisi obat dalam jumlah yang telah ditetapkan untuk satu kali pemakaian. Sistem ini melibatkan kerjasama antara dokter, apoteker dan perawat.

Keuntungan sistem ini adalah:

1. Pasien hanya membayar obat yang dipakai.

2. Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak dipakai di ruangan perawat.

3. Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat. 4. Kerusakan dan kehilangan obat hampir tidak ada.


(22)

d. Kombinasi dari beberapa sistem pendistribusian di atas. Semua sistem diatas dapat dilakukan dengan cara:

1. Sentralisasi ; semua obat dari farmasi pusat

2. Desentralisasi : adanya pelayanan farmasi/depo farmasi Sistem distribusi obat harus menjamin:

1. Obat yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat 2. Dosis yang tepat dan jumlah yang tepat

3. Kemasan yang menjamin mutu obat

d. Administrasi

Administrasi yang teratur sangat dibutuhkan untuk menjamin terselenggaranya sistem pembukuan yang baik. Oleh karena itu tugas administrasi di Instalasi Farmasi dikoordinir oleh koordinator yang bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

2.8.2 Pelayanan Farmasi Klinis

Pelayanan farmasi klinis adalah praktek kefarmasian berorientasi kepada pasien lebih dari orientasi kepada produk, dengan penerapan pengetahuan dan keahlian farmasi dalam membantu memaksimalkan efek obat dan meminimalkan toksisitas bagi pasien secara individual.

Tujuan pelayanan farmasi klinis adalah meningkatkan keuntungan terapi obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan obat karena itu tujuan farmasi klinis adalah meningkatkan dan memastikan kerasionalan, kemanfaatan dan keamanan terapi obat.

Menurut SK MenKes No.436/MenKes/SK/VI/1993 pelayanan farmasi klinis meliputi:


(23)

1. Melakukan konseling

2. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) 3. Pencampuran obat suntik secara aseptik

4. Menganalisa efektivitas biaya secara farmakoekonomi 5. Penentuan kadar obat dalam darah

6. Penanganan obat sitostatika

7. Penyiapan Total Parenteral Nutrisi (TPN) 8. Pemantauan dan pengkajian penggunaan obat 9. Pendidikan dan penelitian (Aslam, 2002).

Tujuan pelayanan farmasi klinis di rumah sakit adalah :

1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit.

2. Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin kemanjuran, keamanan dan efisiensi penggunaan obat.

3. Meningkatkan kerja sama antara dokter, apoteker, perawat dan profesi kesehatan lainnya.

2.9 Central Sterilization Supply Department (CSSD)

Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril.

Berdirinya CSSD di rumah sakit dilatar belakangi oleh: 1. Besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial

2. Kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia di lingkungan rumah sakit.


(24)

3. Merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit, maka peran dan fungsi CSSD sangat penting.

CSSD merupakan pusat pelayanan kebutuhan steril untuk seluruh unit-unit rumah sakit yang membutuhkan. Dengan adanya CSSD di rumah sakit bertujuan:

1. Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah mengalami pensortiran, pencucian dan sterilisasi dengan sempurna.

2. Memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan rumah sakit. 3. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang

dihasilkan.

Adapun fungsi CSSD di rumah sakit adalah:

1. Menyediakan peralatan dan bahan steril untuk tindakan medis dan penunjang medis.

2. Tempat dilakukan proses desinfeksi, sterilisasi alat dan bahan habis pakai steril.

3. Mendistribusikan alat dan bahan habis pakai steril.

4. Mendokumentasikan semua kegiatan harian (jumlah instrument atau jumlah bahan habis pakai yang disterilkan).


(25)

BAB III

TINJAUAN KHUSUS BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

3.1 Rumah Sakit umum Dr. Pirngadi kota Medan

Badan Pelayanan Kesehatan (BPK) Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada tanggal 11 Agustus 1928 dan mulai beroperasi pada tahun 1930 dan sejak tanggal 27 Desember 2001 dikelola oleh Pemerintah Kota Medan dengan status Rumah Sakit Swadana dengan nama Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan.

BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan adalah rumah sakit kelas B Pendidikan yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialis dasar, spesialis luas dan beberapa subspesialis.

BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan terletak di Jl. Prof. H. M. Yamin, kelurahan Perintis kecamatan Medan Timur. Kepegawaian BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan meliputi tenaga medis, apoteker, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga non medis dan tenaga umum.

3.2. Struktur Organisasi

BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang Kepala Badan Pelayanan Kesehatan (Ka. BPK) yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 1 orang sekretaris dan 5 orang Kepala Bidang (Kabid) yaitu:

• Kepala Bidang Perencanaan dan Rekam Medik

• Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Penunjang Medis

• Kepala Bidang Keperawatan

• Kepala Bidang Pendidikan dan Penelitian

• Kepala Bidang Pemeliharaan


(26)

Selain itu ada juga Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari Staf Medik Fungsional dan Instalasi yang bertanggung jawab kepada Kepala BPK RSU Dr. Pirngadi Medan. Salah satu instalasi tersebut adalah Instalasi Farmasi yang bertugas mengatur dan menyelenggarakan semua kegiatan kefarmasian di rumah sakit.

3.3. Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan

Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan salah satu unit fungsional yang dipimpin oleh seorang apoteker dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan.

3.3.1. Sub Instalasi Perbekalan

Sub Instalasi Perbekalan Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang apoteker dan bertugas untuk membantu dan menunjang fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam hal perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan rumah sakit. Sub Instalasi Perbekalan dibagi 2 bagian, yaitu :

a. Unit Perencanaan dan Pengadaan

Unit Perencanaan dan Pengadaan mempunyai tugas yaitu:

1 Merencanakan seluruh kebutuhan rumah sakit akan perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang didasarkan atas data pemakaian periode yang lalu, sisa stok, siklus penyakit dan kemudian ditambahkan sebesar 10%.

2 Memesan dan menyediakan permintaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan rumah sakit.

Prinsip pengadaan perbekalan farmasi yaitu tersedianya seluruh kebutuhan perbekalan farmasi dengan jenis dan jumlah yang memadai. Proses pengadaan kebutuhan perbekalan farmasi dapat dijelaskan melalui tahap berikut:


(27)

1. Sub instalasi distribusi meminta barang ke gudang dengan menyerahkan formulir B2 (Formulir Daftar Permintaan dan Pengeluaran farmasi). Jika barang yang diminta hampir habis (dilihat dari kartu stok gudang dan daftar permohonan pembelian dari gudang) maka gudang membuat Permohonan Pembelian Barang dan menyerahkannya pada unit pengadaan.

2. Unit pengadaan memesan perbekalan farmasi dengan menggunakan surat pesanan/order pembelian kepada PBF setelah disetujui dan ditandatangani Kepala BPK Rumah Sakit. Untuk obat Askes, surat pesanan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi dan disetujui oleh Kepala BPK Rumah Sakit dan PT. Askes. Pemesanan obat-obat Askes sesuai dengan yang ada di DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) dan kepada PBF yang telah ditentukan.

3. Untuk pengadaan obat golongan narkotika (seperti codein, pethidin) dan psikotropika (seperti diazepam, luminal) dilakukan oleh unit pengadaan menggunakan form N-9 kepada Kimia Farma.

b. Unit Gudang

Unit gudang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi. Ada dua jenis gudang yaitu:

1. Gudang obat-obatan

Bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi misalnya sediaan parenteral, sediaan oral, sediaan topikal dan lain-lain.. Gudang obat-obatan terbagi dua yaitu gudang obat Askes dan gudang obat swakelola. Penyusunan obat-obatan dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan diurutkan berdasarkan abjad.


(28)

2. Gudang alat kesehatan habis pakai.

Bertugas menerima, menyimpan perbekalan farmasi dan alat-alat kesehatan habis pakai seperti plester, kapas, infus set, dan lain-lain. Bahan-bahan cairan seperti alkohol, formalin, H2O2 juga disimpan di gudang alat kesehatan habis pakai.

