Pendidikan Sejarah Desa Sidomulyo

4. 18 – 23 163 jiwa 12,8 5. 24 – 29 187 jiwa 14,65 6. 30 – 40 148 jiwa 11,59 7. 41 – 50 165 jiwa 12,93 8. 50 tahun keatas 276 jiwa 20,92 Sumber : Data Desa Bila dilihat pada tabel tersebut, penduduk Desa Sidomulyo dengan usia 50 tahun keatas lebih besar daripada penduduk dengan beberapa tingkatan usia. Ini juga menunjukkan bahwa orang-orang tua menguasai berdasarkan jumlah yang mungkin sangat mempengaruhi dalam beberapa keputusan tentang desa.

2.5.3. Pendidikan

Kemudian bila dilihat berdasarkan data desa tentang tingkat pendidikan penduduk di Desa Sidomulyo Dusun III ini, boleh dikatakan masyarakat yang berpendidikan rendah. Sebagian besar dari mereka hanya mengecap pendidikan Sekolah Dasar, yakni hanya 412 jiwa dan merupakan angka yang paling besar. Sedangkan yang tamat Sekolah Lanjutan Pertama atau sederajat sebesar 206 jiwa dan semakin tinggi tingkatan pendidikan, semakin menurun jauh usia yang berkecimpung di tingkat pendidikan tersebut. Misalnya untuk masyarakat yang berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA atau yang sederajat sebanyak 162 jiwa dan tamat akademi hanya 12 jiwa sedangkan untuk tamat Strata 1 S1 hanya 2 jiwa. Universitas Sumatera Utara Dengan melihat data komposisi penduduk berdasarkan pendidikan, maka sebenarnya kita sudah dapat memprediksikan pekerjaan masyarakat desa Sidomulyo yaitu sperti yang terlihat pada table berikut ini. Tabel 2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan No. Pekerjaan Jumlah Persentase 1. Petani 214 29,43 2 BuruhKaryawan Swasta 402 55,29 3. PNS Guru 8 1.10 4. TNI Polri 7 0,96 5. Pedagang 94 12,92 6. Tenaga Medis 2 0,27 Sumber : Data Desa Tahun 2009 Gambar. 2.12. SD Negeri 054866 yang ada di Desa Sidomulyo, di desa ini khususnya Dusun III hanya terdapat Sekolah Dasar. Universitas Sumatera Utara Jadi terlihat ada kaitannya komposisi pendidikan dengan komposisi pekerjaan. Sebagian besar pekerjaan yang mereka geluti boleh dikatakan yang tidak memerlukan keterampilan atau pendidikan tinggi.