Pihak gudang mencatat dan meminta perbekalan farmasi yang persediaannya hampir habis ke pengadaan setiap 1 bulan sekali yang ditulis dalam lembar Permohonan Pembelian Barang Medis (Formulir P.1) rangkap dua. Akan tetapi pada keadaan tertentu, permintaan perbekalan Farmasi ke pengadaan dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam satu bulan. Setelah Permohonan Pembelian Barang Medis dikirim ke pengadaan, maka pengadaan membuat order pembelian. PBF mengantar barang yang diorder disertai faktur rangkap 7, yang ditujukan untuk:

- Satu lembar untuk gudang

- Satu lembar untuk pengadaan, faktur untuk pengadaan harus mendapat stempel dari gudang.

- Lima lembar untuk pembayaran.

Oleh petugas gudang, barang diperiksa kesesuaiannya dengan faktur dan surat pesanan meliputi: jenis, jumlah, tanggal kadaluwarsa, nomor batch, kondisi barang. Apabila telah sesuai maka barang yang diantar dicatat di buku barang masuk disertai potongan harganya, kemudian dicatat di kartu gudang. Harga di kartu gudang sudah disesuaikan dengan harga discount ditambah PPn 10%.

Keluar masuknya perbekalan farmasi dari gudang harus dicatat dalam Buku Besar Barang Masuk dan Barang Keluar kemudian dicatat dalam kartu gudang. Gudang mengeluarkan barang berdasarkan permintaan dari sub instalasi distribusi dengan menggunakan Formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi).


(29)

Penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi dan alat kesehatan berdasarkan prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Obat-obat narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus di gudang alat kesehatan. Obat-obat yang penyimpanannya pada suhu tertentu seperti serum, vaksin dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin.

Setiap akhir bulan petugas gudang membuat laporan sisa stok dan menghitung jumlah dan kondisi perbekalan farmasi dan alat kesehatan di gudang.

3.3.2. Sub Instalasi Distribusi

Sub Instalasi Distribusi di BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang apoteker. Distribusi obat dan alat kesehatan (perbekalan farmasi) merupakan fungsi utama pelayanan farmasi rumah sakit. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah menjamin pemberian obat yang benar dan tepat kepada pasien sesuai dengan dosis dan jumlah yang tertulis pada resep/kartu obat. Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dilakukan berdasarkan resep perorangan (Individual Prescription). Untuk pasien rawat inap umum dilakukan berdasarkan resep perorangan (Individual Prescription), sedangkan untuk pasien rawat inap ASKES dilakukan berdasarkan One Day Dose Dispensing (ODDD). Namun untuk memenuhi permintaan perbekalan farmasi pada sore dan malam hari (emergency) dilakukan sistem floor stock.

One Day Dose Dispensing (ODDD) merupakan sistem distribusi sesuai dengan jumlah yang ditetapkan untuk satu hari pemakaian. Sistem ini melibatkan apoteker dalam memonitor penyampaian seluruh perbekalan farmasi kepada pasien sehingga penggunaan obat yang rasional dan efektif dapat tercapai.

Secara umum sistem pemasukan dan pengeluaran perbekalan farmasi pada sub instalasi distribusi adalah sebagai berikut:


(30)

1. Sub instalasi distribusi meminta perbekalan farmasi ke gudang berdasarkan besarnya kebutuhan rumah sakit dan keadaan stok barang setiap minggu melalui formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi).

2. Sub instalasi distribusi menerima barang dari gudang dan menyalurkannya ke ruang rawat, ruang bedah, ruang rawat intensif, poliklinik, dan pasien ambulatori (Daftar Permintaan dan Penggunaan Farmasi, kartu obat, resep).

Sistem pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari sub instalasi distribusi dilakukan dengan cara cross check dengan pihak sub instalasi administrasi setiap bulan.

Untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan pendistribusian perbekalan farmasi dan pelayanan kepada pasien, maka distribusi perbekalan farmasi dilaksanakan melalui:

1Pelayanan Farmasi Rawat Inap/Rawat Jalan

2Pelayanan Farmasi untuk pasien Askes/Jamkesmas Rawat Inap 3Pelayanan Farmasi untuk pasien Jamkesmas Rawat Jalan 4Pelayanan Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)

5Pelayanan Farmasi Central Operation Theatre (COT) / Instalasi Bedah Sentral (IBS)

6Distribusi Ruangan

3.3.2.1. Pelayanan Farmasi Rawat Inap/Rawat Jalan

Pelayanan farmasi rawat jalan melayani pasien umum. Permintaan obat dengan menggunakan resep. Pasien umum ini berasal dari poliklinik seperti poliklinik THT, gigi, paru, mata, neurology, obgyn, dan lain-lain.


(31)

Prosedur pelayanan farmasi rawat jalan:

1. Pasien memberi resep kepada asisten apoteker.

2. Resep diberi harga dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien setuju maka obat segera disiapkan.

3. Obat diserahkan beserta kuitansi (rangkap dua) dimana lembar asli diberikan pada pasien dan lembar copy sebagai pertinggal di apotek.

4. Resep asli dan kuitansi disimpan pihak apotek untuk diserahkan ke bagian administrasi agar diperiksa kembali dan diarsipkan. Nomor resep sesuai dengan nomor kuitansi. Uang yang diterima akan diambil oleh juru pungut keesokan harinya.

Pelayanan farmasi rawat inap melayani pendistribusian obat untuk pasien umum, pasien kredit/perusahaan, pasien demam berdarah, dengan menggunakan kartu obat.Sistem pendistribusian obat untuk pasien umum dan kredit menggunakan sistem

individual prescription sedangkan pasien demam berdarah, menggunakan sistem one day dose dispensing.

a. Pasien Umum

1. Perawat membawa kartu obat ke pelayanan farmasi rawat inap

2. Obat yang terdapat di kartu obat disalin kembali pada blanko copy resep. Obat tersebut diberi harga, diinformasikan harganya kepada pasien, disiapkan obatnya, distempel, diberi etiket, dikemas lalu diserahkan ke bagian kasir agar dibuat kuitansi (rangkap dua).

3. Obat diserahkan kepada perawat atau obat yang dipesan diantar ke ruangan beserta kuitansi asli dan dilakukan penagihan biaya obat langsung kepada pasien atau keluarga pasien. Sedangkan lembar copy kuitansi beserta copy resep sebagai pertinggal di apotek. Kartu obat diserahkan kepada perawat kembali Bintang Sulastri Aruan : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah


(32)

b. Pasien Kredit

1. Perawat/Keluarga pasien membawa kartu obat dan surat keterangan dari perusahaan yang telah disetujui oleh bagian keuangan Rumah sakit yang menjamin pasien ke pelayanan farmasi rawat inap.

2. Obat yang terdapat di kartu obat disalin kembali pada blanko copy resep. Obat tersebut diberi harga, disiapkan obatnya, distempel, diberi etiket, dikemas lalu diserahkan ke bagian kasir agar dibuat kuitansi.

3. Obat diserahkan kepada perawat/keluarga pasien atau obat yang dipesan diantar ke ruangan beserta kuitansi. Kartu obat diserahkan kepada perawat/keluarga pasien.

4. Penagihan biaya obat dilakukan dengan mengarsipkan kuitansi, copy resep dan surat resmi dari perusahaan, untuk diberikan kepada bagian keuangan rumah sakit. Kemudian bagian keuangan rumah sakit akan melakukan pengklaiman ke perusahaan yang bersangkutan.

Pemakaian obat golongan narkotika untuk pasien rawat inap dicatat ke Formulir Pemakaian Golongan Obat Narkotika yang ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan. Karena kartu obat pasien dikembalikan ke ruangan maka ditulis formulir sementara sebagai bukti pertinggal di sub instalasi distribusi (untuk keperluan administrasi dan pelaporan narkotika). Dimana pada Formulir Pemakaian Golongan Obat Narkotika tertera nama pasien, alamat pasien, nomor rekam medik pasien, ruang rawat, nama dokter, jumlah dan jenis narkotika yang digunakan.


(33)

Obat dipesan dari gudang dengan menggunakan formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi) setiap minggu. Arus keluar masuk barang dicatat di Kartu stok obat, kemudian dicatat dalam kartu stok dan di crosscheck setiap bulan dengan sub instalasi administrasi.

3.3.2.2 Pelayanan Farmasi untuk Pasien Askes/Jamkesmas Rawat Inap

Yang menjadi peserta Askes yaitu semua PNS (Pegawai Negeri Sipil) beserta keluarga yang meliputi istri dan 2 orang anak. Untuk anak maksimum sampai umur 21 tahun, kecuali masih kuliah bisa sampai umur 25 tahun dengan adanya surat keterangan masih aktif kuliah sedangkan yang menjadi peserta Jamkesmas adalah setiap orang yang mempunyai kartu Jamkesmas masing-masing.

Pelayanan farmasi untuk pasien Askes rawat inap di Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan dimulai sejak 1 Mei 2004. Pelayanan Askes rawat inap melayani pasien di semua unit pelayanan dan ruang rawat termasuk IGD dan COT. Khusus untuk pasien Jamkesmas hanya ruang rawat kelas tiga. Pelayanan obat yang diberikan kepada pasien Askes sesuai dengan yang tercantum dalam DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) dan untuk pasien Jamkesmas sesuai dengan Formularium Obat di Rumah Sakit untuk Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin.

Pelayanan obat Askes rawat inap menggunakan sistem ODDD (One DayDose Dispensing), obat oral yang ditulis dalam resep maksimum untuk tiga hari dan pelayanan ke pasien diberikan untuk pemakaian setiap hari. Untuk obat injeksi, resep ditulis dan diberikan ke pasien per hari. Untuk resep alkes ditulis terpisah dari resep obat dan resep alkes langsung dilayani, namun resep obat harus disetujui oleh Tim legalisasi Askes terlebih dahulu. Setiap obat yang diberikan kepada pasien dicatat dalam formulir Catatan Pemberian Obat (CPO). Untuk mempercepat proses pelayanan obat pasien askes, maka dilakukan sistem floor stock di setiap ruangan rawat inap. Bintang Sulastri Aruan : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah


(34)

Pelayanan ini dilakukan untuk mempermudah dan meningkatkan pelayanan obat terhadap pasien askes dikarenakan obat yang diperlukan segera telah langsung berada di setiap ruangan setiap waktu sehingga pasien askes dapat langsung dilayani setiap waktu

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melayani resep Askes: 1. Kertas resep rangkap tiga

2. Periksa status pasien

3. Dalam satu lembar resep maksimum tiga R/

4. Ditandatangani oleh dokter dan kepala ruangan di sebelah kanan. 5. Ditandatangani oleh Tim legalisasi resep Askes

6. Ada jaminan rawatan.

7. Bila anak sudah berumur 21-25 tahun harus ada surat keterangan masih aktif kuliah.

8. Sesuai dengan DPHO. 9. Jumlah obat yang diberikan.

10.Obat-obat yang memerlukan protokol terapi

Untuk obat yang perlu protokol terapi dan atau obat-obat lain yang resepnya belum memenuhi syarat di atas tetap dapat dilayani, namun perawat pasien tersebut perlu membuat surat pernyataan pada formulir yang sudah disediakan.


(35)

Pengklaiman ke kantor PT. Askes Cabang Utama Medan pada akhir bulan berdasarkan jumlah pemakaian obat per pasien yang dapat dilihat pada CPO dengan melampirkan resep pasien, Catatan Pemberian Obat (CPO) pasien, Surat Jaminan Pelayanan (SJP) pasien

3.3.2.3 Pelayanan Farmasi untuk Pasien Jamkesmas Rawat Jalan

Pelayanan farmasi ini khusus melayani pasien Jamkesmas rawat jalan. Permintaan obat dengan menggunakan resep khusus. Pasien Jamkesmas berasal dari berbagai poliklinik. Yang berhak mendapatkan pelayanan Jamkesmas adalah setiap orang yang dapat menunjukkan kartu Jamkesmas.

Prosedur pelayanan farmasi pasien Jamkesmas:

1. Pasien memberikan resep khusus, kartu jamkesmas dan surat keabsahan peserta jamkesmas kepada asisten apoteker

2. Pasien mengambil nomor antrian resep

3. Apoteker memeriksa kelengkapan dan melegalisasi resep obat. 4. Obat disiapkan oleh asisten apoteker, dikemas dan diberi etiket.

5. Sebelum obat diberikan kepada pasien terlebih dahulu diperiksa kembali kesesuaian obat dengan resep

6. Obat diserahkan dengan meminta tanda tangan pasien.

3.3.2.4 Pelayanan Farmasi Instalasi Gawat Darurat ( IGD)

Pelayanan Farmasi IGD dipimpin oleh seorang apoteker. Pelayanan Farmasi IGD buka 24 jam, dilayani oleh petugas yang dibagi atas 3 shift, yaitu pagi, sore dan malam hari dan dilakukan serah terima barang dan uang setiap penggantian shift. Pengadaan barang dari unit gudang IFRS RSU Dr. Pirngadi Kota Medan dengan membawa Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi dan biasanya pengadaan dilakukan seminggu sekali.


(36)

Tugas dan fungsi dari Pelayanan Farmasi IGD :

1. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang masuk dari IGD yaitu: Pasien umum, Pasien Kredit, Pasien Askes, Pasien Jamkesmas, Pasien tanpa identitas dari ruangan rawat inap pada waktu diluar jam kerja dan pada hari libur khusus.

Prosedur pelayanan farmasi di IGD:

a. Pasien Umum

1. Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kartu obat.

2. Perawat IGD membawa kartu tersebut ke pelayanan farmasi IGD.

3. Petugas pelayanan farmasi IGD memberikan perbekalan farmasi yang diminta dan menagih pembayarannya kepada keluarga pasien.

Pembayaran langsung di Farmasi IGD, dibuat kuitansi, kuitansi asli diberikan kepada pasien dan satu rangkap lagi sebagai pertinggal di apotek. 4. Jika keluarga pasien tidak membawa uang, total biaya pemakaian

perbekalan farmasi dicatat pada Opname Brief (OB) dan Nomor OB dicatat oleh petugas farmasi. Kalau pasien mau pulang, pembayaran perbekalan farmasi tersebut dipungut di ruangan.

b. Pasien Askes

1. Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan pada resep sementara. 2. Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut.

3. Setelah pasien diberi perbekalan farmasi tersebut, dokter menulisnya di blanko resep Askes rangkap tiga dan ditandatangani oleh dokter, kepala ruangan dan oleh Tim legalisasi. Persyaratan yang harus dipenuhi yaitu membawa kartu Askes.


(37)

c. Pasien tanpa identitas (Mr/Ms.X)

Untuk pasien Mr/Ms.X dilakukan pelayanan seperti pada pasien Askes. Petugas IGD melaporkan kepada bagian pelayanan medis agar membuat surat keterangan bahwa pasien tersebut pasien Jamkesmas apabila tidak ada sanak saudaranya.

d. Pasien Kredit/ Perusahaan

Untuk pasien kredit/perusahaan dilakukan pelayanan seperti pada pasien umum. Penagihan biaya obat dilakukan bagian keuangan apotek dengan mengarsipkan kuitansi, copy resep dan surat resmi dari instansi, untuk diberikan kepada bagian keuangan rumah sakit. Oleh bendahara rumah sakit dilakukan pengklaiman ke perusahaan yang bersangkutan.

2. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang memerlukan tindakan bedah di KBE (Kamar Bedah Emergensi), yaitu tindakan bedah yang dilakukan 24 jam untuk yang tidak terjadwal.

Prosedur melayani perbekalan farmasi untuk pasien di KBE

a. Pasien Umum

1. Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan termasuk obat anastesi dan obat narkotika seperti petidin di kartu obat.

2. Petugas farmasi memberikan obat yang diminta tersebut.

3. Untuk obat golongan narkotika, petugas farmasi IGD mencatat ke buku formulir pemakaian narkotika yang dilengkapi nama dokter, nama pasien dan ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan untuk keperluan pelaporan narkotika setiap bulannya. Pembuatan laporan seluruh narkotika


(38)

yang digunakan di rumah sakit dilakukan oleh bagian administrasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit BPK RSU Dr. Pirngadi Medan.