2.5.4. Sejarah Desa Sidomulyo

Pada masa sebelum Kemerdekaan Tahun 1945, tepatnya di tahun 1940-an, daerah yang sekarang disebut Desa Sidomulyo, adalah merupakan perkebunan pemerintah Belanda, yang pada masa tersebut dalam keadaan transisi. Dimana Pekerbunan tersebut masih ada namun tidak begitu berfungsi. Dahulunya daerah ini merupakan perkebunan tembakau Belanda. Pada masa itu transportasi jalan menggunakan LORI, dimana jalan desa yang sekarang ini adalah bagian dari jalan perkebunan, berupa rel – rel yang memanjang dari dusun 3 sekarang sampai ke pusara Cengkeh Turi. Disebelah rel ada jalan setapak yang dipergunakan sebagai jalan non LORI, seperti dokar atau pejalan kaki. Lori itu sendiri adalah alat angkutan semacam kereta api, tapi khusus untuk angkutan hasil perkebunan. Tidak berfungsinya Perkebunan tersebut, secara sporadis menimbulkan pemukiman disana – sini, akibat dari adanya masyarakat awal yang masuk dan membuka lahan, tanpa ada aturan yang resmi pada masa itu. Pertama sekali yang boleh disebut sebagai pemukiman penduduk pada masa itu adalah pemukiman yang sekarang ini disebut sebagai Dusun III. Disinilah cikal bakal pembentukan Desa Sidumulyo. Selanjutnya pemukiman ini yang kontrak kebun Universitas Sumatera Utara tersebut. Artinya ada sebagian pekerja kebun keluar dari kontrak kerjanya dan ikut bermukim didaerah baru ini. Adanya beberapa pemukim yang masuk, walaupun secara sporadis, ini menimbulkan suasana baru didaerah perkebunan tersebut. Dahulunya karena perkebunan mempunyai nama KEBUN PUNGAI, maka daerah dimana pembuka lahan awal tersebut juga disebut sebagai daerah PUNGAI Pasar 8. Pada dedake 1941-an, pendatang – pendatang dari luar, yang kesemuanya mayoritas orang jawa, terus membuka areal bekas perkebunan Pungai ini, sehingga jumlah kepala Keluarga yang tinggal di daerah Desa III sekarang tersebut semakin bertambah. Lebih kurang ada sekitar 20an rumah yang terbangun sederhana, dengan kayu dan bambu juga atap lalang juga tepas, namun ada juga yang sudah pakai atap nipah. Namun hal yang perlu dicatat disini bahwa sebelum para pembuka lahan cikal bakal Desa Sidomulyo ini bermukim, didaerah itu sudah ada beberapa keluarga daru suku Banten dan Melayu tinggal didaerah tersebut. Salah satunya adalah orang pintar yang dihormati, karena dari cerita yang beredar ia masih tergolong keturunan pembesar – pembesar pada jamannya, yang bergelar Datuk USUP. Pada masa pembukuan ini, Datuk Usup sudah lama meninggal Dunia, Dan dikuburkan diareal yang sekarang disebut Dusun III. Melengkapi jumlah penduduk pada masa itu, orang – orang yang sudah datang sebagai pekerja – pekerja kebun yang lebih dikenal sebagai “WEREG”, juga masih menempati rumah – rumah pondok yang dibangun oleh pihak Universitas Sumatera Utara perkebunan, yang lokasinya dahulu terletak di depan Perkuburan Umum Sidomulyo. Se kara ng disebut denga n PONDOK TENGAH, da n ada juga pondok disekitar paret 12 sekarang, yang disebut PONDOK PANJANG. Adanya pemukiman yang spradis ini, ternyata mampu menimbulkan komunikasi antar warga, yang menjadi titik awal pentingnya sebuah kepengurusan masyarakat. Kepentingan – kepentingan tentang kesehatan, pernikahan, keagamaan dan lain sebagainya yang dulunya mesti harus dilakukan jalan kaki atau naik Dolar Ke Binjai KOTA BINJAI sekarang, sangatlah dirasa merepotkan penduduk yang bermukim didaerah PUNGAI tersebut, karena jaraknya yang terlalu jauh. Bergabungnya perkebunan sebagai penguasa pada masa itu, dengan para pemukiman baru sebagai pembuka lahan baru didaerah, dengan berbagai macam keperluan yang terjadi dalam komunitas baru, menjadikan Pihak perkerbunan yang pada masa itu adalah bagian dari Struktur Pemerintahan yang dianggap Resmi, maka muncullah perintah dari Asisten Setingkat Camat Sekarang ini untuk menunjuk satu orang yang difungsikan sebagai wakil pemerintahan di daerah PUNGAI, yang ditegaskan untuk menyelesaikan hal – hal yang menjadi keperluan para penduduk tersebut. Selanjutnya di tunjukkan OK HAMZAH sebagai Kepala Desa Pertama untuk mengurus warga PUNGAI baru itu. Dengan demikian semua urusan kemasyarakatan ditampung oleh OK HAMZAH. Universitas Sumatera Utara

2.5.5. Adanya Kepemimpinan Pemerintahan Awal Desa Sidomulyo

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-40 Tahun Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010

0 38 68

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PERILAKU AKTIF SADARI PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH PUSKESMAS DINOYO MALANG

0 7 28

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN SIKAP TERHADAP PERIKSA Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan Sikap Terhadap Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pada Wanita Usia Produktif Di Desa Kalibening.

0 0 17

BAB 1 PENDAHULUAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan Sikap Terhadap Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pada Wanita Usia Produktif Di Desa Kalibening.

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI DESA BANJARANYAR KABUPATEN TEGAL.

0 0 2

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang “SADARI” di Nagari Painan

0 0 8

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

1 0 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MINAT WANITA USIA SUBUR DALAM MELAKUKAN PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) - DIGILIB UNISAYOGYA

1 3 88

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI DUSUN NGANTI SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI - Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di D

0 0 12

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMAN KASIHAN BANTUL

0 0 9