4. Perbekalan farmasi yang dipakai untuk keperluan tindakan bedah ditagih oleh petugas apotek pada keluarga pasien. Pembayaran langsung di Apotek IGD, dibuat kuitansi, kuitansi asli diberikan kepada pasien dan satu rangkap lagi sebagai pertinggal di apotek.

5. Jika keluarga pasien tidak membawa uang, total biaya pemakaian perbekalan farmasi dicatat pada Opname Brief (OB) dan Nomor OB dicatat oleh petugas farmasi. Kalau pasien mau pulang, pembayaran perbekalan farmasi tersebut dipungut di ruangan.

b. Pasien Askes

1. Perbekalan farmasi yang diperlukan ditulis oleh dokter pada kartu obat. 2. Pada keesokan harinya, dokter menulisnya di blanko resep Askes rangkap

tiga dengan ditandatangani oleh dokter, kepala ruangan dan oleh Tim legalisasi.

Persyaratan yang harus dipenuhi yaitu membawa kartu Askes.

c. Pasien Kredit/Perusahaan

Untuk pasien kredit/perusahaan dilakukan pelayanan seperti pada pasien umum. Penagihan biaya obat dilakukan bagian keuangan apotek dengan mengarsipkan kuitansi, copy resep dan surat resmi dari instansi, untuk diberikan kepada bagian keuangan rumah sakit. Oleh bendahara rumah sakit dilakukan pengklaiman ke perusahaan yang bersangkutan.

3. Mengisi perbekalan farmasi pada lemari emergensi

Pelayanan farmasi IGD mendistribusikan permintaan perbekalan farmasi emergensi ke ruangan-ruangan pasien rawat inap dan kamar bedah emergensi dengan memakai


(39)

sistem distribusi floor stock yang disimpan di lemari khusus. Sistem pengelolaan obat di ruangan dilakukan oleh kepala ruangan yang bersangkutan.

3.3.2.5 Pelayanan Farmasi Central Operation Theatre (COT)/ Instalasi Bedah Sentral (IBS).

Pelayanan farmasi COT bertugas melayani bagian Central Operation Theatre

(COT). Pengelolaan obat-obat di COT atau pembedahan yang direncanakan adalah dibawah pengawasan pelayanan farmasi COT. Pasien umum yang mengambil obat membayar secara tunai yang kemudian akan disetor ke bagian keuangan sedangkan untuk pasien Askes pengobatan ditanggung oleh PT. Askes.

Perbekalan farmasi yang terdapat di Pelayanan Farmasi COT adalah obat-obatan sediaan injeksi terutama anastesi dan alat kesehatan habis pakai. Pengadaan obat-obat dan alat-alat kesehatan di Pelayanan Farmasi COT ini berasal dari gudang Instalasi Farmasi yang diminta sekali seminggu dengan menggunakan formulir Permintaan dan Pengeluaran Farmasi (B-2). Demikian juga dengan pengadaan obat-obat narkotika menggunakan Daftar Permintaan dan Pengeluaran Narkotika. Pemasukan dan pengeluaran barang dicatat dalam Buku Pemasukan dan Pengeluaran, lalu dimasukkan ke kartu stok dan di cross check dengan Sub Instalasi Administrasi setiap bulan.

Untuk kebutuhan obat anaestesi dan perlengkapannya di kamar bedah, petugas apotek COT mendistribusikan berdasarkan Formulir pemakaian obat-obatan dan Alat kesehatan untuk pasien operasi. Dosis pemakaian obat anastesi dimonitor oleh petugas COT dalam kamar bedah yang dicatat dalam Daftar Dosis Pemakaian Obat/Alat Anestesi sebagai bukti pengeluaran bagi pasien.

Pemakaian golongan obat narkotika di kamar bedah contohnya pethidin, dicatat dalam Formulir Pemakaian Pethidin di Kamar Bedah yang ditandatangani oleh dokter Bintang Sulastri Aruan : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah


(40)

yang bersangkutan. Formulir ini merupakan pertinggal di sub instalasi distribusi sebagai pengganti kartu obat.

3.3.2.6 Distribusi Ruangan

Distribusi ruangan melayani permintaan dari poliklinik, ruang perawatan, dan non perawatan misalnya nefrologi/hemodialisis. Obat-obat yang didistribusikan dari distribusi ruangan kepoliklinik dan ruang perawatan merupakan kebutuhan rutin seperti kapas, plaster, perban, alkohol 70%, Formalin 3,5% dan 40%, antiseptik berupa Povidon Iodida, First aid, dan sebagainya. Perbekalan farmasi yang dibutuhkan didistribusikan ke ruangan/poliklinik adalah berdasarkan formulir Daftar Permintaan dan Penggunaan Farmasi yang ditandatangani oleh kepala ruangan, dokter ruangan dan instalasi rawat jalan/ rawat inap. Permintaan ini dilakukan satu kali seminggu, kecuali ada kasus-kasus emergensi atau kejadian yang luar biasa.

Pengadaan barang berasal dari gudang Instalasi Farmasi, yang dipesan sekali seminggu dengan formulir Permintaan dan Pengeluaran Farmasi (B-2), dan pendistribusian ke ruang poliklinik atau ruang perawatan berdasarkan kebutuhan masing-masing ruang atau poliklinik perminggu.

3.3.3 Sub Instalasi Farmasi Klinis

Instalasi Farmasi RSU Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki Sub Instalasi Farmasi Klinis yang dipimpin oleh seorang Apoteker. Pelayanan bagian ini meliputi konseling di bagian pelayanan farmasi rawat inap dan rawat jalan, pemberian informasi obat kepada pasien rawat jalan dan Clinical Ward.

Pelayanan Farmasi Klinis di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan terbagi menjadi 4 unit fungsional, yaitu :


(41)

a. Unit konsultasi obat

Unit konsultasi ini telah mulai dijalankan di RSU Dr. Pirngadi walaupun belum terlaksana sepenuhnya seperti yang diharapkan. Kegiatan di unit konsultasi obat ini meliputi pemberian konseling kepada pasien terutama pasien rawat jalan karena pasien menggunakan obat tanpa pengawasan dari ahli medis. Konseling yang diberikan berupa penggunaan obat, efek samping, dan informasi lain yang mungkin dibutuhkan oleh pasien. Dengan adanya unit konsultasi obat ini diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan terapi.

b. Unit clinical ward

Fungsi dari pada unit ini telah terbukti dengan adanya peningkatan peranan apoteker dalam pemantau rasionalisasi penggunaan obat untuk rawat inap dan rawat jalan. Peranan ini telah dibuktikan dengan dibentuknya Tim Legalisasi resep, disamping itu apoteker juga bekerjasama dengan dokter dan perawat untuk secara bersama-sama melakukan evaluasi obat.

c. Pemberian Informasi Obat

Adapun bagian dari farmasi klinis yang telah berjalan adalah pemberian informasi obat kepada pasien rawat jalan. Pembertian informasi obat hanya dilakukan terhadap pasien yang mengambil obatnya di Pelayanan Farmasi Rawat Jalan/rawat inap. Dengan adanya pemberian informasi obat tentang indikasi obat, efek samping obat, kontra indikasi obat dan informasi tambahan lain tentang obat diharapkan pasien mengerti tentang cara penggunaan obat sehingga tujuan pengobatan yang optimal dapat tercapai, mewaspadai efek yang tidak diinginkan yang mungkin muncul atas pemakaian obat, mengerti manfaat dari obat yang telah diberikan. Contoh Pemberian Informasi Obat yang dilakukan pada instalasi rawat jalan :


(42)

BADAN PELAYANAN KESEHATAN RSU DR.PIRNGADI KOTA MEDAN INSTALASI RAWAT JALAN

KARTU OBAT PASIEN RAWAT JALAN (KHUSUS UNTUK DILAYANI DI INSTALASI FARMASI)

Poliklinik : THT No. : 200657

Nama dokter : Tanggal : 21 Agustus 2008

R/ tab Cefat mg 500 No. X

S 2 dd tab I

R/ tab Prednison mg 4 No. X

S 2 dd tab I

R/ tab lapifed No. X

S 3 dd ½

Tanda tangan dokter

Pasien : Dicky danu wijaya

Umur : 31 tahun

Alamat :

Pelayanan informasi: 1. Cefat

a. Komposisi : tiap tablet mengandung 500 mg cefadroksil b. Indikasi : sebagai antibiotik

c. Bentuk obat : tablet

d.Cara Pemakaian : 2 kali sehari 1 tablet e. Hal-hal yang perlu diinformasikan :

- Obat harus dihabiskan sesuai dengan petunjuk dokter walaupun kondisi telah membaik.

- Obat diberikan sesudah makan atau bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.

2. Prednison

a. Komposisi : tiap tablet mengandung 4 mg prednison b. Indikasi : untuk antiinflamasi golongan steroid


(43)

c. Bentuk obat : tablet

d. Cara pemakaian : 2 kali sehari 1 tablet e. Hal-hal yang perlu diinformasikan

- Obat harus diminum secara teratur sesuai dengan aturan pakainya. - Obat digunakan sesudah makan.

3. Lapifed

a. Komposisi : tiap tablet mengandung triprolidine HCL 2,5 mg ; pseudoefedrin HCL 60 mg

b. Indikasi : meringankan gejala peradangan saluran nafas atas c. Bentuk obat : tablet

d. Cara pemakaian : 3 kali sehari 1/2 tablet e. Hal-hal yang perlu diinformasikan:

- Obat diminum secara teratur, sesuai dengan aturan pakainya. - Dapat menyebabkan kantuk, hati-hati bila berkendaraan.

d. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Dilakukan terhadap obat-obatan yang dicurigai memiliki efek samping yang serius.

Setiap terjadi kasus akibat reaksi efek samping obat maka dilaporkan ke instalasi farmasi rumah sakit, selanjutnya hal ini akan dilaporkan ke panitia MESO nasional.

e. Pendidikan dan Penelitian (DikLit)

RSUD Dr. Pirngadi merupakan Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan. Fungsi ini ditunjukkan dengan adanya Kegiatan Pendidikan dan Penelitian yang dilakukan di RSU Dr. Pirngadi yang meliputi :

1. kegiatan pelatihan kerja lapangan bagi calon tenaga kesehatan, seperti dokter, Apoteker, perawat dan Kebidanan.


(44)

2. Evaluasi peralatan kesehatan baru yang masih dipromosikan oleh rekanan untuk digunakan di rumah sakit.

3.3.4 Sub Instalasi Farmasi Administrasi

Merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang bertugas melaksanakan kegiatan administrasi kefarmasian di Instalasi Farmasi.

Dalam melaksanakan tugasnya Sub Instalasi Administrasi dibagi 2 yaitu :

a. Umum, Kepegawaian dan Rumah Tangga

Tugasnya antara lain :

1. Mencatat surat-surat yang masuk ke Instalasi Farmasi dan mengarsipkannya dengan rapi. Pada buku agenda, surat-surat yang masuk dicatat: tanggal, asal surat, isi ringkas dan sebagainya.

2. Mencatat surat-surat yang keluar dari Instalasi Farmasi dan menyampaikannya ke alamat yang dituju dengan pertanggung-jawaban yang jelas dan mengarsipkan filenya.

3. Mengarsipkan data-data pegawai di Instalasi Farmasi.

4. Membuat dan mengatur jadwal dinas pagi, sore dan malam khususnya di Pelayanan Farmasi IGD.

5. Mengatur mutasi pegawai di IFRS bekerja sama dengan staf yang lain. 6. Mengarsip resep dan kuitansi penjualan resep.

7. Mengurus permintaan keperluan rumah tangga di Instalasi Farmasi misalnya meja, alat-alat tulis dan mengurus kerusakan alat-alat rumah tangga.

b. Akuntansi, Laporan dan Statistik

Tugasnya antara lain :

1. Mencatat semua data pengeluaran dan pemasukan obat/alat kesehatan dalam suatu pola administrasi yang sesuai dengan kebutuhan Instalasi Farmasi.


(45)

2. Melakukan pemeriksaan silang (cross check) dengan gudang dan sub instalasi distribusi setiap bulan dan menyesuaikannya dengan Kartu Administrasi Persediaan Farmasi.

3. Membuat laporan bulanan penjualan obat-obat yang terjual melalui resep setiap bulan.

4. Membuat laporan pengeluaran obat-obatan dan alat kesehatan yang dikeluarkan Instalasi Farmasi dalam bentuk laporan tahunan.

5. Menyesuaikan jumlah uang hasil penjualan dengan kuitansi penjualan resep yang akan disetor ke Bagaian Keuangan Rumah Sakit setiap hari.

Neraca rugi laba dibuat dengan mengumpulkan data dari semua bagian tiap akhir tahun. Berdasarkan data yang dikumpulkan tersebut dapat diketahui Persediaan akhir setiap bulan dan setiap tahun. Harga Pokok Penjualan (HPP) kemudian dapat dihitung dengan menambahkan persediaan awal tahun dengan pembelian barang selama setahun lalu dikurangi dengan persediaan akhir tahun. Semua dana yang keluar dan masuk direkapitulasi. Kemudian dihitung rugi labanya setiap tahun. Dari hasil tersebut dilakukan evaluasi.

Sub Instalasi Administrasi membuat, mengatur dan mengevaluasi perhitungan unit cost. Pada prinsipnya seluruh perbekalan farmasi yang didistribusikan harus dapat dikembalikan dananya, misalnya melalui prinsip unitcost.

Unit cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh IFRS untuk keperluan pemeriksaan, perawatan, dan tindakan medis bagi pasien, yang dalam penggunaannya tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti reagen, kapas, plester dan lain-lain. Penentuan besarnya biaya unit cost untuk pasien rawat jalan, operasi dan rawat inap dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(46)

a. Pasien rawat jalan/operasi

Unitcost = Jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan setiap bulan Jumlah pasien yang berkunjung setiap bulan

Keterangan: Data diambil minimal selama 3 bulan kemudian diambil rata-ratanya.

b. Pasien rawat inap

Unitcost = Jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan setiap bulan Jumlah hari rawatan setiap bulan

Biaya unitcost ini untuk pasien Askes dan Umum besarnya sama. Jumlah biaya

unit cost ini dicatat oleh petugas ruangan melalui opname brief, dihitung jumlahnya oleh petugas Intalasi Farmasi dan pembayarannya langsung diklaim oleh Instalasi Farmasi ke RSUPM.

Setiap bulan dibuat neraca Rugi/Laba untuk unit cost sehingga dapat dievaluasi secara berkala dan dapat segera disesuaikan jika terdapat perubahan yang signifikan. Contoh biaya yang termasuk unit cost serta tindakannya:

Perhitungan Besarnya Unit Cost untuk Instalai Farmasi pada pasien Askes dan Askes Kin untuk Partus Normal

Rincian Perbekalan Farmasi-nya adalah sebagai berikut:

No. Nama Perbekalan

Farmasi

Kemasan Harga Satuan

Pemakaian Harga Pemakaian

1. Lidocain Amp Rp. 863,- 2 amp Rp.

1.726,-2. Kapas 1 kg Rp. 31.460,- 1 ons Rp.

3.146,-3. Iodin Povidon / 60 cc Botol Rp. 3.500,- ¼ botol Rp. 875,-4. Chromic 2/0 Sachet Rp. 11.477,- 2 bh Rp. Jumlah Rp.


(47)

1. Contoh Alat kesehatan habis pakai (AHP) yang memakai unit cost untuk pasien ASKES rawat inap

Abbocath no.16,18,20,22,24 set Spuit 1,3,5,10,20,50,60 cc set Foley cath No.16,18,8/10 set Infus set dewasa/anak-anak set NGT No. 5,8 baik pendek/panjang set

NGT No. 14,16,18 set

Urine bag set

Wing nald No.23,25 set

Wing nald Int No.23 set

Suction Catheter set

2. Contoh unit cost perbekalan farmasi rawat inap Kapas (kg)

Plester 1,2,3 inchi (Rol) Talkum 250g (bks) Kj.jelly (tube) Alkohol 70%,96% (ltr) H2O2 3% (ltr) First Aid (ltr) Verband (Rol) Iodium 2% (ltr) Cydex 5ltr (gallon)

Jelly Aquasonic (Rol) Lidokain 2% (amp) Nald Hecting 6030/6036 (lsn) Scalpel blade No.11,15,20- 24 Nasal O2 (set) Lever tranzalf 250g (pot)

3. Contoh unit cost perbekalan farmasi operasi sedang pasien THT di COT Xylocain spray (fls) Plester (rol) Nald (bh)

Verband (rol) Kapas (g) Scapel (bh)

4. Contoh unit cost perbekalan farmasi operasi besar di COT


(48)

Ethrane (ml) Plester (rol) Suction Catheter (set) Kj.Jelly (tube) Nald Hecting (bh)

Kapas (Kg) Scapel (bh)

5. Unit cost untuk pengawetan satu jenazah

Formalin (ltr) Spuit (pcs)

Alkohol (mL) Kapas (Kg)

Selain unit cost tesebut diatas juga terdapat unit cost untuk tindakan alat canggih antara lain:

Jenis Tindakan Bahan Satuan

UPC 110 HD rol

USG

Jelly galon

UPS 21 L lembar

Gastroskopi

Xylocain cc Paper UPC 21 L lembar

Kolonoskopi

Xylocain cc

Paper EKG meter

EKG

Jelly cc

Spirometri Paper Spirometri rol

3.4 Central Sterilization Supply Department (CSSD)

Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nasokomial di rumah sakit. Untuk mengendalikan dan mengurangi terjadinya infeksi nasokomial ini maka dibentuklah suatu pusat sterilisasi.

CSSD dipimpin oleh seorang apoteker yang dibantu oleh tenaga lain yang terdiri dari asisten apoteker, perawat, administrasi dan teknisi. CSSD bertujuan untuk


(49)

melayani semua unit fungsional yang memerlukan bahan steril. Sistem pelayanan yang dilakukan dibagi atas 2 kelompok yaitu :

a. Sistem titipan

Menerima alat kesehatan yang belum steril dari ruangan untuk disterilkan di CSSD, kemudian menyerahkannya kembali dalam keadaaan steril kepada ruangan yang bersangkutan. Ruangan yang dilayani adalah poliklinik atau ruang perawatan yang membutuhkan. Sistem pelayanan ini memakai bon.

b. Sistem distribusi

Memproses penyediaan dan kebutuhan alat atau perlengkapan bedah dimulai dari pencucian, pengeringan, setting alat, sterilisasi, penyimpanan dan pendistribusiannya. Kamar bedah yang dilayani adalah COT, KBE (Kamar Bedah Emergensi), kamar bedah THT, kamar bedah mata dan kamar bedah kulit.

Kegiatan sterilisasi dibagi dalam 5 tahap yaitu : 1. Penerimaan barang yang akan disterilkan.

2. Proses pensterilisasian yang mencakup proses pencucian, pengeringan, pengemasan, modifikasi dan penempelan indikator.

3. Sterilisasi. 4. Penyimpanan. 5. Penyaluran.

Jenis barang yang akan disterilkan yaitu : - Metal, alat-alat bedah

- Linen/katun/dressing (pakaian)/masker/tutup kepala.


(50)

- Rubber (handschoen/gloves)

3.5. Sistem Formularium BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan

Formularium di Rumah Sakit disusun oleh PFT (Panitia Farmasi dan Terapi). Sistem formularium di rumah sakit berfungsi sebagai pedoman dan bahan edukasi bagi dokter, apoteker, dan perawat. Formularium rumah sakit memuat tentang informasi tentang kebijakan dan prosedur rumah sakit tentang obat, peraturan penulisan resep, penjelasan monografi obat yang masuk dalam formularium, bentuk sediaan, dosis, indeks nama generic, dan farmakologinya.

Formularium BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 1999 sudah direvisi pada tahun 2007. Formularium di rumah sakit harus disosialisasikan sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan seperti dokter, apoteker dan perawat dalam pelayanan medik di rumah sakit.


(51)

BAB IV PEMBAHASAN

Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah kota Medan yang memiliki wewenang untuk menggunakan penerimaan fungsionalnya secara langsung demi perkembangan rumah sakit.

BPK RSU Dr. Pirngadi Medan termasuk Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan dan sejak diubah statusnya menjadi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan pada tanggal 6 September 2002 pimpinannya adalah Kepala Badan Pelayanan Kesehatan yang dalam melaksanakan tugasnya tidak lagi dibantu oleh Wakil Direktur melainkan oleh 5 Kepala Bidang dan 1 orang Sekretaris.

Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan memiliki 4 Sub Instalasi yaitu: Perbekalan, Distribusi, Administrasi dan Farmasi Klinis. Setiap Sub Instalasi mempunyai tugas dan fungsi masing-masing yang saling berkaitan satu sama lainnya. Pada dasarnya setiap Sub Instalasi telah berusaha untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

BPK RSU Dr. Pirngadi Medan telah memiliki Formularium Rumah Sakit (FRS) yang digunakan sebagai standar penulisan resep oleh dokter. Formularium Rumah Sakit ini disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dibawah Komite Medis yang terdiri dari dokter dari Staf Medis Fungsional (SMF) dan Apoteker sebagai sekretaris dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit.. Formularium Rumah Sakit yang digunakan di RSU Dr. Pirngadi Medan adalah Formularium Rumah Sakit tahun 2007.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit seharusnya merupakan satu-satunya unit di rumah sakit yang menyediakan dan mendistribusikan perbekalan farmasi serta Bintang Sulastri Aruan : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah


(52)

menyajikan informasi obat pada pasien rawat jalan dan rawat inap. Sistem pelayanan farmasi seperti ini dikenal dengan sistem satu pintu. Pada kenyataannya di BPK RSU Dr. Pirngadi Medan belum sepenuhnya melaksanakan sistem pelayanan farmasi satu pintu. Hal ini dapat dilihat dengan adanya apotek Kimia Farma di luar Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Pelayanan Askes rawat inap untuk peserta Askes menggunakan sistem pelayanan ODDD (One Day Dose Dispensing). Pada pasien umum rawat inap, sistem pelayanan ODDD belum dapat berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan pasien harus setiap hari membayar karena belum adanya penagihan secara sentral.

Pembagian Pelayanan Askes BPK RSU Dr. Pirngadi Medan dibagi atas beberapa depo untuk mengefisiensikan pelayanan. Depo Farmasi lantai 3, 5 dan 7 melayani resep Askes dan Jamkesmas rawat inap. Pada pelayanan resep Askes, ada kalanya dokter meresepkan obat-obatan yang terdapat di luar DPHO. Bila hal ini tak terhindarkan maka pasien Askes harus membayar harga obat tersebut setelah pasien diinformasikan bahwa obat yang diresepkan diluar DPHO.

Farmasi Klinis di BPK RSU Dr. Pirngadi Medan telah dilaksanakan terbatas pada konseling, pemberian informasi obat, monitoring efek samping obat, pemantauan dan pengkajian penggunaan obat dan analisis efektifitas biaya. Namun pelaksanaan Farmasi Klinis lainnya seperti pencampuran obat suntik secara aseptis, penentuan kadar obat dalam darah, penanganan obat sitostatika, penyiapan total parenteral nutrisi belum terlaksana.

Pengelolaan administrasi di Istalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan telah dilaksanakan dengan baik sebagai pengelola pembukuan dan pelaksana fungsi kontrol obat-obatan melalui sistem cross-check pada setiap sub Instalasi Farmasi.


(53)

Dari neraca Rugi/Laba yang dibuat setiap tahun dapat dilakukan evaluasi untuk mengetahui instalasi farmasi mengalami Rugi/Laba. Jika dari neraca Rugi/Laba tersebut diketahui instalasi farmasi telah mendapat keuntungan maka sistem operasional yang dijalankan dalam periode ini dipertahankan untuk periode selanjutnya. Tetapi jika mengalami kerugian maka dilakukan evaluasi pada bagian mana yang mengalami kerugian dan dilakukan pembenahan di bagian tersebut.

Instalasi CSSD telah melakukan sterilisasi alat-alat untuk operasi yang disesuaikan dengan tindakan operasi yang dilakukan.


(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Badan pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi kota Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah kota Medan yang telah swadana .

2. Badan pelayanan kesehatan RSU Dr. Pirngadi kota Medan memiliki Formularium Rumah Sakit yang merupakan pedoman bagi dokter dalam menulis resep sehingga penggunaan obat di rumah sakit mudah dipantau akan tetapi pada kenyataannya, formularium ini belum sepenuhnya dilaksanakan

3. Pelayanan farmasi yang telah dilakukan oleh Instalasi Farmasi Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi kota Medan adalah pelayanan farmasi minimal, dan pelayanan farmasi klinis. Tetapi pelaksanaan farmasi klinisnya masih belum terlaksana seluruhnya.

4. Pelayanan obat dengan sistem ODDD sudah dilaksanakan pada pasien askes/jamkesmas rawat inap, sedangkan pada pasien umum belum dilaksanakan. 5. Sistem pergudangan perbekalan obat dan alat kesehatan dilakukan dengan

menggunakan sistem FIFO dan FEFO.

5.2 Saran

1. Agar RSU Dr. Pirngadi Medan dapat meningkatkan pelayanan farmasi klinis dengan cara mengirim tenaga farmasi untuk mengikuti pendidikan farmasi klinis sehingga dapat menghasilkan tenaga profesional di bidang farmasi klinis, dan


(55)

tersedianya sarana yang mendukung dapat terlaksananya farmasi klinis di rumah sakit.

2. Agar sub instalasi perbekalan unit gudang obat menggunakan sistem komputerisasi dalam proses pencatatan arus masuk dan keluar obat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, Indonesia Idex of Medical Specialties (MIMS), Edisi Bahasa Indonesia, Volume 7, Penerbit PT. Info Master, Jakarta.

Anonim, 2006, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Volume 41, Penerbit ISFI, Jakarta.

Goodman, Gilman’s, 1996, The Pharmacological Basis of Therapeutic, Ninth Edition, McGraw Hill, New York.

Katzung, Bertram. G., Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi VI, Cetakan I, Penerbit EGC, Jakarta.

Siregar, Charles. J., Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, Cetakan I, Penerbit EGC, Jakarta.

Anderson O. Philip , (2002), Hand Book of Clinical Drug Data, Mc Graw Hill, USA

Anonim, (2007) , Martindale 35: The Complete Drug Reference

Aslam, M., Tan, C.K., dan Prayitno. (2003). Farmasi Klinis (CLINICAL PHARMACY).

Jakarta. PT. Elex Media Komputindo. Hal. 4

Dep.Kes.RI. (2007). PIO. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. DitJen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.


(56)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT

di

BADAN PELAYANAN KESEHATAN

RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

Studi Kasus

STRANGULATED LATERAL INGUINAL HERNIA WITH DIFUSE PERITONITIS

Disusun oleh :

Bintang Sulastri Aruan S.Farm 073202113


(57)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia yang dilimpahkanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Latihan Kerja Profesi di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan dan dalam menyusun laporan ini.

Latihan kerja Profesi ini merupakan salah satu program pendidikan di tingkat Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan dalam menyelesaikan studinya. Selesainya latihan kerja profesi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan tarima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan arahan selama melakukan Latihan Kerja Profesi Apoteker di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi kota Medan lepada:

6. Bapak Dr. Sjahrial R. Anas, MHA. Sebagai Kepala BPK RSU Dr. Pirngadi kota Medan yang telah berkenan memberikan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan Latihan Kerja Profesi.

7. Ibu Dra. Azwinar, Apt. Sebagai Kepala Instalasi sekaligus pembimbing dari Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi kota Medan yang telah memberikan fasilitas, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama melakukan Latihan Kerja Profesi.

Bintang Sulastri Aruan : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah 8. Bapak Drs. Syaiful Bahri MS, Apt. Sebagai pembimbing dari Fakultas

Farmasi USU yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama melakukan Ltihan Kerja Profesi dan proses penyusunan laporan ini.


(58)

9. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. Sebagai Dekan Fakultas Farmasi USU Medan dan Bapak Drs. Wiryanto MS, Apt. Sebagai koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan Latihan Kerja Profesi.

10.Bapak dan Ibu Apoteker, Staf, dan karyawan Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah memberikan petunjuk dan bantuan selama melaksanakan Latihan Kerja Profesi.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas budi baik Bapak dan Ibu. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat menjadi kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, Februari 2009

Penulis


(59)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL... v

RINGKASAN... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...1 1.2 Tujuan ...2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Hernia... 3

2.1.1 Pembagian Hernia... 3 2.1.2 Hernia Inguinalis... 6 2.1.3 Penatalaksanaan Bedah... ...7 2.2 Identitas Pasien... 7 2.3 Keadaan Pasien Sewaktu Masuk RSU Dr. Pirngadi Kota

Medan... 7 2.4 Riwayat Penyakit Pasien... 8 2.5 Pemeriksaan laboratorium... 8 2.6 Diagnosa Penyakit...11 2.7 Terapi Obat... 11 2.8 Pembahasan...14 2.9 Kesimpulan dan Saran...19 2.9.1 Kesimpulan...19 2.9.2 Saran...20

DAFTAR PUSTAKA...21


(60)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Fisik……… 8 Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik sub bagian

Hematologi Tanggal 20 Agustus 2008………... 8 Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik sub bagian

Kimia Klinik Tanggal 20 Agustus 2008... 9 Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik sub bagian

Kimia Klinik Tanggal 23 Agustus 2008... 10 Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik sub bagian

Kimia Klinik Tanggal 25 Agustus 2008...11 Tabel 6. Hasil diagnosa dan Terapi Pasien ………..………... 12 Tabel 7. Data Farmakologi ...22 Tabel 8. Data Farmakokinetik ……….……….. 27 Tabel 9. Terminologi Medik... 30


(61)

RINGKASAN

Pelaksanaan studi kasus ini merupakan bagian dari Praktek Kerja Profesi (PKP) Apoteker di rumah sakit. Studi Kasus secara umum dilaksanakan pada tanggal 24 September 2008 – 03 Oktober 2008. Studi kasus ini dilaksanakan di ICU RSU Dr. Pirngadi Kota Medan pada pasien yang menderita Strangulated Lateral Inguinal Hernia With Difuse Peritonitis.

Dengan pelaksanaan studi kasus ini diharapkan agar para calon apoteker memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai studi kasus secara klinis yang terjadi di rumah sakit

.


(62)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari produk obat kepada pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Kegiatan pelayanan kefarmasian ini yang semula berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Dengan begitu, apoteker ditunutut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain pemberian informasi obat, pemantauan penggunaan obat dan monitoring efek samping obat.

Peranan farmasi atau apoteker sangat diperlukan untuk pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada kebutuhan pasien. Apoteker diharapkan tidak hanya dalam perbekalan saja, tetapi juga menjamin ketersediaan obat yang berkualitas, mempunyai efikasi, jumlah yang cukup, nyaman bagi pengguna dan harga yang wajar serta pada penyerahannya disertai informasi yang cukup memadai dan diikuti pemantauan penggunaan obat dan evaluasinya.

Seluruh profesi kesehatan saling berkaitan dalam mewujudkan mutu pelayanan kesehatan, sehingga semua profesi merupakan satu kemitraan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, kerjasama seluruh profesi kesehatan sangat mendukung tercapainya mutu pelayanan kesehatan.


(63)

1.2Tujuan

Latihan kerja profesi di rumah sakit merupakan salah satu program dalam pendidikan profesi Apoteker yang bertujuan untuk mengetahui dan melihat secara langsung peranan dan tugas farmasi atau apoteker di rumah sakit, sehingga kelak mampu melaksanakan tugas dan fungsi sebagai Apoteker yang profesional sesuai dengan kode etik serta undang-undang yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.


(64)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Hernia

Hernia adalah keluarnya suatu bagian tubuh dari tempatnya dan masuk ke bagian tubuh yang lain dan bisa terjadi akibat lemahnya jaringan ikat atau dinding otot, selain itu bisa juga karena sudah ada sejak lahir. Hernia paling sering terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat kelemahan muskular abdomen kongenital. Hernia merupakan protusi / penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Terdapat beberapa poin penting dalam hernia, yaitu : defek / bagian yang lemah dari dinding rongga, kantung hernia, isi hernia, dan cincin hernia (daerah penyempitan kantung hernia akibat defek tersebut).

2.1.1 Pembagian Hernia

Berdasarkan terjadinya, dibagi atas hernia congenital atau bawaan dan hernia aquired atau yang didapat. Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya diafragma, inguinal, umbilical, femoral, dan sebagainya.

Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernia keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga disebut hernia irreponibel. Hal ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada perineum kantong hernia. Bila tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus akibat perlekatan tersebut disebut hernia akreta.


(1)

peptic ulcer. Lovenox® (Enoxaparin Sodium) Pre-filled syringe 40 mg/0,4 ml Mencegah tromboembolism 20 mg SC/24 jam, dan 40 mg/hari untuk pasien beresiko tinggi Gangguan Thromboembolic Merupakan molekul sederhana dari heparin, digunakan sebagai anti koagulan

Pendarahan Pasien dengan berat badan rendah (wanita di bawah 45 kg, pria di bawah 57 kg) harus dipantau.

Cernevit® sterile powder

(sebuk steril) yang

mengandung vitamin

Dewasa : 5 ml/ hari Multivitamin Reaksi anafilaksis karena pemberian Thiamin yang berlebihan, Urtikaria Cedantron® Ampul 4 mg/ 2

ml

Mencegah mual dan muntah setelah operasi : dosis tunggal 4 mg IM atau slow intravenous Anti emetik (untuk mengatasi mual dan muntah) karena sitotoksik kemoterapi, atau post operasi Ondansetron adalah 5-HT3 antagonis (5-HT3-receptor antagonis) yang mempunyai aktivitas antiemetik Konstipasi, sakit kepala, demam

Ibu hamil dan menyusui

Plasmanat 5% Preparat steril dari serum albumin dan globulin. Mengandung 5% protein Untuk hypovolaemic shock: Dewasa 500 mL disarankan dengan kecepatan tidak

lebih dari 10


(2)

Pantozol® (Pantoprazole Sodium)

Vial 40 mg/ ml Dewasa : IV inj 40 mg per hari

Peptic ulcer; gastro-oesophageal reflux

Proton pump inhibitor, dengan menghambat sekresi asam lambung dengan meblok irreversibe sistem enzim

hydrogen/potassium adenosine

triphosphatase (H+/K+ ATPase), dari 'proton pump' of the sel parietal

Sakit kepala, diare

Ibu hamil,

penderita gangguan hati

RL (Setiap liter mengandung: Na lactate 3.1 g, NaCl 6 g, KCl 0,3 g, CaCl2 0,2 g)

Larutan Infus 500 ml

500-1000 ml pada 1 kali pemberian secara i.v drip.

Menyalurkan atau memelihara keseimbangan elektrolit pada keadaan dimana asupan makanan per-oral tidak mencukupi atau tidak mungkin.

Elektrolit dan mineral.

Demam, iritasi atau infeksi pada bagian yang diinfus,

thrombophlebitis

Hiperkalemia, Hipernatremia, Hiperhidrasi, Lactic acidosis


(3)

Tabel 8. Data Farmakokinetik

Nama Obat Absorpsi Distribusi Metabolisme Ekskresi Parameter

Farmakokinetik Ketorolac

(Ketorolac tromethamine)

Hampir 50%

diekskresikan dalam bentuk tidak berubah pada urine

F oral = 80 % Cl = 0.050 ± 0,15 Vd = 0.21± 0,04 T1/2 = 5.3 ± 1,2 EC = 0.3 to 0.44

Cefotaxime Cl = 55 ± 10 %

Vd = 0.23 ± 0.06 T1/2 = 1.1 ± 0,3

Ranitidine Sebanyak 15%

berikatan dengan protein plasma

Sebanyak 68–

79%

diekskresikan dalam bentuk tidak berubah

F oral = 52 ± 11% Vd = 10.4 ± 1.1 T1/2 = 2.1 ± 0.2 EC = 100 ± 52 g/L

Ciprofloxacin Kurang dari

30% berikatan dengan protein plasma

Sekitar 45% - 60% dari dosis parenteral terdapat dalam bentuk tidak berubah dan sebagian diekskresikan lewat feces

F = 60 ± 12 % Cl = 0.26 Vd = 2

T1/2 = 4.2 ± 0.63 EC = 4–6


(4)

Tramadol

Aminofusin L-600®

Gentamisin Cl = 0.82 ± 0.11

Vd = 0.31 ± .10 T1/2 = 1–2 EC = 3–10

Metronidazole Kurang dari 20%

berikatan dengan protein plasma

F = 91 %

Cl = 0.07 ± 0.02 L/hr/kg Vd = 0.85 ± 0.25 T1/2 = 6–10 hr EC = 3-6 g/L Lovenox®

(Enoxaparin Sodium)

F = 93 %

Cl = 1.5 L/hr after IV Vd = 6

T1/2 = 4.5

Cernevit®

Cedantron® F = 62 %

Cl = 5.9 ± 2.6 L/hr/kg Vd = 1.9 ± 0.5

T1/2 = 3.5 ± 1.2 Plasmanat 5%


(5)

Pantozol®

(Pantoprazole Sodium)

Sebanyak 98%

berikatan dengan protein plasma

Diekresi lewat

urine sebanyak 71%

F = 77 Vd = 0,15 T1/2 = 1–1.9

Interaksi Obat Kasus Hernia

Tidak ditemukan adanya obat-obat yang berinteraksi

Keterangan:

F = Bioavaibilitas (%) Cl = Clearance (ml.min-1Kg-1) Vd = Volume Distribusi (L/Kg) T ½ = Waktu paruh plasma (hr) EC = Efektif Concentration (mg/L)


(6)

Tabel 9. Terminologi Medik

No. Istilah Arti

1. Anulus Struktur yang berbentuk cincin

2. Ascites Busung ; penimbunan cairan dalam rongga perut

3. Defek Ketidaksempurnaan, kegagalan atau tidak adanya sesuatu 4. Difuse Tidak berbatas tegas

5. Epigastrum Ulu hati

6. Femoral Mengenai atau berhubungan dengan tulang paha

7. Gangrene Kematian jaringan tubuh setempat karena gangguan peredaran darah, cedera atau penyakit

8. Hematologi Cabang Ilmu Kedokteran yang mempelajari semua hal tentang darah 9. Hernia Burut, keluarnya dalaman atau bagian dalam dari tempat biasanya

10. Herniotomy Cara mengatasi burut dengan cara bedah dengan memperlebar pintu burut dan mendorong kembali isi burut ke tempatnya

11. Hipertrofi Pembesaran sesuatu karena sel-selnya membesar 12. Inguinal(is) Mengenai daerah lipat paha

13. Inkarserata Kelok usus terjepit dalam satu selaput perut

14. Lateral Menunjuk kepada letak samping atau sisi, menjauhi garis tengah tubuh; lawan medial(is)

15. Mesentrium Akar usus halus

16. Muskular Mengenai atau berhubungan dengan otot 17. Obstruksi Penyumbatan atau keadaan tersumbat

18. Perineum Daerah bawah batang badan antara dubur dan alat kelamin luar 19. Peritonitis Radang selaput perut

20. Reponibel Dapat dipulihkan; mengenai burut yang isinya dapat dikembalikan ke dalam rongga perut

21. SGOT Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase 22. SGPT Serum Glutamic Pyrivic Transaminase 23. Strangulation Hal terjepit; gagalnya sirkulasi

24. Umbilical Berhubungan dengan pusar 25. Vaskularisasi Mengenai pembuluh